Anda di halaman 1dari 81

RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI BERBASIS ARDUINO UNO

MENGGUNAKAN SENSOR MOISTURE DAN AKTUATOR

LAPORAN TUGAS AKHIR

KHORI PAMUNGKAS
5170711068

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2021
RANCANG BANGUN SISTEM IRIGASI BERBASIS ARDUINO UNO
MENGGUNAKAN SENSOR MOISTURE DAN AKTUATOR

Disusun oleh

KHORI PAMUNGKAS

5170711068

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal ................................

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda tangan Tanggal


Fredi Prima Sakti, S.Pd., Ketua Penguji
M.Eng.
............................. ................
NIK ..................

MS Hendriyawan A., S.T., Penguji I


M.Eng., Ph.D.
............................. ................
NIK..............

Satyo Nuryadi, S.T. M.Eng. Penguji II


NIK ..................... (Dosen ............................. ................
Pembimbing)
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

Nama : Khori Pamungkas

NIM : 5170711068

Program Studi : Teknik Elektro

Program : Sarjana

Fakultas : Sains Dan Teknologi Informasi

Menyatakan bahwa tugas akhir dengan Judul RANCANG BANGUN SISTEM


IRIGASI BERBASIS ARDUINO UNO MENGGUNAKAN SENSOR
MOISTURE DAN AKTUATOR ini adalah karya ilmiah asli saya dan belum
pernah dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang tertulis sebagai acuan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari, karya
saya disinyalir bukan merupakan karya asli saya, maka saya bersedia menerima
konsekuensi apa yang diberikan Program Studi Sistem Komputer Fakultas
Teknologi Informasi dan Elektro Universitas Teknologi Yogyakarta.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, …………………..

Penulis,

Khori Pamungkas
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang selalu


melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
Tugas Akhir (TA) di PPSDM MIGAS dan menyelesaikan penyusunan laporan
tugas akhir merupakan persyaratan salah satu mata kuliah Program Studi S1
Teknik Elektro di Universitas Teknologi Yogyakarta. Banyak hal yang penulis
dapatkan pada tugas akhir ini. Bukan hanya ilmu baru dan aplikasinya, namun
wawasan mengenai dunia kerja dan industri. Atas tersusunnya laporan tugas
akhir ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
dan bimbingan yang telah diberikan kepala.
1. Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat melaksanakan tugas akhir dan menyelesaikan
laporan tugas akhir ini.
2. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberi dukungan semangat dan
memberikan bantuan berupa moral dan material.
3. Dr. Bambang Moertono Setiawan, M.M., C.A., Akt., selaku Rektor
Universitas Teknologi Yogyakarta.
4. Endy Marlina, Dr.,MT., selaku Dekan Fakultas Sains & Teknologi.
5. Bapak Fredi Prima Sakti, S.Pd., M.Eng., selaku ketua prodi S-1 Teknik
Elektro dan dosen pembimbing kerja praktik.
6. Seluruh staff yang berada dilingkungan Program Sarjana Teknik Elektro,
Fakultas Sains & Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta yang
membantu mengurus administrasi.
7. Bapak Fredi Prima Sakti, S.Pd.,M.Eng., selaku ketua prodi S-1 Teknik
Elektro Fakultas Teknologi Informasi dan Elektro, Universitas Teknologi
Yogyakarta.
8. Bapak Satyo Nuryadi, S.T. M.Eng., selaku dosen pembimbing kerja
praktik di kampus Universitas Teknologi Yogyakarta.
9. Seluruh staff yang berada dilingkungan Program Sarjana Teknik Elektro,
Fakultas Teknologi Informasi dan Elektro, Universitas Teknologi
Yogyakarta yang membantu mengurus administrasi.
10. Teman-teman Teknik Elektro Fakultas Teknik Informasi dan Elektro
Universitas Teknologi Yogyakarta.
11. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan tugas akhir ini,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan laporan tugas akhir
ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya. Semoga laporan
Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca dan semoga kita
semua dilindungi oleh rahmat-Nya.

Yogyakarta , 15 Maret 2021

Khori Pamungkas
5170711068
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah...........................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.........................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
BAB III METEODOLOGI ...........................................................................................37

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk
kebutuhan manusia salah satunya di bidang pertanian. Sebagian
besar masyarakat Indonesia bermata pencarian sebagai petani yang
menggunakan sungai, waduk, danau, dan sumur untuk sumber air
utama. Namun dengan bertambahnya jumlah penduduk yang cukup
tinggi sudah pasti kebutuhan akan makanan dan air juga semakin
meningkat. Kebutuhan air untuk pertanian akan menjadi lebih
penting melihat kondisi dari pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat karena secara tidak langsung kebutuhan makanan pokok
penduduk juga mengalami peningkatan. Dalam hal ini, peningkatan
produksi dalam bidang pertanian harus optimal.

Pertanian merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan


untuk menghasilkan bahan pangan dan bertahan hidup. Pertanian
dapat dilakukan manusia dengan memanfaatkan sumber hayati di
alam dan mengelolanya dengan baik. Dalam proses menopang
peningkatan hasil produksi pertanian maka dibutuhkan sistem
irigasi. Irigasi adalah sistem pertanian yang dipergunakan untuk
mengairi suatu lahan dengan cara membendung sumber air. Atau
dalam pengertian lain irigasi ialah usaha penyediaan, pengaturan,
serta pembuangan air untuk menunjang pertanian, khususnya dalam
pengertian sawah pertanian. Pengelolaan air di kawasan pertanian
dimaksudkan agar produktivitas lahan menjadi meningkat dengan
memberikan fasilitas irigasi dan drainase. Kemampuan lahan untuk
dapat berproduksi sepanjang tahun menjadi tujuan utama irigasi
sehingga lahan dapat mensuplai bahan baku hasil pertanian untuk

1
2

keperluan industri pengolahan. Drainase sangat menentukan


keberhasilan panen pada musim penghujan. Tanpa adanya
ketersediaan air yang cukup, maka tanaman yang dibudidayakan
tidak akan tumbuh dan berproduksi secara optimal. Pasokan air
irigasi yang mengaliri lahan pertanian juga harus cukup jika aliran
air terlalu banyak maka lahan pertanian akan mengalami genangan
air berlebih dan akan mengakibatkan kegagalan dalam panen. Maka
dari itu dengan adanya sistem irigasi ini akan mempermudahkan
para petani dalam mengatasi atau menjaga lahan tanah genangan air
yang berlebih dan kekurangan air sekalipun, dan ini dapat membantu
juga mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau
maupun hujan. Akibat ini dapat menyuburkan kandungan tanah
dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur dan zat–zat hara
penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah
menjadi subur.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka


solusi yang bias dilakukan untuk dapat membantu para pengelola
lahan persawahan untuk 3 melakukan monitoring irigasi adalah
menciptakan alat yang berperan sebagai media monitoring dan
pengkontrolan yang akan dibuat dalam tugas akhir yang berjudul
“RANCANG BANGUN PURWARUPA SMART IRRIGATION
BERBASIS ARDUINO UNO MENGGUNAKAN SENSOR
MOISTURE DAN AKTUATOR.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, didapat beberapa permasalahan
yang akan dibahas pada tugas akhir ini diantaranya :
1. Bagaimana prinsip kerja dan fungsi dari setiap komponen yang digunakan?
2. Bagaimana cara memberikan perintah bahasa program melalui arduino
uno?
3

3. Bagaimana dapat merangkai sebuah protipe sistem pengairan atau irigasi


secara otomatis?
1.3 Batasan Masalah
Dalam proyek tugas akhir ini, penulis hanya membahas
mengenai batasan masalah yaitu bagaimana mengirigasi sawah
secara otomatis akibat dari dampak tanah yang dalam kondisi
kekurangan air.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun beberapa tujuan dari penulis yang ingin dicapai dalam
tugas khusus tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Memahami prinsip kerja dari fungsi dari setiap komponen yang digunakan.
2. Menggunakan bahasa pemrograman untuk mengirimkan perintah pada
komponen-komponen dengan menggunakan arduino uno.
3. Membuat sebuah protipe sistem irigasi atau pengairan secara otomatis
dengan memanfaatkan komponen-komponen yang digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian


Dari alat yang saya rancang ini bernama Sistem irigasi
otomatis ini berguna untuk masyarakat khususnya bagi para petani
pada saat musim yang tidak diperkirakan sehingga para petani tidak
perlu mengeluarkan banyak tenaga. Dengan adanya sistem ini dapat
mendeteksi kondisi tanah yang memerlukan air sehingga pada masa
kekurangan air dapat diatasi dengan sistem irigasi otomatis ini.

1.6 Sistematika penulisan


Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini maka perlu ditentukan
sistematika penulisan yang baik. Sistematika penulisannya adalah
4

sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Dalam bab ini terdapat informasi–informasi tentang hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk menjadikan acuan
dan dasar penelitian serta memuat tentang landasan teori komponen-
komponen yang digunakan dalam perancangan alat.

BAB III METODOLOGI


Dalam bab ini terdapat metode yang digunakan dalam
penelitian yang meliputi perancangan alat, pembuatan alat, dan cara
pengambilan data.
BAB IV : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Dalam bab ini dibahas mengenai perancangan sistem
penelitian dan menganalisa hasil yang didapat dari hasil uji coba
sistem.
BAB V : IMPLEMENTASI SISTEM
Dalam bab ini membahas hasil pengujian dan penelitian sistem
yang dilakukan dalampenyusunan tugas akhir serta membahas
tentang cara kerja sistem secara keseluruhan.
BAB VI : PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan yang memuat uraian singkat
tentang hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan tujuan
penelitian serta saran untuk penelitian yang lebih lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Perusahaan


2.1.1 Sejarah dan Profil
a. Sejarah
Lapangan minyak yang ada di Indonesia termasuk cukup banyak di
berbagai daerah dan salah satunya yang sudah lama adalah lapangan
minyak di Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah yang pertama kali
ditemukan oleh seorang insinyur dari Belanda bernama Andrian Stoop
pada tahun 1886. Daerah Cepu berlokasi di perbatasan antara Jawa Tengah
dan Jawa Timur.
Perkembangan sejarah Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas
Bumi, telah mengalami pergantian nama sejak ditemukan minyak di Cepu
sampai sekarang. Pada awal berdirinya sekitar abat ke-XIX tempat ini
diberi nama DPM (Dordtsche Petroleum Maarschappij).
Beberapa hal yang dilakukan di PPSDM MIGAS ini adalah Pelaksanaan
pengelolaan sarana prasarana dan informasi Pengembangan Sumber Daya
Manusia di bidang Minyak Dan Gas Bumi; Pemantauan, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan tugas di bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia Minyak Dan Gas Bumi; dan Pelaksanaan administrasi Pusat
Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi serta
memberikan sertifikasi atau pendidikan dan pelatihan di bidang minyak
dan gas dengan standard dan akreditasi.
Selain di terangkan di atas, sejarah mencatat bahwa perkembangan
perminyakan di Cepu dapat diuraikan dalam tiga periode, yaitu :
1. Periode Zaman Hindia Belanda (Tahun 1886 – 1942)
Pada zaman ini eksplorasi minyak bumi di Indonesia dimulai tahun
1870 oleh P. Van Dijk, seorang insinyur belanda di daerah Purwodadi,
Semarang, melalui pengamatan rembesan minyak di permukaan.

