Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, dan ia merupakan ungkapan fisik
dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan waktu tertentu.
Dari dahulu sampai sekarang bahkan yang akan datang, arsitektur akan selalu berkembang
dalam bentuk semakin kompleks, sejalan dengan perkembangan peradaban dan budaya
termasuk ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan kebutuhan manusia baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang sukar
ditentukan batasnya. Dan untuk mempermudah di dalam mempelajarinya, suatu karya
arsitektur dibedakan menurut ciri-ciri bentuk dan karakter arsitektural dalam kurun waktu
tertentu. Pengelompokan-pengelompokan perkembangan arsitektur antara lain adalah:
primitif, tradisional, klasik barat, dan modern.
Kebudayaan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur, mencakup interaksi
antar kebudayaan manusia dengan alam, dalam hal ini termasuk iklim, topografi, dan faktor
lingkungan lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajarinya, dibagi ke dalam periode,
tempat, siapa, atau masyarakat mana yang membangun.
Arsitektur Modern sendiri merupakan perkembangan dari klasik Barat, berubah
secara revolusioner sejalan dengan revolusi industri mulai awal abad XIX dengan terjadinya
perubahan besar-besaran dalam pola hidup dan pola pikir. Dan perkembangannya itu
sendiri tidak lepas dari pengaruh atau perubahan-perubahan yang terjadi sejalan dengan
perkembangan budaya berbagai bangsa. Oleh karena itu semakin sulit menentukan batas-
batas sosial-budaya, ruang atau tempat dan waktu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pembahasan mengenai sejarah perkembangan
arsitektur di sini membatasinya dalam lingkup budaya, termasuk pola hidup, pola pikr
masyarakat pada periode tertentu. Uraian dimulai dari awal perubahan besar masyarakat
dari tradisional, pertanian, klasik konservatif dalam kehidupan modern industrial.
II. Arsitektur Modern Barat
Disebut Modern-Barat karena pola pikir dan hidup lahir, tumbuh, dan berkembang di
mulai dari Barat atau Eropa sejak abad XVI. Kehidupan pertanian klasik, tradisonal dengan
proses langsung dan sederhana mulai ditinggalkan dengan ditemukannya alat-alat produksi,
perhubungan dan komunikasi yang lebih maju.
Sejak jaman Renaissance, perkembangan arsitektur modern sudah dimasukkan
dalam jaman modern. Masa ini di mulai dengan konsep-konsep baru dari Italia sejak abad
XV disebut “modern” ditandai dengan adanya percampuran antara Gothik dan Renaissance
melanda Eropa hingga masa Neo-Klasik, dinamakan Post Renaissance abad XVIII.
Pada abad XIX, meskipun unsur dan bentuk klasik masih mendominasi banyak
bangunan, konsep dasarnya sudah tidak diterapkan lagi. Masa berakhirnya arsitektur klasik
terjadi sejak revolusi industri di Inggris, sehingga menimbulkan revolusi sosial-ekonomi,
tidak hanya melanda Eropa tetapi seluruh dunia.
Dalam arsitektur, perubahan mendasar terjadi antara lain dalam ornamen atau
hiasan ditempatkan dalam perspektif lebih bebas dibandingkan dengan struktur dan ruang.
Hiasan-hiasan untuk keindahan dalam arsitektur klasik masih tetap menjadi aspek penting
dalam masa akhir arsitektur klasik ini, akan tetapi pencampuran berbagai gaya, konsep dan
hiasan terlihat sangat menonjol.
Akhir arsitektur klasik disusul dengan timbulnya gaya Eklektikisme, yang berarti
mengambil unsur-unsur terbaik, digabung, dan disusun ke dalam satu bentuk tersendiri.
Setelah masa itu, dunia arsitektur berkembang lebih cepat dimulai dari modernisme awal,
fungsionalisme, internasionalisme, kubisme hingga post-modern.
Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya. Arsitektur
Eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk
tersendiri. Arsitek, pemilik bangunan atau keduanya bersama memilih secara bebas, gaya-
gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosio-ekonomi
mereka.
