Anda di halaman 1dari 11

Pondasi Dalam adalah jenis pondasi dalam Teknik Pondasi yang dibedakan dengan pondasi dangkal

dari segi kedalaman masuknya ke dalam tanah. Ada sejumlah alasan mengapa para ahli geoteknik
menyarankan pondasi dalam alih-alih pondasi dangkal, tapi beberapa sebab umum digunakannya
pondasi dalam ialah karena besarnya beban rancang, tanah yang jelek pada kedalaman yang
dangkal, atau beberapa alasan terkait dengan situasi (lokasi didirikannya bangunan), semisal batasan
kepemilikan.

Berbagai jenis pondasi dalam anatara lain:

A. Pondasi Tiang pancang(pile)

Pondasi ini dipakai jika tanah yang mampu memikul beban terletak jauh dibawah muka
tanah. Pondasi tinga pancang disebut juga pondasi dalam. Dikatakan pondasi dalam jika
Disebut Pondasi dangkal jika Df ≥ B

Bahan yang dipakai untuk pondasi tiang pancang adalah :

a. Kayu
Didaerah yang mempunyai sumber alam berupa hutan maka banyak pondasi
memakai kayu.
Keuntungan memakai pondasi kayu adalah :
 Ringan
 Harga murah
 Cocok untuk beban yang ringan
Kerugian:
 Ukuran terbatas, (Panjang dan luas penampang)
 Mudah lapuk kalau tidak terendam air
 Kekuatan lemah
 Sulit didapat
b. Baja
Tiang pancang dari baja banyak dipakai untuk pondasi.
Keuntungannya
 Kuat menahan beban
 Ukuran tidak terbatas (Panjang, luas penampang)
 Bentuk tiang bermacam-macam.
Kekurangan :
 Harga mahal
 Berat

Penyambungan tiang pancang beton pracetak persegi dengan epoksi

1. Struktur

a) Konstruksi sambungan tiang harus diperkuat dengan tulangan penyambung dan selubung
baja.
b) Tulangan penyambung:
1. pemasangan tulangan penyambung dan pembuatan lubang untuk tulangan
penyambung harus dibuat bersama dengan pembuatan tiang, seperti tampak pada
Gambar 1;
2. bahan pembantu untuk membuat lubang harus dibersihkan sebelum penyambungan
agar pengikatan epoksi dengan beton menjadi sempurna;
3. tulangan penyambung terbuat dari baja tulangan ulir yang mempunyai tegangan
leleh sama dengan tegangan leleh tulangan utama
4. panjang tulangan penyambung adalah sebagai berikut:
a. sepanjang l1 = 25 d;
b. sepanjang l2 = 25 d.
dengan pengertian:
l1 adalah panjang tulangan yang masuk ke ujung tiang atas (mm);
l2 adalah panjang tulangan yang masuk ke ujung tiang bawah (mm);
d adalah diameter tulangan (mm).

5. tulangan penyambung diletakkan pada jarak 0,25 B dari sisi-sisi tiang; dengan
pengertian: B adalah ukuran penampang tiang (mm)
6. diameter tulangan penyambung tergantung dari ukuran penampang tiang, yaitu :
ukuran tiang 300 mm x 300 mm, diameter tulangan = 25 mm;
ukuran tiang 350 mm x 350 mm, diameter tulangan = 28 mm;
ukuran tiang 400 mm x 400 mm, diameter tulangan = 32 mm.
7. ukuran tulangan penyambung untuk penampang tiang persegi tercantum pada Tabel 3;
8. kapasitas momen sambungan sekurang-kurangnya sama dengan kapasitas tiang.
2. Selubung baja

a) Selubung baja dibuat dari pelat baja setebal 5 mm, mempunyai bentuk penampang persegi
yang sudut-sudutnya dilas listrik seperti tampak pada Gambar 2. Selubung baja dipasang
dengan skema seperti tampak pada Gambar 3;
b) Rongga bagian dalam selubung mempunyai lebar sebesar 12 mm lebih kecil dari lebar tiang,
B;
c) Dimensi selubung baja untuk tiang penampang persegi tercantum pada Tabel 4;
d) Baja yang digunakan untuk selubung harus mempunyai tegangan leleh minimum 210 MPa
(BJ 34);
e) Untuk tipe tiang pancang tahanan ujung, selubung tidak perlu ditanam dalam celah
3. Ujung-ujung tiang yang disambung

a) Kedua ujung tiang yang akan disambung harus sudah disiapkan pada waktu pelaksanaan
pembuatan tiang:
Masing-masing 4 buah lubang untuk menempatkan tulangan penyambung dengan ukuran
seperti tercantum pada Tabel 5 dan Gambar 4.
b) Lubang tempat tulangan harus dibuat lurus, sehingga setelah dipasang tulangan
penyambung dalam posisi aksial.
4. Pelaksanaan

Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyambungan tiang dimulai, lakukan hal-hal sebagai berikut:

a) Periksa kondisi tiang yang akan disambung dan tiang penyambung, meliputi :
a. mutu tiang harus memenuhi persyaratan menurut SNI 03-4434-1997;
b. tiang dalam keadaan lurus, tidak boleh melengkung;
c. posisi dan dimensi lubang untuk penulangan penyambung harus tepat seperti yang
telah ditentukan.

