Anda di halaman 1dari 35

UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA

“ PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP


PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FISIP UNIVERSITAS TEKNOLOGI
SUMBAWA ”

PROPOSAL SKRIPSI

FIRMANDIKA
( 69201200019 )

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIOAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TEKNOLOGI SUMBAWA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10
2.1 Landasan Teori ............................................................................................ 10
2.1.1 Kondisi Sosial Ekonomi ....................................................................... 10
2.1.2 Prestasi Belajar ..................................................................................... 15
2.2 Penelitian Relevan ....................................................................................... 22
2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................... 26
2.4 Hipotesis ...................................................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 28
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 28
3.2 Jenis Data .................................................................................................... 28
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 28
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................................... 29
3.4.1 Populasi ................................................................................................ 29
3.4.2 Sampel .................................................................................................. 29
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 30
3.5 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 30
3.6 Uji Instrumen Penelitian ............................................................................. 31
3.6.1 Uji Validitas ......................................................................................... 31
3.6.2 Uji Realiabilitas .................................................................................... 32
3.7 Uji Asumsi Klasik ....................................................................................... 32
3.7.1 Uji Normalitas ...................................................................................... 32
3.7.2 Uji Linieritas ........................................................................................ 33
3.7.3 Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 33
3.8 Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 34
3.8.1 Analisi Regresis Linear Sederhana ...................................................... 34
3.8.2 Uji Parsial (Uji t Statistik) .................................................................... 34
3.8.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ................................................. 35
DAFTAR TABEL
2.1 Peneliti Terdahulu................................................................................................
3.1 Instrumen Skala Likert.........................................................................................
3.2 Operasional Variabel............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah suatu proses yang di mana individu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pemahaman yang diperlukan untuk
mengembangkan diri dan berkontribusi dalam masyarakat. Ini melibatkan
pengajaran dan pembelajaran di berbagai tingkat, mulai dari pendidikan formal
di sekolah hingga pembelajaran sepanjang hidup melalui berbagai metode dan
sumber belajar. Pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan
pribadi, sosial, dan ekonomi individu dan masyarakat, serta meningkatkan
kualitas hidup.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan seseorang
karena dengan adanya sebuah pendidikan, maka seseorang dapat menjadi lebih
produktif. Pendidikan sangat penting karena dengan adanya sebuah pendidikan
dapat memberikan seseorang keterampilan dan hal yang dibutuhkan untuk bisa
berhasil dalam hidup. Inilah sebabnya mengapa pendidikan memainkan peran
besar dalam hidup tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi setiap orang.
Dengan adanya pendidikan, maka seseorang bisa menafkahi keluarga mereka
melalui ilmu serta keterampilan yang telah ditempuh selama berpendidikan.
Pendidikan membantu seseorang untuk membuat keputusan yang baik dan
meningkatkan peluang mereka berhasil dalam hidup. Hal ini sangat membantu
seseorang tumbuh sebagai anggota masyarakat yang produktif, berdampak
positif pada ekonomi dan mengurangi tingkat kejahatan secara signifikan.
Dengan adanya sebuah pendidikan dapat membantu mengentaskan
kemiskinan dan kejahatan, memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Inilah salah satu alasan terbesar
mengapa orang tua berusaha agar anaknya bersekolah setinggi-tingginya. Oleh
karena itu, negara ini berupaya untuk mendorong akses yang lebih mudah
terhadap pendidikan bagi anak-anak dan orang dewasa. Dalam arti luas,
pendidikan adalah usaha di mana seseorang mempelajari sesuatu, ia mempunyai
kesempatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diolah,
direfleksikan, dan diingat dalam berbagai situasi, serta meningkatkan hubungan
interpersonal baik secara pribadi maupun profesional.
Pendidikan merupakan model rekayasa yang paling efektif untuk
menyiapkan suatu bentuk masyarakat masa depan. Dengan kata lain, masa
depan sebuah masyarakat akan di tentukan oleh konsep dan pelaksanaan
pendidikan. Pendidikan juga merupakan usaha sadar/terencana untuk
mewujudkan suasana dan proses pembelajaran yang secara efektif
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Mahasiswa yang ingin
mencapai cita-cita tidak lepas dari sejumlah faktor yang mempengaruhi proses
dan hasil belajarnya (Crow, 2005).
Dalam pasal 3 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, tujuan sistem pendidikan nasional yaitu “untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Proses pembelajaran merupakan ciri khas dalam suatu lingkungan sekolah/
lembaga pendidikan. Dengan demikian aktivitas belajar adalah suatu aktivitas
utama yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang yang sedang menjalani
pendidikan yang lebih tinggi untuk memasuki lapangan pekerjaan dan
mendapatkan pekerjaan dalam masyarakat. Dengan demikian semua fasilitas,
kondisi serta proses kegiatan dan kebijakan yang ada dalam suatu lembaga
pendidikan dapat menciptakan kegiatan belajar yang maksimal. Kondisi yang
seperti ini dapat menghasilkan sesuatu yang memiliki kompetensi yang bisa di
andalkan.
Dalam proses pembelajaran seorang mahasiswa rentan menghadapi
berbagai macam problematika baik secara fisik ataupun mental yang bisa
membuat mahasiswa kesulitan dalam belajar yang dapat mengakibatkan
lemahnya semangat belajar dan prestasi menurun. Dalam pencapaian prestasi
belajar mahasiswa lingkungan keluarga terlebih peran orang tua juga menjadi
sangat strategis, terutama pada komponen yang berasal dari kondisi ekonomi
keluarga. Komponen tersebut berupa pendapatan, pekerjaan serta pendidikan
yang dimiliki oleh orang tua.
Kegiatan belajar mengajar dapat dikatakan berhasil apabila prestasi belajar
mahasiswa dapat tercapai sesuai harapan dan memenuhi standar kriteria
ketuntasan minimal yang ditentukan oleh lembaga pendidikan. Namun, dalam
mewujudkan prestasi belajar yang diinginkan atau memenuhi standar
ketuntasan minimal, besar kemungkinan akan banyak faktor yang berkaitan
dengan prestasi belajar, baik secara internal maupun eksternal yang
menyebabkan hal-hal yang dapat memberikan pengaruh terhadap kegiatan
belajar maupun prestasi belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan
belajar mahasiswa dan menjadi acuan di mana mahasiswa dapat menerima
dengan baik atau tidak pembelajaran yang diberikan oleh instansi pendidikan.
Prestasi belajar merupakan hasil yang didapatkan oleh mahasiswa yang
memiliki motivasi tinggi untuk mengubah kualitas hidupnya baik dalam
pendidikan atau bidang keilmuan lainnya. Mahasiswa dapat memperoleh
prestasi belajar dari hasil yang telah dicapai dari proses belajar yang sungguh-
sungguh. Prestasi belajar merupakan hasil pencapaian yang maksimal sesuai
kemampuan mahasiswa pada waktu tertentu pada sesuatu yang telah dipelajari,
dikerjakan, dimengerti dan diterapkan.
Saat ini, prestasi belajar yang baik merupakan keinginan dari setiap
mahasiswa, orang tua dan dosen. Namun, terkadang orang tua kurang
menyadari adanya faktor keluarga yang berhubungan dengan hasil dari prestasi
belajar tersebut. Kesadaran orang tua tentang hal tersebut dan keinginan untuk
memotivasi anaknya dapat membuat orang tua mengubah pemikiran mereka
dan menjadikan mereka aktif terlibat dalam mendukung kegiatan belajar
anaknya.
Keberhasilan proses belajar seseorang tidak sepenuhnya bergantung dari
lembaga pendidikan/perguruan tinggi. Keluarga adalah salah satu dari pusat
pendidikan juga ikut memegang peranan penting dalam menentukan
keberhasilan belajar. Peran keluarga dalam pendidikan anak adalah kunci dalam
membentuk perkembangan dan kesuksesan anak. Keluarga merupakan tempat
pertama yang di mana seorang anak pertama kali mendapatkan pendidikan dan
bimbingan belajar tentang semua hal, baik pengetahuan, percakapan dan
sebagainya adalah dari orang tuanya. Karena itu keluarga memiliki peran yang
sangat penting dalam proses perkembangan anak.
Ekonomi keluarga merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah
pendidikan. Pendidikan yang baik akan mudah tercapai dengan adanya
dukungan ekonomi yang memadai. Peran ekonomi dalam suatu pendidikan
adalah sebagai pendorong kelanjutan dari pendidikan seorang anak.
Perekonomian keluarga adalah keadaan keuangan atau kemampuan suatu
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kondisi sosial ekonomi keluarga yang tinggi cenderung memiliki dampak
positif pada prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa dari latar belakang ekonomi
yang stabil sering memiliki akses lebih yang baik terhadap sumber daya
pendidikan, peluang pendidikan tambahan, dan dukungan keuangan. Hal ini
dapat memberikan mereka keunggulan dalam mencapai prestasi akademis yang
tinggi. Sebaliknya, mahasiswa dari latar belakang ekonomi rendah mungkin
menghadapi berbagai macam hambatan akses terhadap sumber daya pendidikan
dan kesulitan finansial, yang dapat mengganggu fokus mereka dalam belajar.
Meskipun demikian, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
seperti motivasi, kecerdasan, dan kualitas pengajaran di sebuah lembaga
pendidikan.
Masalah lain yang ditemukan antara lain masih rendahnya motivasi belajar
mahasiswa itu sendiri, padahal keberhasilan suatu pendidikan justru
dipengaruhi oleh motivasi belajar. Di kalangan mahasiswa saat ini masih
rendahnya tingkat kesadaran pada dirinya untuk membangkitkan semangat
belajar, sehingga prestasi pendidikan yang dicapai belum begitu maksimal.
Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi akan selalu berusaha, tidak mudah
menyerah, rajin membaca buku-buku untuk mendapatkan hasil belajar dan
prestasi yang maksimal. Sebaliknya, mahasiswa yang memiliki motivasi belajar
yang sangat rendah akan lebih mudah putus asa, tidak perhatian terhadap materi
yang disampaikan, suka berbicara dengan teman sebelahnya saat pelajaran
berjalan, jarang masuk kuliah dan jarang mengerjakan tugas akibatnya hasil
belajar yang diperoleh pun kurang maksimal.
Motivasi belajar berkaitan dengan tujuan atau harapan yang diinginkan oleh
mahasiswa mengikuti pelajaran/mata kuliah dalam kelas. Seorang mahasiswa
yang memiliki motivasi hanya sekedar untuk lulus dalam suatu mata kuliah
cenderung kurang semangat dalam kuliah. Berbeda dengan mahasiswa yang
memiliki motivasi tinggi, aktivitas belajarnya ingin menguasai materi kuliah
sebagai persiapan untuk memasuki dunia kerja. Mahasiswa yang hanya sekedar
untuk lulus atau mendapat nilai yang baik dapat saja melahirkan perilaku-
perilaku yang kurang sesuai dengan tuntutan belajar yang semestinya. Misalnya
dengan berupaya menyontek dalam ujian, ingin mendapatkan nilai tinggi
dengan cara yang tidak begitu baik dan lain sebagainya.
Penting untuk diingat bahwa prestasi belajar tidak sepenuhnya ditentukan
oleh kondisi sosial ekonomi keluarga. Banyak mahasiswa dari latar belakang
ekonomi rendah yang berhasil mengatasi hambatan ini dan meraih prestasi
tinggi melalui kerja keras dan dukungan tambahan yang tersedia di institusi
pendidikan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut apakah memang ada pengaruh kondisi sosial ekonomi
keluarga terhadap prestasi belajar Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Teknologi Sumbawa. Di mana mahasiswa dari masing-
masing program studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Teknologi Sumbawa menjadi subjek dari penelitian ini.
Dari uraian di atas tersebut maka permasalahan utama yang ingin diteliti
adalah “ Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa FISIP Universitas Teknologi Sumbawa “
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat
antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian
harus didasarkan pada masalah. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti
uraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait:
1. Apakah kondisi sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap
prestasi belajar Mahasiswa FISIP Universitas Teknologi
Sumbawa?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka tujuan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap
prestasi belajar mahasiswa FISIP Universitas Teknologi Sumbawa

