KHORI PAMUNGKAS
5170711068
YOGYAKARTA
2021
RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI BERBASIS ARDUINO UNO
MENGGUNAKAN SENSOR MOISTURE DAN AKTUATOR
Disusun oleh
KHORI PAMUNGKAS
5170711068
DEWAN PENGUJI
NIM : 5170711068
Program : Sarjana
Yogyakarta, …………………..
Penulis,
Khori Pamungkas
KATA PENGANTAR
Khori Pamungkas
5170711068
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Dalam bab ini terdapat informasi–informasi tentang hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk menjadikan acuan
dan dasar penelitian serta memuat tentang landasan teori komponen-
komponen yang digunakan dalam perancangan alat.
5
6
sulit.
h. Periode 1984-2001
Keberadaan PPT MIGAS ditetapkan berdasarkan Kepres No.
15/1984 tanggal 18 Maret 1984 dan struktur organisasinya ditetapkan
berdasarkan surat keputuan Menteri Pertambangan dan Energi No.
1092 tanggal 15 November 1984. Kedudukan PPT MIGAS dibawah
direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, Departemen Pertambangan
dan Energi, yang merupakan pelaksana teknis MIGAS di bidang
pengembangan tenaga perminyakan dan Gas Bumi.
i. Periode 2001 – 2016
Dengan adanya perubahan struktur di lingkungan pemerintah,
maka berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) No.150 tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001 maka PPT
MIGAS berganti nama menjadi PUSDIKLAT MIGAS yang
bertanggung jawab langsung kepada Bidang Diklat Energi dan
Sumber Daya Mineral dan telah diperbarui dengan Peraturan Menteri
ESDM No. 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010.
j. Periode 2016 – Sekarang
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016, dan di
Undangkan pada tanggal 24 Mei 2016. Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, maka
Pusdiklat MIGAS berganti nama menjadi Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi.
b. Profil
10
Email : informasi@pusdikatMIGAS.com
Website : www.pusdiklatMIGAS.esdm.go.id
Kepala bagian dan kepala bidang membawahi sub, bagian dan sub.
bidang dari unit-unit yang terkait. Di setiap unit terdapat pengawas unit
dan pengelola unit yang dipimpin oleh sub bagian masing-masing unit.
12
sesuai kegunaannya.
2) Kelalaian atau kecerobohan.
3) Kegagalan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD).
4) Tidak menaati prosedur maupun peraturan, dll.
b. Kondisi atau keadaan yang tidak aman (unsafe condition)
Terdapat berbagai keadaan atau kondisi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan, antar lain :
1) Mesin atau perkakas tanpa pelindung.
2) Peralatan rusak atau tidak standar.
3) Tempat kerja kotor, licin, bising.
4) Adanya bahan berbahaya atau beracun (B3) atau radiasi, dll.
Menurut peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979, kecelakaan
kerja dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1) Kecelakaan Ringan
Suatu kecelakaan yang terjadi namun tidak sampai menimbulkan
hilangnya jam kerja atau hari kerja.
2) Kecelakaan Sedang
Suatu kecelakaan yang terjadi sehingaga menimbulkan hilangnya
jam kerja, tetapi tidak menimbulkan cacat jasmani.
3) Kecelakaan Berat
Suatu kecelakaan yang sangat fatal sehingga terjadi cacat rohani
dan jasmani.
4) Kecalakaan Meninggal
Suatu kecelakaan yang terjadi sehingga menyebabkan hilangnya
nyawa pekerja seketika atau 24 jam setelah kejadian.
Upaya pencegahan dan penaggulanga kecelakaan kerja dilakukan
dengan cara :
1) Menghindari resiko terjadinya kecelakaan kerja.
2) Mengetahui cara pengunaan alat keamanan yang ada.
15
dari :
a) 2 (dua) unit Boiler type AL-LSB-6000 dengan masing-masing
memiliki kapasitas sebesar 6 ton/jam.
b) 1 (satu) unit Boiler Wanson yang memiliki kapasitas sebesar 6,6
ton/jam.
Dalam pengoperasiannya, Boiler di PUSDIKLAT MIGAS CEPU
hanya dioperasikan 1 unit saja karena kebutuhan steam untuk kilang
sudah tercukupi.
C. Unit Perpustakaan
Perpustakaan PPSDM MIGAS mempunyai sistem pelayanan terbuka
(Open Access) yang meliputi:
a. Pelayanan reguler (Mahasiswa AkaMIGAS, Pegawai dan Dosen).
b. Pelayanan non reguler (Peserta kursus, praktekan).
Koleksi perpustakaan antara lain: buku-buku diklat, majalah ilmiah,
laporan penelitian, skripsi, ebook, laporan kerja praktek dan bahan audio
visual.
