Sumber data Laporan Manajemen Risiko Semester 1 ini terdiri dari data : risiko
dari laporan melalui media social manajemen, laporan insiden, MESO (medication
error), laporan reaksi transfusi, data diskrepansi diagnosis pra dan pasca operasi
yang ditarik dari sistem informasi rumah sakit, data komplain customer dari
dokumentasi Bagian Humas, dan data bad performance data indikator mutu.
99%
97% 95.9%
95.4% 95.6%
95.1%
95%
94.2%
93.6%
93%
91%
89%
87%
85%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.1 Kelengkapan pengisian form asesmen awal medis pasien rawat inap dalam 24 jam
Grafik 3.1.1.2 Kelengkapan pengisian form asesmen awal medis pasien rawat inap dalam 24 jam
berdasarkan ruangan
101%
100.0%
100% 99.9% 99.9% 99.9% 99.9%
99.8%
100%
99%
99%
98%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.3 Kelengkapan pengisian form asesmen awal keperawatan pasien rawat inap
dalam 24 jam
Grafik 3.1.1.4 Kelengkapan pengisian form asesmen awal keperawatan pasien rawat inap dalam
24 jam berdasarkan ruangan
95%
90%
85%
80%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.5 Persentase kepatuhan perawat dalam melakukan pengkajian awal nyeri
Grafik 3.1.1.6 Persentase kepatuhan perawat dalam melakukan pengkajian awal nyeri
berdasarkan ruangan
Sesuai hasil capaian ini maka diharapkan adanya peran Kepala Pelayanan
dalam upaya peningkatan kepatuhan dalam melakukan pengkajian awal nyeri pasien
rawat inap mengingat pengkajian awal nyeri merupakan patokan/dasarbagipetugas
dalam melakukan pengkajian ulang rasa sakit/nyeri kepada pasiensehingga dapat
ditentukan tindakan lanjut pada pasien tersebut.
100%
95% 93.6%
91.7% 91.3%
90.1%
89.0%
90%
88.2%
85%
80%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.7 Persentase kepatuhan perawat dalam melakukan pengkajian ulang nyeri sebagai
respon pengobatan nyeri
Grafik 3.1.1.8 Persentase kepatuhan perawat dalam melakukan pengkajian ulang nyeri
sebagai respon pengobatan nyeri berdasarkan ruangan
105%
100%
95% 94.1%
80%
75%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.9 Persentase kepatuhan perawat dalam melakukan pengkajian ulang nyeri
Sesuai hasil capaian ini maka direkomendasikan dilakukan upaya percepatan
peningkatan kepatuhan dalam melakukan pengkajian ulang nyeri sebagai respon
pengobatan nyeri dengan cara :
1. Memberikan umpan balik data kepada para Kepala Pelayanan dalam kegiatan
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Kepala Pelayanan secara berkala.
2. Menjadikan kepatuhan melakukan pengkajian ulang nyeri pasien rawat inap
sebagai respon pengobatan nyeri sebagai salah satu IKI Perawat.
Pengkajian ulang nyeri berdasarkan skor nyeri pasien diukur di seluruh ruang
perawatan (gawat darurat, rawat intensif dan rawat inap). Pada grafik distribusi
berdasarkan ruangan dibawah, terlihat capaian beberapa ruangan yang sangat
rendah yakni PCC Lantai 3 (0%), PICU (41,7%), dan Lontara 1 Atas Depan
(48,9%). Terdapat beberapa kemungkinan penyebab, salah satunya yakni adanya
perbedaan persepsi untuk manajemen nyeri pada nyeri skala rendah yang
seharusnya dilakukan setiap 8 (delapan) jam, namun pada beberapa ruang
perawatan melaksanakan setiap pergantian shift petugas. Adapun gambaran hasil
capaian seluruh ruang perawatan adalah sebagai berikut :
Grafik 3.1.1.10 Persentase kepatuhan perawat dalam melakukan pengkajian ulang nyeri
berdasarkan ruangan
Kelengkapan laporan operasi adalah laporan operasi yang ditulis secara lengkap
dan ditandatangani oleh operator (DPJP) guna mendukung kontinuitas pelayanan
pasca bedah. Sesuai hasil capaian kelengkapan laporan operasi pada semester 1
tahun 2019 diketahui rerata adalah 93,3% belum mencapai standar 100%.
