Oleh :
41187011170046
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM 4
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum Survey dan Pemetaan
Disusun oleh :
Mengetahui,
Kepala program studi Teknik Sipil
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
41187011170046
Sipil
Dosen pembimbing
Mengetahui,
iii
iv
LEMBAR ASISTENSI
LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY DAN PEMETAAN
KELOMPOK 1
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI
6
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpah rahmat, hidayah dan inayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Survey dan Pemetaan
denngan menggunakan alat ukur Theodolite/Waterpass di area Universitas Islam 45
Bekasi.
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan kesempatan dan senantiasa
mendukung serta mendoakan untuk menyelesaikan Laporan ini.
2. Ir. Kusna Sumawinata, selaku dosen Survey dan Pemetaan yang telah
membimbing dalam praktikum maupun dalam pembuatan Laporan ini.
3. Tugiran, ST yang turut ikut serta membimbing praktikum dari awal hingga akhir
praktikum ini selesai.
Laporan praktkum ini disusun dalam rangka memenuhi bukti kerja serta tanggung jawab
telah melakukan praktikum Survey dan Pemetaan yang berlokasi di Universitas Islam 45
Bekasi. Kami menyadari dalam penyusunan laporan praktikum ini masih banyak kekurangan,
berkenan dengan itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi menyempurnakan laporan praktikum ini.
Tim Penyusun
7
BAB I
PENDAHULUAN
Survey dan Pemetaan adalah ilmu terapan yang mempelajari dan menganalisis bentuk
pekerjaan konstruksi. Ilmu ukur tanah/ Survey dan Pemetaan menjadi dasar bagi beberapa
mata kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Dalam
kegiatan hibah pengajaran ini. Misalnya semua pekerjaan teknik sipil tidak lepas dari
kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase,
jembatan, pelabuhan, jalur kereta api dan sebagainya memerlukan data hasil pengukuran
agar konstruksi yang dibangun dapat dipertanggung jawabkan dan terhindar dari
kesalahan konstruksi.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik dan berkualitas baik ditinjau dari segi
biayanya yang murah dan tepat waktu juga dari segi kesesuaian dengan spesifikasi teknis
Total station dan sebagainya dapat menghasilkan data dan ukuran yang dapat
dipertanggungjawabkan.
1
1.2 Maksud dan Tujuan
gambar
Berikut dibawah ini surveyor yang melakukan praktikum Survey dan Pemetaan :
Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu dosen memberikan materi atau arahan
terkait praktikum yang akan dilakukan.
1. Theodolite
2. Statif/ tripot
3. Rambu ukur
4. Form data
5. Atk
6. Kapur
3
BAB 2
4
PRLAKSANAAN PRAKTIKUM
Penyipat datar profil (profil leveling) adalah penyipat datar berantai dengan sejumlah
pembacaan kemuka diantara titik-titik pindah. Jadi disini ada satuan-satuan tambahan yaitu
titik antara dan stasiun-stasiun pokok yaitu titik utama dan titik pindah.
Pengukuran profil ini dibedakan menjadi 2 yaitu profil memanjang dan profil
melintang. Profil memanjang diperlukan dalam pembuatan tase jalan raya, rel kereta api,
saluran air / irigasi, dll. Untuk menghitung berapa luas tanah harus digali maupun ditimbun,
maka diperlukan data yang lengkap dari hasil pengukuran profil memanjang maupun
melintang. Data tersebut diproyeksikan kedalam suatu grafik dengan garis medatar
menyatakan jarak antar titik garis tegak menyatakan elevasinya.
5
2.3 Profil Melintang
1. Titik titik dijadikan acuan pada pengukuran profil melintang adalah titik-titik hasil
pengukuran profil memanjang dengan arah bidikan sebesar 90o dan 270o dengan jarak
sejauh 15m tiap sisinya.
