Anda di halaman 1dari 7

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM MEI 2021

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

ABSES HEPAR

Oleh:
Dana Augustina
K1A1 16 084

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
ABSES HEPAR

A. DEFINISI
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh suatu
mikroorganisme yang bersumber dari system gastrointestinal yang ditandai dengan
adanya pembentukan pus hati sebagai proses invasi dan multiplikasi yang masuk secara
langsung dari cedera pembuluh darah atau sistem ductus biliaris.

B. ETIOLOGI
Abses hati terbagi 2, yaitu abses hati amuba (AHA) dan abses hati piogenik
(AHP). AHA merupakan salah satu komplikasi amebiasis ekstraintestinal yang paling
sering dijumpai di daerah tropic/subtropik, termasuk Indonesia. Abses hati amuba
disebabkan oleh protozoa Entamoeba hystolitica. Sedangkan Abses hati pyogenic terjadi
karena adanya infeksi oleh bakteri aerob maupun anaerob yang mengarah ke descending
infection. Abses hati karena bakteri pyogenic, yaitu Klebsiella pneumonia

C. EPIDEMIOLOGI
Dua pertiga kejadian abses hati merupakan penyakit yang berdiri sendiri. Pada
60% kasus abses hati terlokalisir di lobus kanan hati. Pada beberapa kasus sepsis
ditemukan bentuk lesi hepatik supuratif kecil dan multiple yang mengindikasikan adanya
keterlibatan hati pada sedikitnya 1% kasus.Pada abses hati yang disebabkan oleh bakteri
pyogenic, lebih banyak terjadi di Amerika dengan angka kejadian 2.3 dari 100.000
populasi yang akan meningkat seiring naiknya faktor usia. Abses hati pyogenic juga
sering terjadi pada Asia barat. Pada Asia barat 84% pasien terdiagnosis sebagai abses hati
karena bakteri pyogenic, Untuk insidens terjadinya abses hati ameba antara 3-9% dari
seluruh kasus amebiasis. Berdasarkan penelitian di Vietnam, terjadinya abses hati ameba
ini berjumlah 21 kasus/ 100000 penduduk per tahun. Abses hati ameba dapat ditemukan
pada semua golongan umur, tetapi 10 kali lipat lebih sering pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak, serta lebih sering terjadi pada lakilaki daripada perempuan.
D. PATOGENESIS
Abses hati biasanya timbul pada keadaan defisiensi imun misalnya usia lanjut,
imunosupresi, atau kemoterapi kanker disertai kegagalan sumsum tulang. Faktor
penurunan imunitas cell mediated merupakan salah satu mekanisme investasi
mikroorganisme untuk terjadinya suatu abses Hati, walaupun belum dapat diketahui
pathogenesisnya secara pasti.
Abses hati pyogenic terjadi karena adanya infeksi oleh bakteri aerob maupun
anaerob yang mengarah ke descending infection. Bakteri tersebut masuk melalui sirkulasi
sistemik, seperti sistem portal, yang akhirnya menyebabkan rusaknya sel pada jaringan
hati. Selain sirkulasi sistemik, abses hati pyogenic juga dapat disebabkan oleh obstruksi
dari saluran empedu. Kerusakan yang disebabkan oleh bakteri kebanyakan multiple pada
lobus kanan abses hati.
Abses hati amoebic adalah manifestasi ekstraintestinal terbanyak pada infeksi dari
protozoa Entamoeba histolytica. Parasit ini masuk melalui jalur ascending dari GI Tract
atau melalui vena portal. Setelah masuk parasit ini mengeluarkan enzim proteolitik yang
akhirnya dapat meningkatkan kadar leukosit dengan sangat tinggi. Karena memasuki
lewat vena portal maka lobus yang terkena lebih banyak pada lobus kanan dengan
karakteristik single denganukuran lebih besar.
Entamoeba histolytica memiliki kemampuan untuk menghancurkan hampir
semua jaringan tubuh manusia mukosa intestinal, hati, otak, dan kulit). Parasit ini dapat
menyebar dari intestinal ke hati melalui sirkulasi portal.Sawar intestinal rusak akibat
lisisnya sel epitel mukosa usus dan sel inflamatorik yang mengakibatkan trofozoit dapat
masuk melalui vena-vena kolon seperti vena mesenterika yang merupakan cabang dari
vena porta hepatika. Kerusakan hati yang terjadi tidak disebabkan secara langsung oleh
ameba, tetapi oleh enzim lisosom yang dihasilkan oleh lisisnya sel leukosit
polimorfonuklear dan monosit yang berada di sekitar ameba.Kerusakan hepatosit ini
menyebabkan peningkatan dari uji fungsi hati serum (AST, ALT, alkali fosfatase, dan
gamma- GT). Pada pasien dengan abses hati ameba akut biasanya terjadi peningkatan
kadar transaminase serum tetapi kadar alkali fosfatase normal; sedangkan pada kasus
kronik terjadi hal sebaliknya yaitu peningkatan kadar alkali fosfatase tetapi kadar
transaminase serum yang relatif normal. Bila terjadi kerusakan hepatosit yang agresif
akan ditandai dengan peningkatan AST.

E. GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang ditemukan antara lain:
 Demam tinggi
 Nyeri perut kanan atas
 Mual
 Muntah
 Anoreksia
 Lemas
 Penurunan berat badan.

F. DIAGNOSIS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien memegang peranan penting untuk
mengarahkan suatu diagnosis. Terdapat keluhan nyeri perut regio kuadran kanan atas,
demam, malaise, anoreksia, batuk, dan sesak napas disertai nyeri dada. Hampir semua
keluhan pada abses Hati pyogenic terdapat pada abses Hati amoebik, kecuali keluhan
nyeri dada dan batuk.
Pemeriksaan fisik pada pasien abses Hati baik pyogenik maupun amoebik
didapatkan pembesaran hati. Tanda ikterik kadang juga didapatkan. Ikterik pada abses
Hati pyogenik terjadi jika terdapat kolangitis supuratif, sedangkan pada abses Hati
amoebik jarang terjadi.
Pada pemeriksaan SGOT dan SGPT terdapat penigkatan hal ini memang terjadi
pada hepatitis bahkan dapat terjadi peningkatan SGPT dan SGOT 10-20 kali dari normal,
dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT. SGPT dan SGOT normal adalah < 42 U/L dan 41
U/L.
G. TATALAKSANA
Pilihan medikamentosa pada kedua jenis hati paling banyak adalah menggunakan
metronidazole kombinasi dengan cephalosporin generasi ketiga. Pilihan cephalosporin
generasi ketiga dari medikamentosa yang paling banyak digunakan adalah ceftriaxone. Di
Amerika untuk abses hati amoebic pilihan utama tetap metronidazole, akan tetapi bisa
dikombinasikan dengan luminal agents untuk menghindari terjadinya kolonisasi pada
intestinal.Abses hati pyogenic diterapi menggunakan cephalosporin generasi ke-3
dikombinasikan dengan metronidazole.Kedua obat tersebut adalah medika mentosa yang
paling sering dikombinasi untuk jadi terapi pasien abses hati. Hal ini dikarenakan secara
klinis sulit untuk membedakan antara abses hati amoebic dan pyogenic saat pasien
pertama kali masuk rumah sakit, dan masih jarang dilakukan pemeriksaan kultur pada
pus, darah, atau jaringan yang memberikan hasil jenis bakteri dan jenis antibiotik yang
sensitif untuk bakteri tersebut.
Seluruh pasien dilakukan pemberian medikamentosa akan tetapi yang berbeda
adalah pemberian drainase atau dilakukannya operasi. Pada abses hati amoebic paling
banyak ditemukan terapi menggunakan drainase percutaneous sekitar 65,6%, sedangkan
pada abses hati pyogenic terapi menggunakan drainase percutaneous mempunyai jumlah
yang sama yaitu sekitar 34,5%. Lebih banyak digunakan drainage karena aspirasi bisa
dilakukan dengan lebih mudah. Aspirasi dilakukan dengan cara mengeluarkan cairan
yang berada pada jaringan lalu pada saat yang sama dapat mengumpulkan cairan tersebut.
Operasi dilakukan jika metode lain sudah tidak ada yang efektif dan biasanya terjadi
komplikasi. Dikatakan pada suatu penelitian di India, 100% pasien abses hati amoebic
menggunakan percutaneous drainage dengan angka kesuksesan mencapai 67%.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi pada pasien abses hati lebih banyak terjadi pada abses hati pyogenic dari
pada amoebic. Sekitar 69% pasien abses hati pyogenic mengalami komplikasi.
Komplikasi dapat berupa empyema, efusi pleura, perforasi, sepsis, dan lain-lain.
Diketahui bahwa pada kedua jenis abses hati didapatkan komplikasi terbanyak adalah
efusi pleura dan sepsis. Di Amerika, rupture abses lebih banyak mengenai ruang dada
daripada peritoneum, sehingga sering menyebabkan terjadinya empyema. Dan jika
mengenai pericardium maka akan menjadi penyebab mortalitas.Di China, pasien
mengalami komplikasi sepsis sekitar 1,1% dan acute respiratory failure sekitar 3,3%.