100%
95.0% 94.3% 94.6%
95% 93.4%
91.7%
90.5%
90%
85%
80%
75%
70%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
100.0% 100.0%
96.7%
83.3%
BEDAH JANTUNG
2% BEDAH ANAK
BEDAH SARAF 10%
26% OBGYN
1%
BEDAH DIGESTIF
34%
BEDAH UROLOGI
3%
BEDAH TUMOR
5%
THT-KL
1%
BEDAH THORAKS & VASKULER
5%
BEDAH PLASTIK
6% BEDAH ORTHOPEDI
6%
2
1.47 1.30
1.06
1
0.00 0.00 0.00
0
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
95%
90%
85%
80%
75%
70%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.17 Kepatuhan pelaksanaan prosedur identifikasi pada pemberian darah atau produk
darah berdasarkan ruangan
105%
95%
90%
85%
80%
75%
70%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.18 Kepatuhan pelaksanaan prosedur identifikasi pada saat pemberian obat
Grafik 3.1.1.19 Kepatuhan pelaksanaan prosedur identifikasi pada saat pemberian obat
berdasarkan ruangan
100%
70%
60%
50%
40%
30%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.20 Kepatuhan dokter dalam melaksanakan prosedur TBaK SBAR dalam
pelaporan hasil kritis
95%
90%
85%
80%
75%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
12) Kepatuhan petugas dalam melengkapi lembar transfer pasien antar ruang
perawatan
101%
98.6%
99% 98.5% 98.6%
96.8%
97% 96.1%
94.9%
95%
93%
91%
89%
87%
85%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.23 Kepatuhan petugas dalam melengkapi lembar transfer pasien antar ruang
100%
Hemodialisis 95%
100%
PJT Gawat Darurat 100%
96%
IGD Non Bedah 92%
99%
Brain Centre 100%
100%
PCC Lantai 3 100%
75%
Perawatan PJT Lantai 5 95%
100%
NICU 100%
100%
PICU 99%
99%
Infection Lantai 2 95%
100%
Palem Atas 100%
93%
Lontara 4 Anak Atas Belakang 100%
100%
Lontara 4 Bawah Belakang (Kebidanan) 100%
100%
Lontara 3 Atas Belakang 100%
70%
Lontara 3 Bawah Belakang (Saraf) 100%
93%
Lontara 2 Atas Belakang (Tumor) 100%
100%
Lontara 2 Bawah Belakang (Orthopedi) 99%
100%
Pakis 100%
97%
Lontara 1 Atas Depan 100%
100%
Lontara 1 Bawah Depan 100%
Grafik 3.1.1.24 Kepatuhan petugas dalam melengkapi lembar transfer pasien antar ruang
berdasarkan ruang yang menerima lembar transfer
13) Kepatuhan pemberian label High Alert pada obat kategori High Alert
Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh farmasi yang dimaksud adalah
ketepatan pemberian label obat high alert sesuai dengan standar yang ditetapkan
rumah sakit dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien.Kepatuhan
pemberian label obat high alert oleh farmasi yang dimaksud adalah ketepatan
pemberian label obat high alert sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit
dengan memperhatikan prinsip keselamatan pasien.
105%
100% 99.0%
98.1%
97.0% 96.4% 96.8%
95.3%
95%
90%
85%
80%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.25 Kepatuhan pemberian label “High Alert” pada obat kategori “High Alert”
Pada grafik sampai dengan akhirsemester 1 tahun 2019 terlihat rerata capaian
mencapai 97,1%, yang berarti bahwa terdapat 2,9% obat golongan High Alert yang
tidak diberi label high alert.Untuk itu direkomendasikan kepada :
1. Petugas di ruang perawatan agar tetap melaporkan apabila terdapat obat kategori
high alert yang tidak diberi label agar Instalasi Farmasi dapat mengevaluasi dan
menindaklanjuti berdasarkan laporan yang diterima
2. Kepala Instalasi Farmasi agar menindaklanjuti ke unit terkait apabila
terjadikekosongan label obat high alert
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Elektrolit pekat termasuk dalam daftar High Alert Medication yang merupakan
salah satu dari daftar obat yang memiliki risiko tinggi yang membahayakan
keselamatan pasien bila digunakan secara salah. Elektrolit pekat tidak boleh berada
di ruang perawatan, kecuali di kamar operasi, unit perawatan intensif (ICU) dan
Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan syarat disimpan di tempat terpisah, akses
terbatas dan diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan yang tidak
disengaja. Dari data diketahui bahwa sampai dengan akhirsemester 1 tahun 2019
tidak ditemukan elektrolit pekat yang tersimpan di ruang perawatan yang berarti
bahwa standar penyimpanan elektrolit pekat dipatuhi dengan baik.
95%
90%
85%
80%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
105%
100%
96.9%
95.6% 95.8%
95% 93.7%
92.7%
89.1%
90%
85%
80%
75%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.29 Kelengkapan pengisian form check list keselamatan pasien operasi
100.0%
96.2%
94.6%
89.6%
Sesuai hasil tracer data oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, masih
terdapat lembar checklist keselamatan pasien operasi yang tidak ditandatangani
lengkap sebagai dokumentasi dilakukannya prosedur sign in, time out, dan sign
outyang benar di kamar operasi.
Sehubungan dengan hasil capaian kelengkapan pengisian format checklist
keselamatan pasien operasi tersebut direkomendasikan agar timoperasi saling
mengingatkan untuk melakukan prosedur sign in, time out, dan sign outyang benar
serta melengkapi format checklist keselamatan pasien operasi sebelum
meninggalkan kamar operasi.
100%
80%
66.38% 68.83%
62.98% 62.94%
60% 57.23% 56.47%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.31 Persentase kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan
dengan metode enam langkah dan lima momen
0.78
0.67
0.61
0.53
0.48
0.42
Dari 5 (lima) momen cuci tangan, momen yang kurang dilakukan adalah sebelum
prosedur aseptik (27,18%), dengan persentase kepatuhan adalah sebagai berikut :
78.24%
73.34%
55.39% 56.44%
27.18%
Sebelum kontak Sebelum prosedur Setelah terpapar Setelah kontak pasien Setelah kontak dengan
dengan pasien aseptik cairan tubuh lingkungan pasien
Dari grafik capaian masih terlihat fluktuatif terkait kepatuhancuci tangan pegawai
dan peserta didik.Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi dan kepedulian petugas
kesehatan terhadap pentingnya cuci tangan untuk mencegah cross infectiondan
sarana cuci tangan (handrub, handwash, tissue dan air bersih) yang kadang tidak
tersedia (habis).Dengan capaian tersebut, maka diharapkan kepatuhan cuci tangan
dapat ditingkatkan dengan cara :
1. Resosialisasi prosedur Hand Hygiene sesuai SPO kepada seluruh staf oleh
Komite PPI
2. Kesinambungan penyediaan sarana cuci tangan (handrub, handwash, tissue dan
air bersih) di ruang perawatanharusdiperhatikan.
