Anda di halaman 1dari 56

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS

(Higher Order Thinking Skills)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH DASAR
2019
Kontributor:
1. Drs. Abdul Mukti, M.Ed
2. Ine Rahmawati, M.Si
3. Agus Mardianto, SE, M.Ak
4. Wahyono, S.Pd, M.Si
5. Rizal Listiyo Mahardika
6. Fransiska Driartanti, S.Pd
7. Rosim, S.Pd. M.Si.
8. Tita Fitria, S.Pd

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS i


KATA PENGANTAR
Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
tentang capaian belajar peserta didik. Penilaian terhadap capaian belajar
peserta didik tersebut dapat dilakukan oleh pPendidik, sSatuan Pendidikan,
dan Pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh Pendidik dilakukan untuk
memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar secara
berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan bertujuan
untuk menilai capaian Standar Kompetensi Lulusan. Penilaian hasil belajar
oleh Pemerintah dilakukan untuk menilai capaian kompetensi lulusan secara
nasional pada mata pelajaran tertentu.

Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mendiagnosa kekuatan dan


kelemahan peserta didik, menilai ketercapaian kurikulum, memberi nilai
peserta didik, dan menentukan efektivitas pembelajaran. Untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut diperlukan perangkat penilaian berupa soal sebagai
alat ukur yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam rangka memperoleh
seperangkat alat ukur tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
menyusun Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam penulisan soal yang berkualitas. Panduan ini disusun
untuk dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah, pengawas, dan pemangku
kepentingan lainnya.

Jakarta, Mei 2019


Direktur Pembinaan SD

Dr. Khamin, M.Pd


NIP 196608171988031002

ii Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Dasar Hukum ....................................................................................... 3

C. Tujuan .................................................................................................. 4

D. Sasaran ................................................................................................. 4

BAB II KONSEP HOTS ............................................................................... 5

A. Pengertian HOTS ................................................................................. 5

B. Karakteristik Instrumen Penilaian HOTS ............................................. 8

C. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Penilaian HOTS ............... 10

BAB III TEKNIS PENYUSUNAN SOAL HOTS .................................... 12

A. Aspek Penyusunan Soal HOTS ......................................................... 12

B. Matrik Kompetensi Dasar Untuk Soal HOTS ................................... 20

C. Penyusunan Kisi-kisi dan Contoh Soal HOTS .................................. 28

BAB IV CONTOH SOAL HOTS PENUTUP .......................................... 46

A. Bahasa Indonesia Kelas 3 .................................................................. 47

B. Ilmu Pengetahuan Alam ..................................................................... 48

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS iii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian hasil belajar merupakan proses pengumpulan dan pengolahan


informasi tentang capaian belajar peserta didik yang dapat dilakukan
oleh Pendidik, Satuan Pendidikan, dan Pemerintah. Penilaian hasil
belajar oleh Pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan
belajar baik harian, tengah semester, akhir semester, dan atau kenaikan
kelas, serta perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan pengukuran
capaian satu atau lebih Kompetensi Dasar dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan, dan atau bentuk lain yang diperlukan.

Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan bertujuan untuk menilai


capaian Standar Kompetensi Lulusan yang dilakukan melalui Ujian
Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan Ujian Sekolah (US) untuk
mengukur capaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi
belajar yang sekaligus juga digunakan untuk penentuan kelulusan dari
satuan pendidikan.

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan untuk menilai capaian


kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam
rangka pengendalian mutu Pendidikan yang digunakan sebagai dasar
untuk pemetaan mutu satuan pendidikan, pertimbangan seleksi ke
jenjang berikutnya, dan pembinaan kepada satuan Pendidikan dalam
upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Semua bentuk penilaian tersebut merupakan suatu sistem evaluasi


standar mutu pendidikan. Pada tahun 2015, Indonesia mencoba ingin
mengetahui tingkat kemampuan peserta didiknya (benchmark) secara
internasional melalui Trend in International Mathematic and Science
Study (TIMSS) dan Programme for International student Assesment
(PISA). Hasil TIMSS untuk kelas IV Sekolah Dasar, Indonesia
mendapatkan rata-rata nilai 397 dan menempati peringkat 4 terbawah
dari 43 negara yang mengikuti TIMSS. Sementara hasil PISA, Indonesia

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 1


mendapatkan rata-rata nilai 403 untuk sains (peringkat ketiga dari
bawah), 397 untuk membaca (peringkat terakhir), dan 386 untuk
matematika (peringkat kedua paling bawah) dari 72 negara yang
mengikutinya (sumber : Buku Penilaian Berorientasi HOTS).

Salah satu parameter sebabnya adalah soal yang disajikan bertujuan


untuk menguji kemampuan analisis tinggi dan pola jawabannya bersifat
deskriptif-naratif. Berdasarkan hal tersebut, pemerintah merancang
sistem pembelajaran dan penilaian berbasis pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi atau disebut dengan HOTS (Higher Order Thinking
Skills). Soal HOTS diharapkan dapat membuat peserta didik memiliki
kemampuan analisis tinggi. Namun , hal ini seringkali dianggap
menyulitkan karena ketidaksesuaian pada tahapan proses pembelajaran
yang belum mengoptimalkan HOTS dengan penilaian atau evaluasi yang
sudah berbasis HOTS.

Sistem pembelajaran HOTS merupakan sebuah sistem yang bertujuan


meningkatkan standar kelulusan peserta didik pada lingkup pendidikan
dasar dan menengah. Sistem pembelajaran HOTS diharapkan bisa
meningkatkan ctitical thinking siswa dan memberikan ruang ekspresi
siswa untuk bisa menyampaikan pendapat, pertanyaan atau pernyataan
secara percaya diri sehingga proses pembelajaran seharusnya lebih aktif
dan menyenangkan bagi siswa, dan guru berperan sebagai fasilitator
yang menumbuhkan keunikan setiap siswa. Hal ini menuntut peserta
didik harus mampu menganalisis, menginvestigasi, memecahkan
masalah, kreatif dan berpikir kritis.

Permasalahan nyata adalah mayoritas peserta didik tidak mampu


memenuhi kriteria yang diinginkan. Kebanyakan dari peserta didik
hanya mampu berpikir pada tingkat yang rendah bahkan di bawah
standar atau LOTS. Terbukti ketika peserta didik diberikan beberapa
soal yang bersifat HOTS, mereka mengalami kesulitan.
Ada tiga hal yang menyebabkan permasalahan tersebut adalah:

 Pertama, bersumber dari peserta didik.


Peserta didik belum tergali secara maksimal potensi, rasa ingin tahu,
serta kepercayaan dirinya saat proses pembelajaran.

2 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


Kedua, bersumber dari pendidik atau guru. Guru kurang menguasai
4 kompetensi utama, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Hal
tersebut berimbas pada kegiatan pembelajaran yang cenderung
mengarah LOTS.
Ketiga, bersumber dari lembaga pendidikan atau sekolah.
Rendahnya keterampilan manajerial yang dimiliki oleh kepala
sekolah yang berimbas terhadap peningkatan sumber daya manusia
(SDM) dalam pembelajaran yang berbasis HOTS. Selain itu, sarana
dan prasarana yang kurang memadai, mengakibatkan proses
pembelajaran kurang maksimal.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturanun Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2015;
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun
2016 tentang standar isi pendidikan dasar dan menengah;
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2016 tentang Standar proses pendidikan dasar dan menengah;
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun
2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2018
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian
Hasil Belajar oleh Pemerintah;
8. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No. DIPA-
023.03.1.666011/ 2018 tanggal Revisi 1 tanggal 8 Februari 2019;

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 3


9. Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Pembinaan Sekolah
Dasar No. 0202/D2/KPA/I/KP/2018 tanggal 11 Februari 2019
tentang Pengangkatan Pejabat Penandatangan SPM, Pejabat Pembuat
Komitmen, Bendahara Pengeluaran Pembantu, dan Petugas
Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai Direktorat Pembinaan
Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun Anggaran 2018.

