Anda di halaman 1dari 36

UJIAN AKHIR SEMESTER

“ARSITEKTUR RENAISSANCE-ARSITEKTUR NEOCLASIC”

DISUSUN SEBAGAI TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER MATA


KULIAH PERKEMBANGAN ARSIEKTUR I

DOSEN :

GATOR TIMBANG, ST., MT

FRATIKA JULIA, ST., MT

FIDELIN DJILOY

F 221 19 051

KELAS A

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
BAB VII

ARSITEKTUR RENAISSANCE

(Abad XV dan Sesudahnya)

Kata Renaissance, aslinya berasal dari bahasa Perancis, yang artinya


adalah “Kelahiran Kembali”. Terminologi kemudian secara metafora dipakai luas
dan bervariasi untuk segala sesuatu kecenderungan antara lain dari pengalaman
dalam sejarah baik individu, kelompok masyarakat, hingga kebudayaan suatu
bangsa. Selain itu, kata Renaissance kemudian sering dipakai untuk
mengemukakan perubahan kebudayaan dalam arti “Kebangkitan Kembali”
(revivals/flowering), dari berbagai jaman di berbagai tempat. Sering pula dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai “Pencerahan”, yang cukup jauh dari asal kata
tersebut, namun artinya adalah perubahan menjadi lebih baik, jelas dan “terang”.

Istilah Renaissance di sini adalah suatu peradaban bangsa Eropa, dimulai


dari Itali pada abad XIV hingga XVI, ketika terjadi perubahan besar-besaran dari
jaman sebelumnya yaitu Jaman Pertengahan (Middle Age). Dapat dikatakan
bahwa Renaissance adalah awal dari jaman modern, berpengaruh besar dan
langsung dalam budaya, pola pikir juga dalam seni dan arsitektur.

Pada abad XIV dan XV, di Itali terlihat adanya kesadaran dari
pembaharuan dari seni termasuk sastra. Ide dimulai dari siklus kebudayaan pada
abad-abad antara sebelum jatuhnya kekuasaan Romawi. Oleh karena itu, terbentuk
periodisasi penting dalam sejarah Barat khususnya klasik Eropa yaitu Jaman
Kuno, Jaman Pertengahan (Medieval) dan Jaman Modern dimulai dari Jaman
Renaissance. Metafora dari “Kelahiran Kembali ” dengan tingkatan-tingkatan
berbeda dari konotasi klasik, dilihat dari sudut pandang kemajuan dari suatu
generasi baru dalam bidang tertentu yang membuat perubahan dari sesuatu jaman
yang “gelap”. Bila orang-orang pada abad XVI, melihat sejarah intelektual masa
lampau, akan merasa bahwa seni lukis, patung dan arsitektur Yunani, merupakan
“Kelahiran Kembali” dari suatu kebudayaan baru. Demikian seterusnya
masyarakat melihat sejarah masa lampau terkait dengan perubahan pola pikir dan
dari budaya masa lampau. Konsep Renaissance diterapkan untuk mendefinisikan
periode dalam sejarah intelektual yang berawal dari budaya itu sendiri.
Kebangkitan Renaissance dalam artinya yang asli, bersamaan dengan tumbuhnya
kreativitas dan pemikiran-pemikiran baru dalam bidang sastra, seni lukis, seni
patung dan arsitektur dari bangunan sampai dengan tata kota.

Sejarah arsitektur Gotik dimulai dari Perancis, kemudian berkembang ke


seluruh Eropa dan bahkan ke seluruh Eropa, bercampur dengan unsur lokal,
artinya sudah terlihat gejala regionalisme. Sejarah arsitektur Renaissance, tidak
dapat dipungkiri mulai dari Itali, dibahas sebagai berikut.

Masalah dalam mendefinisikan arsitektur Renaissance secara umum


adalah bahwa hal itu seharusnya dilihat kembali sebagai kecenderungan dalam
suatu sejarah. Oleh karena itu, akan timbul perdebatan tentang waktu, kapan
mulai, kapan berkembang termasuk mencapai masa puncak dan kapan masa
akhirnya, karena sejarah selalu demikian.

Seni dan arsitektur Renaissance berarti “Kelahiran Kembali” ataupun


“Kebangkitan”, ditandai dengan perubahan mendasar di Eropa pada abad XV
hingga XVI, kemudian berlanjut hingga abad XX. Tidak berbeda dengan jaman-
jaman sebelumnya, para seniman dan arsitek Itali pada jaman Renaissance,
terlibat dalam pembangunan arsitektur religius. Namun dalam masa itu terjadi
kecenderungan juga, mereka banyak berhubungan langsung dalam kegiatan
perancangan dan pembangunan arsitektur sekuler, seperti antara lain
pemerintahan, taman maupun bangunan-bangunan milik perorangan (Individu).
Terjadi persaingan secara pribadi antara para seniman dan arsitek Itali, membuat
kecenderungan peningkatan dan semangat untuk menekankan pada bentuk, isi,
tidak mementingkan gaya dan prinsip-prinsip perancangan sebelumnya yang
cenderung monumentalis.
Arsitektur Renaissance di Florence, Itali

