Anda di halaman 1dari 22

PULPCAPPING

KELOMPOK TUTORIAL 6 FKG UNEJ 2008 PRESENTS


Ketua : Trias Leonita (081610101092)
Scriber Meja : Falefhi Rizqia (081610101093)
Scriber Papan : Ranti Safira (081610101097)

Anggota :
1. Dinda Catur Pangestu (081610101048)
2. Ulil Rachima P. (081610101054)
3. Nur Baiti M. (081610101062)
4. Idwan Tunggal S. (081610101006)
5. Sukma Surya Putri (081610101065)
6. Erni Kartikasari (081610101073)
7. Annisa Fivemy Agti (081610101079)
8. Hidayat Purwanto (081610101080)
9. Wildhan Septianda (081610101081)
10. Sayyidatu Alwiyah (081610101089)
11. Dian Rosita Rahman (081610101104)
12. Rizki Wahyu R. (081610101106)

LAPORAN SKENARIO PULP CAPPING


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangun dentin primer selama perkembangan
gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative sebagai respon terhadap
stimulasi selama odontoblas masih utuh. Berbagai bacteria, injuri baik fisis maupun
kimia dapat menyebabkan terjadinya penyakit pulpa.
Salah satu penyakit pulpa adalah pulpitis reversible, suatu kondisi inflamasi pulpa
ringan sampai sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa masih mampu
kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk pulpitis reversible selain menghilangkan
penyebab adalah dengan pulp capping. Pulp capping dibagi menjadi dua, indirect pulp
capping dan direct pulp capping. Di dalam laporan tutorial kali ini akan dibahas tentang
indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, prosedur perawatan, factor kegagalan dan
keberhasilan dari masing-masing pulp capping.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa diagnosa dan rencana perawatan dari kasus pada scenario ?
2. Apa indikasi dan kontraindikasi, alat dan bahan, faktor kegagalan dan keberhasilan
serta progonis dari perawatan indirect pulp capping?
3. Apa indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, factor kegagalan dan keberhasilan serta
progonis dari perawatan direct pulp capping?
4. Bagaimana prosedur perawatan pulp capping Direct dan indirect?
5. Apa perbedaan antara indirect Pulp Capping dan Direct Pulp Capping?
6. Bagaimana mekanisme pembentukan dentin sekunder?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahhui diagnose dan rencana perawatan dari kasus pada scenario.
2. Untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, factor kegagalan dan
keberhasilan serta prognosis dari perawatan indirect pulp capping.
3. Untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, factor kegagalan dan
keberhasilan serta prognosis dari perawatan direct pulp capping.
4. Untuk mengetahui prosedur perawatan pulp capping Direct dan indirect.
5. Untuk mengetahui perbedaan antara indirect Pulp Capping dan Direct Pulp Capping.
6. untuk mengetahui mekanisme pembentukan dentin sekunder.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus
ringan atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian
besar proses operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur email yang
menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah factor-faktor yang dapat mengakibatkan
pulpitis reversible. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 36)
Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih
sering diakibatka oleh makanan dan minuman dingin daripada panas dan oleh udara
dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah
ditiadakan. (Grossman, 1995 : 73)
Tetap mempertahankan pulpa yang sehat dan utuh adalah pilihan yang lebih baik
dibandingkan perawatan saluran akar atau prosedur endodonsia lainnya., mengingat
bahwa perawatan-perawatan tersebut sangat memakan waktu, rumit dan mahal. Jika
yang dihadapi adalah suatu lesi karies yang dalam, ada beberapa ahli yang
menganjurkan tindaakan kaping pulpa (pulp capping), suatu prosedur untuk mencegah
terbukanya pulpa selama pembuangan dentin yang karies. 1993)
Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan untuk
perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang akan
merangsang pembentukan dentin reparative (Harty dan Oston, 1993)
Tujuan pulp capping adalah untuk menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan (www.unpad.ac.id)
Kaping pulpa (pulp capping) dibagi menjadi dua, yaitu kaping pulpa indirek (indirect
pulp capping) dan kaping pulpa direk (direct pulp capping). (Walton & Torabinejad,
2008 ; 429)
1. Kaping pulpa indirek
Prosedur kaping pulpa indirek digunakan dalam manajemen lesi karies yang dalam
yang jika semua dentin yang karies dibuang mungkin akan menyebabkan terbukanya
pulpa. Kaping pulpa indirek hanya dipertimbangkan jika tidak ada riwayat pulpagia
atau tidak ada tanda-tanda pulpitis irreversible. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 429)
2. Kaping pulpa direk
Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan yakni jika pulpa terbukas
ecara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies. Terbukanya pulpa secara
mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas atau preparasi mahkota yang berlebihan,
penempatan pin atau alat bantu retensi. Kedua tipe terbukanya pulpa ini berbeda ;
jaringan pulpanya masih normal pada kasus pemajanan mekanis yang tidak sengaja,
sementara pada pulpa yang terbuka karena karies yang dalam kemungkinan besar
pulpanya telah terinfalamsi. (Walton & Torabinejad, 2008 ; 429)

BAB III
PEMBAHASAN

Skenario Pulp Capping.


Bapak suparjo dating keklinik konservasi dengan keluhan giginya yang belakang atas
mulai berlubang kira-kira satu tahun yang lalu. Dirasakan mulai ada keluhan terasa linu
bila makan manis dan dingin sejak 3 bulan yang lalu, terutama nyeri yang tajam apabila
kemasukan makanan, tapi belum ada keluhan spontan. Hasil pemeriksaan obyektif
kondisi karies profunda belum perforasi, perkusi dan tekanan negative (0), hasil rontgen
foto tampak ruang pulpa masih tertutup selapis tipis dentin dan didukung jaringan
tulang alveolar yang sehat.