Arsitektur modern perkembangnnya dimulai dengan Eklektisme, selain karena
kejenuhan pola klasik lama juga karena semakin banyak pilihan untuk digabungkan atau
diulang tetapi da-lam pola, konsep, bentuk baru. Pada abad XIX bentuk, langgam, konstruksi
dan bahan-bahan ba-ngunan dalam arsitektur semakin berkembang bervariasi sehingga
pilihan pun semakin banyak.
Dalam sejarah perkembangan arsitektur, istilah Eklektisme dipakai untuk menandai
ge-jala pemilihan atau pencampuran gaya-gaya pada abad XIX masa berakhirnya Klasikisme,
masa awal Modernisme dan bukan pencampuran mau pun perkembangan pada masa
sebelumnya.
Eklektisme menandai perkembangan arsitektur abad XIX, dengan ketidakpastian
lang-gam. Pencampuran bentuk menghasilkan langgam tersendiri, memperlihatkan adanya
pola pikir akademis, tetapi dalam bentuk yang masih konservatif. Fungsi bangunan
disesuaikan dengan tun-tutan kebutuhan yang lebih banyak dibandingkan dengan masa
sebelumnya, seperti misalnya balai kota; opera; pavilliun; museum; dan lain-lainnya.
Arsitektur Eklektikisme pada awal abad XIX mengandung rasa sentimen dan nostalgia
pada keindahan langgam masa lampau. Mengulang keindahan unasur-unsur kla-sik dan
dipadukan atau diterapkan secara utuh. Pengulangan kembali secara utuh kadang-kadang
disebut Neo-Klasik.
House of Parliament
Detail otentiknya memancarkan karakter kuno dari kebangkitan kembali Gothic pada
masa itu. Penampilannya dapat memberikan kesan formal meskipun kompleks gedung ini
tidak sepenuhnya simetris, dan adanya menara-menara menjulang ke atas pada bagian
dalam kompleks yang letaknya beraturan. Pada bagian atas keempat sisi sebuah menara
yang lainnya terdapat jam besar, diberi nama Big Ben, menjadi pertanda kota London.
Roman Chatolic Cathedral British Museum London (1894-1903); J. F. Bentley
Memakai konsep arsitektur Byzantium, ditandai dengan sebuah menara menjulang
tinggi di bagian depan kiri dengan atap kubah. Tiga buah kubah berderet dari depan ke
belakang meng-atapi nave (ruang umat yang cukup luas). Sebuah kubah agak kecil dan
ramping, menutup sanctuary (bag.gereja dimana terdapat altar). Dibelakangnya terdapat
apse (ruang melengkung setengah-lingkaran di belakang altar) untuk paduan suara.
Fitzwilliam Museum (1837-1847); Cambridge; George Basevi
Bercorak Korinthian, dengan kolom-kolom langsing berkepala penuh ukiran,
menyangga pedimen penuh ukiran pula, diadaptasikan dalam bentuk portico “raksasa” jauh
lebih besar dari aslinya. Pada ujung kiri-kanan terdapat penonjolan dengan kolom-kolom
pada sudutnya mem-bentuk pandangan depan simetris, dalam hal ini ciri Barok lebih
dominan.
S. George’s Hall (1840-1854);Liverpool; Harvey Lonsdale Elmes
Bangunan Neo-Klasik dengan interior ruang konser berbentuk elips, dikelilingi oleh
balkon disangga oleh deretan caryatid (kolom berbentuk patung manusia). Aspek klasik
dalam hal ini adalah Yunani, Romawi dengan sumbu melintang membujur yang sangat kuat,
sehingga membentuk bangunan simetris dan membuatnya berkesan megah.
La Fontaine Saint Micahel Paris (1856-1860); Perancis; Gabriel Davioud
Monumen berbentuk air mancur, sebagai pengakhiran sebuah deretan apartemen.
