Lembaga Keuangan Syariah Di Indo
Lembaga Keuangan Syariah Di Indo
1
Syamsuir, “Lembaga keuangan Islam Non Bank”, Jurnal Islamika Vol. 15 No.1, 2015,
hlm. 90.
1
diberlakukannya Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun
Undang-Undang tersebut memberi landasan hukum yang cukup kuat karna belum
secara tegas mencantumkan kata "Prinsip Syariah" dalam kegiatan usaha Bank.
Menanggapi kemungkinan pembentukan bank islam tersebut, Dewan Pimpinan
Majelis Ulama Indonesia menyelenggarakan lokakarya bunga Bank dan Sistem
Perbankan pada tanggal 19 sampai 22 Agustus 1990 di Cisarua Bogor.2
2
BMI berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991 dan beroperasi pada tanggal 1 Mei
1992. Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belum memperoleh
perhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan nasional.
Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat itu
hanya diakomodir dalam salah satu ayat tentang “bank dengan sistem bagi hasil”
pada Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 1992, tanpa rincian landasan hukum
syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Pada tahun 1998, pemerintah
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan penyempurnaan UU No. 7
tahun 1992 menjadi UU No. 10 Tahun 1998. UU tersebut secara tegas
menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam perbankan di tanah air, yaitu sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.3 Peluang ini disambut
hangat masyarakat perbankan, yang ditandai dengan berdirinya beberapa Bank
Islam lain, yakni Bank IFI, Bank Syariah Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank
Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD Jabar, BPD Aceh, dan bank syariah
lainnya.
3
UU No. 10 Tahun 1998.
3
masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem keuangan syariah kita
menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara internasional.
4
https://blog.syarq.com/kemajuan-perbankan-syariah-indonesia-898f492916e1 diakses
tanggal 13 Setember 2019 pukul 10.35 WIB.
4
bidang syariah. Penerapan prinsip-prinsip syariah juga harus mengacu pada etika
bisnis secara islami yaitu berlandaskan pada Al-Qur’an dan As-sunnah. Tidak
hanya itu, etika bisnis dalam Islam juga mengacu pada tauhid, keseimbangan,
kehendak bebas, pertanggungjawaban dan ikhsan.
Atas dasar itu, MUI membuat lembaga khusus dalam menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan aktifitas LKS dan lembaga bisnis syariah yaitu
Dewan Syariah Nasional (DSN), yang termuat dalam Keputusan Dewan Pimpinan
MUI Nomor kep-754/MUI/II/1999. Fungsi utama DSN adalah mengawasi
produk-produk LKS agar sesuai dengan syariat Islam bukan hanya mengawasi
bank syariah saja tetapi juga LKS yang lain seperti asuransi, reksadana, modal
ventura, BMT dan sebagainya Fungsi lain dari DSN adalah dapat memberi
teguran kepada lembaga keuangan syariah apabila lembaga yang bersangkutan
menyimpang dari garis panduan yang telah ditetapkan dan jika lembaga keuangan
tersebut tidak mengindahkan teguran tersebut, maka DSN dapat mengusulkan
kepada otoritas yang berwenang .
5
shadaqah sedangkan baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran
dana komersial . Peran umum BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan
yang berdasarkan sistem syariah, sehingga peran ini menegaskan arti penting
prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat . Sebagai LKS yang
bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu
pengetahuan ataupun materi, maka BMT mempunyai tugas penting dalam
mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu, BMT haruslah tetap menjaga prinsip-prinsip syariah dengan
menerapkan fatwa MUI yang telah ada agar masyarakat kecil tidak merasa
dirugikan dan di dzalimi. Masyarakat kecil sudah seharusnya dibina dan didanai
agar dapat melanjutkan keberlangsungan kehidupannya.5
5
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia, 2012),
hlm. 107-108.
6
yang dilakukan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) berbasis Hukum Syariah yang
difatwakan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) adalah
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Ijarah,
Wakalah, Akad Mudharabah Musytarakah, dan Akad Kafalah. OJK sebagai
lembaga pengatur dan pengawas di keuangan syariah juga memiliki fungsi dan
kewenangan untuk melakukan integrasi arah kebijakan, strategi, dan tahapan
pengembangan di industri keuangan syariah, termasuk di IKNB Syariah. Tentu
instrumen regulasi yang dikeluarkan juga sesuai dengan prinsip syariah, dengan
melibatkan DSN MUI.
KESIMPULAN
7
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, menyebutkan bahwa prinsip syariah
adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
bidang syariah.
8
DAFTAR PUSTAKA