Sejarah berdirinya perpustakaan PPSDM MIGAS erat kaitannya dengan
berdirinya AkaMIGAS yang pada awalnya terkenal dengan nama AMGB
(Akademi Minyak dan Gas Bumi). AkaMIGAS yang berdirinya pada tahun
1967 sebagai salah satu wadah untuk membina kader-kader perminyakan
nasional yang siap pakai.Adapun tugas-tugas perpustakaan PPSDM
MIGAS yaitu:
a. Melakukan perencanaan, pengembangan koleksi yang mencakup buku,
majalah ilmiah, laporan penelitian, skripsi, laporan kerja praktek, diklat
hand out serta bahan audio visual.
b. Melakukan pengolahan dan proses pengolahan bahan pustaka meliputi
refrigerasi/inventaris, katalogisasi, klasifikasi, shelfing dan filing.
c. Laporan penggunaaan laboratorium bahasa untuk mahasiswa
AkaMIGAS, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan lain-lain.
d. Layanan audio visual pemutaran film dan kaset video ilmiah untuk
18
Sistem PLTS On-Grid disebut juga grid tie system yaitu sistem
pembangkit yang mengandalkan energi matahari sebagai salah satu sumber
energi utama dengan menggunakan rangkaian modul surya (Photovoltaic
Array) untuk menghasilkan energi listrik sesuai kebutuhan dan juga
22
mendapatkan back-up dari provider listrik seperti PLN jika energi listrik tidak
memenuhi kebutuhan dan apabila energi listrik tersebut berlebih maka listrik
tersebut akan disuplai kepada PLN. Digunakan alat bernama exim meter yang
Energi baru dan yang terbarukan mempunyai peran yang sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan energi. Salah satunya upaya yang telah
dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS akan
lebih diminati karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang relevan
dan di berbagai tempat seperti perkantoran, pabrik, perumahan, dan lainnya. Di
Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari
sangat besar dengan insolasi harian rata-rata 4,5 - 4,8 KWh/m² / hari. Akan
tetapi energi listrik yang dihasilkan sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari yang diterima oleh sistem.
1. Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis.
Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris
tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. Itu
singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon murni yang
membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi kepingan-kepingan
kristal silikon yang tipis. Dengan teknologi seperti ini, akan dihasilkan kepingan
sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi sel
surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya, sekitar 15% -
20%.Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan,
menyebabkan mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya
yang lain di pasaran. Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk
solar modul (panel surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena
sel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari
bentuk batangan kristal silikonnya, seperti terlihat pada Gambar 2.6 berikut .
24
Gambar 2. 6
Monocrystalline
2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal
silikonnya tidak semurni pada sel surya monocrystalline, karenanya sel surya
yang dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar
13% - 16%. Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya.
Bentuknya yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan
tidak akan ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya
monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih mudah di banding
monocrystalline, karenanya harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai
saat ini. Seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut :
Gambar 2.
7 Polycrystalline
25
Kapasitas daya dari sel atau modul surya dilambangkan dalam watt peak
(Wp) dan diukur berdasarkan standar pengujian Internasional yaitu Standard Test
Condition(STC). Standar ini mengacu pada intensitas radiasi sinar matahari
sebesar 1000 W/m² yang tegak lurus sel surya pada suhu 25°C Modul
photovoltaic memiliki hubungan antara arus dan tegangan. Pada saat tahanan
variable bernilai tak terhingga (open circuit) maka arus bernilai minimum (nol)
dan tegangan pada sel berada pada nilai maksimum, yang dikenal sebagai
tegangan open circuit (Voc). Pada keadaan yang lain, ketika tahanan variable
26
bernilai nol (short circuit) maka arus bernilai maksimum, yang dikenal sebagai
arus short circuit (Isc). Jika tahanan variable memiliki nilai yang bervariasi antara
nol dan tak terhingga maka arus (I) dan tegangan (V) akan diperoleh nilai yang
bervariasi. Yaitu berdasarkan arus dan tegangan yang dihasilkan sel sel surya
pada kondisi cahaya dan beban berbeda-beda. Kurva IV menggambarkan sel surya
lebih lengkap. Ketika sel dihubungkan dengan beban (R) beban memberi
hambatan sebagai garis linier dengan garis I/V = I/R. Hal tersebut menunjukkan
daya yang didapat bergantung pada nilai resistansi. Jika R kecil maka sel
beroperasi pada daerah kurva MN, dimana sel beroperasi sebagai sumber arus
yang konstan atau arus short circuit. Pada sisi lain, jika R besar, sel beroperasi
pada kurva PS, dimana sel beroperasi sebagai sumber tagangan yang konstan atau
tegangan open circuit juka dihubungan dengan hambatan optimal berati sel surya
menghasilkan daya maksimal dengan tegangan maksimal dan arus maksimal.