5
6

Di daerah Cepu Jawa Tengah terdapat konsesi minyak, yaitu suatu


kota kecil di tepi Bengawan Solo, yang bernama Panolan, diresmikan
pada tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB. Verseegh. Kemudian beliau
menyewakannya kepada perusahaan DPM (Dordtsche Petroleum
Maatschappij) di Surabaya dengan membayar ganti rugi sebesar
F.10000 dan F.0,1 untuk setiap peti (37,5 liter minyak tanah dari hasil
pengilangannya). Penemuan sumur minyak bumi bermula di desa Ledok
oleh Mr. Adrian Stoop pada januari 1893, ia menyusuri Bengawan Solo
dengan rakit dari Ngawi menuju Ngareng (Cepu), dan akhirnya memilih
Ngareng (Cepu) sebagai tempat pabrik penyulingan minyak dan
sumurnya di bor pada Juli 1893. Daerah tersebut kemudian dikenal
dengan nama Kilang Cepu. Selanjutnya berdasarkan akta No. 56 tanggal
17 maret 1923 DPM diambil alih oleh BPM (Bataafsche Petroleum
Maatschappij), yaitu perusahaan minyak Belanda.
Pada masa ini terdapat beberapa kali pergantian nama, sebagai berikut :

 Pada awal abat ke-19 bermula bernama DPM (Dordtsche


Petroleum Maarschappij).
 Kemudian berubah menjadi BPM (Betaafsche Petroleum
Maatschappij) pada tahun 1886 – 1942.
2. Periode Zaman Jepang (Tahun 1942 – 1945)
Periode zaman Jepang, dilukiskan tentang peristiwa penyerbuan
tentara Jepang ke Indonesia pada perang Asia Timur yaitu keinginan
Jepang untuk menguasai daerah-daerah yang kaya akan sumber minyak,
untuk keperluan perang dan kebutuhan minyak dalam negeri
Jepang.Terjadi perebutan kekuasaan Jepang terhadap Belanda, para
pegawai perusahaan minyak Belanda ditugaskan untuk menangani
taktik bumi hangus instalasi penting, terutama Kilang minyak yang
ditujukan untuk menghambat laju serangan Jepang. Namun akhirnya,
Jepang menyadari bahwa pemboman atas daerah minyak akan
merugikan pemerintah Jepang sendiri.Sumber-sumber minyak segera
7

dibangun bersama oleh tenaga sipil Jepang, tukang-tukang bor sumur


tawanan perang dan tenaga rakyat Indonesia yang berpengalaman dan
ahli dalam bidang perminyakan, serta tenaga kasar diambil dari
penduduk Cepu dan daerah lainnya dalam jumlah besar.
Lapangan minyak Cepu masih dapat beroperasi secara maksimal
seperti biasa dan pada saat itu Jepang pernah melakukan pengeboran
baru di lapangan minyak Kawengan, Ledok, Nglobo dan Semanggi.
3. Periode Zaman Kemerdekaan (Tahun 1945)
Zaman kemerdekaan, Kilang minyak Cepu mengalami beberapa
perkembangan, sebagai berikut :
a. Periode 1945 – 1950
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, kilang
minyak Cepu diambil alih oleh Indonesia. Pemerintah kemudian

mendirikan Perusahaan Tambang dan Minyak Nasional (PTMN)


berdasarkan Maklumat Menteri Kemakmuran No. 5. Pada bulan
Desember 1949 menjelang 1950 setelah adanya penyerahan
kedaulatan, pabrik minyak Cepu dan lapangan Kawengan diserahkan
dan diusahakan kembali oleh BPM.
b. Periode 1950 – 1951
Kilang Cepu dan lapangan minyak Kawengan dikuasai oleh BPM.
Namun, lapangan minyak lain seperti Ledok, Nglobo dan Semanggi
tetap dipertahankan oleh pemerintah RI yang pelaksanakaannya
dilakukan oleh ASM (Administrasi Sumber Minyak), tetapi pada
tahun 1951 discrahkan kembali kepada pemerintah RI.
c. Periode 1951 – 1957
Pada tahun 1951 perusahaan minyak lapangan Ledok, Nglobo,
Semanggi diserahkan kepada pemerintah sipil oleh ASM. Untuk
kepentingan terscbut dibentuk panitia kerja yaitu Badan
Penyelenggaraan Perusahaan Negara di bulan Januari 1951, yang
kemudian melahirkan Perusahaan Tambang Minyak Republik
Indonesia (PTMRI).
8

d. Periode 1957 – 1961


Tahun 1961 PTMRI berganti menjadi Tambang Minyak Nglobo
CA (Combie Anexis) dan mengalami banyak kemajuan.
e. Periode 1961 – 1966
Pada tahun 1961, Tambung Minyak Nglobo CA diganti menjadi
PERMIGAN (Perusahaan Minyak dan Gas Negara). Permurnian
minyak dilapangan minyak Ledok dan Nglobo dihentikan. Pada
Tahun 1962, kilang Cepu dan Lapangan Kawengan dibeli oleh
perusahaan RI dari Shell dan diserahkan ke PN PERMIGAN.
f. Periode 1966-1978
Rangkaian peristiwa pada Gerakan 30 September 1965
menyebabkan PN PERMIGAN dibubarkan. Dalam
perkembangannya fasilitas kilang dan lapangan minyak di sekitar
Cepu ditetapkan sebagai Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan
Perindustrian Minyak dan Gas

(PUSDIKLAP MIGAS) dan ditempatkan di bawah Lembaga


Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS). Pada tanggal 7 Februari 1967
berdiri Akademi Minyak dan Gas (AKAMIGAS) angkatan pertama.
g. Periode 1978-1984
Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 646
tanggal 26 Desember 1977 PUSDIKLAP MIGAS yang merupakan
bagian dari LEMIGAS (Lembaga Minyak dan Gas Bumi) diubah
menjadi bagian dari Direktorat Jendral Minyak dan Gas dan berganti
nama menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi LEMIGAS (PPT MGB LEMIGAS).

PPT MGB LEMIGAS mengalami kesulitan-kesulitan dalam


memasarkan produk berupa naphta, filter oil dan residu.sehingga
kadang- kadang Kilang harus berhenti beroperasi disebabkan semua
tangki penuh. Sejak tahun 1979, spesifikasi yang ditetapkan
pemerintah lebih tinggi sehingga pemasaran produk menjadi lebih
9

sulit.
h. Periode 1984-2001
Keberadaan PPT MIGAS ditetapkan berdasarkan Kepres No.
15/1984 tanggal 18 Maret 1984 dan struktur organisasinya ditetapkan
berdasarkan surat keputuan Menteri Pertambangan dan Energi No.
1092 tanggal 15 November 1984. Kedudukan PPT MIGAS dibawah
direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, Departemen Pertambangan
dan Energi, yang merupakan pelaksana teknis MIGAS di bidang
pengembangan tenaga perminyakan dan Gas Bumi.
i. Periode 2001 – 2016
Dengan adanya perubahan struktur di lingkungan pemerintah,
maka berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) No.150 tahun 2001 tanggal 2 Maret 2001 maka PPT
MIGAS berganti nama menjadi PUSDIKLAT MIGAS yang
bertanggung jawab langsung kepada Bidang Diklat Energi dan
Sumber Daya Mineral dan telah diperbarui dengan Peraturan Menteri
ESDM No. 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010.
j. Periode 2016 – Sekarang
Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2016, dan di
Undangkan pada tanggal 24 Mei 2016. Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, maka
Pusdiklat MIGAS berganti nama menjadi Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi.

b. Profil
10

Gambar 2. 1 Logo Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Berikut merupakan profil singkat dari Pusat Pengembangan Sumber


Daya Manusia, Minyak Dan Gas Bumi :

Nama Perusahaan : Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia,


Minyak Dan Gas Bumi (PPSDM MIGAS).

Alamat Perusahaan :Jalan Sorogo No. 1 Cepu, Kecamatan Cepu,


Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Kode Pos 58315.

Email : informasi@pusdikatMIGAS.com

Website : www.pusdiklatMIGAS.esdm.go.id

Tanggal berdiri : 4 Januari 1966, berdasarkan SK Menteri Urusan


Minyak dan Gas Bumi No. 05M/MIGAS/1966.
Fasilitas : Kilang, Fire safety, Laboratorium Dasar, Lab.
Simulator Pemboran, Lab. Simulator Produksi, Lab.
Instrumentasi,Lab. Listrik I dan II, Boiler, Power
Plant, Water Treatment, Gedung sertifikasi,
Perpustakaan, Klinik, Wisma dan Sarana Olahraga.
Struktur Organisasi.

2.1.1.1 Lokasi PPSDM Migas Cepu


Pusat Pengembangan Sumber Daya manusia Minyak dan Gas
Bumi berlokasi di Jalan Sorogo 1, Kelurahan Karangboyo, Kecamatan
Cepu, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah dengan areal sarana dan
prasarana pendidikan dan pelatihan seluas 120 hektar. Di tinjau dari segi
geografis dan ekonomis, lokasi tersebut cukup strategis karena
didukung oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Lokasi praktek
11

Lokasi PPSDM MIGAS berdekatan dengan lapangan minyak milik


Pertamina, Exxon Mobil Cepu Limited, Petrochina, tambang rakyat
Wonocolo serta singkapan-singkapan geologi, sehingga memudahkan
peserta diklat untuk melakukan field study.
2. Sarana transportasi
Kota Cepu dilewati oleh jalur kereta api yang Surabaya - Jakarta dan
jalan raya yang menghubungkan kota - kota besar di sekitarnya,
sehingga memudahkan untuk bepergian
3. Letaknya yang berbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Gambar 2. 2 Peta Lokasi PPSDM MIGAS


.

2.1.2 Struktur Organisasi


Struktur organisasi yang ada di PPSDM MIGAS terdiri dari pimpinan
tertinggi sebagai kepala PPSDM MIGAS, Kepala PPSDM MIGAS
membawahi kepala bagian dan kepala bidang yang bertugas memimpin
unit-unit di PPSDM MIGAS.

Kepala bagian dan kepala bidang membawahi sub, bagian dan sub.
bidang dari unit-unit yang terkait. Di setiap unit terdapat pengawas unit
dan pengelola unit yang dipimpin oleh sub bagian masing-masing unit.
12

Selain itu, dalam kegiatan operasional PPSDM MIGAS setiap unit


memiliki masing masing karyawan atau bawahan yang handal dalam setiap
masing-masing bidang yang dijalankan.
Gambar 2. 3 Struktur Organisasi PPSDM MIGAS.
13

2.1.3 Unit Usaha


A. Unit Keselamatan Kerja Dan Pemadam Kebakaran
Dalam industri perminyakan dan gas bumi keselamatan kerja
merupakan hal yang penting. Oleh karena itu, PPSDM MIGAS
mendirikan bagian khusus yang menangani keselamatan kerja yaitu
Fire and Safety Unit. Unit ini bertugas untuk menunjang keselamatan
kerja di lingkungan PPSDM MIGAS dengan melakukan perlindungan
terhadap sarana-sarana kerja atau unsur pokok produksi antara lain
manusia, mesin, material, waktu, serta kepercayaan terhadap
perusahaan
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Definisi dari keselamatan kerja adalah segala upaya atau
pemikiran yang ditunjukan untuk menjamin kebutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya untuk
meningkatkan kesehatan tenaga kerja menuju masyarakat adil dan
makmur.
Tujuan keselamatan kerja berdasarkan Undang-Undang
Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 adalah :
a. Agar semua orang, baik pekerja aupun orang lain yang berada
di tempat kerja selalu dalam kondisi sehat jasmani dan
selamat.
b. Agar proses produksi dapat berjalam secara efektif dan efesien
c. Agar sumber produkdi berjalan dengan lancar dan aman.
Hal hal yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dibagi menjadi
dua macam, yaitu :
a. Tindakan yang tidak aman (unsafe action)
Perbuatan atau tindakan manusia yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja misalnya sebagai berikut :
1) Menggunakan peralatan atau perkakas yang tidak
14

sesuai kegunaannya.
2) Kelalaian atau kecerobohan.
3) Kegagalan dalam menggunakan alat pelindung diri (APD).
4) Tidak menaati prosedur maupun peraturan, dll.
b. Kondisi atau keadaan yang tidak aman (unsafe condition)
Terdapat berbagai keadaan atau kondisi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan, antar lain :
1) Mesin atau perkakas tanpa pelindung.
2) Peralatan rusak atau tidak standar.
3) Tempat kerja kotor, licin, bising.
4) Adanya bahan berbahaya atau beracun (B3) atau radiasi, dll.
Menurut peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1979, kecelakaan
kerja dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1) Kecelakaan Ringan
Suatu kecelakaan yang terjadi namun tidak sampai menimbulkan
hilangnya jam kerja atau hari kerja.
2) Kecelakaan Sedang
Suatu kecelakaan yang terjadi sehingaga menimbulkan hilangnya
jam kerja, tetapi tidak menimbulkan cacat jasmani.
3) Kecelakaan Berat
Suatu kecelakaan yang sangat fatal sehingga terjadi cacat rohani
dan jasmani.
4) Kecalakaan Meninggal
Suatu kecelakaan yang terjadi sehingga menyebabkan hilangnya
nyawa pekerja seketika atau 24 jam setelah kejadian.
Upaya pencegahan dan penaggulanga kecelakaan kerja dilakukan
dengan cara :
1) Menghindari resiko terjadinya kecelakaan kerja.
2) Mengetahui cara pengunaan alat keamanan yang ada.
15

3) Segera melaporkan ke bagian pemadam kebakaran jika terdapat


bahaya api.
4) Dapat menyampaikan penyebab terjadinya kebakaran.
2. Pemadam Kebakaran
Pada industri minyak dan gas bumi, bahaya kebakaran dapat
terjadi setiap waktu. Oleh karena itu, alat pemadam api harus
tersedia di tempat- tempat yang strategis dan dalam jumlah yang
memadai. Kebakaran dapat terjadi bial terdapat bahan bakar,
oksigen dan sumber api atau panas dalam konsentrasi yang tepat.
Hal-hal yang dapat menyebabkan kebakaran antara lain:
a. Nyala api dan bahan berpijar.
b. Reaksi kimia.
c. Zat bahan yang mudah meledak.
d. Gesekan benda-benda logam.
e. Kerusakan jaringan listrik.
Upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran :
a. Menghindari benda-benda yang mudah terbakar.
b. Membuat bangunan tahan api.
c. Mencegah kecelakan lain yang mungkin terjadi akibat panik.
d. Mengadakan pengawasan secara teratur dan berkala.
3. Keamanan PPSDM MIGAS
Mengingat kompleksnya kegiatan yang terdapat di PPSDM
MIGAS baik proses industri, kegiatan pengajaran dan segala jenis
kegiatan lainnya, unit keamanan PPSDM MIGAS memiliki peran
yang penting untuk menjaga keamanan dan stabilitas kerja di
PPSDM MIGAS. Secara umum unit keamanan memiliki 4 macam
objek pengamanan yaitu pengamanan personil, pengamanan
material, pengamanan informasi dan pengamanan operasional.
16

