Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

I. Sejarah Perkembangan Arsitektur

Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, dan ia merupakan ungkapan fisik
dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan waktu tertentu.
Dari dahulu sampai sekarang bahkan yang akan datang, arsitektur akan selalu berkembang
dalam bentuk semakin kompleks, sejalan dengan perkembangan peradaban dan budaya
termasuk ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan kebutuhan manusia baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan waktu yang sukar
ditentukan batasnya. Dan untuk mempermudah di dalam mempelajarinya, suatu karya
arsitektur dibedakan menurut ciri-ciri bentuk dan karakter arsitektural dalam kurun waktu
tertentu. Pengelompokan-pengelompokan perkembangan arsitektur antara lain adalah:
primitif, tradisional, klasik barat, dan modern.
Kebudayaan sangat mempengaruhi perkembangan arsitektur, mencakup interaksi
antar kebudayaan manusia dengan alam, dalam hal ini termasuk iklim, topografi, dan faktor
lingkungan lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajarinya, dibagi ke dalam periode,
tempat, siapa, atau masyarakat mana yang membangun.
Arsitektur Modern sendiri merupakan perkembangan dari klasik Barat, berubah
secara revolusioner sejalan dengan revolusi industri mulai awal abad XIX dengan terjadinya
perubahan besar-besaran dalam pola hidup dan pola pikir. Dan perkembangannya itu
sendiri tidak lepas dari pengaruh atau perubahan-perubahan yang terjadi sejalan dengan
perkembangan budaya berbagai bangsa. Oleh karena itu semakin sulit menentukan batas-
batas sosial-budaya, ruang atau tempat dan waktu.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pembahasan mengenai sejarah perkembangan
arsitektur di sini membatasinya dalam lingkup budaya, termasuk pola hidup, pola pikr
masyarakat pada periode tertentu. Uraian dimulai dari awal perubahan besar masyarakat
dari tradisional, pertanian, klasik konservatif dalam kehidupan modern industrial.
II. Arsitektur Modern Barat
Disebut Modern-Barat karena pola pikir dan hidup lahir, tumbuh, dan berkembang di
mulai dari Barat atau Eropa sejak abad XVI. Kehidupan pertanian klasik, tradisonal dengan
proses langsung dan sederhana mulai ditinggalkan dengan ditemukannya alat-alat produksi,
perhubungan dan komunikasi yang lebih maju.
Sejak jaman Renaissance, perkembangan arsitektur modern sudah dimasukkan
dalam jaman modern. Masa ini di mulai dengan konsep-konsep baru dari Italia sejak abad
XV disebut “modern” ditandai dengan adanya percampuran antara Gothik dan Renaissance
melanda Eropa hingga masa Neo-Klasik, dinamakan Post Renaissance abad XVIII.
Pada abad XIX, meskipun unsur dan bentuk klasik masih mendominasi banyak
bangunan, konsep dasarnya sudah tidak diterapkan lagi. Masa berakhirnya arsitektur klasik
terjadi sejak revolusi industri di Inggris, sehingga menimbulkan revolusi sosial-ekonomi,
tidak hanya melanda Eropa tetapi seluruh dunia.
Dalam arsitektur, perubahan mendasar terjadi antara lain dalam ornamen atau
hiasan ditempatkan dalam perspektif lebih bebas dibandingkan dengan struktur dan ruang.
Hiasan-hiasan untuk keindahan dalam arsitektur klasik masih tetap menjadi aspek penting
dalam masa akhir arsitektur klasik ini, akan tetapi pencampuran berbagai gaya, konsep dan
hiasan terlihat sangat menonjol.
Akhir arsitektur klasik disusul dengan timbulnya gaya Eklektikisme, yang berarti
mengambil unsur-unsur terbaik, digabung, dan disusun ke dalam satu bentuk tersendiri.
Setelah masa itu, dunia arsitektur berkembang lebih cepat dimulai dari modernisme awal,
fungsionalisme, internasionalisme, kubisme hingga post-modern.

III. RENTANG MASA PERKEMBANGAN ARSITEKTUR BARAT


Jaman Antik – Pertengahan – Renaissance – Modern – Pertengahan Akhir
 YUNANI (3000SM-30sM)
 ROMAWI ETRUSCAN (750SM-100sM)
 ROMAWI (300sM-365)
 KRISTEN MULA (318-800)
 BYZANTIUM (330-1453)
 ROMANIKA (abad XIV-XVI)
 GOTIK (abad XII-XVI)
 PERTENGAHAN AKHIR (abad XII-XVI)
 RENAISANS (abad XIV-XIX)
 NEO-KLASIK / Post Renaisans (abad XVIII-XIX)
 AMERIKA/KOLONIAL (abad XVIII-XIX)
 NEO-KLASIK / EKLEKTIK (abad XVIII-XIX)
 MODERN MULA (akhir abad XIX-1910-an)
 FUNGSIONALISME
 KUBISME
 MODERN PERTENGAHAN (1920-1950-an)
 INTERNATIONAL-STYLE
 MODERN AKHIR: (1960-an) BRUTALISME
 POST MODERN/ KONTEMPORER (1970- kini)

Reims Kathedrale bergaya gothik

Masjid Ali di Isfahan, bergaya renaisance


ARSITEKTUR MODERN EKLETIK DAN NEO-KLASIK

I. Arsitektur Eklektikisme abad XIX

Eklektik artinya memilih terbaik dari yang sudah ada sebelumnya. Arsitektur
Eklektisme adalah aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk
tersendiri. Arsitek, pemilik bangunan atau keduanya bersama memilih secara bebas, gaya-
gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosio-ekonomi
mereka.
Arsitektur modern perkembangnnya dimulai dengan Eklektisme, selain karena
kejenuhan pola klasik lama juga karena semakin banyak pilihan untuk digabungkan atau
diulang tetapi da-lam pola, konsep, bentuk baru. Pada abad XIX bentuk, langgam, konstruksi
dan bahan-bahan ba-ngunan dalam arsitektur semakin berkembang bervariasi sehingga
pilihan pun semakin banyak.
Dalam sejarah perkembangan arsitektur, istilah Eklektisme dipakai untuk menandai
ge-jala pemilihan atau pencampuran gaya-gaya pada abad XIX masa berakhirnya Klasikisme,
masa awal Modernisme dan bukan pencampuran mau pun perkembangan pada masa
sebelumnya.
Eklektisme menandai perkembangan arsitektur abad XIX, dengan ketidakpastian
lang-gam. Pencampuran bentuk menghasilkan langgam tersendiri, memperlihatkan adanya
pola pikir akademis, tetapi dalam bentuk yang masih konservatif. Fungsi bangunan
disesuaikan dengan tun-tutan kebutuhan yang lebih banyak dibandingkan dengan masa
sebelumnya, seperti misalnya balai kota; opera; pavilliun; museum; dan lain-lainnya.
Arsitektur Eklektikisme pada awal abad XIX mengandung rasa sentimen dan nostalgia
pada keindahan langgam masa lampau. Mengulang keindahan unasur-unsur kla-sik dan
dipadukan atau diterapkan secara utuh. Pengulangan kembali secara utuh kadang-kadang
disebut Neo-Klasik.

