Anda di halaman 1dari 7

Nama Prosedur KFR : Uji Fungsi Menelan

Nama PJ : dr. Luh Karunia Wahyuni, SpKFR-K

dr. Ira Mistivani, SpKFR-K

Definisi
Uji fungsi menelan adalah kegiatan menguji tentang fungsi menelan pada fase orofaring.

Tujuan
Tujuan dari uji fungsi menelan adalah mengetahui keadaan fungsi menelan dari pasien-
pasien karena proses menelan penting sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
manusia. Dalam uji fungsi menelan dapat terjadi komplikasi yaitu aspirasi.

Level Kompetensi :4

Indikasi
Uji fungsi menelan dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami stroke, gangguan
neurologis, defisit struktural seperti celah atau jaring kongenital, divertikula, surgical
ablations, cedera saraf kranial, dan radiasi fibrosis dengan keluhan sebagai berikut:
1. Jika ada gangguan dalam fungsi mengunyah dan menelan, seperti yang disebutkan
dibawah ini :
 Ngeces (drooling)
 Sulit mengunyah makanan berserat
 Makanan atau saliva terkumpul di pipi
 Sulit menelan makanan cair
 Berkurang atau menghilangnya daya pengecapan
 Rongga hidung terasa terbakar (panas)
 Tersedak atau ada perasaan tercekik sewaktu menelan
 Melakukan gerakan yang berlebihan atau berusaha keras untuk menelan
 Makanan yang ditelan keluar melalui lubang hidung
 Sering mengalami infeksi saluran pernafasan
 Ada perasaan makanan tersangkut di saluran pencernaan
 Sulit menelan karena tenggorokan kering/ kelenjar air liur berkurang
2. Jika ada gangguan dalam berbicara :
 Pelo
 Suara serak
 Suara sengau
3. Jika ada riwayat minum obat-obatan anti depresan & psikotropik
4. Jika ada riwayat menderita keganasan nasofaring, gaster dan esophagus
5. Jika ada riwayat menggunakan NGT atau gastrostomi

Pemeriksaan fisik umum penting untuk menilai disfagia. Pemeriksaan fisik ini bertujuan
untuk menentukan letak penyebab disfagia, melihat kemampuan penderita menjaga jalan
nafas, menentukan apakah diperlukan pemeriksaan diagnostik tambahan, dan
menentukan pemberian makanan secara oral atau dengan cara lain. Pemeriksaan fisik
untuk disfagia meliputi :
1. Status mental
Pemeriksaan fisik dimulai dengan terlebih dahulu menilai status mental dan kemauan
penderita untuk bekerja sama. Hal ini penting bila terjadi lesi sitem saraf sentral yang
berhubungan dengan disfagia.
2. Otot ekspresi muka
Otot muka sebaiknya diinspeksi baik saat istirahat maupun saat melakukan gerakan,
bandingkan kesimetrisannya.
3. Otot untuk mastikasi (mengunyah)
Otot masseter dan temporalis dipalpasi saat pasien melakukan gerakan menggigit dan
mengunyah. Berikan tahanan halus untuk menilai kekuatannya. Lakukan pemeriksaan
yang sama terhadap otot pterygoideus externus yang berfungsi menggerakkan
mandibula dari sisi ke sisi pada gerakan memutar.
4. Mukosa oral
Perhatian khusus harus diberikan kepada kelembaban rongga oral.
5. Sensasi orofacial
Mastikasi, produksi saliva dan menelan merupakan reflek-reflek yang tergantung
pada stimulasi sensoris.
6. Palatofaringeal
Otot-otot palatofaringeal dinilai sebagai satu unit. Konstriksi palatofaringeal dinilai
kesimetrisannya pada saat bernafas, fonasi dan stimulasi reflek muntah. Sekaligus
dinilai ada tidaknya nasal emisi dan suara sengau.
7. Suara dan bicara
Pada proses menelan fase faringeal terjadi adduksi laring untuk mengamankan jalan
nafas. Pada proses produksi suara yakni fonasi terjadi kerjasama antara desakan udara
dari dalam paru dan adduksi pita suara (laring).
8. Tes menelan
Pemeriksa dapat merasakan saat terjadinya reflek menelan bila jari-jari diletakkan
pada tyroid notch antara os hyoid dan laring dan terasa laring bergerak ke atas dan
kedepan. Bila terdapat kelemahan otot atau reflek tidak adekuat maka jari pemeriksa
akan tertinggal dan berbelok oleh elevasi laring. Pada keadaan ini, cricofaringeus
gagal membuka dan epiglotis tidak adekuat terbawa ke dasar lidah sehingga jalan
nafas tidak aman.
Tes menelan dengan makanan padat dan cairan membawa resiko terhadap terjadinya
aspirasi. Reflek batuk yang adekuat adalah penting sebelum manajemen nutrisi per-
oral dimulai.
Metode regular
 Cairan (Thin liquid)
 Water swallow test
Tes ini ditujukan untuk mendeteksi aspirasi dengan tingkat akurasi yang tinggi
dengan meminta pasien menelan air.
 Cairan pekat (Thick liquid)
 Bubur (Pureed)
 Makanan padat (Solid)
Metode hanya menelan saliva
 Dry swallowing
Hal ini merupakan dasar untuk mengeluarkan saliva dan penting untuk diperiksa
sebelum melakukan tes yang lain.
 Repetitive saliva swallowing test (RSST)
Tes ini bertujuan menilai kemampuan menelan pasien secara sadar berulang kali,
dimana tinggi kaitannya dengan aspirasi. Tes ini sederhana dan aman untuk
dilakukan.
Cervical auscultation of swallowing
Auskultasi cervical saat dan setelah menelan merupakan penilaian aspirasi non
invasif atau untuk penilaian sisa makanan di faring.

