Menurut Dino Patti Djalal, di Indonesia ada empat kelompok masyarakat diaspora,
pertama, WNI yang tinggal di luar negeri atau masih memiliki kewarganegaraan asal secara sah;
kedua, WNI yang telah menjadi warga negara asing karena proses naturalisasi; ketiga, warga
negara asing yang memiliki orang tua, nenek moyang, atau keluarga yang berasal dari Indonesia;
keempat, warga negara asing yang tidak memiliki hubungan atau pertalian leluhur dengan negara
Indonesia namun, memiliki kecintaan dan kekaguman yang luar biasa terhdap negara Indonesia
seperti Paul Wolfowitz ( Mantan Duta Besar US untuk Indonesia ) yang fasih berbahasa
Indonesia. 3
Saat ini diperkirakan terdapat kurang lebih 8 juta warga negara Indonesia yang menetap
di luar negeri sebagai pengusaha, peneliti, mahasiswa, pekerja profesional, maupun tenaga kerja
Indonesia. Dengan jumlah sekitar 8 juta orang, indonesia berada di kisaran 3% dari total jumlah
penduduk di Indonesia dan tersebar di Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Afrika,
1
https://kbbi.web.id/diaspora
2
http://oxforddictionaries.com
3
http://www.diasporaindonesia.org/ndex.php/about/diaspora, (diakses pada 1 may 2019, pukul 11.00 WIB)
Eropa, Asia, dan Australia. Ada beberapa fakta terkait diaspora Indonesia, yaitu : populasi
diaspora Indonesia hampir menyamai jumlah populasi penduduk di Swedia atau Austria; warga
negara Indonesia yang menetap di Amerika Serikat memiliki rata – rata pendapatan sebesar USD
59,000 per tahun.
Diaspora memiliki beberapa pengertian lain bergantung pada perspektif kajian. Secara
umum diaspora memiliki hubungan dengan tiga kata kunci, yakni kepergian/perpindahan,
menetap dan bermukin di negara, dan tanah leluhur mereka. Diaspora pada awalnya hanya
dipakai untuk menyebut orang Yahudi yang terusir dari negara asalnya (Wahlbeck, 2002). Pada
perkembangannya, kata diaspora juga dipakai pada orang atau kelompok yang terbentuk sebagai
dampak dan akibat dari pengungsian, misalnya pemukiman orang-orang Cina di Kanada,
pengungsi Palestina, dan pengungsi orang-orang Afrika (Clifford, 1994). Beberapa contoh lain
adalah pengungsian orang Cina, pengungsian orang Indonesia (Maluku) di Belanda pada tahun
1952 karena menolak bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta orang Jawa
yang dipindahkan dengan paksa untuk menjadi tenaga kerja oleh pemerintah penjajah Belanda ke
Suriname pada periode tahun 1890-1916 (Mardiani, 2014).
Jumlah masyarakat diaspora dapat dilihat dari banyaknya penduduk migran internasional
di suatu negara. Data ini tidak hanya mencakup penduduk migran seumur hidup, yaitu mereka
yang lahir dari negara yang berbeda dengan negara tempat tinggal, tetapi tidak memasukkan data
kelahiran di negara tempat pendataan namun memiliki orang tua atau leluhur dari negara lain.
Kondisi ini menimbulkan banyak hal-hal yang merugikan bagi masyarakat diaspora yang tinggal
di negara tujuan maupun asal leluhur. Sedangkan masyarakat diaspora yang memiliki keahlian di
satu atau lebih bidang keahlian, merupakan aset bagi negara asal maupun negara tujuan. Seperti
yang terjadi pada masyarakat diaspora India yang turut bertasipasi dan mengambil peran dalam
pengembangan teknologi dan informasi serta peningkatan ekonomi di negara India. Begitupun
keberhasilan masyarakat diaspora India di Amerika Serikat dalam bidang teknologi informasi
ternyata berjalan beriringan dengan kemajuan industri teknologi informasi di India. Kontribusi
masyarakat diaspora yang memiliki keahlian ini sangat nyata sehingga memberikan manfaat bagi
negara asal, dan dapat dipandang sebagai paradigma win-win solution bagi kedua negara. Peran
diaspora dalam hal ini dapat digambarkan sebagai work globally, develop locally.