II. Eklektikisme dan Neo-Klasikisme


Contoh-contoh Bangunan dan Ciri bangunan Eklektik:
 British Museum London (1823-1846); Sir Robert Smirke
Pada bagian depan atau pinti masuk terdapat portico mendukung sebuah pedimen
bergaya Romawi dengan kolom-kolom ionic octastyle, menerus berderet hingga sayap
kanan dan kirinya.
 Albert Memorial (1863-1872); London; Sir George Gilbert Scott
Patung duduk Pangeran Albert sebagai bagian utama monumen; diatas sebuah
ketinggian pedestal (landasan berbentuk segi empat terbuat dari granit dan marmer, penuh
dengan relief); berada dibawah sebuah ciborium (cungkup dengan empat buah kolom
bentuk Romawi).
 House of Parliament (1795-1860);London; Sir Charles Barry

House of Parliament

Detail otentiknya memancarkan karakter kuno dari kebangkitan kembali Gothic pada
masa itu. Penampilannya dapat memberikan kesan formal meskipun kompleks gedung ini
tidak sepenuhnya simetris, dan adanya menara-menara menjulang ke atas pada bagian
dalam kompleks yang letaknya beraturan. Pada bagian atas keempat sisi sebuah menara
yang lainnya terdapat jam besar, diberi nama Big Ben, menjadi pertanda kota London.
 Roman Chatolic Cathedral British Museum London (1894-1903); J. F. Bentley
Memakai konsep arsitektur Byzantium, ditandai dengan sebuah menara menjulang
tinggi di bagian depan kiri dengan atap kubah. Tiga buah kubah berderet dari depan ke
belakang meng-atapi nave (ruang umat yang cukup luas). Sebuah kubah agak kecil dan
ramping, menutup sanctuary (bag.gereja dimana terdapat altar). Dibelakangnya terdapat
apse (ruang melengkung setengah-lingkaran di belakang altar) untuk paduan suara.
 Fitzwilliam Museum (1837-1847); Cambridge; George Basevi
Bercorak Korinthian, dengan kolom-kolom langsing berkepala penuh ukiran,
menyangga pedimen penuh ukiran pula, diadaptasikan dalam bentuk portico “raksasa” jauh
lebih besar dari aslinya. Pada ujung kiri-kanan terdapat penonjolan dengan kolom-kolom
pada sudutnya mem-bentuk pandangan depan simetris, dalam hal ini ciri Barok lebih
dominan.
 S. George’s Hall (1840-1854);Liverpool; Harvey Lonsdale Elmes
Bangunan Neo-Klasik dengan interior ruang konser berbentuk elips, dikelilingi oleh
balkon disangga oleh deretan caryatid (kolom berbentuk patung manusia). Aspek klasik
dalam hal ini adalah Yunani, Romawi dengan sumbu melintang membujur yang sangat kuat,
sehingga membentuk bangunan simetris dan membuatnya berkesan megah.
 La Fontaine Saint Micahel Paris (1856-1860); Perancis; Gabriel Davioud
Monumen berbentuk air mancur, sebagai pengakhiran sebuah deretan apartemen.
Hasil kolaborasi arsitek dan pematung, mengambil bentuk pelengkung dan tiang-tiang dari
berbagai monumen di Itali. Patung dan hiasan lebih menonjol dari unsur arsitektural
lainnya. Bagian utama monumen berupa patung terletak di bawah pelengkung, sebagai
simbol kemenangan Santo Michael. Di atas terdapat pedimen berbentuk kombinasi antara
segi empat dan pelengkung-pelengkung.
 Opera de Paris (1861-1874); Jean Louis Charles Garnier

Opera de Paris, karya Charles Garnier

Banyak dipengaruhi oleh prinsip Beaux-Arts, khususnya dalam pengambilan unsure-


unsur Renaisans dan Barok. Terlihat pada ornamen dan bentuk dekorasi yang bermodel
klasik Barok hampir memenuhi semua bagian bangunan; juga pada denahnya yang simetris
diperkuat oleh sumbu-sumbu apabila ditarik garis diantara ruang-ruangnya.
 Arc de Triomphe de L’Etoile Paris (1806-1836); Jean Franqois Therese Chalgrin
Monumen yang pada dinding-dindingnya penuh dengan relief dan patung. Pada
keempat kakinya terdapat tangga untuk naik kelantai yang berada di atas pelengkung, saat
ini digunakan untuk museum. Menggambarkan kemenangan dan kejadian penting dalam
masa pemerintahan Napoleon.
 Gereja Katolik Madelaine (1807-1842); Pierre Vignon
Merupakan contoh representatif dari arsitektur Eklektik. Mengambil gaya kuil antik
Romawi berciri Korinthian, octastyle, dan peripteral sebagaimana terlihat pada kolom-
kolom, kepala-tiang, dan pedimen penuh dengan hiasan dan patung.
 Mausoleum untuk Queen Louise(1810);Schloss Charlottenburg; Karl Friedrich
Schinkel
Berlanggam arsitektur yang berbentuk kuil Yunani dari order Dorik, dalam hal ini
terdapat pedimen (konstruksi segi tiga disangga oleh kolom-kol0m) ganda yang satu di atas
lainnya.
 Schausspielhaus (1819-1821); Berlin; Karl Friedrich Schinkel
Pengaruh aspek Yunani terlihat pada ketegasan bentuk geometrik, segitiga, balok,
segi-empat, dan pada denahnya. Portico atau bagian depan untuk pintu masuk bercorak
Yunani-Ionik hexastyle (berkolom 6). Identik dengan mauseloum untuk Ratu Louise di atas
pedimen dari portico terdapat sebuah lagi lebih besar, elemen paling dominan dari
bangunan. Entablature semacam kolom melintang antara kolom dengan pedimen menerus
sekeliling bagian atas dinding-dinding luar. Unsur Renaisans terdapat pada bag. Bawah dari
sayap kiri dan kanan pada bangunan simetris ini, berupa konstruksi berkesan kokoh dengan
garis-garis horizontal dan deretan jendela yang monoton.
 Jefferson Memorial (1934-1943); Amerika Serikat; John Russel Pope
Identik dengan Pantheon Roma dengan portico berkolom Dorik delapan buah
menyangga sebuah pedimen. Portico ini menempel pada sebuah rotunda (ruangan
berdenah lingkaran) dikelilingi oleh kolom Dorik. Ditengah rotunda terdapat patung Thomas
Jefferson menghadap ke Tidal Basin. Kemegahan memorial ini selain dibentuk oleh
arsitekturnya sendiri, lokasinya yang luas terbuka juga oleh ketinggian letaknya
ARSITEKTUR MODERN MULA