Pemeriksaan tambahan :
 Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES)
FEES merupakan sebuah alat evaluasi menelan yang berguna untuk evaluasi
anatomi faring dan laring serta fungsi pita suara. FEES juga sangat sensitif untuk
mendeteksi adanya aspirasi.
 Saturasi oksigen arteri menggunakan pulse oxymetry
Metode ini menggunakan pulse oxymetry untuk memonitor saturasi oksigen arteri
saat makan untuk menyimpulkan aspirasi potensial dari penurunan saturasi
oksigen.
 Foto polos leher
Pasien diminta menelan sejumlah kecil zat kontras. Dengan membandingkan foto
polos sebelum dan sesudah menelan menelan zat kontras, kondisi dari laryngeal
influx dan adanya aspirasi atau sisa pada faring dapat ditemukan.

Kontra Indikasi
Kontra indikasi Tes Fungsi Menelan :
 Jangan berikan makanan padat pada tes menelan bila diketahui risiko aspirasi
besar.
Kontra indikasi Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) :
 Gangguan gerak dan/atau agitasi yang berat
 Fraktur basis cranii
 Sino-nasal and anterior skull-based tumors/surgery
 Stenosis nasofaringeal

Side Effect / Komplikasi Tindakan


Komplikasi Tes Fungsi Menelan :
 Aspirasi
Komplikasi Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES) :
 Alergi anestesi topikal
 Epistaksis
 Laringospasme
 Henti jantung (Jarang)

Prescription / Tata Laksana


Metode regular
 Cairan (Thin liquid)
o Untuk sebagian besar pasien, mulai dengan 3cc atau ½ sendok teh cairan
sesuai konsistensi air. Untuk beberapa pasien dengan cedera kepala berat
yang memiliki kesulitan mengontrol saliva, pemeriksa mungkin ingin
memulai dengan konsistensi yang lebih pekat.
o Jika tidak ada indikasi untuk kesulitan faring seperti basah, kumur atau
kualitas suara serak; batuk atau tersedak, dll; lanjutkan dengan 5cc atau 1
sendok teh cairan.
o Jika pemeriksa mencurigai tidak adanya kesulitan faring dengan jumlah
5cc cairan, pasien dapat meminum 2 sampai 3 teguk cairan dari cangkir.
Pasien harus menjauhkan cangkir dari mulutnya antara tiap tegukan.
 Water swallow test
Tes ini terdapat dua metode dengan jumlah air yang berbeda.
o Metode 1 dengan menggunakan 30 cc air. Pasien diminta untuk duduk di
kursi dan diberi satu cangkir berisi 30 cc air dengan suhu normal. Lalu
pasien diminta untuk meminum airnya seperti pasien biasa minum. Waktu
untuk menghabiskan air dihitung dan episode serta profil meminum air
dimonitor dan dinilai.

Profil meminum air


1. Pasien dapat meminum semua air dalam satu tegukan tanpa tersedak.
2. Pasien dapat meminum semua air dalam dua atau lebih tegukan tanpa
tersedak.
3. Pasien dapat meminum semua air dalam satu tegukan, dengan beberapa
kali tersedak.
4. Pasien dapat meminum semua air dalam dua atau lebih tegukan dengan
beberapa kali tersedak.
5. Pasien sering tersedak dan memiliki kesulitan meminum semua air.
Episode meminum air
Menyesap, menahan air di mulut ketika minum, air keluar dari mulut,
kecenderungan untuk mencoba memaksa dirinya melanjutkan meminum
air meskipun tersedak, meminum air secara hati-hati, dll.
Diagnosis
Normal : melengkapi profil no.1 dalam 5 detik
Suspek : melengkapi profil no. 1 lebih dari 5 detik, atau profil no. 2
Abnormal : kasus dari profil no.3 sampai no. 5
o Metode 2 dengan menggunakan 3 cc air. Pasien diberikan 3 cc air dingin
pada rongga mulut, lalu diinstruksikan untuk menelan air tersebut. Jika
memungkinkan, beri lebih airnya dan diminta untuk menelan dua kali lagi,
dan aktivitas menelan yang buruk dinilai. Jika pasien memenuhi kriteria
no. 1 sampai no. 4, maksimum dua upaya tambahan ( total 3 upaya) harus
dibuat, dan penilaian yang buruk direkam sebagai hasil final.
Kriteria Penilaian
1. Gagal menelan dengan tersedak dan/atau berbah dalam bernafas.
2. Sukses menelan tanpa tersedak, tetapi dengan perubahan dalam
bernafas atau suara serak basah.
3. Sukses menelan, tetapi dengan tersedak dan/atau suara serak basah.
4. Sukses menelan tanpa tersedak atau suara serak basah.
5. Kriteria no. 4, ditambah dua kali sukses menelan dalam 30 detik.
 Cairan pekat (Thick liquid)
o Berikan 3cc atau ½ sendok teh cairan pekat dan tandai bila ada kelemahan
(impairmen).
o Jika gejala kesulitan faring tidak muncul dengan 3cc cairan, beri pasien
5cc cairan pekat dan tandai observasi anda.
o Jika pemeriksa mencurigai tidak adanya kesulitan faring dengan jumlah
5cc cairan, pasien dapat meminum 2 sampai 3 teguk cairan pekat dari
cangkir. Pasien harus menjauhkan cangkir dari mulutnya antara tiap
tegukan.

