Anda di halaman 1dari 12

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan

GANGLION
Di Ruang OK RSUD Lawang

Untuk Memenuhi Persyaratan Profesi


Tugas Individu Departemen Surgical

Oleh :
Aditya Pamungkas
135070209111006

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
Laporan Pendahuluan
Ganglion

A. Definisi
Kista ganglion merupakan nodul yang paling lazim ditemukan di tangan.
Lokasi khas di aspek dorsal pergelangan tangan, aspek volar radial pergelangan
tangan, aspek dorsal tangan, dan aspek palmar jari-jari di dekat sendi
Metakarpophalangeal. Jika kistanya kecil, aspirasi ini kista dapat dilakukan
dengan jarum ukuran 22-gauge dan penyuntikan steroid. Namun, mungkin
diperlukan aspirasi beberapa kali untuk penyembuhan. Jika kista nyeri atau besar
ata penyebabnya diragukan, harus diperkirakan rujukan kebagian ortopedi untuk
diangat secara bedah.
Kista Ganglion atau biasa disebut Ganglion merupakan kista yang
terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendo. Kista ini berisi cairan
kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Kista merupakan tumor
jaringan lunak yang paling sering didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya
melekat pada sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau melekat
pada suatu sendi; namun ada pula yang tidak memiliki hubungan dengan struktur
apapun. Kista ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukuran kista bervariasi, dapat
bertambah besar atau mengecil seiring berjalannya waktu dan bahkan
menghilang. Selain itu kadang dapat mengalami inflamasi jika teriritasi.
Konsistensi dapat lunak hingga keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan
yang mengisi kista sehingga kadang didiagnosis sebagai tonjolan tulang.
Ganglion timbul pada tempat-tempat berikut ini:
 Pergelangan tangan – punggung tangan ("dorsal wrist ganglion"), pada
telapak tangan ("volar wrist ganglion"), atau kadang pada daerah ibu jari.
Kista ini berasal dari salah satu sendi pergelangan tangan, dan kadang
diperberat oleh cedera pada pergelangan tangan.
 Telapak tangan pada dasar jari-jari ("flexor tendon sheath cyst"). Kista ini
berasal dari saluran yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan
kadang terjadi akibat iritasi pada tendon - tendinitis.
 Bagian belakang tepi sendi jari ("mucous cyst"), terletak di sebelah dasar
kuku. Kista ini dapat menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat
menjadi terinfeksi dan menyebabkan infeksi sendi walaupun jarang. Hal
ini biasanya disebabkan arthritis atau taji tulang pada sendi.

B. Anatomi
Ganglion terjadi pada sendi, oleh karena itu perlu diketahui mengenai
anatomi sendi. Ganglion ditemukan pada sendi diartrodial yang merupakan jenis
sendi yang dapat digerakkan dengan bebas dan ditemukan paling sering pada
wrist joint. Hal ini mungkin diakibatkan banyaknya gerakan yang dilakukan oleh
wrist joint sehingga banyak gesekan yang terjadi antar struktur di daerah tersebut
sehingga memungkinkan terjadinya reaksi inflamasi dan pada akhirnya
mengakibatkan timbulnya ganglion. Selain itu wrist joint merupakan sendi yang
kompleks karena terdiri dari beberapa tulang sehingga kemungkinan timbulnya
iritasi atau trauma jaringan lebih besar.
Jenis sendi diartrodial mempunyai unsur-unsur seperti rongga sendi dan
kapsul sendi. Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat serta
sinovium yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi dan
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium tidak terlalu meluas
melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan
sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa di seluruh persendian membentuk
sinovium. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna. Jumlah yang ditemukan pada tiap sendi relatif sedikit (1-3 ml). Asam
hialuronidase adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan
sinovial dan disintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan
sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi.

C. Etiologi
Penjelasan yang paling sering digunakan untuk mengungkapkan
pembentukan kista  hingga degenerasi mukoid dari kolagen dan jaringan ikat.
Teori ini menunjukkan bahwa sebuah ganglion mewakili struktur degeneratif yang
melingkupi perubahan miksoid dari jaringan ikat. Teori yang lebih baru, yang
dipostulasikan oleh Angelides pada 1999, menjelaskan  bahwa kista terbentuk
akibat trauma jaringan atau iritasi struktur sendi yang menstimulasi produksi
asam hialuronik. Proses ini bermula di pertemuan sinovial-kapsular. Musin yang
terbentuk membelah sepanjang ligamentum sendi serta kapsul yang melekat
untuk kemudian membentuk duktus kapsular dan kista utama. Duktus pada
akhirnya akan bergabung menjadi kista ganglion soliter yang besar.
Seperti yang telah disebutkan, penyebab ganglion tidak sepenuhnya
diketahui, namun ganglion dapat terjadi akibat robekan kecil pada ligamentum
yang melewati selubung tendon atau kapsul sendi baik akibat cedera, proses
degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui sebelumnya.