I. Fungsionalisme dan Purisme dalam Arsitektur Modern Mula

Dalam kurun waktu 1880-1890 terjadi semacam revolusi industri kedua dalam
bentuk rasionalisasi dan penggunaan mesin secara besar-besaran. Timbulnya sistem
fabrikasi dimana sebagian besar unsur bangunan di buat di pabrik, penggunaan mesin-
mesin, teknologi baja tuang dan sebagainya, memungkinkan pembangunan hanya dalam
waktu relatif singkat. Terjadinya spesialisasi dan terpisahnya dua keahlian: arsitek dalam hal
bentuk, ruang dan fungsi di satu pihak dan keahlian konstruksi dan struktur dalam hal
perhitungan dan pelaksanaan bangunan di lain pihak.
Dalam masa modernisasi awal teori-teori keindahan khususnya dalam arsitektur oleh
Pugin, Ruskin, Moris, dan lain-lain berkembang secara lebih radikal menentang Classicissm,
sebaliknya menekankan pada fungsionalisme dan purisme atau kemurnian.
Pertentangan–pertentangan dalam dunia arsitektur tersebut dapat dikatakan
sebagai berikut :
1. arsitektur sebagai art vs arsitektur sebagai science
2. arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space
3. arsitektur sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly
4. arsitektur sebagai karya manual vs arsitektur sebagai karya machinal
Ciri Umum dari gaya arsitektur yang melanda dunia pada akhir abad XIX dan awal abad XX
ini adalah asimetris, kubis, atau semua sisi (depan samping dan belakang) dalam komposisi
dan kesatuan bentuk, elemen bangunan jendela, dinding, atap, dan lain-lain menyatu dalam
komposisi bangunan.
Selain itu hanya terdapat sedikit atau tanpa ornamen pada bangunan. Hal ini
memper-lihatkan dengan jelas sebagai “perlawanan” arah dari arsitektur klasik dan juga
sangat berbeda dengan Modern-Eklektik, di mana ornamen, elemen-elemen bangunan
(pondasi, kolom, atap, jendela, dinding, dan lain-lain) yang terlihat jelas sebagai unsur
tersendiri satu dengan lain lepas, tidak dalam kesatuan.
Pada masa ini muncul berbagai macam pergerakan yaitu antara lain: Art and Craft,
Art Nouveau, Ekspresionisme, Bauhaus, Amsterdam School, Rotterdam School,dan yang
lainnya..
Ciri dan Bentuk Bangunan Arsitektur Modern Awal
 Post Savings Bank Office (1904-1906), Wina, Otto Wagner
Merupakan bangunan Free Renaissance (bebas dalam mengolah namun masih terli-hat
cirinya). Bagian-bagian sudah mulai menya-tu dalam komposisi, misalnya antara dinding,
pintu, dan jen-dela. Merupakan gedung pertama di Wina yang menggunakan aluminium dan
beton bertulang. Hall utama beratap kaca dua lapis (yang atas sebagai atap berbentuk
pelana dan di bawah-nya berfungsi sebagai plafond melengkung pada bagian ping-girnya).
Sistem atap ini menggantung pada dinding-dinding yang mengelilingi hall tersebut.
 La Majolikahaus (1898-1899), Wina, Otto Wagner

Majolikahaus, karya Otto Wagner

Bangunan bersejarah yang menandai mulainya Arsitektur Modern Rasionalis dan Art
Nouveau. Bagian depannya berupa bidang datar seperti dekor dengan deretan mono-ton
vertikal horizontal jendela dan pintu pada bagian bawah. Kesan simetris diperkuat dengan
adanya balkon di kanan-kiri. Adaptasi dan pemanfaatan hasil industri ter-lihat pada
penggunaan baja rangka atap, balustrade pada lantai 2 & 3 juga bergaya Art Nouveau.
Penggunaan keramik sebagai pelapis dinding dengan oranamen Art Nouveau, berupa
penyerdehanaan bentuk floral. Berlatar belakang kekuning-kuningan hiasan tersebut
terlihat kontras dan mencolok.
 Casa Batllo (1904-1906); Barcelona; Antonio Gaudi
Modernisasi Gothik terlihat pada menara-menara runcing. Tetapi, dalam langgam Art
Nouveau ini, di bagian depan bangunan dibuat penonjolan-penonjolan balkon berbentuk
plastis lengkung-lengkung seperti batu karang. Pintu-jendela kaca lantai dasar, dua, dan tiga
mirip seperti gua dan kolom-kolom berbentuk silindris seperti batang pohon di hutan (ber-
wujud suatu bentukan yang berkesan metaphoric). Konsep bangun-annya berwarna-warni
hingga seperti lukisan.
 Casa Mila Apartment (1906-1910), Barcelona, Antonio Gaudi
Casa Mila, karya Antoni Gaudi
Bentuknya seperti lahar meleleh dan mem-berikan kesan seperti formasi tebing karang
terkikis oleh angin dan air. Art Nouveau diterapkan dalam balustrade, teralis, pintu, dan
lainnya. Merupakn bentuk kreasi yang sama sekali baru, dikatakan istimewa dan juga aneh.
Bentuk teralis besi, beton cetak berbentuk sangat plastis melengkung, silindris.
 Sagrada Familia (1883-1926); Barcelona; Antonio Gaudi
Sebuah Gereja dengan Modernisasi Arsitektur Gothik dalam bentuk lebih rumit, lebih besar
dengan lebih 12 menara. Permukaan dinding tidak ada yang rata, semuanya dihias dengan
patung, relief, atau bentuk Art Nouveau lainnya. Art Nouveau ala Gaudi, ornamen-
ornamennya dibuat dengan di cor atau dicetak dengan beton. Pengembangan bentuk klasik
dalam konsep “kejujuran”, kemurnian terlihat pada bangunan-bangunannya yang tidak
diperhalus lebih lanjut baik dinding dari bata, batu mau pun sistem beton exposed setelah
cetakannya dibuka.
Sistem konstruksi (kolom, lengkungan, bidang parabolic/hiperbolik, bentangan lebar,dll)
menuntu adanya ketepatan dan perhitungan teknik struktur yang kompleks dan rumit,
bagian dari teknologi modern.
 Auditorium Building (1887-1890), Chicago, Louis Henry Sullivan
Gedung ini merupakan Landmark kota Chicago, menyatukan kegiatan komersial dan
kesenian dalam satu atap.
Memadukan konfigurasi persegi-empat (rectangular) segi empat yg banyak dipa-kai pada
masa itu, dengan pelengkung Ro-manesque dan Queen Anne, menara kecil berpuncak
runcing, atap Chateausqe dan dormers. Dinding luar dan lantai bawah terlihat sebagai
susunan batu berkesan ko-koh, dengan deretan jendela seperti pada bangunan bergaya
Renaissance. Pintu masuk menuju hall utama dan theatre terdiri dari tiga pintu besar
berpelengkung di atasnya. Diatasnya terdapat kolom-kolom silindris bergaya Dorik dari
lantai 2-5 menyangga pelengkung-pelengkung Romanesque.
 Hotel Tassel (1892-1893), Brussel, Victor Horta
Menyatunya elemen konstruksi dengan dekorasi terlihat pada tiang, balustrade (terbuat
dari tembaga). Ornamen dilukis pada dinding dengan corak Art Nouveau. Atap di atas
menggunakan kaca, dihias dengan warna kekuning-kuningan serasi dengan warna
sekitarnya. Perabot, interior rumah ini bentuk dan karakternya menyatu seirama mengikuti
bagian-bagian lainnya. Balok dan kusen pintu-jendela semuanya bergaya Art Nouveau
selaras menyatu dengan elemen-elemen konstruksi.
 Amsterdam Exchange (1896-1903), Belanda, Hendrik Petrus Berlage
Permukaan dindingnya rata tanpa penon-jolan elemen bangunan maupun hiasan. Pada
permukaan dinding rata tersebut terdapat lubang-lubang pintu, jendela, ventilasi ter-susun
dalam irama tidak monoton dan tidak simetris. Menara yg lebih tinggi dari atap bangunan
pada sudutnya, menjadikan pan-dangan depan dan samping menjadi tidak simetris. Masuk
utama melalui tiga buah pintu bagian atasnya melengkung seperti pada bangunan Roma-
nika.Di atas pintu masuk terdapat deretan jendela kaca tersu-sun horizontal vertikal
membentuk suatu bidang bermotif kotak-kotak. Ruang utama-nya beratap setengah
lingkaran berkerangka baja beratap kaca. Di bagian dalam kons-truksi dinding sama dengan
di luar, yaitu menggunakan bata merah tidak diplester.
Konsep baru menandai modernisasi dalam arsitektur ditemui dalam sistem rangka atap,
kesederhanaan bentuk dan kreatifitasnya. Susunan kuda-kuda baja selain berfungsi sebagai
struk-tur, bagian-bagiannya termasuk kabel-kabel penahan gaya tarik menjadi unsur
dekoratif ruang yang selaras dengan bagian bangunan lainnya
ARSITEKTUR MODERN FUNGSIONALISME,
RASIONALISME DAN KUBISME (1900-1940)

