Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI

(STUDI DESKRIPTIF ANALITIS PADA BADAN AMIL ZAKAT


NASIONAL PROVINSI BANTEN)

Aura Nabilat En Najla


E-mail : yurratun@gmail.com

Anisya Amalia Tursina


E-mail : anisyatursina@gmail.com

Mastiah
E-mail : Tiamahir5@gmail.com

Pascasarjana Ekonomi Syariah


Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Abstrak :
Provinsi Banten memiliki posisi strategis dari segi jalur perdagangan dan wilayah
pendukung Ibukota. Tak hanya penghubung utama jalur perdagangan Sumatera- Jawa,
Provinsi ini juga menjadi lokasi aglomerasi perekonomian dan dekat dengan Ibukota
Jakarta. Jika hal ini dapat dioptimalkan, pendapatan zakat yang dapat diperoleh BAZNAS
Provinsi Banten akan sangat besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
proses pengelolaan zakat profesi pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi
Banten.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yang
menggambarkan masalah secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta yang terjadi
di lapangan. Hasil penelitian berdasarkan analisis deskriptif analitis menunjukkan proses
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian zakat profesi di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Provinsi Banten dalam kategori baik, sedangkan proses
pelaksanannya masih belum optimal terhadap penghimpunan zakat yang belum
menyeluruh terhadap pekerja- pekerja perusahaan yang berada di wilayah Provinsi Banten.

Kata Kunci : Zakat Profesi, Pengelolaan, Badan Amil Zakat Nasional

PENDAHULUAN
Posisi Penelitian
Zakat merupakan salah satu ibadah yang diwajibkan kepada setiap kaum Muslimin,
karena pelunasan zakat semata- mata sebagai cermin kualitas imannya kepada Allah SWT.
Kepentingan zakat merupakan kewajiban agama seperti halnya shalat dan menunaikan
ibadah haji. Yang mana perintah ini mengandung misi social dan memiliki tujuan jelas
bagi kemaslahatan umat. Tujuan yang dimaksud antara lain untuk memecahkan problem
kemiskinan, meratakan pendapatan, meningkatkan kesejahteraan umat dan Negara.
Dengan demikian setiap Muslim yang harta kekayaannya telah mencapai Nis’ab dan H’aul
sebesar 85 gram emas atau sebesar 2,5% (dikeluarkan dalam satu tahun kepimilikan) maka
berkewajiban mengeluarkan zakat; baik zakat fitrah maupun zakat maal.
Zakat profesi merupakan salah satu jenis zakat kontemporer dalam pembahasan
fiqih saat ini. Harta hasil usaha seperti gaji pegawai, upah karyawan, pendapatan dokter,
insinyur, advokat dan yang lain yang mengerjakan profesi tertentu dan juga seperti
pendapatan yang diperoleh, modal yang diinvestasikan di luar sector perdagangan, seperti
pada mobil, kapal, pesawat terbang, percetakan, tempat- tempat hiburan dan lain- lainnya,
wajib terkena zakat persyaratan satu tahun dan dikeluarkan pada waktu diterima
(QardawiI, 1999). Dalam perkembangannya, para pekerja dan pemilik keahlian ini justru
memperoleh upah atau pendapatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka
yang bertani, beternak atau berdagang. Oleh karena itu, sangat tepat jika zakat diwajibkan
kepada para pekerja yang mendapat upah dan gaji sebagaimana diwajibkan kepada petani
dan pedagang. Dalam QS. Al-Baqarah: 267, Allah SWT mengisyaratkan bahwa zakat
dikenakan kepada apa yang diusahakan (Al-kasbu).
Dalam UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 4 Ayat 2,
disebutkan bahwa zakat maal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: (1) Emas,
perak dan logam mulia lainnya; (2) Uang dan surat berharga lainnya; (3) Perniagaan; (4)
Pertanian, perkebunan dan kehutanan; (5) Peternakan dan perikanan; (6) Pertambangan;
(7) Perindustrian; (8) Pendapatan dan jasa; (9) Rikaz. Pasal 6 UU No. 23 Tahun 2011 :
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara
nasional. Pasal 7 UU No. 23 Tahun 2011 :
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan
d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Selanjutnya pada Pasal 16 disebutkan, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk UPZ pada
instansi pemerintah, badan usaha milik Negara, badan usaha milik daerah, perusahaan
swasta.
Terbit UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sehingga seluruh daerah
merespon dengan pembentukan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) di masing-masing
wilayah, termasuk Provinsi Banten dengan SK Gubernur Banten No. 451.12/Kep.184-
Huk/2002 tentang Pembentukan Pengurus BAZDA Provinsi Banten tanggal 2 Desember
2002, selanjutnya keluar SK Gubernur Banten No. 457/Kep.324-Huk/2010. Dengan
keluarnya UU No. 23 Tahun 2011 nama Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) berubah
menjadi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Saat ini nama BAZDA Provinsi Banten
menjadi BAZNAS Provinsi Banten. BAZNAS Provinsi Banten terbentuk dengan
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 118 Tahun 2014 tentang Pembentukan
Badan Amil Zakat Nasional Provinsi.
UPZ adalah singkatan sekaligus sebutan untuk unit pengumpul zakat BAZNAS
Prov. Banten yakni merupakan satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk
membantu pengumpulan zakat di lingkungan kementerian/lembaga, BUMN, perusahaan
swasta nasional, perusahaan asing yang berada dan berkedudukan di wilayah Republik
Indonesia (RI), dan perwakilan RI di luarnegeri. UPZ merupakan bagian BAZNAS yang
tidak terpisahkan dalam arti bahwa setiap transaksi atau peristiwa di UPZ, baik
menyangkut hak maupun kewajiban, harus menjadi bagian dari catatan dan pelaporan serta
tanggung jawab BAZNAS.
Tabel 1.1
Rekapitulasi Raihan Pengumpulan Dana Zakat, Infak, Sedekah, dan Dana
Sosial Keagamaan lainnya Tahun 2015 s/d 2018 BAZNAS Provinsi Banten
ZAKAT INFAQ DAN BAGI HASIL
TAHUN FITRAH ZAKAT MAL SHADAQAH FIDYAH/DSKL BANK JUMLAH KENAIKAN %