Seperti terlihat pada Gambar 2.9 berikut :
2.2.4 Inverter
Listrik yang dihasilkan dari Solar System adalah listrik arus searah /
direct current (DC), sedangkan peralatan listrik yang kita gunakan kebanyakan
menggunakan listrik arus tidak searah (alternating current (AC), karena itu agar
peralatan listrik AC kita dapat tepa beroperasi menggunakan listrik hasil dari solar
system, maka harus menggunakan inverter, yaitu alat untuk mengubah arus searah
menjadi arus tidak searah, dan tegangannya disesuaikan dengan tegangan yang
dibutuhkan. inverter berfungsi sebagai pengkondisi tenaga listrik (Power
Condition) dan sistem kontrol yang merubah arus listrik DC yang dihasilkan oleh
modul surya menjadi listrik arus bolak-balik (AC), yang kemudian akan
mengontrol kualitas daya listrik yang dikeluarkan untuk dikirim ke beban atau
jaringan listrik. Terdapat dua macam sistem inverter pada PLTS yaitu inverter
fasa untuk Solar Home System (SHS) yang bebannya kecil dan inverter 3 fasa
untuk sistem PLTS yang besar dan terhubung dengan jaringan PLN. Dapat dilihat
dari Gambar 2.15 berikut :
Gambar 2. 15 Inverter
3) Inverter Bidirectional
Inverter bidirectional atau inverter dua arah adalah jenis inverter yang
memiliki kemampuan ganda yaitu selain mengubah arus DC ke AC juga
dilengkapi dengan kemampuan mengubah arus AC ke DC ini terjadi saat
inverter bidirectional berfungsi sebagai rectifier (charger) yaitu terjadi pada
siang hari saat daya yang dihasilkan PV Array lebih besar dari beban,
inverter bidirectional akan mengubah tegangan AC dari output inverter on-
grid (inverter satu arah) menjadi tegangan DC baterai. Sedangkan fungsi
inverter terjadi saat malam hari dengan mengubah tegangan DC baterai
menjadi AC untuk disalurkan ke beban.
2.2.5 Pengaturan Posisi Panel Surya
Kemampuan sistem tenaga surya photovoltaic untuk menangkap sumber
energi surya pada suatu lokasi dipengaruhi oleh interaksi antara posisi matahari
(sebagai sumber energi) dan posisi modul (sebagai penerima energi). Idealnya,
modul harus menghadap sejajar terhadap matahari, sehingga matahari dalam
posisi tegak lurus terhadap permukaan modul, tetapi karena adanya perubahan
posisi matahari setiap hari dan setiap tahun, dan juga variasi lokasi, maka
perhatian harus difokuskan pada peletakan susunan modul surya. Dalam
menentukan lokasi yang potensial, berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan
untuk mengoptimasi perolehan energi surya:
1. Melihat adanya objek penghalang pada sisi Timur dan sisi Barat.
Apabila pada sisi Timur ada objek penghalang setinggi 1 meter, maka ketika
operasional, PLTS baru dapat memperoleh sinar matahari setelah jam 9 pagi
33
Apabila hal ini tidak terpenuhi, sehingga modul surya menghadap ke arah
Utara, maka akan ada rugi-rugi inklinasi yang di alami. Secara umum, standar
34
aman untuk Indonesia yang dapat digunakan untuk sudut kemiringan adalah
sebesar 6-11 derajat, sesuai dengan letak lintang khatulistiwa Indonesia (6°
LU–11° LS).
4. Melihat lahan efektif.
Apabila pada suatu daerah tidak tersedia lahan yang efektif untuk penempatan
modul surya, maka peletakan di atas atap fasilitas umum (seperti sekolah,
pasar, balai pertemuan, dan kantor desa) dapat menjadi opsi.
2.2.6 Tipe-Tipe Pemasangan PLTS
Terdapat empat tipe pemasangan PLTS yang sering ditemui, yaitu PLTS
stand alone system, PLTS grid connected pv system, PLTS grid connected pv
system with battery backup serta PLTS Hybrid dengan teknologi lainnya; yang
dibedakan berdasarkan karakteristik penyimpanan dayanya. Selain itu, PLTS juga
dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya jaringan distribusi untuk menyalurkan
daya listriknya; yang meliputi PLTS terpusat dan PLTS tersebar/terdistribusi.