III.1 Diagnosa dan Rencana Perawatan


Diagnosa pada scenario adalah : Pulpitis reversible.
Rencana perawatan adalah : indirect pulp capping

III.2 INDIRECT PULP CAPPING


a. Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp Capping
Perawatan ini dapat dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen muda yang
kariesnya telah luas dan sangat dekat dengan pulpa. Tujuannya adalah untuk membuang
lesi dan melindungi pulpanya sehingga jaringan pulpa dapat melaksanakan
perbaikannya sendiri dengan membuat dentin sekunder. Dengan demikian terbukanya
jaringan pulpa dapat terhindarkan.
Indikasi
• Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak
mengenai pulpa.
• Pulpa masih vital.
• Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.
Kontra Indikasi
• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
• Pembengkakan.
• Fistula.
• Peka terhadap perkusi.
• Gigi goyang secara patologik.
• Resorpsi akar eksterna.
• Resorpsi akar interna.
• Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
• Kalsifikasi jaringan pulpa.
b. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Indirect Pulp Capping
Alat :¬
• Bur bulat
Fungsinya :
a) Untuk membur email
b) Untuk menyingkirkan karies di dentin
c) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum
• Ekscavator
Fungsinya :
a) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
b) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies
• Hachet email atau pahat
• Pinset berkerat
Fungsinya :
a) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
• Plastis filling instrument
Fungsinya :
a) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan plastis
b) Aplikasi semen
c) Untuk mengurangi kelebihan bahan
• Alat pengaduk semen
Fungsinya :
a) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
• Stopper cement
Fungsinya :
a) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen

c. Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Indirect Pulp Capping


Faktor keberhasilan
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta
reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan
subjektif setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan
pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat
dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan
perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi
jaringan pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital,
membantu kelanjutan pertumbuhan akar dan penutupan apikal pada gigi yang
pertumbuhannya belum sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel
odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.
Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga
minggu kesembilan, sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan
untuk melakukan control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka
waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas pulpa.
Faktor kegagalan
Pada saat pengeburan, ada kemungkinan mata bur membuat perforasi atap pulpa. Hal
ini perawatan pulp capping indirect berganti menjadi pulp capping direct.
d. Prognosis
Pulp capping indirect lebih dari dua kunjungan, lebih disukai oleh banyak klinisi, pulp
capping dirasa lebih konservatif dan lebih memberi hasil yang diharapkan dari metode
direct. Pendukung-pendukung teori ini lebih suka untuk tidak menimbulkan trauma
pada gigi dengan melakukan prosedur eksploratori guna menentukan apakah mereka
menghadapi pulpa yang terbuka atau hanya lesi karies yang dalam.
Tindakan ini memberi keuntungan dari gigi yaitu ditinggalkannya dentin karies yang
meragukan diatas daerah pulpa dan menutupinya. Kadang-kadang, setelah beberapa
waktu kemudian, sesudah mineralisasi ulang terjadi lesi dibuka ulang kembali, setelah
itu semua semen dan dentin karies disingkirkan lalu kavitas dirawat dengan prosedur
sama seperti lesi karies yang dalam
Prognosis baik juga tergantung pada kekooperatifan pasien dalan perawatan. Sedangkan
pada pulp capping indirect
III.3 Direct Pulp Capping
a. Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp Capping
Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya terbuka karena karies atau
trauma tetapi kecil dan diyakini keadaan jaringan di sekitar tempat terbuka itu tidak
dalam keadaan patologis. Dengan demikian pulpa dapat tetap sehat dan bahkan mampu
melakukan upaya perbaikan sebagai respons terhadap medikamen yang dipakai dalam
perawatan pulp capping.
Indikasi
• Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak lebih dari
1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.
• Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan
lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.
• Pulpa masih vital.
• Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh bur
pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi
saliva.
Kontraindikasi
• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
• Pembengkakan.
• Fistula.
• Peka terhadap perkusi.
• Gigi goyang secara patologik.
• Resorpsi akar eksterna.
• Resorpsi akar interna.
• Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
• Kalsifikasi jaringan pulpa.
• Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki
jaringan pulpa.
• Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.
• Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.
b. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Direct Pulp Capping
Alat :¬
1. Bur bulat
Fungsinya :
d) Untuk membur email
e) Untuk menyingkirkan karies di dentin
f) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum
2. Ekscavator
Fungsinya :
c) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
d) Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies
3. Hachet email atau pahat
4. Pinset berkerat
Fungsinya :
b) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
5. Plastis filling instrument
Fungsinya :
d) Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan plastis
e) Aplikasi semen
f) Untuk mengurangi kelebihan bahan
6. Alat pengaduk semen
Fungsinya :
b) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
7. Stopper cement
Fungsinya :
b) Untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen
Bahan - bahan¬
Semen zinc oxide eugenolϖ
Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan eugenol,
kemudian diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan konsistensi pasta
Kalsium Hidroksidaϖ
Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau,
namun kalsium hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur
dengan champorated para chlorophenol, metakresil asetat, metal selulosa, garam
normal, atau hanya dengan air murni

c. Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Direct Pulp Capping


Keberhasilan perawatan
Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan yang
valid di bidang endodontic, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas dari gigi
dengan pulpa terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada
diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai pulpa dan
tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka.
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta
reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan
subjektif setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan
pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat
dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan
perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi
jaringan pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital,
membantu kelanjutan pertumbuhan akar dan penutupan apikal pada gigi yang
pertumbuhannya belum sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel
odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.
Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga
minggu kesembilan, sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan
untuk melakukan control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka
waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas pulpa.
Kegagalan perawatan
Perdarahan yang terjadi dapat berperan sebagai penghalang sehingga tidak terjadi
kontak antara bahan kalsium hidroksida dengan jaringan pulpa. Hal ini menyebabkan
proses penyembuhan pulpa terhambat.
Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan,
misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang tidak
diinginkan. Kemudian pada pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya
gambaran radiolusen yang menunjukkan gumpalan darah atau terjadinya resorpsi
internal.
d. Prognosis
Prognosis Pulp Capping
Pulp capping direct sampai saat ini masih merupakan suatu metode perawatan yang
valid di bidang endodontik, karena bila perawatan ini berhasil maka vitalitas dari gigi
dengan pulpa terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat tergantung pada
diagnosis yang tepat sebelum perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai pulpa dan
tidak ada tekanan pada daerah pulpa yang terbuka. Keberhasilan dari pulp capping pada
lesi pulpa terbuka karena karies lebih rendah. Kegagalan meningkat jika observasinya
dilakukan lebih lama. Prognosis baik juga tergantung pada kekooperatifan pasien dalan
perawatan.