C. Tujuan

Tujuan Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS di Sekolah Dasar


adalah:
1. Memberikan pengertian dan pemahaman kepada guru mengenai
karakteristik keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS);
2. Mengenalkan teknis penyusunan soal keterampilan berpikir tingkat
tinggi (HOTS);
3. Memberikan pemahaman soal HOTS berdasarkan materi pada
masing-masing level kelas terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam;
4. Meningkatkan kemampuan guru untuk membiasakan peserta didik
serta memberikan metode atau media beragam atau bervariasi dalam
penyelesaian soal HOTS.
Meningkatkan kemampuan guru untuk menggunakan metode dan
media bervariasi dalam pembelajaran dan penyelesaian soal HOTS
5. Meningkatkan kemampuan guru untuk mengerjakan dan menyusun
soal HOTS

D. Sasaran

Sasaran pengguna Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS ini adalah


guru, kepala sekolah, pengawas, dan pemangku kepentingan pendidikan.

4 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


BAB II
KONSEP HOTS

A. Pengertian HOTS
Kegiatan berpikir sudah dilakukan sejak manusia ada, tetapi
pengertian tentang berpikir masih terus diperdebatkan berbagai
kalangan, terutama kalangan pemikir pendidikan. Menurut Dewey
berpikir merupakan aktivitas psikologis ketika terjadi situasi keraguan,
sedangkan Vygotsky lebih mengaitkan berpikir dengan proses mental.
Secara umum para tokoh pemikir bersepakat bahwa berpikir merupakan
suatu kegiatan mental yang dialami seseorang ketika orang tersebut
dihadapkan pada situasi atau suatu permasalahan yang harus
dipecahkan. Berpikir selalu berkaitan dengan proses mengeksplorasi
gagasan, membentuk berbagai kemungkinan atau alternatif-alternatif
yang bervariasi, dan dapat menemukan solusi.
Salah satu taksonomi proses berpikir yang diacu secara luas adalah
taksonomi Bloom dan telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2001).
Dalam taksonomi Bloom yang direvisi tersebut, dirumuskan 6 level
proses berpikir, yaitu:

C 1 = mengingat (remembering ) C 4 = menganalisis (analyzing)


C 2 = memahami (understanding) C 5 = mengevaluasi (evaluating)
C 3 = menerapkan (applying) C 6 = menciptakan (creating)

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 5


‘Mengingat’/level C-1 merupakan level proses berpikir paling
rendah. Mengapa? Karena mengingat hanyalah memanggil kembali
kognisi yang sudah ada dalam memori. Selanjutnya, ‘Memahami’/level
C-2 berada pada posisi satu level lebih tinggi dibandingkan dengan
‘mengingat’. Seseorang yang memahami sesuatu akan mampu
menggunakan ingatannya untuk membuat deskripsi, menjelaskan, atau
memberikan contoh terkait sesuatu tersebut. Kemudian, jika seseorang
yang telah memahami sesuatu mampu melakukan kembali hal-hal yang
dipahaminya pada situasi yang baru atau situasi yang berbeda atau
situasi yang tidak menentu, orang tersebut telah mencapai level berpikir
‘aplikasi’/level C-3.
Orang yang memiliki kemampuan menerapkan belum tentu mampu
menyelesaikan suatu masalah. Hal ini dikarenakan, kemampuan
menerapkan masih cenderung hanya mengulangi proses yang sudah
pernah dilakukan (rutin). Sementara itu, permasalahan yang dihadapi
bisa jadi selalu berbeda-beda dan umumnya tidak dapat diselesaikan
dengan cara yang sama (nonrutin). Penyelesaian masalah, sesungguhnya
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat nonrutin. Oleh karena itu,
penyelesaian masalah memerlukan level berpikir pada tingkatan yang
lebih tinggi dari level ‘mengingat’, ‘memahami’, dan ‘menerapkan’.
Level berpikir ini disebut higher order thinking Higher Order Thinking
(HOTS) atau berpikir pada tingkat lebih tinggi.
Anderson dan Krathwohl mengategorikan kemampuan proses
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta pada proses berpikir tingkat
tinggi. Menganalisis adalah kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam
bagian-bagian yang lebih kecil sehingga diperoleh makna yang lebih
dalam. Menganalisis dalam taksonomi Bloom yang direvisi ini juga
termasuk kemampuan mengorganisasi dan menghubungkan antarbagian
sehingga diperoleh makna yang lebih komprehensif. Apabila
kemampuan menganalisis tersebut berujung pada proses berpikir kritis
sehingga seseorang mampu mengambil keputusan dengan tepat, orang
tersebut telah mencapai level berpikir pada kategori ‘mengevaluasi’.
Dari kegiatan evaluasi, seseorang mampu menemukan kekurangan dan
kelebihan. Apabila berdasarkan kekurangan dan kelebihan tersebut
akhirnya seseorang mampu menghasilkan ide atau gagasan-gagasan baru
atau berbeda dari gagasan yang sudah ada, berarti orang tersebut telah

6 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


mencapai proses berpikir pada level ‘mencipta’. Dengan demikian,
orang yang tajam analisisnya, mampu mengevaluasi dan mengambil
keputusan dengan tepat, serta selalu melahirkan ide atau gagasan-
gagasan baru, berpeluang besar mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang dihadapinya.
Brookhart (2010) sependapat dengan konsep berpikir tingkat tinggi
dalam taksonomi Bloom yang direvisi Anderson dan Krathwohl di atas.
Secara praktis Brookhart menggunakan tiga istilah dalam
mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), yaitu
proses transfer, berpikir kritis, dan penyelesaian masalah.
HOTS sebagai proses transfer dalam konteks pembelajaran adalah
melahirkan belajar bermakna, yakni kemampuan peserta didik dalam
menerapkan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi baru tanpa arahan
atau petunjuk dari pendidik atau orang lain. Selanjutnya, HOTS sebagai
proses berpikir kritis dalam konteks pembelajaran adalah membentuk
peserta didik yang mampu untuk berpikir logis (masuk akal), reflektif,
dan mengambil keputusan secara mandiri. Pada akhirnya, HOTS sebagai
proses penyelesaian masalah adalah menjadikan peserta didik mampu
menyelesaikan permasalahan riil dalam kehidupan nyata, menjadikan
peserta didik problem solver yang memiliki kepercayaan diri serta
kemandirian dalam menghadapi permasalah nyata dalam kehidupan
sehari hari yang umumnya bersifat unik sehingga prosedur
penyelesaiannya juga bersifat khas dan tidak rutin atau beragam dan
bervariasi.
Berdasarkan uraian di atas, keterampilan berpikir tingkat tinggi
adalah keterampilan berpikir logis, kritis, kreatif, dan pemecahan
masalah secara mandiri. Berpikir logis adalah kemampuan bernalar,
yaitu berpikir yang dapat diterima oleh akal sehat karena memenuhi
kaidah berpikir ilmiah. Berpikir kritis adalah berpikir reflektif-evaluatif.
Orang yang kritis selalu menggunakan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki untuk menganalisis hal-hal baru, misalnya dengan cara
membandingkan atau mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya
sehingga mampu menjustifikasi atau mengambil keputusan. Sementara
itu, berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan ide/gagasan yang
baru atau berbeda. Dengan gagasan yang baru atau berbeda, seseorang

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 7


akan mampu melakukan berbagai inovasi untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan nyata yang dihadapinya.