1. PLTS Stand Alone Photovoltaic system
PLTS stand alone PV system karena pada sistem ini PLTS menjadi satu-
satunya sumber energi listrik. Di Indonesia, sistem ini banyak di pasang di pulau-
pulau terpencil yang sulit di akses oleh grid (PLN). Sudah ratusan pulau-pulau
kecil di Indonesia yang telah terpasang PLTS Terpusat ini yang memang menjadi
salah satu program pemerintah. Untuk pulau-pulau atau daerah terpencil yang
mendapat bantuan pemerintah umumnya (saat ini) terpasang PLTS stand alone
dengan kapasitas 5, 10, atau 15 kWp. Kapasitas tersebut cukup untuk menerangi
hingga 100 rumah, dengan catatan listrik hanya untuk penerangan dan tidak
dianjurkan untuk televisi (tabung khususnya), kulkas, dll karena dayanya tidak
akan cukup. Dapat dilihat dari Gambar 2.19 berikut :
35
Mulai
Studi Lapangan
Studi Literatur
Tujuan
Pengambilan data
Pengolahan data
Analisa
38
39
A. Studi Lapangan
Pada langkah ini, mahasiswa melakukan pengenalan tentang profil
dari PPSDM Migas yang diperoleh dari penjelasan pembimbing kerja
praktik, operator, dan karyawan-karyawan di PPSDM Migas Cepu
dengan cara asistensi, diskusi, maupun turun langsung mengunjungi unit-
unit yang ada di Kilang dan Utilitas. Dengan adanya langkah ini
mahasiswa akan mendapatkan gambaran apa saja yang ada di lapangan
(PPSDM Migas Cepu). Hal ini, mahasiswa dapat membantu dalam
menentukan topik penelitian berdasarkan permasalahan yang didapat
selama observasi lapangan. Dari permasalahan yang didapat maka akan
didapatkan tujuan penelitian. Observasi lapangan dilakukan pada 5 hari
pertama.
B. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data-data
atau sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang akan
dibahas pada penelitian. Studi literatur dilakukan pada hari selanjutnya yang
dilakukan di laboratorium Listrik I PPSDM Migas Cepu. Data yang
didapatkan dalam studi literatur berupa dasar teori pendukung dan data-
data tambahan mengenai alat dan data hasil dari inverter panel.
C. Pengambilan Data
Pengambillan data dapat dilakukan dengan cara diskusi, wawancara,
observasi lapangan, dan studi literatur. Dalam pengambilan data secara
diskusi dan wawancara dapat dilakukan dengan pembimbing lapangan,
operator, dan staff yang ada di PPSDM Migas Cepu. Sedangkan
pengambilan data secara studi literatur dapat dilakukan dengan cara
mencatat atau mengambil gambar dari panel inverter ataupun
menggunakan buku maupun laporan yang ada di perpustakaan PPSDM
Migas Cepu. Pengambilan data ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 2
minggu.
41
D. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah mengartikan data-data yang didapat dari
lapangan maupun dari studi literatur dan disesuikan dengan permasalahan
yang akan dibahas. Data yang didapatkan dari lapangan dibandingkan
dengan data yang ada dikomputer. Dalam penelitian ini data diolah secara
statistik, dikarenakan data yang didapat berupa narasi dan foto (dalam
bentuk angka). Pengolahan data dapat dilakukan setelah data-data
terkumpul, dalam penelitian ini dilakukan pada pada minggu kedua dan
ketiga.
E. Penyusunan Laporan
Penyusuanan laporan adalah proses penyusunan data-data yang telah
di olah dan penyunan rancangan yang telah dibuat ke dalam sebuah
laporan yang dapat dipahami oleh pembaca. Dalam proses penyusunan
dilakukan berdasarkan format laporan yang telah ditetapkan baik dari
pihak perusahaan maupun Perguruan tinggi (Universitas). Penyusunan
laporan dilakukan pada minggu-minggu terakhir. Dalam penyusunan
laporan juga ditambahkan kesimpulan dan saran.
F. Analisa (evaluasi)
Analisa (evaluasi) dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada
dalam menyelesaikan permasalahan yang menjadi pembahasan pada
penelitian kerja praktik ini. evaluasi dilakukan oleh pembimbing lapangan
dan dosen pembimbing. Pada saat kerja praktik evaluasi dilakukan pada
minggu terakhir.