III.4 Prosedur Perawatan Pulp Capping


Prosedur perawatan pulp Capping secara Umum
a. Pada lapisan dentin yang keras
I kunjungan pertama
1. Asepsis
Berbagai bahan kimia dan teknik telah digunakan untuk membuag dan
mengahancurkan kontaminan bakteri dari dari permukaan gigi, cengkeram, dan karet
sekelilingnya. Bahan kimia yang dipakai antara lainalkohol, senyawa ammonium
kuaterner, natrium hipoklorit, ioium organic, garam-garam merkuri, dan hydrogen
peroksida. Teknik yang efektif adalah sebagai berikut:
1. Plak dibuang dengan karet dan pumis
2. Pemasangan isolator karet
Pemasangan isolator karet merupakan hal yang harus dilakukan . pemasangan isolator
karet pada gigi normal, dengan beberapa latihan, hanya memerlukan waktu kira-kira
setengah menit. Walaupun demikian dipraktek pribadi masih jarang dilakukan
pemasangan isolator karet ini. Keuntungan pemakaian isolator karet ini adalah:
a. Mencegah tertelannya instrument endodontik yang digunakan.
b. Daerah kerja kering dan jelas serta mudah didesenfeksi.
c. Melindungi gusi, lidah dan pipi dari trauma iatrogenic.
d. Mempersingkat waktu perawatan yang dilakukan dokter gigi.
Sedangkan kerugiannya adalah:
a. Mempersulit foto rontgen
b. Dapat terjadi trauma pada papilla gingival.
Isolator karet terdiri dari:
a. Lembaran Karet
Ada yang berwarna terang dan gelap. Warna gelap membuat daerah kerja menjadi lebih
jelas tetapi kurang baik untuk pengambilan foto rontgen.
Ketebalan dari lembar karet ada bermacam-macam.
b. Bingkai
Bingkai isolator karet terbuat dari logam dan plastik. Gunanya untuk menahan atau
meregang lembaran karet yang digunakan. Saat ini yang sering dipakai adalah Starlite
visiframe.
c. Cengkram
Untuk setiap elemen gigi mempunyai cengkeram tersendiri.
1. Permukaan gigi, cengkeram, dan karet di sekelilingnya diulas dengan hydrogen
peroksida 30 %
2. Permukan dioles dengan desinfektan iodium tinktur 5%, natrium hipoklorit juga bisa
digunakan untuk menggantikannya.

Sterilisasi instrument
Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi bakteri berarti
menghilangkan organisme vegetative yang menyebabkan penyakit. Instrument yang
digunakan dalam perawatan endodontik memerlukan disinfeksi, tetapi hal ini tidak
begitu memuaskan Karena tiga alas an yaitu:
1. Metode disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi organisme
yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Organsme yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan penyakit jika
memperoleh tambahan jaringan yang nekrosisatau rusak yang terdapat dalam ruang
pulpa atau region periapeks.
3. Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan hepatitis Bdari
satu pasien kepada yang lainnya, kecuali dilakukan sterilisasi.
Oleh kerena itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis, semua
instrument yang digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih dahulu. Selain
itu, harus diingat bahwa semua instrument yang hendak di sterilisasi harus digosok dan
dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen dan air karena jika terdapat sisa darah
kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat menghambat jalannya sterilisasi.
Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan endodontik ini,
seperti:
1. Autoklaf
2. Oven udara panas
3. Pemanas kering
4. Sterilisasi garam panas

2. Pembersihan jaringan karies


Kedalaman penetrasi lesi karies bukanlah memberi pengaruh yang bermaknapada
ragangan akhir preparasi. Bila ragangan preparasi hamper selesai dibuat maka
dilakukan evaluasi pengukuran penetrasi lateral dari karies dengan menggunakan
sonde. Jika ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak menghilangkan karies yang
terletak didekat pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan menggunakan bur bulat atau
eksavator genggam. Bila digunakan dengan bur, sebaiknya bur kecepatan rendah untuk
mencegah pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata burnya harus besar dan
disesuaikan dengan besar gigi dan besar karies dentin yang tertinggal. Sewaktu karies
dentin ini disingkirkan, warna dan tekstur dentin yang tinggal dapat digunakan sebagai
penuntun untuk mengetahui preparasi yang tepat.
Penyinkiran karies dentin dengan ekskavator