Perkembangan Arsitektur Modern Fungsionalisme diwarnai dengan anti pada


pengulangan bentuk-bentuk lama dengan teknologi baru (beton bertulang, baja). Dan pada
awal abad XX terjadi perubahan besar, radikal, cepat, dan revolusioner dalam pola pikir.
Dalam pandangan arsitektur modern (1910-1940-an), terjadi perubahan dalam pola
dan konsep keindahan arsitektur, di mana keindahan timbul semata-mata oleh adanya
fungsi dari elemen-elemen bangunan. Oleh karena itu aliran ini disebut sebagai Arsitektur
Fungsionalisme atau Rasionalisme (berdasarkan rasio/pemikiran yang logis). Bangunan
terbentuk oleh bagian-bagiannya apakah dinding, jendela, pintu, atap, dll tersusun dalam
komposisi dari unsure-unsur yang semuanya mempunyai fungsi.
Teori, bentuk dan konsep lama tentang keindahan seni termasuk arsitektur telah lalu
ditinggalkan. Hubungan dengan masa lampau berusaha diputus oleh para arsitek modern
menjadi bentuk baru yang “murni” tanpa dekor selain bagian bangunan yang masing-masing
berfungsi, disebut aliran arsitektur murni atau Purism.
Dalam penerapan konsep Fungsionalisme, Pusrime atau rasionalisme mewujudkan
bangunan “bersih”,”murni” tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang, kotak, balok,
dan kubus. Memandang bahwa seluruhnya merupakan kesatuan bentuk, sehingga disebut
arsitektur Cubism. Aliran ini menekankan pada dimensi waktu dalam bangunan, diwujudkan
dengan menyatunya ruang luar-dalam oleh jendela-jendela lebar, jarak antar kolom yang
relatif lebar, saling berhubungan secara berkesinambungan.
Contoh Bangunan dan Ciri Bangunan Modern Fungsionalisme
 Maison La Roche (1923), Paris, Le Corbusier dan Pierre Jeanneret

Maison Laroche
Denah rumah berbentuk huruf L, dimaksudkan untuk memisahkan 2 penghuni
berbeda.
Sisi utama di depan (untuk gallery) berupa ruang, luas dan tinggi karena adanya mezzanine
kombinasi dengan 2 atau 3 lantai dengan sisi lainnya. Di atas terdapat sebuah balkon
menjorok melayang dan ada semacam jembatan menghubungkan ruang-ruang
berseberangan dengan mezzanine. Selain tangga, Le Corbusier juga merancang jalur naik
landai (ramp). Banyak jendela besar dan lebar di atas dan disamping. Jendela ini bentuknya
tidak lagi seperti dinding dilubangi pada bangunan klasik, tetapi berupa bidang membentuk
komposisi horizontal-vertikal (terdiri dari bidang kaca dan rangka aluminium).
 La Samaritene (1926), Paris, Henry Sauvage dan Frantz Jourdan
Konstruksi beton bertulang dinding dan lantainya dipadukan dengan baja cetak
prefabricated pada ruang dalamnya yang bergaya Art Deco. Jendela kaca sangat lebar
mendominasi bagian depan dan mezzanine menyatukan ruang-ruang di lantai berbeda.
Merupakan penerapan Cubism.
 Notre Dame du Raincy (1922-1924), Paris, Auguste Perret