b) Periksa kondisi selubung baja yang meliputi:


a. dimensi harus tepat sesuai ketentuan;
b. las penyambung pada sudut-sudutnya harus baik dan memenuhi ketentuan;
c. selubung baja harus lurus dan rongga bagian dalam mempunyai celah antara
selubung baja dan tiang beton sebesar 1 (satu) mm di sekeliling tiang.
c) Periksa bahan epoksi yang akan digunakan, apakah telah memenuhi spesifikasi sesuai
ketentuan yang berlaku, dan hal ini harus dibuktikan dari hasil pengujian;

d) Periksa tulangan penyambung. Tulangan penyambung harus mempunyai dimensi dan


mutu sesuai yang telah ditentukan.

Masukkan tiang pancang yang akan disambung ke dalam tanah pada lokasi yang telah
ditetapkan, dengan cara dipancang atau ditekan sesuai ketentuan yang berlaku.

a) Sisakan bagian atas tiang menonjol di atas permukaan tanah sepanjang sambungan
ditambah 200 mm;
b) Kasarkan dan keringkan permukaan beton yang akan disambung dan bersihkan lubang
tempat tulangan penyambung untuk menjamin epoksi dapat menyambung dengan kuat;
a. Lakukan penyambungan dengan urutan kerja sebagai berikut : olesi secara merata
seluruh permukaan beton kepala tiang, bagian dalam selubung baja dan tulangan
penyambung dengan epoksi dengan ketebalan 1,0 mm sampai dengan 1,5 mm;
b. pasang selubung baja di kepala tiang. Celah antara bagian dalam selubung baja dan
permukaan tiang harus sepenuhnya terisi epoksi;
c) olesi secara merata di seluruh permukaan beton pada ujung tiang penyambung serta
lubang-lubang tempat tulangan sambungan dengan epoksi setebal 1,0 mm sampai
dengan 1,5 mm;
d) (angkat tiang penyambung sesuai prosedur yang berlaku, kemudian ujung bawah tiang
dimasukkan ke dalam selubung baja dengan memperhatikan:
a. posisi tiang harus sentris terhadap tiang yang disambung;
b. masukkan tulangan penyambung ke dalam lubang-lubang;
c. epoksi harus dapat menutup celah antara bagian dalam selubung dan permukaan
beton;
d. tambahkan epoksi jika masih terdapat rongga, dan dimasukkan ke dalam selubung
melalui celah pada keempat sisinya;
e. tutup bagian bawah seluruh baja dengan penjepit baja yang dapat dibuka kembali
setelah epoksi mengeras, agar epoksi tidak meleleh ke luar.

Lanjutkan pemancangan atau penekanan tiang, setelah epoksi mengeras dengan kuat tekan
minimal sama dengan kuat tekan beton yang akan disambung dan didasarkan pada hasil
pengujian laboratorium.

Penyambungan tiang pancang beton pracetak bundar dan persegi dengan las

1. Struktur

a) Konstruksi sambungan tiang terdiri dari bagian kepala (atas) dan bagian bawah, seperti
tampak pada Gambar 5.
b) Pada bagian kepala dan bagian bawah tiang pancang diberi selubung baja yang dibuat secara
terfabrikasi.
c) Ukuran selubung baja didasarkan pada dimensi tiang pancang seperti pada Tabel 6 untuk
penampang bundar dan seperti pada Tabel 7 untuk penampang persegi.
d) Selubung baja harus tahan terhadap pukulan selama proses pemancangan.
e) Selubung tiang bawah dan atas harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat alur untuk
pengelasan.
f) Alur pengelasan harus cukup lebar sehingga lebar dan tebal las mampu menghasilkan
kapasitas sambungan yang sekurang-kurangnya sama dengan kapasitas tiang.
g) Dimensi selubung baja tiang pancang bawah dan atas harus sama.
2. Pelaksanaan

a) Persiapan penyambungan;
a. Selubung bagian atas dan bawah harus dibersihkan sebelum penyambungan dilakukan;
b. Tiang pancang atas harus terletak dalam satu garis lurus dan sentris dengan tiang pancang
yang disambungnya;
c. Setelah selubung baja terpasang dengan baik kemudian tiang bagian kepala dan bagian
bawah disatukan menggunakan las;
d. Sistem pengelasan dilakukan sesuai dengan ASTM A 514.

b) Pelaksanaan di lapangan;
a. Permukaan baja yang akan dilas harus dibersihkan dari korosi dan lapisan cat dengan sikat
kawat baja dan sikat bulu;
b. Untuk lapisan pertama digunakan kawat las berselaput hidrogen rendah (low hidrogen)
dengan Ø 3,25 mm, sedangkan untuk lapisan kedua dan selanjutnya digunakan kawat las
berselaput hidrogen rendah Ø 4 mm;
c. Pada setiap tahapan lapisan las, permukaan las harus dibersihkan dari terak dengan cara
digerinda, dibersihkan dengan sikat kawat baja, dan dibersihkan dengan sikat bulu;
d. Pengelasan dengan posisi horizontal merupakan posisi yang sulit sehingga kawat las harus
digerakan agak ke atas untuk menahan lelehnya cairan las ke bawah.