B. Karakteristik Instrumen Penilaian HOTS


Dalam melakukan Penilaian HOTS diperlukan memerlukan berbagai
teknik dan instrumen yang dapat mengukur kemampuan berfikir tingkat
tinggi peserta didik. Instrumen penilaian HOTS dapat menggunakan soal
bentuk pilihan ganda, uraian/esai, maupun performance test berupa
penilaian projek dan produk yang menuntut kemampuan:
1. transfer satu konsep ke konsep lainnya;
2. memproses dan menerapkan informasi;
3. mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda;
4. menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah;
5. menelaah ide dan informasi secara kritis.
Soal yang mengukur kemampuan tersebut akan mendorong peserta
didik untuk menganalisis, mengevaluasi, dan/atau mencipta
(mengkreasi) suatu cara atau prosedur yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
Adapun karakteristik instrument penilaian HOTS antara lain:
1. Mengukur Level Berpikir Tinggi
Instrumen penilaian HOTS harus mengukur level berpikir
tingkat tinggi yaitu mencakup proses berpikir analitis, kritis, kreatif,
dan pemecahan masalah. Mengacu pada taksonomi Bloom yang
direvisi, instrumen penilaian HOTS harus mengukur level berpikir C4
(menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).
2. Bersifat Divergen
Instrumen penilaian HOTS harus bersifat divergen, artinya
memungkinkan peserta didik memberikan jawaban berbeda-beda
sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang digunakan karena
mengukur proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif yang cenderung
bersifat unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap individu.
Instrumen penilaian HOTS lebih mudah dirancang dalam
format tugas atau pertanyaan terbuka, misalnya soal esai/uraian dan
tugas kinerja. Apakah soal pilihan tidak dapat digunakan untuk

8 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


mengukur HOTS? Jawabannya dapat, jika proses berpikir untuk
menjawab soal pilihan tersebut bukan sekedar menghafal atau
mengulang. Sebaliknya, setiap soal uraian juga belum tentu HOTS
jika untuk menjawabnya tidak memerlukan penalaran. Bahkan tugas
kinerjapun belum tentu HOTS, kalau hanya berbentuk panduan kerja
sehingga peserta didik hanya melakukan petunjuk yang diberikan.
3. Bersifat Multirepresentasi
Instrumen penilaian HOTS umumnya tidak menyajikan
semua informasi secara tersurat, tetapi menuntut peserta didik
menggali sendiri informasi yang tersirat. Bahkan di era big data
seperti sekarang ini, yaitu kemudahan mendapatkan data dan
informasi melalui internet, sudah selayaknya instrumen penilaian
HOTS juga menuntut peserta didik tidak hanya mencari sendiri
informasi, tetapi juga kritis dalam memilih dan memilah informasi
yang diperlukan.
Untuk memenuhi harapan tersebut, sebaiknya instrumen
penilaian HOTS menggunakan berbagai stimulus, antara lain verbal
(berbentuk kalimat), visual (gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk
video), simbolis (simbol, ikon, inisial, isyarat), dan matematis (angka,
rumus, persamaan).
4. Berbasis Permasalahan Kontekstual
Salah satu ciri berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
mentransfer pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh ke dalam
situasi baru sehingga menjadi bermakna. Dalam konteks penilaian
hasil belajar, hal tersebut mudah diketahui jika instrumen
penilaiannya menggunakan konteks permasalahan nyata atau bersifat
kontekstual. Jika permasalahan yang harus diselesaikan bersifat
kontekstual, peserta didik diharapkan mampu mentransfer proses dan
hasil belajar yang bersifat akademik ke situasi yang bersifat
riil/otentik.
Berbagai permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh
masyarakat dunia saat ini, antara lain terkait dengan lingkungan
hidup, kesehatan, kebumian, serta pemanfaatan dan pengaruh ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, dapat
digunakan dalam pengembangan instrumen penilaian HOTS. Untuk

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 9


keperluan tersebut, setidaknya terdapat empat proses berpikir yang
dapat diukur, yaitu:
a. menghubungkan (to relate);
b. menginterpretasi (to interprete);
c. menerapkan (to apply);
d. mengintegrasikan(to integrate).
Yang perlu diingat konteks di sini adalah konteks riil dalam
kehidupan sehingga peserta didik bukan hanya mengulang proses
akademik di kelas, melainkan mentransfer kemampuan berpikirnya
dalam situasi baru yang lebih kompleks.

C. Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Penilaian HOTS


Dalam penyusunan instrumen penilaian HOTS perlu
memperhatikan langkah-langkah berikut:
1. Mengidentifikasi kompetensi yang akan diukur
Penilaian tidak dapat lepas dari proses pembelajaran yang
bergantung pada pencapaian kompetensi. Dalam kurikulum berbasis
kompetensi, kompetensi yang harus dicapai peserta didik
diformulasikan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi
dasar ini merupakan standar minimal kompetensi yang wajib dicapai
oleh peserta didik sehingga KD tidak dapat dikurangi, tetapi dapat
dimodifikasi/ditingkatkan sesuai kondisi satuan pendidikan.Terkait
dengan penyusunan instrumen penilaian HOTS, langkah pertama
yang harus dilakukan pendidik adalah menganalisis KD,
mengidentifikasi KD-KD manakah yang tepat menuntut kedalaman
materi yang memerlukan penilaian HOTS.
2. Merumuskan Indikator Soal HOTS
Penyusunan instrumen harus dimulai dari perumusan indikator
soal. Indikator soal berisi ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai
petunjuk untuk membuat soal. Pada uraian sebelumnya, sudah
dijelaskan bahwa berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir
analitis, kritis, kreatif, dan penyelesaian masalah. Berkaitan dengan
hal tersebut, indikator soal harus menyajikan stimulus, dalam konteks
kehidupan sehari-hari, yang menuntut peserta didik untuk bernalar

10 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


untuk menjawab pertanyaan. Stimulus dapat berupa tabel, grafik,
wacana, diagram, ilustrasi, gambar, foto dan lain-lain. Ruang lingkup
stimulus/konteks dalam bentuk personal, sosial, nasional, dan global ,
seperti kesehatan, pendidikan moral, pekerjaan, sumber daya alam,
lingkungan hidup, bencana alam, dan lain-lain. Pertanyaan yang
dirumuskan di dalam soal HOTS harus menuntut proses berpikir
kritis, logis, dan kreatif.
3. Menyusun instrumen dengan memperhatikan rambu-rambu
instrumen penilaian yang baik
Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan dari aspek
substansi/materi, konstruksi, dan bahasa. Instrumen penilaian HOTS,
selain memperhatikan karakteristik berpikir tingkat tinggi, juga harus
memperhatikan kebenaran substansi, ketepatan konstruksi, dan
keterbacaan bahasanya sesuai kaidah-kaidah penulisan soal.

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 11


BAB III
TEKNIS PENYUSUNAN SOAL HOTS
A. Aspek Penyusunan Soal HOTS

Dalam menyusun soal berbasis Keterampilan Berpikir Tingkat


Tinggi atau HOTS harus memperhatikan berbagai aspek. Aspek yang
harus diperhatikan antara lain aspek materi, aspek konstruksi dan aspek
bahasa.
Hal-hal yang diperhatikan dalam menyusun soal berbasis HOTS
untuk bentuk soal pilihan ganda dan uraian dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pilihan Ganda (PG) :
a. Materi
1) Soal sesuai dengan indikator;
2) Pilihan jawaban homogen dan logis ditinjau dari segi materi;
3) Setiap soal mempunyai satu jawaban yang benar atau yang
paling benar.
b. Konstruksi
1) Pokok soal dirumuskan secara jelas dan tegas;
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja;
3) Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban benar;
4) Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda;
5) Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama;
6) Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan, “Semua
pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di
atas benar”;
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau
kronologisnya;
8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat
pada soal jelas, berfungsi, tidak memunculkan kebingungan,
dan mempunyai tingkat keterbacaan tinggi;
9) Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

c. Bahasa

12 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


1) Setiap soal menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia;
2) Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional;
3) Setiap soal menggunakan bahasa yang komunikatif;
4) Setiap pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang
bukan merupakan satu kesatuan pengertian.
Penyusunan soal berbasis HOTS tidak hanya memperhatikan kaidah dari
segi materi, konstruksi, dan bahasa, tetapi perlu juga memperhatikan hal-
hal penting berikut:
 Gambar, kalimat atau slogan tidak mengandung unsur iklan promosi
produk komersil (iklan) atau instansi (nama sekolah, nama wilayah);
 Tidak menggunakan nama tokoh yang masih hidup dalam soal karena
dapat diinterpretasikan mempromosikan tokoh tersebut;
 Ilustrasi soal tidak mengandung unsur SARA, kekerasan, pornografi,
politik, ataupun konten yang dapat menimbulkan dampak negatif;
 Gambar, teks atau kutipan sebaiknya dituliskan sumber asalnya;
 Tata letak gambar diusahakan konsisten; gambar jelas dan baik
keterbacaannya
 Soal pilihan ganda bisa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan,
namun jangan dan tidak boleh menggunakan kalimat perintah;
 Contoh penggunaan titik pada soal pilihan ganda:
1. K __________________ ... _______________.