4. Fire Safety PPSDM MIGAS


Unit K3LL (Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindungan
Lingkungan) dibentuk dengan tujuan untuk mencegah dan
menanggulangi segala sesuatu yang menyebabkan kecelakaan kerja
yang mempengaruhi terhadap proses produksi, sehingga sumber-
sumber produksi dapat digunakan secara efisien dan produksi dapat
berjalan lancar tanpa adanya
hambatan yang berarti.Unit K3LL PPSDM MIGAS
mempunyai tugas yang meliputi :
1) Tugas rutin
a. Menyusun rencana pencegahan terhadap kecelakaan kerja.
b. Melakukan inspeksi secara berkala atau khusus.
c. Melakukan pemeriksaan alat-alat pemadam kebakaran.
d. Mengadakan safety trainning baik kepada personil pemadam
api maupun pegawai biasa.
2) Tugas Non Rutin
a. Melaksanakan pelayanan pemadam api dan keselamatan kerja
diluar PPSDM MIGAS.
b. Melakukan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja yang suma.
c. Menanamkan kesadaran kepada semua pegawai akan
pentingnya pencegahan kebukuran dan keselamatan kerja.
d. Melakukan kampanye keselamatan kerja kepada para pegawai.
B. Unit Boiler
Di dalam suatu industri minyak, boiler sangat diperlukan untuk
menunjang proses kilang. Boiler atau ketel uap adalah suatu bejana
tertutup yang terbuat dari baja yang digunakan untuk mengubah air
menjadi uap atau dengan kata lain mentransfer panas yang dihasilkan
oleh pembakaran bahan bakar sehingga berubah wujud menjadi uap.
Boiler di PUSDIKLAT MIGAS CEPU berjumlah 3 (tiga) unit terdiri
17

dari :
a) 2 (dua) unit Boiler type AL-LSB-6000 dengan masing-masing
memiliki kapasitas sebesar 6 ton/jam.
b) 1 (satu) unit Boiler Wanson yang memiliki kapasitas sebesar 6,6
ton/jam.
Dalam pengoperasiannya, Boiler di PUSDIKLAT MIGAS CEPU
hanya dioperasikan 1 unit saja karena kebutuhan steam untuk kilang
sudah tercukupi.
C. Unit Perpustakaan
Perpustakaan PPSDM MIGAS mempunyai sistem pelayanan terbuka
(Open Access) yang meliputi:
a. Pelayanan reguler (Mahasiswa AkaMIGAS, Pegawai dan Dosen).
b. Pelayanan non reguler (Peserta kursus, praktekan).
Koleksi perpustakaan antara lain: buku-buku diklat, majalah ilmiah,
laporan penelitian, skripsi, ebook, laporan kerja praktek dan bahan audio
visual.
Sejarah berdirinya perpustakaan PPSDM MIGAS erat kaitannya dengan
berdirinya AkaMIGAS yang pada awalnya terkenal dengan nama AMGB
(Akademi Minyak dan Gas Bumi). AkaMIGAS yang berdirinya pada tahun
1967 sebagai salah satu wadah untuk membina kader-kader perminyakan
nasional yang siap pakai.Adapun tugas-tugas perpustakaan PPSDM
MIGAS yaitu:
a. Melakukan perencanaan, pengembangan koleksi yang mencakup buku,
majalah ilmiah, laporan penelitian, skripsi, laporan kerja praktek, diklat
hand out serta bahan audio visual.
b. Melakukan pengolahan dan proses pengolahan bahan pustaka meliputi
refrigerasi/inventaris, katalogisasi, klasifikasi, shelfing dan filing.
c. Laporan penggunaaan laboratorium bahasa untuk mahasiswa
AkaMIGAS, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan lain-lain.
d. Layanan audio visual pemutaran film dan kaset video ilmiah untuk
18

mahasiswa AkaMIGAS, pegawai, dosen, instruksi, peserta khusus dan


lain-lain.
e. Layanan kerjasama antara perpustakaan dan jaringan informasi nasional.
D. Laboratorium Dasar
PPSDM MIGAS memilki Laboratorium dasar atau yang biasa disebut
dengan laboratorium pengujian.
1. Laboratorium Kimia Minyak Bumi.
Laboratorium kimia yang berada di laboratorium ilmu dasar bertugas
untuk menguji sifat kimia dari minyak bumi sebelum diolah maupun
sesudah diolah. Sifat kimia yang diuji, misalnya kadar logam sulfur, abu
sulfat, angka asam angka basa pada pelumas, dll. Laboratorium Kimia
terdapat beberapa ruangan, diantara nya Ruang timbang/UV-VIG,
Ruang GIC, Ruang x-Ray, Ruang AA5. Pengujian sifat kimia ini
dilakukan dengan menggunakan instrument, antara lain: AAS, GC, UV-
VIS, X-RAY Analyzer, ICPS, dan pH- meter.
2. Laboratorium MIGAS.
Laboratorium minyak bumi merupakan salah satu unit laboratorium
yang berada di laboratorium ilmu dasar bertugas untuk menguji sifat
fisik minyak bumi sebelum dan sesudah diolah. Sifat fisik yang diuji
misalnya, viskositas minyak, density minyak, warna, titik leleh, titik
nyala dll. Api meningkat mahal, sulfur menurun murah.Produk gas
bumi = gas gasoline (premium, pertamax), bahan bakar pesawat (avtur).
3. Laboratorium Sipil.
4. Laboratorium Eksplorasi & Geologi.
Laboratorium Eksplorasi & Geologi bertujuan untuk mencari dan
menemukan sumber dari minyak yang ada di dalam bumi. Pada proses
pencarian minyak di dalam bumi dapat dilihat dari ciri-ciri batuan yang
potensi terdapat minyak sebagai berikut :
a. Batuan Induk
Batuan induk adalah batuan sedimen yang dapat menghasilkan
19

zat hidrokarbon, sehingga tidak terjadi siklus karbon seperti


selayaknya.
b. Batuan Reservoir
Batuan Reservoir adalah wadah permukaan yang diisi dan
dijenuhi oleh minyak dan gas bumi. Pada hakikatnya, setiap batuan
dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai
kemampuan untuk menyimpan dan melepaskan minyak bumi.
c. Batuan Migrasi
Batuan Migrasi merupakan proses dari minyak dan gas bumi
menjauh dari sourcerock. Proses ini menempuk jarak yang jauh dan
waktu yang sangat lama. Batuan migrasi ini disebabkan oleh
penguburan, pemadatan, dan peningkatan volume, dan pemisahan
dari konstituen sourcerock.
d. Bahan perangkap
Bahan Perangkap reservoir adalah suatu lapisan kedap air
(Impermeable) yang membatasi pergerakan MIGAS, dimana
MIGAS yang masuk kelapisan tersebut tidak dapat keluar sehingga
terperangkap atau terjebak disana.
5. Laboratorium Lindungan Lingkungan
Laboratorium lindungan lingkungan di PPSDM MIGAS merupakan
laboratorium yang telah terakreditasi. Alat-alat serta instrumen-
instrumen yang digunakan juga telah terkalibrasi. Metode-metode
analisa yang digunakan sesuai dengan metode analisa SNI (Standar
Nasional Indonesia) Laboratorium lindungan lingkungan bertugas
menguji limbah cair PPSDM MIGAS , antara lain cair kilang, parit serta
rumah sakit PPSDM MIGAS. Parameter yang diuji adalah BOD, COD,
pH, suhu, kadar NH3, kadar fenol, kadar H2S, TDS (kadar zat total
terlarut). TTS (kadar zat total tersuspensi), serta kadar minyak dan
lemak yang dianalisa dengan menggunakan alat oil content analyzer.
Selain menguji limbah cair PPSDM MIGAS, laboratorium lindungan
20

lingkungan juga menguji sampel limbah cair dari beberapa industri


maupun instansi.

2.2 Teori Pendukung


2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Pada Umumnya Pemanfaatan energi surya melalui pembangkit listrik


tenaga surya, dipakai di daerah desa-desa dengan skala kecil, yaitu Solar
Home System (SHS). SHS merupakan pembangkit listrik dengan skala kecil
yang dipakai secara desentralisasi atau satu rumah satu pembangkit listrik.
Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar
biasa besarnya ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan
bumi menerima sekitar 1000 watt energi matahari per-meter persegi.
Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi matahari.
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) adalah suatu sistem yang
digunakan untuk menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan energi
surya/panas dari matahari yang diserap oleh panel surya melalui proses
photovoltaic.Energi matahari (surya) adalah energi yang didapat dengan
mengubah energi panas surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi
sumber daya dalam bentuk lain. dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara
yang berlainan bahan bakar minyak adalah hasil fotosintesis, tenaga hidro
elektrik adalah hasil sirkulasi hujan tenaga angin adalah hasil perbedaan suhu
antar daerah dan sel surya (sel photovoltaic) yang menjanjikan masa depan
yang cerah sebagai sumber energi listrik. Pembangkit listrik tenaga
surya adalah pembangkit listrik yang mengubah energi surya menjadi energi
listrik. Pembangn listrik bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
langsung menggunakan photovoltaic dan secara tidak langsung
dengan pemusatan energi surya. Photovoltaic mengubah secara langsung
energi cahaya menjadi listrik menggunakan efek fotoelektrik. Pemusatan
energi surya menggunakan sistem lensa atau cermin dikombinasikan dengan
sistem pelacak untuk memfokuskan energi matahari kesatu titik untuk
21

menggerakkan mesin kalor.Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di


banyak belahan dunia dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi
mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu
yang lebih lama. Matahari dapat digunakan secara langsung untuk
memproduksi listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan.
Potensi masa depat energi surya hanya dibatasi oleh keinginan untuk
menangkap kesempatan. Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari
matahari. Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi energi kimia dengan
menggunakan fotosintesis. memanfaatkan energi ini dengan memakan dan
membakar kayu. Bagimanapun, istilah “tenaga surya” mempunyai arti
mengubah sinar matahari secara langsung menjadi panas atau energi listrik
untuk kegunaan . dua tipe dasar tenaga matahari adalah “sinar matahari” dan
“photovoltaic” (photo = cahaya, voltaic = tegangan). Photovoltaic tenaga
matahari melibatkan pembangkit listrik dari cahaya. Rahasia dari proses ini
adalah penggunaan bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk
melepas elektron, pertikel bermuatan negative yang membentuk dasar listrik.
Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam
sel photovoltaic adalah silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di
pasir. Semua sel photovoltaic mempunyai paling tidak dua lapisan
semikonduktor seperti itu, satu bermuatan positif dan satu bermuatan negatif.
Ketika cahaya bersinar pada semi konduktor, lading listrik menyeberang
sambungan diantara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir,
membangkitkan arus DC. Semakin kuat cahaya yang diterima, semakin kuat
pula aliran listik yang  didapatkan. Sistem PLTS On-Grid atau sering disebut
grid tie system adalah sistem PLTS untuk daerah-daerah perkantoran dimana
hanya beroprasi pada pagi hari hingga sore hari.

Sistem PLTS On-Grid disebut juga grid tie system yaitu sistem
pembangkit yang mengandalkan energi matahari sebagai salah satu sumber
energi utama dengan menggunakan rangkaian modul surya (Photovoltaic
Array) untuk menghasilkan energi listrik sesuai kebutuhan dan juga
22

mendapatkan back-up dari provider listrik seperti PLN jika energi listrik tidak
memenuhi kebutuhan dan apabila energi listrik tersebut berlebih maka listrik
tersebut akan disuplai kepada PLN. Digunakan alat bernama exim meter yang

mengukur seberapa banyak listrik yang dihasilkan PLTS untuk disupply ke


PLN. Pemasangan sistem PLTS On-Grid ini tentu perlu kerja sama dengan
PLN, dan ada standar komponen yang ditetapkan oleh PLN. Berikut ini
komponen-komponen pada PLTS On-Grid

Gambar 2. 4 Sistem PLTS On-Grid

2.2.2 Solar Cell


Sel surya adalah seperangkat modul untuk mengkonversi tenaga matahari
menjadi energi listrik. Photovoltaic adalah teknologi yang berfungsi untuk
mengubah atau mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik secara
langsung.PV biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut modul.Dalam
sebuah modul surya terdiri dari banyak sel surya yang bisa disusun secara seri
maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud dengan surya adalah sebuah elemen
semi konduktor yang dapat mengkonversi energi surya menjadi energi listrik atas
dasar efek photovoltaic.Sel surya mulai popular akhir- akhir ini, selain mulai
menipisnya cadangan energi fosil dan isu global warming.Energi yang dihasilkan
juga sangat murah karna sumber energi (matahari) bisa didapatkan secara gratis.
Gambar skem dapat bisa dilihat pada Gambar 2.5 :
23

Gambar 2. 5 Skema Sel Surya

Energi baru dan yang terbarukan mempunyai peran yang sangat penting
dalam memenuhi kebutuhan energi. Salah satunya upaya yang telah
dikembangkan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS akan
lebih diminati karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan yang relevan
dan di berbagai tempat seperti perkantoran, pabrik, perumahan, dan lainnya. Di
Indonesia yang merupakan daerah tropis mempunyai potensi energi matahari
sangat besar dengan insolasi harian rata-rata 4,5 - 4,8 KWh/m² / hari. Akan
tetapi energi listrik yang dihasilkan sel surya sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari yang diterima oleh sistem.