Penyingkiran karies dentin dengan menggunakan bur bulat


3. Membersihkan permukaan preparasi
Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan dentin biasanya ditutupi oleh
sisaselapis tipis debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan tipis ini dapat
mengganggu kemapuan adaptasi terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat terdeteksi
pada waktu penempatan restorasi, atau yang lebih buruk lagi, tidak begitu nyata terlihat
sampai beberapa waktu kemudian. Demikian pula, sifat optimal semen gigi, khususnya
semen polikarboksilat sangat dipengaruhi oleh kebersihan permukaan preparasi pada
waktu penambalan.
Natrium hipoklorit (NaOCl) dalam berbagai konsentrasi adalah irigan yang paling
popular dan paling dianjurkan. Larutan ini tidak mahal, mudah diperoleh, mudah
dipakai dan memperoleh rating yang tinggi dalam penelitian. Penelitian in vitro
mengindikasikan bahwa NaOCl melarutkan jaringan dengan mudah, eksperimen pada
gigi cabutan dan penggunaan kliniknya tidak begitu mengesankan. Didalam saluran
akar, irigan tidak akan berkontak secara luas dan intim dengan semua daerah jaringan.
Selain itu, irigan tidak mempunyai akses yang cukup kedaerah yang terpencilmdan
derah-daerah yang mengalami penyimpangan anatomi dan oleh karenanya aka nada
daerah-daerah yang debridementnya tidak bisa dilakukan dengan baik. Sedangkan
Pemakaian peroksida hydrogen (H2O2)sendiri tidak bermanfaat. Cara ini dahulu pernah
popular dan bermanfaat tapi karena ada efek berbusanya larutan akibatnya terbentuk O-
nasen yang memudahkan pembersihan debris ternyata, peningkatan debridement
dengan cara ini tidak terjadi.
Teknik Irigasi
Jarum. Tersedia berbagai tipe jarum walaupun tidak ada satu pun yang tepat. Yang
penting adalah ukurannya yang harus kecil. Lebih disukai berukuran 27 atau 28. Jarum
ukuran ini berpotensi untuk berpenetrasi lebih dalam sehingga pengeluaran lautan dapat
lebih baik demikian juga pembersihan debrisnya. Jarum yang lebih kecil cenderung
menjadi tersumbat; kecenderungan ini dapat diminimalkan dengan aspirasi setiap
setelah irigasi.
Pemakaian. Faktor yang paling penting adalah penetrasi jarum dan volume irigasi.
jarum yang kecil, bersama-sama dengan irigasi yang banyak akan menghasilkan
pembilasan yang lebih baik.
4. Menempatkan Subbase:
Bahan Subbase
• Ca(OH)2
Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan bahan direct pulp capping yang paling
populer sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini mempunyai banyak kekurangan di
antaranya pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis likuidasi terutama pada lapisan
superfisial pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida yang kelihatannya dinetralisir
pada lapisan pulpa yang lebih dalam, justru menyebabkan nekrosis koagulasi yang
berbatasan dengan jaringan vital, menyebabkan iritasi ringan pada pulpa. Pada proses
kesembuhan, terjadi tunnel defectt pada pembentukan jembatan dentin yang akan
memudahkan masuknya bakteri dan memperlambat proses kesembuhan. Untuk
mencegah terjadinya infeksi, perlu mempercepat kesembuhan dengan memicu proses
regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan diperlukan molekul pensinyal untuk memulai
kaskade siklus sel agar terjadi mitosis untuk regenerasi odontoblas membentuk dentin
reparatif.
Pada suatu penelitian dipakai TGF-β1 suatu growth factor sebagai molekul pensinyal
pada perawatan direct pulp capping. Suatu pendekatan baru berbasis pengertian
mekanisme seluler dan molekuler pada regulasi dentinogenesis. Pemberian TGF - β 1
mempengaruhi respons inflamasi yang meliputi: meningkatkan infiltrasi sel inflamasi,
menurunkan perdarahan, vakuolisasi, nekrosis dan angiogenesis. Pemberian TGF- β1
meningkatkan aktivitas fibroblas yang meliputi: meningkatkan stellate fibroblast,
odontoblastoid, mineralisasi, fosfatase alkali dan sintesis kolagen tipe I. Pada
pemberian TGF- β1, peningkatan sintesis kolagen tipe I disebabkan oleh peningkatan
diferensiasi odontoblastoid dan seiring dengan berjalannya waktu, kolagen tipe I
disintesis makin banyak.
(http://www.adln.lib.unair.ac.id/print.php?id=gdlhub-gdl-s3-2007-prijambodo-
5314&PHPSESSID=3f8e215d0335af1a5410155655b2db9f)
Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium
hidroksida diberikan sebagai pelapik yang banyak mengandung kalsium di atas dentin
yang baru dipotong atau sebagai insulator di atas bagian kavitas yang lebih dalam.
Bentuk pasta adalah yang paling populer karena bahan ini dapat dengan mudah dipakai
dan mengeras dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai dengan menggunakan instrumen
yang sama untuk mencampur bahan. Sebelum penempatan bahan, instrumen harus
benar-benar bersih karena sebagian pelapik bahan ini harus ditempatkan dengan sangat
tepat untuk menghindari noda-noda yang berserakan di semua tempat. (Baum, 1997)
Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung pada perlakuan yang diperlukan. Ukuran
dan lokasi preparasi menentukan instrumen yang paling tepat. Bagian belakang
eskavator yang kecil dapat digunakan dalam penempatan semen. Instrumen yang efektif
adalah aplikator yang berbentuk seperti sebuah sonde dengan bulatan kecil pada
ujungnya. Ujung yang bulat dicelupkan setengah ke dalam campuran yang diinginkan
saat menempatkan pasta di gigi atas (atau permukaan “atas”). Jika lebih dari setengah
alat ini dicelupkan, bahan tersebut tidak akan tinggal pada ujung alat tadi tetapi akan
terus mengalir ke tangkai instrumen.
Preparasi amalgam dan resin akan mempunyai underkut retentif pada dentin. Ada
kecenderungan yang kuat bahwa bahan pelapik, seperti misalnya Dycal, kunci mekanis
untuk retensi. Bila hal ini terjadi, alat-alat eksplorer atau pemotong digunakan untuk
membuang bahan dari sisi retensi setelah bahan itu mengeras.
Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat setelah dicampur, sehingga harus
ditempatkan langsung setelah pencampuran. Temperatur mulut mempercepat reksi
pengerasan ini. Kelembaban yang meningkat juga akan mengurangi waktu pengerasan,
keadaan ini disebabkan karena tidak memakai isolator karet. (Baum, 1997)
• Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan pengisi saluran akar yang
dikembangkan di Universitas Loma Linda. MTA memiliki kemampuan mengisi yang
baik, tidak bersifat toksik, tidak menimbulkan inflamasi, biokompatibel, mudah
memanipulasikannya, tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi darah, tidak larut
dan dapat merangsang pembentukan jaringan keras (tulang dan sementum). Disamping
itu MTA juga memiliki sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin schingga
mempermudah membedakannya daJam radiografi. Karena sifat-sifatnya ini MTA
digunakan sebagai bahan perawatan dalam bidang endodontik yaitu: sebagai perawatan
perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi akar dan direct pulp capping
Contohnya : Ca(OH)2 / ZOE
Menempatkan pasta Ca (OH)2 (lihat gambar)