I. PROGNOSIS
Abses hati piogenik yang tidak diobati tetap berakibat fatal. Dengan pemberian
antibiotik dan prosedur drainase yang tepat waktu, kematian saat ini terjadi pada 5-30%
kasus. Penyebab kematian yang paling umum termasuk sepsis, kegagalan multiorgan, dan
gagal hati. Indikator prognosis yang buruk pada abses amuba termasuk kadar bilirubin
lebih dari 3,5 mg / dL, ensefalopati, hipoalbuminemia (yaitu, kadar albumin serum <2 g /
dL), dan abses multipel; semuanya adalah faktor independen yang memprediksi hasil
yang buruk.
Hasil dari penelitian, yang mencakup 118 pasien berusia 65 tahun atau lebih dan
221 pasien di bawah usia 65 tahun, menunjukkan bahwa usia dan skor APACHE II 15
atau lebih besar saat masuk rumah sakit merupakan faktor risiko kematian. Bukti pada
akhirnya menunjukkan bahwa hasil untuk pasien yang lebih tua dengan abses hati
piogenik setara dengan pasien yang lebih muda. Para peneliti juga menemukan bahwa
pada kelompok pasien yang lebih muda, terdapat frekuensi yang lebih tinggi dari laki-laki
yang menderita alkoholisme, abses kriptogenik, dan infeksi K pneumoniae .

J. DIAGNOSIS BANDING
 Hepatitis
 Cholecystitis
 Cholangitis
 Pneumonia lobus kanan bawah
 Appendicitis
 Massa hati nekrotik
DAFTAR PUSTAKA

1. Paramitha, A.D.,Kholili, U., Setyoboed, B. 2020. Perbedaan Profil Abses Hati


Pyogenic dengan Amoebic pada Pasien Abses Hati Rawat Inap di RSUD Dr
Soetomo Tahun 2016-2019. Jurnal Kesehatan Andalas ; 9(3).

2. Parawira, H.B., Rahma., Nasir, M. 2019. Abses Hati Pada Infeksi Hepatitis B.
Jurnal Medical Profession: 1(2).

3. Novia, J., Cahyadi, A. 2018. Gangguan Fungsi Hati Pada Pasien Abses Hati
Amebadengan Lama Perawatan Di Rumah Sakit Atmajaya. Indon Med Assoc;
68(2).

4. Kamelia, T. 2016. Abses Hepar dan Empiema dengan Fistula Hepatopleura


Indonesian Journal of CHEST Critical and Emergency Medicine; 3(3).

Anda mungkin juga menyukai