Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH PERSEPSI HARGA, CITRA MEREK, KUALITAS

PRODUK, DAN ELECTRONIK WORD OF MOUTH (E-WOM) TERHADAP


KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SMARTPHONE MEREK VIVO
(Studi Pada Masyarakat Bandar Lampung)

Skripsi

Oleh

Nama : Azym Junargo


NPM : 15220011
Pembimbing I : Erna Listyaningsih. SE, M.Si, Ph.D
Pembimbing II : Wiewiek Indriani, SE., M.M

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2020
1

1BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai banyak menggunakan teleon
genggam atau telepon pintar sebagai alat komunikasi, telepon pintar yang lebih
dikenal dengan istilah Smartphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik
yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional,
tetapi bisa dibawa kemana-mana (portable) dan tidak perlu menggunakan kabel,
perkembangan yang terjadi terhadap Smartphone juga semakin maju dengan
tersedianya beragam aplikasi seperti Whatsapp, Line, Facebook dan lain-lainnya.
hanya dari sebuah handphone kita bisa mendapatkan begitu banyak informasi
dengan mudah dan cepat, telepon pintar juga berfungsi mirip dengan laptop
namun berukuran jauh lebih kecil, hampir setiap saat Smartphone mengalami
perbaikan terhadap fiturnya yang dapat menunjang penampilan penggunanya
ketika berada di tengah-tengah masyarakat, dan juga kemampuannya dalam
meningkatkan kualitas komunikasi.
Dapat di katakan Smartphone menjadi salah satu fenomena di kalangan
anak muda hingga orang dewasa, tentu saja fitur dan aplikasi yang sesuai dengan
umur dari pengguna di sediakan oleh Smartphone saat ini, seperti contohnya
aplikasi terkait edukasi, hobi, games, keagamaan, travelling dan lain sebagainya,
tidak dapat di pungkiri lagi Smartphone sudah berperan penting dalam banyak
aspek kehidupan manusia. Masyarakat Indonesia juga di kenal sebagai
masyarakat pencinta Smartphone, dengan banyaknya orang yang menggunakan
Smartphone membuat fenomena tersendiri bagi penggunanya maupun orang
disekilingnya. Smartphone dapat memberikan dampak perubahan yang positif,
tetapi jika tidak dapat mengontrol penggunaannya justru akan menimbulkan
dampak negatif. beberapa fenomena Smartphone yang mengubah kehidupan saat
ini adalah dapat menjauhkan orang terdekat dan mendekatkan orang yang jauh.
karena terlalu sering menggunakan Smartphone membuat orang terlalu fokus
dengan perbincangan pada Smartphone, sehingga interaksi secara langsung dan
komunikasi langsung dengan orang-orang yang ada disekitar mulai berkurang.
2

Pada tabel di bawah ini menunjukan bahwa pemakaian Smartphone selalu


meningkat setiap tahun

Sumber : id.techinasia.com
Gambar 1. Jumlah Pengguna Smartphone di Indonesia Tahun 2013 s/d
2018
Dari gambar di atas dapat di jelaskan bahwa pengguna Smartphone dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan, pada tahun 2017
pengguna Smartphone di Indonesia mencapai 86,6 juta dibandingkan dengan
tahun sebelumnya 69,4 juta, hal tersebut diprediksi akan terus mengalami
peningkatan pada tahun-tahun yang akan datang. Berdasarkan dari data E-
marketer, seiring dengan meningkatnya gaya hidup masyarakat modern,
Indonesia kini telah menduduki peringkat keenam sebagai pengguna Smartphone
terbanyak dan pengguna internet terbanyak di dunia.
Disamping dikenal sebagai pengguna Smartphone, masyarakat Indonesia
juga disebut sebagai pengguna internet. pada tahun 2017, e-marketer
memperkirakan netter Indonesia akan mencapai 112 juta orang, mengalahkan
Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih
lamban. Secara keseluruhan, jumlah pengguna internet di seluruh dunia
diproyeksikan akan mencapai 3 miliar orang pada tahun 2017. Di perkirakan
tahun 2018 sebanyak 3,6 miliar manusia di bumi akan mengakses internet
setidaknya sekali tiap satu bulan. Penetrasi Smartphone yang kuat di Indonesia
ini menjadi pertanda baik untuk pertumbuhan e-commerce yang sebagian besar
diakses melalui ponsel atau gadget. Salah satu merek Smartphone yang memiliki
kualitas suara sempurna di lengkapi fotografi dengan teknologi mutakhir adalah
Smartphone Vivo yang di dirikan pada tahun 2009 oleh BBK Electronics yang di
3

pimpin Shen Wei. Produk pertama Vivo yaitu Vivo X1 yang diluncurkan pada
tahun 2012, tahun 2014 Vivo mulai melakukan ekspansi ke pasar global dimulai
dari India dan sebagian Negara Asia Tenggara. Selama tujuh tahun sejak
pendiriannya, Vivo berhasil masuk lima besar merek Smartphone global
berdasarkan volume penjualan menurut perusahaan riset International Data
Corporation (IDC). Berikut adalah laporan penjualan Smartphone Vivo tahun
2015-21017 yang di lansir oleh IDC :
Tabel 1. Laporan Penjualan Smartphone Periode 2015
s/d 2017
Vendor Market Share Market Share Market Share
2015 2016 2017
Samsung 20,7 % 18,0 % 23.3 %
Apple 17,7 % 18,2 % 14,7 %
Huawei 8,0 % 10,5 % 10,0 %
Oppo 3,2 % 7,3 % 7,5 5
Vivo 2,8 % 5,7 % 5,5 %
Sumber: IDC Mobile Phone Tracker 2017

Dari tabel 1 di atas dapat di jelaskan bahwa meskipun terjadi fluktuasi


penjualan pada 5 besar merek Smartphone global ini, Smartphone Samsung
memang tetap masih menjadi yang terdepan dalam pasar penjualan Smartphone
dengan persentase market sharenya sebesar 23,3% di periode tahun 2017,
sedangkan Vivo yang memulai market sharenya di periode tahun 2015 di angka
2,8% Vivo berhasil meningkatkan penjualannya di tahun 2016 dengan berada di
angka 5,7%, walaupun harus kembali turun di tahun 2017 dengan berada di
angka 5,5%, Vivo sudah dapat menunjukan jika produk-produk yang di ciptakan
pabrikan Smartphone ini dapat ikut terus bersaing dalam penjualan produk
Smartphone di pasaran, bukan tidak mungkin nantinya Vivo akan dapat
berkembang dan menjadi pesaing merek-merek besar di pasar Smartphone
seperti Samsung, Apple, Huawei dan lain-lain.
Banyak perusahaan yang berlomba-lomba memproduksi Smartphone
berkualitas, Menurut Kotler & Amstrong (2011, hlm.299) kualitas produk adalah
kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk waktu
kegunaan dari produk, keandalan, kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan,
dan nilai-nilai yang lainnya, dalam artian fiturnya cukup lengkap, desainnya
menarik, elegan, tahan banting dan menarik dengan harga yang sangat bersaing.
Salah satu keunggulan kualitas dari Smartphone Vivo dibandingakan dengan
4