Cara penempatan pasta Ca(OH)2


penempatan semen oksida seng eugenol
5. Melapisi subbase dengan base
BASE dan liner.
Base (basis) adalah bahan yang digunakan dalam bentuk yang relative tebal untuk
menggantikan dentin yang sudah rusak dan untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia
dan fisik. (Eccles & Greene, 1994 : 78). Bahan basis berfungsi sebagai pelindung
terhadap iritasi kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas dan menahan tekanan
yang diberikan semalam pemampatan bahan restorative. Kebutuhan akan pelindung
sebelum merestorasi bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan material restorasi
yang akan digunakan. Karena memiliki tujuan yang sama, liner dan base tidak
dibedakan secara jelas. (Baum dkk, 1997 ; 154)
Liner merupakan lapisan tipis material yang digunakan sebagai barrier untuk
melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi keluar dari restorasi/cairan
rongga mulut yang dapat menembus interface gigi-restorasi. Liner juga sebagai
penyekat elektrik material metalik, memberikan perlindungan thermal dan medikasi
pulpa. Kebutuhan liner bila akan dilakukan restorasi metal yang luas ke pulpa yang
tidak berikatan dengan struktur gigi seperti amalgam, cast gold, atau restorasi indirect.
Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk memberikan perlindungan termal untuk
pulpa dan menambahkan dukungan mekanis untuk restorasi dengan mendistribusikan
stress local dari restorasi ke permukaan dentin di bawahnya. Basis memberikan
perlindungan bagi pulpa :
- Protective base : melindungi pulpa sebelum peletakkan bahan restorasi
- Insulating base : melindungi pulpa dari shock termal
- Sedative base : medikasi pulpa yang mengalami injury
(Gatot Sutrisno, 2006)
Macam-macam basis :
Vernis♣
Bila digunakan tambalan amalgam atau emas, preparasi tersebut harus dilapisi dengan
vernis kavitas. Vernis kavitas bisa resin alami atau sintetik yang dilarutkan pada pelarut
ester atau kloroform. Kemudian pelarut akan menguap dan meninggalkan lapisan tipis
pada preparasi kavitas yang merupakan balut terhadap dentin yang terpotong. Vernis
kavitas fungsi utamanya adalah mengurangi kebocoran mikro yang terjadi seperti
seperti pada restorasi amalagam. Vernis kavitas ini menghambat kebocoran mikro
selama beberapa minggu pertama sampai produk korosi terbentuk. Sensitivitas yang
dirangsang oleh penetrasi cairan atau debris akan sangat berkurang. Selain itu, bila
restorasi mengiritasi, seperti seng fosfat,vernis dioleskan untuk mencegah penetrasi
asam ke dentin dan pulpa.
Selapis vernis yang diletakkan dibawah restorasi logam bukan merupakan isolator
panas yang baik walaupun vernis memiliki konduktivitas panas yang rendah, bila
ditempatkan dengan baik, ketebalan lapisan tersebut hanyalah berkisar 4 mikrometer
sehingga terlalu tipis untuk menyekat panas.
Kalsium Hidroksida♣
Vernis tidak digunakan bila restorasi tersebut adalah komposit atau resin nirpasi. Begitu
resin berkontak dengan vernis, polimerisasi resin dapat menghambat sehingga
menghasilkan perlunakan pada permukaa antara vernis dan resin.
Suatu bahan yang secara ektensif digunakan untuk perlindungan pulpa tidak hanya
dibawah resin tetapi dibawah seluruh bahan restorasif adalah kalsium hidroksida. Bahan
ini sangat efektif dalam pembentukan dentin sekunder. Dentin sekunder merupakan
bantuan yang penting dalam perbaikan pulpa. Dentin tersebut nantinya akan melindungi
pulpa dari iritan-iritan seperti produk toksik dari bahan restorasi.
Semen kalsium hidroksida yang dipasarkan biasanya disediakan dalam 2 pasta. Pasta
ini mengandung 6 atau 7 bahan lain yang ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat
tertentu. Bahan-bahan ini pada umumnya memberikan respon pulpa yang khas terhadap
kalsium hidroksida. Bahn ini memiliki kekuatan dan kekerasan yang sangat baik
sehingga digunakan sebagai fondasi untuk bahan tambalan dan cocok untuk kerusakan
yang diakibatkan oleh lesi karies profunda.

Prosedur Peletakan Pelapik dan Basis


Vernis
Pemilihan merk vernis didasarkan pada kerusakan pribadi dan karakteristik manipulasi
bahan tersebut. Hal yang terpenting adalah untuk mendapatkan suatu lapisan yang
merata dan tidak terputus-putus diatas seluruh permukaan kavitas yang dipreparasi.
Sedikitnya ada 2 lapisan yang harus dioleskan. Mengeringnya lapisan pertama akan
meninggalkan lubang-lubang kecil dan lapisan kedua megisi rongga-rongga tersebut
dan menghasilkan lapisan yang lebih homogen.
Vernis harus mempunyai viskositas yang encer, bila terlalu kental maka tidak akan
membasahi gigi dengan baik sehingga memungkinkan kebocoran mikro diantara gigi
dan vernis. Oleh karena itu selama tidak dipakai vernis tidak dipakai maka botol vernis
harus ditutup rapat. Dan bahan pengencer yang biasanya digunakan adalah eter atau
kloroform.
Vernis dioleskan pada dinding preparasi dengan menggunakan kapas kecil dan
dikeringkan dengan menggunakan angin. Pengolesan vernis dengan menggunakan
kapas kan pinset, apabila kavitas terlalu kecil bisa menggunakan sonde. Namun akan
lebih efektif jika menggunakan reamer saluran akar sebagai pembawa.