2. Langkah kerja dalam pengukuran profil melintang adalah sebagai berikut.
3. Menempatkan waterpass diatas titik peretama kemudian mengatur sumbu 1 menjadi
vertical
4. Membuat arah 00o 00’ 00” dengan cara membidik pesawat ke titik kedua
5. Mengatur pesawat sebesar 90o , kemudian menempatkan rambu pertama pada titik
sejauh (15), sedangkan rambu-rambu yang lain ditempatkan pada titik yang
mempunyai beda tinggi (mewakili medan)
6. Membaca bacaan benang pada tiap titik dan mencatatnya
7. Memutar pesawat sebesar 180o sehingga bacaan sudut menjadi 270o
8. Menempatkan rambu pertama dititik sejauh 15m
9. Menempatkan rambu-rambu yang lain yang dapat mewakili kondisi medan searah
bidikan pesawat. Penempatan rambu dimulai dari titik terjauh kemudian mendekat
menuju pesawat
10. Mengulangi langkah 1 s/d 7 untuk memulai titik yang lain
Perhitungan:
Untuk menggambarkan profil, data yang dipaka adalah jarak dan beda tinggi. Jarak dapat
dicari dengan menggunakan rol meter maupun garis secara optis, untuk medan yang berbukit-
bukit penggunaan jarak optis lebih baik dari pada menggunakan rol meter (pengukuran secara
langsung).
Untuk menghitung elevasi pada tiap titik dapat ditentukan dengan rumus
E2 = E1 ± ΔH1
E2 = E1 ± ΔH2 … … … … … … … dst
Kontur
6
Garis kontur adalah garis khayal di lapangan yang menghubungkan titik-titik dengan
ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu diatas peta yang
memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian horizontal. Garis kontur + 25m,
artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m
terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan naik turun
nya keadaan permukaan tanah.
Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope
(kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah
terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta timbunan (cut and fill)
permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertical garis atau bangunan.
Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan
bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta umumnya
dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan
sesuai skala peta.
Pengukuran Kontur
Jika permukaan air turun, sebagai contoh permukaan air turun 5 meter, maka tepi dari
permukaan air akan membentuk garis kontur yang kedua. Demikian selanjutnya setiap
permukaan air turun akan membentuk garis kontur yang lainnya.
Garis-garis kontur merupakan garis-garis yang kontinyu dan tidak dapat bertemu atau
memotong kontur lainnya dan tidak pula dapat bercabang menjadi garis kontur yang lain,
kecuali pada hal kritis seperti jurang atau tebing.
Kemiringan tanah:
Ketinggian antara garis-garis kontur yang berurutan disebut selang vertical atau
selang kontur dan besaran nya selalu tetap pada peta. Pada irisan pada selang vertical
diperlihatkan oleh garis AB. Jarak mendatar antara dua buah kontur kemiringan permukaan
oleh jarak BC. Jarak tersebut disebut jarak horizontal. Kemiringan permukaan tanah antara
titik A dan C adalah : Kemiringan AB/BC = Selang Vertikal / Jarak Horizontal. Karena,
selang vertical merupakan besaran yang tetap pada kemiringan masing-masing peta, maka
akan berubah jika jarak horizontal berubah.
7
Contoh :
Setelah melihat dan mempelajari data pengukuran tersebut kemudian data yang akan
digunakan untuk membuat peta kontur adalah tinggi tiap titik, caranya adalah sebagai berikut:
1. Pertama kali kita tentukan skala jarak untuk menggambar dengan dan skala tinggi
untuk menggambar potongan kontur.
2. Selanjutnya menentukan koefisien garis tinggi yang akan digambar, missal disini
diambil 102.00, 102.2, 102.5, 102.75, 103.00 dst, titik-titik ini terserah dalam
menentukannya karena semakin rapat akan semakin akurat.
“prinsipnya adalah perbandingan antara segitiga kecil dan segitiga besar” sehingga dapat
dicari jarak titik dengan ketinggian tertentu.
