Anda di halaman 1dari 13

PENGAWASAN MUTU MAKANAN

Identifiksi Standar Mutu Makanan Berdasarkan SNI


“Garam Konsumsi Beryodium”

Dosen Pengampu :
M. Rizal Permadi S. ST., M. Gizi

Disusun Oleh :
Nurhasanah
G42182028
Golongan D

PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

.1. Tujuan
Adapun tujuan dalam pengamatan ini adalah :
1. Dapat mengamati standart mutu
2. Dapat mengamati syarat standar mutu makanan berdasarkan SNI
.1. Dasar Teori
1.2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI)
Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya standar yang
berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis perumusan
SNI dan ditetapkan oleh BSN (BSN, 2017). SNI merupakan dokumen standar teknis
yang disusun oleh perwakilan produsen, konsumen, regulator, akademisi, praktisi,
asosiasi, dan lain-lain yang diwadahi dalam suatu Komite Teknis, sehingga standar ini
dapat digunakan untuk menilai dan menguji suatu produk yang dimiliki oleh pelaku
usaha atau pemilik merek dagang (BSN, 2016).
Menurut BSN (2016), terdapat dua sifat SNI dalam penerapannya. Sifat
penerapan SNI yaitu:
1. SNI yang bersifat sukarela.
Dalam penerapannya SNI bersifat sukarela bagi produsen.
2. SNI yang bersifat wajib
Terdapat produk-produk yang ditetapkan oleh pemerintah yang wajib
menerapkan SNI sebelum diedarkan ke masyarakat. Dalam penerapan yang
besifat wajib ini memiliki tujuan tertentu yaitu :
a. Perlindungan konsumen, tenaga kerja yang membuat produk, dan masyarakat
dari aspek keselamatan, keamanan, dan kesehatan
b. Pertimbangan keamanan Negara
c. Tuntutan perkembangan ekonomi dan kelancaran iklim usaha dan persaingan
yang sehat
d. Pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penerapan SNI dalam suatu produk dapat memberikan manfaat secara langsung
bagi produsen, konsumen dan pemerintah.

1. Bagi produsen
Dengan adanya SNI produsen akan terus melakukan inovasi dengan mencari
proses yang efisien dan efektif terhadap pemilihan bahan baku, proses produksi,
sampai pengemasan dan distribusi karena dalam SNI terdapat criteria tertentu
yang harus dipenuhi. Sehingga produk yang dihasilkan dapat memiliki daya saing
di pasaran.
2. Bagi konsumen
SNI dapat membantu konsumen daam memilih produk yang berkualitas,
menghindari konsumen dari produk yang berbahay bagi kesehatan ataupun
lingkungan. Terlebih konsumen dapat menikmati barang sesuai harga dan
kualitasnya.
3. Bagi pemerintah
SNI dapat membuat pasar dalam negeri memiliki mekanisme perlindungan
terhadap produk asing yang belum diketahui kualitasnya. Sehingga akan tumbuh
dinamika perekonomian baru yaitu lembaga sertfikasi yang juga kredibel.
1.2.2 Garam
Garam secara fisik dapat diartikan sebagai benda padatan putih berbentu
Kristal yang merupakan kumpulan senyawa Natrium Chlorida (>80%) dan senyawa
lain seperti Magnesium Klorida, Sulfat, Calsium Chlorida, dan lain-lain. Garam
mempunyai sifat / karakteristik higroskopis atau mudah menyerap air, bulk density
(tingkat kepadatan) sebesar 0,8 -0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010 C
(Burhanuddin, 2001 dalam Adenia, 2018).
Berdasarkan SNI, pengelompokan garam di Indonesia terbagi atas garam
konsumsi dan garam industri. Kelompok kebutuhan garam konsumsi yaitu untuk
konsumsi rumah tangga, industri makanan, industri minyak goreng, industri
pengasinan dan pengawetan ikan, sedangkan kelompok kebutuhan garam industri
antara lain untuk industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit, CAP (Chlor
Alkali Plant) garam industri yang digunakan untuk proses kimia dasar pembuatan
soda, chlor, dan pharmaceutical salt.
Garam konsumsi beryodium yang diedarakan dalam masyrakat wajib mengacu
pada SNI 3556 : 2010 yang merupakan revisi dari SNI 01-3556-2000. Ruang lingkup
SNI tersebut menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, pengambilan contoh, dan
cara uji yang digunakan untuk Garam konsumsi beryodium.
Berdasarkan SNI 3556 : 2010, garam konsumsi beryodium adalah produk
bahan makanan yang komponen utamanya natrium klorida (NaCl) dengan
penambahan kalium iodat (KIO3). Standar minimal kandungan iodium pada garam
adalah minimal 30 mg/kg, dan kandungan cemaran logam cadmium maksimal 0.5
mg/kg, cemaran timbale maksimal 10 mg/kg, raksa dan juga arsen maksimal 0.1
mg/kg.
BAB 2