Hasil kolaborasi arsitek dan pematung, mengambil bentuk pelengkung dan tiang-tiang dari
berbagai monumen di Itali. Patung dan hiasan lebih menonjol dari unsur arsitektural
lainnya. Bagian utama monumen berupa patung terletak di bawah pelengkung, sebagai
simbol kemenangan Santo Michael. Di atas terdapat pedimen berbentuk kombinasi antara
segi empat dan pelengkung-pelengkung.
Opera de Paris (1861-1874); Jean Louis Charles Garnier
Dalam kurun waktu 1880-1890 terjadi semacam revolusi industri kedua dalam
bentuk rasionalisasi dan penggunaan mesin secara besar-besaran. Timbulnya sistem
fabrikasi dimana sebagian besar unsur bangunan di buat di pabrik, penggunaan mesin-
mesin, teknologi baja tuang dan sebagainya, memungkinkan pembangunan hanya dalam
waktu relatif singkat. Terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian: arsitek dalam hal
bentuk, ruang dan fungsi di satu pihak dan keahlian konstruksi dan struktur dalam hal
perhitungan dan pelaksanaan bangunan di lain pihak.
Dalam masa modernisasi awal teori-teori keindahan khususnya dalam arsitektur oleh
Pugin, Ruskin, Moris, dan lain-lain berkembang secara lebih radikal menentang Classicissm,
sebaliknya menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau kemurnian.
Pertentangan–pertentangan dalam dunia arsitektur tersebut dapat dikatakan
sebagai berikut :
1. arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science
2. arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space
3. arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly
4. arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal
Ciri Umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX dan awal abad XX
ini adalah asimetris, kubis, atau semua sisi (depan samping dan belakang) dalam komposisi
dan kesatuan bentuk, elemen bangunan jendela, dinding, atap, dan lain-lain menyatu dalam
komposisi bangunan.
Selain itu hanya terdapat sedikit atau tanpa ornamen pada bangunan. Hal ini
memper-lihatkan dengan jelas sebagai “perlawanan” arah dari arsitektur klasik dan juga
sangat berbeda dengan Modern-Eklektik, di mana ornamen, elemen-elemen bangunan
(pondasi, kolom, atap, jendela, dinding, dan lain-lain) yang terlihat jelas sebagai unsur
tersendiri satu dengan lain lepas, tidak dalam kesatuan.
Pada masa ini muncul berbagai macam pergerakan yaitu antara lain: Art and Craft,
Art Nouveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School,dan yang
lainnya..
Ciri dan Bentuk Bangunan Arsitektur Modern Awal
Post Savings Bank Office (1904-1906), Wina, Otto Wagner
Merupakan bangunan Free Renaissance (bebas dalam mengolah namun masih terli-hat
cirinya). Bagian-bagian sudah mulai menya-tu dalam komposisi, misalnya antara dinding,
pintu, dan jen-dela. Merupakan gedung pertama di Wina yang menggunakan aluminium dan
beton bertulang. Hall utama beratap kaca dua lapis (yang atas sebagai atap berbentuk
pelana dan di bawah-nya berfungsi sebagai plafond melengkung pada bagian ping-girnya).
Sistem atap ini menggantung pada dinding-dinding yang mengelilingi hall tersebut.
La Majolikahaus (1898-1899), Wina, Otto Wagner
Bangunan bersejarah yang menandai mulainya Arsitektur Modern Rasionalis dan Art
Nouveau. Bagian depannya berupa bidang datar seperti dekor dengan deretan mono-ton
vertikal horizontal jendela dan pintu pada bagian bawah. Kesan simetris diperkuat dengan
adanya balkon di kanan-kiri. Adaptasi dan pemanfaatan hasil industri ter-lihat pada
penggunaan baja rangka atap, balustrade pada lantai 2 & 3 juga bergaya Art Nouveau.
Penggunaan keramik sebagai pelapis dinding dengan oranamen Art Nouveau, berupa
penyerdehanaan bentuk floral. Berlatar belakang kekuning-kuningan hiasan tersebut
terlihat kontras dan mencolok.