Semen
Bermacam-macam bahan untuk basis dan pembalut (dressing), diantaranya :
semen oksida seng eugenol (ose), semen seng fosfat, semen polikarboksilat, semen
ionomer kaca.
a. Semen Oksida Seng Eugenol
Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk
dan cairan, berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini sering dipakai
karena bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati 7. Eugenol
memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan dapat meminimalkan kebocoran mikro serta
memberikan perlindungna terhadap pulpa.
Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena itu
produk OSE diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.
Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad
dibanding glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes
eugenol dan diaduk sampai mencapai suatu tekstur yang seperti kental yang bila
dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen dilengketkan
pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam kavitas. Hindari mengenai
tepi-tepi kavitas.
Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat untuk
”menekan” bahan tersebut dan membentuknya di dalam kavitas. Semen yang baru
diaduk cenderung lengket ke instrument logam atau plastik, karena itu kapas harus
kering. Penambahan bahan sisa dilakukan berulangkali dengan cara yang sama sampai
diperoleh ketebalan yang cukup.
b. Semen Seng Fosfat (ZP)
Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa. Terdiri atas
bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan cairannya adalah asam
ortho phosporik, garam-garam logam dan air. Pemakaian utama dan tradisional dari
bahan ini adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi pengecoran gigi dan juga sebagai
bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi yang besar. Semen posphat yang baru
diaduk sangat mengiritasi pulpa dan tanpa perlindungan varnish atau jenis bahan basis
lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa yang irreversible.
Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu basis,
dapat menahan dari trauma mekanis dan memberi perlindungan yang baik dari
rangsangan panas tetapi semen ini mudah pecah dan tidak baik untuk tambalan
sementara.
c. Semen Polikarboksilat
Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada komponen
kalsium dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki potensi untuk adhesi
klinis ke ion kalsium pada email dan dentin. Karena bahan ini cenderung cepat
mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk semen hingga menyerupai konsisten pasta
pada semen zinc phospat. Bubuk semen ini sama dengan semen seng phospat bubuk
mengandung oksida seng dan sejumlah kecil oksida magnesium. Pada saat ini oksida
magnesium sering digantikan dengan oksida stanic dan stanius flourida untuk
memodifikasi waktu pengerasan dan meningkatkan kekuatan dan karakteristik
manipulasinya. Cairannya adalah asam poliakrilik dan air. pH semen polikarboksilat,
pada awalnya mirip dengan pH semen seng fosfat tetapi respon pulpanya mirip dengan
semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin untuk tingkat iritasi yang rendah adalah
ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi melalui dentin dan
penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi difusinya melalui tubulus dentin.
d. semen silikophospat
semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen silikat, sering
disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen silikat dan 10 %
semen seng fosfat. Dengan adanya kandungan florida dalam bagian silikat dari bubuk
tersebut, semen ini memberikan pencegahan karies sekunder. Dari titik pandang sifat
anti kariesnya, seng siliko fosfat sering merupakan bahan semen pilihan untuk mulut
kariesnya tinggi. Aksi untuk perlindungan pulpa adalah sama dengan seng fosfat.
e. semen ionomer kaca (GI)
karena sifat biologis dari GI yang baik dan memiliki potensi perlekatan kekalsium yang
ada didialam gigi, ionomer kaca terutama digunakan sebagai bahan restoratif untuk
perawatan daerah erosi dan sebagai bahan penyemenan. Selain itu GI digunakan
sebagai basis walaupun bahan tersebut sangat sensitif terhadap air dan membutuhkan
daerah yang kering.
Komposisi
GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya yaitu likuid (cairan) dan bubuk.
Bubuk
Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :
• Silica 41.9%
• Alumina 28.6%
• Aluminium Fluoride 1.6%
• Calcium Fluoride 15.7%
• Sodium Fluoride 9.3%
• Aluminium Phosphate 3.8%
Likuid
Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-
50%. Pelapik ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama adalah sistem bubuk-cairan
konvensional serupa dengan semen tipe 2. tipe 2 adalah ionomer kaca yang dikeraskan
dengan sinar, bagian bubuknya berisi unsur partikel kaca konvensional yang larut asam
ditambah aselerator foto- aktivasi. Cairannya dalah larutan cair asam poliakrilat atau
kopolimer, gugusan grup metakrilat. Kedua unsur tersebut dicampur, dimasukkan ke
kavitas, dan kemudian disinari dengan sinar pengeras resin. Sinar mengaktifkan
akselerator, menghasilkan radikal bebas dan gugusan grup metakrilat akan mengeras
dengan cara saling menempel. Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah, untuk
perekat perantara antara gigi dengan tambalan komposit. Pada dasarnya semen ini
sebagai bonding terhadap dentin.
Contoh : pemberian base Zn PO4

6. Penumpatan sementaraa
Tujuan Restorasi Sementara
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal hermetik yang
baik di atas pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa mengganggu
bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai. Restorasi sementara
harus protektif, rapat, dan bagus estetik serta fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
• Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit atau
ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-iritasi sehingga
menjaga kenyamanan pasien selama periode waktu yang singkat.
• Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
• Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan cara
merestorasi titik kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.
• Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
• Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak mempersulit
pembersihan mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika kavitas dibiarkan terbuka akan
timbul masalah gingiva akibat sulit menjaga kebersihan mulut.
Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan lama,
yakni :
1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya
sudah tidak lebih baik lagi sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya
diminimalkan. Sebaliknya, kuspa mungkin perlu dikurangi dan diberi pelindung
(capping).
2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensi dari inti dan sisa dentin yang masih
ada. Jika intinya memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran
akarnya dengan memakai pasak. Namun pasak ini akan melemahkan dan mungkin
menyebabkan operforasi sehingga hendaknya dipakai jika diperlukan untuk retensi inti.
3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk
memproteksi kuspa yang tidak terdukung supaya bisa menghindari terjadinya fleksur
dan fraktur. Restorasi didesain demikian rupa sehingga beban fungsional dapat
ditransmisikan melalui gigi ke jaringan penyangga.
Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama, tekanan oklusal
dan keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya jaringan gigi yang
hilang.Restorasi sementara harus bertahan satu sampai beberapa minggu.
Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antaralain:
Bahan pertama yaitu cavit G( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang
mengandung calcium sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv waktu
mengeras, karena penggunaanya mudah dan mempunyai kerapatan yang baik dengan
dinding kavitas, digunakan untuk waktu antar kunjungan yang singkat, kekuatan
komprehensifnya yang rendah dan mudah hilang oleh pemakaian. Cara meletakkan
kekavitas adalah sebagaian demi sebagian pada dinding kavitas dengan instrument
plastis (system incremental), kelebihan bahan dibuang dan permukaan tumpatan
dihaluskan dengan kapas basah. Setelah penumpatan sebaiknya gigi tidak dipakai untuk
mengunyah paling tidak selama 1 jam. Menurut Wilrdman (1971). Kualitas penutupan
cavit G kelihatannya berdasarkan kemampuan bahan untuk mengembang saat
mengeras. Cavit G adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat mengeras dalam
susasana lembab. Karena itulah, hendaknya jangan digunakan pada gigi vital karena
dapat mengeringkan dentin dan dengan demikian dapat menyebabkan sensitivitas pada
gigi (cit. Grossman,dkk,1995)
Bahan kedua adalah IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan sementara
yang mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin. Bahan ini cukup
untuk baik digunakan walaupun kerapatannya kurang bila dibandingkan dengan cavit
G. teknik peletakkannya sama dengan bahan pertama. Semen ini diindikasikan diregio
yang sukar diisolasi seperti karies interproksimal subgingiva tetapi yang tidak
memerlukan pemanjangan mahkota atau gingivektomi. Semen ini harus tetap
mempertahankan kontak proksimal atau jika struktur gigi hanya tersisa sedikit, semen
harus dikontur sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan impaksi makanan.
Bahan yang ketiga adalah dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman)
merupakan bahan tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas. Pada saat
bentuknya cair, sewaktu mengaplikasikannya harus dihindarkan dari tekanan. Biasanya
langsung mengeras apabila terkena saliva. Bahan ini mempunyai stabilitas yang sangat
baik didalam mulut dan juga sangat rapat dalam menutup kavitas terutama bagian
tepinya. Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi warna yaitu warna gading untuk
pemakaian normal, warna merah jambu untuk pemakaian yang keras dan warna biru
untuk kasus yang membutuhkan campuran arsenik
7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
a. Tes termal panas
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau tidak.
Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh dari guta perca
yang dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah daerah servikal gigi, karena tubuli
dentin lebih banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga rangsangan mudah
dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes termal, maka dapat
dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.
b. Tes termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat
menyebabkan kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil
klorida atau es berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan
diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui
nyeri dengan melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di atas
mahkota gigi kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk mengetahui
nyeri dengan melihat ekspresi penderita (Bila gigi lawan tidak cukup ditekan dengan
pangkal kaca mulut).
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan
tetap sesuai dengan lesi kariesnya.

c. Pada lapisan dentin lunak


Pengambilan karies, jaringan karies diambil secara bertahap supaya tidak perforasi dan
dimaksudkan untuk terbentuknya dentin sekunder
1. Perawatan langsung sama dengan perawatan dentin keras.
2. Perawatan bertahap
Kunjungan I
1. Asepsis
2. Pembersihan jaringan karies
3. Membersihkan permukaan preparasi
4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas
5. Melapisi subbase dengan base
6. Penumpatan sementaraa
7. Melakukan control seminggu kemudian

Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan diganti yang
baru setelah itu baru dilakukan penumpatan tetap.