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan tercapai dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat teroris dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para
peneliti selanjutnya yang tertarik terutama dibidang pendidikan sosial
masyarakat.
2. Manfaat praktis dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi
perguruan tinggi, maupun dinas-dinas terkait dalam pembuatan
kebijakan. Bagi perguruan tinggi, penelitian ini dapat menjadi dasar
untuk mempertimbangkan peserta didik/mahasiswanya bahwa mereka
berasal dari tingkat ekonomi keluarga yang berbeda-beda. Sedangkan
bagi dinas-dinas yang lain, misalnya dinas perekonomian, penelitian ini
dapat dijadikan dasar bahwa masih banyaknya masyarakat yang berada
di bawah garis kemiskinan. Maka dari itu dunia perekonomian dan
pendidikan harus berjalan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mutu pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kondisi Sosial Ekonomi
2.1.1.1 Pengertian Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi merujuk pada gabungan faktor sosial dan
ekonomi yang mempengaruhi individu atau keluarga dalam masyarakat. Ini
mencakup berbagai aspek, seperti tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan,
kesehatan, status sosial, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas
hidup dan posisi sosial seseorang.
Kondisi sosial ekonomi digunakan untuk mengukur ketidaksetaraan dan
kesenjangan dalam masyarakat. Faktor-faktor ini sering digunakan untuk
menganalisis tingkat kemiskinan, mobilitas sosial, akses ke layanan kesehatan,
pendidikan, dan kesempatan ekonomi. Kondisi sosial ekonomi dapat berperan
dalam menentukan peluang hidup seseorang dan pengaruhnya terhadap hasil
dalam berbagai aspek kehidupan.
Sosial ekonomi menurut Soerjono Soekanto (2007:89) adalah posisi
seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan
pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam berhubungan
dengan sumber daya. Menurut Soekanto (2001:237) menyatakan bahwa
komponen pokok kedudukan sosial ekonomi meliputi ukuran kekayaan, ukuran
kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan.
Kondisi ekonomi berperan penting dalam pendidikan seorang anak.
Menurut Gerungan (2009: 196), peranan kondisi ekonomi dalam pendidikan
anak memegang satu posisi yang sangat penting. Dengan adanya perekonomian
yang cukup memadai, lingkungan material yang dihadapi anak dalam
keluarganya jelas lebih luas, maka ia akan mendapat kesempatan yang lebih
luas juga untuk mengembangkan kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan
tanpa adanya sarana dan prasarana itu.
Kondisi sosial ekonomi keluarga yang tinggi cenderung memiliki dampak
positif pada prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa dari latar belakang ekonomi
yang stabil sering memiliki akses lebih yang baik terhadap sumber daya
pendidikan, peluang pendidikan tambahan, dan dukungan keuangan. Hal ini
dapat memberikan mereka keunggulan dalam mencapai prestasi akademis yang
tinggi. Sebaliknya, mahasiswa dari latar belakang ekonomi rendah mungkin
menghadapi berbagai macam hambatan akses terhadap sumber daya pendidikan
dan kesulitan finansial, yang dapat mengganggu fokus mereka dalam belajar.
2.1.1.2 Klasikafikasi Dan Tingkat Status Sosial Ekonomi
Klasifikasi status sosial ekonomi menurut Coleman dan Cressey dalam
Sumardi (2004:76) antara lain sebagai berikut:
1. Statu sosial ekonomi atas
Merupakan kelas sosial yang berada paling atas dari tingkatan
sosial yang terdiri dari orang-orang yang sangat kaya seperti
kalangan konglomerat, mereka sering menempati posisi teratas dari
kekuasaan. umumnya dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan baik.
2. Status sosial ekonomi bawah
Merupakan kedudukan seseorang di masyarakat yang diperoleh
berdasarkan penggolongan menurut kekayaan dan status sosialnya,
di mana harta kekayaan yang dimiliki serta status sosial yang
dimiliki termasuk kurang jika dibandingkan dengan rata-rata
masyarakat pada umumnya serta tidak mampu dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.
Sedangkan tingkat Status sosial ekonomi menurut Arifin Noor dalam
Sunarto (2004:88) membagi kelas sosial dalam tiga golongan, yaitu:
a. Kelas atas (upper class)
Upper class berasal dari golongan kaya raya seperti golongan
konglomerat, kelompok eksekutif, dan sebagainya.
b. Kelas menengah (middle class)
Kelas menengah biasanya diidentikkan oleh kaum profesional dan
para pemilik toko dan bisnis yang lebih kecil.
c. Kelas bawah (lower class)
Kelas bawah adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau
penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya.