42
A. Alat
1. Spesifikasi
44
2. Inverter
Inverter berfungsi sebagai pengkondisi tenaga listrik (Power Condition)
dan sistem kontrol yang merubah arus listrik DC yang dihasilkan oleh
modul surya menjadi listrik arus bolak-balik (AC), yang kemudian akan
mengontrol kualitas daya listrik yang dikeluarkan untuk dikirim ke beban
atau jaringan listrik. Terdapat dua macam sistem inverter pada PLTS yaitu
inverter fasa untuk Solar Home System (SHS) yang bebannya kecil dan
inverter 3 fasa untuk sistem PLTS yang besar dan terhubung dengan
jaringan PLN. Inverter adalah sebuah alat yang mampu untuk merubah
listrik DC (direct current) menjadi arus listrik AC (alternating current),
tanpa inverter, listrik yang dihasilkan belum bisa digunakan untuk
kebutuhan perkantoran atau rumah, inverter yang digunakan memiliki
kapasitas total 21kWp dengan tegangan array 469. 5VDC serta memiliki
efisiensi maksimal 98,2% dan memiliki Grid tegangan 310Vac sampai
dengan 480Vac. berikut adalah gambar inverter inverter Sofar Solar 20000
TL 20kW yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut:
46
1. Spesifikasi
Number of MPPT 2
THD <30%
Powere factor >.0,99(adjustable +/0,8)
4. MCCB dan MCB 3 pole 20A sampai dengan 40A (dilihat dari
gambar single line).
6. Current Tranducer
7. Digital Meter
8. LED Indikator
49
9. Koneksi Grounding
10. Label
4. Panel DC combiner
Combiner Box adalah komponen yang penting pada Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena Combiner Box melindung
PLTS dari gangguang-gangguan yang dapat merusak komponen
lainnya di dalam sistem PLTS. Fungsi utama dari Combiner Box
adalah untuk menggabungkan beberapa string panel surya menjadi
satu output yang lalu dihubungkan ke Inverter. Combiner Box
dilengkapi dengan Surge Protection Device yang handal untuk
melindung sistem panel surya dari over voltage contohnya karena
sambaran petir, yang dapat merusak komponen lain apabila tidak
diproteksi. Selain itu, Combiner Box juga membatasi arus dari panel
surya dan memutus arus apabila terjadi over current. Pastikan PLTS
anda telindungi dengan Combiner Box yang tepat agar PLTS dapat
berfungsi dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal. Atau
menggabungkan string string photovoltaic modul agar mendapatkan
arus keluaran photovoltaic yang lebih tinggi, masing-masing string
modul photovoltaic dihubungkan pada busbar yang sama dan
dilindungi secara elektrik maupun mekanis.
Panel DC combiner berfungsi untuk menggabungkan string string
50
1. Busbar
4. Fuse Dc
6. MCB DC 20A
7. Grounding
8. Cable gland
5. Aplikasi BMKG
BMKG adalah aplikasi yang dapat memberi infromasi kepada
pengguna mengenai perkiraan cuaca sampai dengan informasi mengenai
bencana alam secara akurat,pada kesempatan ini,penulis menggunakan
51
aplikasi ini untuk mengetahui temperature atau suhu yang ada pada lokasi
pengambilan data saat melakukan analisa di lapangan. ditunjuukkan pada
Gambar 3.6 berikut :
Gambar 3. 6 Aplikasi BMKG
B. Bahan
65
66
6. AC Combiner
Dalam box AC Combiner berfungsi sebagai singkronisasi arus
listrik dari PLN Genset dan PLTS yang nantinya akan disalurkan ke
beban di laboratorium Listrik PPSDM Migas.
7. Output (Beban)
Output disini dalam artian adalah beban dimana daya listrik arus
DC yang dihasilkan oleh PLTS masuk ke DC Combiner dan Diubah
semirip mungkin dengan arus AC agar dapat digunakan oleh
komponen-komponen elektronik yang ada di laboratorium Listrik
PPSDM Migas. Beban ini juga disuplai arus Listrik dari PLN Jika
PLTS tidak mampu menyumplai daya secara penuh.
V V A A W W V A W Co
422.8 404.1 12.3 4040 4970. 229.4 229.2
08:00 0 0 9.50 0 .00 00 0 0 8670 57
411.1 390.6 16.1 16.1 6630 6310. 228.8 228.1
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12390 69
68
Berdasarkan Table 4.1 Data Monitoring PLTS Hari Pertama, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 8930W pada pukul 11.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul 10.00 sebesar 6550W sedangkan untuk daya
puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar 14780W dengan temperature
modul sebesar 79oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang terjadi pada
pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 2820W dengan temperature modul
sebesar 54oC.