Casa Batllo (1904-1906); Barcelona; Antonio Gaudi
Modernisasi Gothik terlihat pada menara-menara runcing. Tetapi, dalam langgam Art
Nouveau ini, di bagian depan bangunan dibuat penonjolan-penonjolan balkon berbentuk
plastis lengkung-lengkung seperti batu karang. Pintu-jendela kaca lantai dasar, dua, dan tiga
mirip seperti gua dan kolom-kolom berbentuk silindris seperti batang pohon di hutan (ber-
wujud suatu bentukan yang berkesan metaphoric). Konsep bangun-annya berwarna-warni
hingga seperti lukisan.
Casa Mila Apartment (1906-1910), Barcelona, Antonio Gaudi
Casa Mila, karya Antoni Gaudi
Bentuknya seperti lahar meleleh dan mem-berikan kesan seperti formasi tebing karang
terkikis oleh angin dan air. Art Nouveau diterapkan dalam balustrade, teralis, pintu, dan
lainnya. Merupakn bentuk kreasi yang sama sekali baru, dikatakan istimewa dan juga aneh.
Bentuk teralis besi, beton cetak berbentuk sangat plastis melengkung, silindris.
Sagrada Familia (1883-1926); Barcelona; Antonio Gaudi
Sebuah Gereja dengan Modernisasi Arsitektur Gothik dalam bentuk lebih rumit, lebih besar
dengan lebih 12 menara. Permukaan dinding tidak ada yang rata, semuanya dihias dengan
patung, relief, atau bentuk Art Nouveau lainnya. Art Nouveau ala Gaudi, ornamen-
ornamennya dibuat dengan di cor atau dicetak dengan beton. Pengembangan bentuk klasik
dalam konsep “kejujuran”, kemurnian terlihat pada bangunan-bangunannya yang tidak
diperhalus lebih lanjut baik dinding dari bata, batu mau pun sistem beton exposed setelah
cetakannya dibuka.
Sistem konstruksi (kolom, lengkungan, bidang parabolic/hiperbolik, bentangan lebar,dll)
menuntu adanya ketepatan dan perhitungan teknik struktur yang kompleks dan rumit,
bagian dari teknologi modern.
Auditorium Building (1887-1890), Chicago, Louis Henry Sullivan
Gedung ini merupakan Landmark kota Chicago, menyatukan kegiatan komersial dan
kesenian dalam satu atap.
Memadukan konfigurasi persegi-empat (rectangular) segi empat yg banyak dipa-kai pada
masa itu, dengan pelengkung Ro-manesque dan Queen Anne, menara kecil berpuncak
runcing, atap Chateausqe dan dormers. Dinding luar dan lantai bawah terlihat sebagai
susunan batu berkesan ko-koh, dengan deretan jendela seperti pada bangunan bergaya
Renaissance. Pintu masuk menuju hall utama dan theatre terdiri dari tiga pintu besar
berpelengkung di atasnya. Diatasnya terdapat kolom-kolom silindris bergaya Dorik dari
lantai 2-5 menyangga pelengkung-pelengkung Romanesque.
Hotel Tassel (1892-1893), Brussel, Victor Horta
Menyatunya elemen konstruksi dengan dekorasi terlihat pada tiang, balustrade (terbuat
dari tembaga). Ornamen dilukis pada dinding dengan corak Art Nouveau. Atap di atas
menggunakan kaca, dihias dengan warna kekuning-kuningan serasi dengan warna
sekitarnya. Perabot, interior rumah ini bentuk dan karakternya menyatu seirama mengikuti
bagian-bagian lainnya. Balok dan kusen pintu-jendela semuanya bergaya Art Nouveau
selaras menyatu dengan elemen-elemen konstruksi.