METODE

2.1 Waktu dan Tempet Praktikum


Waktu praktikum : Senin, 7 desember 2020
Tempat praktikum : Jatiroto-Lumajang, Jawa Timur
2.2 Alat dan Bahan
Alat :
1. Pedoman SNI (contoh Standar Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Biskuit)
2. Timbangan, piring, sendok, gelas ukur
Bahan : Makanan atau minuman sesuai dengan contoh pedoman yaitu garam beryodium
Roda Berputar.
2.3 Prosedur Kerja
1) Mengamati standar makanan sesuai dengan SNI meliputi komposisi bahan, bahan
tambahan pangan, hygiene cara produksi (cari di internet), pengemasan, pelabelan
(nama produk, netto, nama dan alamat perusahaan, daftar bahan yang digunakan,
informasi nilai gizi, petunjuk penyimpanan dan penggunaan, keterangan tentang
peruntukkan, petunjuk penyimpanan, tanggal kedaluwarsa)
2) Mengukut berat bersih (netto)
3) Mengamati secara organoleptik produk makanan/minuman meliputi tekstur, warna,
dan aroma
BAB 3
HASIL PENGAMATAN

3.1 Tabel Hasil Pengamatan SNI

No. Aspek pengamatan Hasil pengamatan Keterangan (SNI)


1 Komposisi bahan
a. Bahan utama Natrium klorida Garam konsumsi beryodium adalah produk
(NaCl) bahan makanan yang komponen utamanya
b. Bahan lain Yodium sebagai KIO3
natrium klorida (NaCl) dengan penambahan
kalium iodat (KIO3).

(sesuai dengan SNI)


c. Larangan - Tidak dijelaskan dalam SNI
khusus
d. Syarat mutu Memiliki kandungan Didalam SNI tidak diatur menganai manaat
yodium yang cukup standar mutu yang dimaksut.
serta menambah rasa Zat gizi pada garam beryodium untuk
lezat pada makanan mencegah penyakit gondok, terhambatnya
perkembangan otak serta terganggunya
pertumbuhan fisik anak. Menurut AKG
2019, anak-anak usia 4-9 tahun dianjurkan
konsumsi Iodium 120 mcg

(cukup sesuai dengan SNI karena di dalam


SNI juga tidak disebutkan)
e. syarat mutu Mengandung Yodium Yodium dihitung sebagai kalium iodat
Min. 30 ppm (KIO3) adbk minimal 30 mg/kg