Persebaran masyarakat diaspora sendiri tidak mengikuti pola yang sama antara satu
dengan lainnya, dan terdapat variasi yang membedakan masyarakat-masyarakat diaspora di
seluruh dunia. Menurut Michel Bruneau (2010, 39) terdapat empat variasi dimana komunitas
diaspora dapat dikelompokkan. Pertama, kelompok diaspora kewirausahaan, yang dicontohkan
dalam diaspora China, India, dan Lebanon. Kedua, kelompok diaspora keagamaan, seperti
tampak pada komunitas diaspora Yahudi, Armenia, dan Yunani. Ketiga, kelompok diaspora
politik seperti diaspora Palestina, yang mana sebagian dari mereka terlibat dalam keanggotaan
PLO (Palestinian Liberalization Organization). Keempat, kelompok diaspora ras dan
kebudayaan, dengan contoh utamannya adalah diaspora ras kulit hitam (negroid) dari Afrika dan
kaum minoritas Roma di Eropa. Posisi diaspora yang unik menjadikannya bukan saja agen
politik, namun juga agen sosial dan ekonomi. Karena itu kelompok ini sangat mudah dipolitisasi.
Politisasi diaspora terjadi ketika kelompok-kelompok nasionalis atau pemerintah menggunakan
konsep diaspora untuk mewujudkan kepentingan negara, misalnya dikaitkan dengan sumbangan
diaspora pada pembangunan negara asalnya.
Bagi negara maju yang menjadi tujuan tempat untuk masyarakat diaspora melakukan
migrasi, para migran ini memiliki nilai penting karena dari merekalah suplai tenaga-tenaga kerja
bayaran rendah. Awalnya istilah diaspora digunakan untuk menggambarkan penyebaran orang-
orang Yahudi di seluruh dunia, namun sekarang digunakan untuk menggambarkan orang yang
telah tersebar dari tanah air aslinya, namun masih memiliki identitas etnis yang kuat, dan
berharap dapat kembali ke tanah air mereka. Diaspora memang telah tersebar dari tanah air
mereka, namun yang perlu dilihat disini adalah bahwa mereka belum lupa tanah asal mereka
untuk beberapa alasan tertentu. Mereka masih memiliki rasa nasionalisme meski mereka tidak
lagi berada di negara mereka sendiri. Dengan semakin meningkatnya mobilitas manusia, batas-
batas negara menjadi semakin kabur, masyarakat transnasionalime mulai terbentuk.
Bagaimanapun juga, hal ini berdampak pada kebijakan kependudukan dan sentiment anti imigran
dalam masyarakat diaspora. Masyarakat diaspora di negara-negara dengan sejarah migrasinya
yang panjang telah menjadi warga negara yang ternaturalisasi. Namun demikian, masyarakat
diaspora ini tetap terlabeli dengan “imigran” dan diaspora. Karena alasan ini, seberapapun
lamanya masyarakat diaspora tersebut tinggal di negara tujuan, istilah negara asal serta negara
tujuan tetap melekat di kalangan masyarakat diaspora.
Meksiko Negara yang paling dekat dengan Amerika merupakan penyumbang imigran
terbesar di AS. Banyaknya imigran yang datang dari Meksiko terutama imigran gelap dimana
jumlahnya yang sudah hampir mencapi 12 juta orang dan dikhawatirkan akan terus bertambah
dan menyebabkan masalah bagi pemerintah AS. Imigran asal Meksiko mulai masuk ke Amerika
Serikat berawal dari Program Bracero (program pekerja tamu). Program ini mengatur hukum
sementara imigrasi pekerja dari Meksiko ke Amerika Serikat, sebagian imigran bekerja untuk
menutupi kekurangan tenaga kerja Amerika Serikat akibat dari Perang Dunia II dari 1942
hingga 1964. Tingginya tingkat migrasi dari Meksiko ke AS dikarenakan adanya perbedaan yang
terlihat dalam kualitas hidup antara kedua negara. Banyak imigran gelap datang dari kota-kota
miskin di Meksiko. Imigran gelap asal Meksiko yang mendapatkan pekerjaan dengan upah
rendah di AS sudah memberikan standar hidup lebih tinggi daripada di negara asal mereka di
Meksiko.