Amsterdam Exchange (1896-1903), Belanda, Hendrik Petrus Berlage
Permukaan dindingnya rata tanpa penon-jolan elemen bangunan maupun hiasan. Pada
permukaan dinding rata tersebut terdapat lubang-lubang pintu, jendela, ventilasi ter-susun
dalam irama tidak monoton dan tidak simetris. Menara yg lebih tinggi dari atap bangunan
pada sudutnya, menjadikan pan-dangan depan dan samping menjadi tidak simetris. Masuk
utama melalui tiga buah pintu bagian atasnya melengkung seperti pada bangunan Roma-
nika.Di atas pintu masuk terdapat deretan jendela kaca tersu-sun horizontal vertikal
membentuk suatu bidang bermotif kotak-kotak. Ruang utama-nya beratap setengah
lingkaran berkerangka baja beratap kaca. Di bagian dalam kons-truksi dinding sama dengan
di luar, yaitu menggunakan bata merah tidak diplester.
Konsep baru menandai modernisasi dalam arsitektur ditemui dalam sistem rangka atap,
kesederhanaan bentuk dan kreatifitasnya. Susunan kuda-kuda baja selain berfungsi sebagai
struk-tur, bagian-bagiannya termasuk kabel-kabel penahan gaya tarik menjadi unsur
dekoratif ruang yang selaras dengan bagian bangunan lainnya
ARSITEKTUR MODERN FUNGSIONALISME,
RASIONALISME DAN KUBISME (1900-1940)
Maison Laroche
Denah rumah berbentuk huruf L, dimaksudkan untuk memisahkan 2 penghuni
berbeda.
Sisi utama di depan (untuk gallery) berupa ruang, luas dan tinggi karena adanya mezzanine
kombinasi dengan 2 atau 3 lantai dengan sisi lainnya. Di atas terdapat sebuah balkon
menjorok melayang dan ada semacam jembatan menghubungkan ruang-ruang
berseberangan dengan mezzanine. Selain tangga, Le Corbusier juga merancang jalur naik
landai (ramp). Banyak jendela besar dan lebar di atas dan disamping. Jendela ini bentuknya
tidak lagi seperti dinding dilubangi pada bangunan klasik, tetapi berupa bidang membentuk
komposisi horizontal-vertikal (terdiri dari bidang kaca dan rangka aluminium).
La Samaritene (1926), Paris, Henry Sauvage dan Frantz Jourdan
Konstruksi beton bertulang dinding dan lantainya dipadukan dengan baja cetak
prefabricated pada ruang dalamnya yang bergaya Art Deco. Jendela kaca sangat lebar
mendominasi bagian depan dan mezzanine menyatukan ruang-ruang di lantai berbeda.
Merupakan penerapan Cubism.
Notre Dame du Raincy (1922-1924), Paris, Auguste Perret
Interior Notredame
Bentuk monumental gereja dicapai dengan pola simetris, menggunakan sistem kons-truksi
beton bertulang exposed, dengan kolom-ko-lom dalam hal ini bentuknya silindris, menjulang
tinggi pada setiap sudut sebuah me-nara di tengah-depan. Menara makin ke atas semakin
ram-ping seperti bentuk gereja Gothik. Nave (ruang utama umat) atapnya melengkung,
dindingnya berupa krawang beton (concrete grilles), untuk menghindari angin dan air tetapi
tetap tembus pandang, krawang ditutup kaca. Bentuk dan susunan krawang geometris
perpaduan segi empat, bujur sangkar, dan diagonal-diagonalnya membentuk segi tiga.
Bekas perancah beton membentuk garis-garis sesuai dengan pemasangannya.
Sistem beton exposed temuan Auguste Perret diterapkan dengan sangat baik dan pada
akhirnya banyak diikuti oleh arsitek-arsitek lain dalam publikasi, perencanaan,maupun
pelaksanaan.
Apartment House (1902-1903); Paris; Auguste Perret
Menggunakan sistem beton bertulang, yang dapat dilihat pada facadenya. Sistem
beton exposed-nya diberikan ornamen-ornamen panel. Façade yang menjorok kedalam
dengan bukaan jendela yang lebar memperlihatkan pembagian lantai yang indah pada
bangunan tersebut. Peng-gunaan kaca (termasuk kaca hias) memperindah tampilan
bangunan pada lantai dasar. Di mana kantor Perret berada.