(Sesuai dengan SNI)


f. Selengkapnya Tidak dicantumkan 1. Kadar air maksimal 7%
liat pada 2. Kadar NaCl (natrium klorida) dihitung dari
pedoman SNI jumlah klorida (Cl-) minimal 94%
makanan 3. Bagian yang tidak larut dalam air maksimal
tersebut 0,5%
4. Yodium dihitung sebagai kalium iodat
(KIO3) minimal 30 mg/kg
5. Cemaran logam kadmium maksimal 0.5
mg/kg
6. Cemaran logam timbal maksimal 10 mg/kg
7. Cemaran raksa maksimal 0.1 mg/kg
8. Cemaran arsen maksimal 0.1 mg/kg
2 Bahan tambahan - Tidak dijelaskan dalam SNI
pangan
3 Higiene
Produksi menerapakan Tidak dapat Produk dinyatakan lulus uji apabila telah
prinsip-prinsip hygiene menemukan dalam memenuhi persyaratan mutu sesuai pasal 3
sanitas produk tersebut literature manapun. (Syarat mutu garam konsumsi beryodium)
Tetapi dalam kemasan
terdapat keterangan: (sesuai karena mutu yang dihasilkan sudah
Garam ini terbuat dari menggambarkan proses produksinya)
bahan baku pilihan
dengan mutu yang baik
dan memiliki
kandungan yodium
yang cukup serta
menambah rasa lezat
pada makanan
4 Pengemasan
a. bentuk Kemasan produk Produk garam konsumsi beryodium dikemas
kemasan tertutup dalam wadah yang tertutup, tidak
b. bahan Plastik
dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman
pembuat
selama penyimpanan dan pengangkutan
kemasan
sesuai ketentuan yang berlaku.

(Sesuai dengan standart SNI)


5 Pelabelan Syarat penandaan produk garam konsumsi
a. nama produk Roda berputar beryodium harus diberi label. Keterangan
b. netto 500 g
pada label sekurang-kurangnya harus
c. Kadar KIO3 Min. 30 ppm
d. nama dan CV. Jaya makmur mencantumkan :
alamat Sampang (69271) 1. Nama produk;
produsen Indonesia 2. Berat bersih;
e. Kode produksi Tidak terisi
3. Kadar KIO3;
f. Nomor 255313001561
4. Nama dan alamat produsen;
registrasi
5. Nama dan alamat importir (untuk
BPOM (MD).
g. daftar bahan Natrium klorida produk impor);
yang (NaCl) 6. Kode produksi;
digunakan/kom Yodium sebagai KIO3 7. Nomor registrasi BPOM (MD).
posisi
h. Informasi nilai Mengandung Yodium (kurang sesuai dengan SNI karena kode
gizi Min. 30 ppm produksi tidak terisi)
i. Petunjuk -
penyiapan dan
penggunaan
j. keterangan -
peruntukkan
k. petunjuk Simpan ditempat sejuk
penyimpanan dan kering
l. tanggal Tidak terisi
kedaluwarsa
*Catatan: jika aspek tidak terdapat pada produk bisa dicari dengan literasi internet.
3.2 Tabel Hasil Uji Organoleptik

No Organoleptik Hasil Pengamatan


1 Warna Putih
2 Rasa Asin
3 Aroma Tidak beraroma
4 Tekstur Kasar

BAB 4

PEMBAHASAN

Garam konsumsi beryodium merupakan produk yang wajib terstandar SNI dalam
pengedarannya di masyarakat. SNI yang digunakan untuk produk garam beryodium Roda
Berputar mengacu pada SNI 3556 : 2010.
Berdasarkan SNI 3556 : 2010, garam konsumsi beryodium adalah produk bahan
makanan yang komponen utamanya natrium klorida (NaCl) dengan penambahan kalium iodat
(KIO3). Dalam produk yang diamati, bahan utama dalam pembuatannya yaitu Natrium
klorida (NaCl) serta bahan lain yaitu Yodium sebagai KIO3. Penambahan bahan yodium
dalam garam diperlukan karena iodium dalam garam dapat hilang selam proses pengeringan
yang tidak sempuna, penyimpanan yang terbuka serta pada saat proses pemasakan (Lailatul,
2019). Untuk komposisi bahan dengan larangan khusus tidak ditemukan dalam produk yang
diamati serta dalam SNI juga tidak mencantumkan adanya penambahan bahan larangan
khusus.