18) Kejadian pasien jatuh di ruang perawatan
3%
2%
1%
Berdasarkan grafik di atas terlihat setiap bulan terjadi kasus pasien jatuh di
ruang perawatan rerata 0,04%. Data kejadian pasien jatuh bersumber dari adanya
laporan insiden keselamatan pasien, dengan rekapitulasi kejadian pasien jatuh
berdasarkan ruang perawatan sebagai berikut :
1 1 1
Lontara 1 Atas Lontara 2 Atas Lontara 3 Bedah Saraf Lontara 4 Anak Depan Infection Centre Lt.3
Belakang Belakang
Edukasi jatuh adalah pemberian informasi dari perawat kepada pasien dan
keluarga yang bertujuan untuk memberi pemahaman tentang kondisi kesehatan,
faktor risiko jatuh, petunjuk untuk mengikuti prosedur perawatan pasien dan cara
pencegahan jatuh. Edukasi jatuh diimplementasikan untuk mencegah kejadian pasien
jatuh dan dampak cedera akibat jatuh.
Sesuai hasil pemantauan data indikator kepatuhan perawat dalam melakukan
edukasi jatuh sampai dengan sampai dengan akhitsemester 1 tahun 2019,
menunjukkan rerata capaian 98% dari standar 100%.
110%
99%
100% 98% 98% 99% 98% 98%
90%
80%
70%
60%
50%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Edukasi jatuh merupakan salah satu jenis edukasi yang wajib diberikan kepada
pasien dan keluarga dan didokumentasikan dalam format lembar perencanaan
kebutuhan dan implementasi evaluasi edukasi terintegrasi. Gambaran kepatuhan
pelaksanaan edukasi jatuh diukur di ruang perawatan dengan hasil capaian selama
semester 1 tahun 2019 adalah sebagai berikut :
Grafik 3.1.1.37 Kepatuhan perawat dalam melakukan edukasi resiko jatuh berdasarkan ruangan
20) Kepatuhan pelaksanaan assesmen risiko jatuh dan penandaan risiko jatuh
pasien rawat jalan
Pelaksanaan penilaian risiko jatuh pasien rawat jalan dilakukan pada saat
pasien tiba di unit rawat jalan. Penilaian ini bertujuan untuk menurunkan risiko pasien
jatuh dan akibat tak terduga lainnya serta membuat asuhan keperawatan menjedi
lebih aman. Penilaian risiko jatuh ditandai dengan dilakukannya assesmen risiko
jatuh serta pemasangan pita kuning pada pasien rawat jalan yang dinilai berisiko
jatuh.
Sesuai hasil pemantauan data indikator kepatuhan perawat dalam melakukan
edukasi jatuh sampai dengan akhirsemester 1 tahun 2019, menunjukkan rerata
capaian 18,5% dari standar 100%, yang diukur di unit rawat jalan Instalasi Rawat
Jalan serta unit rawat jalan Instalasi Private Care Centre (PCC).
100%
80%
60%
40%
22.6%
17.5% 18.9% 15.9% 18.2% 18.0%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.38 Kepatuhan pelaksanaan assesmen risiko jatuh dan penandaan risiko jatuh
pasien rawat jalan
0.74
0 0
Grafik 3.1.1.39 Kepatuhan pelaksanaan assesmen risiko jatuh dan penandaan risiko
jatuh pasien rawat jalan berdasarkan ruangan
100% 96.3%
92.9%
86.6% 86.5% 88.6%
83.3%
80%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.40 Pelaporan indikator peningkatan mutu dan keselamatan pasien tepat waktu
100.0% 100.0%
99.2%
100% 98.4%
97.7%
96.9%
95%
90%
85%
80%
75%
70%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Kelengkapan pengisian rekam medis ≤24 jam setelah pelayanan yang dimaksud
adalah jumlah dokumen rekam medik pasien rawat inap yang diisi lengkap dan
dikembalikan ke pengelola rekam medik dalam waktu ≤ 24 jam setelah pasien
pulang sebagai gambaran tanggung jawab pemberi pelayanan dalam pengembalian
rekam medis tepat waktu (≤ 24 Jam).Kelengkapan pengisian rekam medis ≤ 24 jam
setelah pelayanan merupakan salah satu Indikator Kinerja Direktur Utama sehingga
menjadi salah satu fokus dalam penilaian kinerja rumah sakit. Selain itu, indikator ini
juga diusulkan untuk menjadi salah satu indikator penilaian kinerja secara kualitas
untuk perhitungan remunerasi tenaga medis.
80%
60% 55%
51%
48%
43% 44%
40% 38%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5% 3.0% 3.5% 4.0% 4.5%
Grafik 3.1.1.44 Bagian yang tidak ditandatangani pada rekam medis ≤ 24 jam setelah pelayanan
90%
80%
70%
62.4% 59.9%
58.8% 58.0% 57.0%
60%
46.5%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
JAN-19 FEB-19 MARET-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter spesialis sebagai DPJP setiap
hari untuk melihat perkembangan pasien yang menjadi tanggungjawabnya. Dari hasil
pengumpulan datavisite dokter spesialispada semester 1 tahun 2019, kepatuhan
masih pada rata – rata 57,1% masih jauh dari standar 80%.
Ketepatan jam visite dokter spesialis merupakan salah satu Indikator Kinerja
Terpilih Rumah Sakit, dan pada awal tahun 2019 ini mengalami perubahan kategori
penilaian jam visite yaitu menjadi ≤ pukul 10.00, > pukul 10.00 s/d 12.00, > pukul
12.00 s/d 14.00 dan > pukul 14.00. Berdasarkan kategori penilaian tersebut diperoleh
gambaran ketepatan visite dokter spesialis adalah sebagai berikut :
Grafik 3.1.1.46 Ketepatan jam visite dokter spesialis berdasarkan jam visite per SMF
90% 84%
81%
78% 78% 78%
80% 74%
70%
60%
50%
40%
30%
19.7% 20.1% 19.0% 17.7% 16.6%
20% 13.7%
0%
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19
Saat ini telah diaplikasikan sistem finger printdi setiap ruang perawatan inap
dengan tujuan agar diperoleh data visite DPJP yang realtime. Beberapa upaya dapat
dilakukan dalam rangka meningkatkan kepatuhan visite dokter spesialis, antara lain
mengembangkan sistem komunikasi pengingat/reminder visite dokter spesialis dari
ruang perawatan serta menjadikan kepatuhan visite dokter spesialis sebagai salah
satu indikator penilaian kinerja DPJP.