Abattoirs de La Mouche (1909); Lyons; Tony Garnier
Ruang utama (markethall) luas lebar tanpa tiang di tengah, dapat terbentuk berkat
sistem konstruksi dari rangka baja. Menggunakan atap kaca yang tegak lurus memasukkan
sinar dari samping dan atap metal datar sehingga konstruksi atap ini membentuk undak-
undakan. Bentuk atap ditunjukkan pada wajah depan dan belakang, sehingga pandangan
depan simetris juga undak-undakan ke arah kiri-kanan.
AEG High-Tension Plant (1909-1910), Berlin, Peter Bahrens
Menggunakan atap kaca diletakkan diantara dua atap parallel lainnya. Bangunan bertingkat
enam lantai terbagi menjadi dua, yang berupa sayap. Bangunan melintang empat lantai,
menerus melalui hall yang menghubungkan bagian bangunan yang terpisah tersebut.
Fagus Shoe Last Factory (1910-1914), Alfeld/ Leine, Walter Gropius, Adolf Meyer,
Eduard Werner
Façade sebagai bagian yang mendominasi bangunan tersebut membedakan dengan jelas
dari lingkungannya. Rangka besi (ironframe) di-letakkan di antara kolom dinding bata kuning
mendukung penampilan kaca (glazing) dan lem-baran-lembaran baja (metal heets) pada
area din-ding. Emphatic, kesolidan pada sudut diperlihat-kan pemecahannya, transparan
penuh yang me-nyatukan ruang luar dan dalam. Kesederha-naan dan penerapan bahan
bangunan modern diutama-kan dalam rancangannya.
Goldman & Salatsch Building (1909-1911), Wina, Adolf Loos
Menggunakan beton bertu-lang dengan din-ding bata. Lantai 1-4 diplester dengan lapisan
halus, ringan-stuc-co berwarna lantai dasar dan mezzanine dibungkus dengan hijau Yunani
ber-corak marmer, didasari de-ngan granit. Pilar-pilarnya monolit dengan corak marmer,
terbuat dari kayu dikelilingi oleh kaca yang sudah berbentuk (formal glass cabinet) searah
dengan sumbu utama.
Berkembangnya Fungsionalisme atau sering disebut pula Rasionalisme ke seluruh dunia
membuatnya disebut Langgam Internasional atau International Style, yang sangat erat
terkait dengan perkembangan arsitektur modern berikutnya.
The International Style
Ludwig Mies van der Rohe
German Pavilion at the International Exhibition in Barcelona (1929)
Semua dinding jendela dan pintu utuh dari atas sampai bawah membentuk bidang-
bidang vertikal. Atap datar dari beton bertulang berwarna kontras dengan dinding dalam
komposisi keseluruhan menjadi unsur horizontal, seolah melayang ringan di atas dinding
kaca dan marmer. Selain itu kolam di dalam dengan karakter dan warna air, juga menjadi
elemen bidang horizontal dalam komposisi ini. Dalam rancangannya terlihat kederhanaan
dan kemurnian dan kesatuan ru-ang luar-dalam, komposisi blok, kotak dan kubus.
Hubungan antara ruang dalam dan ruang luar, salah satu ciri khas dari arsitektur Cubism,
dikuatkan dengan pintu-jendela lebar, luas dan trans-paran, bidang-bidang menerus dari
luar (halaman) menyatu dengan dinding ruang dalam.