2015 165,025,000.00 2,185,655,699.00 136,012,265.00 26,973,268.00 24,510,673 2,538,176,905.00 216,876,908.00

2016 205,420,000.00 2,807,375,072.00 174,127,613.00 5,100,010.00 26,978,382 3,219,001,077.00 680,824,172.00 26.82%

3,683,810,745.4
2017 175,721,100.00 5,691,353,023.41 215,636,760.00 786,801,100.00 33,299,839.00 6,902,811,822.41 114.44%
1

2018 359,969,000.00 6,786,776,672.42 262,918,119.19 320,832,639.00 29,735,394.70 7,760,231,825.31 857,420,003 12.42%

JUMLA 1,574,377,725.0 1,003,579,049.1 1,336,273,029.0 142,355,803.7


24,132,327,330.31 28,188,912,937.20
H 0 9 0 0

Menurut data yang penulis peroleh dari laporan keuangan pengumpulan dana zakat UPZ
BAZNAS Provinsi Banten tahun 2015- 2018 mengalami peningkatan. Hal ini terjadi
karena banyaknya penghargaan yang sudah diraih diantaranya adalah; Sejak tahun 2012
atau 7 (tujuh) tahun berturut-turut BAZNAS Provinsi Banten mendapat opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) dari Akuntan Publik; BAZNAS Provinsi Banten juga telah diaudit
syariah oleh Kementerian Agama Islam R.I. dan mendapatkan hasil sebagai : (1) Lembaga
pengelola zakat berpredikat sesuai syariah, (2) Lembaga pengelola zakat berperingkat A
(amat baik), (3) Lembaga pengelola zakat patuh pelaporan keuangan standar; Tahun 2014
BAZNAS ProvinsiBanten mendapatkan penghargaan kategori kinerja yang memuaskan
dari BAZNAS RI; Tahun 2015 BAZNAS Provinsi Banten meraih penghargaan Zakat
Award klasifikasi BAZNAS Provinsi Kategori Pengelola Zakat Terbaik I dari
Kementerian Agama R.I; Tahun 2017 dan 2018 Gubernur Banten meraih penghargaan dari
BAZNAS R.I. sebagai Gubernur pendukung Kebangkitan Zakat Terbaik. Dan ini menjadi
salah satu alasan peneliti memilih penelitian di BAZNAS Provinsi Banten.
Sedangkan untuk potensi penerimaan zakat sangat tinggi di Provinsi Banten,
sebagai gambaran untuk zakat pendapatan dan jasa (profesi) dari Karyawan BUMN
Provinsi Banten, berdasarkan asumsi data pendapatan Karyawan bulan September 2019 :
1. Gaji dan Tunjangan Kinerja sebesar Rp. 116.465.958.152,- /bulan atau
Rp.1.397.591.497.824,-/tahun,
2. Sehingga potensi penerimaan zakat/bulan adalah Rp.116.465.958.152,- x 2,5%
adalah Rp. 2.911.648.954,- atau Rp.34.939.787.446,-/tahun.
Hasil pengumpulan dari potensi jumlah penduduk tersebut berkisar 35 M, maka saat ini
baru mencapai 0,07% dari potensi yang ada.
Fokus Penelitian
Peneliti dalam hal ini hanya akan terfokus pada proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian yang dilakukan UPZ BAZNAS Provinsi
Banten sejak didirikannya Baznas dari sosialisasi, mendata muzakki, dan calon muzakki,
mendata mustahiqq baik konsumtif maupun produktif, mengelola maupun melaporkan
keuangan kepada pihak pihak terkait dan melakukan pendistribusian hingga
pendayagunaannya.
PERMASALAHAN PENELITIAN
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat ditarik permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pola perencanaan dan pengorganisasian zakat di UPZ Baznas Provinsi
Banten?
2. Bagaimana pola pelaksanaan dan pengendalian zakat di UPZ Baznas Provinsi Banten?
TINJAUAN TEORI
Pengertian Zakat dan Zakat Profesi
Kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu al- barakatu ‘ keberkahan’, alnamaa
‘pertumbuhan dan perkembangan’, ath- thaharah ‘ kesucian’, dan ashshalat ‘keberesan’,
dan berarti juga tazkiyah, tathhier mensucikan. Syara' memakai kata tersebut untuk kedua
arti ini.1
Pertama, dengan zakat, diharapkan akan mendatangkan kesuburan pahala.
Karenanya dinamakanlah "harta yang dikeluarkan itu", dengan zakat.
Kedua, zakat itu merupakan suatu kenyataan jiwa suci dari kikir dan dosa. Abu
Hasana al-Wahidi mengatakan bahwa zakat mensucikan harta dan memperbaikinya, serta
menyuburkannya. Menurut pendapat yang lebih nyata zakat itu bermakna kesuburan dan
penambahan serta perbaikan. Asal maknanya, penambahan kebajikan. Kata zakat dipakai
untuk dua arti : subur dan suci.
Berdasarkan pengertian di atas maka zakat mempunyai fungsi fokok sebagai
berikut:
1) Membersihkan jiwa muzakki
2) Membersihkan harta muzakki
3) Fungsi sosial ekonomi, artinya bahwa zakat mempunyai misi meratakan
kesejahteraan dan kebahagiaan dalam bidang sosial ekonomi. Lebih jauh berperan
serta dalam membangun perekonomian mendasar yang bergerak langsung ke sektor
ekonomi lemah.
4) Fungsi ibadah, artinya bahwa zakat merupakan sarana utama nomor tiga dalam
pengabdian dan rasa syukur kepada Allah swt.
Sedangkan H. Sulaiman Rasyid dalam buku Fiqih Islam beliau mengemukakan
bahwa: zakat menurut agama Islam artinya kadar harta yang tertentu, yang diberikan
kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa syarat hukumnya fardhu ain atau tiap-
tiap orang yang cukup syarat-syarat zakat mulai diwajibkan pada tahun kedua hijriah.2
Adapun pengertian zakat menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang no. 38 Tahun
1999 yaitu: Zakat adalah harta wajib di sisihkan oleh seorang muslim atau badan yang