25) Kesesuaian lama hari rawat pasien CHF dengan Clinical Pathway
120%
80%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.48 Kesesuaian lama hari rawat pasien CHF dengan Clinical Pathway
Persentase kesesuaian lama hari rawat pasien Congestive Heart Failure (CHF)
dengan Clinical Pathway adalah hari perawatan pasien dengan diagnosa CHF
selama maksimal 10 (sepuluh) hari sesuai Clinical Pathway.Berdasarkan hasil
pemantauan lama hari rawat atau LoS pasien CHF di unit pelayanan perawatan
Pusat Jantung Terpadu, diketahui bahwa rerata 98,1% pasien CHF dirawat dengan
LoS kurang dari 10 (sepuluh) hari yang berarti bahwa masih terdapat pasien CHF
dengan lama hari rawat yang melebihi ketentuan clinical pathwaynya.
Pasien stagnan adalah pasien yang masih dirawat di unit gawat darurat setelah
diputuskan rawat inap lebih dari 6 jam masih berada di unit gawat darurat. Pasien
yang di observasi di unit gawat darurat seharusnya segera dipindahkan ke ruang
perawatan sebelum lebih dari 6 jam setelah di SOkan. Berdasarkan hasil
pemantauan sampai dengan akhir semester 1 tahun 2019, capaian rata – rata
pasien stagnan adalah 54,5%.
40%
30%
20%
10%
0%
JAN-18 FEB-18 MAR-18 APRIL-18 MEI-18 JUNI-18
86.1%
83.9%
68.8%
13.7%
IGD BEDAH IGD NON BEDAH IGD ANAK PJT GAWAT DARURAT
120%
100% 96.8%
89.8%
76.6% 80.5%
80%
68.8% 68.8%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.51 Persentase ketepatan waktu mulai operasi pertama per hari per ruang operasi
Ketepatan waktu mulai operasi pertama per hari per ruang operasi merupakan
waktu mulai operasi per ruang operasi yaitu sejak pasien masuk ke ruang ke ruang
operasi dan dilakukan persiapan operasi oleh anastesi dan bedah sebelum jam 9
pagi. Berdasarkan hasil pemantauan sampai dengan akhir semester 1 tahun 2019,
capaian rata – rata ketepatan waktu mulai operasi pertama per hari per ruang
operasi adalah 80,2% yang diukur di 12 kamar operasi, dengan proporsi kepatuhan
masing – masing kamar operasi adalah sebagai berikut :
OK Laparascopy
7%
OK Tumor
10%
OK Obgyn
5%
Grafik 3.1.1.52 Persentase ketepatan waktu mulai operasi pertama per hari per ruang
operasi berdasarkan ruang OK
96%
92.3%
92%
89.6%
88.9%
88%
84%
80%
76%
72%
APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.1.54 Pelaksanaan supervisi DPJP terhadap PPDS di rekam medis berdasarkan ruangan
3
2.19 2.00
1.96
2
1
0.00 0.00 0.00
0
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
3.0%
2.65%
2.5%
2.23%
2.0%
1.44%
1.5%
1.0%
0.71%
0.5%
0.00% 0.00%
0.0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
100%
90%
80% 76.9%
69.8% 68.6% 73.4%
70% 66.8% 67.9%
60%
50%
40%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
91.3%
65.9%
50.4%
Grafik 3.1.2.2 Ketepatan waktu tunggu pelayanan pasien rawat jalan berdasarkan ruangan
90%
85%
80%
75%
70%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.3 Persentase kesesuaian durasi pelaksanaan hemodialisis dengan preskripsi awal
3) Ketepatan jam pelayanan dokter spesialis di poliklinik PCC
90%
80%
66.2%
70% 71.9%
65.0%
57.9% 64.1%
60% 57.8%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
77.5%
80% 74.8%
60.0%
60%
51.2%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.5 Kepatuhan pengkajian ulang nyeri sebagai respon pengobatan nyeri
64.8%
58.7%
80%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
100%
80%
54.7%
60%
45.5%
40% 35.7%
32.1%
25.0%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.10 Kepatuhan pengkajian ulang nyeri sebagai respon pengobatan nyeri
100%
81.8%
75.0%
80%
62.5%
60%
58.3%
42.1%
40%
20%
0%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
90%
80%
70%
60%
50%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.12 Kepatuhan petugas dalam melakukan reassesmen resiko jatuh pasien geriatri
3%
2%
1%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
120%
100.0%
100%
83.3% 80.0% 80.0%
80%
66.7%
60.0%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
100%
85.7%
80.0%
80%
62.5%
60% 57.1%
50.0%
40% 33.3%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
81%
41%
Grafik 3.1.2.16 Ketepatan waktu penanganan oleh tim reaksi cepat di unit Palem Atas
dan Palem Bawah
13) Kepatuhan pengkajian ulang nyeri sebagai respon pengobatan nyeri
100%
90.4% 91.1%
87.3% 83.3% 87.0%
80%
68.2%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.17 Kepatuhan pengkajian ulang nyeri sebagai respon pengobatan nyeri
Sesuai hasil pemantauan semester 1 tahun 2019 di Palem Atas dan Palem
Bawah, maka diketahui rata - rata kepatuhan perawat dalam melakukan
pengkajian ulang nyeri sebagai respon pengobatan nyeri adalah 84,5% dengan
gambaran kepatuhan masing – masing ruangan adalah sebagai berikut :
90.3%
83.1%
100% 94.4%
90.9%
85.7% 82.8% 83.3%
81.0%
80%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.19 Kepatuhan perawat dalam melakukan kateter urine pada pasien yang terpasang
kateter urine
30%
24.4% 25.0%
25% 22.7%
20%
17.2%
15%
10%
5%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
16) Persentase pemenuhan nutrisi parenteral yang adekuat pada pasien bedah
digestif
Nutrisi Parenteral adalah pemberian nutrisi bagi tubuh melalui CVC (Central
Vena Chateter) karena tidak memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan
proses pencernaan makanan. Indikator ini diukur di unit pelayanan Lontara 2
Bedah Digestif dan berdasarkan hasil pemantauan selama semester 1 tahun
2019, diperoleh capaian 99,1% pemenuhan nutrisi parenteral pada pasien bedah
digestif. Apabila membandingkan perolehan capaian di triwulan 1 tahun 2019,
maka terjadi penurunan di semester 1 dimana capaian pada triwulan 1 adalah
100%. Pada bulan Juni tahun 2019 terdapat 3 (tiga) orang pasien yang tidak
terpenuhi secara adekuat dalam pemberian nutrisi parenteralnya.