D. Patofisiologi
Kista ganglion dapat berupa kista tunggal ataupun berlobus. Biasanya
memiliki dinding yang mulus, jernih dan berwarna putih. Isi kista merupakan
musin yang jernih dan terdiri dari asam hialuronik, albumin, globulin dan
glukosamin. Dinding kista terbuat dari serat kolagen. Kista dengan banyak lobus
dapat saling berhubungan melalui jaringan duktus. Tidak terdapat nekrosis
dinding atau selularitas epitel atau sinovia yang terjadi.
Normalnya, sendi dan tendon dilumasi oleh cairan khusus yang terkunci
di dalam sebuah kompartemen kecil. Kadang, akibat arthritis, cedera atau tanpa
sebab yang jelas, terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut. Cairan tersebut
kental seperti madu, dan jika kebocoran tersebut kecil maka akan seperti lubang
jarum pada pasta gigi –jika pasta gigi ditekan, walaupun lubangnya kecil dan
pasta di dalamnya kental, maka akan mengalir keluar- dan begitu keluar, tidak
dapat masuk kembali. Hal ini bekerja hampir seperti katup satu arah, dan akan
mengisi ruang di luar area lubang. Ketika kita menggunakan tangan kita untuk
bekerja, sendi akan meremas dan menyebabkan tekanan yang besar pada
kompartemen yang berisi cairan tersebut- ini dapat menyebabkan benjolan
dengan tekanan yang besar sehingga sekeras tulang.
Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya
kental dan pekat dan menyulitkan tubuh untuk me-reabsorbsi jika terjadi
kebocoran. Tubuh akan mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut, tapi
hanya sanggup menyerap air yang terkandung di dalamnya sehingga
membuatnya lebih kental lagi. Biasanya, pada saat benjolan cukup besar untuk
dilihat, cairan tersebut telah menjadi sekental jelly.
Kadang disebutkan bahwa ganglion berasal dari protrusi dari membran
sinovial sendi atau dari selubung suatu tendo. Namun, kami tidak dapat
memperlihatkan adanya hubungan antara rongga kista dengan selubung tendon
atau sendi yang berhubungan. Namun, terdapat kemungkinan bahwa kista
berasal dari bagian kecil membran sinovia yang mengalami protrusi dan
kemudian terjadi strangulasi sehingga terpisah dari tempat asalnya; bagian ini
kemudian berdegenerasi dan terisi oleh materi koloid yang berakumulasi dan
membentuk kista.

E. Gejala Ganglion
Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang muncul
dapat berupa keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion
umumnya soliter, dan jarang berdiameter di atas 2 cm. Dapat melibatkan hampir
semua sendi pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar wrist,
volar retinakular dan distal interfalangeal merupakan kista ganglion yang paling
sering ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan. Ganglion terbesar
terletak di belakang lutut dan biasa disebut Kista Baker.
Ahli bedah tangan yang berpengalaman juga dapat mengenali ganglion
dorsal okulta (tersembunyi), yang dapat timbul dengan tekanan lembut pada
regio fossa scapholunate. Nyeri terjadi dengan gerakan pergelangan tangan
yang ekstrim. Temuan radiografik biasanya normal, dan MRI berguna dalam
mengkonfirmasi diagnosis. Eksisi bedah pada ganglion okulta dapat
menghilangkan nyeri dan gejala pada sebagian besar kasus. Sebagian pasien
mengeluhkan benjolan di bawah kulit yang sebagian besar terletak pada bagian
belakang pergelangan tangan, sisi telapak pada pergelangan tangan, di atas
tendon pada dasar jari pada sisi telapak tangan, atau pada sendi jari terdekat ke
ujung jari. Ganglion umumnya tidak nyeri; namun dapat menyebabkan nyeri
ketika digerakkan atau menyebabkan masalah mekanis (terbatasnya ruang
gerak) tergantung dari lokasi ganglion tersebut. Kista ganglion memiliki
kecenderungan untuk membesar dan mengecil, kemungkinan karena cairan
yang terdapat dalam kista terserap kembali ke dalam sendi atau tendon untuk
kemudian diproduksi kembali. Masalah terbesar dengan ganglion adalah
ketakutan pasien bahwa benjolan tersebut merupakan sesuatu yang gawat.
Diagnosis didasarkan atas riwayat penyakit, pemeriksaan fisis, dan kemungkinan
foto sinar x polos atau USG. Kista dapat dibedakan dari tumor padat melalui
transiluminasi (berkas sinar akan melewati cairan yang memenuhi ganglion, tapi
tidak jika merupakan massa tumor yang padat). Pencitraan USG juga telah
digunakan untuk membedakan massa padat dan kistik di tangan.
Ada beberapa kasus kista ganglion yang tidak timbul benjolan, sehingga
hanya dapat dilihat dan dideteksi dengan menggunakan MRI atau USG. Pada
jenis ini, kista ganglion disebut dengan hidden ganglion cysts (occult ganglions)
yang pada umumnya menimbulkan rasa sakit.