produk lain seperti samsung, apple, huawei, oppo, adalah terletak pada bagian
dimana Vivo menggunakan Hi-Fi audio chip yang memiliki keistimewaan dalam
menghasilkan kualitas suara sempurna, keunggulan lain Vivo yakni mampu
memberikan kualitas gambar fotografinya. Hasil fotografi Vivo memberikan
struktur yang kuat dan memiliki tingkat seni yang tinggi.
Oleh karena itu dunia bisnis komunikasi terus bersaing supaya dapat
menarik minat pembelian para konsumen dan memutuskan membeli serta
menggunakan produknya, konsumen dalam memilih suatu merek produk akan
melalui tahap percobaan terlebih dahulu, pada tahap ini seringkali konsumen
akan mencoba berbagai merek yang berbeda. Jika dirasakan merek tersebut
cocok dan memenuhi apa yang diharapkan dari produk sejenis, maka konsumen
akan terus mencari merek tersebut.
Keputusan pembelian adalah keputusan dimana konsumen secara actual
melakukan pembelian produk, proses pengambilan keputusan pembelian
menurut Kotler & ArmstronAg (2016:183) pertama pengenalan masalah di mana
konsumen mengenali masalah atau kebutuhan. Kedua konsumen melakukan
pencarian informasi yang terkait dengan kebutuhan. konsumen dapat
memperoleh informasi dari keluarga, teman, kenalan, iklan, media sosial, dll.
Ketiga evaluasi alternative setelah mendapatkan informasi tentang produk
selanjutnya konsumen akan mengevaluasi dan memilih satu dari alternative yang
ada. Keempat keputusan pembelian, setelah itu konsumen akan membuat sebuah
keputusan untuk membeli produk setelah melakukan evaluasi. Terakhir perilaku
pacsa pembelian, ini terjadi ketika konsumen merasa puas atau tidak puas, ketika
konsumen puas maka konsumen akan melakukan pembelian ulang tetapi kalau
tidak puas maka konsumen akan berpindah ke produk lain. Smartphone Vivo
mampu menarik perhatian konsumen dan kosumen membuat keputusan
pembelian dengan cara mengembangkan fitur-fitur pada smartphone Vivo itu
sendiri sehingga banyak diminati konsumen.
Faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian
smarphone Vivo adalah harga, menurut Kotler & Amstrong (2016:324) harga
adalah “Price the amount of money charged for a product or service, or the sum
of the value that customers exchange for the benefits or having or using the
5

product or service”. (harga merupakan sejumlah uang uang yang dikeluarka


untuk sebuah produk atau jasa, atau sejumlah nilai yang ditukarkan oleh
konsumen untuk memperoleh manfaat atau kepemilikan atau penggunaan atas
sebuah produk atau jasa). Alasan ekonomis akan menunjukan bahwa harga yang
rendah atau yang selalu berkompetensi merupakan salah satu pemicu penting
untuk meningkatkan kinerja pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat
menunjukan bahwa harga merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang
sebagai salah satu instrumen penjualan sekaligus sebagai kompetensi yang
menentukan. Harga yang ditetapkan pada dasarnya sesuai dengan yang menjadi
pengharapan produsen. Harga juga biasanya mencerminkan kualitas dari produk
yang menyertainya, mencerminkan prestis dan sebagainya.
Ada pula faktor citra merek, faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen yang akan membeli suatu produk, menurut
(Kotler & Keller, 2016:322) merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang,
desain atau kombinasi dari semuanya, yang diharapkan mengidentifikasikan
barang atau jasa dari sekelompok penjual dan diharapkan akan membedakan
barang atau jasa tersebut dari produk-produk pesaing. Citra merek adalah
persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi yang ada
pada pikiran konsumen. Citra merek merupakan asosiasi yang muncul dalam
benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara
sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran dan citra tertentu yang
dikaitkan dengan suatu merek. Konsumen akan cenderung membeli atau
memakai merek yang dianggap oleh para konsumen sebagai merek yang baik
dan berkualitas baik dengan kata lain, citra merek yang baik akan menimbulkan
alasan untuk membeli (Bagus & Dp, 2019).
Faktor kualitas produk, faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen yang akan membeli suatu produk, menurut
Kotler dan Kaler (2016) Kualitas produk adalah kemampuan sebuah produk
dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas,
reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga
atribut produk lainnya. Kualitas produk mempunyai delapan dimensi kualitas
yaitu kinerja (performance), ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature),
6

kehandalan (reliability), kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to


specifications), Daya Tahan (durability), Kemampuan melayani (serviceability),
Estetika (estethic), Ketepatan kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan penelitian mengenai
pengaruh citra merek, harga, dan kualitas produk, dan Electronik Word Of
Mouth (E-WoM) terhadap keputusan pembelian Smartphone, namun hasilnya
masih belum konsisten, seperti penelitian yang di lakukan oleh Wijaya (2017)
yang berpendapat bahwa kualitas produk, harga dan citra merk berpengaruh
signifikan terhadap keputusan pembelian, sedangkan Nurhayati (2017)
berpendapat bahwa harga dan citra merek tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian. K.N Indra, dkk (2016) berpendapat bahwa kualitas produk
tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Citra merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, atau rancangan, atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau
jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk lain. Vivo
berhasil membangun citra merek produknya dengan menjadi sponsor utama di
ajang internasional dimulai dari tahun 2014 dengan menjadi sponsor AFF Cup,
di tahun 2015 menjadi sponsor liga utama India, dan menjadi sponsor utama
FIFA World Cup ditahun 2018, memiliki citra merek yang kuat merupakan suatu
keharusan bagi setiap perusahaan, karena citra merek merupakan aset perusahaan
yang sangat berharga, dibutuhkan kerja keras dan waktu yang cukup lama untuk
membangun reputasi dan citra merek. Citra merek yang kuat dapat
mengembangkan citra perusahaan dengan membawa nama perusahaan, merek-
merek ini membantu mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan. Begitupun
sebaliknya citra perusahaan memberikan pengaruh pada citra merek dari
produknya yang akan memengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap
produk perusahaan yang ditawarkan. Terkait dengan hal itu harga juga menjadi
sebuah pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk yang akan di
gunakan, Smartphone Vivo memang dikenal dengan harga yang cukup murah
dibandingkan dengan Smartphone dari beberapa vendor terdahulu seperti
Samsung ataupun apple Harga Smartphone Vivo cukup dibanderol dari harga
Rp.
7

1.000.000 s/d Rp. 2.000.000 dengan harga tersebut konsumen sudah bisa
menikmati kecanggihan spesifikasi dari Smartphone Vivo itu sendiri. Kebijakan
penetapan harga selalu dikaitkan dengan kesesuaian dari apa yang diterima oleh
konsumen. dari sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai
indikator nilai apabila harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasa
atas suatu barang atau jasa, harga mempunyai arti yang penting, karena harga
merupakan salah satu atribut yang paling penting untuk dievaluasi oleh
konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian oleh karena itu harga yang
ditawarkan harus terjangkau dan sesuai dengan pendapatan konsumen.
Berdasarkan dari fenomena di atas dan penelitian terdahulu maka penulis
akan melakukan penelitian untuk memperdalam mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian, dengan lokasi, sampel, dan objek yang
berbeda, dalam penelitian ini penulis menggunakan Smartphone Vivo sebagai
objek penelitian. Judul penelitian yang penulis gunakan adalah “Pengaruh
Persepsi Harga, Citra Merek, Kualitas Produk, dan Electronik Word Of
Mouth (E-WoM Terhadap Keputusan Pembelian Produk Smartphone
Merek Vivo (Studi Pada Masyarakat Bandar Lampung)