1
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang : PT. Pustaka Rizky Putra,
1999), h.3
2
H. Sulaiman Rasyid, Fiqih islam (cet. VII: Jakarta: At-Tahiriyah, 1980. h. 189
dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada orang yang
berhak menerimanya.3
Dengan demikian dapat dipahami bahwa, zakat artinya mengeluarkan sebagian dari
harta yang dimilikinya untuk mensucikan diri dari harta yang demikian. Dan selain
merupakan ibadah kepada Allah yang mempunyai dampak sosial yang nyata. Dari satu
segi zakat adalah ibadah dari segi lain ia merupakan kewajiban sosial. Zakat merupakan
salah satu dana atau harta masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk menolong orang-
orang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sehinnga dapat
mempunyai kesempatan untuk hal-hal luhur sebagai khalifa Allah di bumi.
Profesi berasal dari bahasa indonesia yang berarti bidang pekerjaan yang di landasi
pendidikan dan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Profesional
adalah yang bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk
menjalankannya.
Zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian
profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan bersama dengan
orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang) yang memenuhi nisab (batas
minimum untuk bisa berzakat). Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa zakat profesi
adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari pengembangan potensi
diri yang dimiliki seseorang dengan cara tertentu sesuai dengan syariat Islam.4
Berdasar pemahaman diatas bahwa objek zakat penghasilan bisa disebut dengan
istilah zakat profesi. Dalam Ensiklopedi Islam zakat profesi termasuk dalam kelompok
zakat mal, yaitu al-maal almustafaad (kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim
melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat agama). (Depdikbud, 1993: 227)
Sejalan dengan hal tersebut Abdul Ghofur Anshori menjelaskan bahwa zakat profesi
(penghasilan) adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi (pekerjaan) seseorang, baik
dokter, arsitek, notaries, ulama’/da’i, karyawan, guru, dan lain-lain.
Dalil- Dalil Tentang Kewajiban Zakat
Ada beberapa dalil yang menegaskan bahwa zakat merupakan kewajiban karena
menjadi salah satu rukun agama (Islam). Memperhatikan secara seksama, dalil-dalil yang
bersumberkan dari al-Qur’an tersebut, kewajiban zakat juga dipahami dari dalil-dalil
tentang kewajiban shalat, term zakat selalu bergandengan dengan term shalat, misalnya :
3
Departemen Agama RI , h. 7.
4
Asmuni dan Siti Mujiatun, Bisnis Syariah; Suatu Alternatif Pengembangan Bisnis Yang
Humanistik Dan Berkeadilan, cet.ke 3, ( Medan: Perdana Publishing, 2016),h.118.
QS Al-Baqarah : 43