A. k  Jika pernyataan soal untuk melengkapi kata/kalimat


B. k rumpang, cukup tuliskan tanda elipsis (...) saja.
 Kalimat diakhiri dengan tanda titik (.).
C. k
 Penulisan huruf awal pada pilihan jawaban, diawali
D. k dengan huruf kecil.

2. K _________________________________ ....

A. k  Jika pernyataan soal untuk melengkapi akhir


B. k kata/kalimat, tuliskan 4 titik meliputi: 3 titik sebagai
C. k tanda elipsis (...) dan 1 titik tanda henti
 Penulisan huruf awal pada pilihan jawaban, diawali
D. k dengan huruf kecil.

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 13


3. _________________________________ ...
A. M________.  Jika pilihan jawaban berupa kalimat, di akhir
B. M________. pernyataan soal diakhiri dengan tanda elipsis
(...) saja.
C. M________.  Penulisan huruf awal pada pilihan jawaban,
D. M________. diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.)

4. K _____________________________________ ?
A. P_________.  Jika pokok soal dalam bentuk pertanyaan,
B. P_________. pilihan jawaban berupa kalimat yang diawali
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
C. P_________. tanda titik (.)
D. P_________.

Kelebihan dan kekurangan bentuk soal pilihan ganda adalah:


1. Beberapa kelebihan dari bentuk soal PG adalah:
 dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki objektivitas
yang tinggi;
 dapat mengukur berbagai tingkatan kognitif;
 mencakup ruang lingkup materi yang luas;
 tepat digunakan untuk ujian berskala besar yang hasilnya harus
segera diumumkan, seperti ujian nasional, ujian akhir sekolah,
dan ujian seleksi pegawai negeri.
2. Beberapa kekurangan dari bentuk soal PG adalah:
 perlu waktu lama untuk menyusun soal;
 sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi;
 terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban.

2. Uraian
a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator;
2) Batasan jawaban/ruang lingkup materi yang ditanyakan harus
jelas;
3) Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan (ruang
lingkup) harus jelas;

14 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


4) Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran, misal soal
Matematika harus menanyakan kompetensi Matematika,
bukan kompetensi berbahasa atau yang lainnya;
5) Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis
sekolah, atau tingkat kelas. Tingkat kompetensi yang diukur
harus disesuaikan dengan tingkat kelas peserta didik;
b. Konstruksi
1) Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan
kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai,
seperti: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan,
tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata
tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya: siapa, di
mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang hanya
menuntut jawaban ya atau tidak.
2) Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3) Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal ditulis dengan
cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria
penskoran, besar skor bagi setiap komponen, atau rentang
skor yang dapat diperoleh untuk setiap kriteria dalam soal
yang bersangkutan.
4) Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik,
peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas,
berfungsi, dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna.
c. Bahasa
1) Rumusan butir soal menggunakan bahasa (kalimat dan kata-
kata) yang sederhana dan komunikatif sehingga mudah
dipahami oleh peserta didik;
2) Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok tertentu;
3) Rumusan soal tidak menggunakan kata-kata/kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian;
4) Butir soal menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar;
5) Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan
budaya;
6) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku.

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 15


Adapun kelebihan dan kekurangan soal bentuk uraian:
 Kelebihan soal uraian antara lain: dapat mengukur kompetensi
peserta didik dalam hal menyajikan jawaban terurai secara bebas,
mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan
mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-
kata atau kalimat peserta didik sendiri.
 Kekurangan soal uraian antara lain: jumlah materi atau pokok
bahasan yang dapat ditanyakan terbatas, waktu untuk memeriksa
jawaban cukup lama, penskorannya relatif subjektif, dan tingkat
reliabilitas relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk
pilihan ganda karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian
sangat tergantung pada penskor tes.

Soal bentuk uraian berdasarkan penskoran dapat diklasifikasikan


menjadi uraian objektif dan uraian non objektif.

 Uraian Objektif
Soal bentuk uraian objektif adalah rumusan soal atau
pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep tertentu sehingga penskoran dapat dilakukan
secara objektif. Pedoman penskoran soal bentuk uraian objektif
berisi kunci jawaban yang lebih pasti. Penskoran uraian objektif
pedomannya adalah:
a) Tuliskan semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci
jawaban dengan jelas untuk setiap nomor soal.
b) Setiap kata kunci diberi skor 1 (satu).
c) Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa
subpertanyaan, rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut
menjadi beberapa kata kunci subjawaban. Kata-kata kunci ini
dibuatkan skornya masing-masing 1. (misalnya dalam satu
pertanyaan ada 5 subpertanyaan maka skor maksimal adalah
5.
d) Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan
pada soal. Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu
soal.

 Uraian Non Objektif


Soal bentuk uraian non objektif adalah rumusan soal yang
menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian/konsep

16 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


menurut pendapat masing-masing peserta didik sehingga
penskorannya sukar dilakukan secara objektif (penskoran dapat
mengandung unsur subjektivitas). Pada soal uraian bentuk non
objektif, pedoman penskoran berisi kriteria-kriteria dan setiap
kriteria diskor dalam bentuk rentang skor. Penskoran uraian non
objektif pedomannya adalah:
a) Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban
untuk dijadikan pedoman atau dasar dalam memberi skor.
Kriteria jawaban disusun sedemikian rupa sehingga
pendapat/pandangan pribadi peserta didik yang berbeda dapat
diskor menurut mutu uraian jawabannya.
b) Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besar
rentang skor terendah 0 (nol), sedangkan rentang skor
tertinggi ditentukan berdasarkan keadaan jawaban yang
dituntut oleh soal itu sendiri. Semakin kompleks jawaban,
rentang skor semakin besar. Untuk memudahkan penskoran,
setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan kualitas
jawaban, misalnya untuk rentang skor 0 - 3: jawaban tidak
baik 0, agak baik 1, baik 2, sangat baik 3. Kriteria kualitas
jawaban (baik tidaknya jawaban) ditetapkan oleh penulis soal.
c) Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah
ditetapkan. Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor
maksimum dari satu soal.

Adapun Prosedur penskoran soal uraian berbasis HOTS, adalah:


 Pemberian skor pada jawaban uraian sebaiknya dilakukan per nomor
soal yang sama untuk semua jawaban peserta didik agar konsistensi
penskor terjaga dan skor yang dihasilkan adil untuk semua peserta
didik.
 Untuk uraian objektif: periksalah jawaban peserta didik dengan
mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Setiap jawaban
peserta didik yang sesuai dengan kunci dinyatakan “Benar” dan
diberi skor 1, sedangkan jawaban peserta didik yang tidak sesuai
dengan kunci dianggap:

a) “Salah” dan diberi skor 0. Tidak dibenarkan memberi skor selain


0 dan 1;

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 17


b) Apabila ada jawaban peserta didik yang kurang sempurna,
kurang memuaskan, atau kurang lengkap, pemeriksa harus dapat
menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Dengan demikian dapat
diputuskan akan diberi skor 0 atau 1 untuk jawaban tersebut.
 Untuk uraian non objektif: periksalah jawaban peserta didik dengan
mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Pemberian skor
disesuaikan antara kualitas jawaban peserta didik dan kriteria
jawaban. Di dalam pedoman penskoran sudah ditetapkan skor yang
diberikan untuk setiap tingkatan kualitas jawaban.
 Baik soal uraian objektif maupun soal non objektif, bila tiap butir
soal sudah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta
didik pada setiap nomor butir soal.
 Apabila dalam satu tes terdapat lebih dari satu nomor soal uraian,
setiap nomor soal uraian diberi bobot. Pemberian bobot dilakukan
dengan membandingkan semua soal yang ada dilihat dari kedalaman
materi, kerumitan/kompleksitas jawaban, dan tingkat kognitif yang
diukur. Skala yang digunakan dalam satu tes adalah 10 atau 100
sehingga jumlah bobot dari semua soal adalah 10 atau 100.
Pemberian bobot pada setiap soal uraian dilakukan pada saat merakit
tes.
 Kemudian lakukan perhitungan nilai dengan menggunakan rumus:

Atau
Keterangan:
Ni = Nilai untuk satu nomor soal tertentu setelah dikalikan dengan
bobot.
ai = Skor perolehan peserta didik pada satu nomor soal tertentu.
c = Skor maksimum untuk nomor soal itu.
b = Bobot soal dari soal itu.