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Persepsi Harga Secara Parsial berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO (Studi Pada Masyarakat
Bandar Lampung) ?
2. Apakah Citra Merek Secara Parsial berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO (Studi Pada Masyarakat
Bandar Lampung) ?
3. Apakah Kualitas Produk Secara Parsial berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO (Studi Pada Masyarakat
Bandar Lampung) ?
4. Apakah Electronik Word Of Mouth (E-WoM) Secara Simultan
berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian Produk Smartphone Merek
VIVO (Studi Pada Masyarakat Bandar Lampung) ?
8

5. Apakah Persepsi Harga, Citra Merek, Kualitas Produk, dan Electronik


Word Of Mouth (E-WoM) dapat berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO (Studi Pada Masyarakat
Bandar Lampung)

1.3 BATASAN MASALAH


Karena keterbatasan waktu dan untuk memfokuskan bahasan masalah
sehingga tidak menyimpang dari yang diinginkan, maka penelitian ini dibatasi
pada masalah “Keputusan Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO (Studi
Pada Masyarakat Bandar Lampung)”

1.4 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan yang ingin dicapai dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi harga terhadap Keputusan
Pembelian produk smartphone VIVO pada masnyarakat Bandar Lampung.
2. Untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap Keputusan Pembelian
produk smartphone VIVO pada masnyarakat Bandar Lampung.
3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian produk smartphone VIVO pada masnyarakat
Bandar Lampung.
4. Untuk mengetahui pengaruh Electronik Word Of Mouth (E-WoM)
terhadap Keputusan Pembelian produk smartphone VIVO pada
masnyarakat Bandar Lampung.
5. Untuk mengetahui pengaruh persepsi harga, citra merek, kualitas produk,
Electronik Word Of Mouth (E-WoM) terhadap Keputusan Pembelian
produk smartphone VIVO pada masnyarakat Bandar Lampung.
9

1.5 MANFAAT PENELITIAN


Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, antara lain:
1. Bagi Praktisi
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi panduan atau rekomendasi bagi
praktisi manajemen yang menjalankan bisnisnya dalam merencanakan
kebijakan strategi pemasaran di masa mendatang.
2. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi pengayaan bagi
pengembang ilmu pengetahuan khususnya manajemen pemasaran.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti untuk
menerapkan ilmu, wawasan, dan kemampuan yang diperoleh selama masa
perkuliahan.

1.6 KERANGKA PIKIR


Persaingan bisnis di era globalisasi menuntut perusahaan harus dapat
bersikap dan bertindak sebagai pencipta inovasi. Dalam abad ini perusahaan
dituntut bersaing secara kompetitif dalam hal menciptakan dan mempertahankan
konsumen yang loyal. Persaingan merek kerap kali terjadi pada perusahaan
dengan merek-merek besar yang menawarkan produk sejenis. Situasi seperti ini
terjadi karena pemasar berusaha untuk mempertahankan pangsa pasarnya,
sehingga eksistensi merek tetap terjaga.
Merek merupakan investasi jangka panjang perusahaan yang apabila
dikelola dengan maksimal akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaan
yang mengelolanya. Selain itu merek sebagai jaminan atas mutu barangnya. Hal
ini dapat menunjukkan asal barang atau jasa yang dihasilkan bernilai sangat
penting karena merek selain sebagai identitas perusahaan dan sebagai alat promosi
barang atau jasa terhadap konsumen,merek juga dinilai dapat membangun
kesadaran atau kepekaan bagi konsumen terhadap produk tertentu.
Kesadaran merek merupakan kemampuan merek untuk muncul dalam
benak konsumen ketika merasa sedang memikirkan produk tertentu dan seberapa
10

mudahnya nama tersebut dimunculkan. Kotler dan Keller (2016) bahwa kesadaran
merek dapat ditimbulkan melalui penggunaan nama merek itu
sendiri,logo,kemasan dan slogan yang digunakan sebuah perusahaan dalam
rangka mengenalkan atau menginformasikan produknya.
Citra merek (brand image) merupakan suatu gambaran atau kesan tentang
suatu merek yang muncul dalam benak konsumen. Penempatan suatu merek
dalam benak konsumen harus dilakukan agar citra merek yang tercipta menjadi
semakin positif bagi konsumen. Saat suatu merek mempunyai suatu citra yang
positif maka merek tersebut menjadi semakin diingat oleh konsumen dan dapat
mempengaruhi minat pembelian konsumen (Fatmaningrum & Fadhilah, 2020).
Seiring perkembangan zaman, word of mouth tidak saja terjadi dalam
komunikasi langsung. Kini, word of mouth bisa terjadi secara electronic ataupun
menggunakan internet yang persebarannya bisa ratusan kali lipat lebih cepat dari
pada personal word of mouth. Hal ini didukung oleh definisi word of mouth oleh
Kotler dan Keller (2016) adalah pembicaraan dari satu orang ke orang lain, bisa
juga secara tertulis atau melalui alat elektronik terkait dengan pengalaman mereka
menggunakan barang atau jasa.
Dalam keputusan membeli barang konsumen seringkali melibatkan dua
pihak dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam
peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang
oleh satu orang. Namun, seringkali peranan tersebut dilakukan oleh beberapa
orang. Pemahaman mengenai masing-masing peranan ini sangat berguna dalam
rangka memuaskan kebutuhan konsumen dan keinginan konsumen. Kelima peran
tersebut meliputi, pemrakarsa (initiator), pemberi pengaruh (influencer),
pengambilan keputusan (decider), pembeli (buyer), pemakai (user) Kotler dan
Keller (2016).
Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi di Bandar Lampung
sudah berkembang dengan pesat. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah
perkembangan jaman yang membuat kita harus memperoleh informasi dengan
cepat.
Kulitas produk mempengaruhi kita dalam membeli sebuah produk
Smartphone karena kita harus melihat kualitas produk untuk dapat memperoleh
11

infromasi dengan cepat. Membeli sebuah produk harus ada minat pembelian yang
didasarkan dari citra merek dan kualitas produk tersebut oleh konsumen dalam
melakukan pembelian. Oleh karena itu, penelitian ini untuk menyelidiki pengaruh
dari Persepsi Harga, Citra Merek (Brand Image), Kualitas Produk (Product
Quality) dan Electronik Word Of Mouth (E-WoM) terhadap minat pembelian
smartphone VIVO pada masyarakat bandar lampung.

Citra Merek

Persepsi Harga
Keputusan Pembelian

Electronik Word of mouth

Kualitas Produk

Gambar 2.2 Rerangka Model Penelitian


12

1.7 HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Persepsi Harga secara parsial berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian
Produk Smartphone VIVO
H2 : Citra Merek secara parsial berpengaruh terhadap Keputusan Pembelian
Produk Smartphone VIVO
H3 : Kualitas Produk secara parsial berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO
H4 : Electronik Word Of Mouth (E-WoM) secara parsial berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO
H5 : Persepsi Harga, Citra Merek, Kualitas Produk, dan Electronik Word Of
Mouth (E-WOM) secara simultan berpengaruh terhadap Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek VIVO.
13

2BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 MANAJEMEN PEMASARAN


Manajemen Pemasaran adalah mengidentifikasikan dan memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Definisi yang baik dan singkat dari
pemasaran yang menurut Kotler dan Keller (2016:27) adalah “marketing is
meeting needs profitability”, maksud ungkapan tersebut adalah pemasaran
merupakan hal yang dilakukan untuk memenuhi setiap kebutuhan (kebutuhan
konsumen) dengan cara-cara yang menguntungkan semua pihak. Definisi formal
yang ditawarkan America Marketing Association (AMA) yang dikutip oleh Kotler
dan Keller (2016:27) sebagai berikut : “Marketing is the activity, set of
institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and
exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society
at large”. Arti dari definisi tersebut, pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan
serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menghantarkan dan
memberikan nilai pelanggan yang unggul. Berdasarkan definisi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen pemasaran (marketing manajemen) merupakan
proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta
penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yangsaling
menguntungkan bagi individu dan organisasi. Mempelajari ilmu dibidang
manajemen pemasaran adalah sangat penting bagi perusahaan tersebut karena hal
ini menyangkut kelangsungan hidup perusahaan untuk kedepannya. Oleh sebab
itu, perusahaan dituntut untuk dapat menjalankan etos kerja yang efektif dan
efisien demi terwujudnya cita-cita perusahaan.