Interior Notredame

Bentuk monumental gereja dicapai dengan pola simetris, menggunakan sistem kons-truksi
beton bertulang exposed, dengan kolom-ko-lom dalam hal ini bentuknya silindris, menjulang
tinggi pada setiap sudut sebuah me-nara di tengah-depan. Menara makin ke atas semakin
ram-ping seperti bentuk gereja Gothik. Nave (ruang utama umat) atapnya melengkung,
dindingnya berupa krawang beton (concrete grilles), untuk menghindari angin dan air tetapi
tetap tembus pandang, krawang ditutup kaca. Bentuk dan susunan krawang geometris
perpaduan segi empat, bujur sangkar, dan diagonal-diagonalnya membentuk segi tiga.
Bekas perancah beton membentuk garis-garis sesuai dengan pemasangannya.
Sistem beton exposed temuan Auguste Perret diterapkan dengan sangat baik dan pada
akhirnya banyak diikuti oleh arsitek-arsitek lain dalam publikasi, perencanaan,maupun
pelaksanaan.
 Apartment House (1902-1903); Paris; Auguste Perret
Menggunakan sistem beton bertulang, yang dapat dilihat pada facadenya. Sistem
beton exposed-nya diberikan ornamen-ornamen panel. Façade yang menjorok kedalam
dengan bukaan jendela yang lebar memperlihatkan pembagian lantai yang indah pada
bangunan tersebut. Peng-gunaan kaca (termasuk kaca hias) memperindah tampilan
bangunan pada lantai dasar. Di mana kantor Perret berada.
 Abattoirs de La Mouche (1909); Lyons; Tony Garnier
Ruang utama (markethall) luas lebar tanpa tiang di tengah, dapat terbentuk berkat
sistem konstruksi dari rangka baja. Menggunakan atap kaca yang tegak lurus memasukkan
sinar dari samping dan atap metal datar sehingga konstruksi atap ini membentuk undak-
undakan. Bentuk atap ditunjukkan pada wajah depan dan belakang, sehingga pandangan
depan simetris juga undak-undakan ke arah kiri-kanan.
 AEG High-Tension Plant (1909-1910), Berlin, Peter Bahrens
Menggunakan atap kaca diletakkan diantara dua atap parallel lainnya. Bangunan bertingkat
enam lantai terbagi menjadi dua, yang berupa sayap. Bangunan melintang empat lantai,
menerus melalui hall yang menghubungkan bagian bangunan yang terpisah tersebut.
 Fagus Shoe Last Factory (1910-1914), Alfeld/ Leine, Walter Gropius, Adolf Meyer,
Eduard Werner
Façade sebagai bagian yang mendominasi bangunan tersebut membedakan dengan jelas
dari lingkungannya. Rangka besi (ironframe) di-letakkan di antara kolom dinding bata kuning
mendukung penampilan kaca (glazing) dan lem-baran-lembaran baja (metal heets) pada
area din-ding. Emphatic, kesolidan pada sudut diperlihat-kan pemecahannya, transparan
penuh yang me-nyatukan ruang luar dan dalam. Kesederha-naan dan penerapan bahan
bangunan modern diutama-kan dalam rancangannya.
 Goldman & Salatsch Building (1909-1911), Wina, Adolf Loos
Menggunakan beton bertu-lang dengan din-ding bata. Lantai 1-4 diplester dengan lapisan
halus, ringan-stuc-co berwarna lantai dasar dan mezzanine dibungkus dengan hijau Yunani
ber-corak marmer, didasari de-ngan granit. Pilar-pilarnya monolit dengan corak marmer,
terbuat dari kayu dikelilingi oleh kaca yang sudah berbentuk (formal glass cabinet) searah
dengan sumbu utama.
Berkembangnya Fungsionalisme atau sering disebut pula Rasionalisme ke seluruh dunia
membuatnya disebut Langgam Internasional atau International Style, yang sangat erat
terkait dengan perkembangan arsitektur modern berikutnya.
The International Style
Ludwig Mies van der Rohe
 German Pavilion at the International Exhibition in Barcelona (1929)
Semua dinding jendela dan pintu utuh dari atas sampai bawah membentuk bidang-
bidang vertikal. Atap datar dari beton bertulang berwarna kontras dengan dinding dalam
komposisi keseluruhan menjadi unsur horizontal, seolah melayang ringan di atas dinding
kaca dan marmer. Selain itu kolam di dalam dengan karakter dan warna air, juga menjadi
elemen bidang horizontal dalam komposisi ini. Dalam rancangannya terlihat kederhanaan
dan kemurnian dan kesatuan ru-ang luar-dalam, komposisi blok, kotak dan kubus.
Hubungan antara ruang dalam dan ruang luar, salah satu ciri khas dari arsitektur Cubism,
dikuatkan dengan pintu-jendela lebar, luas dan trans-paran, bidang-bidang menerus dari
luar (halaman) menyatu dengan dinding ruang dalam.
Hans Scharoun
 Villa Schminke in Lobau, Saxony (1933)
Bentuk dan orientasi bangunan diperoleh dari keadaan tapak dan lingkungannya. Banyak
ruangan terbuka yang memang dengan sengaja dibuat untuk memperoleh sinar dan
menyatukan ruang luar-dalam. Penggunaan material kaca dengan buka-an besar dan lebar,
menggunakan kusen dan rangka alumunium banyak mendomi-nasi bangunan ini. Sederhana
namun ele-gan. Pada bagian taman terdapat kaca dengan kemiringan tertentu, untuk men-
dapatkan sinar bagi tanaman. Lingkaran-lingkaran pada atap datar diwarnai de-ngan lampu-
lampu yang memantulkan sinarnya pada kolam taman di malam hari.
Alvar Aalto
Tuberculosis Sanatorium in Paimio (1928-1933)
Bangunan ini tercipta berdasarkan dua pertimbangan yang diambil Alvar Aalto, yaitu: 1.
adanya area yang ditujukan khusus untuk pekerja/personel dengan lingkungan yang tenang,
seperti : perawat/suster, dokter, administrasi, dan lainnya. 2. Pemecahan yang baik untuk
akomodasi pasien: dengan ketinggian, pengakhiran blok yang ramping dengan teras yang
menjorok keluar. Ia meran-cang ruang-ruang berdasarkan garis-garis linear yang
berorientasi ke arah dimana dapat diperoleh sinar matahari dan udara yang maksimal
sehingga kelihatannya tidak beraturan.
Interiornya mencerminkan gambaran lamanya jam pasien yang terbaring di tempat tidur.
Plafondnya di warna berbeda, berkesan lebih dalam dan penataan lampunya secara tidak
langsung (indirect). Penerapan konsep modern berupa keseder-hanaan tanpa elemen
dekorasi, dimana yang mejdi elemen dekorasi itu sendiri ialah jendela memanjang (ribbon
window), lantai, balustrade dan atap datar, semua dindingnya berwarna cerah.
Bangunan ini, dengan pembagian bangunan berdasarkan fungsi dan kegunaan yang berbeda
kedalam area yang berbeda pula menjadikannya sebagai contoh dalam pem-buatan
bangunan rumah sakit di seluruh dunia
Richard Neutra
 “Health House”, Villa for Philip Lovell in Los Angeles (1927-1929)
Menampilkan penerapan stuktur baja yang ringan perpaduan dengan beton bertulang
sebagai dasar pembentuk dari bangunan ini. Dibangun di sisi gunung. Jendela berkerangka
baja dengan berbagai bentuk dan ukurannya, semuanya menyatu dengan konstruksi dinding
dan balustrade putih, horizontal berkesan ringan melayang. Bentuk tiga dimensional dari
lantai dan dinding menjorok ke luar dari balkon, lantai atas dan atap datar semakin terlihat
bila timbul warna gelap dan terang oleh bayangan matahari. Merupakan penerapan dari
konsep Cubism. Prinsip kesederhanaan ungkapan dari fungsional dan purism terlihat pula
pada ruang dalamnya.
Frank Lloyd Wright
 “Falling Water”, Villa for Edgar J. Kaufmann, Bear Run, Pennsylvania (1935-1939)

