Anda di halaman 1dari 1

1.

Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mempelajari reaksi halogenasi pada senyawa
karbonil (substitusi alfa) dengan melakukan sintesis iodoform. Sintesis ini menerapkan
prinsip reaksi substitusi alfa pada senyawa karbonil dengan cara menggantikan atom H alfa
yang terletak pada c alfa oleh suatu elektrofil. Terdapat aseton dan senyawa halogen berupa
kalium iodide dalam praktikum dengan fungsi masing-masing secara berurutan adalah
sebagai nukleofil serta elektrofil. Nantinya, . H alfa akan diambil oleh katalis basa sehingga
terbentuklah anion enolat yang berperan sebagai nukleufil
Setelah semua alat dan bahan telah siap, praktikan dapat memulainya dengan
mencampurkan KI, aquades dan aseton dengan penambahan kaporit sebagai katalisator
basa. Alasan dipilihnya kaporit sebagai katalis basa dibandingkan katalisator basa lainnya
adalah karena reaksi antara KI dan kaporit akan menghasilkan lebih banyak iodoform, KI
akan lebih sulit teroksidasi dan Kaporit adalah oksidator yang lebih lemah dibandingkan
dengan reaksi antara I2 dengan NaOH sehingga kristal iodoform yang terbentuk nanti tidak
rentan untuk terhidrolisis. ketika kaporit bertemu dengan air, maka akan terbentuk ca(OH)2
dan Cl2, gugus OH dari katalis basa inilah yang akan mengambil H alfa pada aseton untuk
mempercepat reaksi kristalisasi dengan membentuk senyawa enolat. Sedangkan Cl2 akan
mengoksidasi KI menjadi I2 yang dapat dipolarkan sebagai I- serta I+.
Setelah anion enolat didapatkan, selanjutnya senyawa diisolasi dan dicuci dengan air
dingin sehingga KI dan I2 yang belum bereaksi dapat hilang dan membuat senyawa dalam
suasana netral agar reaksi hidrolisis iodoform yang terjadi ketika bertemu basa dapat
berhenti. Pada tahap isolasi ini juga terdapat proses pendiaman larutan selama 10 menit
dengan tujuan untuk menyempurnakan reaksi. Persentase rendemeannya menyentuh angka
35,25%

Tahap selanjutnya adalah rekristalisasi. Rekristalisasi dilakukan untuk mendapatkan


hasil yang lebih murni daripada hasil sebelumnya. Pada proses ini, senyawa yang telah
didapat dicampurkan dengan alcohol yang memiliki titik didih rendah sehingga mudah
menguap bersama dengan zat pengotor yang masih melekat pada zat target dengan prinsip
perbedaan kelarutan antara kedua zatnya. Alcohol bersama kristal iodoform dipanaskan dan
disaring panas agar tidak terjadi thermal shock yang akan mengakibatkan terbentuknya
kristal iodoform pada saat penyaringan. Hasil penyaringan panas ini kemeudian disaring lagi
dengan corong buchner yang selanjutnya akan terlihat kristal-kristal iodoform yang lebih
murni daripada kristal sebelumnya. Recovery tidak diketahui dikarenakan tidak tercantum
dalam data praktikum.
Senyawa iodoform yang telah mengalami pemurnian diuji titik lebur serta reaksinya
dengan AgNo3. Secara teoritis, jarak lebur iodofrm adalah 119-122 derajat celcius dan reaksi
AgNO3 akan membentuk endapan kuning jika kristal iodoform yang dihasilkan belum murni.
Pada percobaan didapatkan hasil berupa terbentuknya endapan putih kekuningan larutan
sehingga dapat dikatan bahwa iodoform yang didapat belum cukup murni atau masih
mengandung zat pengotor sedangkan angka jarak leburnya adlah 120-125 derajat celcius.
Hal ini menunjukkanbahwa kristal yang terbentuk merupakan kristal dari senyawa iodoform.

2. Simpulan

Anda mungkin juga menyukai