V V A A W W V A W Co
434.8 395.4 12.4 3860 4930. 220.1 224.6
08:00 0 0 8.80 0 .00 00 0 0 8480 58
406.1 399.7 15.6 14.1 6340 5640. 221.9 222.9
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11500 61
395.6 388.1 18.1 15.0 7180 5830. 220.7 223.1
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12470 64
414.6 384.1 23.1 18.6 9590 7170. 224.9 223.2
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 16030 69
69
V V A A W W V A W Co
434.0 400.2 13.1 3990 5260. 223.7 225.1
08:00 0 0 9.10 0 .00 00 0 0 8890 58
411.9 383.5 15.6 16.2 6430 6240. 228.4 226.2
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12190 63
383.1 384.8 21.1 17.4 8110 6700. 231.9 222.1
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14130 70
411.6 398.7 10.3 4240 3110. 227.8 224.3
11:00 0 0 0 7.70 .00 00 0 0 7040 59
365.7 370.3 2900 1950. 231.3 227.3
12:00 0 0 7.90 5.20 .00 00 0 0 4590 65
403.0 387.0 2780 1960. 228.9 226.2
13:00 0 0 6.60 5.00 .00 00 0 0 4510 67
382.8 411.5 21.3 10.2 8190 4200. 230.5 224.6
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11800 60
392.1 391.1 600. 410.0 226.2 224.6
15:00 0 0 1.50 1.00 00 0 0 0 960 42
430.1 414.0 2200 1170. 230.8 227.3
16:00 0 0 5.10 2.80 .00 00 0 0 3180 43
70
Berdasarkan Table 4.3 Data Monitoring PLTS Hari Ketiga, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 8190W pada pukul 14.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul 10.00 sebesar 6700W sedangkan untuk daya
puncak AC Power terjadi pada pukul 10.00 sebesar 14130W dengan temperature
modul sebesar 70oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang terjadi pada
pukul 15.00 dengan total AC power sebesar 960W dengan temperature modul
sebesar 42oC.
V V A A W W V A W Co
431.5 398.1 11.7 3440 4670. 224.5 228.0
08:00 0 0 7.90 0 .00 00 0 0 7800 57
406.1 383.7 15.7 16.2 6390 6260. 225.2 225.3
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12110 67
392.6 373.8 20.0 17.1 7860 6410. 227.7 227.9
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13640 75
375.4 371.8 2410 1890. 223.3 226.7
11:00 0 0 6.40 5.00 .00 00 0 0 4090 69
405.1 401.3 2520 1860. 224.8 226.5
12:00 0 0 6.20 4.60 .00 00 0 0 4150 62
400.2 377.2 22.5 15.2 9020 5740. 230.4 226.9
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14120 78
411.5 395.7 23.0 14.3 9460 5660. 232.9 227.0
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14480 79
340.8 379.8 50.0 229.4 224.8
15:00 0 0 0.10 0.10 0 60.00 0 0 70 47
71
V V A A W W V A W Co
425.3 398.1 13.5 3920 5390. 223.5 225.0
08:00 0 0 9.20 0 .00 00 0 0 8950 58
411.5 405.5 3650 3560. 218.7 224.6
09:00 0 0 8.40 8.20 .00 00 0 0 6900 67
391.7 378.9 19.7 16.9 7720 6430. 222.9 227.0
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13520 75
409.5 407.9 1310 1100. 219.5 223.8
11:00 0 0 3.10 2.70 .00 00 0 0 2270 56
387.6 397.1 2940 1860. 224.3 225.4
12:00 0 0 7.50 4.60 .00 00 0 0 4550 64
407.6 384.7 20.7 14.5 8780 5720. 229.5 229.0
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13890 78
14:00 381.3 396.3 20.9 10.3 7990 4080. 228.0 230.1 11520 73
72
0 0 0 0 .00 00 0 0
410.0 414.3 15.4 6360 2660. 223.4 226.6
15:00 0 0 0 6.40 .00 00 0 0 8620 66
389.3 419.6 2840 1130. 226.1 226.7
16:00 0 0 7.20 2.60 .00 00 0 0 3720 56
Berdasarkan Table 4.5 Data Monitoring PLTS Hari Kelima, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 8780W pada pukul 13.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul 10.00 sebesar 6430W sedangkan untuk daya
puncak AC Power terjadi pada pukul 13.00 sebesar 13890W dengan temperature
modul sebesar 78oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang terjadi pada
pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 3720W dengan temperature modul
sebesar 56oC.