110%
100% 100% 100% 100%
100% 95%
90%
80%
70%
60%
50%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.21 Persentase pemenuhan nutrisi parenteral yang tdak adekuat pada pasien
bedah digestif
5%
4%
3%
2% 2%
1% 1%
1%
1%
0% 0%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.22 Angka kejadian ekstravasasi vaskular pada pasien dengan kemoterapi
120%
100%
90.0%
80%
62.5% 60.0%
60%
45.5%
40%
20%
5.6%
0%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
120%
80%
60%
40%
20%
0%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Kepatuhan
Grafikpelaksanaan edukasi penandaan
3.1.2.24 Kepatuhan area
pelaksanaan operasi
edukasi penandaan area operasi
Kepatuhan pelaksanaan edukasi penandaan area operasi adalah
pelaksanaan edukasi kepada pasien dan atau keluarga pasien sebelum dilakukan
penandaan area operasi di tubuh pasien yang tercatat ke dalam rekam medis.
Capaian indikator pada semester 1 tahun 2019 yang diukur pada unit pelayanan
Lontara 3 Kulkel dan Mata adalah 100%.
80%
67% 70%
59%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.25 Kepatuhan dokter dalam mengisi format KPO sesuai SPO
Kepatuhan dokter dalam mengisi format KPO sesuai SPO adalah pengisian
form Kontrol pemberian obat yang diisi lengkap sesuai terapi medik yang
diberikan oleh DPJP atau dokter dan perawat yang bertugas pada saat pasien
sementara di rawat di unit pelayanan rawat inap, rawat intensif, atau gawat
darurat. Indikator ini diukur di Lontara 3 THT, dengan capaian kepatuhan adalah
82,8% pada semester 1 tahun 2019.
21) Kepatuhan perawat dalam melakukan mobilisasi untuk pasien total care
95%
90%
85%
80%
75%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.26 Kepatuhan perawat dalam melakukan mobilisasi untuk pasien total care
100%
98%
Grafik 3.1.2.27 Kepatuhan perawat dalam melakukan mobilisasi untuk pasien total
care berdasarkan ruangan
22) Persentase pelaksanaan kemoterapi yang tepat waktu
Pelaksanaan kemoterapi yang tepat waktu menunjukkan pelaksanaan
pemasangan obat kemoterapi secara aman oleh petugas yang tersertifikasi. Hal
ini dilakukan agar petugas yang melakukan kemoterapi telah memahami potensial
karsinogenik dan bahaya yang ditimbulkan dari obat kemoterapi. Indikator ini
diukur di Lontara 4 Ginekologi dengan hasil pemantauan selama semester 1
tahun 2019 adalah 66% masih dibawah standar 100%.
100%
82.5%
78.4%
80%
70.5% 71.2%
60.5%
60%
40%
34.0%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
23) Pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir selama dirawat di rumah sakit
120%
100%
80%
71.1% 71.1%
61.5% 62.9%
60% 57.1%
44.4%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.29 Pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir selama dirawat di rumah sakit
Pemberian ASI eksklusif selama bayi yang baru lahir dirawat di rumah
sakityang dimaksud adalah apabila bayi masih berada dirumah sakit maka bayi
diharapkan harus benar-benar mengkonsumsi hanya ASI tanpa adanya susu
formula yang diberikan. Komunikasi, informasi dan edukasi diberikan kepada ibu
untuk selanjutnya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Sesuai
hasil pemantauan di Lontara 4 Kebidanan, diketahui bahwa 61,4% ibu
105%
100%
100%
96%
94%
95% 92% 92% 91%
90%
85%
80%
75%
70%
65%
60%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
100%
95%
90%
85%
79.7%
78.1%
80%
76.6%
75% 73.1%
69.9%
70%
65%
60%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 MEI-19 JUNI-19
12%
10% 10%
8%
7%
6%
6%
4%
2%
0% 0% 0% 0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Kerusakan septum pada terapi CPAP adalah suatu kerusakan septum nasal
pada bayi yang disebabkan karena iritasi atau tekanan dari nasal prong pada saat
menggunakan alat bantu nafas CPAP. Indikator ini diukur pada unit pelayanan
NICU dan sesuai hasil pemantauan sampai dengan sampai dengan
27) Persentase pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi baru lahir
100%
80%
60% 57.1%
50.0%
40%
20% 16.7%
0%
MAR-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.33 Persentase pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi baru lahir
60%
50.0%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
80%
60%
40%
20%
0%
FEB-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
80%
60%
40%
20%
0%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
31) Persentase ketepatan waktu mulai operasi per hari per ruang operas
120%
100% 96.8%
89.8%
80.5%
80% 76.6%
68.8% 68.8%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
120%
100%
79.7%
80% 72.2% 73.5%
60.9% 63.1%
60%
40%
20%
0%
FEB-18 MAR-18 APRIL-18 MEI-18 JUNI-18
Grafik 3.1.2.38 Ketepatan penempatan pasien sesuai hasil kriteria triage dan lembar
triagenya terisi lengkap
88.1%
69.3%
58.9%
Grafik 3.1.2.39 Ketepatan penempatan pasien sesuai hasil kriteria triage dan
Laporan Peningkatan Mutu dan lembar triagenya terisi
Keselamatan Pasien lengkap berdasarkan ruangan
Semester 1 Tahun 2019 74
33) Emergency Respon Time 2 (ERT 2)
181
162
161
141
61
41
21
1
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Emergency Respon Time 2 (ERT2) adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk
mendapatkan tindakan operasi cito sejak pasien tersebut diputuskan untuk
operasi cito. Target waktu dari tindakan operasi cito ini adalah ≤ 120 menit yang
diukur pada unit pelayanan kamar operasi Instalasi Gawat Darurat (OK IGD).
