writer. And this is the best version that I can give to all of you. So, its starts in that day.
Hari seperti biasa, melakukan aktivitas padat dan
segala macamnya. Dan ga diprediksi, situasinya berubah. I still remember, someone’s told me about ‘something’ that i never expect ,it wil be happened to me. Karena, aku bakal jadi seorang pengurus bahasa. Its like, hah? Kaget dan gatau lagi mau apa. Aku disitu mikir, why me? Kalo dipikir-pikir nih, aku bisa dibilang ga ada ketertarikan dengan devisi ini dan ga ada pikiran sama sekali bakal ‘menyentuh’ apalagi gabung disini. Disitu masih kelas awal, dan bener-bener ngrasa nol banget dalam bahasa. I felt like its not my passion. So, pas berita itu nyampe ke aku, mau nangis, agak jengkel, bingung, wah pokonya mantap. Bukannya berlebih si ya, but its real! Dan mau gamau, aku nerima karena, ya emang gini adanya.
Lanjut sampe akhirnya interview, terus lanjut
dihari-hari berikutnya. Singkat cerita, sampailah pertama kalinya aku harus do my job! Dan orang-orang akan tau jati diri baruku. Wah gatau lagi deh tu gimana rasanya. Karena aku adalah “pengurus baru di tengah masa”. Malu pasti ada kan ya, jadi bener-bener pas ditempat tu ada nervous, malu, campur aduk deh. Dan Alhamdulillah, semua berjalan dengan baik dan sesuai keinginan. And I love that.
Waktu terus berjalan, dan pasti ada yang nanya,
enak gak jadi pengurus, apalagi kebahasaan. Kalo ikut jawaban banyak orang, jawabnya gini “enak kok, tapi ada gaenaknya juga. Enak gaenak lah”. Tapi kalo aku, enak si. Jujurly, enak banget. Gatau ya kenapa. Aku gabisa menyimpulkan enak karena nyaman, atau enak karena seru. Mungkin pas dihati aja. Dan yang bikin ini pas dihati, salah satunya ya karena orang-orang didalamnya. Gacuma satu hal yang aku dapet dari mereka. Suatu keberuntungan dan kebanggaan bisa bekerja bareng orang-orang luar biasa ini. Kalo liat partner-partner ini tu kadang suka minder sendiri. Karena emang mereka bertalent dan pantes banget untuk dibanggakan buat sebuah kemajuan bahasa di organisasi. Jadi aku belajar banyak banget dari mereka. Emang bener, ga gampang megang bagian kebahasaan. Tapi, balik lagi sama kitanya gasi? Gimana kita bikin “ga gampang”-nya itu jadi sebuah keseruan. Dan keseruan itu lama-lama jadi kenyamanan buat diri kita. Its depending to all of us guys
Pada intinya, menjadi pengurus bahasa buat saya
adalah cinta. They told me, learn me, and hug me. Dan terakhir, untuk Qism Al-Lughah, Ngapunten, Matursuwun, Njenengan niku Candu!