2.2 Persepsi Harga


Harga menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam menentukan
pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan. Harga merapakan satu-satunya
unsur bauran pemasaran yang menimbulkan pemasukan atau pendapatan bagi
perusahaan, sedangkan ketiga unsur bauran pemasaran yang lainnya (Produk,
Distribusi, dan Promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Disamping

14
14

itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, artinya dapat
diubah dengan cepat.
Kotler & Amstrong (2016:324) mendefinisikan bahwa : “Price the amount
of money charged for a product or service, or the sum of the value that customers
exchange for the benefits or having or using the product or service”. (harga
merupakan sejumlah uang uang yang dikeluarka untuk sebuah produk atau jasa,
atau sejumlah nilai yang ditukarkan oleh konsumen untuk memperoleh manfaat
atau kepemilikan atau penggunaan atas sebuah produk atau jasa).
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis sampai pada pemahaman bahwa
harga merupakan sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa.
Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk
sejumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa.
pemasar didalam sebuah perusahaan harus benar-benar menetapkan harga yang
tepat dan pantas bagi produk atau jasa yang ditawarkan karena menetapkan harga
yang tepat merupakan kunci untuk menciptakan dan menangkap nilai pelanggan.
Alasan ekonomis akan menunjukan bahwa harga yang rendah atau yang selalu
berkompetensi merupakan salah satu pemicu penting untuk meningkatkan kinerja
pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat menunjukan bahwa harga merupakan
indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai salah satu instrumen penjualan
sekaligus sebagai kompetensi yang menentukan. Harga yang ditetapkan pada
dasarnya sesuai dengan yang menjadi pengharapan produsen. Harga juga biasanya
mencerminkan kualitas dari produk yang menyertainya, mencerminkan prestis dan
sebagainya.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap konsumen yaitu persepsi
akan harga. Konsumen merupakan individu dengan karakteristik yang berbeda-
beda. Penilaian yang dirasakan setiap konsumen terhadap suatu produk maupun
jasa yang mereka terima tidak sama. Persepsi konsumen terhadap suatu harga
dapat mempengaruhi keputusan dalam membeli suatu produk sehingga suatu
perusahaan harus mampu memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau
jasa yang mereka jual. Menurut (Kotler dan Armstrong, 2016), ada empat
indikator yang harga yaitu:
15

1. Keterjangkauan harga. Harga yang ditawarkan fleksibel dan terjangkau


dengan daya beli konsumen.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk. Harga yang ditawarkan layak
dengan kualitas produk.
3. Daya saing harga. Harga yang ditawarkan kompetitif dibanding produk
lain

2.3 Citra Merek


(Kotler & Keller, 2016:322) mendefinisikan merek sebagai berikut: “a
name, term, sign, symbol, or design, or a combination of them, intended to
identify the goods or services of one seller or group of sellers and to differentiate
them from those of competitors”. yang artinya merek adalah suatu nama, istilah,
tanda, lambang, desain atau kombinasi dari semuanya, yang diharapkan
mengidentifikasikan barang atau jasa dari sekelompok penjual dan diharapkan
akan membedakan barang atau jasa tersebut dari produk-produk pesaing. Citra
merek adalah persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari
asosiasi yang ada pada pikiran konsumen. Citra merek merupakan asosiasi yang
muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran dan citra tertentu
yang dikaitkan dengan suatu merek..
Citra merek memegang peranan penting dalam pengembangan sebuah
merek. Citra merek menyangkut reputasi dan kredibilitas suatu produk, yang
kemudian akan dijadikan pedoman bagi konsumen untuk mencoba dan
mengonsumsi suatu produk atau jasa tertentu. Konsumen lebih sering membeli
produk dengan merek yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan hal-hal
yang sudah terkenal, adanya asumsi bahwa merek terkenal lebih dapat diandalkan,
selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang tidak diragukan,
sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering dipilih oleh konsumen daripada
merek yang tidak dikenal. Untuk dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai citra merek, berikut ini beberapa pengertian mengenai citra merek.
menurut Kotler & Keller (2016:330), mengemukakan definisi citra merek sebagai
berikut: “brand image describes the extrinsic properties of the product or service,
16

including the ways in which the brand attempts to meet customers’ psychological
or social needs”. Citra merek menggambarkan sifat ekstrinsik produk atau jasa,
termasuk cara di mana merek berusaha memenuhi kebutuhan psikologis atau
sosial pelanggan. Dalam mencapai citra merek yang positif, pemasar akan
berkenaan dengan beberapa program pemasaran dalam membentuk strength,
favourability, dan uniqueness of brand associations dalam mentransfer sebuah
brand ke dalam memori konsumen. Berikut penjelasannya, yaitu:
1. Strength of Brand Association. Semakin banyak konsumen mendapatkan
informasi dan menghubungkan dengan pengetahuan akan merek, maka
akan semakin kuat asosiasi merek yang terbentuk. Kekuatan dari asosiasi
merek tergantung pada seberapa banyak informasi yang masuk kedalam
memori konsumen dan bagaimana informasi tersebut dipertahankan
sebagai bagian dari sebuah merek.
2. Favourability of Brand Association. Komponen ini mempunyai artian
apakah merek tersebut disukai atau tidak disukai khalayaknya. Terbentuk
oleh keyakinan konsumen terhadap produk yang dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Keberhasilan sebuah program
pemasaran tercermin dalam penciptaan favorable brand association,
dimana konsumen memiliki kepercayaan bahwa merek memiliki attributes
dan benefits yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan seperti sikap
positif yang ingin ditunjukkan dari keseluruhan merek. Dengan demikian,
keberhasilan sebuah merek dapat dilihat apabila merek dapat memenuhi
keinginan konsumen (convenient, reliable, effective, efficient, colorful)
yang berhasil dipenuhi dengan program pemasaran yang dijalankan.
Keinginan (Desirability). Konsumen mengenai suatu merek tergantung
pada tiga faktor, yaitu seberapa relevan konsumen menemukan asosiasi
merek, seberapa spesifik atau jelas konsumen menemukan asosiasi merek
dan seberapa percaya konsumen menemukan asosiasi merek. Penyampaian
(deliverability) pesan juga tergantung pada tiga faktor, yaitu kemampuan
actual atau potensial yang dapat ditunjukkan suatu produk, prospek masa
depan dan saat ini dalam mengkomunikasikan keunggulan atau potensi
17

tersebut dan keberlanjutan dari keunggulan atau potensi yang telah


dikomunikasikan tersebut.
3. Uniquenessof brand associations. Inti dari sebuah brand positioning
adalah bahwa merek memiliki keunggulan kompetitif dan “unique selling
proposition” yang membuat konsumen tertarik untuk melakukan
pembelian. Keunggulan ini memberikan nilai lebih kepada konsumen agar
memiliki suatu ketertarikan dengan sebuah produk atau layanan jasa. Hal-
hal tersebut merupakan informasi-informasi yang mengandung makna
akan sebuah merek. Merek harus unik dan menarik, sehingga dapat
menimbulkan asosiasi yang kuat di dalam pikiran pelanggan. Keunikan
dari sebuah merek akan membedakan merek dengan pesaing-pesaingnya.
Citra merek berkaitan erat dengan asosiasi terhadap merek. Asosiasi dalam
hal ini diartikan sebagai sesuatu yang khalayak pikirkan mengenai citra merek.
Atau dengan kata lain apa yang mereka pikirkan, rasakan dan visualisasikan
ketika mereka melihat simbol atau nama merek. Asosiasi brand yang
dimaksudkan disini adalah segala sesuatu yang berkaita n terhadap memori dari
suatu merek.