Berdasarkan hasil pemantauan selama semester 1 tahun 2019, diperoleh
rerata capaian waktu adalah 110 menit, mengalami perpanjangan waktu dari
triwulan 1 yakni sebesar 93 menit.
100% 100%
100% 100% 100% 100%
80%
60%
40%
20%
0%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
3.0%
2.6%
2.5%
2.3%
2.0%
1.5%
1.0%
0.5%
36) Kepatuhan penulisan kriteria pasien masuk CVCU di lembar CPPT sesuai
SPO
120%
80%
60%
40%
20%
0%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19
Kepatuhan penulisan indikasi pasien masuk CVCU pada format CPPT sesuai
SPO adalah kepatuhan dokter menuliskan indikasi pasien masuk CVCU ketika
pasien ditetapkan untuk dirawat di CVCU.
Indikator ini diukur di unit PJT CVCU pada Instalasi Pusat Jantung Terpadu
dengan gambaran kepatuhanperiode sampai dengan semester 1 tahun 2019
adalah 95% masih di bawah standar 100%.
37) Kepatuhan penulisan kriteria pasien keluar CVCU di lembar CPPT sesuai
SPO
Kepatuhan penulisan indikasi pasien masuk CVCU pada format CPPT sesuai
SPO adalah kepatuhan dokter menuliskan indikasi pasien keluar CVCU ketika
pasien telah dirawat di CVCU.
Indikator ini diukur di unit PJT CVCU pada Instalasi Pusat Jantung Terpadu
dengan gambaran kepatuhan periode sampai dengan semester 1 tahun 2019
adalah 66% masih di bawah standar 100%.
120%
100%
100%
97%
80%
60%
40%
20%
0%
0%
FEB-19 APRIL-19 MEI-19
Grafik 3.1.2.44 Kepatuhan penulisan kriteria pasien keluar CVCU di lembar CPPT sesuai SPO
100%
100%
90% 88%
80%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19
Grafik 3.1.2.45
Kelengkapan Kelengkapan
pengisian pengisian
laporan laporanpost
tindakan tindakan post diagnostic
diagnostic dan invasif
dan invasif adalah
laporan pasien post diagnostic dan invasif yang ditulis lengkap tanggal, jam dan
tanda tangan/paraf DPJP.
Indikator ini diukur di unit PJT Cath Lab pada Instalasi Pusat Jantung
Terpadu dengan gambaran kepatuhan periode sampai dengan semester 1 tahun
2019 adalah 92,5% masih di bawah standar 100%.
39) Persentase kesesuaian lama hari rawat pasien CHF dengan clinical pathway
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan di mana jantung tidak
dapat memompa darah secara maksimal agar dapat disalurkan ke seluruh tubuh
yang memerlukan. Persentase kesesuaian lama hari rawat pasien Congestive
Heart Failure (CHF) dengan Clinical Pathway adalah hari perawatan pasien
dengan diagnosa CHF selama maksimal 10 (sepuluh) hari sesuai Clinical
Pathway. Berdasarkan hasil pemantauan selama semester 1 tahun 2019 di unit
pelayanan PJT Perawatan Lantai 5, diperoleh gambaran kesesuaian lama hari
rawat pasien CHF dengan Clinical Pathway adalah 98,1% masih dibawah target
yang ditetapkan yakni 100%.
80%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.46 Kesesuaian lama hari rawat pasien CHF dengan clinical pathway
120%
100%
83% 86%
81%
80%
75%
69%
60%
40%
20%
0%
FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
120%
100.0%
100% 90.9%
87.5%
80.0% 83.3% 80.0%
80%
60%
40%
20%
0%
JAN-19 FEB-19 MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
80%
60%
40%
20%
0%
MAR-19 APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.49 Kepatuhan penulisan kriteria pasien masuk ICU PJT di lembar CPPT sesuai SPO
43) Kelengkapan penulisan indikasi pasien keluar PJT ICU pada format sesuai
SPO
Kepatuhan penulisan indikasi pasien masuk CVCU pada format CPPT sesuai
SPO adalah kepatuhan dokter menuliskan indikasi pasien keluar CVCU ketika
pasien telah dirawat di CVCU.
Indikator ini diukur di unit PJT ICU pada Instalasi Pusat Jantung Terpadu
dengan gambaran kepatuhan periode sampai dengan semester 1 tahun 2019
adalah 100% sudah mencapai standar 100%.
120%
80%
60%
40%
20%
0%
APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Grafik 3.1.2.50 Kelengkapan penulisan indikasi pasien keluar ICU PJT pada format sesuai SPO
80%
60%
40%
20%
0%
APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
120%
80%
60%
40%
20%
0%
APRIL-19 MEI-19 JUNI-19
Berdasarkan hasil kompilasi tersebut di atas, maka dapat dijabarkan analisa hasil
capian per indikator mutu adalah sebagai berikut :
95% Data kelengkapan pengisian form
assesmen awal medis pasien
rawat inap dalam 24 jam diperoleh
71%
66% dari 2 (dua) rumah sakit lainnya.