Dapat dikatakan bahwa arsitektur Renaissance dimulai dari Florence,


sebuah kota di bagian utara-tengah Itali. Oleh karena itu, kota itu sering disebut
sebagai “Kota Proto-Renaissance”. Arsitektur pertama bergaya Renaissance
disebut oleh banyak penulis dalam berbagai buku, sejarah arsitektur adalah
Rumah Sakit Bayi Terlantar (Foundling Hospital/Ospedale degli Innocenti)
(1421-25), di Florence rancangan Fillipo Brunelleschi. Bangunan didirikan di sisi
barat dari Piazza dela S.S. Annunziata, salah satu pelataran cukup luas di kota.
Adanya lapanngan terbuka dan luas, juga merupakan kecenderungan baru, mulai
berkembang sejak Renaissance. Pada jaman sebelumnya terutama jaman
Romanesque dan Gotik, bangunan-bangunan berhimpitan dalam jalan sempit,
karena keterbatasan lahan di dalam kehidupan intramuros. Teras depan melebar,
selebar bangunan (loggia) dari rumah sakit ini dibanding dengan konsep Gotik
(yang cenderung vertikalisme, mencuat, runcing), adalah horisontalisme, melebar
ke samping. Kecuali itu arsitektur Renaissance, kembali menampilkan aspek
Romawi dan aspek lain dari arsitektur sebelumnya, termasuk Yunani. Bentuk
arsitektur Foundling Hospital, tidak serumit dan sekompleks bangunan Gotik.
Selain dalam dekorasi, di sini terlihat antara lain pada pelengkung-pelengkung
setengah lingkaran, merupakan elemen Romawi.

Selain pelengkung Romawi, “hubungan dengan masa lampau” yang jarang


terlihat dalam Gotik, di rumah sakit ini terlihat pula pada dekorasi Yunani-
Korintien dikepala kolom, penyangga pelengkung. Dibanding dengan gaya Gotik
yang cenderung penuh dengan dekorasi, sangat kompleks, perubahan besar di
dalam Renaissance adalah kesederhanaan dan mulai ada konsep rasional dan
modular. Konsep modular di sini dijumpai pada bentuk dan ukuran pelengkung
berderet, serta deretan dan pengulangan bentuk pintu dan jendela.

Pada pelataran di depan terdapat dua air mancur, satu dengan lain dalam
posisi garis sumbu melintang, dari tata ruang luar simetris. Hal ini merupakan
penerapan konsep sumbu penghubung, bagian luar dengan bagian dalam
bangunan dan bagian luar dengan bangunan lain. Sumbu-sumbu semacam ini
akan terlihat lebih jelas di dalam membahas konsep Renaissance dalam
perancangan kota, khususnya Florencee dibahas berikut.

Kehadiran Renaissance khususnya dalam arsitektur termasuk perkotaan,


membawa tenaga baru, ide baru dan dasar rasional baru untuk perluasan kota.
Seperti telah disebut di atas, bahwa Florencee menjadi “Kota Proto-Renaissance”,
tidak hanya dalam seni lukis, patung dan arsitektur, namun juga dalam tata ruang
kota. Telah pula disebut di bagian terdahulu bahwa arsitek Brunellechi,
menambah sebuah kubah sangat besar dan tinggi (106 M) pada perpotongan nave
dan transept (bagian sentral). Hingga akhir jaman pertengahan, kota Florence
dikelilingi oleh tembok benteng berbentuk heksagonal. Di dalam benteng pola tata
bangunannya spesifik seperti berbagai kota di Eropa, rumah-rumah dan bangunan
berhimpitan tanpa halaman depan maupun samping, tanpa orientasi. Konsep
Brunellechi dalam merancang kubah tinggi pada Katedral Florence adalah
membuat titik sentral dan pusat orientasi seluruh kota, dengan ketinggian dan
keindahannya. Secara psikologis dan visual kubah dan Katedral menjadi pusat
orientasi kota, baik bagi bangunan sudah ada maupun yang dibangun kemudian.

Peta kota Florence kuno (abad XV) dikelilingi tembok berbentuk


hexagonal. Katedral Florence sebagai pusat orientasi dari bangunan-bangunan
penting.

Dengan demikian dalam perancangan kota konsep Renaissance adalah


menyatukan elemen-elemen kota ke dalam suatu sistem, antara lain dengan
membuat pusat. Bangunan satu dan lain menjadi terhubungkan oleh sumbu-sumbu
jalan, juga dengan halaman atau pelataran (plasa), termasuk bagian kota yang
berada di seberang Sungai Arno.

Ketika para biarawan Servite menata lingkungannya yang berupa


kompleks antara lain Gereja Santissima Annunziata dan Foundling Hospital
dibuat jalan menghubungkannya dengan Katedral Florence (S. Maria del Fiore).
Telah disebut di depan pembangunannya dirancang oleh Brunelleschi, yang
menyatukan Gereja Santissima Annunziata dengan Foundling Hospital dalam satu
sistem dengan pelataran, satu dengan lain saling terkait dan mendukung.

Ditengah atau ujung utara-timur sumbu jalan dari arah Katedral Florence
dan Pelataran (Piazza) della Ss. Annunziata terletak Gereja Santissima mulai
dibangun pada 1250 selesai akhir abad XII.

Ciri Renaissance antara lain simetris, bangunan-bangunan disatukan dalam


sumbu-sumbu melintang dan membujur, diperkuat dengan dibangunnya air
mancur kembar di kiri-kanan (timur-barat) dari sebuah monumen berupa patung
di tengah.