Setiap keluarga yang ada di dalam lingkungan masyarakat tentunya


memiliki status sosial ekonomi yang berbeda-beda dan beragam. Kepemilikan
atas harta kekayaan, jabatan yang diemban, pekerjaan yang dimiliki, dan tingkat
pendidikan akan menggambarkan status sosial ekonomi setiap keluarga.

2.1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Sosial Ekonomi


Keluarga
Di dalam sebuah kehidupan bermasyarakat tentunya setiap individu atau
kelompok memiliki kondisi sosial ekonomi yang berbeda-beda, ada yang
memiliki kondisi sosial ekonomi yg cukup baik ada juga yang kurang baik.
Menurut Nasution (2004: 25) tingkat status sosial ekonomi dilihat atau diukur
dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan orang
tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan aktivitas sosial. Di dalam
penelitian ini faktor sosial ekonomi yang akan digunakan adalah pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, kepemilikan aset keluarga
serta tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Berikut ini merupakan
penjelasannya:

1. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang di mana individu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pemahaman yang diperlukan untuk
mengembangkan diri dan berkontribusi dalam masyarakat. Ini melibatkan
pengajaran dan pembelajaran di berbagai tingkat, mulai dari pendidikan
formal di sekolah hingga pembelajaran sepanjang hidup melalui berbagai
metode dan sumber belajar. Pendidikan memiliki peran penting dalam
perkembangan pribadi, sosial, dan ekonomi individu dan masyarakat, serta
meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang karena dengan adanya sebuah pendidikan, maka seseorang dapat
menjadi lebih produktif. Pendidikan sangat penting karena dengan adanya
sebuah pendidikan dapat memberikan seseorang keterampilan dan hal yang
dibutuhkan untuk bisa berhasil dalam hidup. Inilah sebabnya mengapa
pendidikan memainkan peran besar dalam hidup tidak hanya bagi
mahasiswa tetapi juga bagi setiap orang. Dengan adanya pendidikan, maka
seseorang bisa menafkahi keluarga mereka melalui ilmu serta keterampilan
yang telah ditempuh selama berpendidikan. Pendidikan membantu individu
membuat keputusan yang baik dan meningkatkan peluang mereka untuk
berhasil dalam hidup. Hal ini sangat membantu seseorang tumbuh sebagai
anggota masyarakat yang produktif, berdampak positif pada ekonomi dan
mengurangi tingkat kejahatan secara signifikan. Dengan adanya sebuah
pendidikan dapat membantu mengentaskan kemiskinan dan kejahatan,
memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih baik. Inilah salah satu alasan terbesar mengapa orang
tua berusaha agar anaknya bersekolah setinggi-tingginya. Oleh karena itu,
negara ini berupaya untuk mendorong akses yang lebih mudah terhadap
pendidikan bagi anak-anak dan orang dewasa. Dalam arti luas, pendidikan
adalah usaha di mana seseorang mempelajari sesuatu, ia mempunyai
kesempatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat diolah,
direfleksikan, dan diingat dalam berbagai situasi, serta meningkatkan
hubungan interpersonal baik secara pribadi maupun profesional.
2. Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi keluarga karena dari
bekerja segala kebutuhan keluarga akan terpenuhi. Pekerjaan tidak hanya
mempunyai nilai ekonomi namun usaha seseorang untuk mendapatkan
kepuasan serta mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang atau jasa
yang akan memenuhi kebutuhan hidupnya. Soeroto (1986: 5) meyatakan
bahwa pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa bagi
diri sendiri atau orang lain, baik orang yang melakukan dengan dibayar atau
tidak.
Ditinjau dari segi sosial, tujuan dari bekerja tidak hanya berhubungan
dengan aspek ekonomi mendapatkan pendapatan untuk keluarga saja,
namun oranga yang bekerja juga berfungsi untuk mendapatkan status, untuk
diterima menjadi bagian dari suatu unit status sosial ekonomi dan untuk
memainkan suatu peran dalam statusnya (Kartono 1991: 21)
Berdasarkan pengertian diatas maka jenis pekerjaan dapat dilihat dari
jenis-jenisnya sebagai berikut:
a. Pekerjaan berstatus sangat tinggi yaitu, tenaga ahli teknik dan
ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu instansi baik
pemerintah maupun wiraswasta, tenaga administrasi tata usaha.
b. Pekerjaan yang berstatus sedang yaitu, pekerjaan dibidang
penjualan dan jasa
c. Pekerjaan yang berstatu rendah yaitu, buruh, petani, dan
operator alat angkut atau bengkel.