Garang konsumsi beryodium merupakan garam yang didalamnya sengaja


ditambahkan kalium iodat untuk mencegah penyakit GAKY dalam masyarakat yang dapat
ditandai dengan penyakit gondok, terhambatnya perkembangan otak serta terganggunya
pertumbuhan fisik anak (BSN, 2020). Menurut AKG 2019, anak-anak usia 4-9 tahun
dianjurkan konsumsi Iodium 120 mcg. Menurut SNI 3556 : 2010, syarat mutu garam
konsumsi beryodium yaitu Kadar air maksimal 7%, kadar NaCl (natrium klorida) dihitung
dari jumlah klorida (Cl-) minimal 94%, bagian yang tidak larut dalam air maksimal 0,5%,
Yodium dihitung sebagai kalium iodat (KIO3) minimal 30 mg/kg, Cemaran logam kadmium
maksimal 0.5 mg/kg, Cemaran logam timbal maksimal 10 mg/kg, Cemaran raksa maksimal
0.1 mg/kg, Cemaran arsen maksimal 0.1 mg/kg. Didalam produk yang telah diamati hanya
terdapat keterangan Mengandung Yodium Min. 30 ppm pada kemasannya sedangkan syarat
mutu yang lain tidak disebutkan, selain itu juga terdapat keterangan memiliki kandungan
yodium yang cukup serta menambah rasa lezat pada makanan. Sehingga produk tersebut
dapat memenuhi kebutuhan iodium sesuai AKG serta dapat mencegah penyakit GAKY. Akan
tetapi meskipun garam beryodium dapat mencegah penyakit GAKY, penggunaannya harus
diperhatikan karena penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan gejala hipertiroid di
masyarakat yang ditandai dengan penurunan berat badan dengan atau tanpa penurunan nafsu
makan, hiperkinesia (fungsi motorik yang meningkat secara abnormal), banyak keringat,
kelemahan otot dan kelesuan, kegelisahan, mudah capek, sesak nafas gemetar (tremor), debar
jantung (palpitasi), mata melotot (eksotalmus), diare, rambut mudah rontok, kelenjar gondok
membesar, dan emosional, sulit konsentrasi yang berdampak pada menurunnya prestasi
belajar (Mohamad, 2015).

Dalam proses produksi garam konsumsi beryodium harus memperhatikan aspek


hiegien dan sanitasi, sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi persyaratan mutu
sesuai pasal 3 SNI 3556 : 2010 sehingga garam yang dihasilkan dapat dinyatakan lulus uji.
Didalam produk yang telah diamati tidak dapat menemukan literature proses produksi garam
tetapi di kemasannya terdapat keterangan Garam ini terbuat dari bahan baku pilihan dengan
mutu yang baik dan memiliki kandungan yodium yang cukup serta menambah rasa lezat pada
makanan. Dalam keterangan tersebut mutu yang dihasilkan baik sudah cukup
menggambarkan proses hiegien dan sanitasi yang ditearapkan baik sehingga produk dapat
dikatakan lulus uji.

Pengemasan garam konsumsi beryodium yang telah diamati memiliki bentuk


kemasan produk yang tertutup dengan menggunakan bahan pembuatan kemasan plastic.
Pengemasan tersebut sudah dapat memenuhi persyaratan SNI 3556 : 2010 yang
mengharuskan produk garam konsumsi beryodium dikemas dalam wadah yang tertutup, tidak
dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan sesuai
ketentuan yang berlaku.