18 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


 Jumlahkan semua nilai (Ni) yang telah diperoleh peserta didik dalam
perangkat tes. Jumlah ini disebut nilai akhir dari satu perangkat tes
uraian yang disajikan.
Contoh pemberian bobot dan penilaian soal uraian (Bahasa Indonesia):

Skor
Nomor Bobot Skor maksimum Nilai perolehan
perolehan
41 20 3 2 2/3 x 20 = 13,3
42 20 2 2 2/2 x 20 = 20
43 20 4 3 3/4 x 20 = 16
44 30 4 4 4/4 x 30 = 30
45 10 3 2 2/3 x 10 = 6,7

Nilai Soal Uraian 86,0

Contoh pemberian bobot dan penilaian soal uraian (Matematika):


Nomor Bobot Skor maksimum Skor perolehan Nilai perolehan

31 20 5 4 4/5 x 20 = 16
32 10 2 2 2/2 x 10 = 10
33 20 6 5 5/6 x 20 = 16,7
34 30 4 3 3/4 x 30 = 22,5
35 20 3 3 3/3 x 20 = 20

Nilai Soal Uraian 85,2

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 19


Contoh pemberian bobot dan penilaian soal uraian (IPA):

Nomor Bobot Skor maksimum Skor perolehan Nilai perolehan


36 30 4 3 3/4 x 30 = 22,5
37 20 2 2 2/2 x 20 = 20
38 10 4 3 3/4 x 10 = 7,5
39 30 4 4 4/4 x 30 = 30
40 10 3 2 2/3 x 10 = 6,7

Nilai Soal Uraian 86,7

B. Matrik Kompetensi Dasar Uuntuk Soal HOTS

1. Level Kognitif

Untuk menyusun soal yang berbasis HOTS baik PG maupun uraian


harus memperhatikan kedalaman materi, kesesuiaan Kompetensi Dasar
(KD) tiap jenjang kelas dan Level kognitif siswa atau peserta didik.
Level kognitif merupakan tingkat kemampuan peserta didik secara
individual maupun kelompok yang dapat dijabarkan dalam tiga level
kognitif. Level 1 menunjukkan tingkat kemampuan yang rendah yang
meliputi pengetahuan dan pemahaman (knowing), level 2 menunjukkan
tingkat kemampuan yang lebih tinggi yang meliputi penerapan
(applying), dan level 3 menunjukkan tingkat kemampuan tinggi yang
meliputi penalaran (reasoning). Pada level 3 ini termasuk tingkat
kognitif analisis, sintesis, dan evaluasi. Gambaran kemampuan peserta
didik yang dituntut pada setiap level kognitif terdapat pada penjelasan
berikut:

Level 1 : Peserta pada level ini memiliki kemampuan standar


minimum dalam menguasai pelajaran (Knowing)

1. Memperlihatkan ingatan dan pemahaman dasar terhadap materi


pelajaran dan dapat membuat generalisasi yang sederhana;
2. Memperlihatkan tingkatan dasar dalam pemecahan masalah dalam
pembelajaran, paling tidak dengan satu cara;

20 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


3. Memperlihatkan pemahaman dasar terhadap grafik-grafik, label-
label, dan materi visual lainnya;
4. Mengkomunikasikan fakta-fakta dasar dengan menggunakan
terminologi yang sederhana.

Level 2 : Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan aplikatif


(Applying)

1. Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi


pelajaran dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsep-
konsep dalam konteks tertentu;
2. Menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data;
3. Memecahkan masalah-masalah rutin dalam pelajaran;
4. Menginterpretasi grafik-grafik, tabel-tabel, dan materi visual
lainnya;
5. Mengkomunikasikan dengan jelas dan terorganisir penggunaan
terminologi.

Level 3 : Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan


penalaran dan logika (Reasoning)

1. Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman yang luas terhadap


materi pelajaran dan dapat menerapkan gagasan-gagasan dan
konsep-konsep dalam situasi yang familiar, maupun dengan cara
yang berbeda.
2. Menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi gagasan-gagasan dan
informasi yang faktual.
3. Menjelaskan hubungan konseptual dan informasi yang faktual.
4. Menginterpretasi dan menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks
dalam pelajaran.
5. Mengekspresikan gagasan-gagasan nyata dan akurat dengan
menggunakan terminologi yang benar.
6. Memecahkan masalah dengan berbagai cara dan melibatkan banyak
variabel.
7. Mendemonstrasikan pemikiran-pemikiran yang original.

Pada tabel berikut disajikan dimensi proses kognitif dan kata kerja
operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator berdasarkan

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 21


taksonomi Bloom yang telah direvisi. Dimensi proses kognitif ini
dikelompokkan ke dalam tiga level kognitif, yaitu:
Level 1: mengingat (C1) dan memahami (C2)
Level 2: mengaplikasikan (C3),
Level 3: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)

No Dimensi Proses Kognitif Kata Kerja Operasinal untuk Perumusan


dan Kategori Indikator/Tujuan
1 Mengingat (C1) Pengertian: Mengambil pengetahuan dari
memori jangka panjang
1.1. Mengenali menyebutkan, menunjukkan, memilih,
mengidentifikasi
1.2. Mengingat Kembali mengungkapkan kembali, menuliskan kembali,
menyebutkan kembali
2 Memahami (C2) Pengertian: Mengkonstruk makna dari materi
pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan,
ditulis, dan digambar oleh guru
2.1. Menafsirkan menafsirkan, memparafrasekan, mengungkapkan
dengan kata-kata sendiri, mencontohkan, memberi
contoh, mengklassifikasikan, mengkelompok-
kelompokkan, mengidentifikasi berdasarkan
kategori tertentu, merangkum, meringkas,
membuat ikhtisar, menyimpulkan, mengambil
kesimpulan, membandingkan, membedakan,
menjelaskan, menguraikan, mendeskripsikan,
menuliskan
2.2. Mencontohkan mencontohkan, memberi contoh
2.3. Mengklassifikasikan mengklassifikasikan, mengkelompok-
kelompokkan,
mengidentifikasi berdasarkan kategori tertentu
2.4. Merangkum merangkum, meringkas, membuat ikhtisar
2.5. Menyimpulan menyimpulkan, mengambil kesimpulan
2.6. Membandingkan membandingkan, membedakan
2.7. Menjelaskan menjelaskan, menguraikan, mendeskripsikan,
menuliskan
3 Mengaplikasikan (C3) Pengertian: Menerapkan atau menggunakan
suatu prosedur dalam keadaan tertentu
3.1. Mengeksekusi menghitung, melakukan gerakan, menggerakkan,
memperagakan sesuai prosedur/teknik,
mengimplementasikan, menerapkan,
menggunakan, memodifikasi, menstransfer
3.2. mengimplementasikan, menerapkan,
Mengimplementasikan menggunakan, memodifikasi, menstransfer

22 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


No Dimensi Proses Kognitif Kata Kerja Operasinal untuk Perumusan
dan Kategori Indikator/Tujuan
4 Menganalisis (C4) Pengertian: Memecah-mecah materi jadi bagian-
bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-
hubungan antarbagian itu dan hubungan antara
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur
atau tujuan
4.1. Membedakan membedakan, menganalisis perbedaan,
mengorganisasikan, membuat diagram,
menunjukkan bukti, menghubungkan,
menganalisis kesalahan, menganalisis kelebihan,
menunjukkan sudut pandang
4.2. Mengorganisasi mengorganisasikan, membuat diagram,
menunjukkan bukti, menghubungkan
4.3. Mengatribusikan menganalisis kesalahan, menganalisis kelebihan,
menunjukkan sudut pandang
5 Mengevaluasi (C5) Pengertian: Mengambil keputusan berdasarkan
kriteria dan atau standar
5.1. Memeriksa memeriksa, menunjukkan kelebihan,
menunjukkan kekurangan, membandingkan,
menilai, mengkritik
5.2. Mengkritik menilai, mengkritik
6 Mencipta (C6) Pengertian: Memadukan bagian-bagian untuk
membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau
untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1. Merumusakan Merumuskan, merencanakan, merancang,
mendisain, memproduksi, membuat
6.2. Merencanakan merencanakan, merancang, mendisain
6.3. Memproduksi memproduksi, membuat