V V A A W W V A W Co
425.2 396.3 10.8 15.0 4590 5950. 227.9 223.3
08:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 10130 60
404.3 392.4 16.3 16.7 6610 6570. 230.1 224.1
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12620 70
385.4 385.0 21.2 18.1 8210 6960. 230.5 223.6
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14480 77
401.6 378.5 22.5 17.9 9040 6800. 232.3 224.5
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 15130 82
402.0 381.0 22.2 16.0 8970 6110. 231.0 225.7
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14380 84
73
V V A A W W V A W Co
430.3 399.0 13.4 3790 5360. 222.0 227.9
08:00 0 0 8.80 0 .00 00 0 0 8780 56
413.2 379.2 14.8 16.1 6110 6130. 219.4 228.7
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11750 63
390.7 373.7 20.2 17.9 7900 6700. 221.4 227.7
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13970 69
387.1 373.8 21.8 16.5 8450 6190. 221.6 225.6
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13970 74
74
V V A A W W V A W Co
419.4 396.8 13.3 3860 5310. 221.5 224.0
08:00 0 0 9.20 0 .00 00 0 0 8790 58
413.2 384.2 15.5 16.9 6410 6510. 225.8 227.5
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12360 62
390.7 370.7 20.7 18.0 8090 6690. 226.4 224.8
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14130 65
11:00 412.8 383.3 22.6 18.6 9350 7160. 230.7 222.2 15750 66
75
0 0 0 0 .00 00 0 0
412.5 375.1 22.7 17.4 9360 6540. 233.5 225.6
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 15210 63
395.5 382.3 22.2 14.0 8800 5380. 230.8 229.3
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13570 67
394.8 406.1 19.8 10.1 7830 4120. 227.3 223.2
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11400 68
404.1 391.3 650. 470.0 223.7 224.0
15:00 0 0 1.60 1.20 00 0 0 0 1040 52
421.5 404.3 500. 430.0 227.2 227.8
16:00 0 0 1.10 1.00 00 0 0 0 870 45
Berdasarkan Table 4.8 Data Monitoring PLTS Hari Kedelapan, terjadi daya
puncak pada DC Power pada PV1 sebesar 9360W pada pukul 12.00 sedangkan
untuk PV2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 11.00 sebesar
7160W sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar
15750W dengan temperature modul sebesar 66oC dan terjadi penurunan pada AC
Power yang terjadi pada pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 870W
dengan temperature modul sebesar 45oC.
V V A A W W V A W Co
433.6 400.6 13.1 3790 5250. 223.2 228.1
08:00 0 0 8.70 0 .00 00 0 0 8680 58
408.2 385.5 14.6 15.0 5990 5800. 222.6 224.2
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11300 68
390.2 372.2 21.8 18.3 8540 6830. 225.8 223.3
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14680 79
76
V V A A W W V A W Co
434.0 391.5 13.8 3880 5430. 223.6 223.7
08:00 0 0 8.90 0 .00 00 0 0 8940 56
411.2 378.3 1460 1590. 223.2 223.1
09:00 0 0 3.50 4.10 .00 00 0 0 2920 58
10:00 399.0 388.9 19.1 16.2 7660 6340. 226.5 225.8 13360 73
77
0 0 0 0 .00 00 0 0
380.0 382.2 21.2 15.4 8070 5900. 227.3 222.4
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13340 79
383.2 381.8 15.7 10.7 6000 4060. 227.5 225.7
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 9610 75
373.0 392.0 3130 2000. 225.4 225.2
13:00 0 0 8.30 5.00 .00 00 0 0 4870 70
414.3 417.0 730. 580.0 225.8 224.2
14:00 0 0 1.70 1.30 00 0 0 0 1230 49
415.3 403.5 450. 400.0 226.6 227.9
15:00 0 0 1.00 1.00 00 0 0 0 780 45
417.8 415.6 720. 520.0 228.5 225.4
16:00 0 0 1.70 1.20 00 0 0 0 1160 44
Berdasarkan Table 4.10 Data Monitoring PLTS Hari Kesepuluh, terjadi daya
puncak pada DC Power pada PV1 sebesar 8070W pada pukul 11.00 sedangkan
untuk PV2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 10.00 sebesar
6340W sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 10.00 sebesar
13360W dengan temperature modul sebesar 73oC dan terjadi penurunan pada AC
Power yang terjadi pada pukul 15.00 dengan total AC power sebesar 780W
dengan temperature modul sebesar 45oC.
V V A A W W V A W Co
426.1 399.3 13.3 3800 5330. 224.6 229.5
08:00 0 0 8.90 0 .00 00 0 0 8760 58
412.9 388.1 15.8 17.1 6540 6640. 228.8 230.3
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12620 66
78
PLN dan back-up Genset dinilai sangat tepat karena dengan adanya 2
sumber atau lebih dapat menjaga ketersediaan energi baik saat mendung
maupun PLN padam, sistem PLTS On-Grid cocok digunakan pada area
perkantoran dimana perkantoran hanya beroperasi pada rentang waktu
antara 08.00 sampai dengan 16.00 dimana PLTS on-grid ini hanya
beroperasi pada saat adanya radiasi cahaya matahari. Pada penempatan
modul panel surya sendiri terdapat di rooftop lantai gedung laboratorium
listrik PPSDM MIGAS dimana jauh dari gangguan pohon-pohon tinggi
yang bisa menghambat atau menutupi photovoltaic terhadap adanya
radiasi sinar matahari.
