Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Mata Kuliah : Ns. Maykel Killing, M.Kep

JURNAL YANG TERKAIT PADA PASIEN HIPOTIROIDISME

OLEH
Indriany A. Labungasa
711490121019
Ners A Lanjutan

Kepada

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
TAHUN 2021

Sari Pediatri, Vol. 21, No. 1, Juni 2019 1


Hubungan Awitan Pengobatan Hipotiroid Kongenital dengan Gangguan
Perkembangan Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin
Adhitya Agung Pratama, Alex Chairulfatah, Novina, Faisal, Eddy Fadlyana
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Latar belakang. Hipotiroid kongenital (HK) adalah kondisi kekurangan hormon tiroid, tiroksin, dan tri-iodotironina sejak lahir
yang dapat menyebabkan gangguan organogenesis sistem saraf pusat serta metabolisme tubuh. Penderita HK yang tidak
diterapi dapat berlanjut menjadi individu dengan gangguan perkembangan. Data di Indonesia dari Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) sejak tahun 2000-2013, angka kejadian HK pada bayi baru lahir sebanyak 1:2736.
Tujuan. Mengetahui hubungan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan pada anak dengan HK.
Metode. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang yang dilakukan periode bulan Agustus–November
2018. Subjek HK datang kontrol ke klinik rawat jalan endokrin dan tumbuh kembang RS. Hasan Sadikin, berusia <36 bulan dan
mendapat terapi levotiroksin, dilakukan penilaian perkembangan dengan pemeriksaan Denver dan CAT/ CLAMS (cognitive adaptive
test/ clinical linguistic auditory milestone scale). Analisis data menggunakan uji chi-kuadrat dan Mann Whitney (p<0,05).
Hasil. Terdapat 92 kasus HK, 12 dieksklusi, subjek terdiri dari 38 laki-laki dan 42 perempuan dengan rerata usia diagnosis 3,0
bulan (0,5–22,0 bulan). Didapatkan adanya hubungan usia saat diagnosis dan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan
(p<0,001). Usia saat diagnosis dan awitan pengobatan >3 bulan lebih banyak mengalami gangguan perkembangannya.
Kesimpulan. Pasien HK yang terlambat didiagnosis dan diberikan terapi akan mengalami gangguan perkembangan yang lebih
banyak. Sari Pediatri 2019;21(1):16-23

Kata kunci: CAT/CLAMS, Denver, gangguan perkembangan, hipotiroid kongenital

Relation between Onset of Congenital Hypothyroidism Treatment with


Child Developmental Disorders at Dr. Hasan Sadikin General Hospital
Adhitya Agung Pratama, Alex Chairulfatah, Novina, Faisal, Eddy Fadlyana

Background. Congenital Hypothyroidism (CH) is an inadequacy condition of thyroid hormones, thyroxine, and
triiodothyronine which cause metabolic and central nervous system organogenesis disorder. Untreated CH children are at risk to
become individuals with developmental disorder. Data from the Indonesian Pediatric Society, from 2000–2013 the incidence of CH
in newborns was 1: 2,736. Objective. To identify the relationship between the onset of treatment and developmental in children
with CH.
Methods. This was analytical observational study with cross-sectional approach conducted between August-November 2018. The
CH subjects came to Endocrinology and Growth-Developmental clinic of Hasan Sadikin Hospital were 36 months old and
given levothyroxine. The subjects were evaluated with Denver and CAT/CLAMS (Cognitive Adaptive Test/ Clinical Linguistic
Auditory Milestone Scale), analyzed using chi-square and Mann Whitney tests (p<0.05).
Result. Ninety two cases of CH were found, 12 excluded, subjects consisted of 38 boys and 42 girls (mean=3 months). There was
relation between the onset of diagnosis and treatment with developmental disorder (p <0.001). Onset of diagnosis and initial
treatment
> 3 months were found to have developmental disorders more.
Conclusions. Congenital hypothyroid patients who were late in diagnosis and therapy had more developmental disorders. Sari
Pediatri 2019;21(1):16-23
.
Keywords: CAT/CLAMS, congenital hypothyroidism, Denver, development disorder