Piazza de la Signoria adalah suatu pelataran (plaza / square) terbentuk


sebagai salah satu pusat kota (urban center) Florence, sejak Jaman Pertengahan.
Pusat ini berupa pelataran de la Signoria sendiri, berbentuk dasar segi empat tidak
beraturan, dikelilingi bangunan-bangunan penting bersejarah antara lain, Logia de
la Signoria di sisi selatan, Palazzo Vecchio di sebelah timur selatan.

Perkembangan Arsitektur Renaissance pada umumnya, khususnya di Itali


dapat dibagi dalam dua bagian yang masing-masing mempunyai ciri sama dan
mempunyai ciri khusus, yaitu : Renaissance Awal (Early Renaissance) pada abad
XV, Renaissance Puncak (High Renaissance) (sering disebut Proto Baroque, atau
Baroque Awal) abad XVI. Fletchers dalam bukunya A History of Architecture,
(edisi ke 18. 1975), memasukkan Arsitektur Baroque sebagai masa Renaissance
ke tiga (abad XVII-XVIII). Dalam buku ini Arsitektur Baroque dibahas tersendiri
dalam bab berikut.

Galeria degli Uffizi (1560-1580) yang artinya “deretan kantor”, karya


arsitek Giorgio Bangunan yang dahulu untuk kantor ini sekarang untuk museum
(salah satu museum tertua di dunia), dahulu untuk berkantor tigapuluh hakim di
Florence.
Kubah dalam arsitektur sudah ada sejak jaman Bizantine abad IV, dan
menjadi ciri utamanya, waktu itu dibuat dengan tujuan utama memungkinkan
membuat ruang lebar, tanpa kolom di tengah. Selain alasan tersebut, kemudian
cenderung kubah diambil bentuknya yang indah menjadi elemen dekorasi,
sehingga banyak kubah-kubah kecil pada bagian atas bangunan, tidak lagi
mengacu pada fungsinya untuk membentuk ruang berbentangan lebar. Kubah
besar dan tinggi seperti kubah Katedral Florence ini, juga membuat bangunan
menjadi monumental, terlihat dari mana-mana dan menjadi titik pusat, titik
orientasi dan titik pusat kota. Hal mana menjadi salah satu elemen dari arsitektur
Renaissance.

Selain Brunelleschi, tokoh arsitektur Renaissance lainnya adalah


Michelozzo Michelozzi (1396-1472). Ketika Brunelleschi meninggal pada 1446,
Michelozzo yang selain arsitek juga seorang pematung, dipilih sebagai
penggantinya, memimpin pembangunan lantern pada kubah Katedral Florence,
rancangan arsitek pendahulunya. Salah satu bangunan terpenting Michelozzo
adalah Palazzo Medici-Riccardi (Medici Palace) di Florence (1444-1459).

Keluarga Medici tinggal di bangunan ini antara 1460 hingga 1540, pada
1659 rumah ini, jatuh ke tangan keluarga Riccardi. Di masa berarti. Hingga
sekarang nama kedua keluarga yang pernah menghuni dan memilikinya dijadikan
nama bangunan.

Palazzo Medici-Riccardi terletak berseberangan diagonal dengan gereja


San Lorenzo, telah dibahas di atas. Tata letak lingkungan dimana gedung
berdempet satu dengan lain, tanpa halaman samping maupun depan (kecuali
bangunan publik seperti gereja, gedung pemerintah).

Pengaruh Brunelleschi pada rancangan Michelozzo cukup besar, pada


rancangannya berupa pembangunan kembali dan perluasan gereja dan biara San
Marco di Florence (1437-1452). Persamaannya antara lain pada kesederhanaan
bangunan (dibanding arsitektur Gotik), penggunaan elemen arsitektur sebelum
Gotik, dalam hal ini pelengkung setengah lingkaran berderet pada perpustakaan
dalam kompleks. Kolom penyangga pelengkung corak Korintien, sama dengan
yang ada di gereja S. Spirito di Florence, rancangan Brunelleschi. Semua itu
merupakan ciri dari arsitektur Renaissance.

Michelangelo Bounarroti (1475- 1564) adalah seniman besar dan


termasyur, juga menjadi tokoh budaya Renaissance, abad XV dan XVII. Di
Florence ia merancang bangunan perpustakaan, hingga sekarang disebut
Biblioteca Laurenziana. Meskipun ide mendirikan perpustakaan ini sudah ada
sejak 1519, namun baru pada tahun 1524, Michelangelo diminta untuk membuat
perancangannya, oleh Paus Clement VII, yang pada waktu itu baru saja terpilih.
Ketika itu ia mengatakan bahwa profesinya bukan arsitek, namun mengatakan
bahwa akan melaksanakan sebaik-baiknya tugas tersebut.
BAB VIII

ARSITEKTUR BAROK DAN ROKOKO

(Abad XVII dan XVIII)

Barok (Baroque) adalah salah satu gaya arsitektur klasik Eropa,


berkembang mulai abad XVII, dari Itali, bersamaan dengan berkembangnya
arsitektur Renaissance Akhir dan bentuk-bentuk Mannerist. Puncak dari gaya
jaman ini dipakai pada berbagai gereja, biara dan istana di Jerman bagian selatan
dan Austria pada awal abad XVIII. Ciri umum dari gaya ini adalah denah yang
tidak siku pada sudut-sudutnya melainkan melengkung, sehingga terbentuk
menjadi oval. Demikian pula permukaan-permukaan bagian lain termasuk sudut-
sudutnya, seperti misalnya plafond, bentuknya tidak lagi siku tetapi melengkung
atau berpenampang kurva. Selain itu dekorasinya juga cenderung berbentuk
lengkung-lengkung, kurva ataupun oval.