Interior Falling water house, karya Frank Lloyd Wright


Sebuah tower batu dengan perapian sebagai pusat dari bentuk yang berdasarkan
sumbu vertikal-horizontal sebagai elemen utama terlihat sebagai sentral dari orientasi
bangunan ini. Pewarnaan yang sederhana dan ringan pada dinding beton teras dan beranda
menggambarkan kejinakan hutan belantara. Selain itu penggunaan batu alami menjadi
bagian itu sendiri dari alam sekitarnya. Atapnya adalah atap plat datar terbuat dari beton
bertulang.
Penggunaan unsur garis, bidang-bidang menerus dari luar sampai dalam, banyak
jendela (tranparansi bangunan), menunjukkan masih dipengaruhi oleh aliran Cubism namun
dengan ciri dan style yang berbeda menurut Franl Llyod itu sendiri, Penggunaan material
bangunan yang bervariatif, simplicity, perpaduan dengan alam, memberikan gaya arsitektur
tersendiri bagi arsitek pada masa itu.
Rudolf M. Schindler
 House for Victoria McAlmon in Los Angeles (1935)
Masih menonjolkan elemen-elemen garis dengan bukaan-bukaan yang terbilang
sedikit. Menggunakan beton bertulang sebagai bahan utama bangunan ini. Seperti
kumpulan segi empat yang dicoak/dilubangi yang memberi khas tersendiri gaya Schindler.
Le Corbusier dan Pierre Jeanneret
 Salvation Army Shelter in Paris (1929-1933)
Tubuh bangunan yang menunjukkan kesan individual stereometrik ditempatkan
sebelum bangunan utama yang panjang. Sebuah jembatan menuntun dari pintu utama
terbuka yang berbentuk kubus ke ruang resepsionis berbentuk silinder. Disampingnya
terdapat ruang duduk (lounge). Bangunan diperuntukkan sebagai tempat asrama
mahasiswa berkapasitas 900-1500 mahasiswa. Facadenya berupa kaca-kaca dengan besar
dan ukuran yang berbeda-beda. Sebuah sistem ventilasi yang diterapkan masih kurang
tepat. Pada musim panas, bangunan tersebut terkena efek rumah kaca, menimbulkan
panas, yang akibatnya menimbulkan ketidaknyamanan bagi si pengguna.
Eugene Beaudoin dan Marcel Lods
 Open- Air School in Surenes ( 1932-1935 )
Bangunan terbuat dari beton baja bertulang, sisi/ dindingnya terbuat dari beton
prefab sebagai elemen, dikembangkan dalam kolaborasi dengan Eugene Freyssinet. Pavilion
untuk mengajar dapat langsung diubah menjadi terbuka hanya dengan membuka dinding
kaca lipat. Kesan open space, ringan, dan fungsional terlihat dengan jelas di sini
ARSITEKTUR MODERN SETELAH TAHUN 1940

Setelah perang Dunia II, perkembangan di berbagai bidang kehidupan sangat cepat,
demikian pula halnya dengan perkembangan arsitektur modern. Tokoh-tokoh arsitektur
modern pada masa sebelumnya seperti Le Corbusier, Frank Llyod Wright, Mies van der
Rohe, Alvar Aalto, Kenzo Tange tetap menjadi pelopor. Mies masih tetap konsisten dengan
konsep minimal-ism, menggunakan konstruksi baja dan kaca untuk bidang, pintu, dan
jendela. Le Corbusier cenderung merancang dalam bentuk-bentuk sculptural sensasional.
Dan Frank Llyod Wright masih tetap berkarya dengan gaya arsitekturnya yang khas.
Kemudian arsitektur modern berkembang lebih jauh lagi dipelopori oleh para
arsitek generasi berikutnya, terutama yang pernah menjadi murid dari tokoh-tokoh
arsitektur modern pada masa sebelumnya. Teknologi konstruksi, bahan bangunan dan
kebutuhan akan fasilitas ruang yang secara kualitatif dan kuantitatif semakin meningkat
membuat perkembangan arsi-tektur modern semakin kompleks.
I. Tokoh-tokoh Arsitektur Modern dan Karya-karyanya ( > 1940 )
Le Corbusier
 Notre-Dame-du-Haut Ronchamp (1950-1954)

Eksterior Ronchamp, berbentuk telapak tangan menadah ( sikap berdoa ).

Interior Ronchamp, permainan cahaya dari lubang2 jendela, terkesan puitis.


Arsitekturnya cukup controversial, lepas bebas dari bentuk biasa gereja dan kapel
yang pernah ada. Dinding-dindingnya tidak ada yang lurus dan tegak seperti pada lazimnya
bangunan pada umumnya, semuanya merupakan komposisi dari sinding meliuk-liuk
berdenah kurva. Din-ding sangat tebal ini diberi jendela besar kecil disusun bebas dalam
komposisi abstrak. Jendela-jendela dihias dengan kaca berwarna dari lukisan abstrak
bertema lukisan religius Katolik. Atatp terbuat dari beton bertulang exposed, melengkung
berwarna gelap kontras dengan warna dinding-nya yang putih. Ruang dalam terbentuk oleh
atap, lubang-lubang jendela dalam dinding tebal tidak sejajar satu dengan yang lainnya
merupakan bagian dari sistem akustik yang sangat baik.

Frank Llyod Wright


 Guggenheim Museum di New York (1942-1957)

Museum Guggenheim, karya Frank Lloyd Wright

Menerapkan konsep “arsitektur organik”, dimana ruang dan bentuk terpadu.


Potongan dan pandangan dari luar secara bersamaan menyatu secara meyakinkan dalam
bentuk tiga dimensional dan ruang, diwujudkan dalam konstruksi beton spiral. Pada puncak
spiral terdapat kubah kaca yang menerangi semua ruangan secara alami. Terdiri dari dua
unit, yang berdiri di atas “landasan” yang denahnya juga kurva mengikuti bentuk di atasnya.

Ludwig Mies van der Rohe


 Rumah tinggal Edith Farnsworth, Plano, Illinois, 1946-1951
 Crown Hall, Illinois Institute of Technology, 1950-1956.
Hugo Alfar Henrik Aalto (=Alvar Aalto)
Mempunyai bentuk yang aneh tidak seperti bangunan pada umumnya, mengacu
pada fungsi dan kebutuhan ruang sesuai dengan kegiatannya. Kontras dalam bentuk dan
warna yang menjadi cirri arsitektur modern. Menampilkan kompleks atau unit bangunan
yang indah dan menarik.

