Anda di halaman 1dari 46

Cedera Kepala

(Brain Injury)
Yoanita Hijriyati

1
Fokus Pembahasan
 Definisi
 Etiologi
 Klasifikasi
 Patofisiologi
 Tekanan intrakranial
 Manifestasi klinis
 Pemeriksaan diagnostik
 Penatalaksanaan/ tindakan

2
Cedera Kepala/ Head Injury

3
Definisi

 Cedera kepala adalah meliputi cedera yang terjadi pada


kulit, tulang tengkorak dan otak.

 Disebut juga trauma kranioserebral yang disertai dengan


penurunan/perubahan kesadaran, walaupun sedikit.

4
Review: anatomi

5
Pelindung otak, isi kepala :
 Rambut

 Kulit kepala

 Tulang tengkorak
 Ruangan keras  tidak memungkinkan perluasan isi intrakranial
 Mengandung alur-alur yang berisikan arteri meningea

 Lapisan meningen
 Duramater
 Arachnoid
 Piamater

6
Review: selaput meningen otak

7
Etiologi
 Jatuh
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Aktivitas olahraga
 Serangan fisik, pukulan benda tajam/tumpul

 Kepala terbentur
 Kepala mengalami akselerasi (percepatan), ataupun
deselerasi (perlambatan)  mencederai tengkorak dan
isinya

8
Coup – Countercoup (1)
 Fenomena coup dan counter coup  kerusakan di dua sisi
area otak.

 Coup
Efek cedera langsung pada sisi/area otak yang terbentur.

 Countercoup
Efek cedera pada sisi/area otak yang berseberangan
dengan sisi/area yang terbentur.

9
10
Klasifikasi cedera kepala
Dibedakan berdasarkan:

A. Mekanisme

B. Berat / ringan

C. Morfologi

11
A. Berdasarkan mekanisme cedera kepala
 Cedera kepala tumpul / blunt, closed, nonmissile trauma
Berkaitan dengan kecelakaan mobil-motor, jatuh atau pukulan
benda tumpul.

 Cedera kepala terbuka/ open, penetrating, missile trauma


Disebabkan oleh peluru, tusukan, ataupun fraktur tulang
tengkorak.

12
Cedera kepala tumpul (blunt trauma)

 Sering terjadi pada saat kepala terbentur

 Penyebab:
 Kepala membentur benda keras (deselerasi).
 Benda yang bergerak cepat membentur kepala
(akselerasi).

 Duramater tetap utuh

 Jaringan otak tidak terbuka ke lingkungan

13
Cedera kepala terbuka/ open trauma

 Adanya trauma penetrasi pada duramater

 Terbukanya isi kranial ke lingkungan

 Luka tembus, disebabkan oleh benda tajam (pisau, batu


karang, peluru)

14
Cedera Regangan (Stretch Injury)
 Kerusakan pada pembuluh darah dan jaringan saraf tanpa
kontak langsung.

 Misal: pada trauma peluru

 Udara yang terdorong didepan peluru menyebabkan efek explosif pada


tempat menembus yang mengakibatkan kerusakan jaringan yang berat
dan melebar  peningkatan TIK.

 Rongga yang terbentuk biasanya lebih besar daripada jalur yang dibuat
oleh peluru  jaringan otak terdorong kepinggir dari jalur peluru 
volume intracranial meningkat, ditambah volume proyektil dan debris.

15
Cedera Regangan (Stretch Injury)
 Rongga permanen (permanent cavity).

 Perdarahan intrakranial mengalir ke dalam rongga  rongga membesar.

 Edema di seputar jaringan saraf yang cedera  TIK meningkat dalam 2-5
menit.

 Kerusakan karena iskhemia akut  infark jaringan.

Peningkatan TIK
Peningkatan Volume Intrakranial

16
B. Berdasarkan berat/ ringannya cedera

Berdasarkan Glasgow
Comma Scale (GCS),
dibedakan menjadi:

 Ringan
(komosio)
 GCS 13-15

 Sedang(kontusio)
 GCS 9-12

 Berat
 GCS 3-8

17
Glasgow Comma Scale
(GCS)

 Untuk menilai tingkat kesadaran pasien secara objektif


maka harus ditinjau dari 3 aspek:
 Kemampuan membuka mata  E (eye)
 Kemampuan berkomunikasi  V (verbal)
 Kemampuan motorik  M (motorik)

 Nilai GCS tertinggi adalah 15  E4V5M6

18
Kemampuan membuka mata  E (eye)
Respon:

 Spontan
Dapat membuka mata sendiri secara spontan, diberi nilai 4.

 Atas perintah
Membuka mata hanya bila diajak bicara, diberi nilai 3.