Dari segi bentuk dan komposisi, arsitektur Barok sangat kompleks. Akhir
dari jaman ini disebut Rokoko (Rococo), di sekitar pertengahan abad XVIII,
cirinya lebih pada bentuk-bentuk dekorasi yang memenuhi semua bagian, kadang-
kadang berpola abstrak dan warna-warna cerah, termasuk pada dinding dan
kolomnya. Jaman Rococo adalah akhir dari jaman klasik dengan pola bentuk dan
dekorasi masing-masing gaya yang baku, setelah itu memasuki jaman baru yaitu
jaman Neo Klasik, selanjutnya modern.

Telah disebut di atas bahwa Barok adalah puncak dari jaman Renaissance,
berkembang terutama dari aspek dekorasi. Mengenai bentuk dan tata letak secara
prinsip arsitektur Barok bersamaan meneruskan atau sama dengan Renaissance
terutama dalam hal horisontalisme, simetrisisme tidak hanya unit bangunan
namun juga tata-letak dalam kompleks dan letak dalam sumbu-sumbu. Baik
bangunan atau kompleks bagian dari sebuah kota, satu dengan lain dihubungkan
sehingga menjadi satu sistem. Simpul-simpul atau ujung-ujung sumbu terbentuk
oleh jaringan jalan bertemu atau berpotongan pada satu titik ditandai dengan
bangunan penting yang megah atau monumen. Fletcher bahkan dalam bukunya
yang termasyur A History of Architecture, Renaissance dan Baroque dijadikan
dalam satu bab.

Ada dua prinsip utama di dalam gereja-gereja Barok dalam denahnya,


yaitu memperpanjang atau “mengulur” denah memusat dan pemusatan denah
membujur ( longitudinal).

Karakteristik dari Barok hubungan luar bangunan dan dalam bangunan


dihubungkan dengan artikulasi antara lain dengan patung, monumen, maupun
ruang-ruang terbuka di dalam yang dikelilingi bangunan. Dalam hal ini pada
dasarnya antara Barok Itali dan Balok Perancis yang keduanya merupakan asal
perkembangan dari Barok. Pada Barok Italik, cenderung pada artikulsi disebut
pertama, yaitu ruang luar dan dalam dihubungkan dengan artikulasi berupa
monumen, patung atau elemen-elemen dekorasi seperti misalnya air mancur di
tengah-tengah court. Pada Barok Perancis, antara halaman luar dan dalam lebih
banyak dihubungkan secara langsung , seperti antara lain unit berbentuk U
langsung berhubungan dengan halaman luar atau depan.

Orang kaya-orang kaya baru (bukan berdarah bangsawan) muncul akibat era
renaisans, agama mulai ditinggalakan dan masyarakat mulai sibuk dengan urusan
sekuler seperti perdagangan. Uang sebagai modal semakin membuat budaya
kapitalisme berkembang dan mulai terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat.
Orang kaya-orang kaya baru ini kemudian mulai menguasi masyarakat karena
kekuasaan dan gelar kebangsawanpun mulai ditinggalkan.

Orang kaya-orang kaya baru ini memainkan peran yang penting dalam budaya
saat itu dan untuk menunjukan kekuasaannya mereka mulai bermegah-megahan
untuk membuat karya arsitektur hasil dari imajinasi dan angan-angan mereka baik
itu berupa tempat tinggal pribadi sampai tempat peribadatan dengan
mencampurkan seluruh gaya arsitektural yang ada sehingga membuat karya
arsitektur tersebut detail dan fantastis.
Gambar: Giacomo Barozzi da Vignola - Basilica of Santa Maria degli Angeli,
Italia

Arsitektur Barok di atas memeperlihatkan bahwa arsitektur ini mengembangkan


arsitektur gotik, dapat dilihat dari elemen bangunan yang mirip namun memiliki
perbedaan dalam segi kerumitan detail dekorasi yang lebih ekstrem dari arsitektur
gotik ditambah elemen patung dan relief.

Perlu dicatat bahwa memang tidak semua arsitektur barok dan arsitektur rokoko
dimiliki oleh borjus, bangsawan dan pemuka agama pun mengikuti tren ini akibat
budaya renaisans yang kemudian membaur dengan bias gotik ini namun memang
peran bangsawan dan pemuka agama tidak sebesar borjuis yang banyak memakai
langgam arsitektur ini
Gambar: Mateus Vicente de Oliveira - Queluz National Palace, Portugal

Gambar: Donato Bramante, Michelangelo, Carlo Maderno and Gian Lorenzo


Bernini - St. Peter Basillica, Italia

Arsitektur barok dan arsitektur rokoko adalah nama langgam arsitektur hasil
imajinasi orang kaya baru (borjuis) ini memiliki 2 kepribadian yang bergantung
pada kepribadian borjuis itu sendiri. Arsitektur barok lebih menitikan pada elemen
bayangan pada karya arsitektur, gelap, mencekam, khidmat. Arsitektur rokoko
lebih arogan menitik beratkan pada detail, cerah, mengagumkan, dan agung.
Kedua arsitektur ini bertujuan hal yang sama yakni bermegahan dengan detail
keindahan.

