Anda di halaman 1dari 5

A.

Faktor Risiko
Faktor risiko stroke hemoragik sama dengan stroke iskemik yaitu terdapat faktor
risiko yang dapat diubah (modifiable) dan tidak dapat diubah (nonmodifable). Faktor
risiko yang tidak dapat diubah (nonmodifable) yang paling sering ditemukan pada pasien
adalah sebagai berikut :
 Jenis Kelamin
Dari penelitian Kabi, G, et al. (2015) didapatkan hasil bahwa pasien stroke
iskemik lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (55%) daripada pasien yang
berjenis kelamin perempuan (45%). Hal tersebut disebabkan oleh karena
perempuan lebih terlindungi dari penyakit jantung dan stroke sampai pertengahan
hidupnya akibat hormon esterogen yang dimilikinya. Estrogen bekerja dengan
aksi langsung dalam penghambatan terjadinya hiperlipidemia dan penghambatan
oksidasi kolesterol LDL. Penghambatan hyperlipidemia oleh estrogen mencegah
dan memperbaiki sclerosis arteri. Estrogen juga memiliki aksi langsung pada
sclerosis arteri dengan menghambat oksidasi dan menekan pertumbuhan atau
penyebaran sel otot polos. Degenerasi lipid peroksida (oksidasi) kolesterol LDL,
yang diabsorpsi oleh monosit dan berubah menjadi sel busa di rongga
subendothelial pembuluh darah, menyebabkan aterosklerosis di aorta dan
akhirnya sklerosis arterial. Estrogen berfungsi untuk menekan oksidasi ini (Honjo
dkk 2012).
 Usia
Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah usia 50
tahun, setiap penambahan usia tiga tahun, meningkatkan risiko stroke sebesar 11-
20% (Feigin, 2006). Peningkatan frekuensi stroke seiring dengan peningkatan
umur, berhubungan dengan proses penuaan dimana semua organ tubuh
mengalami kemunduran fungsi termasuk pembuluh darah otak. Pembuluh darah
menadi tidak elastis dan terutama bagian endotelnya mengalami penebalan pada
intimanya, sehingga menyebabkan lumen pembuluh darah menjadi lebih sempit
dan berdampak pada penurunan cerebral blood flow. Pada penelitian Kristiwati,
S.P, 2008, pasien stroke iskemik di RS Panti Wilasa Citarum sebagian besar
berusia ≥55 tahun (72,9%) yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian
stroke (p=0,001, OR=0,051; 95% CI 0,006-0,0426).
 Riwayat Keluarga (Genetik)
Peningkatan risiko stroke melalui riwayat keluarga diperoleh melalui
beberapa mekanisme, yaitu (1) faktor genetik, (2) faktor kepekaan genetik, (3)
faktor kultural/lingkungan dan gaya hidup dan (4) interaksi antara faktor genetik
dan lingkungan (AHA, 2006). Risiko terhadap stroke terkait dengan garis
keturunan. Para ahli menyatakan adanya gen resesif yang memengaruhinya. Gen
tersebut terkait dengan penyakit-penyakit yang merupakan faktor risiko pemicu
stroke. Penyakit terkait dengan gen tersebut antara lain diabetes, hipertensi,
hiperurisemia, hiperlipidemia, penyakit jantung koroner dan kelainan pada
pembuluh darah yang bersifat menurun (Khairatunnisa & Sari, M, 2017).
Selain terdapat faktor risiko yang tidak dapat diubah, terdapat beberapa faktor risiko
stroke yang dapat diubah, yaitu:
 Hipertensi
Seseorang dikatakan memiliki hipertensi apabila tekanan darah >140/90 mmHg
atau >135/85 mmHg pada individu yang mengalami gagal jantung, insufisiensi ginjal
atau DM (Pinzon & Sanyasi, 2017). Hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya
stroke sekitar dua sampai empat kali. Peningkatan tekanan darah menyebabkan
pembuluh darah berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan
tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan‐bulan
atau bertahun‐tahun, akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah
serebral yang mengakibatkan diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi
tetap. Hal ini berbahaya, karena pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau
berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik.
Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding
kapiler menjadi tinggi yang mengakibatkan terjadi hiperemia, edema, dan
kemungkinan perdarahan pada otak. Pada stroke hemoragik, hipertensi merupakan
faktor risiko yang paling berperan dalam kejadian stroke hemoragik. Menurut Keep
et al. (2012) hipertensi merupakan penyebab perdarahan intraserebral yang paling
sering, yaitu sekitar 65% kasus. Tabel di bawah ini menunjukkan klasifikasi tekanan
darah yang biasa digunakan.