2.4 Kualitas Produk


Produk merupakan inti dari sebuah kegiatan pemasaran karena produk
merupakan output atau hasil dari salah satu kegiatan atau aktivitas perusahaan
yang dapat ditawarkan ke pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Pada dasarnya dalam membeli suatu produk, seorang
konsumen tidak hanya membeli produk, akan tetapi konsumen juga membeli
manfaat atau keunggulan yang dapat diperoleh dari produk yang dibelinya. Oleh
karena itu, suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang
lain, salah satunya dari segi kualitas produk yang ditawarkan. Kualitas produk
merupakan salah satu kunci persaingan diantara pelaku usaha yang ditawarkan
kepada konsumen. Berikut ini merupakan pengertian kualitas produk menurut
para ahli:
Menurut American Society dalam buku Kotler dan Keller (2016:156)
pengertian kualitas adalah sebagai berikut, “Quality is the totality of features and
18

characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or


implied needs”. Kotler dan Armstrong (2015:253) mendefinisikan kualitas
produk sebagai berikut: “Product quality is the characteristics of a product or
service that bear on its ability to satisfy stated or implied customer needs”.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa kualitas produk merupakan
kemampuan suatu produk dalam memenuhi keinginan konsumen. Keinginan
konsumen tersebut diantaranya daya tahan produk, keandalan produk, kemudahan
pemakaian, serta atribut bernilai lainnya yang bebas dari kekurangan dan
kerusakan.
Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas produk, antara lain
menurut Kotler (2016), kualitas produk dapat dimasukkan ke dalam sembilan
dimensi, yaitu :
1. Bentuk
Produk dapat dibedakan secara jelas dengan yang lainnya berdasarkan
bentuk, ukuran, atau struktur fisik produk.
2. Ciri-ciri produk
Karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk menambah
fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan
pengembangannya.
3. Kinerja
Berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli
barang tersebut.
4. Ketepatan atau kesesuaian
Berkaitan dengan tingkat kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan
sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Kesesuaian
merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik desain produk
dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.
5. Daya Tahan
Berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat digunakan tanpa
menimbulkan masalah pada saat penggunaan.
6. Keandalan
19

Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil


menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu
tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
7. Kemudahan Perbaikan
Berkaitan dengan kemudahan perbaikan atas produk jika rusak. Idealnya
produk akan mudah diperbaiki sendiri oleh pengguna jika rusak.
8. Gaya
Penampilan produk dan kesan konsumen terhadap produk.
9. Desain
Keseluruhan keistimewaan produk yang akan mempengaruhi penampilan
dan fungsi produk terhadap keinginan konsumen.

2.5 Electronik Wort Of Mouth


Electronik Word Of Mouth (E-WoM) merupakan digitalisasi dari WOM
tradisional. Word of Mouth disampaikan secara langsung dari satu pihak ke pihak
lain sedangkan penyampaian Electronik Word Of Mouth (E-WoM) membutuhkan
media perantara yaitu melalui media elektronik (Rahmadhani & Prihatini, 2019).
Word Of Mouth pada dasarnya berisikan informasi yang akurat, emosional, lebih
jujur dan hanya dapat diperoleh sekali saja karena prosesnya terjadi langsung dan
berasal dari sumber yang dipercaya contohnya keluarga. Sedangkan Electronik
Word Of Mouth (E- WoM) belum tentu berisi informasi yang akurat karena
berasal dari sumber yang cenderung tidak dikenal misalnya sesama pengguna
internet dan media sosial tertentu. Namun Electronik Word Of Mouth (E-WoM)
mempunyai kelebihan yaitu dapat disimpan sebagai arsip jika sewaktu- waktu
dibutuhkan dan penyebarannya pun sangat cepat bahkan dapat meluas secara
global.
Ectronik Word Of Mouth (E-WoM) menghadirkan bentuk baru
komunikasi antara penerima dan pengirim pesan. Seperti yang digambarkan
terdapat stimulus, communicator, receiver, dan response. Stimulus merupakan
pesan yang dikirimkan yang mengandung pesan positif, negatif maupun netral.
Biasanya stimulus ini berupa konsistensi dan banyaknya ulasan dari penulis
lainnya. Communicator berarti seseorang yang menyampaikan pesan, biasanya
20

melibatkan keahlian, ketertarikan dan kesamaan. Pesan yang disampaikan melalui


Electronik Word Of Mouth (E-WoM) tidaklah selalu bersifat personal, sehingga
isinya dapat dinikmati oleh siapapun. Receiver yang berarti orang yang memberi
respon terhadap komunikasi Electronik Word Of Mouth (E-WoM). Respon yang
terjadi akan berbeda-beda antara satu penerima dengan yang lain karena
melibatkan rasa ingin tahu, kepercayaan, fokus pencarian, ikatan sosial dan
kesamaan. Response berarti tanggapan atau reaksi yang dihasilkan dari
komunikasi antara pengirim dan penerima (Rahmadhani & Prihatini, 2019).
Electronik Word Of Mouth (E-WoM) terbagi ke dalam tiga dimensi yakni:
1. Intensity
Intensitas (intensity) dalam Electronik Word Of Mouth (E-WoM) adalah
banyaknya pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah situs
jejaring social. Indikator intensity sebagai berikut:
1) Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring social
2) Frekuensi interaksi dengan pengguna situs jejaring sosial
3) Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna situs jejaring sosial.
2. Valence of Opinion.
Valence of Opinion adalah pendapat konsumen baik positif ataupun
negatif mengenai produk, jasa dan brand. Valence of Opinion memiliki
dua sifat yaitu negatif dan positif. Indikator dari Valence of opinion
meliputi:
1) Komentar positif dari pengguna situs jejaring sosial
2) Komentar negative dari pengguna situs jejaring social
3) Rekomendasi dari pengguna situs jejaring sosial
3. Content
Content adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan
produk dan jasa. Indikator dari Content meliputi:
1) Informasi variasi produk
2) Informasi kualitas produk
3) Informasi mengenai harga yang ditawarkan.