Hasil perbandingan dengan rumah
sakit tersebut adalah bahwa
capaian di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar
cenderung lebih baik, walaupun
juga masih belum mencapai
standar 100%. Status ke 3 rumah
RSWS MAKASSAR RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
sakit ini sama – sama merupakan
RS Pendidikan dengan layanan
pasien yang lebih banyak
dibebankan kepada PPDS
Grafik 3.1.3.1 Kelengkapaan pengisian form sehingga capaian indikator ini
asesmen awal medis pasien rawat inap dalam 24 masih belum mencapai standar.
1.18
0.29
0.00
RSWS MAKASSAR RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO RSUP SANGLAH DENPASAR RSUP DR. KARIADI
JAKARTA
4.42
Ventilator Associated Pneumonia
(VAP) merupakan salah satu
3.38 indikator BLU sehingga dengan
demikian beberapa RS vertikal
juga mengukur indikator ini. Pada
grafik terlihat RS dengan kejadian
tertinggi yakni di RSUP Sanglah
Denpasar dengan 4,42‰ dan yang
0.96 0.91 terendah yakni RSUP Dr. Kariadi
Semarang yakni 0,91‰. Capaian
RSWS sendiri 0,96‰ masih di
bawah standar 5,8‰.
RSWS MAKASSAR RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO RSUP SANGLAH DENPASAR RSUP DR. KARIADI
JAKARTA
RSWS MAKASSAR RSCM JAKARTA RSUP SANGLAH DENPASAR RSUP DR. KARIADI
99.54%
98.50% Perbandingan data kepatuhan
penandaan area operasi sesuai
90.92%
standar dengan 3 (tiga) RS lainnya
90.36%
menunjukkan bahwa standar telah
terimplementasi dengan baik.
Terlihat bahwa capaian di 4
(empat) RS adalah > 90%. Secara
keseluruhan untuk indikator ini,
RSUP Sanglah Denpasar yang
memiliki capaian paling baik yakni
99,54%.
RSWS MAKASSAR RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA RSUP SANGLAH DENPASAR RSUP DR. KARIADI
69.54%
RSWS MAKASSAR RSCM JAKARTA RSUP SANGLAH DENPASAR RSUP DR. KARIADI
78%
RSWS MAKASSAR RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA RSUP DR. KARIADI
Operasional
47%
Reputasi
28%
Pasien
84%
Sumber data risiko dalam periode Semseter I (Januari s/d Juni) tahun
2019 antara lain berasal dari pejabat struktural & fungsional 24%, pasien dan
keluarga 16%, dokter 12%, perawat 12%, staf farmasi 1%, staf admin 1%,
dan staf lain 26%, dan sumber yang ditarik dari data SIRS 10%.
Pada periode semester I ini tampak bahwa partisipasi staf cukup aktif,
kemudian dari unsur manajemen oleh Kepala Pelayanan/Koordinator/Ka
Instalasi, kemudian dokter dan perawat, sebagai PPA di rumah sakit cukup
lain-lain : SIRS
10%
Perawat Dokter
Admin 11%
1% 11%
Farmasi
1%
Data risiko tersebut berasal dari media yang ada di rumah sakit antara
lain berdasarkan urutan banyaknya data diperoleh melalui : Laporan insiden,
media social group manajemen, data complain customer dari Bagian Humas,
data bad performance pengukuran indicator mutu serta data lain yang ditarik
dari Sistem informasi RS (SIRS).
Laporan insiden
35%
25%
21%
20%
15%
15%
9% 8%
10% 7% 7% 6% 7% 7%
4% 3% 3%
5% 2% 2% 1%
0%
1) Peluang/Probability (P)
2) Dampak
1 2 3 4 5
INSGNIFICA CATAST
MINOR MODERATE MAJOR
NT ROPHIC
3. Current System :
a. None (Tidak Ada) :5
b. Kurang :4
c. Fair (Cukup) :3
d. Good (Baik) :2
e. Solid (Kuat) :1
3.4. Penataan Status Akreditasi Dan Penerapan Standar Akreditasi Rumah Sakit
3.5. Peningkatan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
3.5.1. Gambaran Data Kecelakaan Kerja
Dalam Pelaksanaan Kegiatan Sub Komite K3 dan Fasilitas tentu tidak
terlepas dalam menjalankan 8 program yang telah sesuai dengan permenkes
No. 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
Laporan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Semester 1 Tahun 2019 96
Namun dalam laporan kami coba menuangkan laporan tentang Kasus
Kecelakaan Kerja dan Sistem Pelaporannya
Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum
1. Tahun 2014 : Jumlah Kasus 41 , 35 Diantaranya Kasus Tertusuk Jarum
2. Tahun 2015 : Jumlah Kasus 30, 26 Diantaranya kasus tertusuk jarum
3. Tahun 2016 : Jumlah kasus 35, 30 Diantaranya Kasus tertusuk jarum
4. Tahun 2017 : Jumlah kasus 41, 36 Diantaranya tertusuk jarum
5. Tahun 2018 : Jumlah kasus 34, 30 Diantaranya tertusuk jarum
Untuk tahun 2019 telah ada beberapa laporannya yang telah masuk ke sub komite
K3 dan Fasilitas untuk triwulan II, Periode Januari – Juli 2019 dengan jumlah kasus 8
orang dengan perincian sebagai berikut :
1) Jenis Kecelakaan Kerja
3
2.5
2
1.5 3 Terpapar
3
1
Teriris
0.5
1
0 1 Kontak bahan kimia/cairan
pasien
Tertusuk
12%
12% 38%
Tertusuk
Teriris
Terpapar
38%
Interpretasi Data:
Gambar 1 Menunjukkan Selama tahun 2019 terlaporkan ada 8 Kasus
Kecelakaan yang terjadi selama bulan Januari – Julidi RumahSakitUmumPusat
Dr. WahidinSudirohusodo Makassar. Berdasarkan Jenis Kecelakaan yang
terlapor, dari 8 Kasus yang terjadi ada3 (37%) diantaranya adalah Kasus kontak
dengan bahan kimia/cairan pasien, angka yang sama pun terjadi sebanyak 3 (37
%) pada kasus tertusuk jarum, kemudian 1 (12 %) kasus teriris dan dilanjutkan
sebanyak 1 (12 %) kasus terpapar cairan bercampur sampah dan limbah.
