Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP


MOTIVASI BEKERJA BAGI ANAK REMAJA (USIA 12-17 TAHUN) DI
DUSUN KALE ANASSAPPU DESA BONTOBIRAENG SELATAN KEC.
BONTONOMPO KAB. GOWA

HALAMAN JUDUL
THE INFLUENCE OF FAMILY SOCIAL ECONOMIC STATUS ON WORKING
MOTIVATION FOR ADOLESCENTS (AGES 12-17 YEARS) IN DUSUN KALE
ANASSAPPU VILLAGE BONTOBIRAENG SELATAN KEC. BONTONOMPO
KAB. GOWA

YUNITA AMALIA AMRAN


1763141027

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


JURUSAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 7


A. Kajian Teori ................................................................................................... 7
1.Teori Fungsionalisme Struktural dari Talcott Parsons ............................ 7
2. Status Sosial Ekonomi ............................................................................ 9
3. Dasar Lapisan Masyarakat ................................................................... 10
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi ................ 11
5. Klasifikasi Status Sosial Ekonomi ....................................................... 13
6. Tingkat Status Sosial Ekonomi ............................................................ 14
7. Motivasi Bekerja .................................................................................. 14
8. Pekerja Anak ........................................................................................ 16
9. Faktor-Faktor Penyebab Anak Bekerja ................................................ 17
10. Dampak-Dampak Anak Bekerja ........................................................ 19
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 19
C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 21
D. Hipotesis ...................................................................................................... 22

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 24


A. Jenis Penelitian............................................................................................. 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 24
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 24
1. Populasi ............................................................................................... 24
2. Sampel ................................................................................................. 25

iii
D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ........................................... 26
1. Definisi Operasional Variabel ............................................................. 26
2. Pengukuran .......................................................................................... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 29
1. Observasi ............................................................................................. 29
2. Kuesioner (Angket) ............................................................................. 30
3. Dokumentasi ........................................................................................ 30
F. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 30
1. Uji Validasi .......................................................................................... 30
2. Uji Reliabilitas ..................................................................................... 32
G. Teknik Analisis Data.................................................................................... 33
1. Analisis Deskriptif ............................................................................... 33
2. Analisis Inferensial .............................................................................. 33

JADWAL PENELITIAN .................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38

LAMPIRAN ......................................................................................................... 43
KUESIONER PENELITIAN ............................................................................ 43

iv
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kabupeten Gowa merupakan Ibu kota yang terletak di kota

Sungguminasa. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32 km² dan

berpenduduk sebanyak ± 652.941 jiwa. Memiliki 18 kecamatan dan di

antaranya yaitu kecamatan Bontonompo, kecamatan Bontonompo memiliki 11

desa dan di ataranya yaitu desa Bontobiraeng selatan. Bontobiraeng selatan

memiliki dusun yang diantaranya KaleAnassappu. Produksi lokal andalan

daerah ini yaitu padi dan batu merah, seluruh wilayahnya merupakan dataran

rendah yang merupakan sawah-sawah sehingga mata pencaharian masyarakat

di bontobirang selatan mayoritas petani, wiraswasta maupun pns.

Perkembangan sektor industri di Gowa tiap tahunnya memiliki

pertumbuhan yang cukup signifikan, karena Gowa merupakan daerah yang

perkembangan sektor-sektornya selalu mengalami peningkatan. Untuk

menggerakkan roda perekonomian di kabupaten gowa yang mayoritas petani,

wiraswasta maupun pns, pemkab telah mengupayakan mejadi wilayah

pengembangan produksi tanaman pertanian yang berkualitas. Produksi padi

tahun 2018 sebanyak 412.964 ton dengan luas areal k64.244,40 hektare.

Berdasarkan data BPS, PDRB gowa tahun 2018 mencapai Rp. 19,063 miliar

atau sekitar 4,12 persen dari PDRB provinsi Sulawesi selatan dan jika

dibandingkan dengan wilayah lain disekitarnya, gowa berada pada urutan

keempat.

1
Kabupaten Gowa memiliki suatu sumber daya alam lokal yang cukup

memberikan konstribusi dan memiliki suatu potensi kreativitas masyarakat

untuk mendukung perkembangan dan pembangunan di wilayahnya dan

terkhusunya pada perekonomian keluarganya. Keluarga dipandang sebagai inti

dari suatu kelompok sosial yang terkecil dari sorang ayah, ibu dan anak. Anak

merupakan generasi penerus bagi kelangsungan hidup keluarga, bagsa dan

Negara dimasa yang akan datang. Maka pendidikan merupakan sarana dalam

upaya mengembangkan potensi anak. Keberhasilan sistem pendidikan

menuntut kesadaran masyarakat untuk berpendidikan.

Dalam UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”.

Namun realitasnya pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan memperbolehkan anak bekerja dengan

syarat mendapat izin dari orang tua dan bekerja tidak lebih dari 3 jam setiap

harinya. Namun faktanya Perlu diketahui bahwa pekerja anak menurut undang-

undang ini adalah individu yang berusia dibawah 18 tahun dimana remaja

masuk dalam rentang usia tersebut.

2
Dari data yang di atas Jumlah pekerja anak di Indonesia mengalami

peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS)

menunjukkan, pada 2017 terdapat 1,2 juta pekerja anak di Indonesia dan

meningkat 0,4 juta atau menjadi sekitar 1,6 juta pada tahun 2019. Kegelisahan

ILO (Internasional Labour Organization), tertuang dalam konvensi yang telah

diratifikasi di Indonesia melalui UU No. 20/1999. UU itu menyebutkan berusia

16 tahun ke atas. Batas usia pekerja anak yang membahayakan kesehatan,

keselamatan, atau moral, di atas 18 tahun.

Dari Hasil observasi awal di Dusun Kale Anassappu Desa

Bontobiraeng selatan kecamatan Bontonompo. Data sementara untuk anak

remaja usia 12-17 tahun yang bekerja sebanyak 36 orang yaitu diantaranya 24

laki-laki dan 12 perempuan, adapun data Tingkat pendidikan anak diantaranya

22 orang masih duduk dibangku menengah pertama SMP, 9 orang duduk

dibangku menengah atas SMA, 4 orang tamat SD, dan 1 orang tidak tamat SD.

Dari data awal yang saya dapat di lokasi mayoritas bekerja sebagai pencetak

3
batu merah atau ojek warga setempat menyebutnya “maojek”, ada juga yang

bekerja sebagai kuli yang ikut serta pada seseorang yang mempunyai usaha

batu merah untuk di pasarkan adapun yang membantu menjual makanan dari

usaha orang tuanya.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap motivasi bekerja anak remaja dari umur 12-17 tahun,

dengan judul “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi

Bekerja Anak Remaja (Usia 12-17 tahun) di Dusun Kale Anassapu Desa

Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa.”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka dari

itu dapat ditarik rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi

bekerja anak remaja?

2. Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap motivasi bekerja anak

remaja?

3. Bagaimana pengaruh kekayaan orang tua terhadap motivasi bekerja anak

remaja?

4. Bagaimana pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap motivasi

berkerja anak remaja?

4
Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ::

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi

bekerja anak remaja?

2. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap motivasi bekerja

anak remaja?

3. Untuk mengetahui pengaruh kekayaan orang tua terhadap motivasi bekerja

anak remaja?

4. Untuk mengetahui pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap

motivasi bekerja anak remaja?

Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

mengembangkan pengetahuan mengenai Status Sosial Ekonomi

keluarga terhadap Motivasi bekerja anak remaja Usia 12-17 tahun.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan bahan

pertimbangan dalam penelitian-penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Remaja : Hasil penelitian ini diharapkan remaja lebih

mengedepankan pendidikan sejak dini agar tidak membahayakan

kesehatan, keselamatan, atau moral.

5
b. Bagi Peneliti : Dapat memberikan pengalaman dan peningkatan

pengetahuan sebagai bahan belajar maupun bekal nantinya apabila

menjadi pendidik dimasa yang akan datang.

c. Bagi Orang Tua : Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan

informasi terkait pentingnya pendidikan anak sejak dini dan tidak

terpengaruh oleh dunia kerja, sehingga para orang tua dapat memberi

perhatian kepada anak-anaknya.

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Teori Fungsionalisme Struktural dari Talcott Parsons

Dalam penelitian kali ini, menggunakan landasan teori Fungsionalisme

struktural Parsons dimulai dengan empat imperatif fungsional untuk semua

sistem “tindakan”, skema AGIL-nya yang terkenal. Suatu fungsi adalah “suatu

kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu

kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu” (Rocher, 975:40; R. Stryker,

2007). Menggunakan definisi tersebut, parsons percaya bahwa ada empat

imperatif fungsional yang perlu bagi (khas pada) semua sistem. Adaptation (A)

(adaptasi), goal attainment (G) (pencapaian tujuan), integration (I) (integrase),

dan lantency (L) (latensi), atau pemeliharaan pola. Secara bersama-sama

keempat imperatif fungsional itu dikenal sebagai skema AGIL. Agar dapat

lestari, suatu sistem harus melaksanakan keempat fungsi tersebut.

a. Adaptasi: suatu sistem harus mengatasi kebutuhan mendesak yang bersifat

situasional eksternal. Sistem itu harus beradaptasi dengan lingkungannya

dan mengadaptasikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya.

b. Pencapaian tujuan: suatu sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan

utamanya.

c. Integrasi: suatu sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian dari

komponennya. Ia juga harus mengelola hubungan di antara tiga imperative

fungsional lainnya (A, G, L).

7
d. Latensi (pemeliharaan pola): suatu sistem harus menyediakan, memelihara,

dan memperbarui baik motivasi para individu maupun pola-pola budaya

yang menciptakan dan menopang motivasi itu.

Menurut Talcott Parsons mengatakan bahwa, dia mempunyai gagasan

yang jelas mengenai tingkatan analisis sosial maupun mengenai hubungan

antara berbagai tindakan yang hirarkisnya jelas, dan tingkat integrasi menurut

sistem parsons terjadi dalam dua cara. Pertama masing-masing tingkat yang

lebih rendah menyediakan kondisi atau kekuatan yang diperlukan untuk tingkat

yang lebih tinggi dalam menjalin keluarga yang harmonis. Kedua tingkat yang

lebih tinggi ini harus bisa mengendalikan tingkat yang berada di bawahnya.

Menurut Ridwan (2012:38) Dalam teori Stuktural fungsional dalam

menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat mendasarkan

pada tujuh asumsi, di antaranya adalah:

1. Masyarakat harus di analisis sebagai suatu kesatuan yang utuh yang terdiri

dari berbagai bagian yang saling berinteraksi.

2. Hubungan yang ada biasanya bersifat satu arah atau hubungan yang

bersifat timbal bailk.

3. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, dimana penyesuaian yang ada

tidak perlu banyak berubah sistem satu kesatuan yang utuh.

4. Perubahan-perubahan yang berjalan secara gradual dan perlahan-perlahan

sebagai satu proses adaptasi dan penyesuaian.

5. Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh

diferensisasi sosial dan inovasi.

8
Dalam artian ketidak samaan sosial perubahan dapat terjadi secara

perlahan-lahan dalam masyarakat kalau terjadi konflik dalam keluarga atau

masyarakat maka teori fungsional struktural memusatkan perhatiannya kepada

masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga dalam keluarga tetap

dalam keseimbangan.

2. Status Sosial Ekonomi

Menurut Bintana Afianti:(3) Status sosial ekonomi adalah perpaduan

antara status sosial dan keadaan ekonomi yang terdapat di masyarakat. Di

masyarakat ada juga pengelompokan anggota masyarakat yang dikatakan

(kelas sosial) ini merupakan hal yang biasa. Karena dalam kenyataanya di

dalam masyarakat ada yang namanya kelompok masyarakat secara ekonomi

mempunyai pendapatan yang tinggi, dan begitu pula sebaliknya. Selain itu

pendidikan pada masyarakat juga berbeda-beda, ada yang status sosialnya

tinggi ada yang status sosialnya rendah.

Menurut Soerjono Soekanto (2013) dalam Teguh Hindarto (2020:48)

Status sosial merupakan tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya

yang berhubungan dengan orang-orang lain, hubungan dengan orang lain

dalam lingkungan pergaulan, pretisenya dan hak-hak serta kewajibannya.

Menurut Manasse Malo, dkk (1985) dalam Rianto Adi (2004:38) .

Status sosial ekonomi suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan

menempatkan seseorang pada posisi tertentu di dalam struktur sosial

masyarakat; pemeberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Menurut Mayer

9
Soekanto (2007) dalam Ika Farida Ulfa (2016:192) Status sosial ekonomi

berarti kedudukan suatu individu dan keluarga berdasarkan unsur-unsur

ekonomi.

Menurut Ralph Linton (1936) dalam Teguh Hindarto (2020:48) jenis

Status sosial yang dikenal dengan istilah ascribed status, achieved status, dan

assigned status. Yaitu :

1. Ascribed status, adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa

memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan ini

diperoleh melalui kelahiran misalnya status kebangsawan. Jadi artinya

status ini diperoleh dari dasar keturuan.

2. Achieved status, adalah kedudukan diperoleh atas dasar usaha yang

disengaja. Kedudukan ini diperoleh atas dasar kelahiran tetapi bersifat

terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuan masing-masing untuk

mencapai tujuannya.

3. Assigned status, adalah kedudukan yang diberikan seseorang yang telah

berjasa kepada Negara dan sebagainya atau yang telah memperjuangkan

sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

3. Dasar Lapisan Masyarakat

Menurut Soekanto (2009) dalam J.M. Henny Wiludjeng, dkk (2020:83)

Dasar Ukuran atau kriteri yang biasa dipakai untuk menggolongkan anggota-

anggota masyarakat ke dalam lapisan masyarakat diantaranya :

1. Ukuran kekayaan, kekayaan disini dapat berupa kepemilikan harta benda

atau cara mereka menjalankan dan menikmati hidup.

10
2. Ukuran kekuasaan, yang memiliki kekuasaan dan wewenang terbesar

menempati lapisan atas.