Berikut contoh arsitektur barok:

Gambar: Agostino Vallini, Cardinal Vicar - San Giovanni Basilica, Italia


Gambar Filippo Juvarra - Royal Palace of La Granja de San Ildefonso, Spanyol

Gambar: Francesco Borromini - Sant'Agnese in Agone, Italy


Gambar: Cathedral Metropolitania Mexico

Berikut contoh arsitektur rokoko:

Gambar: Guarino Guarini - Castello di Racconigi, Italia


Gambar Filippo Juvarra - Royal Palace Madrid, Spanyol

Berikut contoh yang mungkin paling eksetrem untuk arsitektur barok yang seperti
candi dengan banyak mencampuradukan gaya arsitektur ditambah warna kelam
dan arsitektur rokoko yang sangat mewah ditambah cat yang mencolok:
Gambar Santiago de Compostela Cathedral, Spanyol

Gambar Johann Friedrich Braunstein - Catherine Palace, Rusia

Arsitektur barok dan arsitektur rokoko ini justru menjadi simbol pergerakan
borjuis dalam mengatatasi era renaisans karena era tersebut cukup mengekang
kemerdekaan, keuntungan hanya berputar di golongan para bangsawan yang
melupakan hidup rakyat jelata. Era kemerdekaan inipun ditandai oleh
melencengnya gaya arsitektur barok dan arsitektur rokoko dari arsitektur klasik
dan seni renaisans yang umum saat itu dilihat dengan mencampurkan banyak
langgam yang ada. Nampak budaya seperti ini merupakan pengaruh bias
arsitektur gotik yang juga banyak bereksperiman dengan langgam lain dan
dianggap melenceng dari kaidah keindahan sesuai dengan arsitektur klasik. Era
kemerdekaan ini juga lagi-lagi ditandai oleh arsitektur barok dan
arsitektur rokoko yang dalam pembuatannya menggunakan sistem guilda dimana
tukang-tukang dipekerjakan dalam rangka memperbaiki kondisi finasial mereka
sebagai kepedulian dari borjuis terhadap sesamanya yang bukan bangswan.
Budaya ini akan menjadi embrio budaya sosialisme yang akan selalu menentang
budaya kapitalisme.

\
BAB IX

ARSITEKTUR KLASIK EROPA ABAD XVIII, XIX, dan XX

(NEOKLASIK DAN EKLETIK)

Klasikisme (Classicism) adalah aliran dalam kualitas kehidupan, adat atau


juga kebudayaan khususnya kehidupan, adat atau juga kebudayaan khususnya seni
rupa, sastra dan arsitektur. Di Eropa klasikisme dimulai dari jaman Yunani dan
Romawi. Puncak dan akhir dari klasikisme dalam arsitektur adalah Renaissance,
Barok dan Rococo, yang meskipun ciri-cirinya sangat khas, namun elemen-
elemen klasik jaman sebelumnya terutama Yunani dan Romawi menjadi bagian
yang tidak terpisahkan di dalamnya.

Klasikisme Renaissance dalam seni dan arsitektur terbentuk sejak abad


XIII di Itali dengan tokoh telah disebut di depan antara lain pelukis Giotto, “ke
luar” dan lepas dari kaidah dan konsep Gotik. Bangunan-bangunan Brunelleschi
dan konsep arsitektural Palladio sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan arsitektur setelah Gotik.

Arsitektur Eklektikisme abad XIX

Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya.


Arsitektur Eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya
ke dalam bentuk tersendiri. Arsitek, pemilik bangunan atau keduanya bersama
memilih secara bebas, gaya-gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas
menurut selera dan status sosio-ekonomi mereka.

Arsitektur modern perkembangnnya dimulai dengan Eklektisme, selain


karena kejenuhan pola klasik lama juga karena semakin banyak pilihan untuk
digabungkan atau diulang tetapi da-lam pola, konsep, bentuk baru. Pada abad XIX
bentuk, langgam, konstruksi dan bahan-bahan ba-ngunan dalam arsitektur
semakin berkembang bervariasi sehingga pilihan pun semakin banyak.

Dalam sejarah perkembangan arsitektur, istilah Eklektisme dipakai untuk


menandai ge-jala pemilihan atau pencampuran gaya-gaya pada abad XIX masa
berakhirnya Klasikisme, masa awal Modernisme dan bukan pencampuran mau
pun perkembangan pada masa sebelumnya.

Eklektisme menandai perkembangan arsitektur abad XIX, dengan


ketidakpastian lang-gam. Pencampuran bentuk menghasilkan langgam tersendiri,
memperlihatkan adanya pola pikir akademis, tetapi dalam bentuk yang masih
konservatif. Fungsi bangunan disesuaikan dengan tun-tutan kebutuhan yang lebih
banyak dibandingkan dengan masa sebelumnya, seperti misalnya balai kota;
opera; pavilliun; museum; dan lain-lainnya.

Arsitektur Eklektikisme pada awal abad XIX mengandung rasa sentimen


dan nostalgia pada keindahan langgam masa lampau. Mengulang keindahan
unasur-unsur kla-sik dan dipadukan atau diterapkan secara utuh. Pengulangan
kembali secara utuh kadang-kadang disebut Neo-Klasik.

Eklektikisme dan Neo-Klasikisme

Contoh-contoh Bangunan dan Ciri bangunan Eklektik:

• British Museum London (1823-1846); Sir Robert Smirke

Pada bagian depan atau pinti masuk terdapat portico mendukung


sebuah pedimen bergaya Romawi dengan kolom-kolom ionic octastyle,
menerus berderet hingga sayap kanan dan kirinya.