Berdasarkan tabel hasil monitoring data PLTS diatas daya panel
surya yang dihasilkan berbeda–beda, tergantung pada intensitas radiasi
matahari yang dihasilkan dan menyinari panel surya tersebut. Untuk daya
tertinggi AC Output Total Power terjadi pada suhu panel modul 73 oC yaitu
sebesar 16030 W daya tertinggi ini terjadi pada jam 11.00 dan untuk daya
terendah terjadi pada temperatur panel modul 40oC dengan daya sebesar
70 W,daya terendah tersebut terjadi pada jam 15.05 dan untuk malam hari
PLTS ini off.
PLTS yang terdapat di laboratorium PPSDM MIGAS terjadi
kenaikan daya apabila temperature panel modul berada di 60oC hingga
75oC dan apabila suhu dibawah 50oC maka daya akan turun begitupun
terjadi hal yang sama pada tegangan (V) dan arus (A) pada Photovoltaic 1
maupun Photovoltaic 2.
suhu sel 25oC dan radiasi 1000W/M2 dengan Air massa yaitu ketebalan
atsmosfer didaerah ekuator massa udara = 1 tetapi di eropa 1,5. Hal ini
sesuai dengan radiasi dan spektrum kejadian sinar matahari pada hari yang
cerah pada kemiringan permukaan 37o yang menghadap matahari dengan
sudut 41,81o diatas cakrawala.
Photovoltaic 1
𝑃𝑖𝑛 = 1000W/M2 x 7.365m2
= 7.365,000 W
Photovoltaic 2
𝑃𝑖𝑛 = 1000W/M2 x 4.910m2
= 4.910,000 W
= 226,79 V 𝑥 14,10 A
82
= 3.197 watt
Photovoltaic 1
3917
= x 100 %
7365.000
= 0,5318 x 100
= 53,18%
Photovoltaic 2
3917
= x 100 %
4910,000
= 0,7977 x 100
= 79,77%
9218
= x 100%
5684+ 4264
83
=0,926 x 100
=92,6%
5.1 Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan dari penelitian kerja praktik ini:
1. Energi yang dihasilkan Sel surya untuk menyuplai beban tidak sama setiap
waktunya, hal ini tergantung pada intensitas cahaya matahari dan dimana
sistem yang digunakan adalah sistem On-Grid yang bekerja bersamaan
dengan PLN dan di back-up menggunakan Genset (Generator set) dengan
adanya sistem tersebut dinilai sangat tepat karena dengan adanya 2 sumber
dapat menjaga ketersediaan energi baik saat kondisi PLTS tidak dalam
performa yang baik maupun saat PLN padam yang nantinya di back-up
dengan genset (Generator set) jadi energi listrik tetap tersedia untuk
menghidupkan beban di gedung laboratorium listrik.
2. Berdasarkan data lapangan maka diperoleh Untuk daya tertinggi AC Output
Total Power terjadi pada suhu panel modul 73oC yaitu sebesar 16030 W daya
tertinggi ini terjadi pada jam 11.00 dan untuk daya terendah terjadi pada
temperature panel modul 47oC dengan daya sebesar 70 W ,daya terendah
tersebut terjadi pada jam 15.00 dan untuk malam hari PLTS ini off. hal ini
disebabkan karena adanya faktor cuaca dan pada kondisi jam tersebut
intesitas cahaya matahari juga sudah berkurang.
3. Efisiensi dari PLTS sendiri sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya.
Apabila salah satu komponen penyusunnya sendiri mengalami penurunan
performansi, maka efisiensi dari PLTS akan menurun sehingga
mengakibatkan produksi dari listrik akan menurun.Berdasarkan data
perhitungan efisiensi diatas efisiensi yang loss pada Photovoltaic1 sebesar
53,18% dan Photovoltaic2 sebesar 79,77% sedangkan efisiensi total sebesar
39,39% jadi efisiensi pada PLTS dilaboratorium listrik sebesar 39,39%. Jadi
dari data perhitungan efisiensi panel surya tersebut tergolong baik dimana
85
86
standar minimal yaitu sebesar 16% seperti yang ditetapkan pada Peraturan
Mentri ESDM dan persyaratan pengadaan barang yang lazim dilakukan oleh
pemerintah.
5.2 Saran
87