2.2.2.1 Tipe Sel Surya


Jenis-jenis sel surya digolongkan berdasarkan teknologi pembuatannya.
Secara garis besar sel surya dibagi dalam tiga jenis, yaitu:

1. Monocrystalline
Jenis ini terbuat dari batangan kristal silikon murni yang diiris tipis-tipis.
Kira-kira hampir sama seperti pembuatan keripik singkong. Satu singkong diiris
tipis-tipis, untuk menghasilkan kepingan-kepingan keripik yang siap digoreng. Itu
singkong yang mudah diiris tipis-tipis, beda dengan kristal silikon murni yang
membutuhkan teknologi khusus untuk mengirisnya menjadi kepingan-kepingan
kristal silikon yang tipis. Dengan teknologi seperti ini, akan dihasilkan kepingan
sel surya yang identik satu sama lain dan berkinerja tinggi. Sehingga menjadi sel
surya yang paling efisien dibandingkan jenis sel surya lainnya, sekitar 15% -
20%.Mahalnya harga kristal silikon murni dan teknologi yang digunakan,
menyebabkan mahalnya harga jenis sel surya ini dibandingkan jenis sel surya
yang lain di pasaran. Kelemahannya, sel surya jenis ini jika disusun membentuk
solar modul (panel surya) akan menyisakan banyak ruangan yang kosong karena
sel surya seperti ini umumnya berbentuk segi enam atau bulat, tergantung dari
bentuk batangan kristal silikonnya, seperti terlihat pada Gambar 2.6 berikut .
24

Gambar 2. 6
Monocrystalline

2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur / dicairkan
kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kemurnian kristal
silikonnya tidak semurni pada sel surya monocrystalline, karenanya sel surya
yang dihasilkan tidak identik satu sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar
13% - 16%. Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya.
Bentuknya yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan rapat dan
tidak akan ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan pada panel surya
monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih mudah di banding
monocrystalline, karenanya harganya lebih murah. Jenis ini paling banyak dipakai
saat ini. Seperti terlihat pada Gambar 2.7 berikut :

Gambar 2.
7 Polycrystalline
25

3. Thin Film Solar Cell (TFSC)


Merupakan panel surya (dua lapisan) dengan struktur lapisan tipis
mikrokristal-silikon dan amorphous dengan efisiensi modul hingga 8.5% sehingga
untuk luas permukaan yang diperlukan per watt daya yang dihasilkan lebih besar
daripada monocrystalline & polycristalline. Jenis sel surya ini mempunyai
kerapatan atom yang rendah, sehingga mudah dibentuk dan dikembangkan ke
berbagai macam ukuran dan potongan dan secara umum dapat diproduksi dengan
biaya yang lebih murah. Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan
satu atau beberapa lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar. Sel
surya jenis ini sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel. Jenis ini dikenal
juga dengan nama TFPV (Thin Film Photovoltaic). Seperti terlihat pada Gambar
2.8 berikut :

Gambar 2. 8 Thin Film Solar


Cell

2.2.2.2 Karakteristik Solar Cell

Kapasitas daya dari sel atau modul surya dilambangkan dalam watt peak
(Wp) dan diukur berdasarkan standar pengujian Internasional yaitu Standard Test
Condition(STC). Standar ini mengacu pada intensitas radiasi sinar matahari
sebesar 1000 W/m² yang tegak lurus sel surya pada suhu 25°C Modul
photovoltaic memiliki hubungan antara arus dan tegangan. Pada saat tahanan
variable bernilai tak terhingga (open circuit) maka arus bernilai minimum (nol)
dan tegangan pada sel berada pada nilai maksimum, yang dikenal sebagai
tegangan open circuit (Voc). Pada keadaan yang lain, ketika tahanan variable
26

bernilai nol (short circuit) maka arus bernilai maksimum, yang dikenal sebagai
arus short circuit (Isc). Jika tahanan variable memiliki nilai yang bervariasi antara
nol dan tak terhingga maka arus (I) dan tegangan (V) akan diperoleh nilai yang
bervariasi. Yaitu berdasarkan arus dan tegangan yang dihasilkan sel sel surya
pada kondisi cahaya dan beban berbeda-beda. Kurva IV menggambarkan sel surya
lebih lengkap. Ketika sel dihubungkan dengan beban (R) beban memberi
hambatan sebagai garis linier dengan garis I/V = I/R. Hal tersebut menunjukkan
daya yang didapat bergantung pada nilai resistansi. Jika R kecil maka sel
beroperasi pada daerah kurva MN, dimana sel beroperasi sebagai sumber arus
yang konstan atau arus short circuit. Pada sisi lain, jika R besar, sel beroperasi
pada kurva PS, dimana sel beroperasi sebagai sumber tagangan yang konstan atau

tegangan open circuit juka dihubungan dengan hambatan optimal berati sel surya
menghasilkan daya maksimal dengan tegangan maksimal dan arus maksimal.
Seperti terlihat pada Gambar 2.9 berikut :

Gambar 2. 9 Kurva maximum PV

Jika kita menggunakan PV langsung kepada beban (load), maka tegangan PV


akan langsung mengalami drop voltage, akan tetapi arus PV akan tetap
bergantung pada intensitas cahaya matahari yang diterimanya, sehingga PV tidak
akan pernah mencapai titik kerja maksimumnya dimaksudkan agar PV dapat
mencapai titik kerja maksimumnya, dengan kondisi pembebanan apapun. Berikut
kurva I-V yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut :
27

Gambar 2. 10 Titik operasi pada kurva I-V

2.2.3 Modul Surya


Modul/Panel sel surya mengubah intensitas sinar matahari menjadi
energi listrik. Sel surya menghasilkan arus yang digunakan untuk mengisi baterai.
Dengan menambah modul/panel surya (memperluas) berarti menambah konversi
tenaga surya. Umumnya panel sel surya dengan ukuran tertentu memberikan hasil
tertentu pula. Untuk mendapatkan keluaran energi listrik yang maksimum maka
permukaan modul surya harus selalu mengarah ke matahari. Energi listrik yang
optimum akan didapat apabila modul surya diarahkan dengan sudut kemiringan
sebesar lintang lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tersebut berada.
Sebagai contoh, untuk daerah yang berada di sebelah utara khatulistiwa maka
modul surya harus dihadapkan ke selatan, dan sebaliknya. Modul surya atau solar
module merupakan komponen PLTS yang tersusun dari beberapa sel surya yang
dirangkai sesuai perencanaan, baik dirangkai seri maupun paralel dengan tujuan
mendapatkan hasil daya listrik yang diinginkan dan disusun pada satu bingkai
(frame) dan dilaminasi atau diberikan lapisan pelindung. PV modul yang
terangkai seri dari sel -sel surya ditujukan untuk meningkatkan, atau dalam hal ini
dapat dikatakan menggabungkan tegangan (VDC) yang dihasilkan setiap selnya.
Sedangkan untuk arusnya dapat didesain sesuai kebutuhan dengan memperhatikan
luas permukaan sel. Seperti terlihat pada Gambar 2.11 berikut :

Gambar 2. 11 Modul Surya


28

1. Rangkaian Seri Modul surya


Hubungan seri suatu sel surya didapat apabila bagian depan positif (+)
sel surya utama dihubungkan dengan bagian belakang negatif (-) sel surya
kedua Hubungan seri dari sel surya dapat dilihat pada Gambar 2.12 berikut :

Gambar 2. 12 Rangkaian Modul Surya Seri

2. Rangkaian Paralel Modul surya


Rangkaian parallel solar cell didapat apabila terminal kutub positif
dan negatif solar cell dihubungkan satu sama lain Hubungan parallel dari
solar cell dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Gambar 2. 13 Rangkaian Modul Surya Paralel


3. Rangkaian Seri-Paralel Modul Surya
Hubungan seri-paralel suatu modul surya didapatkan dengan cara
menggambungkan rangkaian seri dan rangkaian paralel seperti Gambar 2.14
hasil dari hubungan seri-paralel ini yaitu penjumlahan dari nilai arus setiap
rangkaian paralel dan penjumlahan dari nilai tegangan setiap rangkaian seri.
29

Gambar 2. 14 Rangkaian Modul Surya Seri-Paralel


30

2.2.4 Inverter
Listrik yang dihasilkan dari Solar System adalah listrik arus searah /
direct current (DC), sedangkan peralatan listrik yang kita gunakan kebanyakan
menggunakan listrik arus tidak searah (alternating current (AC), karena itu agar
peralatan listrik AC kita dapat tepa beroperasi menggunakan listrik hasil dari solar
system, maka harus menggunakan inverter, yaitu alat untuk mengubah arus searah
menjadi arus tidak searah, dan tegangannya disesuaikan dengan tegangan yang
dibutuhkan. inverter berfungsi sebagai pengkondisi tenaga listrik (Power
Condition) dan sistem kontrol yang merubah arus listrik DC yang dihasilkan oleh
modul surya menjadi listrik arus bolak-balik (AC), yang kemudian akan
mengontrol kualitas daya listrik yang dikeluarkan untuk dikirim ke beban atau
jaringan listrik. Terdapat dua macam sistem inverter pada PLTS yaitu inverter
fasa untuk Solar Home System (SHS) yang bebannya kecil dan inverter 3 fasa
untuk sistem PLTS yang besar dan terhubung dengan jaringan PLN. Dapat dilihat
dari Gambar 2.15 berikut :

Gambar 2. 15 Inverter

Berdasarkan karakteristik dari performa yang dibutuhkan, inverter untuk sistem


PLTS berdiri sendiri (Stand-Alone) dan PLTS terhubung dengan jaringan PLN
(Grid- Connected) memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

1. Pada PLTS Stand-Alone, inverter harus mampu mensuplai tegangan AC


yang konstan pada variasi produksi energi listrik dari modul surya dan
tuntutan permintaan beban (load demand) yang tanggung.
31

2. Pada PLTS Grid-Connected, inverter dapat menghasilkan kembali


tegangan yang sama persis dengan tegangan jaringan pada waktu yang
sama, untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan keluaran energi listrik
yang dihasilkan oleh modul surya.

2.2.4.1 Jenis Inverter

Inverter terbagi dua yaitu berdasarkan bentuk gelombang dan inverter


bidirectional.Berikut ini jenis-jenis inverter dan karakteristiknya.

1. Inverter Berdasarkan Bentuk Gelombang


1) . Inverter Modified Sine Wave
Bentuk gelombang sinus keluarannya masih berbentuk sinus persegi,
tipe inverter seperti ini harganya murah dan banyak ditemui dijual bebas
dipasar. Namun inverter jenis ini efisiensinya rendah (< 80%), akibatnya
mengkonsumsi daya yang cukup besar. Biasanya ukuran kapasitas inverter
jenis ini juga tidak terlalu besar (< 2 KW). Inverter tipe ini kurang cocok
diaplikasikan ke alat-alat listrik yang menggunakan motor listrik seperti
pompa, kipas angin. Gambar 2.16 menunjukan mengenai bentuk gelombang
inverter Modified Sine Wave.

Gambar 2. 16 Inverter Modified Sine Wave

2) Inverter Pure atau True Sine Wave


Bentuk gelombang sinus keluarannya nyaris berbentuk sinus yang
sempurna, tipe inverter seperti ini harganya relatif mahal dan kapasitasnya
besar (> 1 KW). Inverter jenis ini efisiensinya tinggi (> 80%), sehingga
konsumsi dayanya rendah. Inverter tipe ini sangat tepat diaplikasikan ke
alat-alat listrik yang menggunakan motor listrik. Gambar 2.17 menunjukan
32

mengenai bentuk gelombang inverter Pure atau True Sine Wave.