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 23


2. Contoh Matriks Identifikasi Kompetensi Dasar yang Akan Diukur Berdasarkan Level Kognitif untuk Kelas Rendah
dan Kelas Tinggi (Kelas 1,2,3,4,5,6)
1) Bahasa Indonesia kelas 1

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran 3.8 Merinci ungkapan penyampaian terima kasih, permintaan maaf, tolong, Menyampaikan terima kasih
• Mengevaluasi dan pemberian pujian, ajakan, pemberitahuan, perintah, dan petunjuk
• Membandingkan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa yang santun secara lisan
dan tulisan yang dapat dibantu dengan kosakata bahasa daerah
pola
(menganalisis)
• Menanggapi
2) Matematika kelas 1

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran 3.4 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan Melakukan Penjumlah
• Mengevaluasi yang melibatkan bilangan cacah sampai dengan 99 dalam kehidupan bilangan cacah
• Membandingkan sehari-hari serta mengaitkan penjumlahan dan Pengurangan
pola
(menganalisis)
• Menanggapi

24 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


3) Matematika kelas 2

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran 3.3 Menjelaskan dan melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan Penjumlahan dan
• Mengevaluasi yang melibatkan bilangan cacah sampai dengan 999 dalam kehidupan Pengurangan bilangan yang
sehari-hari serta mengaitkan penjumlahan dan pengurangan melibatkan bilangan cacah
• Membandingkan dalam kehidupan sehari-hari
pola
(menganalisis)
• Menanggapi

4) Bahasa Indonesia kelas 3

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran 3.8 Menguraikan pesan dalam dongeng yang disajikan secara Menulis terbatas
• Mengevaluasi lisan, tulis, dan visual, dengan tujuan untuk kesenangan
• Membandingkan
pola
(menganalisis)
• Menanggapi

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 25


5) Matematika kelas 4

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran 3.6 Menjelaskan dan menentukan faktor persekutuan, faktor FPB dan KPK
 Mengevaluasi persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan, dan
 Membandingkan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
pola berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
(menganalisis)
 Menanggapi

6) IPA kelas 5

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran 3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan Pengaruh kalor terhadap suhu
 Mengevaluasi wujud benda dalam kehidupan sehari-hari dan wujud benda
 Membandingkan
pola
(menganalisis)
 Menanggapi

26 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


7) IPA kelas 5

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran 3.5 menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring- Ekosistem dan jaring-jaring
 Menganalisis jaring makanan di lingkungan sekitar makanan
(L3)

8) Matematika Kelas 6

Level Kognitif Kompetensi Dasar Lingkup Materi

Penalaran Mengenal dan memahami pengetahuan tentang pecahan Bilangan


 Memprediksi
 Membedakan
 Menafsirkan
 Menyimpulkan

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 27


C. Penyusunan Kisi-kisi Soal HOTS

3. Pengertian Kisi-kisi
Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks berisi informasi yang
dapat dijadikan pedoman untuk menulis atau merakit soal. Kisi-kisi
disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Penyusunan kisi-kisi
merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan
soal. Bila beberapa penulis soal menggunakan satu kisi-kisi, akan
dihasilkan soal-soal yang relatif sama (paralel) dari tingkat
kedalaman dan cakupan materi yang ditanyakan.

4. Syarat kisi-kisi
Kisi-kisi soal harus memenuhi persyaratan berikut:
a. Mewakili isi kurikulum dan jenjang sekolah yang akan diujikan;
b. Komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami;
c. Indikator soal harus jelas dan dapat dibuat soalnya sesuai dengan
bentuk soal yang telah ditetapkan.

5. Komponen kisi-kisi
Komponen-komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi
disesuaikan dengan tujuan tes. Komponen kisi-kisi terdiri atas
komponen identitas dan komponen matriks. Komponen identitas
diletakkan di atas komponen matriks. Komponen identitas meliputi
jenis/jenjang sekolah, program studi/jurusan, mata pelajaran, tahun
ajaran, kurikulum yang diacu, alokasi waktu, jumlah soal dan bentuk
soal. Komponen-komponen matriks berisi kompetensi dasar yang
diambil dari kurikulum, kelas dan semester, materi, indikator, level
kognitif dan nomor soal.

Pada penyusunan indikator kisi-kisi soal HOTS yang perlu diperhatikan


adalah :
1) Memilih materi dalam Kompetensi Dasar (KD) yang bisa dibuatkan
soal HOTS, karena tidak semua materi di dalam KD bisa dibuatkan
soal HOTS yang mengukur kognitif penalaran.
2) Tuntutan proses kognitif yang diukur dalam soal HOTS adalah
analisis (C4), sintesis, dan/atau evaluasi (C5) dan menciptakan (C6)
yang bersifat memecahkan masalah, maka indikator pada kisi-kisi
soal harus diminta "diberikan suatu stimulus” yang disarankan

28 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


diambil dari konteks dunia nyata. Stimulus bisa berupa gambar,
wacana, ilustrasi, diagram, grafik, simbol, tabel dan lain-lain.
3) Untuk soal HOTS sangat dimungkinkan mengambil materi-materi
dari dua atau lebih KD yang berbeda, terutama untuk soal HOTS
yang menuntut keterkaitan antara informasi yang berbeda-beda atau
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 29


Contoh kisi-kisi soal HOTS
1) Bahasa Indonesia kelas 1
Kompetensi Yang Lingkup Level No Soal
Materi Indikator Bentuk Soal
Diujikan Materi Kognitif
3.8 Merinci ungkapan Menyampaikan Ucapan Disajikan teks bacaan L3 (analisis) PG
penyampaian terima terima kasih terima ucapan terima kasih, peserta
kasih, permintaan Kasih didik dapat memilih ucapan
maaf, tolong, dan terimakasih yang sesuai
pemberian pujian,
ajakan,
pemberitahuan,
perintah, dan
petunjuk kepada
orang lain dengan
menggunakan bahasa
yang santun secara
lisan dan tulisan
yang dapat dibantu
dengan kosakata
bahasa daerah

30 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


2) Matematika kelas 1
Kompetensi Yang Lingkup Level No Soal
Materi Indikator Bentuk Soal
Diujikan Materi Kognitif
3.4 Menjelaskan dan Melakukan Penjumlahan Disajikan soal cerita yang L3 (analisis) Uraian
melakukan Penjumlah berkaitan denngan
bilangan kehidupan sehari-hari yang
penjumlahan dan
berhubungan dengan roda
pengurangan cacah
sepeda dan becak. Jika yang
bilangan yang diketahui jumlah sepeda dan
melibatkan bilangan becak serta jumlah rodanya
cacah sampai dengan
99 dalam kehidupan
sehari-hari serta
mengaitkan
penjumlahan dan
Pengurangan

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 31


3) Matematika kelas 2
Kompetensi Yang Lingkup Level No Soal
Materi Indikator Bentuk Soal
Diujikan Materi Kognitif
3.3 Menjelaskan dan Penjumlahan Penjumlahan Disajikan soal cerita yang L3 (analis) Uraian
melakukan dan dan berkaitan dengan kehidupan
penjumlahan dan Pengurangan Pengurangan sehari-hari tentang membaca
pengurangan bilangan bilangan buku. Diketahui jumlah 2
bilangan yang yang yang halaman yang sedang dibaca
melibatkan bilangan melibatkan melibatkan adalah 101.
cacah sampai dengan bilangan bilangan
999 dalam cacah dalam cacah lebih
kehidupan sehari- kehidupan dari 100
hari serta sehari-hari
mengaitkan
penjumlahan dan
pengurangan