3. Pendapatan orang tua


Menurut Sukirno dalam Anwar (2011:47) pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu
periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.
Pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau
suatu rumah tangga selama periode tertentu.
Menurut Reksoprayitno (2009:79) pendapatan atau income adalah uang
yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa
bunga, dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan
pensiun.
Tingkat pendapatan dalam sebuah keluarga sering dikelompokkan
menjadi beberapa kategori, yang dapat bervariasi tergantung pada negara
dan lembaga yang mengatur statistik ekonomi. Beberapa kategori umum
termasuk:
a. Pendapatan Rendah: Keluarga dengan pendapatan di bawah ambang
kemiskinan atau pendapatan yang tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan dasar.
b. Pendapatan Menengah: Keluarga dengan pendapatan yang
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar, tetapi mungkin masih
memiliki keterbatasan dalam hal gaya hidup atau tabungan.
c. Pendapatan Tinggi: Keluarga dengan pendapatan yang melebihi
kebutuhan dasar dan mungkin memiliki kemampuan untuk hidup
lebih nyaman, berinvestasi, atau menabung.
d. Pendapatan Atas: Keluarga dengan pendapatan yang jauh di atas
rata-rata dan mungkin memiliki gaya hidup mewah.

Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendapatan orang


tua adalah keseluruhan pendapatan berupa uang yang dihasilkan oleh kedua
orang tua dari hasil pekerjaannya, baik dari usaha sendiri ataupun bekerja
pada orang lain. Semakin besar pendapatan yang dimiliki oleh orang tua
maka semakin tinggi juga status sosial ekonominya.

4. Jenis Tempat Tinggal


Menurut Maftukhan (2007: 29) jenis tempat tinggal dapat dilihat dari:
a. Status rumah yang ditempati, dapat berupa rumah sendiri, rumah
dinas, menyewa, rumah saudara, atau ikut pada orang lain.
b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan
bambu. Keluarga yang dengan keadaan sosial ekonomi tinggi, pada
umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang
keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi
permanen atau tidak permanen.
c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas yang ditempati pada
umumnya semakin tinggi tingkat status sosial ekonominya. Rumah
dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang
menempati. Rumah dengan dengan ukuran besar, permanen milik
pribadi dapat mewujudkan bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi,
berbeda dengan rumah yang kecil, semi permanen dan menyewa
menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah.

5. Kepemilikan Kekayaan Atau Fasilitas


Kepemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk
barang-barang dalam menunjang kehidupan ekonomi keluarga. Kekayaan
atau fasilitas itu antara lain:
a. Barang berharga
Kepemilikan fasilitas yang bernilai ekonomi dalam berbagai bentuk
dan ukuran seperti perhiasan, handphone, telivisi, kulkas, dan lain-
lain dapat menunjukkan adanya suatu perbedaan lapisan dalam
masyarakat.
b. Jenis kendaraan pribadi
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi atau
rendahnya tingkat ekonomi sebuah keluarga. Misalnya orang yang
memiliki mobil akan merasa lebih tinggi tingkat ekonominya
daripada orang yang mempunyai sepeda motor. Kendaraan juga
dapat digunakan sebagai tolak ukur tinggi atau rendahnya status
sosial ekonomi keluarga.

2.1.2 Prestasi Belajar


2.1.2.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses yang di mana seseorang memperoleh
pengetahuan, keterampilan, pemahaman, atau pengalaman baru melalui studi,
latihan, atau interaksi dengan lingkungannya. Proses ini dapat melibatkan
penerimaan, penyimpanan, pemahaman, dan penggunaan informasi atau
keterampilan yang diperoleh. Belajar dapat terjadi secara formal di sekolah atau
perguruan tinggi, maupun informal dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Slameto (2010: 2) “belajar merupakan suatu proses usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, yang berasal dari hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
Syaiful Bahri Djamrah (2008: 13) juga berpendapat bahwa “belajar
merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu
perubahan tingkah laku dari hasil pengalaman individu dan lingkungannya yang
termasuk dalam kognitif, afektif, dan psikomotor”.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melaui (learning is
defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).
Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini berbeda dengan pengertian
lama tentang belajar, yang mengatakan belajar adalah memperoleh
pengetahuan, dan latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan
seterusnya (Hamalik, 2008)
Belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-
fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Belajar adalah
kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
yang dialami siswa, baik ketika dia berada di sekolah maupun di lingkungan
rumah atau Keluarganya sendiri (Syah, 2010).
Dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang di mana seseorang dapat memperoleh ilmu
pengetahuan sekaligus membentuk atau mengubah tingkah laku yang lebih baik
dalam lingkungan masyarakat.