3. Ukuran kehormatan, pada ukuran kehormatan ini lebih cenderung kepada

orang yang paling disegani dan dihormati menduduki lapisan yang paling

atas.

4. Ukuran Ilmu pengetahuan, ukuran ini dipakai oleh masyarakat yang

menghargai ilmu pengetahuan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Sosial Ekonomi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya status ekonomi di

masyarakat diantaranya tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

a. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan cara

mengasa potensi pribadinya, yaitu rohani (pikiran, cipta, rasa dan hati nurani)

serta jasmani (panca indera dan keterampilan). Ada dua jalur pendidikan yaitu

pendidikan formal (pendidikan sekolah) dan pendidikan non formal

(pendidikan luar sekolah). Jalur pendidikan sekolah memiliki beberapa jenjang

diantaranya, pendidikan sekolah dasar, pendidikan menengah dan pendidikan

tinggi.

b. Pekerjaan

Menurut San trock (2007) dalam Endang sri Indrawati (2015:54)

Pekerjaan dimiliki seseorang akan memengaruhi kehidupan pribadinya,

pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-beda, perbedaan itu akan

menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan yang rendah sampai pada tingakat

11
penghasilan yang tinggi, tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya. Jadi,

untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka

jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:

 Pekerjaan yang berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli teknik dan ahli jenis,

pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah

maupun swasta, tenaga administarsi tata usaha.

 Pekerjaan yang berstatus sedang, yaitu pekerjaan di bidang penjualan

dan jasa.

 Pekerjaan yang berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut

atau bengkel.

c. Pemilikan

Pemilikan fasilitas adalah kekayaan dalam benuk barang-barang

dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas

itu diantaranya :

1) Barang berharga, Menurut Abdulsyani (1994) dalam Rianda Fernantos

(2014:4) bahwa pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam

berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-

lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat.

2) Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya

tingkat sosial ekonomi keluarga. Misalnya : orang yang mempunyai

mobil akan merasa lebih tinggi tingkat sosial ekonominya dari pada

orang yang mempunyai sepeda motor.

12
d. Jenis Tempat Tinggal

Menurut Kaare Svalastoga dalam Rianda Fernantos (2014:4) untuk

mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari :

1) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,

menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan

bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada

umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang

keadaan sosial ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi

permanen atau tidak permanen.

3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati

pada umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

5. Klasifikasi Status Sosial Ekonomi

Menurut Sumardi (2004) dalam Lina Zahro (2019:10) Klasifikasi status

sosial ekonomi terdiri atas :

a. Status sosial ekonomi atas. Status sosial ekonomi atas merupakan kelas

sosial yang berada paling atas dari tingkat sosial yang terdiri dari orang-

orang yang sangat kaya seperti konglomerat, mereka sering menempati

posisi teratas dari kekuasaan

b. Status sosial ekonomi bawah. Status sosial ekonomi bawah adalah

kedudukan seseorang di masyarakat yang di peroleh berdasarkan

penggolongan menurut kekayaan, dimana kepemilikan kekayaan

kurang dari rata-rata masyarakat pada umumnya.

13
6. Tingkat Status Sosial Ekonomi

Menurut Burhan Bungin (2009) dalam Firmansyah Yoga (2012:14)

Secara umum, srata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang

terdiri dari tiga tingkatan, yaitu :

1. Kelas atas (upper class) Kelas atas mewakili kelompok elite di

masyarakat yang jumlahnya sangat terbatas.

2. Kelas menengah (middle class) Kelas menengah mewakili kelompok

professional, kelompok pekerja, wiraswasta, pedagang, dan kelompok

fungsional lainnya.

3. Kelas bawah (lower class) Mewakili kelompok pekerja keras, buruh

harian, buruh lepas, dan semacamnya. Secara khusus, kelas sosial itu

terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus pada bidang tertentu

sehingga content varian strata sosial sangat spesifik berlaku pada

lingkungan itu.

7. Motivasi Bekerja

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya

potensi bawahan agar mau bekerja secara produktif berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Robbins (2013) dalam Bambang septiawati 2020 motivasi

adalah perhitungan terhadap intensitas, tujuan, dan ketekunan seseorang dalam

usahanya untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Intensitas mendeskripsikan

seberapa keras usaha seseorang. Tujuan merupakan kebaikan yang dapat

14
mempengaruhi organisasi. Ketekutan merupakan bagaimana seseorang menjadi

usahanya.

Menurut Sunyoto (2013) dalam Bambang septiawati dkk 2020 Motivasi

kerja adalah

“Motivasi kerja adalah sebagai keadaan yang mendorong kegiatan


individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai
keinginannya. Motivasi bekerja adalah suatu kekuatan potensial yang
ada dalam diri seorang manusia, yang dapat dikembangkan oleh
sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan
moneter dan imbalan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil
kinerjanya secara positif atau secara negatif. Hal ini tergantung pada
situasi dan kondisi yang diharapkan orang yang bersangkutan.”

Menurut Abraham Maslow dalam Suhirwan (2020:42), Teori motivasi

dapat diartikan sebagai kekuatan seseorang yang dapat meningkat terus

menerus dan antusiasnya dalam melakukan suatu kegiatan, baik yang

bersumber dari diri individu maupun dari luar individu. Adapun 5 pokok

kebutuhan manusia diantaranya:

a. Kebutuhan fisiologis,

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan,

c. Kebutuhan akan rasa cinta,

d. Kebutuhan penghargaan, dan

e. Aktualisasi diri.

Dalam Zainuddin Mustapa (2018:33) Kebutuhan fisiologis adalah

kebutuhan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, pakaian dan

tempat tinggal. Sedangkan Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan seseorang

akan perlindungan dari bahaya. Kebutuhan sosial adalah kebutuhan yang

15
berhubungan dengan orang lain dalam masyarakat. Sedangkan Kebutuhan

penghargaan adalah kebutuhan orang akan pengakuan dan penghargaan atas

kemampuannya. Selanjutnya Kebutuhan Aktualisasi diri adalah bagaimana

seseorang menampilkan diri pada tingkat terbaiknya sesuai dengan potensinya.

Semisal menjadi pekerja yang baik.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulakn bahwa motivasi

bekerja merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat serta dorongan

bekerja terhadap individu maupun kelompok terhadap pekerjaannya guna

mencapai tujuannya.

8. Pekerja Anak

Menurut Bagong Suyanto (2010) pekerja anak sendiri secara umum

adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya,

untuk orang lain, atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar

waktu, dengan menerima imbalan atau tidak.

Dalam UU Nomor 25/1997 tentang ketenagakerjaan tepatnya ayat 20

disebutkan bahwa yang dimaksud anak adalah orang laki-laki atau wanita yang

berumur kurang dari 15 tahun. Tatapi jika mengacu pada KHA dan Konvensi

ILO, maka yang disebut pekerja anak sesungguhnya adalah mereka yang

berusia di bawah 18 tahun. Pada umur ini hanya di peroleh anak-anak yang

sedang menduduki bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan anak yang

duduk di bangku SMA (Sekolah Menengah Atas), Dalam banyak kasus pekerja

anak mayoritas membantu perekonomian keluarganya yang bekerja pada

16
komunitas tertentu, misalnya sektor pertanian, perikanan, dan industri

kerajinan sejak kecil anak-anak biasanya sudah dididik untuk bekerja.