Dalam pelabelan kemasan, garam konsumsi beryodium juga harus memenuhi SNI
3556 : 2010 dalam syarat penandaan. Keterangan pada label sekurang-kurangnya harus
mencantumkan : Nama produk; Berat bersih; Kadar KIO3; Nama dan alamat produsen; Nama
dan alamat importir (untuk produk impor); Kode produksi; Nomor registrasi BPOM (MD).
Dalam produk yang telah diamati memiliki nama produk Roda Berputar, dengan berat Bersih
500 g. Didalam kemasan juga terdapat keterangan kadar KIO3 min. 30 ppm, serta terdapat
Nama dan alamat produsen yaitu CV. Jaya makmur, Sampang (69271) Indonesia dengan
Nomor registrasi BPOM (MD) 255313001561. Dalam kemasan juga tersedia tempat kode
produksi, tetapi kode produksi tidak di isi oleh produsen. Hal ini membuat syarat penandaan
garam konsumsi beryodium kurang sesuai dengan SNI. Selain syarat penandaan yang telah
dianjurkan oleh SNI, produk garam yang telah diamati juga mencantumkan beberapa
keterangan, yaitu komposisi yang berisi Natrium klorida (NaCl) dan Yodium sebagai KIO3
serta petunjuk penyimpanan yang menganjurkan disimpan Simpan ditempat sejuk dan kering.
Di kemasan juga terdapat tenpat tanggal kadaluwarsa tetapi sama halnya dengan kode
produksi, tanggal yang dimaksut tidak diisikan.

Hasil uji organoletik terhadap garam konsumsi beryodium yang telah diamati yaitu
Roda Berputar memiiki warna putih dengan rasa asin serta tidak memiliki aroma. Tekstur
yang dihasilkan oleh garam yaitu halus sedikit kasar.
BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan garam konsumsi beryodium Roda


Berputar dapat dikatakan telah memenuhi SNI 3556 : 2010 yang meliputi komposisi bahan
yaitu natrium klorida (NaCl) dengan penambahan kalium iodat (KIO3) dan syarat mutu yang
sudah diatur untuk kandungan dan cemaran garam, serta aspek hiegien dalam produksi yang
dapat menentukan mutu baik pada produk yang dihasilkan, kemudian anjuran pengemasan
yang tertutup serta aman yang oleh produsen dipilih bahan plasik. Pelabelan untuk garam
konsumsi beryodium juga sudah memenuhi syarat minimum penandaan meskipun pada
bagian kode poduksi belum terisi sebelum diedarkan ke masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

BSN. 2016. Apa Perlunya SNI dan apa manfaatnya? Diakses 12 Desember 2020. https://bsn.go.id

BSN. 2017. Tentang SNI. Diakses 12 Desember 2020. https://bsn.go.id

BSN. SNI 3556 : 2010 Garam Konsumsi Beryodium.

Badriyah, Lailatul; dan Putri, Mardiana Prasetyani. 2019. Edukasi Penambahan Garam
Dapur yang Benar pada Masakan di Desa Datengan, Kabupaten Kediri. Seminar
Nasional Pengabdian Masyarakat. Institus Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kedri.

Herjanto, Eddy. 2011. Pemberlakuan SNI Secara Wajib di Sektor Industri: Efektifitas dan Berbagai
Aspek Dalam Penerapannya. Jurnal Riset Industri. Kemenperin.

Imandaninggalih, Adenia. 2018. Perlindungan Konsumen Terhadap Pengguna Produk


Garam Beryodium Sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia) di Kabupaten Pati.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Permenkes RI No. 28 Tahun 2019 Tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk
masyarakat Indonesia.

Sakhoi, Mohammad Iqdam; dan Bakhtiar Arfan. 2019. Analisis Kesiapan Garam Cap Gajah Menuju
Sertifikasi Garam Konsumsi Beriodium (SNI 3556) Tahun 2016 dengan Metode Analisis GAP
(Studi Kasus : Ud. Garam Almabrur Jaya). Departemen Teknik Industri, Indonesia.

Samsudin, Mohamad; Kusumawardani, Hastin D; dan Prihatmi, Ernani B. 2015. Pengaruh


Penggunaan Garam Beriodium Standar Terhadap Status Iodium Anak Sekolah Dasar
Yang Mengonsumsi Makanan Sumber Iodium Tinggi Di Daerah Non Endemik.
Magelang.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai