Anda di halaman 1dari 3

RESENSI

Identitas Buku
Judul buku : Perikardia
Pengarang : dr. Gia Pratama
Penerbit : Mizania
Tahun terbit : Cetakan I, November 2019
Jumlah Halaman : 325 Halaman
Harga : Rp. 89.000,00
ISBN : 978-602-418-194-9

Latar Belakang

Perikadia adalah lanjutan buku yang menitik beratkan


disaat dirinya menjalani kesehariannya menjadi seorang koas. Tentu saja untuk menjalani
hari-hari sebagais koas di salah satu rumah sakit pasti akan mengalami hal-hal yang tak
terduga dan memang penuh dengan kisah yang menarik untuk disimak. Kita sebagai orang
awam tentu tak akan pernah terfikirkan bagaimana kisah nyata dari seorang dokter atau
seorang yang kelak menjadi dokter yang sebelumnya menjalani proses stase ini.
Di buku ini, tidak melulu membahas mengenai dunia kesehatan dan kedokteran saja,
Tetapi terdapat kisah-kisah menarik lainya Di antaranya, perjalanan cinta seorang koas,
pengalaman unik dan aneh para pesien, hingga cerita horor di rumah sakit. Semua cerita
tersebut terangkum manis dalam buku Perikardia. Berbagai pengalamannya inilah yang
kemudian ia sampaikan menjadi pesan untuk para pembaca. dr. Gia mengungkapkan,
sebagian besar isi dari buku Perikardia ini adalah kejadian nyata yang ia alami saat koas di
sana. Bahkan, buku Perikardia karya miliknya merupakan sekuel dari buku Berhenti di kamu.
A. Identitas Pengarang

dr. Gia Pratama Putra lahir di Jakarta, 31 Agustus 1985 umur 35 tahun adalah
seorang dokter dan penulis buku. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi ini
menyebut profesi dokter yang dilakoninya sebagai pengabdi kemanusiaan. dr. Gia Pratama
juga aktif di media sosial untuk mengedukasi masyarakat tentang dunia kesehatan dengan
bahasa manusia dan enggan menggunakan bahasa dewa. Awalnya, dr. Gia Pratama tidak
terbersit keinginan menjadi seorang dokter dan lebih memilih cita-cita menjadi seorang
astronout. Tekadnya kemudian bulat untuk mengabdi menjadi seorang dokter setelah menjadi
koas dan melayani di rumah sakit daerah. Dia pernah praktik sebagai koas di RSUD Garut
dan pernah membantu 25 proses persalinan dalam 24 jam dan di RSUD Serang, dia harus
menghadapi ibu korban KDRT yang akhirnya selang beberapa hari kemudian meninggal
dunia. Sebagai dokter, Gia Pratama tercatat praktik sebagai Kepala Instalasi Gawat Darurat
(IGD) dan Manajer Humas Rumah Sakit Prikasih dan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Jakarta Selatan. Selain menekuni profesi dokter, dr. Gia Pratama juga menjadi penulis buku
novel.
Karya buku pertamanya berjudul #Berhentidikamu mengisahkan bagaimana
pertemuan dirinya dengan sang istri bernama Syafira, secara tidak sengaja karena bisul
paman calon istrinya tersebut yang akhirnya diobati oleh dokter Gia. Selang 5 bulan
kemudian, dokter Gia menikahi Syafira. Kisahnya tersebut diceritakan di tweet Twitter yang
kemudian viral hingga diretweet sebanyak 17 ribu kali. Novel yang diterbitkan pada 3
Desember 2018 ini terpaksa dicetak ulang selang 63 jam setelah dirilis, kemudian diangkat ke
layar lebar dengan judul yang sama, film Berhenti di Kamu (2020). Buku keduanya kembali
terbit, pada Desember 2019, dengan judul Perikardia, yang berarti jaringan berupa kantung
yang membungkus jantung.

B. Sinopsis
Buku ini menceritakan tentang seluk beluk tenaga medis yaitu dr. Gia Pratama. Dulu
Gia tidak pernah menyuntik, membius, menjahit luka, apalagi menyembuhkan orang.
Gia tidak pernah membayangkan itu semua. Cita-citanya waktu kecil menjadi seorang
astronout. Diinspirasi Papanya yang seorang penerbang. Dia ingin melihat hamparan Bumi
yang indah dari kejauhan. Impian yang terus memenuhi kepalanya lebih dari dua dekade.
Semua berubah saat Gia masuk Fakultas Kedokteran. Menjadi Dokter? pikirnya
berulang-ulang. Saat koas, Gia ditempatkan di kota yang tidak dia kenal seumur hidupnya,
Garut. Kesempatan itu membuat pikirannya semakin terbuka.
Kehidupan yang nyaman, serba cukup, praktis, dan nyaris tidak terbayang susahnya
hidup, saat koas semuanya berubah. Gia yang awalnya terpaksa melakukan pengabdian
masyarakat, mendapat pelajaran berharga dan menakjubkan.
Bersama teman-temannya, mereka bahu-membahu membantu siapa pun yang
membutuhkan pertolongan. Saling mendukung, menggali kenyataan tentang tubuh manusia
yang indah tiada dua, dan mengingat tentang tanggung jawab untuk menjaganya. Semua yang
dialaminya akan mempersiapkan dirinya untuk ujian sesungguhnya, "Ujian Tingkat Dewa".
Kasus pasien di mulai dengan judul “Goblet of undian”. Brakk!!! Terlihat seorang
pria berkacamata dibopong tiga orang laki-laki masuk IGD. dr.gia berdiri menyambutnya
untuk mengarahkan ke bed triage. “ Masnya kenapa ?” Tanya dr. gia ke salah seorang Yang
membopong sambil pegang nadi di leher pasien itu. “ kami lagi kumpul keluarga, Dok. Dia
lagi main game di ponselnya, tiba-tiba dia merasa kesakitan di bagian dada. Sampai sulit
bicara. Tangan kirinya juga sakit, sampai susah digerakkan. Kami bawa ke sini, terus tadi di
mobil pas udah mau sampai sini dia enggak sadar.” Tidak ada nadi yang teraba. dr. Gia
langsung berteriak sekencang-kencangnya, “kode biru!”. dr. Gia menarik brankar triage
sendirian untuk memindahkannya ke Ruang Resuitasi. Empat perawat yang sedang
memegang pasien lain pun langsung berlarian menuju Ruang Resus untuk menyambut saya.
Perawat Agus dan Dwi langsung memasang stetcher di bawah tubuh pasien, lalu memegang
ujung-ujungnya.
dr. Gia menaikkan kedua lutut ke atas tempat tidur, mengunci kedua tangan, lalu
mulai menekan tulang dadanya dengan kekuatan yang cukup dan kecepatan tingggi yang
berirama sambil memberikan komando. Setelah menghentikan kompresi seketika dan
menatap monitor. Tidak ada suara sama sekali dan tampak gelombang seperti puluhan huruf
W berjajar berlarian dengan cepatnya. dr. Gia turun dari tempat tidur, menyalakan mesin,
menyetel listrik 200 joule, ambil pedal, minta jelly ke pedal, dan menggosokkan kedua pedal
tersebut sambil memberi intruksi kepada perawat.
Setelah itu dr. Gia mengambil laringoskop dengan tangan kiri, memasukannya di
antara gigi atas dan bawah, menyingkirkan lidah-lidahnya saat pita suaranya terlihat, dengan
secepatnya. Tangan kanan memasukkan endotracheal tube ke bronkusnya, saat berhasil
masuk dr. Gia melepas laringoskopnya dan memasang pompa ventilasi pasien. Perawat Agus
terus menghitung kompresinya sampai lima siklus.”Stop kompresi, Gus!” Agus berhenti
dengan keringat bercucuran. Setelah penanganan yang cukup menegankan dr. Gia kembali
menatap monitor lalu membaca irama. Di monitor sekarang tampak gelombang yang sangat
dr. Gia damba-dambakan. “ Irama sinus!” dr. Gia mengecek nadi “Teraba!” dan tiba-tiba
mengeluarkan bunyi “nittt…nitt…nitt..”. Alhamdulillah semua menghela napas kencang
sambil memegang kedua lututnya.
Ini adalah pasien jantung koroner termuda yang pernah ditangani dr. Gia. Dan pada
pasien inilah dr. Gia ingin menyembuhkannya. Ada perasaan lega saat pulang dari rumah
sakit dan senang karena sekarang ada yang menunggunya di rumah. Sang istri, Syafira.
C. Kelebihan
Buku memberikan pengalaman yang berbeda. Lebih tepatnya pengetahuan dunia
medis yang di kemas secara ringan. Meskipun sering bolak-balik melihat catatan kaki,
tapi masih wajar buat orang awam . Buku ini juga membagikan wejangan-wejangan dari
para dokter yang tentunya berisi tentang penyakit tertentu, bagaimana memperlakukan
pasien yang tidak bernyawa, dan buku ini akan menyadarkan kita tentang semenakjubkan
itu tubuh manusia

D. Kelemahan
Jika ini bukan buku, melainkan novel ini menggunakan alur maju munudur. Dan
Beberapa bagian seperti hilang, contoh penyebutan beberapa tokoh yang tidak dikenal atau
beberapa istilah yang masih menggantung.

Anda mungkin juga menyukai