Di Indonesia sendiri masalah pekerja anak dan kelangsungan

pendidikannya akan mengalami persoalan yang makin kompleks akibat atau

dampak dari situasi krisis ekonomi yang berkepanjangan terhadap kehidupan

anak-anak dari keluarga miskin, dimana kesempatan anak-anak untuk tumbuh

kembang secara wajar akan makin kurang, khususnya kesempatan anak untuk

menuruskan sekolah hingga minimal jenjang SLTP tidak mustahil akan makin

menghilang.

9. Faktor-Faktor Penyebab Anak Bekerja

Faktor-faktor Anak Bekerja menurut Kanyaka Prajnaparamita (2018:120).

1. Kemiskinan

Pendapat para ahli ilmu sosial tentang kemiskinan, sering kali

dikaitkan dengan budaya yang hidup pada suatu masyarakat. Dalam konteks ini

kemiskinan sering dikaitkan dengan rendahnya etos kerja anggota masyarakat

atau dengan bahasa lainnya sebab-sebab dari kemiskinan terkait rajin atau

tidaknya seseorang dalam bekerja. Apabila seseorang rajin dalam etos kerja

dan memiliki sifat hemat maka akan hidup lebih dari kecukupan.

Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan

yang disebut miskin dan tidak miskin, atau sering disebut dengan garis

kemiskinan. Garis kemiskinan adalah kemampuan seseorang atau keluarga

memenuhi kebutuhan hidup standar pada suatu waktu dan lokasi tertentu untuk

melangsungkan hidupnya. Standar hidup yang dimaksud tingkat kebutuhan

17
minimal untuk memenuhi pangan, sandanh, pemukiman, pendidikan, dan

kesehatan.

2. Pengaruh Lingkungan sosial

Dalam konteks lingkungan sosial masyarakat di Indonesia, anak yang

bekerja dianggap sebagai wahana positif untuk memperkenalkan disiplin serta

menanamkan etos kerja pada anak. Banyak orang merasa bahwa bekerja

merupakan hal positif bagi perkembangan anak sehingga sejak dini anak

diikutsertakan dalam proses kerja. Berbagai faktor yang menyebabkan anak

terpaksa bekerja dalam situasi dan kondisi kerja yang tidak layak dan

berbahaya bagi perkembangannya.

Rendahnya kualitas pendidikan dasar, rendahnya kesadaran masyarakat

(khususnya orang tua) terhadap pentingnya pendidikan, kurikulum pendidikan

yang kurang akomodatif terhadap tantangan kerja di masa depan, dan

mahalnya biaya pendidikan menyebabkan pendidikan dipandang sebagai suatu

hal yang elit dan mewah terutama dikalangan masyarakat miskin. Kondisi ini

mendorong anak untuk memasuki dunia kerja. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa anak yang bekerja sebagian besar berpendidikan rendah.

Sugiyono (2019:91) dari hasil kajian para pakar diketahui sekurang-

kurangnya ada tiga faktor yang menjadi penyebab terjadinya pergeseran

keterlibatan anak ke arah sektor publik. Diantaranya :

a. Kemiskinan atau ketidak mampuan ekonomi keluarga

18
b. Keinginan si Anak sendiri yang dengan sadar memilih dunia

“eksploitasi di dalam rumah” daripada terus-menerus bekerja di bawah

kendali orang tua mereka sendiri.

c. Kepentingan pengusaha yang senantiasa ingin mengakumulasikan

keuntungan sebanyak-banyaknya.

Berdasarkan data UNICEF 2004 dalam Yuningsih (2017:36)

“Ada beberpa Faktor yang mendorong anak bekerja, yaitu kemiskinan


keluarga, hubungan antar-keluarga tidak harmonis, pengaruh
lingkungan, pengaruh teman sebaya dan orang dewasa, adanya
penghargaan yang tinggi terhadap anak yang bekerja dibanding dengan
anak yang tidak bekerja, dinamika perkembangan ekonomi masyarakat,
adanya sumberdaya lokal tertentu di suatu wilayah, pola rekrutmen
yang mudah tanpa syarat, kebutuhan akan tenaga kerja anak-anak,
sekolah yang dianggap tidak menarik bagi anak, dan inisiatif anak
sendiri.”
10. Dampak-Dampak Anak Bekerja

Dampak-Dampak Anaka Bekerja Menurut Suyanto (2019:89)

Anak-anak yang bekerja disinyalir cenderung mudah putus sekolah,

baik putus sekolah karena bekerja atau putus sekolah dahulu baru bekerja. Bagi

anak-anak bersekolah sambil bekerja merupakan beban ganda yang sering kali

dinilai berat, sehingga setelah ditambah tekanan ekonomi dan faktor-faktor lain

yang sifatnya struktural.

B. Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian yang relevan yang berhasil peneliti

temukan sebagai bahan pembanding pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

a. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nunug Nurwati (2008) dapat

diambil kesimpulan bahwa kondisi sosial keluarga mempengaruhi

19
motivasi pekerja anak dalam konstribusinya pada keluarga. Dari hasil

penghitungan dengan menggunakan regresi linier multiple diketahui

besaran dari masing-masing indikator tersebut, ternyata motivasi

pekerja anak lebih banyak dipengaruhi oleh penilaian yang dilakukan

oleh pekerja anak mengenai pengeluaran keluarga yaitu sebesar 17,4

persen, sedangkan penilaian pekerja anak terhadap beban tanggungan

keluarga 17,3 persen. Ternyata besar pengaruh dari keduanya

menunjukkan perbedaan yang sangat kecil.

b. Hasil Penelitian Astria Yuli Satyarini, dkk (2019) dapat dilihat dari

kesimpulan bahwa anak termasuk ke dalam kelompok rentan yang

mudah sekali diekspolitasi dan harus dilindungi hak-haknya oleh

Negara. Maraknya kejadian dan fenomena pengekspoitasian anak untuk

dijadikan pekerja anak, merupakan salah satu dari masalah dan

rintangan yang harus segara diselsaikan dan dinilai dengan baik agar

mencapai kesejahteraan terutama kesejahteraan untuk anak, baik anak

laki-laki maupun anak perempuan.

c. Hasil Penelitian Wijianto dan Ika Farida Ulfa (2016) dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ada pengaruh yang

tidak signifikan antara status sosial terhadap motivasi kerja remaja awal

di Kabupaten Ponorogo, tetapi jika berdasarkan hasil analisis kondisi

ekonomi terhadap motivasi kerja remaja awal di Kabupaten ponorogo

menunjukkan pengaruh yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa

20
motivasi kerja yang dimiliki remaja awal di kabupaten ponorogo lebih

banyak disebabkan karena faktor ekonomi.

d. Hasil Penelitian Desi Suryanti dan Erma Suryaningsih (2015) dapat

dilihat dari kesimpulan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

rumah tangga pekerja anak di Kabupaten Lombok Barat yaitu faktor

jumlah pendapatan orang tua, mobilitas orang tua, pendidikan orang

tua, jumlah anggota rumah tangga dan aktivitas sosial orang tua.