2.6 Keputusan Pembelian


21

Keputusan pembelian merupakan salah satu tahapan dalam proses


keputusan pembelian sebelum perilaku pasca pembelian. Dalam memasuki tahap
keputusan pembelian sebelumnya konsumen sudah dihadapkan pada beberapa
pilihan alternatif sehingga pada tahap ini konsumen akan melakukan aksi untuk
memutuskan untuk membeli produk berdasarkan pilihan yang ditentukan. Berikut
ini merupakan beberapa definisi keputusan pembelian menurut para ahli.
Menurut Kotler & Armstrong (2016:177) mendefinisikan keputusan
pembelian sebagai berikut: Consumer behavior is the study of how individual,
groups, and organizations select, buy, use, and dispose of goods, services, ideas,
or experiences to satisfy their needs and wants. yang artinya Keputusan
pembelian merupakan bagian dari perilaku konsumen perilaku konsumen yaitu
studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli,
menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.
Keputusan pembelian tidak terpisahkan dari bagaimana sifat seorang
konsumen (Consumer Behavior) sehingga masing-masing konsumen memiliki
kebiasaan yang berbeda dalam melakukan pembelian, Kotler & Armstrong
(2016:188) mengemukakan keputusan pembelian memiliki dimensi sebagai
berikut:
1. Pilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk
atau menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini
perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang
berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka
pertimbangkan.
2. Pilihan merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek nama yang akan
dibeli setiap merek memiliki perbedaan tersendiri. Dalam hal ini
perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah
merek.
3. Pilihan penyalur
22

Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan


dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan
penyalur bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah,
persediaan barang yang lengkap, kenyamanan dalam belanja, keluasan
tempat dan lain-lain.
4. Waktu pembelian
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-
beda misalnya ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua
minggu sekali dan lain sebagainya.
5. Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibelanjakan pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan
mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan
banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda.
6. Metode pembayaran.
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode pembayaran yang
akan dilakukan dalam pengambilan keputusan menggunakan produk atau
jasa. Saat ini keputusan pembelian dipengaruhi oleh tidak hanya oleh
aspek lingkungan dan keluarga, keputusan pembelian juga dipengaruhi
oleh teknologi yang digunakan dalam transaksi pembelian.

2.7 Penelitian Terdahulu


Table 2.1
Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti
No Judul Variabel Hasil
dan Tahun
1 Amalia Ghani Pengaruh Citra Merek Citra Merek, Variabel Citra
Rizki, Dkk, Dan Harga Terhadap Harga dan Merek (X1)
(2019) Keputusan Pembelian Keputusan dan Harga
Pada E-Commerce Pembelian (X2) masing-
Shopee Indonesia masing
(Survei Pada berpengaruh
Mahasiswa S1 Fakultas signifikan
23

Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya secara parsial
Angkatan 2015/2016 terhadap
Dan 2016/2017 Yang Struktur
Membeli Barang Secara Keputusan
Online Di Ecommerce) Pembelian (Y)

Lanjutan Table 2.1


Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
No Judul Variabel Hasil
dan Tahun
Analisis Pengaruh ketiga variabel
Kesadaran Merek, Kesadaran tersebut
Aulia Rahman Persepsi Harga, Desain Merek, memiliki
Wahyu Hidayat Web, Terhadap Minat Persepsi pengaruh
2 & Sri Rahayu Beli Pada Zenius Harga, terhadap minat
Tri Astuti, Education (Studi Pada Desain Web, beli dan positif
(2019) Perilaku Generasi Z dan Minat atau searah
Khusus Siswa Beli dengan minat
Dikabupaten Demak) beli.
3 Fadiah Adlina Pengaruh Citra Merek Citra Merek, Hasil
Putri Ghaisani, Dan Kualitas Website Kualitas penelitian ini
& Dinalestari Terhadap Keputusan Website, dan menunjukan
Purbawati, Pembelian Melalui Kepercayaan bahwa Citra
(2019) Kepercayaan Sebagai (variabel Merek dan
Variabel intervening intervening) Kualitas
(studi pada konsumen Website
e-commerce berpengaruh
zalora.co.id di kota secara parsial
semarang) dan simultan
terhadap e-
trust, dimana
ketika
24

bersama-sama.

Nama Peneliti
No Judul Variabel Hasil
dan Tahun
variabel
Celebrity
Pengaruh Celebrity
Endorser
Endorser Dan Celebrity
variabel
Electronic Word Of Endorser,
Electronic
Gladys Mouth Terhadap Minat Electronic
Word of Mouth
Swantika Beli Dan Dampaknya dan Word of
4 dan variabel
Taungke Terhadap Keputusan Mouth, Minat
Minat Beli
Sunarti, (2020) Pembelian (Survei Pada Beli,
berpengaruh
Konsumen Erigo Di Keputusan
signifikan
Akun Resmi Instagram Pembelian
terhadap
Erigo)
Keputusan
Pembelian.
5 Ida Ayu Putu Pengaruh Citra Merek, Citra Merek, Hasil dari
Dian Savitri & I Kualitas Produk Dan Kepuasan penelitian ini
Made Wardana, Persepsi Harga Pelanggan, ditemukan
(2018) Terhadap Kepuasan Kualitas bahwa, citra
Dan Niat Beli Ulang Produk, merek, kualitas
Persepsi produk dan
Harga, Niat persepsi harga
Beli Ulang berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
kepuasan
25

pelanggan

Nama Peneliti
No Judul Variabel Hasil
dan Tahun
Pengaruh Gaya Hidup, Gaya Hidup,
Harga, Promosi,Citra Harga,
Gaya Hidup,
Merek, Dan Viral Promosi, Citra
Harga,
Marketing Terhadap merek tidak
Promosi,Citra
Keputusan Pembelian berpengaruh
Lusi Agustina, Merek, Viral
6 Smartphone Oppo signifikan
Dkk, (2019) Marketing
(Studi Kasus Pada terhadap
dan
Konsumen Pengguna keputusan
Keputusan
Oppo, Tiga Putra pembelian
Pembelian
Handphone Center Kota smartphone
Malang) Oppo.
Persepsi
Faktor Yang Kualitas kualitas
Mempengaruhi Minat Produk yang produk, Ewom,
Marvin Louis
Pembelian Smartphone Dirasakan, dan harga yang
dan Carunia
7 Apple Pada Ewom, dipersepsikan
Mulya Firdausy,
Mahasiswa/I Fakultas Persepsi bersama-sama
(2020)
Ekonomi Universitas Harga, Minat memiliki efek
Tarumanagara Pembelian positif pada
niat beli.
8 Melky Gultom, Pengaruh Kualitas Pengaruh Terdapat
& Ngatno, Produk Dan Harga Kualitas pengaruh
(2020) Terhadap Loyalitas Produk, positif dan
Pelanggan Melalui Harga dan signifikan
Kepuasan Konsumen Loyalitas terhadap
Smartphone Samsung Pelanggan kualitas produk
Di Semarang melalui dan harga
26

Kepuasan
Konsumen
Nama Peneliti
No Judul Variabel Hasil
dan Tahun
Promosi,
Kualitas Dan
Citra Merek
Pengaruh Promosi,
Promosi, Memiliki
Miftach Kualitas Dan Citra
Kualitas, Pengaruh
Rizqillah, & Merek Terhadap
Citra Merek, Signifikan
9 Putu Hari Keputusan Pembelian
dan Terhadap
Kurniawan, Produk Perlengkapan
Keputusan Keputusan
(2020) Bayi Snobby Di Kota
Pembelian Pembelian
Batam
Dengan Nilai
Signifikansi
0,000 <0,05
Desain produk,
juga harga
berpengaruh
signifikan
Pengaruh desain Desain
terhadap
produk, keragaman Produk,
keputusan
produk, dan harga Keragaman
Paquita Ulfami, pembelian.
10 terhadap keputusan Produk,
(2020) Sedangkan
pembelian pada online Harga,
keragaman
shop giyomi melalui Keputusan
produk tidak
shopee Pembelian.
berpengaruh
terhadap
keputusan
pembelian.
27