Polygon Terbuka
Polygon adalah bentuk geometris dari segi banyak. Yang dimaksud polygon disini
adalah segi banyak yang digunakan untuk kerangka peta. Selanjutnya polygon dipakai untuk
dasar referensi koordinat detail atau obyek yang diambil dari lapangan. Polygon dapat dibagi
menjadi 2 macam :
8
2. Polygon tertutup (polygon yang mempunyai sifat geometris)
Pengukuran tinggi menara bertujuan untuk mengetahui tinggi suatu menara yang tidak dapat
diukur secara langsung dengan menggunakan pita ukur, Karena menara tersebut sukar
dijangkau pada puncak menara. Kita dapat mengetahui tinggi menara tersebut dengan cara
mengukur menggunakan alat Theodolite untuk mendapatkan nilai sudut. Alat-alat yang
digunakan:
1. Theodolite
2. Statif / Tripot
3. Pita ukur
4. Form data alat ukur’
5. Langkah kerja
6. Memasang theodolite pada suatu titik disekitar menara
7. Mengukur tinggi alat
8. Mengukur jarak dari alat ke titik menara atau yang ingin ditinjau’
9. Mengarahkan teropong ke puncak menara dan catat bacaan sudut vertical (-1)
10. Mengarahkan teropong pada kaki menara dan mencatat bacaan sudut (-2)
11. Dengan adanya sudut yang didapat dari 2 bacaan sudut vertical didapat (besaran
sudut), kita dapat mengukur tinggi menara dengan data yang kita dapat
12. Tinggi alat
13. Jarak dari alat ke menara\
14. Besaran sudut
9
Pengukuran Gambar / Peta Situasi
Peta diartikan sebagai gambar konvensional atas sebagian atau seluruh permukaan bumi
beserta fenomena yang ada, dengan pengecilan sesuai skala yang ditentukan diatas bidang
datar baik untuk menyajikan data yang selektif atau bentuk-bentuk abstrak dalam hubungan
nya dengan permukaan bumi
Pemetaan adalah proses pembuatan peta berdasarkan olahan hasil data pengukuran.
Bidang ilmu yang mempelajari pembuatan peta ini disebut dengan kartografi sedangkan
ahlinya adalah kartografer. Dasar filosofi pengukuran dan pemetaan adalah:
Tujuan dari pengukuran yang kami lakukan adalah untuk mengumpulkan data yang diberikan
untuk membuat suatu gambaran secara planimetris adalah kedudukan bangunan-bangunan
yang dibuat oleh manusia, sedangkan topografis adalah konfigurasi dari keadaan tanah. Alat-
alat yang digunakan:
1. Theodolite
2. Bak ukur
3. Kompas
4. Payung (melindungi alat theodolite)
5. Statif / tripod
6. ATK
10
Langkah kerja:
1. Theodolite 1 set
2. Statif 1 buah
3. Patok secukupnya
4. Paku secukupnya
Pelaksanaan praktikum:
Dalam pematokan ini data yang harus diketahui terlebih dahulu adalah:
11
Sebelum dilakukan, lakukan perhitungan penentuan titik menurut rumus:
Ln = 2 x Rc x sinα Dengan:
jika dikehendaki agar letak patok pada as tikungan mempunyai jarak yang sama maka sudut
arah dibuat sebagai berikut:
αn = n x α1
N = nomor titik
cara pematokan :
1. Letakkan alat ukur theodolite dititik Tc yang telah ditentukan dan diatur agar alat siap
untuk pengukuran
2. Tentukan letak titik 1 dengan membuat sudut arah (azimuth) dan ukur panjang L1 dari
titik dibawah pesawat
3. Untuk titik berikutnya dapat dilakukan dengan cara yang sama.
12
BAB III
13
14
HASIL PENGUKURAN POTONGAN MEMANJANG
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
15
HASIL PENGUKURAN POTONGAN MELINTANG
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
Bacaan Sudut ∆X
Jarak (d)
No Titik Sudut (β) Azimuth (ά) d sin ά
d m s d m s (m) (m)
P
A 355 59 40 195 6 50 24.2 -6.670
P1 154 40 10 143 3 20 54 32.196
P2 345 5 30 84 59 30 24 23.926
P3 269 4 10 149 30 40 14.6 6.854
16
P4 249 59 50 70 10 10 14.6 1.372
P5 316 0 0 117 28 10 31 27.472
P6 325 20 20 58 14 5 11 9.359
P7 235 29 30 0 0 0 17.6 0.000
P8 180 0 0 0 0 0 0 0.000
Ket :
∆X= d x Sin ά
Dengan Contoh : Mencari ∆X pada titik A yaitu : 24.2 x Sin 196 = 24.2 x -0,27563 = -6.670
∆X= d x Cos ά
Dengan Contoh : Mencari ∆Y pada titik A yaitu : 24.2 x Cos 196 = 24.2 x -0,96126 = -23,263
17
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
18
HASIL PENGUKURAN STAKE OUT ( KELENGKUNGAN )
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
19
HASIL PENGUKURAN KONTUR
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
Alat : Theodolite
Diukur : Kelompok I
20
21