2.1.2.2 Pengertian Prestasi Belajar


Prestasi belajar merupakan ukuran sejauh mana seseorang telah mencapai
hasil atau pencapaian dalam proses pembelajaran atau pendidikan. Prestasi
belajar dapat diukur melalui nilai, tes, penilaian atau evaluasi lainnya yang
digunakan untuk menilai pemahaman dan penguasaan materi pelajaran oleh
seorang mahasiswa. Prestasi belajar juga dapat mencakup aspek-aspek seperti
pemahaman konsep, keterampilan, penerapan pengetahuan, dan sejauh mana
tujuan pembelajaran telah tercapai.
Prestasi belajar merupakan hasil yang didapatkan oleh mahasiswa yang
memiliki motivasi tinggi untuk mengubah kualitas hidupnya baik dalam
pendidikan atau bidang keilmuan lainnya. Mahasiswa dapat memperoleh
prestasi belajar dari hasil yang telah dicapai dari proses belajar yang sungguh-
sungguh. Prestasi belajar merupakan hasil pencapaian yang maksimal sesuai
kemampuan mahasiswa pada waktu tertentu pada sesuatu yang telah dipelajari,
dikerjakan, dimengerti dan diterapkan.
Prestasi belajar yang dapat dicapai oleh seorang mahasiswa merupakan
pencerminan dari hasil usaha belajar yang maksimal. Pada umumnya semakin
baik usaha belajar makan akan semakin baik juga prestasi yang akan dicapai.
Tentunya hal ini tidak terlepas dari berbagai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhinya antara lain minat, motivasi, tingkat pendidikan orang tua,
dan lain sebagainya. Prestasi belajar merupakan hasil yang didapatkan dengan
baik dalam pendidikan atau bidang keilmuan.
Prestasi belajar menurut Gagne dalam Hamdani (2010: 10) adalah
kapasitas yang dihasilkan dari kegiatan belajar yakni berupa keterampilan,
pengetahuan, sikap dan seperangkat nilai-nilai. Timbulnya kapasitas tersebut
adalah stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang
dilakukan oleh siswa.
Menurut Oemar Hamalik(2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan
kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator
adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Sedangkan menurut Dimyati dan
Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu
interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan.
Menurut Suryabrata (2002:233), “ prestasi belajar yang dicapai seorang
individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya, baik dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri
siswa (faktor eksternal) individu ”.
Untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa perlu diadakan suatu
evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah proses belajar dan
pembelajaran itu berlangsung secara efektif. Efektivitas belajar tersebut akan
tampak pada kemampuan mahasiswa menguasai materi pelajaran (Anas dan
Aryani, 2014). Prestasi belajar mahasiswa merupakan salah satu bagian
terpenting dalam kesuksesan mahasiswa di masa depannya. Prestasi belajar
mahasiswa di perguruan tinggi umumnya diukur melalui Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan suatu pencapaian yang telah didapatkan melalui pelaksanaan dalam
kegiatan pembelajaran selama menempuh pendidikan. Pencapaian tersebut
dapat diketahui dengan mengadakan penilaian tes hasil belajar.

2.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Dalam suatu lembaga pendidikan, prestasi belajar merupakan indikator
yang sangat penting dalam mengukur keberhasilan proses belajar mengajar.
Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa tinggi rendahnya prestasi seorang
mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dihadapinya selama
menempuh pendidikan.
Menurut Slameto (2010: 54) pada dasarnya prestasi belajar dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor internal
a) Kondisi jasmaniah
Merupakan kondisi yang berkaitan dengan fisik siswa yaitu
pancaindra, cacat tubuh dan kesehatan. Panca indra yang
terdiri dari penglihatan dan pendengaran merupakan faktor
penting dalam belajar.
b) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis merupakan kondisi yang dapat
mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain meliputi
intelegensi, kecerdasan, bakat, motivasi, kematangan dan
kesiapan.
2. Faktor eksternal
a Faktor keluarga, meliputi cara mendidik orang tua kepada
anaknya, suasana rumah, perhatian orang tua, kondisi
ekonomi keluarga dan latar belakang kebudayaan.
b Faktor sekolah, meliputi metode pengajaran, interaksi guru
dan murid, metode pendidikan, kurikulum, keadaan gedung,
dan metode belajar.
c Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan masyarakat.
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik dari diri mahasiswa maupun
luar diri mahasiswa. Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali
faktor-faktor yang perlu di perhatikan. Menurut Sumadi Suryabrata (1998:233)
dan Winkel (1997: 591), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor
internal dan eksternal:
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Faktor fisiologis dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud


adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindra.
1) Kesehatan badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya.
Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi
siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya
memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan
pola makan dan pola tidur, untuk melancarkan metabolisme
dalam tubuhnya. Selain itu juga untuk memelihara kesehatan
bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik
dibutuhkan olahraga yang teratur.
2) Pancaindra
Berfungsinya pancaindra merupakan syarat dapatnya
belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem
pendidikan dewasa ini di antara pancaindra itu yang paling
memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga.
Hal ini penting, karena sebagian besar hal – hal yang
dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang
memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan
menghambat dirinya dialam menangkap pelajaran, sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya
disekolah.
b. Faktor psikologis, ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa antara lain adalah:
1) Intelegensi
Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa
mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang
dimiliki siswa. Menurut Binel (Winkel, 1997:529) hakikat
inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan
mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf
inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang
siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi
mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi
belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki
taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan
memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah
suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan inteligensi yang
rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga
sebaliknya.
2) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri
dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam
menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Sarlito Wirawan
(1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal – hal tertentu. Sikap yang positif
terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal
yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.
3) Motivasi
Menurut Irwanto (1997:193) motivasi adalah penggerak
perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk
belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau
kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang
berhasil belajar karena ia ingin belajar. Seorang menurut
Winkel (1997:39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka
tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi
belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah
atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar.
4) Minat
Menurut Winkel (1997 : 124) minat adalah
kecenderungan hati yang menetap pada siswa untuk merasa
senang berkecimpung di dalam bidang tertentu. Sardiman
A.M. (2006 : 95) berpendapat bahwa proses situ akan
berjalan lancar bila disertai dengan minat. Kartini Kartono
(1990 : 111) mengatakan minat adalah suatu pemusatan
perhatian dengan penuh kesadaran dan kemauan tergantung
pada bakat dan lingkungan. Sedangkan menurut Slameto
(2003 : 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang
menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin
besar minat.

2. Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain di
luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih,
antara lain adalah:

a. Faktor Lingkungan Keluarga


1) Sosial ekonomi keluarga
Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih
berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih
baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah
2) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan
tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami
pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan
dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih
rendah.
3) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu
semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal
ini bias secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun
secara tidak langsung, seperti hubungan keluarga harmonis.

b. Faktor lingkungan sekolah


1) Sarana dan prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP
akan membantu proses belajar mengajar disekolah; selain
bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar
sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
2) Kompetensi guru dan siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai
kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka.
Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi
dengan baik disekolah terpenuhi, misalnya dengan
tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas,
yang dapat memenuhi rasa ingin tahu, hubungan dengan
guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka
siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan.
Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus- menerus
meningkatkan prestasi belajarnya.
3) Kurikulum dan metode mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang
lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan
minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Sarlito Wirawan (1997:122) mengatakan bahwa faktor yang
paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar
dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes
dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran,
maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, paling
tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
c. Faktor lingkungan masyarakat
1) Sosial budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta
didik. Masyarakat yang masih memandang rendah
pendidikan akan enggan mengirim anaknya ke sekolah dan
2) Partisipasi terhadap pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah,
setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha
memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

2.1.2.4 Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Prestasi


Belajar
Keluarga dengan pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan
lebih mudah memenuhi segala kebutuhan pendidikan dan keperluan lainnya.
Berbeda dengan keluarga yang mempunyai penghasilan rendah, pada umumnya
mengalami berbagai macam kesulitan dalam pembiayaan pendidikan, maupun
keperluan lainnya. Menurut Hamalik (1983) keadaan sosial ekonomi yang
sangat baik dapat menghambat atau mendorong dalam belajar.
Masalah biaya pendidikan juga merupakan sumber utama dalam belajar,
karena kurangnya biaya pendidikan akan sangat mengganggu kelancaran
belajar mahasiswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan
seseorang mahasiswa adalah pendapatan keluarga. Tingkat sosial ekonomi
keluarga memiliki pengaruh tinggi terhadap prestasi belajar mahasiswa di
perguruan tinggi, sebab segala kebutuhan mengenai pendidikan akan
membutuhkan ekonomi keluarga.

2.2 Penelitian Relevan


Menurut KBBI relevan adalah kait-mengat, paut-berpaut dan berguna
secara lamgsung. Penelitian yang relevan digunakan untuk menggali
hubungan-hubungan yang terkait antara penelitian yang lain dengan penelitian
ini. Berikut penelitian terdahulu yang menyangkut penelitian ini:

Tabel 2.1
Peneliti Terdahulu
NO PENELITI TAHUN JUDUL HASIL PENELITIAN
PENELITIAN
1 Siti Durroh 2019 Pengaruh Motivasi Hasil penelitian
Fatin Dan Kondisi Sosial menunjukkan bahwa: 1)
Jannah Ekonomi Keluarga terdapat pengaruh
Terhadap Prestasi signifikan motivasi
Belajar Dan Minat terhadap prestasi belajar
Melanjutkan Studi secara langsung, 2)
Program Pada terdapat pengaruh
Mahasiswa S1 signifikan kondisi sosial
Fakultas Ekonommi ekonomi keluarga
Universitas Negeri terhadap prestasi belajar,
Yogyakarta 3) terdapat pengaruh
signifikan motivasi
terhadap minat
melanjutkan studi
Program Magister
melalui prestasi belajar,
4) terdapat pengaruh
signifikan secara
langsung dan tidak
langsung kondisi sosial
ekonomi keluarga
terhadap minat
melanjutkan studi
Program Magister
melalui prestasi belajar,
5) tidak terdapat
pengaruh signifikan
prestasi belajar terhadap
minat melanjutkan studi
Program Magister secara
langsung.
2 Nurul 2017 Pengaruh Kondisi Hasil penelitian
Senja Ekonomi Keluarga menunjukan bahwa
Terhadap Motivasi kondisi ekonomi keluarga
Belajar Siswa Pada termasuk dalam kategori
Mata Pelajaran sedang (60,63%).
Ekonomi Di Kelas Motivasi belajar siswa
XI IPS SMA Negeri kelas XI IPS SMA Negeri
Kota Cirebon Kota Cirebon termasuk
kategori tinggi (75,70).
ada pengaruh yang
signifikan kondisi
ekonomi keluarga
terhadap motivasi belajar
siswa. hal ini menunjukan
bahwa kondisi ekonomi
orang tua turut
mempengaruhi motivasi
belajar anak, hasil
perhitungan pada
penelitian ini
menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan
antara kondisi ekonomi
keluarga terhadap
motivasi belajar siswa
kelas XI IPS di SMA
Negeri Kota Cirebon.
3 Wurdiyanti 2016 Pengaruh Kondisi Hasil penelitian
Yuli Astuti Sosiak Ekonomi menunjukkan bahwa: 1)
Keluarga Terhadap Tingkat pendidikan ayah
Minat Belajar Siswa tidak berpengaruh
SMK YPKK 3 terhadap minat belajar
Sleman siswa; 2) Tingkat
pendidikan ibu
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat
belajar siswa; 3)
Pendapatan keluarga
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap minat
belajar siswa; 4)
Kepemilikan aset rumah
tangga berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap minat belajar
siswa; 5) Tingkat
pemenuhan
kebutuhan/pengeluaran
keluarga berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap minat belajar
siswa; 6) Kontribusi
seluruh variabel bebas
dalam menjelaskan
variabel terikat sebesar
68,06%. Sisanya sebesar
31,94% dijelaskan oleh
variabel lain di luar
model.
4 Desy 2019 Analisis Jalur (Path Hasil penelitian ini
Setyorini Analysis) Pengaruh menunjukkan bahwa: (1)
Kondisi Sosial Tidak terdapat pengaruh
Ekonomi Dan langsung kondisi sosial
Motivasi Belajar ekonomi terhadap
Terhadap Prestasi prestasi belajar
Belajar Mahasiswa mahasiswa; (2) Terdapat
pengaruh langsung
motivasi belajar terhadap
prestasi belajar
mahasiswa; dan (3)
Terdapat pengaruh
langsung kondisi sosial
ekonomi terhadap
motivasi belajar
mahasiswa.
5 Titik Efnita 2018 Pengaruh Faktor Kesimpulan dari hasil
Sosial Ekonomi Dan penelitian
Kebutuhan Hidup mengungkapkan bahwa
Terhadap Prestasi factor social ekonomi
Belajar Mahasiswa keluarga (pendidikan
Mentawai Di orang tua, pekerjaan
Daerah Istimewa orang tua, pendapatan
Yogyakarta orang tua, jumlah
saudara, dan rata-rata
pendapatan saudara
adik/kakak) dan
kebutuhan kuliah (biaya
konsumsi, biaya
komunikasi, informasi
dan internet, biaya
kesehatan rekreasi dan
hiburan, biaya tempat
tinggal, jenis tempat
tinggal, biaya alat tulis
dan perlengkapan kuliah)
secara bersama-sama
berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar
mahasiswa Mentawai.
Secara individu variabel
pendidikan orang tua,
pendapatan orang tua,
biaya konsumsi, biaya
alat tulis, buku dan
peralatan kuliah
berpengaruh signifikan
terhadap prestasi belajar
mahasiswa Mentawai.
Kesimpulan ini kembali
menegaskan teori-teori
dan penelitian terdahulu
yang mengungkapkan
bahwa factor social
ekonomi dan kebutuhan
kuliah memiliki pengaruh
signifikan terhadap
prestasi belajar
mahasiswa Mentawai.