2.5
2 2
2
0.37
0.5 25% 0.25
0.12
3
2.5
2
1.5 Juli
1 Agustus
September
0.5
0
Residen Housekeeping Perawat Mahasiswa Lain-lain (CSSD)
Interpretasi Data:
Gambar3MenunjukkanSelamatahun 2019 terlaporkan ada 8 Kasus
Kecelakaan yang terjadi selama bulan Januari – Julidi RumahSakitUmumPusat
Dr. WahidinSudirohusodo Makassar. Berdasarkan Profesi yang mendapatkan
Kecelakaan Kerja data menunjukkan kasus paling tinggi yaitu dari Residen
dengan jumlah 3 laporan kasus, lalu Housekeeping dengan jumlah 2 kasus dan
data menunjukkan kasus sama banyaknya yaitu dari Perawat, Mahasiswa dan
petugas CSSD masing-masing 1 kasus.
4) Tempat terjadi Kecelakaan Kerja
OK IGD
CSSD
Interpretasi Data:
Gambar4 MenunjukkanSelamatahun 2019 terlaporkan ada 8 Kasus
Kecelakaan yang terjadi selama bulan Januari – Julidi RumahSakitUmumPusat
Dr. WahidinSudirohusodo Makassar. Berdasarkan Tempat/Lokasi dimana terjadi
kecelakaan kerja dan melaporkannya Yaitu di Ruang OK IGD, Instalasi Bedah
Pusat, Instalasi Sanitasi dan Kebersihan,, Rawat Inap Lt. 4, IGD Non Bedah,
Lontara 3 Bawah Belakang, dan CSSD dengan Kasus yang terjadi dan
Terlaporkan masing masing ada 1 kasus.
4.1. KESIMPULAN
4.1.1. Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Kegiatan pemantauan indikator mutu dan keselamatan pasien yang
sesuai dengan standar PMKP telah dilaksanakan sesuai periode yang
ditentukan meskipun ada beberapa kekurangan. Pemantauan indikator mutu
merupakan upaya pengendalian mutu terpadu di rumah sakit yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sehingga menjadi lebih efektif
dan efisien. Untuk hal tersebut, agar upaya peningkatan mutu dapat berjalan
optimal dan tepat waktu maka hasil pengukuran mutu juga hendaknya dapat
diperoleh tepat waktu. Hasil pengukuran mutu dan rekomendasi yang
diberikan sesuai hasil pemantauan pada periode selama semester 1 tahun
2019 merupakan upaya peningkatan mutu pada area-area yang
membutuhkan perbaikan.
Selain hasil pengukuran mutu sampai dengan semester 1 tahun 2012,
pada periode pelaporan ini juga ditampilkan hasil benchmarking data indikator
mutu dengan rumah sakit lain yang selevel tipe A dan terakreditasi baik
nasional maupun internasional.
4.1.2. Peningkatan Kualitas dan Implementasi Keselamatan Pasien
4.1.3. Manajemen Risiko
Berdasarkan hasil identifikasi data risiko di rumah sakit dapat
disimpulkan bahwa pelayanan pasien sebagai core bisnis rumah sakit adalah
memang harus menjadi perhatian dan prioritas. Risiko yang muncul adalah
dampak risiko yang pada dasarnya saling berkaitan. Data risiko 3 besar
berdasarkan paparan di atas, terdiri dari risiko prioritas 1 dan 2 adalah Obat
dan BHP kosong, sedangkan risiko prioritas 3 adalah: pelayanan lambat.
Berdasarkan hasil analisis dari data kecelakaan kerja yang masuk dan
dilaporkan ke Sub Komite K3 dan Fasilitas maka dapat di simpulkan bahwa
kejadian kecelakaan kerja masih terjadi pada pegawai Rumah Sakit Umum
Pusat Dr.wahidin Sudirohusodo Makassar dengan jumlah 8 kasus kecelakaan
4.2. REKOMENDASI
4.2.1. Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
1. Pihak manajemen terkait agar menindaklanjuti dan melakukan upaya
perbaikan terhadap unit – unit yang kepatuhannya masih belum
mencapai standar dari target yang telah ditentukan.
2. Kepala Instalasi maupun Kepala Pelayanan sebagai manajer unit
pelayanan agar terus melakukan monitoring kepatuhan pengumpulan
data tepat waktu serta melakukan upaya perbaikan sesuai hasil
pemantauan indikator prioritas unitnya.
3. Agar menjadikan hasil perbandingan pengukuran mutu yang diperoleh
dari rumah sakit lain sebagai bahan pembelajaran terhadap upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
4.2.2. Peningkatan Kualitas dan Implementasi Keselamatan Pasien
4.2.3. Manajemen Risiko
Risiko prioritas terjadinya masalah yang terus berlanjut, sehingga perlu
dilakukan analisis komprehensif untuk mencari akar masalah untuk
melakukan tindakan koreksi yang sesuai. Berdasarkan hasil analisis tersebut
diperlukan segera adanya langkah strategis dari Direksi.