Pier Luigi Nervi


 Palazetto dello Sport, Rome, 1956-1957
Merupakan istana olahraga yang dirancang dengan struktur dan teknologi yang
canggih. Kolom-kolom berbentuk V menyangga sebuah kubah. Unsur-unsur tersebut
sebagian dibuat di pabrik. Menggunakan sistem struktur space-frame. Unsur-unsur atau
bagian-bagian dari struktur menyatu, baik dari luar maupun dari dalam membentuk jaringan
garis-garis geometris simetris teratur, merata menjadi bagian dari dekorasi.
Louis I. Kahn
 Yale University Art Gallery, New Haven, 1951-1953

Yale University
University of Pennsylvania, Philladelphia, 1958-1960

Philip Johnson
Robert Wiley House, new Cannaan, Connecticut
Menggunakan rangka baja penuh sebagai dinding menyatu dengan pintu dan
jendela. Rumah ini berdiri diatas lantai bawahnya, dan sebagian atap lantai bawah yang
datar dijadikan teras.
Paul Rudolph
 Art and Architecture Building, Yale University, New Haven, Connecticut, 1962-1963
 Crawford Manor Aparment 1962-1966, New Haven, Connecticut
Ieoh Ming Pei
 Mile Hight Center, Denver, Colorado, 1952-1956
 Kips Bay Plaza, New York, 1957-1962
Kevin Roche
 College Life Insurance Building, Indiana, 1969
Berbentuk unik, asli, dan otentik. Secara geometris tidak sepenuhnya berbentuk
pyramid tetapi gedung ini sering disebut sliced glass pyramids. Terdiri dari 3 unit berbentuk
sama satu dengan yang lain bergandengan, berbentuk pyramid terpancung di atas dan
terpotong di sisi sehingga salah satu sisinya tegak massif. Berdinding luar kaca, memiliki
struktur inti atau core.
Eero Saarinen
 General Motors Buildings, Detroit, USA, 1951

Interior bandara TWA


T. W. A. Kennedy Airport, New York, 1962
Kenzo Tange
Oversea-Chinese Banking Corporation, Singapore, 1976
Tokyo National Gymnasium, Tokyo, 1961-1964
ARSITEKTUR MODERN AKHIR ABAD XX

I. Arsitektur Brutalisme dan Neo Brutalisme


Merupakan arsitektur modern yang pada dasarnya memiliki bentuk yang
menyimpang dari bentuk-bentuk biasa yang sudah ada masa sebelumnya. Banyak arsitektur
modern awal dapat dikategorikan sebagai arsitektur brutal, Le corbusier (kapel Noter Dame
Ronchamp), Paul Rudolph (Yale School of Art and Architecture), I.M. Pei (museum Everson),
Kenzo Tange dengan bentuk sculptural abstrak total juga merupakan ungkapan konsep
brutalisme. Sistem konstruksi beton exposed yang berhubungan dengan beton brut, yg
artinya beton kasar, menandai bangunan brutalisme ini.
Arsitek modern yang hasil karyanya dapat dikategorikan dalam brutalisme adalah
James Stirling, Inggris. Karya-karyanya antara lain:
 Gedung Leicester University Engineering, Inggris, 1959-1963

Leceister University

Berupa satu unit tetapi terdiri dari elemen-elemen geometris yang berbeda bentuk
satu dengan yang lain. Di tengah unit paling tinggi dan menonjol dari lainnya berbentuk
huruf L siku sama sisi, bertrap-trap semakin ke atas semakin tipis, tangga dan lift dibuat
terpisah-menempel pada bagian ini. Dari luar terlihat seperti sebuah menara kembar.
Di sudut bawah siku huruf L terdapat hall cukup luas beratap kaca tinggi seperti
kristal dan miring sampai lantai bawah. Struktur kaca tersebut terbuat dari kabel dan batang
baja. Di sisi lain terdapat ruang-ruang lain tidak tinggi beratap datar untuk teras. Adanya
kontras dan “tegangan” antara bidang-bidang massif dengan warna bata merah exposed
dengan bidang-bidang kaca memberikan daya tarik tersendiri.
 Gedung Fakultas Sejarah, Universitas Cambridge, Inggris

Cambridge University

II. POST-MODERNISME

Post-Modernisme merupakan ungkapan konsep yang menghasilkan bentuk lain


sebagai oposisi dari “gerakan modern” atau “modernitas”. Secara tidak langsung post-
modern kurang lebih seperti tujuan utama dari avant garde gerakan pelopor pembaharuan
dan kembali berintegrasi dengan idealisme zaman pra modern. Post modern merombak
konsep modernisme yang berusaha memutus hubungan dengan masa seni dan arsitektur
klasik.
Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar
berpikir, ide, gagasan, teori. Masing-masing menggelarkan pengertian tersendiri tantang
dan mengenai Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang
mengatakan bahwa postmodern itu berarti `sehabis modern’ (modern sudah usai); `setelah
modern’ (modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang
mengartikan sebagai `kelanjutan modern’ (modern masih berlangsung terus, tetapi dengan
melakukan penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di
masa kini).
Di dalam dunia arsitektur, Post Modern menunjuk pada suatu proses atau kegiatan
dan dapat dianggap sebagai sebuah langgam, yakni langgam Postmodern. Dalam kenyataan
hasil kar-ya arsitekturnya, langgam ini muncul dalam tiga versi/sub-langgam yakni Purna
Modern, Neo Modern, dan Dekonstruksi. Mengingat bahwa masing-masing pemakai dan
pengikut dari sub-langgam/versi tersebut cenderung tidak peduli pada sub-langgam/versi
yang lain, maka masing-masing menamakannya langgam purna-modern, langgam neo-
modern dan langgam dekonstruksi.
Arsitektur Post Modern tidak dapat dipisahkan dengan Arsitektur Modern karena
Arsitektur Post Modern merupakan:
 Kelanjutan Arsitektur Modern
 Reaksi terhadap Arsitektur Modern
 Koreksi terhadap Arsitektur Modern
 Gerakan melengkapi dari apa yang masih belum terpenuhi dalam arsitektur Modern
 Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja
 Memberi kesempatan untuk menangani arsitektur dari kemungkinan-kemungkinan,
pendekatan-pendekatan dan alternatif-alternatif yang lebih luas dan bebas
Dengan demikian mempelajari arsitektur Post Modern tidak bisa tanpa melalui
Arsitektur Modern karena Arsitektur Post Modern merupakan langkah atau tindak lanjut
terhadap evaluasi yang dilakukan mengenai arsitektur Modern. Arsitektur Post Modern
merupakan arsitektur yang telah melakukan feedback/umpan-balik terhadap Arsitektur
Modern. Pemunculan Arsitektur Modern tidak seragam dan secara garis besar dapat
dikelompokan dalam tiga ciri penampilan: PurnaModern, Pasca Modern (juga disebut Neo
Modern) dan Dekonstruksi
III. PURNA MODERN
Purna Modern merupakan pengindonesiaan dari sebutan post-modern versi Charles
Jencks. Ditandai dengan munculnya ornamen, dekorasi dan unsur-unsur kuno (dari Pra
Modern) tetapi dengan melakukan transformasi atas yang kuno tadi. Me-nyertakan warna
dan tekstur menjadi eleman arsitektur yang penting yang ikut diproses dengan bentuk dan
ruang. Tokohnya antara lain Robert Venturi, Michael Graves, Terry Farrell.
Bagian pagar yang mengelilingi gedung ini yang berupa besi yang berjajar vertikal
yang di bagian ujungnya terdapat karakter Disney yang lain yaitu Mickey Mouse.
Masyarakatpun pasti sudah mengenali tokoh Disney yang satu ini, hanya dari bentuk outline
dari kepala tokoh ini saja orang sudah mengenalinya sebagai salah satu tokoh Disney.
Bentukan setengah lingkaran pada bagian atas gedung sehingga membentuk suatu irama
pada bagian atas dari bangunan ini.
IV. NEO MODERN
Dahulu diberi nama Late Modern oleh Charles Jencks, sehingga pengertiannya tetap
tidak berubah Tidak menampilkan ornamen dan dekorasi lama tetapi menonjolkan
Tektonika (The Art of Construction). Arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan
kecanggihan yang mutakhir terutama teknologi. Sepintas tidak terlihat jauh berbeda dengan
Arsitektur Modern yakni menonjolkan tampilan geometri. Menampilkan bentuk-bentuk tri-
matra sebagai hasil dari teknik proyeksi dwimatra (misal, tampak sebagai proyeksi dari
denah). Tetapi, juga menghadirkan bentukan yang trimatra yang murni (bukan sebagai
proyeksi dari bentukan yang dwimatra). Tampilan didominasi oleh bentuk geometri. Tidak
menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen. Walaupun
demikian, punya warna favorit yakni warna perak. Tokohnya antara lain: Richard Meier,
Richard Rogers, Renzo Piano, Norman Foster.