 Terhadap nyeri
Membuka mata bila diberi rangsang nyeri, diberi nilai 2.

 Tak bereaksi
Tidak membuka mata dengan rangsang apapun, diberi nilai 1.
19
Kemampuan berkomunikasi  V (verbal)
Respon:

 Orientasi baik
Berorientasi baik akan tempat, waktu dan orang, diberi nilai 5.

 Jawaban kacau
Jawaban kacau terhadap pertanyaan yang diajukan, diberi nilai 4.

 Kata-kata tak berarti


Berteriak dan tak menanggapi pembicaraan, diberi nilai 3.

 Merintih/ mengerang
Suara rintihan/ erangan melulu, diberi nilai 2.

 Tak bersuara, diberi nilai 1.


20
Kemampuan motorik  M (motorik)
Respon:

 Menurut perintah
Dapat melakukan gerak sesuai dengan perintah, diberi nilai 6.

 Reaksi setempat
Ada gerakan menghindar terhadap rangsangan yang diberikan dibeberapa
tempat, diberi nilai 5.

 Menghindar
Reaksi cepat disertai abduksi bahu, diberi nilai 4.

 Fleksi abnormal
Fleksi lengan disertai aduksi bahu/ dekortikasi, diberi nilai 3.

 Ekstensi terhadap nyeri


Ekstensi lengan disertai aduksi, endorotasi bahu dan pronasi lengan
bawah/ deserebrasi, diberi nilai 2.

 Tak bereaksi
21
Tak ada gerakan dengan rangsangan cukup kuat, diberi nilai 1.
C. Berdasarkan morfologi (1)
1. Fraktur kranium (tulang tengkorak)
 Dapat terjadi pada: Atap (kalvaria), Dasar tengkorak
(basis cranii).

 Tanda klinis:
 Postauricular ecchymosis  Battle’s sign

 Periorbita ecchymosis  Racoon eyes sign

 Kebocoran CSF : Rhinorrhea, Otorrhea

22
Battle’s sign Racoon eyes sign

23
C. Berdasarkan morfologi (2)
2. Lesi intrakanial
 Lesi fokal (focal brain injury)  perdarahan epidural,
pendarahan subdural, pendarahan intraserebral, kontusio.
 Cedera otak difus (diffuse axonal injury)
Perdarahan Intracranial
(intracranial hematoma)
Difuse axonal injury

24
Lesi Fokal (Focal Brain Injury)
Disebabkan oleh:

 Kontusio kortikal  akibat kekuatan pukulan

 Tempat kontak langsung (terjadi injury pada tengkorak,


pembuluh darah, dan struktur penunjang) menyebabkan :
 Perdarahan Epidural
 Hematom subdural
 Hematom Intracerebral

25
26
Hematom Ekstradural

 Disebut juga hematom epidural atau epidural


hemorrhage.

 Umumnya disebabkan oleh ruptur arteri pada ruang


epidural.

 Komplikasi:
 Terdorongnya lobus temporalis ketengah mempercepat
herniasi.

 Bila
terjadi pada area oksipital-suboksipital, maka akan
menghasilkan herniasi dari isi fossa posterior ke foramen
magnum.

27
28
Hematom subdural (1)
Umumnya terjadi akibat ruptur vena pada ruang subdural,
dibedakan menjadi:

 Hematom subdural akut


 Menimbulkan gejala neurologik dalam waktu 24 s.d 48 jam setelah
cedera.
 Peningkatan tekanan pada jaringan otak  herniasi batang otak 
henti napas dan henti fungsi kardiovaskular.

 Hematom subdural subakut


 Berkembang lebih lambat (48 jam – 2 minggu)
 Herniasi terjadi lebih lambat.

29
30
Hematom subdural (2)
 Hematom subdural kronik

 Dapat disebabkan oleh trauma otak yang sangat ringan.

 Timbulnya gejala pada umumnya terrtunda beberapa


minggu, bulan, bahkan beberapa tahun setelah cedera
pertama.

 Perdarahan salah satu vena subdural  perdarahan secara


lambat (7-10 hari)  penambahan massa  peningkatan
TIK  merobek membran atau pembuluh darah
disekelilingnya  menambah ukuran dan tekanan hematom.

31
32
Hematom Intraserebral
 Lokasi di hemisfer bagian dalam otak, didaerah white matter.

 Disebabkan oleh ruptur pembuluh darah intraserebral pada


saat terjadi trauma yang mengenai area parenkim otak.

 Hematom  penambahan massa  peningkatan TIK 


edema serebri  memperburuk peningkatan TIK

33
34
Diffuse axonal injury (DAI)
Terjadi karena guncangan (akselerasi dan deselerasi serta
efek dari berputarnya kepala).