َ ‫الص ٰلو َة َو ٰاتُوا َّالز ٰكو َة َو ْار َك ُع ْوا َم َع َّالرا ِك ِعنْي‬


َّ ‫َو َا ِق ْي ُموا‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk.”
Kewajiban untuk mengeluarkan zakat, adalah merupakan pilar Islam yang sengaja
disyariatkan yang esensinya membawa pada persamaan hak, kasih sayang, tolong
menolong, dan memotong tiap jalan keburukan yang dapat mengancam keutamaan,
kenyamanan, kelapangan dan berbagai sendi-sendi kemaslahatan dunia dan akhirat.
Kewajiban zakat ini dipahami bahwa Islam adalah agama yang ajarannya membawa
keadilan sosial, yang memberikan jaminan bagi orang fakir yang lemah dalam
mendapatkan bahan makannya, dan jaminan kebebasan bagi orang kaya untuk memiliki
harta benda sesuai dengan kemampuannya dalam berusaha.
Pengelolaan zakat
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011
menjelaskan tentang pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Tujuan
pengelolaan zakat adalah5:
1) Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah
zakat.
2) Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
3) Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.

Prinsip Pengelolaan Zakat


Prinsip yang digunakan dalam pengelolaan zakat menurut Yusuf Qardawi adalah6
1) Prinsip Syariah
Pendirian Lembaga zakat atau pembentukan undang-undang yang mengatur
pengumpulan dan juga pendistribusian zakat haruslah menjadi bagian yang sempurna
dalam penerapan hukum Islam.

2) Prinsip Amanah
5
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Zakat, BAB I, Pasal 8 dan Pasal 9.
6
Yusuf Qardawi, Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan. Terjemahan oleh Sari
Narulita (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h.161
Dana zakat merupakan harta milik Allah yang harus dikelola dan digunakan
berdasarkan Amanah-Nya yang termaktub dalam al-Qur’an.
3) Prinsip keadilan
Adil disini yang dimaksud adalah bukanlah ukuran yang sama, tetapi tujuannya
adalah untuk menjaga kepentingan umat.
4) Prinsip Akuntabilitas
Adalah pertanggung jawaban atas pengelolaan dana zakat melalui pelaporan (hasil
pencatatan) yang dapat dipertanggungjawabkan.
5) Prinsip Transparansi
Tidak adanya kepercayaan terhadap pemerintah yang bertugas untuk mengumpulkan
zakat karena mengira bahwa pemerintah tidak mendistribusikannya sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam hukum Islam. Dengan demikian, agar pengelolaan zakat dapat
memberikan kepercayaan kepada public.
6) Prinsip Efisiensi
Yaitu hemat dalam pengeluaran administrative sebaik mungkin. Biaya administrative
atau operasional dapat diambilkan dari dana amil. Kemudian hendaknya amil diberi upah
sesuai dengan pekerjaannya, tidak terlalu kecil dan tidak juga berlebihan.
Unsur Pengelolaan Zakat
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, dijelaskan bahwa unsur
pengelolaan zakat meliputi kegiatan:
1. Pengumpulan
Pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan perhimpunan dan
pengarahan.7 Agar penghimpunan zakat bisa optimal, petugas zakat harus menerapkan
mekanisme penghimpunan yang benar dan professional diantaranya sebagai berikut:8
a) Melakukan pendataan terhadap muzaki dan sumber zakat. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengidentifikasi sumber-sumber zakat yang ada dan itu harus dilakukan
berdasarkan potensi ekonomi yang ada di suatu wilayah.
b) Melakukan usaha penggalian sumber zakat dengan dua pola, yaitu aktif mendatangi
tempat muzaki untuk menyerahkan zakatnya dan menunggu para muzaki
menyerahkan zakatnya.
c) Mencatat dan membuktikan hasil penghimpunan zakat.
7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), h. 475
8
Lili Bariadi, Muhammad Zen dan M. Hudri, Zakat
Pada awal masa pemerintahan Rasulullah saw, pengelolaan zakat merupakan
semangat dari persyariatan zakat. Zakat dijadikan sebagai salah satu instrument kebijakan
fiscal negara yang dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah Islam
yang nantinya dapat mensejahterakan umat muslim pada saat itu. Rasulullah saw
membentuk lima strukturan kepengurusan amil zakat yang memiliki fungsi, tugas dan
bertanggung jawab terhadap pengelolaan zakat tersebut.9 Adapun struktur pengurus amil
zakat adalah:
(1) Katabah, yaitu petugas yang mencatat para wajib zakat
(2) Hasabah, yaitu petugas yang menaksir dan menghitung zakat
(3) Jubah, yaitu petugas yang menarik, mengambil zakat dari para muzaki
(4) Khazanah, yaitu petugas yang menghimpun dan memelihara harta
(5) Qasamah, yaitu petugas yang menyalurkan zakat para mustahik (orang yang berhak
menerima zakat)
Unsur pengumpulan zakat, yaitu:10
a) Amil zakat adalah orang yang mengabdikan dirinya secara penuh (full time) dalam
mencatat, mengadministrasikan, menagih zakat dari muzaki, melakukan sosialisasi
dan mendistribusikannya kepada mustahik zakat (orang yang berhak menerima
zakat)
b) Muzaki adalah seorang muslim yang dibebani kewajiban mengeluarkan zakat
disebabkan terdapat kemampuan harta setelah sampai nisab dan haulnya.
2. Pendistribusian Zakat
Distribusi berasal dari Bahasa Inggris yaitu distribute yang berarti pembagian atau
penyaluran. Secara terminology distribusi adalah penyaluran (pembagian, pengiriman)
kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat.11
Sasaran distribusi zakat adalah pihak-pihak yang diperbolehkan menerima zakat
menurut hukum sedangkan tujuan distribusi zakat adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam bidang perekonomian sehingga dapat memperkecil
kelompok masyarakat yang kurang mampu, yang pada akhirnya akan meningkatkan
kelompok muzaki.12
9
Mustafa Edwin Nasution, et. Al, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana, 2004), h.
214
10
Mursyid, mekanisme Pengumpulan Zakat Infaq dan Shadaqah (Menurut hukum syaara’ dan
undang-undang), (Yogyakarta: Megistra Insania press, 2006), h. 89
11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h. 612
12
Mursyidi, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 169
Salah satu fungsi zakat adalah fungsi sosial sebagai sarana saling berhubungan
sesame manusia terutama antara orang kaya dan miskin, karena dan zakat dapat
dimanfaatkan secara kreatif untuk mengatasi kemiskinan yang merupakan masalah sosial
dalam kehidupan masyarakat. Agar dana zakat yang disalurkan itu dapat berdaya guna dan
berhasil guna, maka pemanfaatannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif dan
produktif. Untuk pendayagunaan dana zakat, pola pendistribusian zakat dikategorikan
dalam empat bentuk berikut:
a. Distribusi bersifat konsumtif tradisional yaitu zakat dibagikan kepada mustahik untuk
dimanfaatkan secara langsung seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat mal yang dibagikan kepada para
korban bencana alam.
b. Distribusi bersifat konsumtif kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk lain dari
barangnya semula, seperti dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa, bantuan alat
pertanian seperti cangkul untuk petani.
c. Distribusi bersifat produktif tradisional/konvensional dimana zakat diberikan dalam
bentuk barang-barang yang produktif seperti kambing, sapi, alat cukur, dan lain
sebagainya. Pemberian dalam bentuk ini akan dapat menciptakan suatu usaha yang
membuka lapangan kerja bagi fakir miskin.
d. Distribusi dalam bentuk produktif kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk
permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang
pengusaha kecil.13
Selain inovasi distribusi tersebut, maka pendayagunaan juga memerlukan system
manajemen, karena suatu system (pengelolaan) dikatakan baik apabila proses manajemen
telah terlaksana dengan baik pula. Yang pertama yaitu proses perencanaan (planning),
proses pengorganisasian (organizing), proses pengarahan (leading/directing) dan proses
pengawasan atau pengendalian (controlling).14

METODE PENELITIAN
Pendekatan

13
Muhammad Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat: Mengomunikasikan Kesadaran dan
Membangung Jaringan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 146-147
14
Fathul Aminudin Azis, Manajemen dalam Perspektif Islam (Cilacap: Pustaka El-Bayan, 2012), h.
12
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yakni
suatu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah aktual yang ada pada masa
sekarang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara terstruktur dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, kepada beberapa pengurus atau
pengelola Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Banten.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Banten
Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Nasional Provinsi Banten
Tahun 1999 lahir Undang-Undang No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.
Provinsi Banten lahir berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Provinsi Banten tanggal 17 Oktober 2000. Dalam rangka merealisasikan
motto Provinsi Banten “Iman dan Taqwa” serta untuk melaksanakan Undang-undang di
atas, Provinsi Banten telah dibentuk Badan Amil Zakat Daerah Provinsi Banten dengan
surat keputusan Gubernur Banten No. 451/Kep.184-Huk/2002 tanggal 3 Desember 2002.
Pengurus BAZDA Provinsi Banten terdiri dari para ’alim ulama dan profesional.
Untuk melaksanakan UU No. 38 tahun 1999 tersebut, maka dibentuklah pengurus
BAZDA dari tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten dan Kota sampai tingkat Kecamatan.
Hubungan BAZDA di semua tingkatkan bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif. Di
Provinsi Banten telah dibentuk BAZDA Provinsi Banten berdasarkan SK Nomor :
451/Kep.184-Huk/2002 tentang Pembentukan Pengurus Badan Amil Zakat Provinsi
Banten dan diperbaharui dengan SK Nomor : 457/Kep.324-Huk/2010 dan diperpanjang
oleh Surat Tugas dari Kanwil Kemenag Provinsi Banten dengan SK No.
KW.28.6/iV/BA.01.1/2725/2013 Dalam rangka pengumpulan dana zakat tersebut tiap
BAZDA Provinsi, Kabupaten dan Kota membentuk Unit Pengumpul Zakat di tiap
Dinas/Instansi/Lembaga/ Kantor/Badan/Perusahaan dan Perguruan Tinggi yang pembagian
wilayahnya dibahas dalam Rapat Koordinasi Daerah.
Pada tahun 2004 di Provinsi Banten telah keluar Peraturan Daerah Nomor. 4
tentang pengelolaan zakat dan Instruksi Gubernur Nomor 451/1122-Kesra/2005 tentang
Zakat, Infaq dan Shadaqah. Dengan telah keluarnya Undang-undang dan Perda serta Surat
Keputusan Gubernur tentang pembentukan BAZDA, Pemerintah Daerah bersama para
ulama dan tokoh masyarakat melalui kekuasaan dan kewenangan serta wibawanya
mempunyai tanggungjawab untuk terus menggali dan mengembangkan potensi zakat yang
berlandaskan pada Perda No. 4 Tahun 2004 dan UU no. 38 Tahun 1999 tersebut.
Pemerintah pada umumnya dalam mengatasi kemiskinan lebih tertumpu pada dana
anggaran APBD. Bila dana anggaran lebih diskalaprioritaskan untuk infrastuktur
pembangunan, maka dana pengentasan kemiskinan biasanya bagiannya kurang memadai.
Sedang Zakat Infaq dan Shadaqah (ZIS), tidak pernah tergantung pada besar kecilnya
anggaran pemerintah, namun akan tergantung kepada realisasi dan potensi zakat umat
Islam. Bahkan dana ZIS selalu aman dari resesi ekonomi dunia.
Seiring berjalannya pengelolaan zakat di Indonesia yang semakin maju dan
menjadi perhatian khalayak masyakarat sebagai lembaga sosial, sampai lahirlah Undang-
Undang Nomor. 23 Tahun 2011 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun
1999 tentang Pengelolaan Zakat yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan
hukum dalam masyarakat. Dalam Penyebutan namapun Badan Amil Zakat Daerah
(BAZDA) menjadi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Banten.
VISI DAN MISI BAZNAS PROVINSI BANTEN
VISI :
“Menjadi pengelola zakat terbaik dan terpercaya di Indonesia”.
MISI :
1. Mengkoordinasikan BAZNAS kabupaten/kota, dan LAZ dalam mencapai target-
target Provinsi dan nasional;
2. Mengoptimalkan secara terukur pengumpulan zakat di wilayah Provinsi Banten;
3. Mengoptimalkan pendistribusian dan pendayagunaan zakat untuk pengentasan
kemiskinan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pemoderasian kesenjangan
sosial;
4. Menerapkan sistem manajemen keuangan yang transparan dan akuntabel berbasis
teknologi informasi dan komunikasi terkini;
5. Menerapkan sistem pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan zakat
nasional;
6. Menggerakkan dakwah Islam untuk kebangkitan zakat nasional melalui sinergi ummat;
7. Terlibat aktif dan memimpin gerakan zakat nasional;
8. Mengarusutamakan zakat sebagai instrumen pembangunan menuju masyarakat yang
adil dan makmur, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur;
9. Mengembangkan kompetensi amil zakat yang unggul dan menjadi rujukan nasional.

DASAR HUKUM PENGELOLAAN ZAKAT DI PROVINSI BANTEN


1. Fatwa MUI Provinsi Banten No. 23/MUI-BTN/FT/III/2004 tentang Zakat Profesi;
2. SK. Gubernur No. 451.12/Kep. 184-Huk/2002 tanggal 2 Desember 2002 dan No.
457/Kep. 324-Huk/2010 Tanggal 15 Juni 2010 tentang Pengurus BAZNAS Banten
yang diperpanjang dengan SK Kakanwil Kemenag Prov. Banten No. Kw.28.6/ IV/
BA.01.1/ 2725/ 2013 tanggal 11 Juni 2013;
3. SK. Gubernur No. 458/Kep.446-Huk/2015 tentang Pengangkatan Pimpinan Badan
Amil Zakat Nasional Provinsi Banten masa bakti 2015-2020;
4. Peraturan Daerah Provinsi Banten No. 04 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat;
5. Berbagai Instruksi dan Edaran Gubernur Banten; terakhir dengan Instruksi
Gubernur Banten No. 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Unit Pengumpul Zakat;
6. Surat Edaran Gubernur No. 451/1567-Kesra/2019, tanggal 08 Mei 2019, tentang
Optimalisasi Pengumpulan Zakat Pendapatan Aparatur Sipil Negara Pemerintah
Provinsi Banten dari Tunjangan Kenerja;
7. Peraturan Daerah di tiap Kabupaten/Kota tentang Pengelolaan Zakat.
8. Surat Edaran/Instruksi Bupati /Walikota di tiap Kabupaten/Kota.
9. Hasil Rapat Koordinasi Daerah BAZNAS Provinsi Banten bersama BAZNAS
Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten.

PEMBIAYAAN
Pasal 31 UU No. 23 Tahun 2011 :
ayat 1 : Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) dibiayai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil.
ayat 2 : Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BAZNAS
Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota dapat dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
HASIL RAIHAN ZAKAT BAZNAS PROVINSI BANTEN TAHUN 2003-2018
BAGI
ZAKAT INFAQ DAN
NO TAHUN ZAKAT MAL DSKL HASIL JUMLAH KENAIKAN %
FITRAH SHADAQAH
BANK
1 2003 29,618,413 115,279,670 9,868,500 - 154,766,583

2 2004 58,649,500 197,971,549 21,754,314 - 278,375,363 123,608,780 79.87

3 2005 66,936,938 451,041,890 41,056,442 - 559,035,270 280,659,907 100.82

4 2006 69,512,500 432,594,617 82,258,432 - 584,365,549 25,330,279 4.53

5 2007 56,743,900 707,688,111 103,205,639 465,000 868,102,650 283,737,101 48.55

6 2008 70,970,000 683,073,651 88,586,935 33,454,401 876,084,987 7,982,337 0.92

7 2009 90,457,500 941,677,942 69,237,104 1,400,000 1,102,772,546 226,687,559 25.88


8 2010 83,957,250 1,094,990,684 97,552,505 350,000 1,276,850,439 174,077,893 15.79

9 2011 98,874,500 1,228,877,894 67,779,589 22,426,869 1,417,958,852 141,108,413 11.05

10 2012 125,231,546 1,314,775,546 125,267,386 30,255,350 1,595,529,828 177,570,976 12.52

11 2013 103,975,000 1,417,045,696 64,739,828 70,376,000 1,656,136,524 60,606,696 3.80

12 2014 151,546,000 2,042,635,022 97,412,460 1,875,000 27,831,515 2,321,299,997 665,163,473 40.16

13 2015 165,025,000 2,185,655,699 136,012,265 26,973,268 24,510,673 2,538,176,905 216,876,908 9.34

14 2016 205,420,000 2,807,375,072 174,127,613 5,100,010 26,978,382 3,219,001,077 680,824,172 26.82

15 2017 175,721,100 5,691,353,023 215,636,760 786,801,100 33,299,839 6,902,811,822 3,683,810,745 114.44

16 2018 359,969,000 6,786,776,672 262,918,119 320,832,639 29,735,395 7,760,231,825 857,420,003 12.42


28,098,812,73 1,300,309,63 142,355,80
JUMLAH 1,912,608,147 1,657,413,891 33,111,500,218
9 7 4

PROGRAM BAZNAS PROVINSI BANTEN


1. Bidang Ekonomi
a. Insan Mandiri (Pedagang Kopi, Pedagang Sayur Keliling & Zmart;
b. Perahu untuk Nelayan Penyintas bencana Tsunami di Tanjung Jaya Panimbang-
Pandeglang).
c. Bantuan Modal Usaha (modal Bergulir/MB)
d. Wirausaha Keripik Pisang dan Gula Semut (Kp. Zakat Ciladauen-Lebak)
e. Balai Ternak
f. Kampung Zakat
2. Bidang Pendidikan
a. Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS).
b. Rumah Pintar BAZNAS.
c. Bantuan Pendidikan SLTA.
d. Bantuan Paket Sekolah
e. Penebusan Ijazah.
f. Program Anak Asuh BAZNAS Banten (SD, SLP, SLA).
g. Bea Siswa SMP Cendekia BAZNAS.
3. Bidang Kesehatan
a. Masjid Cemerlang (Bersih-Bersih Masjid)
b. Pengadaan fasilitas air bersih
c. Bedah Rumah/RUTILAHU
d. Bantuan biaya pengobatan dan alat kesehatan
4. Bidang Kemanusiaan
a. Santunan seumur hidup untuk lanjut usia (Lansia).
b. BAZNAS Tanggap Bencana Tsunami Selat Sunda
c. Bantuan orang terlantar (ibnu sabil)
d. BTB (BAZNAS Tanggap Bencana)
e. Kurban berdayakan desa
f. Pembangunan Hunian Tetap bagi Keluarga Penyintas bencana Tsunami di Tanjung
Jaya Panimbang-Pandeglang
5. Bidang Dakwah dan Advokasi
a. Santunan Guru Ngaji
b. Santunan Guru Madrasah
c. Bantuan Sarana Prasarana/Operasional Lembaga Pendidikan Keagamaan (LPK)
d. Bantuan Sarana Prasarana/Operasional Masjid/Mushola
e. Pesantren Ramadhan.
f. Buka Puasa Bersama Yatim dan Dhuafa
g. Fundraising zakat;

PROGRAM PENDISTRIBUSIAN BAZNAS PROVINSI BANTEN


BERDASARKAN ASNAF TAHUN 2018
ASNAF REALISASI PROSENTASE (%)
FAKIR 4,876,607,603 58.16
MISKIN 1,747,547,582 20.84
AMIL - 0
MUALAF 2,950,000 0.17
RIQOB - 0
GHARIMIN 3,000,000 0.04
FISABLILLAH 1,746,694,313 20.83
IBNU SABIL 8,045,000 0.10
Jumlah 8,384,844,498
PROGRAM REALISASI
PENDIDIKAN 1,756,897,500
KESEHATAN 142,776,459
KEMANUSIAAN 4,858,030,226
EKONOMI 380,368,500
DAKWAH & ADVOKASI 1,246,771,813
JUMLAH 8,384,844,498

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari segi Perencanaan, Baznas Provinsi Banten sudah menetapkan perencanaan dalam
bentuk; Penyelenggaraan penyusunan perencanaan, evaluasi dan pelaporan Keuangan
BAZNAS Kota Serang; Penyelenggaraan pengelolaan administrasi keuangan;
Pelaksanaan koordinasi, pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan kegiatan unit kerja; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sesuai dengan Peraturan BAZNAS No. 04 Tahun
2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan
Amil Zakat Nasional, Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan Badan Amil Zakat
Nasional Kabupaten/Kota.
2. Proses pengorganisasian Badan Amil Zakat Nasional telah dituangkan dalam
Peraturan BAZNAS No. 03 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Amil Zakat Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota, dan Peraturan
BAZNAS No. 01 Tahun 2014 tanggal 25 Agustus 2014 tentang Pedoman Tata Cara
Pengajuan Pertimbangan Pengangkatan/Pemberhentian Pimpinan Badan Amil Zakat
Nasional Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota.
3. Untuk penyaluran zakat BAZNAS Provinsi Banten mempunyai lima program
unggulan dan berdasarkan pengajuan lembaga atau perorangan.
4. Dalam proses pengendalian BAZNAS Provinsi Banten memiliki program kerja umum
berupa : Mengajak, membina dan membimbing ummat dalam pelaksanaan zakat,
infaq dan shadaqah; Mensosialisasikan UU Nomor 23 tahun 2011 dan syari’at Islam
di Bidang zakat, infaq dan shadaqah; Menghimpun, menerima dan menyalurkan zakat,
infaq, dan shadaqah serta dana ummat lainnya sesuai dengan syari’at Islam dan
perundang-undang yang berlaku; Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam
peningkatan kuantitas pungutan zakat dan kualitas manajemen pengelolaan zakat;
Membuat jaringan pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah dengan organisasi/lembaga
zakat dan masyarakat pada umumnya; Melaksanakan Kegiatan Rapat Kerja Daerah
(Rakerda) dengan Pengurus Unit Pengumpul Zakat (UPZ) minimal setahun sekali;
Melaksanakan kegiatan Rapat Koordinasi Daerah (Rakerda) bersama para pengurus
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten, minimal
setahun sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Finda, Rohayat, 2020. Implementasi Pengelolaan Zakat Profesi (Studi Deskriptif Analitis
Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bekasi). Jurnal Al- Fatih Global Mulia,
Volume 2(2).

Imam, Muryanto, dan Bunga, 2020. Kajian Zakat Profesi dan Perusahaan di Kabupaten
Madiun. Jurnal Pemerintahan, Pembangunan dan Inovasi Daerah, Vol. 2 No 2.

Sutardi, Muhammad, Ihsan, 2017. Implementasi Kaidah- Kaidah Islam dalam


Pengelolaan Zakat Profesi. Jurnal Lembaga Keuangan dan Perbankan, Volume 02,
Nomer 01.

Zen, Muhammad, 2014. Zakat Profesi Sebagai Distribusi Pendapatan Ekonomi Islam.
Volume 01, Nomer 01.

Baidowi, Iqbal, 2018. Zakat Profesi (Zakat Penghasilan). Jurnal Keislaman,


Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Volume 19, No 1.

Azis, Sholikah, 2014. Zakat Profesi dalam Perspektif Undang- Undang No. 23 Tahun
2011 dan Hukum Islam. Volume 15, No 2.

Anda mungkin juga menyukai