Sedangkan faktor yang tidak signifikan adalah jenis pekerjaan orang

tua.

C. Kerangka Pikir

Menurut Adella Hotyda Siregar (2007) dalam Roni Faslah, dkk

(2014:46) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan keinginan bagi

seseorang atau pekerja, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun yang

berasal dari luar untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan dengan rasa

tanggung jawab guna mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor anak bekerja

dipengaruh dari luar dirinya yang dimana pendidikan orang tua rendah

sehingga mempengaruhi keterbatasan ekonomi keluarga, maka banyak orang

tua yang mengambil jalan pintas untuk berhenti sekolah dari sini lah bisa

menimbulkan anak bekerja di bawah umur atau sebagian anak masih berminat

bersekolah tetapi orang tuanya tidak mampu membiayai dari segi ini lah bisa

menyebabkan anak bekerja.

Peneliti berasusmsi bahwa pengaruh status sosial ekonomi keluarga

akan mempengaruhi motivasi anak untuk bekerja, jika faktor pendidikan orang

21
tua, penghasilan dan pendapatan yang mempengaruhi status sosial ekonomi

keluarga, maka begitu motivasi anak untuk bekerja itu lebih tinggi. Dan jika

motivasi anak bekerja lebih tinggi maka akan berdampak pada pendidikan,

kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan anak di masa yang

akan datang. Berikut kerangka pemikiran yang diangkat dalam penelitian ini :

Tingkat Pendidikan
X₁
Motivasi Bekerja
Pekerjaan Y
X₂ - Kebutuhan Fisiologis
- Kebutuhan Keamanan
Kekayaan - Kebutuhan Sosialisasi
X₃ - Kebutuhan Penghargaan
- Kebutuhan Aktualisasi diri
Status Sosial Ekonomi
X₄

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan awal yang diambil penulis untuk

menjawab permasalahn yang diajukan. Berdasarkan kajian teori dan kerangka

pikir yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah :

H₀ : Tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi

bekerja bagi anak remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anassappu

Desa bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

Hₐ : Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi bekerja

anak remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anassappu Desa

bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

22
H₀ : Tidak ada pengaruh pekerjaan orang tua terhadap motivasi bekerja bagi

anak remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anassappu Desa

bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

Hₐ : Ada pengaruh pekerjaan orang tua terhadap motivasi bekerja bagi anak

remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anassappu Desa bontobiraeng

selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

H₀ : Tidak ada pengaruh pengasilan orang tua terhadap motivasi bekerja bagi

anak remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anassappu Desa

Bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

Hₐ : Ada pengaruh penghasilan orang tua terhadap motivasi bekerja bagi anak

remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anassappu Desa Bontobiraeng

selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

H₀ : Tidak ada pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap motivasi

bekerja bagi anak remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anassappu

Desa bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

Hₐ : Ada pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap motivasi bekerja

bagi anak remaja (usia 12-17 tahun) di Dusun kale Anssappu Desa

bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

23
III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun

alasan penulis menggunakan kuantitatif karena masalah yang menjadi pokok

dari penelitian ini sudah jelas karena peneliti sudah dapat menentukan variabel

yang akan diteliti dan dalam menyusun proposal ini masalah yang menjadi

bahan penelitian ditunjukkan dengan data.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah metode survey, jenis

penelitian ini dipilih karena dengan metode survey juga dikerjakan evaluasi

serta perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan orang dalam

menangani masalah serupa, sehingga hasilnya dapat digunakan dalam

pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa datang.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Kale Anassappu Desa

Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa. Sedangkan waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan anak remaja usia 12-17

tahun di Dusun Kale Anassappu Desa Bontbiraeng Selatan Kec, Bontonompo

Kab. Gowa yang berjumlah 78 anak remaja, dapat dilihat pada tabel berikut :

24
Tabel 3.1
Jumlah Anak Remaja 12-17 tahun Dusun Kale Anassappu
No. Rt Jumlah Populasi
1. Rt. 01 16
2. Rt. 02 20
3. Rt. 03 21
4. Rt. 04 18
Jumlah 75
Sumber : Buku Induk Kale Anassappu, 2020

2. Sampel

Dalam Sugiyono (2014:120) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam Silalahi 2015:374

Sampel adalah satu subset atau sebagian elemen yang dipilih dengan cara

tertentu dari populasi. Dalam Duli 2019:56 Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil harus

betul-betul representatif. Jika sampel tidak representatif maka hasil penelitian

tidak dapat dipercaya.

Sugiyono (2014:128) cara menghitung jumlah sampel dari populasi

yang telah diketahui jumlahnya dengan rumus Isaac dan Michael, berdasarkan

tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Maka Rumus untuk mengitung jumlah

sampel dari populasi adalah sebagai berikut :

𝝀𝟐 . 𝐍. 𝐏. 𝐐
−−−−−−−−−
𝐝𝟐 (𝐍 − 𝟏) + 𝝀𝟐 . 𝐏. 𝐐

𝝀𝟐 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel

25
Berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi yang

dikemukakan oleh Isaac dan Michael. Penentuan jumlah sampel dari populasi

75 dengan taraf kesalahan 10%, maka jumlah sampel adalah 59.

D. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

1. Definisi Operasional Variabel

a. Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan

menempatkan seseorang pada posisi tertentu di dalam struktur sosial

masyarakat, pemeberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan

kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Adapun Indikator

yang mempengaruhi tinggi rendahnya status sosial ekonomi di masyarakat

diantaranya :

1) Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kepribadian dengan cara

mengasa potensi pribadinya melalui jalur pendidikan formal maupun

non formal. Jalur pendidikan formal (pendidikan sekolah) memiliki

beberapa jenjang diantaranya, pendidikan sekolah dasar, pendidikan

menengah, dan pendidikan tinggi.

2) Pekerjaan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kehidupan

pribadinya, dan pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda-

beda, perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan

yang rendah sampai pada tingkat yang tinggi, tergantung pada

pekerjaan yang ditekuninya. Jadi untuk menentukan status sosial

26
ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis pekerjaan dapat diberi

batasan sebagai berikut:

a. Pekerjaan berstatus tinggi, yaitu tenaga ahli dan ahli jenis,

pimpinan ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik pemerintah

maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.

b. Pekerjaan berstatus sedang, yaitu pekerjaan dibidang di bidang

penjualan dan jasa.

c. Pekerjaan berstatus rendah, yaitu petani dan operator alat angkut

atau bengkel.

3) Kekayaan merupakan kepemilikan fasilitas dalam bentuk barang-barang

di mana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya.

Fasilitas itu diantaranya :

a. Barang berharga, seperti televise, kulkas, Hp, radio dll

b. Kendaraan pribadi, dapat juga digunakan sebagai alat ukur tinggi

rendahnya tingkat sosial ekonomi keluarga, misalnya orang

mepunyai mobil akan merasa lebih tinggi tingat sosial ekonominya

dari orang yang hanya memilik sepeda.

c. Jenis tempat tinggal, dapat juga mengukur tingkat sosial ekonomi

seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari segi status rumah yang

ditempati, kondisi fisik bangunanya, maupun fasilitas rumah

lannya.