c) Pemeriksaan visual.
Jenis pemeriksaan secara visual digunakan untuk mendeteksi cacat yang cukup besar di
permukaan. Untuk cacat yang relatif kecil pemeriksaan visual dapat dilakukan dengan
menggunakan alat bantu, misalnya kaca pembesar dan kadang-kadang memerlukan alat bantu
lain, misalnya lampu untuk menyinari bagian-bagian yang akan diperiksa.
Pemeriksaan visual meliputi:
 Las harus bebas dari cacat retak;
 Permukaan las harus cukup halus;
 Sambungan las harus terbebas dari kerak.

PONDASI SUMURAN (CAISSON)

Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada
pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm,
300 cm, 350 cm, dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penurunan dinding
sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang terdiri unit-unit beton pracetak. Penurunan
dilakukan dengan menggali sedikit demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton pada sumuran
memberikan gaya vertical untuk mengatasi gesekan (friction) antara tanah dengan beton, dan
dengan demikian sumuran dapat turun.
Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan oleh
sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan kemiringan yang
terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran itu berada di luar daerah
kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan pekerjaan untuk memperbesar kapala
jembatan atau pilar, dan akan meneruskan beban vertical dari bangunan atas kepada bangunan
bawah secara eksentris.
Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus ditentukan
dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik referensi tersebut tidak
terganggu pada saat pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru akan
mempunyai alinyemen yang benar sepanjang sumbu vertical. Hal ini penting terutama pada
waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak (keluar dari) vertical. Secara ideal
kemiringan ini harus diperbaiki sebelum penambahan segmen berikutnya. Setelah pekerjaan
pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan untuk memberikan jalan awal melalui
mana sumuran akan diturunkan. Sisi galian ini harus sedapat mungkin vertical.

Gambar 25 - Jenis Pondasi Sumuran

Gambar 26 - Bentuk Detail Pondasi Sumuran


a) Pembuatan Pondasi Sumuran
1. Unit Beton Pracetak
Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana mestinya.
Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat dari logam. Cetakan harus
kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Unit beton pracetak
yang telah selesai dikerjakan harus bebas dari segregasi, keropos, atau cacat lainnya dan harus
memenuhi dimensi yang disyaratkan.
Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah pengecoran, atau sampai
pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70 persen dari kuat tekan
beton rancangan dalam 28 hari. Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai
beton tersebut mengeras paling sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian
menunjukkan kuat tekan mencapai 85 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.

2. Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak


Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah. Bilamana
beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak berikut-nya harus
dipasang di atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan adukan semen untuk
memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan. Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam
setelah penyambungan selesai dikerjakan.
3. Dinding Sumuran Cor Di Tempat
Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan elevasi yang
tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Beton harus
dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penurunan tidak boleh dimulai
paling sedikit 7 hari setelah pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan
beton mencapai 70 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.
b) Penggalian dan Penurunan
Bilamana penggalian dan penurunan pondasi sumuran dilaksanakan, perhatian khusus harus
diberikan untuk hal-hal berikut ini :
1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-undang
keselamatan kerja, dan sebagainya.
2. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan dengan
tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan, pergeseran
dan gonjangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama penggalian.
3. Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan
menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser
(frictional resistance), dan sebagainya.
4. Cara mengurangi ketahanan geser :
Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-ding
sumuran, maka disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran antara
dinding luar sumuran dengan tanah di sekelilingnya.
5. Sumbat Dasar Sumuran
Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-
hal berikut ini :
i) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara
tremies atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka
air dalam sumuran.
ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran
beton untuk sumbat dasar sumuran.
6. Pengisian Sumuran. Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu
meter di bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton
K250, atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.
7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work) Dinding penahan rembesan
(cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gaya-gaya dari luar seperti
tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik
setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.
8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka Bagian atas dinding sumuran yang telah
terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi telapak harus dibongkar.
Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan alat pemecah bertekanan
(pneumatic breakers). Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mempunyai
panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
TURAP

a) Umum
Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus berlaku
juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
b). Turap Kayu
Tiang pancang kayu sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar baik yang dipotong
dari bahan yang utuh (solid) maupun dibuat dari tiga papan yang diikat jadi satu dengan kokoh.
Ujung bagian bawah tiang pancang harus diruncingkan agar dapat mendesak ke dalam sedemikian
hingga tiang-tiang yang berdekatan mempunyai ikatan yang rapat. Puncak tiang pancang harus
dipotong pada suatu garis lurus pada elevasi yang telah ditunjukkan dan harus diperkaku dengan
balok yang ditumpang-tindihkan dan disambung pada semua sambungan dan sudut-sudut. Balok-
balok pengaku sebaik-nya dipasang untuh antara sudut-sudut dan harus dibaut di dekat puncak
tiang pancang.

Anda mungkin juga menyukai