III. 5 Perbedaan Antara Indirect Pulp Capping Dan Direct Pulp Capping
Perbedaan pulp capping direct dan pulp capping indirect
Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect
1. Seluruh dentin karies dihilangkan
2. Pulpa terbuka
3. Perawatannya hanya satu kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 1. Hanya dentin tepi yang karies
disingkirkan
2. Pulpa tidak terbuka
3. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)
Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan Pulp Capping Indirect
Keputusan apakah digunakan prosedur direct atau indirect tergantung pada faktor-faktor
lain selain keadaan pulpa yang sehat.Memilih perawatan pilihan diperjelaskan pada
gambar di bawah ini
Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan Pulp Capping Indirect
Keputusan apakah digunakan prosedur direct atau indirect tergantung pada faktor-faktor
lain selain keadaan pulpa yang sehat.Memilih perawatan pilihan diperjelaskan pada
gambar di bawah ini

III. 6 Mekanisme Pembentukan Dentin Sekunder


Dentin Sekunder
Pembentukan dentin berlangsung sepanjang hidup, dan dentin yang terbentuk setelah
gigi-gigi terkalsifikasi seluruhnya dan berfungsi disebut dentin sekunder. Dentin
sekunder memberi tambahan pada dentin semula dan cenderung muncul dalam suatu
lapisan di atas dentin pada pertautan pulpanya.
Dentin sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena
tubuli membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder
ditumpuk secara tidak rata pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan
mempunyai pola inkremental dan struktur tubular kurang teratur dibandingkan dentin
primer. Misalnya, dentin sekunder ditumpuk dalam kuantitas lebih besar pada dasar dan
atap ruang pulpa daripada pada dinding pulpa. Deposisi yang tidak rata ini
menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan tanduk pulpa kalau gigi menua. Deposisi
dentin sekunder ini melindungi pulpa.
Dentin Reparatif
Dentin reparatif, juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier, disusun oleh
pulpa sebagai suatu respon protektif terhadap rangsangan yang membahayakan.
Rangsangan ini dapat diakibatkan karies, prosedur operatif, bahan restoratif, abrasi,
erosi, atau trauma. Dentin reparatif ditumpuk pada daerah yang dipengaruhi dengan
rata-rata kecepatan yang meningkat dengan rata-rata 1,5 µm tiap hari. Kecepatan,
kualitas, dan kuantitas dentin reparatif yang ditumpuk tergantung dari keparahan dan
lamanya injuri pada odontoblas dan biasanya dihasilkan oleh odontoblas “pengganti”.
Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada odontoblas untuk periode waktu yang
panajang, seperti abrasi, dentin reparatif mungkin ditumpuk pada suatu kecepatan
lambat. Jaringan ini ditandai oleh tubuli yang agak tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi
karies yang agresif atau suatu rangsangan mendadak lain akan merangsang produksi
dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan lebih tidak teratur. Sebaliknya,
suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan mendadak lain akan merangsang
produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan lebih tidak teratur. Bila
odontoblas terkena injuri yang tidak dapat diperbaharui, odontoblas yang hancur akan
meninggalkan tubuli kosong, yang disebut dead tract kecuali kalau pulpa terlalu atrofik.
Karena dentin reparatif mempunyai lebih sedikit tubuli, meskipun kurang bermineral,
dentin reparatif mampu berfungsi sebagai lapisan yang akan merintangi masuknya
produk atau zat yang membahayakan ke dalam pulpa. Bila karies berkembang dan bila
lebih banyak odontoblast terkena injuri yang tidak dapat di perbaiki, lapisan dentin
reparatif akan menjadi lebih lebih atubular dan dapat mempunyai inklusi ( inclusion)
sel, yaitu odontoblast yang terjebak. Inklusi selular tidak umum pada gigi manusia.
Pada penghilangan karies, sel mesenkim daerah kaya sel akan berkembang menjadi
odontoblast untuk mengganti yang mengalami nekrosis. Odontoblast yang baru
terbentuk ini dapat menghasilkan dentin yang teratur atau suatu dentin amorfus,
pengapurannya jelek dan permebel. Daerah demarkasi antara dentin sekunder dan
dentin reparatif disebut garis kalsiotraumatik.
Sepanjang hidup dentin akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, termasuk
keausan normal, karies, prosedur operatif, dan restorasi. Perubahan ini seringkali
menyebabkan timbulnya respons protektif melalui terdepositnya dentin reparatif, tetapi
pembentukan dentin ini akan terbatas pada tubulus yang berkaitan dengan daerah iritasi.
Komposisi dentin reparatif dan dentin sekunder adalah sama, dan keduanya hanya
berbeda pada lokasi deposisinya.
Bila gangguan lingkungan cukup kuat, odontoblas dan prosesus tubularnya akan mati,
sehingga tubulus akan menjadi kosong. Bila terjadi pengumpulan tubulus-tubulus yang
kosong, tubulus akan kelihatan gelap pada gambaran mikroskopis dan disebut sebagai
saluran yang mati. Ujung pulpa dari tubulus biasanya tertutup oleh dentin reparatif, dan
setelah waktu tertentu tubulus akan terkalsifikasi dan pola tubular pada dentin yang
terpotong akan tersumbat. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut tubulus yang
mengalami kalsifikasi adalah dentin sklerotik.
Pertahanan terhadap karies yeng dalam berlanjut terjadi dalam bentuk dentin reparatif
yang terdeposit dalam kamar pulpa dan tubulus dentin. Jika proses karies melebihi
kecepatan dari respons pulpa, dasar dentin keras tidak akan terbentuk. Atau jika kondisi
ini parah, dentin lunak berhubungan langsung dengan pulpa itu sendiri.
Gigi dengan kavitas yang dalam pada ekskavasi dari dentin yang nekrosis, akan
menunjukkan daerah dentin yang mengalami dekalsifikasi (tebal 0,5 mm) dan lunak,
tetapi tetap utuh. Jika lapisan dentin semi-solid ini disingkirkan dan bila pulpa berhasil
menahan serangan proses karies yang hebat, biasanya akan dijumpai selapis dentin
yang keras dengan permukaan licin dan mengkilap. Meskipun demikian, semua karies
dentin yang berbatasan dengan pulpa tidak harus disingkirkan.