27
b. Motivasi Kerja

Motivasi bekerja merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat serta

dorongan bekerja terhadap individu maupun kelompok terhadap pekerjaannya

guna mencapai tujuannya. Menurut Abraham maslow Motivasi dapat diartikan

sebagai kekuatan seseorang yang dapat meningkat terus menerus dan

antusiasnya dalam melakukan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari

individu maupun diluar individu, adapun 5 pokok kebutuhan manusia

diantaranya :

a. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan makan, minum, pakaian

maupun tempat tinggal.

b. Kebutuhan rasa aman merupakan perlindungan seseorang dari bahaya.

c. Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan untuk diterima dalam

kelompok masyarakat, berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan

dicintai.

d. Kebutuhan penghargaan merupakan kebutuhan pengakuan atas

kemampuan diri, kebutuhan di hormati dan dihargai.

e. Kebutuhan aktualisasi diri bagaiman seseorang menampilkan diri dari

pada tingkat terbaiknya sesuai dengan potensinya.

2. Pengukuran

Penelitian ini mengukur 2 variabel yakni Variabel bebas dan Variabel

terikat, yaitu :

a. Variabel bebas : Status Sosial Ekonomi

b. Variabel terikat : Motivasi Bekerja

28
Data penelitian dikumpulkan dengan alat ukur skala likert.

Pengumpulan data menggunakan dua skala yang disusun oleh peneliti yaitu:

1. Skala Status Sosial Ekonomi

Skala pengukuran pada Status sosial ekonomi dalam penelitian ini

terdiri dari 15 pertanyaan dengan menggunakan empat alternatif jawaban

dalam bentuk pilihan ganda dan diberikan skor :

1. (Skor 4) untuk jawaban a

2. (Skor 3) untuk jawaban b

3. (Skor 2) untuk jawaban c

4. (Skor 4) untuk jawaban d

2. Skala Motivasi Belajar

Skala pengukuran pada Motivasi Bekerja dalam penelitian ini terdiri

dari 10 pernyataan dengan menggunakan empat alternatif jawaban dalam

bentuk pilihan ganda dan diberi skor :

1. (Skor 4) untuk jawaban Sangat setuju

2. (Skor 3) untuk jawaban Setuju

3. (Skor 2) untuk jawaban Kurang setuju

4. (Skor 1) untuk jawaban Tidak setuju

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Sebelumnya saya selaku peneliti telah melakukan observasi awal

terhadap anak-anak remaja 12-17 tahun yang sedang bekerja di Dusun Kale

Anassappu Desa bontobiraeng selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa. Rata-rata

29
anak yang bekerja mereka sedang menempuh pendidikan Sekolah menengah

pertama (SMP) dan Sekolah menengah atas (SMA). Selain melihat langsung

fenomena anak yang sedang bekerja, peneliti pernah mendengar dari salah-satu

anak bahwa motivasi anak bekerja karena adanya dorongan dari dirinya sendiri

untuk membantu perekonomian keluarganya.

2. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2014:193) Kuesioner merupakan instrumen untuk

mengumpulkan data, dimana responden mengisi pertanyaan atau pernyataan

yang diberikan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan kuesioner atau

angket untuk memperoleh data sesuai dengan pemikiran, perasaan, sikap,

kepercayaan, nilai, presepsi, kepribadian dan perilaku dari responden. Dengan

cara lain peneliti dapat melakukan pengukuran dengan bermacam-macam

karakteristik dengan menggunakan kuesioner atau angket.

3. Dokumentasi

Data yang dikumpulkan melalui dokumentasi berupa kegiatan anak

yang sedang bekerja di Dusun KaleAnassappu.

F. Instrumen Penelitian

1. Uji Validasi

Silalahi, (2015:472). Validitas menunjukkan bahwa sejauh mana

perbebaan dalam skor pada suatu instrumen menecerminkan kebenaran

perbedaan anatara individu-individu, kelompok-kelompok, atau situasi-situasi

dalam karakteristik (variabel) yang diketemukan untuk ukuran. Secara singkat

30
dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian mempersoalkan apakah alat itu

dapat mengukur apa yang diukur.

Syofian, (2013:47). Uji validitas yang digunakan pada penelitian ini

adalah uji validitas konstruk (Construct Validity). Ada beberapa kriteria yang

dapat digunakan untuk menegtahui instrumen yang digunakan sudah tepat

mengukur apa yang ingin diukur yaitu :

1. Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0,3

2. Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α ; n-2) n = jumlah

sampel.

3. Nilai Sig. ≤ α

Rumus yang digunakan uji validitas kontruk dengan teknik korelasi

product moment, yaitu :

𝑛(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)


𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√[𝑛(∑ 𝑋 2 ) − (∑ 𝑋)2 ][𝑛(∑ 𝑌 2 ) − (𝑋𝑌)2 ]

Keterangan :

n = Jumlah responden

X = Skor variabel (jawaban responden)

Y = Skor total dari variabel (jawaban responden)

31
Tabel 3.2 Indikator Variabel X
Variabel Faktor Indikator No Butir Jumlah
1. Lulusan terakhir
a. Tingkat pendidikan 1, 2, 3 3
Status Orang tua
Sosial 2. Jenis pekerjaan 4, 5 2
b. Pekerjaan
3. Golongan 6, 7 2
Ekonomi
4. Rumah dan fasilitas 8, 9, 10, 11, 12 5
(X) 5. Kendaraan 13, 14 2
c. Kekayaan
6. Barang berharga 15 1

Tabel 3.3 Indikator Variabel Y


Variabel Faktor Indikator No Butir Jumlah
1. Kebutuhan Fisiologis 1, 2 2
Motivasi 2. Kebutuhan Keamanan 3 1
Bekerja Kebutuhan 3. Kebutuhan Sosial 4, 5, 6 3
(Y) 4. Kebutuhan Penghargaan 7, 8 2
5. Kebutuhan Aktualisasi diri 9, 10 2

2. Uji Reliabilitas

Syofian, (2013:55) Reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama

pula. Rumus pengukuran yang digunakan untuk menguji reiabilitas alat ukur

adalah Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 24 for windows apakah suatu

instrumen penelitian reabel atau tidak. Kriteria suatu instrumen dikatakan

reliable dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabiitas (𝑟11) > 0,6.

32
G. Teknik Analisis Data

Sugiyono, (2018:207) Analisis data merupakan kegiatan setelah data

dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul kemudian dianalisis

melalui bantuan statistik dengan alat spss versi 24. Data-data tersebut disajikan

dalam dua bentuk yaitu :

1. Analisis Deskriptif

Statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang teah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi. Penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran,

pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral),

perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan

rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase.

2. Analisis Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Hipotesis

daam penelitian ini akan diuji dengan ststaistik inferensial, yaitu korelasi

spearman dengan bantuan program SPSS versi 24 for windows.

a. Uji Asumsi

1) Uji Normalitas

Nikolaus, (2019:115) Uji Normalitas bertujuan untuk melihat

apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Sebelum kita

melakukan analisis data penelitian harus diuji kenormalan distribusinya.