F. Penatalaksanaan
Terdapat tiga pilihan utama penatalaksanaan ganglion.
1. Pertama, membiarkan ganglion tersebut jika tidak menimbulkan keluhan
apapun. Setelah diagnosis ditegakkan dan pasien diyakinkan bahwa
massa tersebut bukanlah kanker atau hal lain yang memerlukan
pengobatan segera, pasien diminta untuk membiarkan dan menunggu
saja. Jika ganglion menimbulkan gejala dan ketidaknyamanan ataupun
masalah mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan: aspirasi
(mengeluarkan isi kista dengan menggunakan jarum) dan pengangkatan
kista secara bedah.
2. Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan
isinya setelah mematirasakan daerah sekitar kista dengan anestesi lokal.
Karena diperkirakan bahwa inflamasi berperan dalam produksi dan
akumulasi cairan di dalam kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang
diinjeksikan ke dalam kista sebagai usaha untuk mengurangi inflamasi
serta mencegah kista tersebut terisi kembali oleh cairan kista. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa menggunakan substansi lain seperti
hialuronidase bersama dengan steroid setelah  aspirasi meningkatkan
angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan
substansi tambahan.
3. Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi
saraf (hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion
pada saraf) atau timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah
dianjurkan. Hal ini melibatkan insisi di atas kista, identifikasi kista, dan
mengangkatnya bersama dengan sebagian selubung tendo atau kapsul
sendi dari mana kista tersebut berasal. Lengan kemudian dibalut selama
7-10 hari. Eksisi kista ini biasanya merupakan prosedur minor, tapi dapat
menjadi rumit tergantung pada lokasi kista dan apakah kista tersebut
melekat pada struktur lain seperti pembuluh darah, saraf atau tendon.

G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran
ganglion. Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana
terdapat ganglion. Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah
menjadi ganas.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan
berupa rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga terdapat
resiko infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau pembuluh
darah.

H. Prognosis
Prognosis penyakit tergantung dari beberapa hal:
 Kista yang berasal dari selaput tendon lebih mudah sembuh dengan
suntikan kortikosteroid dbandingkan dengan yang berasal dari sendi
 Kista dari pergelangan tangan bagian depan (volar wrist ganglion) akan
lebih mudah kembali setelah pembedahan dibandingkan kista pada
bagian dorsal.
Tingkat rekurensi setelah penanganan nonoperatif mencapai 30-60%
dibandingkan dengan yang dioperasi (5-15%). Total ganglionektomi
menghasilkan angka kesembuhan 85-95% jika kista dan akar diangkat
bersamaan dengan pemotongan sedikit dari kapsul tendo. Rekurensi setelah
operasi biasanya diakibatkan oleh pengangkatan kapsul atau membrane sinovial
yang tidak lengkap.

I. Pemeriksaan Penunjang
Foto sinar x polos (CT-Scan) atau USG.Kista dapat dibedakan dari tumor
padat melalui transiluminasi (berkas sinar akan melewati cairan yang memenuhi
ganglion, tapi tidak jika merupakan massa tumor yang padat). Pencitraan USG
juga telah digunakan untuk membedakan massa padat dan kistik di tangan.
Dalam beberapa kasus kista ini tidak menimbulkan benjolan sehingga hanya
dapat dideteksi menggunakan MRI atau USG.
Asuhan Keperawatan
Ganglion

A. Anamnesa
Anamnesa selalu didahului dengan pengambilan data identitas pasien
secara lengkap, seperti nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
alamat,pekerjaan dll, kemudian diikuti dengan keluhan utama dan selanjutnya
baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang dikeluhkannya, kemudian
dinyatakan riwayat penyakit dahulu, dan riwayat kesehatan dan penyakit dalam
keluarga.
 Alloanamnesis adalah anamnesis yang didapat dari informasi orang lain
(dapat keluarga, ataupun seseorang yang mengasuhnya). Pada pasien
yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit untuk menjawab
pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang lain untuk
menceritakan permasalahnnya.
 Pertama yang dapat kita sebagai dokter lakukan adalah menanyakan
data umum pasien seperti nama, umur, alamat, dan sebagainya.
Kemudian menanyakan keluhan utama sampai dibawa kedokter, riwayat
penyakit sekarang maupun yang dulu atau sebelumnya pernah di alami.
 Selain itu juga kita dapat menanyakan riwayat penyakit keluarga dan
riwayat kebiasaan maupun sosial, sebab ada beberapa penyakit yang
dapat diturunkan atau karena lingkungan social.

