Anda di halaman 1dari 3

Chapter 1 : Awal Mula

Translated by Veer.Aslant from english translated Love Sick at Kudalakorn.com

KL Notes : Postingan ini berisi alur cerita dari  episode 1 dari Love Sick The Series  Season 1  .
Jangan lanjut membaca kalau tidak ingin terkena spoiler. Novel ini aslinya berjudul [Love Sick
Chunlamoon Noom Kang Keng Namgern by [IndryTimes] -  Love Sick :  Hebohnya kehidupan cowok
bercelana seragam  biru

“Noh! Ini gimana? Budget buat klub kita kok jadi dikit gini sih!?” Pekikan suara Om menyapaku, tepat
saat aku datang. Belum ada sedetik aku berada di ruangan klub ini, tapi kertas laporan yang
dipermasalahkan itu sudah menghalangi jalan dan pandanganku.

Aku mengreyit saat mulai membaca semua detail dokumen itu (yang dimana Om dengan penuh
“kasih sayang” menyuguhkannya tepat di depan wajahku). Aku ingat dengan baik nominal yang ku
ajukan, karena jumlahnya lebih banyak dari biaya ulang tahun Aim Patcharapa. Jelas-jelas aku minta
bujet 25,000 baht untuk biaya mengganti satu set drum yang sudah berumur.

Tapi kenapa disitu tulisannya cuma 5,000?! Lalu  sisa 20,000  ada dimana?!

“Taik… Lo tau kan, nanti tagihan drumnya bakal dianter kesini. Apa kita harus kabur, terus ngamen di
pinggir jalan gitu?!” Om terus saja berteriak tak ada hentinya. Sementara, anggota klub lainnya mulai
kelihatan bingung dan kacau. Jadi sebagai ketua klub, apa yang harus ku lakukan?

“Aku pergi bentar!”

***

Suara decit sepatu kulitku menggema saat aku berlari menuju Gedung Utama. Aku khawatir
ruangannya sudah tutup karena hari semakin sore. Saat ini otakku benar-benar tidak karuan. Aku
masih tidak mengerti, bagaimana hal semacam ini bisa terjadi. Dan aku sendiri benar-benar
ketakutan kalau-kalau telah membuat kesalahan sebagai ketua klub. Brengsek!
Kapan  Aku  pernah  bikin salah kayak gini?! Aku sudah yakin sekali kalau nanti, kami pasti akan
mendapat bujet sesuai yang kami minta. Aku yakin sekali sampai aku sudah pesan drum setnya, dan
barangnya segera diantar. Tapi kok bisa-bisanya mereka memotong dana kami seenaknya?!

YES! Ruang OSIS masih terbuka. Aku berharap bisa bertemu orang yang punya wewenang untuk
memperbaiki semua ini.

“Halo, saya perwakilan dari klub musik. Saya ingin minta sesuatu, tolong periksa anggaran kami!
Kami pikir, kalian melakukan kesalahan!” Nampaknya teriakanku sia-sia karena ruangan ini lengang.
Tapi sesaat kemudian, aku melihat seorang cowok menyembul berdiri ditengah-tengah ruangan itu.

Phun Phumipat. sekretaris OSIS selama dua tahun berturut-turut. Dia seangkatan denganku
(walaupun kami tidak terlalu akrab).

Iya dia solusinya. Aku yakin dia bisa bantu.

“Phun! Bisa nggak kamu periksa anggaran untuk klubku? Plis? Plis? Plis? Ada 20.000 yang lenyap!
Aku bisa gila sekarang!” Aku memutuskan untuk memanfaatkan persahabatan kita (yang juga tidak
terlalu akrab) sebagai sebuah senjata. Saat pertama kali melihatku, dia nampak terkejut, tapi
kemudian dia berjalan ke rak dan membuka tumpukan dokumen untukku.

“Sebentar ya Noh.” Pasti. Aku bisa menunggu.


Aku berdiri disana melihat Phun sedang membalik-balik dokumen. Aku benar-benar berharap kalau
kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah ‘O iya, kami ada kesalahan,’ atau ‘sisa uangnya di
berikan minggu depan’ atau kata-kata semacam itu. Tapi sejujurnya harapanku memang tidak terlalu
besar, karena OSIS jarang membuat kesalahan (khususnya kalau Phun yang memeriksa pekerjaan
mereka). Ditambah lagi, sebelumnya kami tidak pernah menambah anggaran kami seperti saat ini.

“Kami tidak bikin kesalahan, anggarannya tertulis jelas disini. Coba deh  liat, Noh.” Phun mengatakan
hal yang paling tidak ingin ku dengar. Dia menyerahkan berkas itu kepadaku agar aku bisa melihat
sendiri. Walaupun ukuran hurufnya sangat kecil, tapi angka 5.000 yang tertulis disitu benar-benar
membuatku terperanjat dan hampir terjatuh.

“Kok bisa sih!?”

“Waktu rapat anggaran, kamu tidak datang kan? Siapa kemarin yang kamu suruh sebagai
perwakilan?” Kata-kata Phun membuatku berpikir sejenak ke masa lalu. Aku baru ingat. Rapat
anggaran untuk klub dan aktifitas sekolah lainnya selalu diadakan tiap tahun. Tapi waktu rapat itu
diadakan, aku sedang tidak berada di Bangkok. Seluruh anggota keluargaku pergi ke Petchburi untuk
menengok nenek. Maka dari itu, perwakilan yang datang ke rapat saat itu adalah…

Dasar Ngoi*!

Nama aslinya Ngaw, tapi kalau aku lagi marah, aku memanggilnya Ngoi (toh kedua nama itu sama-
sama jelek, menurutku). Dia anggota klubku. Saat itu, kami mengundi karena tidak ada yang mau
datang dan yang terpilih adalah Ngoi. Belum lagi, rapat itu biasanya berlangsung selama 12 jam.
Belum lagi, biasanya klub lain suka menyudutkan kami. Tapi kok, Ngoi bisa melakukan ini?!

“Waktu rapat kemarin aku datang. P’Aun dari klub Budaya Thailand terus-terusan memotong
anggaran untuk klubmu. Karena kalau nggak begitu, dia harus memotong anggaran untuk klubnya
sendiri. Ngaw terlalu takut untuk menghadapi p’Aun, jadi dia cuma duduk diam saja disana. Akhirnya
cuma 5.000 saja yang tersisa untuk klubmu. Sebenarnya, aku sendiri juga bingung dan bertanya-
tanya, kamu keberatan atau nggak.”

“Ya iyalah Aku keberatan! Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?!” Aku mulai meneriaki diriku
sendiri karena Aku tidak tahu hal yang bisa dilakukan selain berteriak. Sementara itu, ruang OSISnya
sunyi senyap.

Berkas itu dilempar ke atas meja saat Phun mulai mengatakan sesuatu.

“Aku punya jalan keluarnya….”

“Beri tahu, Phun! Beri tahu sekarang juga! Aku rela melakukan apapun itu!” Kesempatanku ada disini,
mana mungkin aku melewatkannya begitu saja?! Aku menatap wajah temanku-yang-tidak-terlalu-
akrab menunggu jawaban. Aku tidak sadar kalau dia melihatku dengan tatapan yang aneh.

Kalau andai saja Aku tahu apa yang akan terjadi, Aku tidak mungkin mau mengucapkan kata-kata
tadi kepadannya.

“Noh, mau gak jadi pacarku?”

Novel asli ditulis oleh [INDRYTIMES -@drytimes atau @hedshew ] diterjemahkan ke bahasa inggris


oleh [ Kudalakorn.com - @kudalakorn] dan diterjemahkan ke bahasa indonesia oleh [ @VeerAslant -
- http://ve-as.tumblr.com ]

Catatan dari KudaLakorn :


1. Ngoi artinya lemah / cacat. Biasanya dipakai untuk panggilan seseorang yang bersifat hinaan /
celaan terhadap orang timpang/ pincang

Catatan dari Veer.Aslant:

Yeaah, jadi gue tau novel dan tv series ini dari tumblr. Awalnya nonton TV seriesnya, lalu
menemukan “kudalakorn” dan tersedot juga dalam novelnya. #numpangcurhat

Kalian taukan kalau “I” dalam bahasa inggris kalau diterjemahkan ke Indonesia bisa “aku”, “saya”,
“gue”. “You” juga bisa memiliki arti “Kamu”,” Kau” dan “Kalian”. Terus Terang, setelah menyelesaikan
chapter satu, gue masih bingung, sebaiknya gue pake yang mana. Akhirnya gue putuskan untuk
menggunakan semuanya sesuai konteks dialog dan sekitarnya.

Tata bahasa gue sesuaikan dikit dengan adat indonesia. Semacam “How can this be?!”  kalau
diterjemahkan mentah-mentah akan menjadi “Bagaimana ini bisa terjadi?!” alih-alih gue
menterjemahkannya sebagai “ Kok bisa sih!?”. Tujuanya cuma satu. Biar lebih familiar di kuping
orang indonesia. *wink*

Anda mungkin juga menyukai