• Albert Memorial (1863-1872); London; Sir George Gilbert Scott

Patung duduk Pangeran Albert sebagai bagian utama monumen;


diatas sebuah ketinggian pedestal (landasan berbentuk segi empat terbuat
dari granit dan marmer, penuh dengan relief); berada dibawah sebuah
ciborium (cungkup dengan empat buah kolom bentuk Romawi).
• House of Parliament (1795-1860);London; Sir Charles Barry

House of Parliament

Detail otentiknya memancarkan karakter kuno dari kebangkitan


kembali Gothic pada masa itu. Penampilannya dapat memberikan kesan formal
meskipun kompleks gedung ini tidak sepenuhnya simetris, dan adanya menara-
menara menjulang ke atas pada bagian dalam kompleks yang letaknya beraturan.
Pada bagian atas keempat sisi sebuah menara yang lainnya terdapat jam besar,
diberi nama Big Ben, menjadi pertanda kota London.

• Roman Chatolic Cathedral British Museum London (1894-1903); J. F.


Bentley

Memakai konsep arsitektur Byzantium, ditandai dengan sebuah


menara menjulang tinggi di bagian depan kiri dengan atap kubah. Tiga
buah kubah berderet dari depan ke belakang meng-atapi nave (ruang umat
yang cukup luas). Sebuah kubah agak kecil dan ramping,
menutup sanctuary (bag.gereja dimana terdapat altar). Dibelakangnya
terdapat apse (ruang melengkung setengah-lingkaran di belakang altar)
untuk paduan suara.

• Fitzwilliam Museum (1837-1847); Cambridge; George Basevi

Bercorak Korinthian, dengan kolom-kolom langsing berkepala


penuh ukiran, menyangga pedimen penuh ukiran pula, diadaptasikan
dalam bentuk portico “raksasa” jauh lebih besar dari aslinya. Pada ujung
kiri-kanan terdapat penonjolan dengan kolom-kolom pada sudutnya mem-
bentuk pandangan depan simetris, dalam hal ini ciri Barok lebih dominan.

• S. George’s Hall (1840-1854);Liverpool; Harvey Lonsdale Elmes

Bangunan Neo-Klasik dengan interior ruang konser berbentuk


elips, dikelilingi oleh balkon disangga oleh deretan caryatid (kolom
berbentuk patung manusia). Aspek klasik dalam hal ini adalah Yunani,
Romawi dengan sumbu melintang membujur yang sangat kuat, sehingga
membentuk bangunan simetris dan membuatnya berkesan megah.

• La Fontaine Saint Micahel Paris (1856-1860); Perancis; Gabriel Davioud

Monumen berbentuk air mancur, sebagai pengakhiran sebuah


deretan apartemen. Hasil kolaborasi arsitek dan pematung, mengambil
bentuk pelengkung dan tiang-tiang dari berbagai monumen di Itali. Patung
dan hiasan lebih menonjol dari unsur arsitektural lainnya. Bagian utama
monumen berupa patung terletak di bawah pelengkung, sebagai simbol
kemenangan Santo Michael. Di atas terdapat pedimen berbentuk
kombinasi antara segi empat dan pelengkung-pelengkung.

• Opera de Paris (1861-1874); Jean Louis Charles Garnier

Opera de Paris, karya Charles Garnier


Banyak dipengaruhi oleh prinsip Beaux-Arts, khususnya dalam
pengambilan unsure-unsur Renaisans dan Barok. Terlihat pada ornamen
dan bentuk dekorasi yang bermodel klasik Barok hampir memenuhi semua
bagian bangunan; juga pada denahnya yang simetris diperkuat oleh
sumbu-sumbu apabila ditarik garis diantara ruang-ruangnya.

• Arc de Triomphe de L’Etoile Paris (1806-1836); Jean Franqois Therese


Chalgrin

Monumen yang pada dinding-dindingnya penuh dengan relief dan


patung. Pada keempat kakinya terdapat tangga untuk naik kelantai yang
berada di atas pelengkung, saat ini digunakan untuk museum.
Menggambarkan kemenangan dan kejadian penting dalam masa
pemerintahan Napoleon.

• Gereja Katolik Madelaine (1807-1842); Pierre Vignon

Merupakan contoh representatif dari arsitektur Eklektik.


Mengambil gaya kuil antik Romawi berciri Korinthian, octastyle,
dan peripteral sebagaimana terlihat pada kolom-kolom, kepala-tiang, dan
pedimen penuh dengan hiasan dan patung.

• Mausoleum untuk Queen Louise(1810);Schloss Charlottenburg; Karl


Friedrich Schinkel

Berlanggam arsitektur yang berbentuk kuil Yunani dari order


Dorik, dalam hal ini terdapat pedimen (konstruksi segi tiga disangga oleh
kolom-kol0m) ganda yang satu di atas lainnya.

• Schausspielhaus (1819-1821); Berlin; Karl Friedrich Schinkel

Pengaruh aspek Yunani terlihat pada ketegasan bentuk geometrik,


segitiga, balok, segi-empat, dan pada denahnya. Portico atau bagian depan
untuk pintu masuk bercorak Yunani-Ionik hexastyle (berkolom 6). Identik
dengan mauseloum untuk Ratu Louise di atas pedimen dari portico
terdapat sebuah lagi lebih besar, elemen paling dominan dari
bangunan. Entablature semacam kolom melintang antara kolom dengan
pedimen menerus sekeliling bagian atas dinding-dinding luar. Unsur
Renaisans terdapat pada bag. Bawah dari sayap kiri dan kanan pada
bangunan simetris ini, berupa konstruksi berkesan kokoh dengan garis-
garis horizontal dan deretan jendela yang monoton.