Gambar 2. 17 Inverter Pure atau True Sine Wave

3) Inverter Bidirectional
Inverter bidirectional atau inverter dua arah adalah jenis inverter yang
memiliki kemampuan ganda yaitu selain mengubah arus DC ke AC juga
dilengkapi dengan kemampuan mengubah arus AC ke DC ini terjadi saat
inverter bidirectional berfungsi sebagai rectifier (charger) yaitu terjadi pada
siang hari saat daya yang dihasilkan PV Array lebih besar dari beban,
inverter bidirectional akan mengubah tegangan AC dari output inverter on-
grid (inverter satu arah) menjadi tegangan DC baterai. Sedangkan fungsi
inverter terjadi saat malam hari dengan mengubah tegangan DC baterai
menjadi AC untuk disalurkan ke beban.
2.2.5 Pengaturan Posisi Panel Surya
Kemampuan sistem tenaga surya photovoltaic untuk menangkap sumber
energi surya pada suatu lokasi dipengaruhi oleh interaksi antara posisi matahari
(sebagai sumber energi) dan posisi modul (sebagai penerima energi). Idealnya,
modul harus menghadap sejajar terhadap matahari, sehingga matahari dalam
posisi tegak lurus terhadap permukaan modul, tetapi karena adanya perubahan
posisi matahari setiap hari dan setiap tahun, dan juga variasi lokasi, maka
perhatian harus difokuskan pada peletakan susunan modul surya. Dalam
menentukan lokasi yang potensial, berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan
untuk mengoptimasi perolehan energi surya:
1. Melihat adanya objek penghalang pada sisi Timur dan sisi Barat.
Apabila pada sisi Timur ada objek penghalang setinggi 1 meter, maka ketika
operasional, PLTS baru dapat memperoleh sinar matahari setelah jam 9 pagi
33

(jam matahari). Demikian pula sebaliknya di Barat, maka jam 3 matahari,


PLTS terpusat tidak memperoleh sinar matahari. Sehingga, penting untuk
menggunakan area yang memenuhi kriteria di atas. Secara umum, area tersebut
sulit untuk ditemukan, oleh karena itu sedapat mungkin digunakan lokasi yang
dari jam 9 pagi hingga jam 3 sore bebas dari bayangan.
2. Melihat sudut kemiringan.
Apabila kita melihat dari ufuk/horison ke arah matahari, maka sudut antara sisi
horizontal dan ketinggian matahari disebut Sudut Ketinggian Matahari. Sudut
ini menggambarkan ketika matahari naik dan turun dalam satu hari (dalam
derajat). Dalam desain PLTS, dikenal sudut kemiringan, atau seringkali disebut
sudut elevasi atau sudut inklinasi. Ini merupakan sudut susunan modul surya
yang diukur dari sisi horizontal. Besar sudut kemiringan ini sama dengan 90°
minus Sudut Ketinggian Matahari. Hal ini untuk menjaga orientasi tegak lurus
permukaan panel ke arah matahari.
3. Melihat sudut azimuth.
Dalam perencanaan PLTS terpusat, sudut azimuth merupakan sudut arah
modul surya terhadap arah utara atau arah selatan. Agar tidak terhalang
bayangan, idealnya, apabila lokasi PLTS terpusat berada di Selatan garis
khatulistiwa, maka modul surya diarahkan menghadap ke arah Utara (azimuth
0°). Sebaliknya, apabila lokasi PLTS terpusat berada di Utara garis
khatulistiwa, maka modul surya menghadap ke arah Selatan, dengan kata lain,
diarahkan pada azimuth 180°. Dapat dilihat dari Gambar 2.18 berikut :

Gambar 2. 18 Sudut Kemiringan (a) Dan Sudut Azimuth (b)

Apabila hal ini tidak terpenuhi, sehingga modul surya menghadap ke arah
Utara, maka akan ada rugi-rugi inklinasi yang di alami. Secara umum, standar
34

aman untuk Indonesia yang dapat digunakan untuk sudut kemiringan adalah
sebesar 6-11 derajat, sesuai dengan letak lintang khatulistiwa Indonesia (6°
LU–11° LS).
4. Melihat lahan efektif.
Apabila pada suatu daerah tidak tersedia lahan yang efektif untuk penempatan
modul surya, maka peletakan di atas atap fasilitas umum (seperti sekolah,
pasar, balai pertemuan, dan kantor desa) dapat menjadi opsi.
2.2.6 Tipe-Tipe Pemasangan PLTS
Terdapat empat tipe pemasangan PLTS yang sering ditemui, yaitu PLTS
stand alone system, PLTS grid connected pv system, PLTS grid connected pv
system with battery backup serta PLTS Hybrid dengan teknologi lainnya; yang
dibedakan berdasarkan karakteristik penyimpanan dayanya. Selain itu, PLTS juga
dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya jaringan distribusi untuk menyalurkan
daya listriknya; yang meliputi PLTS terpusat dan PLTS tersebar/terdistribusi.
1. PLTS Stand Alone Photovoltaic system
PLTS stand alone PV system karena pada sistem ini PLTS menjadi satu-
satunya sumber energi listrik. Di Indonesia, sistem ini banyak di pasang di pulau-
pulau terpencil yang sulit di akses oleh grid (PLN). Sudah ratusan pulau-pulau
kecil di Indonesia yang telah terpasang PLTS Terpusat ini yang memang menjadi
salah satu program pemerintah. Untuk pulau-pulau atau daerah terpencil yang
mendapat bantuan pemerintah umumnya (saat ini) terpasang PLTS stand alone
dengan kapasitas 5, 10, atau 15 kWp. Kapasitas tersebut cukup untuk menerangi
hingga 100 rumah, dengan catatan listrik hanya untuk penerangan dan tidak
dianjurkan untuk televisi (tabung khususnya), kulkas, dll karena dayanya tidak
akan cukup. Dapat dilihat dari Gambar 2.19 berikut :
35

Gambar 2. 19 PLTS Stand Alone PV System


36

2. Grid Connected PV System


Pada sistem grid connected pv system, sistem panel surya harus berada di
area yang memiliki jaringan koneksi dengan PLN untuk dapat bekerja. Minimal
pada area tersebut PLN dapat bekerja 24 jam dan hanya terjadi pemadaman listrik
sekali dalam sebulan dengan total lama waktu pemadaman tidak lebih dari satu
jam. Hal ini karena sistem panel surya membutuhkan sinkronasi daya listrik PLN
sebagai pemicu sistem bekerja. Sistem hanya berfungsi jika listrik PLN
ada.Pengguna yang ingin memasang sistem Grid tie dengan EXIM hanya dapat
memasang listrik energi surya kurang dari daya meter terpasang. Sehingga untuk
meter 1300 VA, maka sistem listrik energi surya yang dapat diinstal adalah
maksimal sebesar 1200 Wp atau lebih kecil.penggambar akan ditunjukkan pada

Gambar 2.20 berikut :


Gambar 2. 20 Grid connect power system

3. Grid Connected PV System With Battery Back Up


Pembangkitan PLTS secara grid connected pv system with battery backup
memiliki sistem jaringan yang terhubung ke dalam sistem distribusi listrik
nasional (PLN). Pada konfigurasi ini tidak dibutuhkannya baterai karena jika daya
yang dihasilkan PV sedang tidak optimal, maka listrik akan disuplai oleh jaringan
sistem distribusi listrik nasional (PLN). Konfigurasi ini dapat menguntungkan
karena beban yang ada tidak sepenuhnya bergantung kepada PLN yang dimana
biaya listrik terpangkas. Penggambaran skematik PLTS secara On-Grid
ditunjukkan dalam Gambar 2.21 berikut :
37

Gambar 2. 21 Grid connection power system with battery

4. Hybrid Power System


Pembangkitan PLTS hybrid power system bekerja dengan
menggabungkan konfigurasi off-grid dan on-grid. Konfigurasi ini terhubung ke
dalam sistem distribusi listrik nasional (PLN), dan bisa ditambahkan dengan
menggunakan baterai, Pada sistem panel surya hybrid, sistem mampu bekerja
secara terhubung,,tanpa terhubung ataupun bersamaan dengan PLN. Sistem ini
beroperasi paralel dengan sistem PLN yang ada. Solusi ini akan mengurangi
beban dari PLN pada siang hari secara otomatis sehingga mengurangi konsumsi
Biaya pengeluaran. Dapat dilihat dari Gambar 2.22 berikut :

Gambar 2. 22 Hybrid power system


BAB III
METEODOLOGI

3.1 Langkah Penelitian


Dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah penelitian
yang digunakan, langkah penelitian tersebut digambarkan pada Gambar
3.1 berikut:

Mulai

Studi Lapangan

Studi Literatur

Tujuan

Pengambilan data

Pengolahan data

Analisa

Kesimpulan dan Saran


Selesai

38
39

Gambar 3. 1 Flowchart langkah penelitian


40

Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut:

A. Studi Lapangan
Pada langkah ini, mahasiswa melakukan pengenalan tentang profil
dari PPSDM Migas yang diperoleh dari penjelasan pembimbing kerja
praktik, operator, dan karyawan-karyawan di PPSDM Migas Cepu
dengan cara asistensi, diskusi, maupun turun langsung mengunjungi unit-
unit yang ada di Kilang dan Utilitas. Dengan adanya langkah ini
mahasiswa akan mendapatkan gambaran apa saja yang ada di lapangan
(PPSDM Migas Cepu). Hal ini, mahasiswa dapat membantu dalam
menentukan topik penelitian berdasarkan permasalahan yang didapat
selama observasi lapangan. Dari permasalahan yang didapat maka akan
didapatkan tujuan penelitian. Observasi lapangan dilakukan pada 5 hari
pertama.
B. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data-data
atau sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang akan
dibahas pada penelitian. Studi literatur dilakukan pada hari selanjutnya yang
dilakukan di laboratorium Listrik I PPSDM Migas Cepu. Data yang
didapatkan dalam studi literatur berupa dasar teori pendukung dan data-
data tambahan mengenai alat dan data hasil dari inverter panel.
C. Pengambilan Data
Pengambillan data dapat dilakukan dengan cara diskusi, wawancara,
observasi lapangan, dan studi literatur. Dalam pengambilan data secara
diskusi dan wawancara dapat dilakukan dengan pembimbing lapangan,
operator, dan staff yang ada di PPSDM Migas Cepu. Sedangkan
pengambilan data secara studi literatur dapat dilakukan dengan cara
mencatat atau mengambil gambar dari panel inverter ataupun
menggunakan buku maupun laporan yang ada di perpustakaan PPSDM
Migas Cepu. Pengambilan data ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 2
minggu.
41

D. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah mengartikan data-data yang didapat dari
lapangan maupun dari studi literatur dan disesuikan dengan permasalahan
yang akan dibahas. Data yang didapatkan dari lapangan dibandingkan
dengan data yang ada dikomputer. Dalam penelitian ini data diolah secara
statistik, dikarenakan data yang didapat berupa narasi dan foto (dalam
bentuk angka). Pengolahan data dapat dilakukan setelah data-data
terkumpul, dalam penelitian ini dilakukan pada pada minggu kedua dan
ketiga.
E. Penyusunan Laporan
Penyusuanan laporan adalah proses penyusunan data-data yang telah
di olah dan penyunan rancangan yang telah dibuat ke dalam sebuah
laporan yang dapat dipahami oleh pembaca. Dalam proses penyusunan
dilakukan berdasarkan format laporan yang telah ditetapkan baik dari
pihak perusahaan maupun Perguruan tinggi (Universitas). Penyusunan
laporan dilakukan pada minggu-minggu terakhir. Dalam penyusunan
laporan juga ditambahkan kesimpulan dan saran.
F. Analisa (evaluasi)
Analisa (evaluasi) dilakukan untuk mengetahui kekurangan yang ada
dalam menyelesaikan permasalahan yang menjadi pembahasan pada
penelitian kerja praktik ini. evaluasi dilakukan oleh pembimbing lapangan
dan dosen pembimbing. Pada saat kerja praktik evaluasi dilakukan pada
minggu terakhir.
42

3.2 Alat dan Bahan

A. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk mendukung kerja praktek ini


antara lain sebagai berikut :
1. Modul Surya (Photovoltaic)
Modul PhotoVoltaic atau biasa disebut modul surya adalah perangkat
yang terdiri dari bahan semikonduktor seperti silikon, galium arsenide dan
kadmium telluride, dll yang mengubah sinar matahari langsung menjadi
listrik. Ketika solar cell menyerap sinar matahari, elektron-elektron bebas
dan lubang-lubang membuat sambungan positif / negatif, dan ketika
dihubungkan dengan beban DC, maka arus listrik akan mengalir ke beban
tersebut,berikut adalah spesifikasi,konfigurasi array dari modul surya di
ppsdm migas.modul surya ini ditunjukkan pada Gambar 3.2 berikut.