33
Data yang baik adalah data yang normal dalam pendistribusiannya.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu : jika nilai

signifikasi lebih besar dari α = 0.05 maka data tersebut berdistribusi

normal. Sebaliknya jika nilai signifikasi lebih kecil dari α = 0.05 maka

data tersebut tidak berdistribusi normal. Uji normalitas dalam

penelitian ini dianalisis menggunakan One Sample Kolmogorov-

Smirnov dengan bantuan program SPSS 24 for windows.

2) Uji multikolinieritas

Uji multikorelasi adalah korelasi tinggi yang terjadi antara

variabel bebas satu dengan variabel bebeas lainnya. Uji multikorelasi

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antara variabel bebas (independen). Nikolaus, (2019:120)

Dasar pengambilan keputusan pada Uji multikolinearitas dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu : jika nilai tolerance > 0.10 maka

artinya tidak terjadi multikolinearitas terhadap data yang diuji. Jika nila

tolerance < 0.10 maka artinya terjadi mutikolinearitas terhadap data

yang di uji. Sedangkan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor)

jika nilai VIF < 10.00 maka artinya tidak terjadi multikolinearitas

terhadap data yang di uji. Jika nilai VIF > 10.00 maka artinya terjadi

muktikolinearitas terhadap data yang diuji.

3) Uji Heteroskedastisitas

Sarini Kodu, (2013:1255) Uji heteroskedastisitas berguna untuk

mengetahui apakah pada model regresi terjadi ketidaksaaman varians

34
dan residual suatu pengamatan dengan pengamatan lainnya, penelitian

menggunakan scatter plot. Apabila titik-titik menyebar dan tidak

membentuk satu pola maka tidak terdapat unsur heterokedastisitas.

b. Uji Hipotesis

1) Uji Koefisien Determinasi (𝑅2 )

Sri, (2020:43) Koefisien determinasi ialah besarnya konstribusi

variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Semakin tinggi koefisien

determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas (dependent)

dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel tidaka bebas

(independent). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai

dengan 1. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1

maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

semakin kuat.

2) Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Hermanto, (2018:101) Uji F ini juga disebut uji simultan,

pengujian ini bertujuan untuk menguji signifikasi hasil dari uji koefisien

determinasi. Pembuktian hipotesis ini yaitu dengan memperhatikan

nilai signifikasi dengan tingkat kesalahan 5%. Kriteria penentuan hasil

uji F yaitu :

a. 𝐻𝑜 ditolak jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau nilai signifikansi < α

b. 𝐻𝑎 diterima jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , atau nilai signifikansi > α

35
3) Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t ini juga disebut dengan uji parsial, pengujian ini bertujuan

untuk menguji signifikasi hasil dari uji regresi linier berganda

mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap

variabel terikat.

4) Analisis Regresi Linear Berganda

Kurnia, (2020:49) Analisis tersebut dipergunakan untuk

mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu

buah variabel. Analisis yang memiliki variabel bebas lebih dari satu

disebut analisis Regresi Linear Berganda. Regresi berganda merupakan

regresi dengan dua atau lebih variabel bebas diantaranya Tingkat

pendidikan (X1), Pekerjaan (X2), Kekayaan (X3), dan Status sosial

ekonomi (X4) terhadap motivasi bekerja (Y). Adapun persamaannya

dapat dilihat sebagai berikut :

Y = α + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + 𝑏𝑘 𝑋𝑘 + e

Keterangan:

Y = Variabel terikat atau response

X = Variabel bebas atau predictor

α , b1 dan b2 = Konstanta

36
JADWAL PENELITIAN

Tahun

No. Kegiatan I II III IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Penyusuna proposal

2. Seminar proposal

Perbaikan proposal
3. dan pengurusan surat
izin penelitian

Pengumpulan,
4. pengolahan dan
analisis data

Penulisan skripsi dan


5.
konsultasi

37
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit

Wijianto, dan Ika Farida Ulfa. 2016. “Pengaruh Status Sosial dan Kondisi

Ekonomi Keluarga terhadap Motivasi Bekerja bagi Remaja Awal

(Usia 12-16 Tahun) di Kabupaten Ponorogo” dalam Al Tijarah: Vol

2 (hlm. 190-210). Ponorogo

Ritzer, George. 2012. Teori sosiologi klasik sampai perkembangan terakhir

postmodern. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Ridwan Mas Muhammad. 2012. “Perempuan Dalam Keluarga Sebagai Buruh

Pabrik dan Ibu Rumah Tangga (Suatu Tinjauan Studi Struktural

Fungsional Talcott Parsons) Di Desa Berbek Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo” [skripsi]. Surabaya (ID): Institut Agama Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya

Afianti, Bintana, dan Riza Yonisa Kurniawan. Tanpa tahun. “Pengaruh Status

Sosial Ekonomi Orang Tua da Kelompok Teman Sebaya Terhadap

Perilaku Konsumsi Siswa Kelas XI IPS Man Sidoarjo” (hlm. 1-17).

Surabaya

Hidarto, Teguh. 2020. Bukan Kota Tanpa Masa lalu: Dinamika Sosial

Ekonomi Kebumen Era Arung Binang VII. Yogyakarta: CV Budi

Utama

Wiludjeng, J.M. Henny, dkk. 2020. Sosiologi Untuk Mahasiswa Fakultas

Hukum edisi 2. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

38
Indrawati, Endang sri. 2015. “Status Sosial Ekonomi dan Intensitas

Komunikasi Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul

Semarang Utara” dalam Jurnal Psikologi Undip Vol. 14 (hlm. 52-

57). Semarang

Fernantos, Rianda. 2014. “Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa

dengan Hasil Belajar Mata Pelajaran ProduktifSiswa Kelas X

Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 1 Padang” Jurnal

Penelitian (hlm 1-11). Padang

Zahro, Lina Sholihatuz. 2019. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Orang tua

Terhadap Perilaku Prososial Anak Usia Dini di KB TK Annur

Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang [skripsi]. Semarang

(ID): Universitas Negeri Semarang

Firmansya, Yoga. 2012. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua dengan

Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 30 Kecamatan Rumbai

Pesisir Pekanbaru [skripsi]. Pekanbaru (ID): Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Septiawati Bambang, Masrunik Endah dan Rizal.M. 2020. Motivasi kerja dan

Generasi Z (Teori dan Penerapan)

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Penerbit Kencana

Faslah, Roni dan Savitri Meghar Tremtari. 2013. “Pengaruh Motivasi Kerja

dan Disiplin Kerja Terhadap Produktivitas Kerja pada Karyawan

39
PT. Kabelino Murni, Tbk” Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

(JPEB) Vol. 1 (hlm 40-53). Jakarta

Prajnaparamita, Kanyaka. 2018. “Perlindungan Tenaga Kerja Anak”

Adminitrative Law & Governance Journal Vol. 1 Edisi Khusus

(hlm 112-128). Semarang

Yuningsih, Yuyun. 2017. Perlindungan Sosial Pekerja Anak. Yogyakarta:

Pandiva Buku

Nurwati, Nunung. 2008. “Pengaruh Kondisi Sosial dan Ekonomi Keluarga

Terhadap Motivasi Pekerja Anak dalam Membantu Keluarga di

Kabupaten Cirebon, Jawa Barat” Jurnal Kependudukan

Padjadjaran Vol. 10 (hlm 112-121). Jawa Barat

Satyarini, Yuli Astria., Amanda Raissa, dan Tomy Michael. 2019. “Pengaruh

Pekerja Anak Perempuan Di Lingkungan Pondok Pesantren”

Jurnal Ilmu Hukum Vol. 8 (hlm 120-128). Surabaya

Suryanti, Desi dan Erma Suryaningsih. 2015. “Analisis Pengaruh Kondisi

Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Pekerja Anak Di Kabupaten

Lombok Barat” GaneC Swara Vol. 9 (hlm 29-35). Mataram

Silalahi, Ulber. 2015. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: Refika

Aditama

Duli, Nikolaus. 2019. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep

Dasar Untuk Penulisan Skripsi & Analissi Data Dengan SPSS.