• Jefferson Memorial (1934-1943); Amerika Serikat; John Russel Pope

Identik dengan Pantheon Roma dengan portico berkolom Dorik delapan buah
menyangga sebuah pedimen. Portico ini menempel pada sebuah rotunda (ruangan
berdenah lingkaran) dikelilingi oleh kolom Dorik. Ditengah rotunda terdapat
patung Thomas Jefferson menghadap ke Tidal Basin. Kemegahan memorial ini
selain dibentuk oleh arsitekturnya sendiri, lokasinya yang luas terbuka juga oleh
ketinggian letaknya dengan tangga selebar portico.

Arsitektur Neoklasik

Cover : Royal Albert Hall, London (Sumber : www.openbuildings.com)

Arsitektur neo klasik adalah gaya arsitektur yang dihasilkan oleh gerakan neo
klasik yang dimulai pada pertengahan abad ke 18. Gaya ini mengadopsi gaya dari
arsitektur klasik kuno, prinsip-prinsip Vitruvian, dan karya arsitek Italia Andrea
Palladio. Di Eropa tengah dan timur, gaya ini biasanya disebut sebagai Klasisisme
(dalam Bahasa Jerman Klassizismus).

Brandenburger Tor di Berlin (Sumber: www.boundingoveroursteps.com)

Neo klasik muncul sebagai keinginan untuk kembali merasakan “kemurnian” dari
seni Roma dan Yunani kuno, dengan persepsi yang lebih jelas dan ideal. Banyak
arsitek neo klasik pada awal abad ke- 19 yang terpengaruh oleh gambar dan
projek dari Étienne-Louis Boullée dan Claude Nicolas Ledoux. Banyak gambar
grafis karya Boullée yang menggambarkan arsitektur geometris dengan konsep
kekekalan alam semesta. LeDoux membahas konsep arsitektur mengenai
bangunan yang harus dapat mengkomunikasikan fungsinya kepada orang yang
melihat.

Arsitektur Neoklasik merupakan reaksi terhadap gaya arsitektur Rococo dan


Baroque. Banyaknya penemuan dari peninggalan arsitektur Yunani dan Romawi
juga memicu munculnya gaya arsitektur neo klasik. Pada abad ke-18 banyak
orang yang tertarik untuk melakukan penggalian pada situs-situs lama, terutama
situs Yunani.
La Madeleine di Paris (Sumber: lxrobba.wordpress.com)

Ciri-ciri arsitektur Neoklasik antara lain :

• Garis-garis bersih, elegan, penampilan yang rapi (uncluttered)

• Simetris

• Kolom-kolom yang berdiri bebas

Kita bisa melihat bentuk ideal dari arsitektur neo klasik pada kuil. Kuil adalah
bangunan yang merepresentasikan arsitektur klasik dalam bentuk yang paling
murni. Kolom digunakan untuk menahan beban berat dari struktur bangunan.
Namun, kemudian kolom juga digunakan sebagai elemen grafis arsitektur. Atap
biasanya memiliki bentuk yang datar dan horizontal.
The Cathedral of Vilnius di Lithuania (Sumber: commons.wikimedia.org)

Gaya arsitektur neo klasik tidak memiliki kubah atau menara. Fasad bangunan
biasanya datar dan panjang. Sering pula ada kolom-kolom yang berdiri bebas.
Eksterior dibangun sedemikian rupa untuk menciptakan gaya klasik yang
sempurna, seperti pada pintu dan jendela. Pada bagian eksterior penggunaan
dekorasi dikurangi hingga sangat sedikit. Sering juga terdapat kebun di sekitar
bangunan dengan pola geometris.
Interior ruangan yang mewah (Sumber: pinterest.com)

Pada bagian dalam bangunan neo klasik dibuat mirip dengan interior gaya klasik,
yang terinspirasi oleh penemuan kembali kota Pompeii dan Herculaneum. Barang
antik dari Herculaneum menunjukkan bahwa bahkan barang paling antik pada
masa Baroque, atau ruangan paling “Roman” dari William Kent didasarkan pada
basilika dan arsitektur eksterior kuil yang diadaptasi dari luar ke dalam ruangan.
Maka, penampilan ruangan sering kali terlihat megah dan bombastis untuk mata
modern, seperti bingkai jendela yang berubah menjadi cermin berlapis emas.
Lincoln Memorial (Sumber: traveldigg.com)

Neo klasik juga mempengaruhi perencanaan tata ruang kota. Orang Romawi kuno
menggunakan perencanaan kota yang ditujukan untuk pertahanan dan juga
kenyamanan masyarakat sipil. Pada dasarnya, sistem jalan, pusat pelayanan
masyarakat, jalan utama yang sedikit lebih lebar, dan jalan-jalan diagonal adalah
karakteristik dari desain Romawi yang sangat teratur. Fasad yang terlihat kuno
dan lay-out bangunan berorientasi pada pola desain kota. Orang Romawi juga
sangat mementingkan bangunan umum. Banyak dari pola perencanaan kota ini
yang digunakan untuk merancang kota-kota modern pada abad ke-18. Contohnya
adalah Karlsruhe dan Washington DC.

Gaya neo klasik sering ditemukan pada bangunan di negara Inggris dan wilayah
Roma, Paris, dan Berlin. Anda dapat pula menerapkan gaya neo klasik ini pada
rumah hunian pribadi. Berikut adalah ciri khas neo klasik pada aspek warna,
furnitur dan aksesoris:
Penggunaan warna dan hiasan (Sumber: www.idesignarch.com)

Warna.

Interior neo klasik didominasi dengan warna terang seperti krem, abu-abu, biru
pucat, kuning dan hijau. Sedangkan warna yang digunakan sebagai aksen adalah
hitam, merah, emas dan terra cotta.
Furnitur dengan gaya neo klasik (Sumber: www.idesignarch.com)

Furnitur.

Furnitur neo klasik sangat sederhana dan bersifat geometris. Material kayu
berwarna gelap juga sering digunakan. Lantai sering menggunakan material
marmer atau batu alam. Namun, tidak jarang ada yang menggunakan karpet
Persia. Kain yang digunakan untuk dekorasi jendela atau sofa biasanya
menggunakan bahan mewah seperti sutra, brokat, katun, dan wol.
Aksesoris patung (Sumber: pinterest.com)

Aksesoris.

Tampilan mewah pada rumah dapat diciptakan dengan menghadirkan aksesoris


seperti guci, porselen, tembikar, dan patung. Untuk hiasan dinding, gunakan karya
seni berupa lukisan atau cermin besar dengan bingkai emas.

Arsitektur Neoklasik lahir antara lain karena ditemukannya kembali peninggalan


arsitektur Yunani dan Romawi, serta adanya perubahan politik antara lain revolusi
Perancis (1789) dan Amerika(1776) menciptakan republik, dengan anggapan
mengambil seni yang diasosiasikan dengan seni Yunani (demokrasi) dan Romawi
(republik). Pada abad ke-18 orang (terutama yang senang benda antik dan arsitek)
banyak tertarik untuk mengadakan perjalanan dan penggalian situs-situs lama,
terutama Yunani.
Di antaranya:

Orang Inggris: James Stuart dan Nicholas Revett yang menghabiskan masa 3
tahun di Yunani, membuat gambar-gambar akurat dari peninggalan gedung lama
Yunani (a.l. mempresentasikan order Doric di Phartenon dengan rinci – 1762)
Orang Jerman: Johann Winckelmann yang menemukan kembali kota Pompeii.

Banyaknya penemuan tersebut membuat arsitektur Neoklasik dapat menciptakan


karya yang lebih mendekati/mirip arsitektur klasik (Yunani dan Romawi)
daripada arsitektur Renaissans. Kecenderungan pada gaya Yunani atau gaya
Romawi atau bisa disebut juga Battle of the Styles.

Ciri-ciri arsitektur Neoklasik antara lain :

• Garis-garis bersih, elegan, penampilan yang rapi (uncluttered)

• Simetris

• Kolom-kolom yang berdiri bebas


Prototipe yang umumnya dicontoh adalah arsitektur kuil. Hal ini dikarenakan
arsitektur kuil dianggap sebagai bentuk paling murni dari arsitektur klasik. Kolom
pada kuil benar-benar berfungsi untuk
menopang bangunan (bukan dekorasi).

Jadi dapat disimpulkan pada Arsitektur Neoklasik, fungsi dari kolom benar-benar
menopang, bukan hanya dekorasi atau kolom yang berdiri bebas dan menopang
entablatur.\

Garis atap umumnya datar dan horisontal, jarang ada menara dengan fasade yang
cenderung panjang dan datar akibat dari efek dari kolom yang berjajar. Proporsi
klasik pada eksterior sangat penting dimana pintu dan jendela tidak mengurangi
kesempurnaan nilai-nilai arsitektur klasik meskipun diletakkan di belakang
kolom-kolom depan. Pintu dan jendela tidak menjadi elemen skluptural.

Di Perancis dan Italia tradisi taman formal berdasar pada pola-pola geometris
dipertahankan, sedangkan di Inggris taman lebih luwes atau lebih meniru alam
(membuat alam dengan skala lebih kecil).
Terdapat dua gaya bangunan yang terkenal pada periode Arsitektur Neoklasik ini,
yaitu Gaya Georgia (Inggris Raya) dan Gaya Federal (Republik Amerika Serikat).

Gaya Georgia berkembang di Inggris, 1715 – 1820 dan dipengaruhi oleh gaya
arsitektur Palladia. Gaya ini banyak terlihat pada penataan kota/kawasan.
Sedangkan Gaya Federal berkembang di Amerika Serikat (1780 – 1820). Dengan
fitur tipikal interior yang berbentuk oval, tangga melingkar yang berdiri bebas,
portico yang di’bingkai’ oleh kolom-kolom, profil kayu yang kecil, dan proposi
yang ‘langsing’ (slender).
REFERENSI

Sumalyo, Yulianto. 2014. Arsitektur Klasik Eropa. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

https://anisavitri.wordpress.com/2009/07/10/arsitektur-modern-ekletik-neo-klasik-
bag-2/

https://www.arsitag.com/article/mengenal-arsitektur-neo-klasik

https://atpic.wordpress.com/2011/03/03/arsitektur-neoklasik-abad-18m/

Anda mungkin juga menyukai