Gambar 3. 2 Photovoltaic di ppsdm


Modul Photovoltaic atau biasa disebut modul surya adalah
perangkat yang terdiri dari bahan semikonduktor seperti silikon,
galium arsenide dan kadmium telluride, dan lainnya yang mengubah
sinar matahari langsung menjadi listrik. Ketika solar cell menyerap
sinar matahari, elektron-elektron bebas dan lubang-lubang membuat
sambungan positif / negatif, dan ketika dihubungkan dengan beban
DC, maka arus listrik akan mengalir ke beban tersebut,berikut adalah
spesifikasi, konfigurasi array dari Modul Surya yang ditunjukkan
pada Tabel 3.1 berikut :
43

1. Spesifikasi
44

Tabel 3. 1 Spesifikasi PV Module


Brand Yingli solar
Type 280 Wp
Produsen Yingli solar
Power output 280 watt
Power toleransi output 0/+5%
Efisiensi 17.1%
Tegangan Vmp 31.3 V
Arus Imp 8.95 A
Tegangan Voc 38.0 V
Arus Isc 9.45 A
Nominal temperature 45 C +/-2
Max.fuse rating 15 A
Batas temperature -40 C s/d 85 C
Material glass Low iron
tempered glass
/3.2mm
Cell 60,multicrystalline
silicon,12 atau 5
busbar
Frame Anodized
aluminium allow
Junction box >P67
Panjang kabel 100mm,uk 4mm
Dimensi modul 1650 x 992 x 35
mm
Berat modul 18.5 kg
Garansi >5 tahun
Sertifikat IEC 61215,IEC
61730,CE,ISO
9001;2015,ISO
14001;2015,bs
ohsas
18001:2007,SA
8000
Max system voltage 1000Vdc/1500Vdc
45

2. Inverter
Inverter berfungsi sebagai pengkondisi tenaga listrik (Power Condition)
dan sistem kontrol yang merubah arus listrik DC yang dihasilkan oleh
modul surya menjadi listrik arus bolak-balik (AC), yang kemudian akan
mengontrol kualitas daya listrik yang dikeluarkan untuk dikirim ke beban
atau jaringan listrik. Terdapat dua macam sistem inverter pada PLTS yaitu
inverter fasa untuk Solar Home System (SHS) yang bebannya kecil dan
inverter 3 fasa untuk sistem PLTS yang besar dan terhubung dengan
jaringan PLN. Inverter adalah sebuah alat yang mampu untuk merubah
listrik DC (direct current) menjadi arus listrik AC (alternating current),
tanpa inverter, listrik yang dihasilkan belum bisa digunakan untuk
kebutuhan perkantoran atau rumah, inverter yang digunakan memiliki
kapasitas total 21kWp dengan tegangan array 469. 5VDC serta memiliki
efisiensi maksimal 98,2% dan memiliki Grid tegangan 310Vac sampai
dengan 480Vac. berikut adalah gambar inverter inverter Sofar Solar 20000
TL 20kW yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut:
46

Gambar 3. 3 Inverter panel


Inverter adalah sebuah alat yang mampu untuk merubah listrik DC(direct
current) menjadi arus listrik AC (alternating current),tanpa inverter,listrik
yang dihasilkan belum biasa digunakan untuk kebutuhan perkantoran atau
rumah,berikut adalah Spesifikasi Inverter pada Tabel 3.2 berikut :
47

1. Spesifikasi

Tabel 3. 2 Spesifikasi Inverter


Max.PV input power 266000 Wp

Number of MPPT 2

Max DC power for single 12000 W


MPPT
Max input voltage 1000V

Start up voltage 350 V

Rated input voltage 600 V

max input current per MPPT 24A/24A

Rated power AC 20000W

Max output current 29A

Nominal grid power 3/N/PE/,220/380Vac,230/400Vac,240/


415Vac
Grid range voltage 310Vac s/d 480Vac

Nominal frequency 50/60Hz

Frequency range 45Hz-55Hz/54Hz-66Hz

THD <30%
Powere factor >.0,99(adjustable +/0,8)

Max efisiensi 98.2%


Self conssumtion at night <1W

Protection DC reverse polarity, DC switch,


protection class 1, over voltage, anti
dislanding, RCMU, deound fault
monitoring, anti reverse
powercontroller (optional) surge
protection device (optional)
48

3. Panel Control (AC protection box)


Panel control adalah sebuah alat atau perangkat yang memiliki fungsi
membagi,menyalurkan dan kemudian mendistribusikan energi listrik yang
telah dihasilkan pln dan solar cell untuk keperluan laboraturium listrik,di
laboratorium listrik ppsdm migas,panel control dan protection. Panel
control ditunjukkan pada Gambar 3.4 berikut :

Gambar 3. 4 AC combiner panel


Panel Distribusi AC terdiri dari :

1. Panel Box terbuat dari metal dengan powder coating.

2. Busbar koneksi paralel input dari Inverter, terbuat dari lembaga


berlapis vertin.

3. Surge Arrester Type 2 20kA 380VAC

4. MCCB dan MCB 3 pole 20A sampai dengan 40A (dilihat dari
gambar single line).

5. Fuse dan dudukan

6. Current Tranducer

7. Digital Meter

8. LED Indikator
49

9. Koneksi Grounding

10. Label

11. Cable Gland

Panel AC (Panel Distribusi AC) direncanakan diletakkan di dalam


rumah daya (dalam Gedung) sedemikian rupa sehingga rute kabel
melalui gutter rapih dan efisien.

4. Panel DC combiner
Combiner Box adalah komponen yang penting pada Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena Combiner Box melindung
PLTS dari gangguang-gangguan yang dapat merusak komponen
lainnya di dalam sistem PLTS. Fungsi utama dari Combiner Box
adalah untuk menggabungkan beberapa string panel surya menjadi
satu output yang lalu dihubungkan ke Inverter. Combiner Box
dilengkapi dengan Surge Protection Device yang handal untuk
melindung sistem panel surya dari over voltage contohnya karena
sambaran petir, yang dapat merusak komponen lain apabila tidak
diproteksi. Selain itu, Combiner Box juga membatasi arus dari panel
surya dan memutus arus apabila terjadi over current. Pastikan PLTS
anda telindungi dengan Combiner Box yang tepat agar PLTS dapat
berfungsi dengan baik dan memberikan hasil yang maksimal. Atau
menggabungkan string string photovoltaic modul agar mendapatkan
arus keluaran photovoltaic yang lebih tinggi, masing-masing string
modul photovoltaic dihubungkan pada busbar yang sama dan
dilindungi secara elektrik maupun mekanis.
Panel DC combiner berfungsi untuk menggabungkan string string
50

photovoltaic modul agar mendapatkan arus keluaran photovoltaic yang


lebih tinggi,masing-masing string modul photovoltaic dihubungkan pada
busbar yang sama dan dilindungi secara elektrik maupun mekanis. DC
combiner ditunjukkan pada Gambar 3.5 berikut :
Gambar 3. 5 DC combiner panel

1. Busbar

2. Panel Box polycarbonat

3. Arrester 20kA 1000V

4. Fuse Dc

5. Blocking diode 15A

6. MCB DC 20A

7. Grounding

8. Cable gland

PV combiner direncanakan diletakkan diruang panel didalam gedung


pada ketinggian 1 sampai 1,5 dari permukaan lantai atau tanah.

5. Aplikasi BMKG
BMKG adalah aplikasi yang dapat memberi infromasi kepada
pengguna mengenai perkiraan cuaca sampai dengan informasi mengenai
bencana alam secara akurat,pada kesempatan ini,penulis menggunakan
51

aplikasi ini untuk mengetahui temperature atau suhu yang ada pada lokasi
pengambilan data saat melakukan analisa di lapangan. ditunjuukkan pada
Gambar 3.6 berikut :
Gambar 3. 6 Aplikasi BMKG

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk mendukung kerja praktek


ini adalah sebagai berikut :
1. Data lapangan
Data lapangan sangat penting untuk mendukung kelancaran proses
kerja praktik,juga berperan penting untuk hasil akhir kerja praktek.
2. Literature
Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, data lapangan saja
belum cukup dalam proses penyusunan laporan,Sehingga untuk
melengkapi penyusunan laporan ini penulis membutuhkan beberapa
literature yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.
Literature yang digunakan adalah berupa buku, laporan-laporan dan
jurnal yang ada di perpustakaan PPSDM MIGAS dan Internet.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Skema Kerja Sederhan Pembangkit Listrik Tenaga Surya


PLTS ini menggunakan system On-Grid dengan back-up
genset dan bekerja secara bersamaan dengan PLN dimana
untuk beroprasi panel surya bekerja bersamaan dalam
menyuplai energi listrik di Laboratorium Listrik PPSDM
Migas dan untuk genset berfungsi untuk memback-up jika
kedua sumber PLTS dan PLN padam. Konfigurasi ini dapat
menguntungkan karena beban yang ada tidak sepenuhnya

bergantung kepada PLN yang dimana biaya listrik bisa


terpangkas. Berikut skema kerja sederhana PLTS ditunjukkan
pada Gambar 4.1 :

Gambar 4. 1 Flowchart Skema Kerja PLTS

Berikut adalah penjelasan Flow chart pada Gambar 4.1:

1. Perusahaan Listrik Negara (PLN)


Pada konfigurasi ini PLN menyuplai energi listrik ke

65
66

laboratorium listrik sebagai penambah daya listrik untuk menyuplai


beban yang tidak bisa sepenuhnya di suplai oleh PLTS saat daya
tertinggi maupun terendah maka pada saat kondisi tersebut maka
daya listrik akan disuplai oleh jaringan sistem distribusi listrik
nasional (PLN).
2. Genset (Generator set)
Mesin Genset merupakan sebuah alat pembangkit listrik
cadangan yang menggunakan energi kinetik. Pada konfigurasi ini
genset berperan sebagai back-up sumber energi listrik untuk
Laboratorium Listrik PPSDM Migas jika PLTS terjadi kerusakan,
perbaikan dan apabila bersamaan dengan jaringan sistem distribusi
listrik nasional (PLN) tidak bisa menyuplai energi listrik.
3. Photovoltaic Modul (PV Module)
PLTS adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan sinar
matahari melalui photovoltaic Modul untuk mengkonversikan
radiasi sinar foton matahari menjadi energi listrik. Sel surya
merupakan lapisan-lapisan tipis dari bahan semikonduktor silikon
(Si) murni, dan bahan semikonduktor lainnya. PLTS memanfaatkan
cahaya matahari untuk menghasilkan listrik DC, yang dapat diubah
menjadi listrik AC, oleh karena itu meskipun cuaca mendung,
selama masih terdapat cahaya, maka PLTS tetap dapat menghasilkan
listrik.
4. DC Combiner
Dalam box DC Combiner ini digunakan untuk menyalurkan arus
DC yang dihasilkan oleh Photovoltaic modul yang nantinya arus DC
tersebut akan disalurkan masuk ke inverter.
5. Inverter
Inverter bekerja untuk mengubah arus DC yang dihasilkan oleh
Photovoltaic modul yang natinya diubah menyerupai karakteristik
arus AC semirip mungkin selanjutnya arus AC tersebut akan
dialirkan masuk ke box AC Combiner.
67

6. AC Combiner
Dalam box AC Combiner berfungsi sebagai singkronisasi arus
listrik dari PLN Genset dan PLTS yang nantinya akan disalurkan ke
beban di laboratorium Listrik PPSDM Migas.
7. Output (Beban)
Output disini dalam artian adalah beban dimana daya listrik arus
DC yang dihasilkan oleh PLTS masuk ke DC Combiner dan Diubah
semirip mungkin dengan arus AC agar dapat digunakan oleh
komponen-komponen elektronik yang ada di laboratorium Listrik
PPSDM Migas. Beban ini juga disuplai arus Listrik dari PLN Jika
PLTS tidak mampu menyumplai daya secara penuh.

4.1.2 Pengambilan Data Lapangan


Pengambilan data di laboraturium Listrik PPSDM
Migas dilakukan dilakukan selama kurang lebih 14 hari
terhitung mulai dari tanggal 09 November 2020 sampai
tanggal 20 November 2020 dan dimana pengambilan data
dilakukan mulai pukul 09:00 sampai 16:00. Pengambilan data
lapangan ini meliputi DC Current, DC Voltage, AC Current,
AC Voltage tiap phase, PV Power, AC Power, Total energi
dan akumulasi energi (kWh) dan Temperatur modul PV data
tersebut diambil dari monitoring pada inverter dan digital
meter pada panel AC protection seperti yang terlampir pada
tabel berikut.

Tabel 4. 1 Data Monitoring Hari Pertama


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
422.8 404.1 12.3 4040 4970. 229.4 229.2
08:00 0 0 9.50 0 .00 00 0 0 8670 57
411.1 390.6 16.1 16.1 6630 6310. 228.8 228.1
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12390 69
68

388.6 377.4 20.8 17.3 8100 6550. 230.9 229.1


10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14000 77
399.4 377.3 22.4 17.2 8930 6500. 233.4 230.7
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14780 79
399.5 387.5 22.3 15.1 8910 5860. 233.1 234.4
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14130 80
394.7 400.0 22.4 13.0 8870 5220. 229.7 233.1
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13440 80
396.2 414.7 20.6 8150 4040. 229.6 228.0
14:00 0 0 0 9.70 .00 00 0 0 11640 73
408.5 409.7 15.1 6190 2560. 228.5 227.9
15:00 0 0 0 6.20 .00 00 0 0 8350 65
433.7 419.0 2030 990.0 225.5 228.7
16:00 0 0 4.60 2.30 .00 0 0 0 2820 54

Berdasarkan Table 4.1 Data Monitoring PLTS Hari Pertama, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 8930W pada pukul 11.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul 10.00 sebesar 6550W sedangkan untuk daya
puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar 14780W dengan temperature
modul sebesar 79oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang terjadi pada
pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 2820W dengan temperature modul
sebesar 54oC.

Tabel 4. 2 Data Monitoring Hari Kedua


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
434.8 395.4 12.4 3860 4930. 220.1 224.6
08:00 0 0 8.80 0 .00 00 0 0 8480 58
406.1 399.7 15.6 14.1 6340 5640. 221.9 222.9
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11500 61
395.6 388.1 18.1 15.0 7180 5830. 220.7 223.1
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12470 64
414.6 384.1 23.1 18.6 9590 7170. 224.9 223.2
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 16030 69
69

397.8 376.3 22.4 16.3 8920 6150. 227.6 227.0


12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14410 73
402.4 396.7 22.8 13.8 9180 5470. 226.4 228.9
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13990 68
401.3 406.1 2330 1520. 221.4 222.9
14:00 0 0 5.80 3.70 .00 00 0 0 3650 49
404.9 407.7 14.3 5810 2690. 224.0 225.5
15:00 0 0 0 6.60 .00 00 0 0 8150 53
430.0 409.8 2150 1050. 234.0 224.8
16:00 0 0 5.00 2.50 .00 00 0 0 3010 44
Berdasarkan Table 4.2 Data Monitoring PLTS Hari Kedua, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 9590W pada pukul 11.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul yang sama 11.00 sebesar 7170W sedangkan
untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar 16030W dengan
temperature modul sebesar 69oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang
terjadi pada pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 3010W dengan
temperature modul sebesar 44oC.