Hans Scharoun
Villa Schminke in Lobau, Saxony (1933)
Bentuk dan orientasi bangunan diperoleh dari keadaan tapak dan lingkungannya. Banyak
ruangan terbuka yang memang dengan sengaja dibuat untuk memperoleh sinar dan
menyatukan ruang luar-dalam. Penggunaan material kaca dengan buka-an besar dan lebar,
menggunakan kusen dan rangka alumunium banyak mendomi-nasi bangunan ini. Sederhana
namun ele-gan. Pada bagian taman terdapat kaca dengan kemiringan tertentu, untuk men-
dapatkan sinar bagi tanaman. Lingkaran-lingkaran pada atap datar diwarnai de-ngan lampu-
lampu yang memantulkan sinarnya pada kolam taman di malam hari.
Alvar Aalto
Tuberculosis Sanatorium in Paimio (1928-1933)
Bangunan ini tercipta berdasarkan dua pertimbangan yang diambil Alvar Aalto, yaitu: 1.
adanya area yang ditujukan khusus untuk pekerja/personel dengan lingkungan yang tenang,
seperti : perawat/suster, dokter, administrasi, dan lainnya. 2. Pemecahan yang baik untuk
akomodasi pasien: dengan ketinggian, pengakhiran blok yang ramping dengan teras yang
menjorok keluar. Ia meran-cang ruang-ruang berdasarkan garis-garis linear yang
berorientasi ke arah dimana dapat diperoleh sinar matahari dan udara yang maksimal
sehingga kelihatannya tidak beraturan.
Interiornya mencerminkan gambaran lamanya jam pasien yang terbaring di tempat tidur.
Plafondnya di warna berbeda, berkesan lebih dalam dan penataan lampunya secara tidak
langsung (indirect). Penerapan konsep modern berupa keseder-hanaan tanpa elemen
dekorasi, dimana yang mejdi elemen dekorasi itu sendiri ialah jendela memanjang (ribbon
window), lantai, balustrade dan atap datar, semua dindingnya berwarna cerah.
Bangunan ini, dengan pembagian bangunan berdasarkan fungsi dan kegunaan yang berbeda
kedalam area yang berbeda pula menjadikannya sebagai contoh dalam pem-buatan
bangunan rumah sakit di seluruh dunia
Richard Neutra
“Health House”, Villa for Philip Lovell in Los Angeles (1927-1929)
Menampilkan penerapan stuktur baja yang ringan perpaduan dengan beton bertulang
sebagai dasar pembentuk dari bangunan ini. Dibangun di sisi gunung. Jendela berkerangka
baja dengan berbagai bentuk dan ukurannya, semuanya menyatu dengan konstruksi dinding
dan balustrade putih, horizontal berkesan ringan melayang. Bentuk tiga dimensional dari
lantai dan dinding menjorok ke luar dari balkon, lantai atas dan atap datar semakin terlihat
bila timbul warna gelap dan terang oleh bayangan matahari. Merupakan penerapan dari
konsep Cubism. Prinsip kesederhanaan ungkapan dari fungsional dan purism terlihat pula
pada ruang dalamnya.
Frank Lloyd Wright
“Falling Water”, Villa for Edgar J. Kaufmann, Bear Run, Pennsylvania (1935-1939)
Setelah perang Dunia II, perkembangan di berbagai bidang kehidupan sangat cepat,
demikian pula halnya dengan perkembangan arsitektur modern. Tokoh-tokoh arsitektur
modern pada masa sebelumnya seperti Le Corbusier, Frank Llyod Wright, Mies van der
Rohe, Alvar Aalto, Kenzo Tange tetap menjadi pelopor. Mies masih tetap konsisten dengan
konsep minimal-ism, menggunakan konstruksi baja dan kaca untuk bidang, pintu, dan
jendela. Le Corbusier cenderung merancang dalam bentuk-bentuk sculptural sensasional.
Dan Frank Llyod Wright masih tetap berkarya dengan gaya arsitekturnya yang khas.
Kemudian arsitektur modern berkembang lebih jauh lagi dipelopori oleh para
arsitek generasi berikutnya, terutama yang pernah menjadi murid dari tokoh-tokoh
arsitektur modern pada masa sebelumnya. Teknologi konstruksi, bahan bangunan dan
kebutuhan akan fasilitas ruang yang secara kualitatif dan kuantitatif semakin meningkat
membuat perkembangan arsi-tektur modern semakin kompleks.