32 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


1) Bahasa Indonesia kelas 3
Kompetensi Yang Kelas Lingkup Materi Indikator Level Bentuk No 2)
Diujikan Materi kognitif Soal Soal 3)
3.8 Menguraikan 3 Menulis Pesan Disajikan suatu L3 Uraian
pesan dalam terbatas dalam dongeng dengan
dongeng yang dongeng beberapa karakter
disajikan secara pada tokoh-tokohnya
lisan, tulis, dan , peserta didik dapat
visual, dengan menjelaskan pesan
tujuan untuk dalam dongeng
kesenangan tersebut

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 33


5. Matematika kelas 4
Kompetensi Yang Kelas Lingkup Materi Indikator Level Bentuk No
Diujikan Materi kognitif Soal Soal
3.6 Menjelaskan dan 4 FPB dan Soal Disajikan soal cerita L3 Uraian
menentukan faktor KPK cerita tentang lampu
persekutuan, faktor KPK menyala setiap 4 dan 6
persekutuan detik
terbesar (FPB),
kelipatan
persekutuan, dan
kelipatan
persekutuan
terkecil (KPK) dari
dua bilangan
berkaitan dengan
kehidupan sehari-
hari

34 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


4) IPA kelas 5
Kompetensi Yang Kelas Lingkup Materi Indikator Level Bentuk No
Diujikan Materi kognitif Soal Soal
3.7 Menganalisis V Pengaruh Pengaruh Disajikan gambar L3 PG
pengaruh kalor kalor kalor percobaan tentang
terhadap perubahan terhadap pengaruh kalor
suhu dan wujud suhu dan terhadap beberapa
benda dalam wujud benda, peserta didik
kehidupan sehari- benda dapat menentukan
hari pengaruh kalor
terhadap perubahan
suhu

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 35


5) IPA kelas 5

Kompetensi Yang Kelas Lingkup Materi Indikator Level Bentuk No


Diujikan Materi kognitif Soal Soal
3.5 Menganalisis V Ekosistem Jaring- Disajikan gambar L3 Uraian
hubungan antar jaring jarring-jaring makanan
komponen makanan pada ekosistem
ekosistem dan pada tertentu, peserta didik
jaring-jaring ekosistem dapat menentukan
makanan di komponen
lingkungan sekitar ekosistemyang
memiliki peran
tertentu dan
menjelaskan akibat
yang akan terjadi bila
salah satu
ekosistemnya
mengalami kepunahan

36 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


6) Matematika kelas 6
Kompetensi Yang Kelas Lingkup Materi Indikator Level Bentuk No
Diujikan Materi kognitif Soal Soal
3. Mengenal dan 6 Bilangan Pecahan Disajikan soal cerita L3 Uraian
memahami pecahan yang
pengetahuan diketahui digunakan
tentang pecahan setengahnya,
digunakan lagi
setengahnya dari
sisa. Diketahui sisa
akhir

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 37


Penyusunan Soal Berbasis HOTS untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

 Contoh soal Bahasa Indonesia kelas 1


(soal dibacakan oleh guru)

Siska akan mengembalikan buku bacaan yang dipinjam dari Agus. Ucapan apa yang sebaiknya dikatakan oleh Siska ?
a. Ini buku yang saya pinjam.
b. Hai Agus ! Ini bukumu kan?
c. Terima kasih Agus, kau telah meminjamkan buku ini.
d. Nih, kukembalikan bukumu!
Jawab : C. Terima kasih Agus, kau telah meminjamkan buku ini.

 Contoh soal Matematika kelas 1

Paman mempunyai 6 sepeda dan becak. Rodanya ada 14. Berapa buah masing-masing sepeda dan becak paman?
Jawaban:
Roda sepeda = 2
Roda becak = 3
Yang 6 dianggap semua sepeda, maka dibuat ilustrasi
= 12 roda

38 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


Sisa roda 2, maka kita tambahkan ke gambar sepeda sehingga menjadi becak yang rodanya 3

2 beca 4 sepeda
Jumlah rodanya ada 14

 Contoh soal Matematika kelas 2


Ayah sedang membaca buku. Jumlah halaman yang dibaca ayah adalah 101. Halaman berapa yang mungkin
sedang dibaca ayah?
Jawaban:
Keterangan untuk ilustrator
1. sajikan gambar buku halaman 1
2. sajikan gambar buku misalnya halaman 2 dan halaman 3
Berdasarkan gambar tersebut halaman 1 selalu berada di sebelah kanan.
Untuk selanjutnya halaman genap selalu dikiri dan halaman ganjil selalu di kanan
Untuk mengetahui halaman buku yang sedang dibaca oleh ayah adalah (101-1): 2 = 100 : 2 = 50
maka 50 adalah halaman sebelah kiri dan 51 halaman sebelah kanan. Jadi yang dibaca ayah halaman 50 atau
51

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 39


 Contoh soal Bahasa Indonesia kelas 3
Bacalah dongeng berikut ini dengan seksama!
 Dongeng Burung Merak dan Bangau.
Pada suatu hari yang cerah, seekor burung merak berjalan dengan gagahnya. Di tengah perjalanan ia
bertemu dengan seekor burung bangau. Untuk membuat sang bangau kagum, dia memamerkan keindahan
bulunya dengan mengembangkan bulunya yang indah berwarna warni di bawah sinar matahari.
"Lihat," katanya. "Dapatkah kamu mengalahkan keindahan buluku? Saya sangat cantik dengan warna
buluku, sedangkan bulumu kusam kelabu dan kotor!"
Sang Bangau hanya diam, ia lalu merentangkan sayapnya lebar-lebar dan terbang jauh tinggi ke atas.
"Ikutilah saya kalau kamu bisa," kata sang Bangau. Sang Merak terkejut dan hanya bisa berdiri terpaku
memandang sang Bangau yang terbang menjauh melayang-layang di langit biru dengan bebasnya.
Bangau kembali terbang mendekati Merak dan berkata "Kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing!”
Burung merak hanya diam saja, dia merenungi ucapan sang Bangau.
Tuliskanlah dua pesan moral pada dongeng di atas!

Jawaban Skor
Jangan menyombongkan kelebihan yang kita miliki karena di balik 2
kelebihan pasti ada kekurangan.
Skor Maksimum 2

40 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


 Contoh soal matematika kelas 4
Lampu merah menyala setiap 6 detik. Lampu biru menyala setiap 9 detik. Kedua lampu sekarang menyala
bersama-sama.
a. Pada detik keberapa kedua lampoon menyala bersama-sama?
b. Pada saat menyala bersama-sama masing-masing sudah menyala berapa kali?

Jawaban

a. Kelipatan 6 = 6, 12, 18, dst


Kelipatan 9 = 9, 18, dst
KPK 6 dan 9 adalah 18, maka kedua lampu menyala pada detik ke 18
b. Pada saat menyala bersama:
Lampu merah menyala detik ke 0, 6, 12, 18
Lampu biru menyala detik ke 0, 9, 18
Jadi lampu merah menyala 4 kali sedangkan lampu biru menyala sebanyak 3 kali

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 41


 Contoh soal IPA kelas 5
Soal Pilihan Ganda
(1) Siswa melakukan percobaan menggunakan beberapa benda seperti gambar berikut!

Hasil pengamatan dari percobaan tersebut adalah sebagai berikut!


No Nama Bahan Waktu
1 Tembaga 3 menit
2 Kaca 30 menit
3 Kuningan 2,5 menit
4 Alumunium 5 menit

42 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


Kesimpulan yang tepat dari percobaan tersebut adalah ....
A. kaca adalah konduktor panas yang paling baik dari pada yang lainnya
B. Alumunium adalah konuduktor panas paling baik di banding dengan yang lainnya
C. Urutan isolator panas dari yang paling baik kaca, alumunium, tembaga, kuningan
D. Urutan konduktor panas dari yang paling baik adalah kuningan, alumunium, tembaga

Contoh soal uraian


Perhatikan gambar jaring-jaring makanan pada ekosistem kebun berikut

c. Sebutkan makhluk hidup pada gambar di atas yang berperan sebagai: produsen, konsumen 1, konsumen 2, dan
konsumen 3!
d. Manakah makhluk hidup yang merupakan konsumen puncak? Jelaskan alasanmu!
e. Jelaskan akibat yang terjadi apabila populasi belalang banyak yang mati sampai mengalami kepunahan!