V. DEKONSTRUKSI

Kampus Utama, Universitas Cincinnati

Kampus Barat, Universitas Cincinnati


Geometri juga dominan dalam tampilan tapi yang digunakan adalah geometri 3
dimensi bukan dari hasil proyeksi 2 D sehingga muncul kesan miring dan semrawut.
Menggunakan warna sebagai aksen dalam komposisi sedangkan tekstur kurang berperan.
Tokohnya antara lain: Peter Eisenman, Bernard Tschumi, Zaha Hadid, Frank O’Gehry.
Beberapa contoh karya dari ragam ini adalah Contemporary Arts Center, University of
Cincinnati (Zaha Hadid), Guggenheim Museum, Bilbao, Spain (Frank O` Gehry), Parc de La
Villete, Paris (Bernard Tschumi) dan Max Reindhardt Haus Berlin, Germany. (Peter
Eisenman)

Pusat Studi & Perpustakaan, Universitas Ekonomi & Bisnis di Vienna, Austria, rancangan
arsitek perempuan Zaha Hadid, bergaya dekonstruksi.

VI. Pokok-pokok pikiran arsitek Post-modern


Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di
atas berbeda dengan Modern. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting itu :

1. Tidak Memakai Semboyan Form Follows Function


Arsitektur posmo mendefinisikan arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena
itu arsitektur tidak mewadahi melainkan mengkomunikasikan. Apa yang dikomunikasikan?
Yang dikomunikasikan oleh ketiganya itu berbeda-beda, yaitu:
PURNA MODERN: yang dikomunikasikan adalah identitas regional, identitas kultural, atau
identitas historikal. Hal-hal yang ada di masa silam itu dikomunikasikan, sehingga orang bisa
mengetahui bahwa arsitektur itu hadir sebagai bagian dari perjalanan sejarah kemanusian.
NEO MODERN: mengkomunikasikan kemampuan teknologi dan bahan untuk berperan
sebagai elemen artistik dan estetik yang dominan.
DEKONSTRUKSI: yang dikomunikasikan adalah
a. unsur-unsur yang paling mendasar, esensial, substansial yang dimiliki oleh arsitektur.
b. Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang essensial maupun
substansial.
Karena pokok-pokok pikiran itu dapat pula dikatakan bahwa :
-Arsitektur PURNA MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa silam (The Past),
- Arsitektur NEO MODERN memiliki kepedulian yang besar kepada masa ini (The Present),
sedangkan
- Arsitektur DEKONSTRUKSI tidak mengikatkan diri ke dalam salah satu dimensi Waktu
(Timelessness). Pandangan seperti ini mengakibatkan timbulnya pandangan terhadap
Dekonstruksi yang berbunyi “Ini merupakan kesombongan dekonstruksi.”

2. Fungsi ( bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia terhadap
Arsitektur)
Yang dimaksud dengan `fungsi’ di sini bukanlah `aktivitas’, bukan pula `apa yang
dikerjakan/dilakukan oleh manusia tehadap arsitektur’ (keduanya diangkat sebagai
pengertian tentang `fungsi’ yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam
arsitektur posmo yang dimaksud fungsi adalah peran adan kemampuan arsitektur untuk
mempengaruhi dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian
manusia sebagai mahluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi manusia sebagai
makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi
dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk
biologis tetapi manusia sebagai pribadi.
Fungsi = apa yang dilakukan arsitektur, bukan apa yang dilakukan manusia; dan dengan
demikian, ‘FUNGSI bukan AKTIVITAS’
Dalam posmo, perancangan dimulai dengan melakukan analisa fungsi arsitektur, yaitu
- Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada manusia (baik melindungi
nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom)
- Arsitektur memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat,
- Arsitektur mempunyai fungsi untuk menyediakan dirinya dipakai manusia untuk berbagai
keperluan,
- Arsitektur berfungsi untuk menyadarkan manusia akan budayanya akan masa silamnya,
- Arsitektur memberi kesempatan pada manusia untuk bermimpi dan berkhayal,
- Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-jujurnya.
Berdasarkan pokok pikiran ini, maka:
- Dalam PURNA MODERN yang ditonjolkan didalam fungsinya itu, adalah fungsi-fungsi
metaforik (=simbolik) dan historikal.
- NEO MODERN menunjuk pada fungsi-fungsi mimpi, yang utopi (masa depan yang
sedemikian indahnya sehingga tidak bisa terbayangkan).
- DEKONSTRUKSI menunjuk pada kejujuran yang sejujur-jujurnya.

3. Bentuk dan Ruang


Di dalam posmo, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak harus
berhubungan satu menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi dua komponen
yang mandiri, sendiri-sendiri, merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak.
Yang jelas bentuk memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang.
Ciri pokok dari bentuk adalah ‘ada dan nyata/terlihat/teraba’, sedangkan ruang mem-punyai
ciri khas ‘ada dan tak-terlihat/tak-nyata’. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas arsitek
untuk mewujudkannya. ( Christine/ pelbagai sumber )

Anda mungkin juga menyukai