Jaringan saraf putus, sobek dan teregang.

Kekuatan regangan menyebar secara axial


(pada sumbu tegak lurus)

Mengakibatkan berbagai keparahan di setiap hemispheres


sampai ke batang otak.

35
TRAUMA KEPALA
Benturan  Kontusio/ memar otak.

Fenomena coup dan counter coup  kerusakan di dua sisi


area otak.

Pada kontusio:
 Kejadian perdarahan minimal.
 Iskemia, nekrosis dan infark terjadi akibat edema yang
disebabkan oleh respon inflamasi jaringan otak yang cedera
 pompa Na dan K tidak optimal  fungsi axon putus.

Bila terjadi laserasi akibat pecahnya batok kepala, kejadian


perdarahan resikonya sangat besar.

 Waspadai!!
Peningkatan Tekanan Intrakranial, sebagai akibat dari
perdarahan dan edema.
36
Kerusakan yang timbul pada trauma kepala dapat
disebabkan oleh:

 Cedera primer

 Cedera sekunder

37
Cedera primer

 Disebabkan oleh benturan secara langsung.

 Melibatkan cedera persarafan dan respon pembuluh darah


(vaskular), serta kematian sel-sel otak.

 Respon vaskular terjadi segera setelah cedera dan


melibatkan peningkatan permeabilitas kapiler.

 Terbagi:
 Focal brain injury
 Diffuse brain injury

38
Cedera sekunder
 Disebabkan oleh efek cedera yang timbul secara tidak
langsung.

 Meliputi:edema serebri, pembengkakan otak, perdarahan


(hemorrhage), infeksi, dan peningkatan tekanan
intrakranial.

 Terjadi hipoksia jaringan yang disebabkan oleh iskemia


serebri.

39
Peningkatan Tekanan Intrakranial
 Tekanan Intrakranial (TIK) Normal:
5 - 15 mmHg

 Peningkatan tekanan intrakranial (PTIK):


Peningkatan tekanan diatas 20 mmHg  prognosis buruk.

 Hukum Monroe Kelly  kepala merupakan ruang tertutup


dan kaku yang terdiri atas 3 unsur:
 Otak
 Pembuluh darah
 Cairan (darah & CSF)

Penambahan salah satu volume tersebut diatas 


meningkatkan tekanan intra kranial.
40
Mekanisme peningkatan tekanan intrakranial
↑ TIK

Penekanan pd pembuluh darah

↓ Aliran darah otak

↓ Suplai O2 disertai kematian sel otak

Edema disekitar jaringan nekrotik

↑↑ TIK disertai kompresi batang otak dan pusat pernapasan

Akumulasi CO2

Vasodilatasi

↑↑↑ TIK

KEMATIAN
41
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial
 Perubahan tingkat kesadaran
Koma, afek datar, gangguan orientasi, penurunan konsentrasi.

 Penurunan tingkat kesadaran, muntah proyektil dan sistolik


meningkat.

 Perubahan tanda-tanda vital


Tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh.

 Tanda okular
Papil edema, dilatasi pupil ipsilateral/unilateral, ptosis, diplopia.

 Penurunan fungsi motorik


Hemiparesis, hemiphlegia, dekortikasi, deserebrasi.

 Nyeri kepala berat


42
Pemeriksaan diagnostik pada cedera kepala

 CT scan

 MRI

 Radiography

 Cerebral angiography

43
Tindakan (Treatment) pada cedera kepala
Pada dasarnya ditujukan untuk:

 Mempertahankan perfusi serebral

 Mencegah terjadinya iskemia

 Mencegah hipoksia

 Mencegah peningkatan tekanan intrakranial

 Ventrikulostomi, EVD
44
Penatalaksanaan kegawatdaruratan cedera kepala
 Pertahankan jalan napas
 Pertahankan stabilitas spinal
 Berikan oksigen
 Pertahankan akses intravena
 Kontrol perdarahan
 Kaji adanya rhinorrhea, otorrhea, luka kulit kepala
 Tindakan pembedahan (Craniotomy)

 Monitoring:
 Suhu tubuh, cairan intravena, dan oksigen
 Tanda vital, tingkat kesadaran, GCS, pupil

45
Tindakan Menurunkan Edema Serebral (PTIK)

 Osmotik diuretik : Manitol.


 Diuretik (Furosemide/ Lasix)
 Koreksi natrium dan protein.
 Steroid (deksametason)
 Antihipertensi
 Antikonvulsan, pelembek feses, pencegah batuk
 Posisi tidur elevasi kepala tempat tidur 30
 Hyperventilasi

46

Anda mungkin juga menyukai