Tabel 4. 3 Data Monitoring Hari Ketiga


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
434.0 400.2 13.1 3990 5260. 223.7 225.1
08:00 0 0 9.10 0 .00 00 0 0 8890 58
411.9 383.5 15.6 16.2 6430 6240. 228.4 226.2
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12190 63
383.1 384.8 21.1 17.4 8110 6700. 231.9 222.1
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14130 70
411.6 398.7 10.3 4240 3110. 227.8 224.3
11:00 0 0 0 7.70 .00 00 0 0 7040 59
365.7 370.3 2900 1950. 231.3 227.3
12:00 0 0 7.90 5.20 .00 00 0 0 4590 65
403.0 387.0 2780 1960. 228.9 226.2
13:00 0 0 6.60 5.00 .00 00 0 0 4510 67
382.8 411.5 21.3 10.2 8190 4200. 230.5 224.6
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11800 60
392.1 391.1 600. 410.0 226.2 224.6
15:00 0 0 1.50 1.00 00 0 0 0 960 42
430.1 414.0 2200 1170. 230.8 227.3
16:00 0 0 5.10 2.80 .00 00 0 0 3180 43
70

Berdasarkan Table 4.3 Data Monitoring PLTS Hari Ketiga, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 8190W pada pukul 14.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul 10.00 sebesar 6700W sedangkan untuk daya
puncak AC Power terjadi pada pukul 10.00 sebesar 14130W dengan temperature
modul sebesar 70oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang terjadi pada
pukul 15.00 dengan total AC power sebesar 960W dengan temperature modul
sebesar 42oC.

Tabel 4. 4 Data Monitoring Hari Keempat


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
431.5 398.1 11.7 3440 4670. 224.5 228.0
08:00 0 0 7.90 0 .00 00 0 0 7800 57
406.1 383.7 15.7 16.2 6390 6260. 225.2 225.3
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12110 67
392.6 373.8 20.0 17.1 7860 6410. 227.7 227.9
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13640 75
375.4 371.8 2410 1890. 223.3 226.7
11:00 0 0 6.40 5.00 .00 00 0 0 4090 69
405.1 401.3 2520 1860. 224.8 226.5
12:00 0 0 6.20 4.60 .00 00 0 0 4150 62
400.2 377.2 22.5 15.2 9020 5740. 230.4 226.9
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14120 78
411.5 395.7 23.0 14.3 9460 5660. 232.9 227.0
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14480 79
340.8 379.8 50.0 229.4 224.8
15:00 0 0 0.10 0.10 0 60.00 0 0 70 47
71

433.6 418.6 740. 710.0 230.1 226.7


16:00 0 0 1.60 1.70 00 0 0 0 1370 44
Berdasarkan Table 4.4 Data Monitoring PLTS Hari Keempat,terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 9460W pada pukul 14.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul 10.00 sebesar 6410W sedangkan untuk daya
puncak AC Power terjadi pada pukul 14.00 sebesar 14480W dengan temperature
modul sebesar 79oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang terjadi pada
pukul 15.00 dengan total AC power sebesar 70W dengan temperature modul
sebesar 47oC.

Tabel 4. 5 Data Monitoring Hari Kelima


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
425.3 398.1 13.5 3920 5390. 223.5 225.0
08:00 0 0 9.20 0 .00 00 0 0 8950 58
411.5 405.5 3650 3560. 218.7 224.6
09:00 0 0 8.40 8.20 .00 00 0 0 6900 67
391.7 378.9 19.7 16.9 7720 6430. 222.9 227.0
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13520 75
409.5 407.9 1310 1100. 219.5 223.8
11:00 0 0 3.10 2.70 .00 00 0 0 2270 56
387.6 397.1 2940 1860. 224.3 225.4
12:00 0 0 7.50 4.60 .00 00 0 0 4550 64
407.6 384.7 20.7 14.5 8780 5720. 229.5 229.0
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13890 78
14:00 381.3 396.3 20.9 10.3 7990 4080. 228.0 230.1 11520 73
72

0 0 0 0 .00 00 0 0
410.0 414.3 15.4 6360 2660. 223.4 226.6
15:00 0 0 0 6.40 .00 00 0 0 8620 66
389.3 419.6 2840 1130. 226.1 226.7
16:00 0 0 7.20 2.60 .00 00 0 0 3720 56
Berdasarkan Table 4.5 Data Monitoring PLTS Hari Kelima, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 8780W pada pukul 13.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul 10.00 sebesar 6430W sedangkan untuk daya
puncak AC Power terjadi pada pukul 13.00 sebesar 13890W dengan temperature
modul sebesar 78oC dan terjadi penurunan pada AC Power yang terjadi pada
pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 3720W dengan temperature modul
sebesar 56oC.

Tabel 4. 6 Data Monitoring Hari Keenam


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
425.2 396.3 10.8 15.0 4590 5950. 227.9 223.3
08:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 10130 60
404.3 392.4 16.3 16.7 6610 6570. 230.1 224.1
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12620 70
385.4 385.0 21.2 18.1 8210 6960. 230.5 223.6
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14480 77
401.6 378.5 22.5 17.9 9040 6800. 232.3 224.5
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 15130 82
402.0 381.0 22.2 16.0 8970 6110. 231.0 225.7
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14380 84
73

400.1 384.1 22.3 14.3 8950 5490. 231.3 223.7


13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13760 82
393.5 406.2 21.9 10.8 8630 4420. 226.7 224.7
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12440 79
399.5 409.2 16.5 6620 2800. 226.3 223.0
15:00 0 0 0 6.80 .00 00 0 0 9000 70
398.2 407.1 1070 600.0 224.8 223.0
16:00 0 0 2.70 1.40 .00 0 0 0 1550 52
Berdasarkan Table 4.6 Data Monitoring PLTS Hari Keenam, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 9040W pada pukul 11.00 sedangkan untuk PV
2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 10.00 sebesar 6960W
sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar
15130W dengan temperature modul sebesar 82oC dan terjadi penurunan pada AC
Power yang terjadi pada pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 1550W
dengan temperature modul sebesar 52oC.

Tabel 4. 7 Data Monitoring Hari Ketujuh


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
430.3 399.0 13.4 3790 5360. 222.0 227.9
08:00 0 0 8.80 0 .00 00 0 0 8780 56
413.2 379.2 14.8 16.1 6110 6130. 219.4 228.7
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11750 63
390.7 373.7 20.2 17.9 7900 6700. 221.4 227.7
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13970 69
387.1 373.8 21.8 16.5 8450 6190. 221.6 225.6
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13970 74
74

401.1 377.1 20.2 15.9 8000 5940. 227.3 230.1


12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13320 72
399.5 389.7 22.3 13.9 8960 5450. 226.8 228.8
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13760 71
393.9 400.6 15.0 5870 3430. 223.0 228.0
14:00 0 0 0 8.70 .00 00 0 0 8870 63
394.8 402.3 13.4 5290 2650. 222.6 228.6
15:00 0 0 0 6.50 .00 00 0 0 7580 65
413.1 418.6 1930 1140. 225.2 228.4
16:00 0 0 4.60 2.70 .00 00 0 0 2910 53
Berdasarkan Table 4.7 Data Monitoring PLTS Hari Ketujuh, terjadi daya puncak
pada DC Power pada PV1 sebesar 8960W pada pukul 13.00 sedangkan untuk
PV2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 10.00 sebesar 6700W
sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 10.00 dan 11.00
sebesar 13970W dengan temperature modul sebesar 69 dan 74oC dan terjadi
penurunan pada AC Power yang terjadi pada pukul 16.00 dengan total AC power
sebesar 2910W dengan temperature modul sebesar 53oC.

Tabel 4. 8 Data Monitoring Hari Kedelapan


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
419.4 396.8 13.3 3860 5310. 221.5 224.0
08:00 0 0 9.20 0 .00 00 0 0 8790 58
413.2 384.2 15.5 16.9 6410 6510. 225.8 227.5
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12360 62
390.7 370.7 20.7 18.0 8090 6690. 226.4 224.8
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14130 65
11:00 412.8 383.3 22.6 18.6 9350 7160. 230.7 222.2 15750 66
75

0 0 0 0 .00 00 0 0
412.5 375.1 22.7 17.4 9360 6540. 233.5 225.6
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 15210 63
395.5 382.3 22.2 14.0 8800 5380. 230.8 229.3
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13570 67
394.8 406.1 19.8 10.1 7830 4120. 227.3 223.2
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11400 68
404.1 391.3 650. 470.0 223.7 224.0
15:00 0 0 1.60 1.20 00 0 0 0 1040 52
421.5 404.3 500. 430.0 227.2 227.8
16:00 0 0 1.10 1.00 00 0 0 0 870 45
Berdasarkan Table 4.8 Data Monitoring PLTS Hari Kedelapan, terjadi daya
puncak pada DC Power pada PV1 sebesar 9360W pada pukul 12.00 sedangkan
untuk PV2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 11.00 sebesar
7160W sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar
15750W dengan temperature modul sebesar 66oC dan terjadi penurunan pada AC
Power yang terjadi pada pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 870W
dengan temperature modul sebesar 45oC.

Tabel 4. 9 Data Monitoring Hari Kesembilan


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
433.6 400.6 13.1 3790 5250. 223.2 228.1
08:00 0 0 8.70 0 .00 00 0 0 8680 58
408.2 385.5 14.6 15.0 5990 5800. 222.6 224.2
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11300 68
390.2 372.2 21.8 18.3 8540 6830. 225.8 223.3
10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14680 79
76

406.7 384.2 22.9 18.4 9330 7080. 228.9 227.3


11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 15710 82
401.3 384.5 22.4 16.3 9000 6280. 231.0 229.2
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 14560 83
401.8 394.8 22.1 14.2 8920 5630. 229.1 229.4
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13900 78
386.4 398.5 20.7 10.4 7990 4150. 226.8 228.0
14:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 11610 76
397.0 414.2 16.4 6540 2650. 224.4 228.2
15:00 0 0 0 6.40 .00 00 0 0 8750 69
397.9 399.7 3380 1150. 230.4 226.7
16:00 0 0 8.60 2.80 .00 00 0 0 4230 57
Berdasarkan Table 4.9 Data Monitoring PLTS Hari Kesembilan, terjadi daya
puncak pada DC Power pada PV1 sebesar 9330W pada pukul 11.00 sedangkan
untuk PV2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 11.00 sebesar
7080W sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar
15710W dengan temperature modul sebesar 82oC dan terjadi penurunan pada AC
Power yang terjadi pada pukul 16.00 dengan total AC power sebesar 4230W
dengan temperature modul sebesar 57oC.

Tabel 4. 10 Data Monitoring Hari Kesepuluh


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
434.0 391.5 13.8 3880 5430. 223.6 223.7
08:00 0 0 8.90 0 .00 00 0 0 8940 56
411.2 378.3 1460 1590. 223.2 223.1
09:00 0 0 3.50 4.10 .00 00 0 0 2920 58

10:00 399.0 388.9 19.1 16.2 7660 6340. 226.5 225.8 13360 73
77

0 0 0 0 .00 00 0 0
380.0 382.2 21.2 15.4 8070 5900. 227.3 222.4
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13340 79
383.2 381.8 15.7 10.7 6000 4060. 227.5 225.7
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 9610 75
373.0 392.0 3130 2000. 225.4 225.2
13:00 0 0 8.30 5.00 .00 00 0 0 4870 70
414.3 417.0 730. 580.0 225.8 224.2
14:00 0 0 1.70 1.30 00 0 0 0 1230 49
415.3 403.5 450. 400.0 226.6 227.9
15:00 0 0 1.00 1.00 00 0 0 0 780 45
417.8 415.6 720. 520.0 228.5 225.4
16:00 0 0 1.70 1.20 00 0 0 0 1160 44
Berdasarkan Table 4.10 Data Monitoring PLTS Hari Kesepuluh, terjadi daya
puncak pada DC Power pada PV1 sebesar 8070W pada pukul 11.00 sedangkan
untuk PV2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 10.00 sebesar
6340W sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 10.00 sebesar
13360W dengan temperature modul sebesar 73oC dan terjadi penurunan pada AC
Power yang terjadi pada pukul 15.00 dengan total AC power sebesar 780W
dengan temperature modul sebesar 45oC.