Masyarakat diaspora berperan penting di negara tempat mereka bermukim. Mereka yang
memiliki bakat dan keahlian, jasa dan tenaga mereka dibutuhkan dan menjadi hubungan yang
saling menguntungkan bagi warga diaspora dan negara tujuan. Di Amerika sendiri, sebagai
negara maju yang menjadi tujuan masyarakat diaspora, pemerintah Amerika Serikat turut
memfasilitasi masyarakat diaspora. Seperti pemberian dwi-kewarganegaraan, memberi hak dan
kebebasan, dan lapangan pekerjaan yang sama. Namun, keberadaan masyarakat diaspora juga
menimbulkan permasalahan dan beban bagi pemerintah AS, yang mana warga lokal sering
merasa bahwa keberadaan masyarakat diaspora jstru membuat persaingan di dunia pekerjaan,
institusi pendidikan menjadi sangat kompetitif karena mereka tidak hanya harus bersaing dengan
sesama masyarakat Amerika Serikat namun juga harus bersaing dengan masyarakat diaspora
yang memiliki bakat dan keahlian di bidang yang sama.
Saat ini, Globalisasi telah membuat masyarakat dunia menyebar, memaksa bangsa-
bangsa untuk keluar dari tanah leluhur mereka. Penyebaran ini membawa bentuk baru
nasionalisme yang bermukim di luar tanah asal. Migrasi internasional saat ini menjadi
permasalahan yang menyita perhatian banyak pihak. Masyarakat asli dan masyarakat diaspora di
wilayah yang sama harus bersaing dengan bakat dan keahlian yang dimiliki. Bakat dan keahlian
tersebut menjadi aset yang sangat berharga dalam pergerakan ekonomi dunia. Akibatnya,
gelombang migrasi dari negara-negara berkembang semakin menguat. Munculnya masyarakat
diaspora menjadi sebuah konsekuensi dari persaingan dalam mencari lapangan pekerjaan bagi
masyarakat negara berkembang.
Fenomena digital diaspora menjelaskan bagaimana para imigran suatu negara masih
memiliki rasa keterikatan (connection) dengan negara asal mereka dengan memakai internet
sebagai sarananya. Digital diaspora dapat meningkatkan kualitas hidup di negara tempat
masyarakat diaspora bermukim serta berkontribusi dalam perkembangan sosial-ekonomi negara
asal imigran. Jennifer M. Brinkerhoff (2009), dalam bukunya yang berjudul Digital Diasporas:
Identity and Transnational Engagement, menyatakan bahwa “...digital diaspora’s engagement,
regardless of whether it becomes mobilized in physical world”. Adanya digital diaspora antara
lain untuk membangun komunitas, perkembangan norma, serta issue framing. Aktivitas paling
penting di antara mereka membantu berkembangnya solidaritas identitas di antara mereka.
Diaspora yang telah tersebar memanfaatkan internet sebagai media untuk membentuk komunitas
online dengan tujuan exploring identitas mereka, serta turut serta mengetahui agenda serta
berhubungan secara vis-à-vis dengan negara asal masyarakat diaspora.
Migrasi internasional saat ini telah menjadi permasalahan yang menyita perhatian banyak
pihak. Transisi pengetahuan berbasis ekonomi menciptakan lebih banyak pangsa pasar yang
terintegrasi bagi mereka yang memiliki bakat dan keahlian. Selain juga keadaan ekonomi yang
menuntut individu seseorang untuk lebih memilih untuk melakukan migrasi ke negara lain yang
dinilai lebih maju. Munculnya diaspora yang sangat luas menjadi salah satu konsekuensi dari
perburuan terhadap kesempatan terbaik bagi negara berkembang.
Globalisasi sebagai penggerak ekonomi suatu negara, di dalamnya juga tidak terlepas dari
peran serta masyarakat diaspora. India, yang saat ini menjadi salah satu negara di Asia yang
mampu bangkit dari keterpurukannya juga memanfaatkan masyarakat diaspora yang berjumlah
sekitar 30 juta lebih.4 Banyak negara yang nasibnya membaik karena adanya peran dari
masyarakat diaspora. Rwanda contohnya, negara yang hancur karena Genosida, kini ekonomi
negara tersebut membaik karena peran masyarakat diaspora negara Rwanda yang tinggal dan
bermukim di Amerika Serikat dan negara lainnya di dunia.
4
https://mediaindonesia.com/diaspora-sebagai-strategi-ekonomi
Indonesia.5 Dikirim langsung kepada keluarga mereka di tanah air, sehingga dampaknya dapat
dilihat secara nyata. Jumlah devisa TKI ini diperkirakan lebih besar daripada jumlah investasi
asing di Indonesia. Ini belum termasuk sumber daya yang dialirkan diaspora non-TKI yang elum
terdata.
5
Ibiid 4