Penuaan Gigi
Gigi menjadi tua, sesuai dengan meningkatnya umur seseorang. Tanda yang paling
nyarta dari adanya proses penuaan adalah menurunnya aktivitas sistem penghantaran
cairan karena terbentuknya dentin reparatif. Keadaan ini kelihatannya berlangsung
dengan adanya iritasi dan termanifestasi berupa deposisi dentin reparatif, pada kamar
pulpa dan di dalam tubulus dentin yang bersangkutan.
Tanda-tanda klinis dari dentin reparatif bisa dilihat dengan mengekskavasi dentin yang
karies menggunakan bur bulat yang berkecepatan rendah. Tanpa anastesi, akan menarik
bahwa respons pasien terhadap rasa sakit di bagian tengah kavitas lebih sedikit daripada
di daerah perifer lesi, khususnya pada daerah yang akan dibuat alur (groove) retentif.
Berdasarkan penjelasan di atas, kelihatannya bagian tengah dari kavitas adalah tempat
yang sering teriritasi sehingga pada daerah ini telah terbentuk dentin reparatif yang
lebih besar dibandingkan dengan bagian pinggirnya. Pada rangsangan panas dan dingin
tidak dirasakan pasien, diperkirakan disebabkan oleh adanya dentin reparatif pada
tubulus dan kamar pulpa.

BAB IV
KESIMPULAN

• Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan untuk
perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang akan
merangsang pembentukan dentin reparative
• Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp Capping
Indikasi
Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak
mengenai pulpa.
Pulpa masih vital.
Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.
Kontra Indikasi
Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.
Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp Capping
Indikasi
 Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak lebih
dari 1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.
Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan
lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.
Pulpa masih vital.
Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh
bur pada waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi
saliva.
Kontraindikasi
Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.
Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki
jaringan pulpa.
Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.
Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.
• Prosedur perawatan pulp capping adalah sebagai berikut :
Kunjungan I
1. Asepsis
2. Pembersihan jaringan karies
3. Membersihkan permukaan preparasi
4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan prosedur sama dengan diatas
5. Melapisi subbase dengan base
6. Penumpatan sementaraa
7. Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan
sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan
tetap sesuai dengan lesi kariesnya
• Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit,
serta reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada
pemeriksaan subjektif setelah perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai
dengan pulpa yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat
dilihat dari gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan
apikal.
• Kegagalan perawatan ditandai dengan pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan,
misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas dan dingin atau gejala lain yang tidak
diinginkan. Kemudian pada pemeriksaan objektif dengan radiografi dilihat adanya
gambaran radiolusen yang menunjukkan gumpalan darah atau terjadinya resorpsi
internal. Kegagalan pada pulp Capping indirect adalah terjadinya perforasi akar
sehingga nantinya perawatan yang semula pulp capping indirect beralih menjadi direct
pulp capping.
• Alat – alat yang digunakan dalam Pulp Caping: bur bulat, ekscavator, hachet email
atau pahat, pinset berkerat, plastis filling instrument, alat pengaduk semen, stopper
cement.
• Bahan - bahan yang digunakan dalam Pulp Caping
ϖ Semen zinc oxide eugenol terdiri dari serbuk zinc oxide dicampur dengan cairan
eugenol, kemudian diaduk sehingga menghasilkan suatu massa dengan konsistensi
pasta
Beberapa sifat semen zinc oxide eugenol adalah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis,
dan sifat kimia
ϖ Kalsium Hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun
kalsium hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan
champorated para chlorophenol, metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau
hanya dengan air murni
Beberapa sifat kalsium hidroksida adlaah sifat fisis, sifat biologis, sifat mekanis, dan
sifat kimia
• Perbedaan Prosedur Pulp Caping Direct dan Indirect
Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect
5. Seluruh dentin karies dihilangkan
6. Pulpa terbuka
7. Perawatannya hanya satu kali kunjungan
8. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 5. Hanya dentin tepi yang karies
disingkirkan
6. Pulpa tidak terbuka
7. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan
8. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)

• Mekanisme pembentukan dentin sekunder


Dentin sekunder disusun setelah erupsi gigi. Dapat dibedakan dari dentin primer karena
tubuli membengkok tajam dan menghasilkan suatu garis demarkasi. Dentin sekunder
ditumpuk secara tidak rata pada dentin primer dengan suatu kecepatan rendah dan
mempunyai pola inkremental dan struktur tubular kurang teratur dibandingkan dentin
primer. Misalnya, dentin sekunder ditumpuk dalam kuantitas lebih besar pada dasar dan
atap ruang pulpa daripada pada dinding pulpa. Deposisi yang tidak rata ini
menerangkan pola reduksi kamar pulpa dan tanduk pulpa kalau gigi menua. Deposisi
dentin sekunder ini melindungi pulpa.
DAFTAR PUSTAKA

F.J. Harty dan R Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC.
E. Walton, Richard, dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu
Endodonsia Adisi 3. Jakarta : EGC
Ahmad Fauzi M. 2002. Bahan – Bahan Pembentuk Dentin Sekunder Dalam Bidang
Kedokteran Gigi. USU e-Repository © 2008
Baum, Lloyd. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi / Baum Philips Lund; alih bahasa,
Rasinta Tarigan; editor, Lilian Yuwono. - Ed. 3 – Jakarta: EGC, 1997
Maidiyana Hazrina : Perawatan Fraktur Klas III Ellys Dan Davey Pada Anak Dengan
Pulp Capping Direct, 2007. USU e-Repository © 2008
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/PENATALAKSAN
AAN%20NURSING%20MOUTH%20CARIES.pdf
http://www.scribd.com/

Anda mungkin juga menyukai