Tabel 4. 11 Data Monitoring Hari Kesebelas


waktu DC Voltage DC Current DC Power AC (R/S/T) AC Modu
Output l
Total temp
PV1 PV2 PV1 PV2 PV1 PV2 Power

V V A A W W V A W Co
426.1 399.3 13.3 3800 5330. 224.6 229.5
08:00 0 0 8.90 0 .00 00 0 0 8760 58
412.9 388.1 15.8 17.1 6540 6640. 228.8 230.3
09:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12620 66
78

394.3 372.3 18.6 16.4 7300 6100. 228.8 232.7


10:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12810 75
401.2 397.5 22.6 16.9 9040 6670. 228.8 231.2
11:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 15020 75
394.7 384.2 21.9 15.0 8660 5790. 230.3 235.2
12:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 13800 80
382.3 386.5 21.3 12.9 8150 5020. 228.9 236.0
13:00 0 0 0 0 .00 00 0 0 12560 79
409.2 415.7 3870 2530. 224.8 231.8
14:00 0 0 9.40 6.00 .00 00 0 0 6090 66
409.9 414.3 1680 1260. 224.0 231.5
15:00 0 0 4.10 3.00 .00 00 0 0 2780 54
400.0 390.5 280. 270.0 226.0 230.9
16:00 0 0 0.70 0.70 00 0 0 0 520 47
Berdasarkan Table 4.11 Data Monitoring PLTS Hari Kesebelas, terjadi daya
puncak pada DC Power pada PV1 sebesar 9040W pada pukul 11.00 sedangkan
untuk PV2 terjadi daya puncak pada pukul pukul yang sama yaitu 11.00 sebesar
6670W sedangkan untuk daya puncak AC Power terjadi pada pukul 11.00 sebesar
15020W dengan temperature modul sebesar 75oC dan terjadi penurunan pada AC
Power yang terjadi pada pukul 15.00 dengan total AC power sebesar 520W
dengan temperature modul sebesar 47oC.

4.2 Pembahasan Hasil

4.2.1 Single Line Diagram Sistem Rangkaian PLTS On-Grid


PLTS On-Grid 20 kWp mempunyai total kapasitas 21
kWp, terdiri dari 75 modul surya 280 Wp. Modul surya
disusun dalam 5 string per inverter dengan jumlah modul
surya per string 15 unit dan untuk total array adalah 1.
Tegangan output dari PV array ini berkisar 469,5VDC
79

sedangkan Grid Inverter dengan kapasitas 20 kW


menghasilkan tegangan output 310/480VAC. Pada rangkaian
photovoltaic 1 terdapat 45 unit modul dirangkai secara seri
dan pada photovoltaic 2 terdapat 30 unit modul dirangkai
secara seri lalu keduanya dirangkai secara pararel yang
nantinya dialirkan ke DC Combiner dimana di DC Combiner
terdapat pengaman arus DC seperti MCB DC, fuse dan dioda
selanjutnya dialirkan menuju ke inverter yang nantinya arus
DC tersebut akan diubah semirip mungkin dengan frekuensi
arus AC setelah itu dari inverter arus AC tersebut dialirkan
menuju AC Protection box dengan melewati pengaman yaitu
MCCB selanjutnya dari MCCB Arus dialirkan ke Busbar RST
yang nantinya akan melalui pengaman lagi MCB, fuse dan
arrester sebagai pengaman grounding selanjutnya disalurkan
ke beban yang ada di laboratorium instrumen.single line
diagram PLTS On-Grid ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut.

Gambar 4. 2 Single Line Diagram PLTS On-Grid

4.2.2 Peforma PLTS On-Grid


Peforma dari Sel surya dapat beroperasi secara maksimum jika
temperatur sel tetap normal (pada 25oC), kenaikan temperatur lebih tinggi
dari temperatur normal pada sel akan 195 menurunkan nilai tegangan
(Voc). Setiap kenaikan temperatur Sel surya 10⁰C (dari 250oC) akan
berkurang sekitar 0,4% pada total tenaga yang dihasilkan atau akan
melemah dua kali lipat untuk kenaikan temperatur Sel per 100⁰C.
Penggunaan sistem PLTS On-Grid yang bekerja bersamaan dengan
80

PLN dan back-up Genset dinilai sangat tepat karena dengan adanya 2
sumber atau lebih dapat menjaga ketersediaan energi baik saat mendung
maupun PLN padam, sistem PLTS On-Grid cocok digunakan pada area
perkantoran dimana perkantoran hanya beroperasi pada rentang waktu
antara 08.00 sampai dengan 16.00 dimana PLTS on-grid ini hanya
beroperasi pada saat adanya radiasi cahaya matahari. Pada penempatan
modul panel surya sendiri terdapat di rooftop lantai gedung laboratorium
listrik PPSDM MIGAS dimana jauh dari gangguan pohon-pohon tinggi
yang bisa menghambat atau menutupi photovoltaic terhadap adanya
radiasi sinar matahari.
Berdasarkan tabel hasil monitoring data PLTS diatas daya panel
surya yang dihasilkan berbeda–beda, tergantung pada intensitas radiasi
matahari yang dihasilkan dan menyinari panel surya tersebut. Untuk daya
tertinggi AC Output Total Power terjadi pada suhu panel modul 73 oC yaitu
sebesar 16030 W daya tertinggi ini terjadi pada jam 11.00 dan untuk daya
terendah terjadi pada temperatur panel modul 40oC dengan daya sebesar
70 W,daya terendah tersebut terjadi pada jam 15.05 dan untuk malam hari
PLTS ini off.
PLTS yang terdapat di laboratorium PPSDM MIGAS terjadi
kenaikan daya apabila temperature panel modul berada di 60oC hingga
75oC dan apabila suhu dibawah 50oC maka daya akan turun begitupun
terjadi hal yang sama pada tegangan (V) dan arus (A) pada Photovoltaic 1
maupun Photovoltaic 2.

4.2.3 Efisiensi PLTS On-Grid


Efisiensi panel surya merupakan ukuran keluaran daya listrik panel
surya (dalamWatt) dibandingkan luas permukaan. Semakin tinggi efisiensi
sebuah panel surya, maka semakin banyak daya yang bisa didapatkan.
Dalam standar industri untuk menunjukan panel surya dengan ketentuan
81

suhu sel 25oC dan radiasi 1000W/M2 dengan Air massa yaitu ketebalan
atsmosfer didaerah ekuator massa udara = 1 tetapi di eropa 1,5. Hal ini
sesuai dengan radiasi dan spektrum kejadian sinar matahari pada hari yang
cerah pada kemiringan permukaan 37o yang menghadap matahari dengan
sudut 41,81o diatas cakrawala.

4.2.3.1 Efisiensi Photovoltaic


Sebelum mengetahui berapa nilai daya sesaat yang dihasilkan kita
harus mengetahui daya yang diterima (input), dimana daya tersebut adalah
perkalian antara intensitas radiasi matahari yang diterima dengan luas PV
modul dengan persamaan;
𝑃𝑖𝑛 = 𝐼𝑟 𝑥 𝐴

 Photovoltaic 1
𝑃𝑖𝑛 = 1000W/M2 x 7.365m2

= 7.365,000 W

 Photovoltaic 2
𝑃𝑖𝑛 = 1000W/M2 x 4.910m2

= 4.910,000 W

Dimana 𝑃𝑖𝑛 adalah daya input (watt) akibat irradiance matahari, Ir


adalah intensitas matahari (watt/m2) dan A adalah luasan area permukaan
photovoltaic modul (m2).
Sedangkan untuk besarnya daya output array (Pout) yaitu perkalian
tegangan output (Vout) dan arus output (Iout) yang dihasilkan oleh array
Photovoltaic dimana tagangan tegangan output (V out) dan arus output (I
out) diambil dengan rata-rata keseluruhan selama tujuh hari data yang
telah dikumpulkan di lapangan selanjutnya dapat dihitung dengan rumus :
𝑃at = 𝑉 𝑜𝑢𝑡 𝑥 𝐼 𝑜𝑢𝑡

= 226,79 V 𝑥 14,10 A
82

= 3.197 watt

Efisiensi yang terjadi pada sel surya adalah merupakan perbandingan


daya yang dapat dibangkitkan oleh sel surya dengan energi input yang
diperoleh dari irradiance matahari. Efisiensi yang digunakan adalah
efisiensi sesaat pada pengambilan data.
p out
𝜂pv1= x 100 %
p¿

 Photovoltaic 1
3917
= x 100 %
7365.000

= 0,5318 x 100

= 53,18%

 Photovoltaic 2
3917
= x 100 %
4910,000

= 0,7977 x 100

= 79,77%

4.2.3.2 Efisiensi Inverter


Efisiensi inverter dapat dinyatakan sebagai
perbandingan antara daya keluaran inverter dan daya masukan
inverter. Daya masukan inverter berupa daya DC sedangkan
daya keluarannya adalah daya AC. Efisiensi inverter dapat
dirumuskan sebagai berikut :
pout
𝜂𝑖𝑛𝑣= x 100 %
p ¿1 + p ¿2

9218
= x 100%
5684+ 4264
83

=0,926 x 100

=92,6%

Dimana 𝜂𝑖𝑛𝑣 adalah efisiensi inverter, 𝑃𝑜𝑢𝑡 adalah


daya keluaran (AC) dan 𝑃𝑖𝑛 adalah daya masukan (DC). 𝑃𝑖𝑛
didapatkan dari daya yang berasal dari PV1 (Photovoltaic1)
dan PV2 (Photovoltaic1) yaitu daya DC yang masuk ke
inverter yang pada saat itu digunakan untuk menghidupkan
beban. Sedangkan 𝑃𝑜𝑢𝑡 didapatkan dari daya yang digunakan
oleh beban agar dapat bekerja.

4.2.3.3 Efisiensi Total


Efisiensi total pada sistem PLTS merupakan gabungan
dari masing-masing efisiensi komponen penyusun PLTS.
Efisiensi total PLTS dapat dirumuskan sebagai berikut .
𝜂𝑃𝐿𝑇𝑆 = 𝜂𝑃𝑉1.𝜂𝑃𝑉1.𝜂𝐼𝑁𝑉
= 53,18% x 79,77% x 92,6%
= 39,39%
Efisiensi dari PLTS sendiri sangat dipengaruhi oleh
komponen penyusunnya. Apabila salah satu komponen
penyusunnya sendiri mengalami penurunan performansi,
maka efisiensi dari PLTS akan menurun sehingga
mengakibatkan produksi dari listrik akan menurun.
Berdasarkan data perhitungan efisiensi diatas efisiensi
yang loss pada Photovoltaic1 sebesar 53,18% dan
Photovoltaic2 sebesar 79,77% sedangkan efisiensi total
sebesar 39,39% jadi efisiensi pada PLTS dilaboratorium listrik
sebesar 39,39%. Jadi dari data perhitungan efisiensi panel
surya tersebut tergolong baik dimana standar minimal yaitu
sebesar 16% seperti yang ditetapkan pada Peraturan Mentri
84

ESDM dan persyaratan pengadaan barang yang lazim


dilakukan oleh pemerintah.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan yang didapatkan dari penelitian kerja praktik ini:
1. Energi yang dihasilkan Sel surya untuk menyuplai beban tidak sama setiap
waktunya, hal ini tergantung pada intensitas cahaya matahari dan dimana
sistem yang digunakan adalah sistem On-Grid yang bekerja bersamaan
dengan PLN dan di back-up menggunakan Genset (Generator set) dengan
adanya sistem tersebut dinilai sangat tepat karena dengan adanya 2 sumber
dapat menjaga ketersediaan energi baik saat kondisi PLTS tidak dalam
performa yang baik maupun saat PLN padam yang nantinya di back-up
dengan genset (Generator set) jadi energi listrik tetap tersedia untuk
menghidupkan beban di gedung laboratorium listrik.
2. Berdasarkan data lapangan maka diperoleh Untuk daya tertinggi AC Output
Total Power terjadi pada suhu panel modul 73oC yaitu sebesar 16030 W daya
tertinggi ini terjadi pada jam 11.00 dan untuk daya terendah terjadi pada
temperature panel modul 47oC dengan daya sebesar 70 W ,daya terendah
tersebut terjadi pada jam 15.00 dan untuk malam hari PLTS ini off. hal ini
disebabkan karena adanya faktor cuaca dan pada kondisi jam tersebut
intesitas cahaya matahari juga sudah berkurang.
3. Efisiensi dari PLTS sendiri sangat dipengaruhi oleh komponen penyusunnya.
Apabila salah satu komponen penyusunnya sendiri mengalami penurunan
performansi, maka efisiensi dari PLTS akan menurun sehingga
mengakibatkan produksi dari listrik akan menurun.Berdasarkan data
perhitungan efisiensi diatas efisiensi yang loss pada Photovoltaic1 sebesar
53,18% dan Photovoltaic2 sebesar 79,77% sedangkan efisiensi total sebesar
39,39% jadi efisiensi pada PLTS dilaboratorium listrik sebesar 39,39%. Jadi
dari data perhitungan efisiensi panel surya tersebut tergolong baik dimana

85
86

standar minimal yaitu sebesar 16% seperti yang ditetapkan pada Peraturan
Mentri ESDM dan persyaratan pengadaan barang yang lazim dilakukan oleh
pemerintah.

5.2 Saran

1. Untuk meningkatkan mutu dan kemajuan pusat pendidikan sebaiknya


PPSDM MIGAS mulai menambah hubungan dan kerjasama dengan instansi.

2. Perlengkapan belajar mengajar lebih diperhatikan. Penambahan buku-buku


referensi tentang pembangkit listrik tenaga surya.

3. Peralatan komponen tentang pembangkit listrik tenaga surya yang digunakan


untuk proses pengamatan dan pembelajaran diperbanyak,baik jumlah maupun
jenisnya.

4. Menambahkan perangkat exim agar apabila listrik yang dihasilkan PLTS


listrik akan otomatis mengyuplai listrik ke PLN maupun sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA

87

Anda mungkin juga menyukai