Nama Peneliti
No Judul Variabel Hasil
dan Tahun
Persepsi harga
Persepsi dan citra
Harga, merek tidak
Pengaruh Persepsi Kualitas mempengaruhi
Harga, Kualitas Produk, Produk, Dan kepuasan
Dan Citra Merek Citra Merek pelanggan Mie
Rahayu Lestari, Terhadap Kepuasan Terhadap Innstant
11
(2019) Konsumen Dan Kepuasan Sedaap;
Dampaknya Pada Minat Konsumen Kualitas
Beli Ulang Produk Mie Dan produk
Instant Sedaap Dampaknya mempengaruhi
Pada Minat kepuasan
Beli Ulang pelanggan Mie
Sedaap Instan
e-WOM Dan e-WOM dan
Pengaruh e-WOM Dan
Ritma Perceived Perceived Risk
Perceived Risk
Rahmadhani & Risk berpengaruh
12 Terhadap Keputusan
Apriatni Endang Terhadap terhadap
Pembelian Pada
Prihatini (2019) Keputusan keputusan
Konsumen Tokopedia
Pembelian pembelian
Kualitas
Produk dan
Kualitas
Pengaruh Kualitas Citra Merek
Produk Dan
Sakti Riana Produk Dan Citra secara
Citra Merek
13 Fatmaningrum, Merek Terhadap bersamaan
Terhadap
DKK (2020) Keputusan Pembelian memiliki
Keputusan
Minuman Frestea pengaruh
Pembelian
positif dan
signifikan
Nama Peneliti
No Judul Variabel Hasil
dan Tahun
14 Siti Barokah, Kepuasan Merek Sensorik Sensorik
28

merek, dan
Kepuasan
Merek
berpengaruh
positif pada
Memediasi Pengaruh Merek, Loyalitas
Sensorik Merek Kepuasan Merek.
Dkk (2019) Terhadap Loyalitas Merek, Kepuasan
Merek Telepon Pintar Loyalitas merek
Apple Merek memediasi
pengaruh
sensorik merek
terhadap
loyalitas
merek.
Kesadaran
merek,
Analisis Kesadaran Kesadaran Persepsi
Merek, Persepsi merek, kualitas dan
Kualitas Dan Assosiasi Persepsi Asosiasi merek
Merek Terhadap kualitas , berpengaruh
15 Sutikno, (2020)
Keputusan Pembelian Asosiasi positif dan
(Studi Kasus Pada merek, signifikan
Pelanggan Cs Finance Keputusan terhadap
Cabang Tangerang) pembelian Keputusan
pembelian
konsumen.
3BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Bentuk penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang penekanannya pada
sejauh mana hubungan antar variabel saling berpengaruh. Dalam hal ini, peneliti
akan mencari hubungan antara Persepsi Harga (X1), Citra Merek (X2) Kualitas
Produk (X3), Electronik Word Of Mouth (E-WoM) (X4) dan Keputusan
Pembelian (Y). Adapun langkah-langkah penelitian kuantitatif asosiatif adalah
merumusan masalah, mencari landasan teori, merumuskan hipotesis, perumusan
hipotesis melakukan pengembangan instrumen dan melakukan pengujian
instrumen terhadap populasi kemudian sampel, selanjutnya melakukan
pengumpulan data, melakukan analisis data, kemudian menyimpulkan dan
pemberian saran. Dalam penelitian ini peneliti fokus terhadap Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek Vivo.

3.2 Sumber Data


Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Data Primer. Data
primer yaitu, informasi yang dikumpulkan dari tangan pertama, dikumpulkan dan
diolah sendiri oleh peneliti atau pengumpul data. Data primer ini diperoleh dari
hasil survey dan jawaban kuesioner dari responden untuk mengetahui Keputusan
Pembelian Produk Smartphone Merek Vivo.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Lupiyoadi & Ikhsan, 2015). Kuisioner diberikan secara online
melalui google from.
Skala pengukuran data yang digunakan adalah skala likert (likert scale).
skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Lupiyoadi &
Ikhsan, 2015). Skala ini meminta responden untuk menunjukkan tingkat
persetujuam atau ketidak setujuannya terhadap serangkaian tentang suatu objek
(Lupiyoadi & Ikhsan, 2015: 18).
Tabel 3.1
Skala Likert
No Keterangan Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
sumber : Lupiyoadi & Ikhsan, 2015

3.4 Populasi, dan Sampel


3.4.1 Poplasi
Menurut (Lupiyoadi & Ikhsan, 2015) Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas atau
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
masyarakat Kota Bandar Lampung yang pernah membeli dan masih menggunakan
smartphone vivo.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono:2012:116). Menurut Roscoe dalam Sugiono (2014)
acuan umum ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
penelitian. Jadi dalam penelitain ini peneliti mengambil sampel sebanyak 100
sampel dengan Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan teknik Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono:2014:124). Sampel
pada penelitian ini adalah masyarakat Kota Bandar Lampung yang pernah
membeli dan masih menggunakan smartphone vivo.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independen (X)
Pengertian variabel independen menurut (Lupiyoadi & Ikhsan, 2015)
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (dependen). Dalam hal ini variabel independenya
adalah Persepsi Harga, Citra Merek, Kualitas Produk, Electronik Word Of Mouth
(E-WoM).
3.5.2 Variabel dependen (Y)
Pengertian variabel dependen menurut (Lupiyoadi & Ikhsan, 2015) adalah
variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel
independen. Dalam penelitian ini, Keputusan Pembelian (Y) sebagai variabel
dependen.

3.6 Definisi Operasional Variabel


Definisi oprasional variabel merupakan penjelasan dari masing-masing
variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang
membentuknya. Definisi oprasional variabel ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Variabel Difinisi Oprasional Indikator Skala
Persepsi Harga Harga merupakan sejumlah uang 1. Keterjangkauan Likert
(X1) uang yang dikeluarka untuk sebuah harga
produk atau jasa, atau sejumlah nilai 2. Kesesuaian
yang ditukarkan oleh konsumen harga dengan
untuk memperoleh manfaat atau kualitas produk
kepemilikan atau penggunaan atas 3. Daya saing
sebuah produk atau jasa Kotler & harga
Keller (2016).
Lanjutan Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Citra Merek merek adalah suatu nama, istilah, 1. Strength of Likert
(X2) tanda, lambang, desain atau Brand
kombinasi dari semuanya, yang Association.
diharapkan mengidentifikasikan 2. Favourability of
barang atau jasa dari sekelompok Brand
penjual dan diharapkan akan Association.
membedakan barang atau jasa 3. Uniquenessof
tersebut dari produk-produk pesaing brand
(Kotler & Keller, 2016:322) associations
Kualitas kualitas produk merupakan 1. Bentuk Likert
Produk (X3) kemampuan suatu produk dalam
2. Ciri-ciri produk
memenuhi keinginan konsumen
(Kotler & Keller, 2016) 3. Kinerja

4. Ketepatan atau
kesesuaian

5. Daya Tahan
6. Keandalan

7. Kemudahan
Perbaikan
Electronik Electronic Word Of Mouth adalah 1. Intensity Likert
Word Of semua komunikasi informasi yang 2. Valence of
Mouth diarahkan pada konsumen melalui Opinion.
(EWoM) (X4) teknologi internet berkaitan dengan 3. Content
penggunaan atau karakteristik dari
barang, layanan tertentu, atau penjual
yang termasuk dalam komunikasi
antara produsen dan konsumen, dan
antar konsumen itu sendiri menurut
(Rahmadhani & Prihatini, 2019)
Lanjutan Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel
Keputusan Keputusan pembelian 1. Pilihan produk Likert
Pembelian (Y) merupakan bagian dari perilaku 2. Pilihan merek
konsumen perilaku konsumen 3. Pilihan penyalur
yaitu studi tentang bagaimana 4. Waktu
individu, kelompok, dan pembelian
organisasi memilih, membeli, 5. Jumlah
menggunakan, dan bagaimana pembelian
barang, jasa, ide atau 6. Metode
pengalaman untuk memuaskan pembayaran
kebutuhan dan keinginan mereka
Kotler & Armstrong (2016:177).