Yogyakarta: Deepublish

40
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Suyanto, Bagong. 2019. Sosiologi Anak. Jakarta: Kencana

Suhirwan, Kunto Wibowo. 2020. Semangat Bela Negara Dalam Pembangunan

Nasional. Makassar: Nas Media Pustaka

Mustapa Zainuddin, Maryadi. 2018. Kepemimpinan Pelayanan: Dimensi Baru

Dalam Kepemimpinan. Makassar: Celebes Media Perkasa

Siregar Syofian. 2013. Metode Penelitian KUANTITATIF Diengkapi dengan

Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Duli Nikolaus. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif : Beberapa Konsep Dasar

Untuk Penulisan Skripsi & Analisis Data Dengan SPSS. Depublish:

Yogyakarta

Wahyuni Sri. 2020. Kinerja Maqashid Syariah dan Faktor-faktor Determinan.

Scopindo Media Pustaka: Surabaya

Siregar Hermanto, Usman Rianse. 2018. Realitas pangan dan Perkebunan Saat

ini dan Prospeknya menuju Swasembada Berkelanjutan. UHO

Edupress: Kendari

Sandi Kurnia, Habibi roni, Fauzan M. Nurkamal. 2020. Tutorial PHP Machine

Menggunakan Regresi Linear Berganda Pada Aplikasi Bank

Sampah Istimewa Versi 2.0 Berbasi WEB. Kreatif Industri

Nusantara: Bandung

41
Kodu Sarini. 2013. “Harga Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan

Pengaruhnya terhadap Keputusan Pembelian Mobil Toyota

Avanza” Jurna Emba Vol.1 (hlm. 1251-1259). Manado

42
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

Pertanyaan dan Pernyataan di bawah ini dalam rangka penelitian skripsi


dengan judul :

Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Bekerja


Anak Remaja (Usia 12-17 Tahun) Di Dusun Kale Anassappu Desa
Bontobiraeng Selatan Kec. Bontonompo Kab. Gowa

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

II. PETUNJUK PENGISIAN


1) Sebelum anda menjawab pertanyaan di bawah ini, terlebih dahulu
tuliskan identitas diri anda yang benar.
2) Kejujuran anda dalam menjawab pertanyaan ini sangat dibutuhkan
dan jawaban anda akan dirahasiakan.
3) Beri tanda (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan
dari pengalaman yang anda alami dari a, b, c, d.
4) Periksa kembali jawaban anda sebelum kuesioner dikumpulkan.

III. DAFTAR PERTANYAAN STATUS SOSIAL EKONOMI (X)

1. Apakah orangtua anda menempuh pendidikan formal ?


a. Ayah dan Ibu
b. Hanya Ayah
c. Hanya Ibu
d. Keduanya tidak berpendidikan formal

43
2. Apa pendidikan tertinggi yang telah ditempuh oleh Ayah ?
a. Perguruan tinggi
b. SLTA/SMA
c. SLTP/SMP
d. SD/tidak sekolah

3. Apa pendidikan tertinggi yang ditempuh oleh Ibu?


a. Perguruan tinggi
b. SLTA/SMA
c. SLTP/SMP
d. SD/tidak sekolah

4. Siapakah di dalam keluarga yang mencari biaya hidup sehari-hari ?


a. Ayah dan ibu
b. Hanya ayah
c. Hanya ibu
d. Keduanya tidak bekerja

5. Apa pekerjaan pokok ayah ?


a. Pegawai Negeri Sipil
b. Pedagang/Wiraswasta
c. Petani, buruh, tukang dsb
d. Pengurus rumah tangga

6. Apa pekerjaan pokok Ibu?


a. Pegawai Negeri Sipil
b. Pedagang/Wiraswasta
c. Petani, buruh, tukang dsb
d. Ibu rumah tangga

44
7. Dalam keluarga, siapakah yang mempunyai pekerjaan tambahan ?
a. Ayah dan ibu
b. Ayah
c. Ibu
d. Tidak memiliki pekerjaan tambahan

8. Status rumah yang ditempati bersama keluarga….

a. Rumah sendiri
b. Rumah dinas
c. Rumah kontrakan
d. Menumpang orangtua

9. Status tanah yang dimiliki keluarga (tanah tinggal dan lahan


pertanian)….
a. Milik sendiri
b. Milik keluarga (belum diwarisi)
c. Sewa
d. Tidak punya

10. Jenis lantai rumah yang digunakan….


a. Keramik
b. Tegel
c. Plester
d. Tanah

11. Bagaimana keadaan ekonomi keluarga secara umum ?


a. Sangat baik
b. Baik
c. Cukup

45
d. Kurang

12. Sumber air yang digunakan oleh keluarga…


a. PDAM
b. Sumur bor
c. Sumur gali
d. Lain-lain

13. Sarana transportasi yang dimiliki keluarga…


a. Mobil
b. Sepeda motor
c. Sepeda
d. Tidak punya

14. Berapa jumlah alat transportasi bermesin yang dimiliki keluaraga…


a. Lebih dari 2
b. 2
c. 1
d. Tidak punya

15. Apa barang berharga yang dimiliki keluarga?


a. Telepon/HP, DVD, Computer
b. Televise, lemari es
c. Radio dan tape
d. Tidak memiliki

46
IV. DAFTAR PERNYATAAN MOTIVASI BEKERJA (Y)

1. Gaji saya cukup untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal saya


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

2. Gaji saya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan, minum saya


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

3. Saya bekerja mendapat jaminan asuransi keselamatan


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

4. Saya merasa tidak dibeda-bedakan dengan rekan kerja dalam


bekerja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

5. Saya menganggap rekan-rekan kerja sebagai keluarga


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

47
6. Saya mempunyai kelompok kerja yang kompak

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

7. Keluarga saya sangat mendukung pekerjaan yang saya lakukan ini


a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

8. Mendapat perhatian dan pengakuan dari teman kerja saat berhasil


melakukan pekerjaan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

9. Tempat kerja saya memberikan kesempatan kepada saya untuk


pengembangan diri melalui penidikan
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

10. Tempat kerja saya memberikan kesempatan kepada saya dalam


pemilihan jam kerja
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Kurang setuju
d. Tidak setuju

48

Anda mungkin juga menyukai