I. Tokoh-tokoh Arsitektur Modern dan Karya-karyanya ( > 1940 )
Le Corbusier
Notre-Dame-du-Haut Ronchamp (1950-1954)
Yale University
University of Pennsylvania, Philladelphia, 1958-1960
Philip Johnson
Robert Wiley House, new Cannaan, Connecticut
Menggunakan rangka baja penuh sebagai dinding menyatu dengan pintu dan
jendela. Rumah ini berdiri diatas lantai bawahnya, dan sebagian atap lantai bawah yang
datar dijadikan teras.
Paul Rudolph
Art and Architecture Building, Yale University, New Haven, Connecticut, 1962-1963
Crawford Manor Aparment 1962-1966, New Haven, Connecticut
Ieoh Ming Pei
Mile Hight Center, Denver, Colorado, 1952-1956
Kips Bay Plaza, New York, 1957-1962
Kevin Roche
College Life Insurance Building, Indiana, 1969
Berbentuk unik, asli, dan otentik. Secara geometris tidak sepenuhnya berbentuk
pyramid tetapi gedung ini sering disebut sliced glass pyramids. Terdiri dari 3 unit berbentuk
sama satu dengan yang lain bergandengan, berbentuk pyramid terpancung di atas dan
terpotong di sisi sehingga salah satu sisinya tegak massif. Berdinding luar kaca, memiliki
struktur inti atau core.
Eero Saarinen
General Motors Buildings, Detroit, USA, 1951
Leceister University
Berupa satu unit tetapi terdiri dari elemen-elemen geometris yang berbeda bentuk
satu dengan yang lain. Di tengah unit paling tinggi dan menonjol dari lainnya berbentuk
huruf L siku sama sisi, bertrap-trap semakin ke atas semakin tipis, tangga dan lift dibuat
terpisah-menempel pada bagian ini. Dari luar terlihat seperti sebuah menara kembar.
Di sudut bawah siku huruf L terdapat hall cukup luas beratap kaca tinggi seperti
kristal dan miring sampai lantai bawah. Struktur kaca tersebut terbuat dari kabel dan batang
baja. Di sisi lain terdapat ruang-ruang lain tidak tinggi beratap datar untuk teras. Adanya
kontras dan “tegangan” antara bidang-bidang massif dengan warna bata merah exposed
dengan bidang-bidang kaca memberikan daya tarik tersendiri.
Gedung Fakultas Sejarah, Universitas Cambridge, Inggris
Cambridge University
II. POST-MODERNISME
V. DEKONSTRUKSI
Pusat Studi & Perpustakaan, Universitas Ekonomi & Bisnis di Vienna, Austria, rancangan
arsitek perempuan Zaha Hadid, bergaya dekonstruksi.
2. Fungsi ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap
Arsitektur)
Yang dimaksud dengan `fungsi’ di sini bukanlah `aktivitas’, bukan pula `apa yang
dikerjakan/dilakukan oleh manusia tehadap arsitektur’ (keduanya diangkat sebagai
pengertian tentang `fungsi’ yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam
arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk
mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian
manusia sebagai mahluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai
makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi
dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk
biologis tetapi manusia sebagai pribadi.
Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan
demikian, ‘FUNGSI bukan AKTIVITAS’
Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu
- Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia (baik melindungi
nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom)
- Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat,
- Arsitektur mempunyai fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai manusia untuk berbagai
keperluan,
- Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budayanya akan masa silamnya,
- Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan berkhayal,
- Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya.
Berdasarkan pokok pikiran ini, maka:
- Dalam PURNA MODERN yang ditonjolkan didalam fungsinya itu, adalah fungsi-fungsi
metaforik (=simbolik) dan historikal.
- NEO MODERN menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi, yang utopi (masa depan yang
sedemikian indahnya sehingga tidak bisa terbayangkan).
- DEKONSTRUKSI menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.