2.3 Kerangka Pemikiran


Berdasarkan landasan teori tersebut, maka kondisi sosial ekonomi keluarga
(independen) yang dilambangkan dalam huruf (X) memiliki hubungan dengan
prestasi belajar mahasiswa sebagai variabel terikat (dependen) yang
dilambangkan dalam huruf (Y). Dengan kondisi sosial ekonomi keluarga (X),
diharapkan prestasi belajar (Y) mahasiswa dapat lebih baik. Oleh karena itu
dimungkinkan kondisi sosial ekonomi keluarga yang tinggi, prestasi belajar
mahasiswa dapat menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi sosial
ekonomi yang rendah.
Dalam penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar mahasiswa dan mengetahui seberapa besar pengaruh faktor
tersebut terhadap prestasi belajar mahasiswa FISIP Universitas Teknologi
Sumbawa. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah
kondisi sosial ekonomi keluarga t, adapun pemikirannya sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kondisi Sosial ekonomi


Prestasi Belajar (Y)
Keluarga (X)

2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan atau asumsi awal yang diajukan untuk
diuji atau diteliti melalui penelitian atau eksperimen. Hipotesis adalah dugaan
sementara tentang hubungan variabel-variabel dalam suatu penelitian. Tujuan
dari hipotesis adalah untuk mengarahkan dan memberikan dasar rasional bagi
sebuah penelitian. Dalam metode ilmiah, hipotesis adalah langkah awal yang
kemudian diuji untuk menentukan apakah benar atau tidak berdasarkan data
yang diperoleh selama penelitian. Hipotesis dapat berfungsi sebagai prediksi
yang dites dalam penelitian untu mencari bukti empiris yang mendukung atau
menyangkal hipotesis tersebut. Berdasarkan deskripsi teoritis tersebut, maka
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Kondisi sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap prestasi
belajar mahasiswa FISIP Universitas Teknologi Sumbawa
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2019: 17) penelitian kuantitatif diartikan
sebagai metode penelitian yang yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk menliti pada populasi tertentu atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun
fakta, pendefinisian, pengukuran, menunjukkan antar variabel, memberikan
deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya (Indrawan, dan
Yaniawati, 2014).

3.2 Jenis Data


Menurut Misbahuddin dan Hasan (2013) menyatakan bahwa data adalah
sebuah keterangan suatu hal yang berupa sesuatu yang diketahui atau yang
dianggap atau anggapan. Dengan kata lain, suatu fakta yang digambarkan lewat
angka, simbol, kode, dan sebagainya. Jenis data merupakan data yang
dikelompokkan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam proses analisis.
Pengelompokan data disertai karakter yang menyertainya. Berdasarkan
pengelompokan data, ada dua jenis data dalam penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Data primer
Menurut Sugiyono (2019) data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh berdasarkan jawaban dari kuisioner yang diberikan kepada
responden
2. Data sekunder
Menurut Sugiyono (2019) data sumber merupakan sumber data yang
tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya
lewat orang lain atau dokumen. Adapun data sekunder dalam
penelitian ini berupa lokasi, visi dan misi serta jumlah seluruh
mahasiswa FISIP Universitas Teknologi Sumbawa
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data maka metode
pengumpulan data merupakan langkah yang paling awal dalam suatu penelitian.
Untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka yang
dibutuhkan teknik dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dengan menggunakan data primer berupa kuisinoer. Kuisioner
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara rangkaian atau
kumpulan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Bungin, 2013).
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan skala pengukuran Likert
dengan interval 1-5. Menurut Sugiyono (2019) skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan presepsi seorang atau kelompok orang tentang
fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan
skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Penentuan nilai skala likert dengan menggunakan lima tingkatan jawaban
dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.1
Intrumen Skala Likert
No Jawaban Skor
1 A 5
2 B 4
3 C 3
4 D 2
5 E 1

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel


3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2019: 126) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang akan menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP Universitas Teknologi
Sumbawa.

3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2019: 127) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi yang akan menjadi
sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa FISIP Universitas Teknologi
Sumbawa. Untuk mengetahui jumlah sampel yang akan diambil dalam
penelitian ini digunakan rumus Slovin (Umar, 1998:78).

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2

Keterangan:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
2
e = batas toleransi kesalahan

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel


Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan simple random sampling
yaitu dari jumlah populasi ditentukan jumlah sampel sebagai subjek penelitian.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sehingga setiap responden
mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel penelitian. Alasan peneliti
akan menggunakan simple random sampling dalam mengambil sampel adalah
sampel yang diambil dapat mewakili karakteristik yang homogen dari
populasinya.

3.5 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional adalah sebuah batasan-batasan yang diberikan oleh
peneliti terhadap variabel peneliti itu sendiri sehingga variabel penelitian dapat
diukur. Variabel merupakan faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau
gejala yang akan diteliti.
Dapat diambil kesimpulan bahwa operasional variabel adalah batasan-
batasan pada variabel yang akan diteliti untuk bisa diukur dengan tepat. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan pengujian dengan dua variabel yaitu variabel
independen dan dependen.

1. Variabel independen (X)


Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen/terikat
(Sugiyono, 2019). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kondisi sosial ekonomi keluarga.
2. Variabel dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat, karena adanya variabel independen (Sugiyono, 2019).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
mahasiswa

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Deskripsi Indikator Instrumen

Kondisi sosial Kondisi sosial 1.Tingkat Kuisioner


ekonomi keluarga ekonomi keluarga pendidikan orang
(X) adalah suatu tua
keadaan yang di
2. Pekerjaan orang
mana keluarga itu
tua
dapat bekerja dan
menghasilkan 3. Pendapatan
pendapatan ornag tua
sehungga dapat
4. Jenis tempat
memnuhi
tinggal
kebutuhan
keluarga 5. Kepeemilikan
kekayaan atau
fasilitas