3.7 Uji Persayaratan Intrumental


3.7.1 Uji Validitas
Menurut (Lupiyoadi & Ikhsan, 2015) p.38). Uji validitas menunjukan
derajat ketepatan antara data yang terdapat dilapangan dengan data yang
dilaporkan oleh peneliti. Dalam melakukan pengujian ini peneliti menggunakan
400 responden, alasan peneliti menggunakan 400 responden karna distributor skor
(nilai) akan lebih mendekati kurva normal dan dianggap mewakili. Untuk menguji
tingkat validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Product
Moment Pearson sebagai berikut :
nΣx y−(∑ x ) (∑ y )
r xy =
√ ¿¿ ¿
Keterangan :
rxy : koefisien antara variabel X dan Y
x : jumlah skor item
y : jumlah total skor seluruh item
n : banyaknya responden
Kriteria pengujian :
1. Apabila Sig > 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima.
Apabila Sig < 0,05 maka Ho diterima Ha ditolak.
2. Pengujian validitas instrument dilakukan melalui program SPSS
(statistical program and service solution seri 20.0)
3. Penjelasan dari kesimpulan dari butir 1 dan 2 dengan membandingkan
antara hasil nilai r hitung dan r tabel dan probabilitas (sig) dengan r tabel,
maka akan disimpulkan instrument tersebut dinyatakan valid atau
sebaliknya.
Setelah nilai r (koefisien korelasi) diperoleh maka langkah selanjutnya adalah
membandingkan antara nilai hasil r perhitungan dengan nilai r yang terdapat pada
tabel nilai kritis. Pengujian validitas dilakukan dengan bantuan program SPSS
20.0 dan uji validitas dinyatakan valid apabila nilai rhitung> rtabel.

3.7.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur tanpa
kesalahan dan hasilnya selalu konsisten meskipun digunakan orang lain atau
ditempat lain untuk mengukur hal yang sama. Menurut (Lupiyoadi & Ikhsan,
2015, p.54). Suatu instrument penelitian disebut reliable bila memiliki koefisien
keandalan (reliabilitas). Untuk menguji tingkat reliabilitas, dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
2
∑σ
R=
[ ][
k
k −1
1− 2 b
σt ]
Keterangan :
R : indeks reliabilitas
k : banyak butir pertanyaan

σ 2t : varian total

∑ σ 2b : jumlah varian butir


Kriteria pengujian :
1. Ho : data reliable
Ha : data tidak reliable
2. Pengujian validitas instrument dilakukan melalui program SPSS
(statistical program and service solution seri 20.0).

3.8 Uji Persyaratan Analisis Data


3.8.1 Uji Normalitas
Menurut (Lupiyoadi & Ikhsan, 2015) Uji normalitas data merupakan uji
distribusi data yang akan dianalisis, apakah penyebarannyaa normal atau tidak,
sehingga dapat digunakan dalam analisis parametrik. Uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan program SPSS 20.0
Rumusan Hipotesis :
Ho : data dari populasi berdistribusi normal.
Ha : data dari populasi berdistribusi tidak normal.
Kriteria pengambilan keputusan :
 Apabila Sig < 0,05 maka Ho ditolak (distribusi sampel tidak
normal)
 Apabila Sig > 0,05 maka Ho diterima (distribusi sampel normal)
3.8.2 Uji Linieritas
Uji linieritas adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat linier atau tidak. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat
dalam analisis korelasi atau regresi liniear. Pengujian pada SPSS dengan
menggunakan test of linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel
dikatakan mempunyai hubungan liniear bila signifikansi lebih dari 0,05
(Lupiyoadi & Ikhsan, 2015).

3.8.3 Uji Heterokedastisitasi


Uji heterokedastisitasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual pengamatan kepengamatan lain
berbeda, maka disebut heterokedastisitas. Dalam penelitian ini menggunakan uji
glejser. Kriteria pengujiannya menggunakan program SPSS Versi 20.0
Rumusan Hipotesis :
Ho : data bebas dari gejala heterokedastisitasi
Ha : data bebas tidak dari gejala heterokedastisitasi
Kriteria pengambilan keputusan :
 Apabila Sig < 0,05 maka Ho ditolak (data bebas tidak dari gejala
heterokedastisitasi).
 Apabila Sig > 0,05 maka Ho diterima (data bebas dari gejala
heterokedastisitasi)

3.9 Metode Analisis Data


3.9.1 Uji Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan
menggunakan SPSS. Selain itu juga analisis regresi digunakan untuk menguji
kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
menggunakan model standardize. Persamaan umum regresi linier berganda
adalah sebagai berikut:
Persamaan regresi dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.

y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e

Keterangan :
y : Purchase Intention
e : Standard error
α : Konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi dari masing-masing variabel
independen
X1 : Persepsi Harga
X2 : Citra Merek
X3 : Kualitas Produk
X4 : Electronik Word Of Mouth (E-WoM)
Besarnya konstanta tercermin dalam “α” dan besarnya koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen ditunjukkan dengan β1, β2, β3, dan β4
3.10 Pengujian Hipotesis
3.10.1 Uji t-statistik (Parsial)
Uji t-statistik digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari
variabel independennya. Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis 1 sampai
dengan hipotesis 3, pengujian ini dilakukan dengan uji t pada tingkat keyakinan
95% dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dengan menggunakan nilai probabilitas signifikansi.
1) Jika tingkat signifikansi lebih besar 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima, sebaliknya Ha ditolak.
2) Jika tingkat signifikansi lebih kecil 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, sebaliknya Ha diterima.

b. Dengan membandingkan t hitung dengan tabel.


1) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak, sebaliknya Ha
diterima.
2) Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima, sebaliknya Ha
ditolak.
Hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian dirumuskan sebagai
berikut.
a. Ha1 : β1> 0, artinya terdapat pengaruh positif Persepsi Harga
terhadap Keputusan Pembelian.
b. Ha2 : β2> 0, artinya terdapat pengaruh positif Citra Merek
terhadap Keputusan Pembelian.
c. Ha3 : β3> 0, artinya terdapat pengaruh positif Kualitas Produk
terhadap Keputusan Pembelian.
d. Ha4 : β2> 0, artinya terdapat pengaruh positif Electronik Word
Of Mouth (E-WoM) terhadap Keputusan Pembelian.

3.10.2 Uji Simulitas (Uji F)


Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-
sama terhadap variabel berikut : Persepsi Harga (X1), Citra Merek (X2) Kualitas
Produk (X3), Electronik Word Of Mouth (E-WoM) (X4) dan Keputusan
Pembelian (Y)
Hipotesis :
 Ho : Persepsi Harga (X1), Citra Merek (X2) Kualitas Produk (X3),
Electronik Word Of Mouth (E-WoM) (X4) tidak berpengaruh signifikan
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Samrtphone Vivo.
 Ha : Persepsi Harga (X1), Citra Merek (X2) Kualitas Produk (X3),
Electronik Word Of Mouth (E-WoM) (X4) berpengaruh signifikan
terhadap Keputusan Pembelian (Y) Samrtphone Vivo

Kriteria pengambilan keputusan :


 Jika nilai Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
 Jika nilai Sig > 0,05 maka Ho diterima.

Anda mungkin juga menyukai