 Bubur (Pureed)
o Berikan 3cc atau ½ sendok teh bubur atau makanan dengan konsistensi
yang telah diblender seperti saus apel, puding, kentang tumbuk,dll. Catat
observasi gejala disfagia.
o Jika tidak ada tanda disfagia faring dengan jumlah 3cc, lanjutkan dengan
5cc atau 1 sendok teh konsistensi bubur. Catat observasi gejala disfagia.
 Makanan padat (Solid)
o Catat nama makanan padat yang akan dites.
o Untuk menilai kemampuan pasien untuk mengunyah makanan padat,
berikan ¼ potong dari kue atau kraker kecil. Catat observasi gejala
disfagia.
Metode hanya menelan saliva
 Pasien diminta menelan beberapa kali. Jangan berikan makanan atau minuman
apapun.
 Dry swallowing
Pasien mengulang kegiatan menelan beberapa kali dalam interval tertentu
untuk mengeluarkan saliva walaupun tidak sedang makan.
 Repetitive saliva swallowing test (RSST)
Tempatkan pasien dalam posisi istirahat, basahi rongga mulut pasien dengan
air dingin. Instruksikan pasien untuk berulang kali menelan udara dan monitor
jumlah kegiatan menelan yang tercapai. Apabila tiga atau lebih dalam 30 detik
dianggap normal.
 Observasi apakah ada gejala disfagia.
Cervical auscultation of swallowing
Auskultasi cervical saat dan setelah menelan.

Pemeriksaan tambahan :
 Fiberoptic Endoscopic Evaluation of Swallowing (FEES)
Sebuah endoscope yang telah diberi pelicin dimasukkan melalui hidung pasien
sampai kedaerah hipofaring. Pasien diberikan zat dengan beberapa konsistensi
(makan dan minum) yang telah diwarnai untuk ditelan saat tes berlangsung
sehingga dapat dievaluasi proses menelannya. Apabila ada kesulitan menelan,
pasien dapat diminta posisi berbeda saat menelan untuk mengurangi risiko
aspirasi.
 Saturasi oksigen arteri menggunakan pulse oxymetry
Metode ini menggunakan pulse oxymetry untuk memonitor saturasi oksigen arteri
saat makan untuk menyimpulkan aspirasi potensial dari penurunan saturasi
oksigen.

 Foto polos leher


Pasien diminta menelan sejumlah kecil zat kontras. Dengan membandingkan foto
polos sebelum dan sesudah menelan menelan zat kontras, kondisi dari laryngeal
influx dan adanya aspirasi atau sisa pada faring dapat ditemukan.

Kesimpulan
Diagnosis disfagia dimulai dengan mencurigai keberadaannya, lalu pasien dengan risiko
tinggi harus diseleksi dengan menggunakan tes skrining sederhana, termasuk yang sudah
dijelaskan disini. Banyak dari tes-tes tersebut yang mudah dilakukan dan berguna untuk
memperoleh gambaran kasar kondisi menelan. Di satu sisi, sebagian besar metode
menggunakan keadaan tersedak sebagai indikator. Risiko dari silent aspiration pada
pasien dengan mekanisme proteksi saluran pernafasan yang telah menurun tidak boleh
diabaikan karena tipe aspirasi ini terjadi tanpa keadaan tersedak.

Daftar Pustaka
1. Palmer Jeffrey B, Pelletier Cathy A, Matsuo Koichiro. Physical Medicine &
Rehabilitation : Rehabilitation of Patients with Swallowing Disorders, 4th Ed.
Saunders: 2011.
2. Horiguchi Satoshi, Suzuki Yasushi. Screening Tests in Evaluating Swallowing
Function. JMAJ 54(1): 31-34, 2011.
3. Hardy Edward. Bedside Evaluation of Dysphagia: Oral-Pharyngeal Dysphagia
Symptomps Assessment. Imaginart International, Inc, Arizona : 1995.
4. The Speech Path : A Physician Guide to Fiberoptic Endoscopic Evaluation of
Swallowing. http://thespeechpath.health.officelive.com/FEES.aspx

Anda mungkin juga menyukai