3.6 Uji Instrumen Penelitian


3.6.1 Uji Validitas
Uji Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam
mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas sering digunakan untuk
mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala, apakah item-item
pada kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur apa yang ingin diukur.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan dalam
kuesioner tersebut mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka
item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai kolerasinya dibawah 0,3 maka
item maka item tersebut dinyatakan tidak valid. (Sugiyono, 2016:177)
Uji Validitas merupakan suatu pengujian terhadap ketepatan instrumen
pengukuran yang akan digunakan dalam penelitian. Uji ini dimaksudkan untuk
mengukur sejauh mana ketepatan instrumen penelitian sehingga memberikan
informasi yang akurat. Dalam hal ini instrumen dapat dikatakan valid jika nilai
Rhitung > Rtabel.
3.6.2 Uji Realiabilitas
Menurut Sugiyono (2019) menyatakan bahwa uji realibilitas merupakan
sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Uji realibilitas digunakan untuk mengetahui
sejauh mana hasil pengukuran tetap koefisien apabila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat
pengukur yang sama pula.
Uji reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya, apabila datanya memang benar sesuai
dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil akan tetap sama.
Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabilitas juga
melihat sejauh mana suatu alat ukur dapat diandalkan atau dipercaya untuk
mengukur suatu objek yang akan diukur, dan untuk melihat konsistensi alat
ukur dalam mengukur gejala yang sama. Alat ukur yang akan digunakan adalah
SPSS dengan melihat Cronbach's Alpha item. Apabila kolerasi 0,6 maka
dikatakan item tersebut memberikan tingkat reliabel yang cukup, sebaliknya
apabila nilai kolerasi dibawah 0,6 maka dikatakan item tersebut kurang reliabel.
(Sugiyono, 2007:7).

3.7 Uji Asumsi Klasik


Dalam analisis regresi perlu dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil
analisis regresi dapat memenuhi kriteria best, linear supaya variabel independen
sebagai estimator atas variabel dependen tidak bias. Uji asumsi klasik ini
digunakan untuk menguji kesalahan model regresi yang digunakan dalam
penelitian. Uji asumsi klasik ini terdiri atas uji normalitas, uji multikolinearitas
dan uji heteroskedastisitas.

3.7.1 Uji Normalitas


Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk
menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran
data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Distribusi normal merupakan
suatu distribusi data yang tersebar secara normal atau dengan kata lain distribusi
yang kemungkinan terjadinya kejadian-kejadian sebagai hasil dari sebuah
percobaan yang dilakukan secara random kurvanya berbentuk normal (Narbuko
dan Achmadi, 2010).
Uji normalitas berfungsi untuk menguji model regresi yang digunakan
dalam penelitian, variabel pengganggu memiliki distribusi data yang normal
(Ghozali, 2008:144).Uji ini digunakan untuk mengukur data yang berskala
ordinal, interval, maupun rasio. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak normal (Priyanto,
2011:277). Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas data diantaranya dengan menggunakan P-P Plot. P-P Plot
menganalisis plot grafik antara variabel proporsi komulatif dengan variabel
proporsi setiap anggota. Untuk menguji normalitas data dapat menggunakan uji
kolmogrov-smirnov dengan ketentuan:

• Jika nilai sig > 0,05 maka data yang di uji berdistribusi normal.
• Jika nilai sig < 0,05 maka data yang di uji tidak berdistribusi normal
Sehingga jika nilai signifikasi variabel ≥ 0,05, maka H0 diterima, jika nilai
signifikasi variabel ≤ 0,05 maka H0 ditolak.

3.7.2 Uji Linieritas


Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel X (sosial ekonomi
keluarga) dan variabel Y (prestasi belajar) mempunyai hubungan linier atau tidak.
Data diolah menggunakan aplikasi SPSS.

3.7.3 Uji Heteroskedastisitas


Heterokedastisitas berasal dari dua kata asar, yaitu Hetero yang berarti beda
dan skedastisitas yang artinya adalah sebaran. Jadidapat disimpulkan bahwa uji
heteroskedastisitas adalah pengujian yang dilakukan dari sebaran yang
berbeda.Tujuannya adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah homokedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat diihat dengan ada atau tidaknya pola tertentu pada
grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindifikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.Tetapi jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar ke atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Selanjutnya, pengujian heteroskedastisitas juga dapat
dilakukan dengan melihat hasil uji glejser. Dimana, pengujian glejser dilakukan
dengan meregres nilai variabel independen terhadap nilai absolut residual.
Dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas jika nilai sig. pada masing-masing
variabel independen lebih besar dari nilai alpha yakni 0,05 (5%). Adapun
pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat
titik persebaran pada diagram scatterplot (Ghozali, 2008).

3.8 Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis tersebut maka uji hipotesis satu, dua, dan tiga mengenai
ada tidaknya pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen.

3.8.1 Analisi Regresis Linear Sederhana


Regresi sederhana adalah metode analisis yang digunakan untuk menguji
signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien regresinya.
Regresi sederhana adalah metode analisis yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara kondisi ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistik dengan menggunakan program SPSS. Analisis regresi sederhana adalah
hubungan secara linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y), atau dalam artian ada variabel yang mempengaruhi dan ada
variabel yang dipengaruhi. Bentuk persamaan regresi sederhana yang
digunakan (Iqbal Hasan, 2001) adalah sebagai berikut:

Y=α +bx

Keterengan:
Y = kondisi sosial ekonomi
X = prestasi belajar mahasiswa
α = konstanta
b = koefisien regresi

3.8.2 Uji Parsial (Uji t Statistik)


Uji ini sering disebut dengan ketetapan parameter penduga (estimate), uji t
digunakan untuk menguji apakah pertanyaan hipotesis benar (Bambang,
2004:1). Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel penjelas (independen) secara individu dalam menerangkan
variabel terikat. Dasar pengambilan keputusan untuk uji t statistik dalam regresi
linier dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan nilai t-hitung dan t-tabel
• Jika nilai t-hitung > t-tabel, maka variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat.
• Jika t-hitung < t-tabel, maka variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat.
2. Berdasarkan nilai signifikansi hasil output
• Jika nilai signifikansi < 0,05 maka variabel bebas
berpengaruh terhadap variabel terikat.
• Jikai nilai signifikansi > 0,05 maka variabel bebas tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat

3.8.3 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)


Uji koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi dari variabel dependen
atau variabel terikat. Koefisien determinasi (R2) juga menjelaskan besarnya
masing-masing pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, sehingga
dapat diketahui variabel bebas mana yang memiliki efek paling dominan
terhadap variabel terikat. Nilai koefisiendeterminasi (R2) memiliki interval
antara 0 sampai 1. Jika nilai (R2) semakin mendekati 1, menandakan hasil untuk
model regresi tersebut baik atau variabel independen secara keseluruhan dapat
menjelaskan variabel dependen. Sedangkan jika nilai (R2) semakin mendekati
0, maka berarti variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan
variabel dependen (Priyanto, 2011)

Anda mungkin juga menyukai