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 43


Pedoman Penskoran

NO Kunci jawaban Skor


Makhluk hidup yang berperan sebagai: 1
produsen : sawi dan bunga sepatu 1
konsumen 1: ulat, belalang, dan tikus 1
1
konsumen 2: katak dan burung pipit 1
konsumen 3: elang

Makhluk hidup yang merupakan konsumen puncak adalah elang 1


2 Alasannya: tidak ada lagi yang memangsa elang pada jaring-jaring makanan di atas 1

Akibat populasi belalang menurun adalah:


- populasi katak akan menurun juga jumlahnya karena belalang makanan katak.
3 - populasi sawi akan naik jumlahnya karena belalang memakan sawi. Jika belalang tidak
ada, sawi tidak ada yang memakan.

Skor maksimum 8

44 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


 Contoh soal Matematika kelas 6
1 1
Ahmad mempunyai sejumlah uang. 2 nya digunakan untuk membeli tas. 2 nya dari sisa digunakan untuk membeli
buku. Sisa uang Ahmad sekarang Rp 50.000,00. Berapa rupiah uang Ahmad mula-mula?

Jawaban:
Gunakan metode kotak
1 1
Tas = 2 Sisa 2

1 1
Tas = 2 dari sisa 50.000
2

1 4
bagian = 50.000 maka uang Ahmad mula-mula (4 bagian) = X 50.000 = 200.000
4 1

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 45


BAB IV
PENUTUP
Buku pegangan pembuatan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
merupakan acuan bagi pendidik, kepala sekolah, pengawas, dan pihak-pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan agar memiliki pemahaman
yang sejalan dengan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
khususnya berkaitan dengan pembuatan soal HOTS. Melalui buku pegangan
ini, pendidik diharapkan mempunyai persepsi yang mudah dalam membuat
soal HOTS.

Diharapkan dengan adanya buku ini dapat memfasilitasi dan


mengimplementasikan pembuatan soal berbasis HOTS, tetapi itu semuanya
berpulang pada kesungguhan, sikap, dan keterampilan kepala sekolah,
pendidik, pengawas sekolah, serta Dinas Pendidikan terkait. Dalam hal ini,
perubahan pola pikir (mindset) kepala sekolah, pendidik, pengawas sekolah,
orangtua, serta pemangku kepentingan, terkait dengan berbagai
perkembangan dalam pembuatan soal merupakan prasyarat bagi suksesnya
implementasi penilaian berbasis HOTS.

46 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


LAMPIRAN-LAMPIRAN

CONTOH KISI-KISI DAN SOAL HOTS

A. Bahasa Indonesia Kelas 3

Kompetensi Menguraikan
: pesan dalam dongeng yang disajikan
yang Diuji secara lisan, tulis, dan visual dengan tujuan untuk
kesenangan
Lingkup Menulis
: Terbatas
Materi
Materi Pesan
: dalam dongeng
Indikator Disajikan
: suatu dongeng dengan beberapa karakter
pada tokoh-tokohnya , peserta didik dapat
menjelaskan pesan dalam dongeng tersebut
Bentuk Soal Uraian
:
Soal :

Bacalah dongeng berikut ini dengan seksama!

Dongeng Burung Merak dan Bangau.


Pada suatu hari yang cerah, seekor burung merak berjalan dengan
gagahnya. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seekor burung
bangau. Untuk membuat sang bangau kagum, dia memamerkan
keindahan bulunya dengan mengembangkan bulunya yang indah
berwarna warni di bawah sinar matahari.
"Lihat," katanya. "Dapatkah kamu mengalahkan keindahan buluku?
Saya sangat cantik dengan warna buluku, sedangkan bulumu kusam
kelabu dan kotor!"
Sang Bangau hanya diam, ia lalu merentangkan sayapnya lebar-lebar
dan terbang jauh tinggi ke atas.
"Ikutilah saya kalau kamu bisa," kata sang Bangau. Sang Merak terkejut
dan hanya bisa berdiri terpaku memandang sang Bangau yang terbang
menjauh melayang-layang di langit biru dengan bebasnya. Bangau
kembali terbang mendekati Merak dan berkata "Kita memiliki kelebihan
dan kekurangan masing-masing!”

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 47


Burung merak hanya diam saja, dia merenungi ucapan sang Bangau.

Tuliskanlah dua pesan moral pada dongeng di atas!


Jawaban Skor
Jangan menyombongkan kelebihan yang kita miliki karena di 2
balik kelebihan pasti ada kekurangan.
Skor Maksimum 2

B. Ilmu Pengetahuan Alam

 Pilihan Ganda
(1) Edo melakukan pengukuran denyut jantung dan kondisi napas
pada tiga kegiatan berbeda. Data yang diperoleh sebagai berikut:
No Kegiatan Denyut Jantung Kondisi Napas
1. berdiri 70 kali/menit normal
2. jalan santai 85 kali/menit agak cepat
3. lari kencang 160 kali/menit terengah-engah

Kesimpulan yang tepat sesuai dengan pengukuran tersebut


adalah ....
A. jalan santai membutuhkan oksigen paling banyak
B. aktivitas yang berat membutuhkan lebih banyak oksigen
C. denyut jantung tidak berhubungan dengan kondisi napas
D. kebutuhan oksigen berdiri lebih banyak dibanding jalan
santai
(2) Perhatikan tabel hasil pengamatan berikut!
Lilin Lilin Lilin Lilin
No Jenis Bahan Mencair Mencair Mencair Mencair
Pertama Kedua Ketiga Keempat
1. Besi 
2. Tembaga 
3. Kuningan 
4. Alumunium 

48 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS


Berdasarkan tabel tersebut, urutan bahan penghantar panas yang
baik adalah ….
A. besi, kuningan, alumunium, tembaga
B. besi, tembaga, kuningan, alumunium
C. tembaga, alumunium, kuningan, besi
D. tembaga, kuningan, alumunium, besi

(3) Paman sedang memasang rangka atap bangunan menggunakan


baja ringan. Ayah sedang melakukan hal yang sama dengan
menggunakan bambu. Berdasarkan sifat benda yang digunakan,
kemungkinan yang akan terjadi setelah atap bangunan selesai
dipasang adalah ....
A. bangunan yang menggunakan atap baja ringan mudah
mengalami pengeroposan
B. atap bangunan yang menggunakan bambu lebih tahan
terhadap pengaruh suhu
C. bangunan terlihat bagus dengan menggunakan bambu
D. atap bangunan baja ringan lebih kuat terhadap pengaruh
rayap
 Soal Uraian

Andi melakukan sebuah percobaan tentang gaya dan gerak sebagai


berikut!

Panjang karet sebelum di rentangkan adalah 15 cm. Setelah itu


Andi melakuk percobaan dengan merentangkan karet untuk menuju
ke sasaran yang berbeda-beda dengan sudut yang sama. Hasil
percobaan di masukkan dalam tabel berikut ini!

Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS 49


No Panjang rentangan karet Jarak Lemparan batu

1 20 cm 15 meter

2 25 cm 20 meter

3 30 cm 25 meter

4 35 cm 30 meter

a. Tuliskan kesimpulan dari percobaan tersebut!


b. Apa yang harus dilakukan Andi dengan ketapelnya jika sasaran
di pindah sejauh 2 kali lebih jauh!
Alternatif
Jawaban Kriteria Skor
Jawaban tepat
1 Semakin menyimpulkan dengan
panjang tepat sesuai dengan
rentangan karet alternatif jawaban yang 2
benda semakin ada
jauh terlempar
Benda semakin Jawaban kurang sesuai
jauh dengan alternatif
1
lemparannya jawaban namun
jika rentangan mendekati jawaban
semakin besar Jika tidak sesuai
dengan jawaban namun
masih ada kata kata 1
yang seusuai dengan
jawaban
2 Merentangkan Jika menjawab sesuai
karet ketapel dengan jawab yang 2
lebih jauh dari tepat
45 centimeter Jika jawaban kurang
tepat namun sudah 1
mendekati jawaban

50 Panduan Penyusunan Soal Berbasis HOTS

Anda mungkin juga menyukai