B. Pemeriksaan Fisik
 Umum
Dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, misalnya tekanan darah,
frekuensi nafas, nadi, suhu badan, dll.
 Lokal
Dilakukan inspeksi (look), palpasi (feel), pergerakan (move)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b.d Kurang pengetahuan kurang informasi tentang prosedur
2. Nyeri badan kerusakan integritas kulit, jaringan (luka post operasi)
3. Resti infeksi badan luka operasi / kerusakan integritas kulit dan jaringan

D. Rencana Asuhan Keperawatan


Dx 1.
Tujuan : Pengetahuan klien adekuat
Criteria hasil
1. Bekerja sama dalam persiapan prabedah
2. Klien mengetahui cara perawatan post operasi
Intervensi :
 Kaji tingkat pengetahuan klien
 Jelaskan prosedur pra operasi dengan jelas dan memberikan alasan
tepat
Ro/ informasi memungkinkan klien mengantisipasi kejadian dan
memahami alasan tindakan

2. Dx 2
Tujuan : Nyeri teratasi/Hilang
Kriteria hasil :
1. Klien mengungkapkan penurunan tingkat nyeri
2. Grimace (-)
3. Skala nyeri berkurang
4. Nadi 80-100 x/menit RR 16 – 20 x/menit
Interversi
 Kaji tingkat, intensitas, skala dan respon nyeri klien
Ro/ mengetahu rencana tindakan selanjutnya
 Berikan posisi nyaman (mengganjal insisi dengan bantal, kompres
hangat)
Ro/ mengurangi nyeri dari meningkatkan rasa nyaman
 Ajarkan klien teknik distraksi relaksasi napas dalam
Ro/ mengurangi keteganagn otot – otot organ
 Ukur nadi dan RR
Ro/ peningkatan nyeri di tandai peningkatan nadi dan RR
 Kolaborasi pemberian analgesik
Ro/ Menurunkan tingkat nyeri

3. Dx 3
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda - tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, kalor, odor)
2. Luka operasi sembuh tepat waktu
3. Suhu 36,5 37,5oc
4. Leukosit 4000 – 10.000/mm3
Intervensi :
 Observasi daerah luka, apakah ada tanda infeksi
Ro/ mengetahu tanda infeksi
 Cuci tangan sebelum rawat luka
Ro/ mencegah transmisi mikroorganisme
 Lakukan rawat aseptik
Ro/ mencegah infeksi
 Ukur suhu
Ro/ peningkatan suhu mengindikasikan adanya infeksi
 Kolaborasi pemeriksaan lab (leukosit)
Ro/ leukosit yang tinggi indikasi adanya infeksi
 Kolaborasi pemberian antibiotik
Ro/ mencegah infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Dandy David J. & Dennis J. Edwards, Disorders of the Wrist and Hand in
Essential Orthopaedics and Trauma 4th edition, Churchill Livingstone,
London, 2003.
Eaton Charles, Ganglion Cysts in www.e-hand.com accessed on June 21,    
2007.
Andersson, Bruce Carl, Dorsal Ganglion in Office Orthopedics for Primary Care:
Treatment 3rd edition, Saunders Elsevier, Philadelphia, 2006.
Carr, Andrew J & William Hamilton, Hand and Wrist in Orthopaedics in Primary
Care 2nd edition, Elsevier, London, 2005.
Kouris George J, Ganglion Cyst in www.emedicine.com accessed on June 21,
2007.
Hochwald Neal L & Green Steven M in Tumors, Spivak Jeffrey M ed. et al in
Orthopaedics A Study Guide, McGraw-Hill, New York, 2002.
Sjamsuhidajat R, Jong WD (ed.), Kulit dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC,
Jakarta, 1997.
Carter A. Michael, Anatomi Tulang dan Sendi dalam Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, editor Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson,
EGC, Jakarta, 1995.
Canale S. Terry (Ed.), Tumors of Synovial Tissue in Campbell’s Operative
Orthopaedics Volume One, 10th edition, Mosby, Toronto, 2003.
Trumble Thomas E., Jeffrey E. Budoff & Roger Cornwall, Soft Tissue Neoplasms:
Benign and Malignant in Hand, Elbow & Shoulder: Core Knowledge in
Orthopaedics, Mosby,  Philadelphia, 2006.

Anda mungkin juga menyukai