Tabel Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8


Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pra-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 ≥160 ≥100

 Diabetes Mellitus
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus (DM), akan berisiko
terkena stroke daripada yang tidak memiliki pemyakit DM. Pada penderita DM, jenis
stroke yang biasanya dialami adalah stroke iskemik. Individu dengan DM, memiliki
kepekaan tinggi terhadap aterosklerosis. DM menyebabkan perubahan pada sistem
vascular, mendorong terjadina aterosklerosis yang dapat menyumbat pembuluh darah
serebral, sehingga berpotensi terjadi infark serebral (Feigin, 2006).
 Dislipidemia
Meningkatnya kadar kolesterol total dan Low Density Lipoprotein (LDL),
berkaitan erat dengan terjadinya aterosklerosis. Meningkatnya LDL merupakan
faktor risiko terjadinya stroke iskemik. Dengan meningkatnya kadar kolesterol total
darah lebih dari 200 mg/dL akan berisiko tinggi terjadinya penyakit serebrovaskular
yaitu stroke. Terbentuknya aterosklerosis pada individu dengan dyslipidemia
menyebabkan terbentuknya sumbatan pada pembulud darah otak, sehingga
menurunkan suplai oksigen ke otak, oleh sebab itu terjadilah stroke (Hakim, Reza,
2013).
 Merokok
Merokok memiliki hubungan dengan kebiasaan merokok. Merokok dapat
mengurangi compliance pembuluh darah, meningkatkan agregasi platelet,
menurukan kadar HDL, meningkatkan hematokrit (Ovbiagele & Nguyen-Huynh,
2011), memicu disfungsi endotel pembuluh darah, memicu reaksi inflamasi, dan
pada akhirnya menyebabkan atherosclerosis (Aoki & Uchino, 2011). Hal tersebut
menjadi alasan utama mengapa perokok aktif dapat mengalami stroke iskemik.
Namun merokok tidak hanya meningkatkan terjadinya stroke iskemik, namun dapat
juga mengalami terjadinya stroke hemoragik. Peningkatan risiko stroke hemoraguk
sebesar 3,29 kali lipat pada wanita yang merokok ≥15 batang per hari dapat
meningkatkan kejadian perdarahan subarachnoid pada perokok atif terkait dengan
peningkatan insidensi aneurisme pada perokok (Kurth, et al, 2003).. Laki-laki
perokok berat yang mengonsumsi rokok ≥20 batang/hari memiliki risiko perdarahan
aneurisme 7,3 kali lipat lebih tinggi dari laki-laki yang tidak pernah merokok (Shah
& Cole, 2010).
 Inaktivitas Fisik
Olahraga sering dikaitkan dengan risiko stroke yang lebih rendah, meningkatkan
kadar HDL, menurunkan aktivitas platelet dan fibrinogen. Seseorang yang rutin
berolahraga memiliki risiko stroke 27% lebih rendah dibandingkan seseorang yang
jarang berolahraga (Ovbiagele & Nguyen Huynh, 2011). Olahraga secara rutin dapat
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kadar lemak darah. Seseorang yang
melakukan olahraga secara rutin memiliki risiko stroke 20% lebih rendah dan tingkat
mortalitas akibat stroke 27% lebih rendah dari orang yang jarang berolahraga (Soler
& Ruiz, 2010).
Adapun faktor risiko terjadinya stroke lain berdasarkan beberapa penelitian adalah
Antiphospholipid Syndrome (APS), Migren, stroke kriptogenik pada pasien kanker, Patent
Foramen Ovale (PFO), Infeksi, penggunaan kontrasepsi oral dan Obstructive Sleep Apneu
(OSA) (Pinzon & Sanyasi, 2017). Penyebab stroke hemoragik yang lainnya adalah ruptur
kantong aneurisme, rupture malformasi arteri dan vena, kelainan perdarahan, perdarahan primer
atau sekunder dari tumor otak, septik embolisme, myotik aneurisme, dan amyloidosis arteri
(Dewi, 2017).

Daftar Pustaka:

Ovbiagele, B. & Nguyen-Hyunh, M.N. Stroke Epidemiology: Advancing Our Understanding of


Disease Mechanism and Therapy. Neurotherapeutics, 2011,8:319-29.
Pinzon, R.T., & Sanyasi, R. D. R. 2017. Faktor Resiko Stroke. Betha Grafika. Yogyakarta
Pinzon, R & Asanti L. (2010). Awas Stroke!: Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan dan
Pencegahan. Yogyakarta: ANDI.
Dewi, Risty Tegar Anita. 2017. Pengaruh Latihan Bola Lunak Bergerigi dengan Kekuatan
Genggam Tangan pada Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto. Bachelor Thesis. Purwokerto: Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Keep, R.F., Hua, Y., & Xi, G. Intracerebral Haemorrhage: Mechanisms of Injury and Theraupetic
Targets. Lancet Neurol, 2012, 11:720-31
Khairatunnisa & Sari, D.M. 2017. Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke
Pada Pasien Stroke di RSU H.Saudin Kutacene Kabupaten Aceh Tenggara. Jurnal Jumantik Vol
2 No 1

Anda mungkin juga menyukai