PKN: Otonomi Khusus, Daerah Istimewa, Daerah Khusus
PKN: Otonomi Khusus, Daerah Istimewa, Daerah Khusus
PKN: Otonomi Khusus, Daerah Istimewa, Daerah Khusus
Aceh
Pengakuan Negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir diberikan melalui
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (LN 2006 No 62, TLN
4633). UU Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of
Understanding) antara Pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada
tanggal 15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju
pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan.
Jakarta
Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta (Provinsi DKI Jakarta) sebagai satuan pemerintahan
yang bersifat khusus dalam kedudukannya sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan sebagai daerah otonom memiliki fungsi dan peran yang penting dalam
mendukung penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu,
perlu diberikan kekhususan tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Untuk itulah Pemerintah Pusat mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu
kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (LN 2007 No. 93; TLN
4744). UU ini mengatur kekhususan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu kota Negara. Aturan
sebagai daerah otonom tingkat provinsi dan lain sebagainya tetap terikat pada peraturan
perundang-undangan tentang pemerintahan daerah.
Papua & Papua Barat
Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah istimewa sejak
pembentukannya secara de jure tahun 1950, maupun sejak pengakuannya
secara de facto pada 1945. Dalam undang-undang pembentukan DIY,
DIY berkedudukan hukum sebagai daerah istimewa setingkat provinsi.
Sedang keistimewaannya terletak pada pengangkatan kepala daerah
istimewa dan wakil kepala daerah istimewa dari Sultan dan Paku Alam yang bertahta.
Namun, bentuk keistimewaan DIY tidak dicantumkan dalam undang-undang pembentukan
tetapi hanya dalam undang-undang pemerintahan daerah yang mengatur semua daerah di
Indonesia secara umum. Dengan realitas ini, pada tahun 1965 kedudukan hukum DIY
diturunkan menjadi daerah provinsi biasa., dan akhirnya pada tahun 1999 dan 2004
keistimewaan DIY memasuki wilayah kekosongan hukum.
Berau
Daerah Istimewa Berau adalah daerah istimewa setingkat kabupaten di
dalam lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Berau dibentuk
oleh negara Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan
Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan karena hak asal usul yang
dimilikinya. Daerah Istimewa Berau terdiri atas swapraja Sambaliung dan
swapraja Gunung-Tabur. Keistimewaan Daerah Istimewa Berau meliputi pengangkatan
Kepala Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Berau dijabat oleh Sultan Muhammad
Amminuddin. Daerah Istimewa Berau dihapus dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU
Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan.
Daerahnya dijadikan Kabupaten Berau di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan Timur.
Bulongan
Daerah Istimewa Bulongan adalah daerah istimewa setingkat kabupaten
di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Bulongan
dibentuk oleh negara Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang
Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan karena hak
asal usul yang dimilikinya. Daerah Istimewa Bulongan terdiri atas
swapraja Bulongan. Keistimewaan Daerah Istimewa Bulongan meliputi pengangkatan Kepala
Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Bulongan dijabat oleh Sultan Maulana
Muhammad Jalaluddin, sampai mangkat dia pada 1958. Daerah Istimewa Bulongan dihapus
dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten
Daerah Tingkat II di Kalimantan. Daerahnya dijadikan Kabupaten Bulongan di dalam
lingkungan Provinsi Kalimantan Timur. Kini wilayah bekas Daerah Istimewa Bulongan, yang
meliputi kabupaten-kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung, dan
Kota Tarakan, dibentuk satu provinsi, Provinsi Kalimantan Utara pada 17 November 2012,
terpisah dari Provinsi Kalimantan Timur.
Kalimantan Barat
Kutai
Daerah Istimewa Kutai adalah daerah istimewa setingkat kabupaten di
dalam lingkungan Provinsi Kalimantan. Daerah Istimewa Kutai dibentuk
oleh negara Indonesia dengan UU Darurat 3/1953 tentang Pembentukan
Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan karena hak asal usul yang
dimilikinya. Daerah Istimewa Kutai terdiri atas swapraja Kutai.
Keistimewaan Daerah Istimewa Kutai meliputi pengangkatan Kepala
Daerah Istimewa. Kepala Daerah Istimewa Kutai dijabat oleh Sultan
A.M. Parikesit. Daerah Istimewa Kutai dihapus dengan UU 27/1959 tentang Penetapan UU
Darurat 3/1953 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II di Kalimantan.
Daerahnya dijadikan Kabupaten Kutai, Kota Balikpapan, dan Kota Samarinda di dalam
lingkungan Provinsi Kalimantan Timur. Kini wilayah bekas Daerah Istimewa Kutai meliputi
Kabupaten Kutai Kertanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kota
Balikpapan, Kota Samarinda, dan Kota Bontang di dalam lingkungan Provinsi Kalimantan
Timur.
Surakarta
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang. Yang dimaksud satuan-satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus adalah daerah yang diberikan otonomi khusus.
UU Khusus Daerah-daerah yang memiliki status istimewa dan diberikan otonomi khusus
selain diatur dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah diberlakukan pula ketentuan
khusus yang diatur dalam undang-undang lain.
Bagi Provinsi DKI Jakarta diberlakukan UU Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan
Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta sebagai Ibu kota Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
Bagi Provinsi Papua dan Papua Barat diberlakukan UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.
Daerah Istimewa
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Negara mengakui
dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan undang-undang. UU KhususDaerah-daerah yang memiliki
status istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur dengan Undang-Undang
Pemerintahan Daerah diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam undang-undang
lain.
Di Daerah Istimewa Aceh (Provinsi Aceh) telah diberlakukan UU Nomor 44 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan UU Nomor 11
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; dan
Daerah Istimewa Yogyakarta belum memiliki UU yang mengatur ketentuan khusus
sebagaimana dimaksud. Pengakuan KeistimewaanPengakuan keistimewaan Daerah Istimewa
Aceh didasarkan pada perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia yang menempatkan
Aceh sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan khusus, terkait dengan
karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh yang memiliki ketahanan dan daya juang
tinggi. Ketahanan dan daya juang tinggi tersebut bersumber dari pandangan hidup yang
berlandaskan syari’at Islam yang melahirkan budaya Islam yang kuat, sehingga Aceh menjadi
salah satu daerah modal bagi perjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.