Alamat korespondensi: Eddy Fadlyana. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UNPAD. Jl. Pasteur No.38, Bandung 40163. Tel./Fax.
022-2035957/022-2034426. Email: edfadlyana@yahoo.com

Sari Pediatri, Vol. 21, No. 1, Juni 2019 3


Adhitya Agung Pratama dkk: Hubungan awitan pengobatan HK dengan gangguan perkembangan

S
etiap anak diharapkan dapat tumbuh dan RSHS dan RSCM. Telaah rekam medis di RSCM
berkembang optimal sejak saat pembuahan dan RSHS menunjukkan bahwa lebih dari 70%
hingga dewasa sesuai dengan periode usianya. kasus HK didiagnosis setelah umur 1 tahun
Proses tumbuh kembang anak yang dimulai sehingga telah mengalami keterbelakangan
saat pembuahan hingga mencapai masa remaja mental yang permanen.2-4,7-17
dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan Bayi yang mengalami HK memerlukan terapi
eksternal. Salah satu faktor internal adalah fungsi subtitusi dengan pemberian levotiroksin dalam jangka
hormon tiroid yang adekuat. Penurunan kadar waktu tertentu dan berbagai stimulasi
hormon tiroid saat lahir dapat menyebabkan perkembangan agar tercapai tumbuh kembang
hipotiroid kongenital. Hipotiroid kongenital adalah optimal. Skrining perkembangan anak sebaiknya
kondisi kekurangan hormon tiroid, tiroksin dan tri- dilakukan dengan skala penilaian yang memenuhi
iodotironina sejak lahir sehingga menyebabkan validitas, realibilitas, sensitivitas, spesifisitas,
gangguan proses metabolisme dan organogenesis akseptabilitas, dan kesesuaian dengan kondisi
sistem saraf pusat. Angka kejadian HK bervariasi di setempat. Salah satu alat skrining yang banyak
setiap negara dengan kisaran 1:1.660 hingga 1:2.828 digunakan adalah Denver Developmental Screening
kelahiran hidup, bahkan di daerah endemik bisa Test (DDST) yang dapat digunakan pada anak sejak
mencapai 1:900 kelahiran hidup. Di negara Asia, lahir hingga 6 tahun (sensitivitas 83% spesifisitas
angka kejadian di Singapura 1:3000-3500, Malaysia 43%). Penilaian fungsi kognitif dilakukan dengan The
1:3026, Filipina 1:3460, Hongkong 1:2404 Cognitive Adaptive Test/ Clinical Linguistic and Auditory
kelahiran hidup. Berdasarkan data yang dikumpulkan Milestone Scale (CAT/CLAMS) yang bisa digunakan
oleh Unit Koordinasi Kerja Endokrinologi Anak pada anak usia 1 bulan hingga 36 bulan (sensitivitas
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sejak tahun 67% spesifisitas 95%).4, 9, 11, 15, 18, 19 Pada penelitian ini,
2000-2013, terdapat kasus gangguan tiroid pada kedua pemeriksaan tetap dilakukan pada semua pasien
bayi baru lahir sebanyak 1:2736 kelahiran hidup.1-7 karena dilakukan di rumah sakit pendidikan. Tujuan
Hormon tiroid berperan penting dalam pem- dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan
bentukan dan pematangan sistem saraf pusat Bayi awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan
dengan HK yang tidak diobati dapat berlanjut menjadi anak dengan hipotiroid kongenital yang kontrol ke
individu dengan disabilitas intelektual dan disertai klinik rawat jalan endokrin anak Rumah Sakit Umum
defisit motorik, seperti gangguan fungsi motorik kasar Pusat dr. Hasan Sadikin.
dan halus, serta koordinasi keseimbangan.
Penelitian lain juga menyimpulkan bahwa masalah
keterampilan motorik halus dapat disebabkan oleh Metode
penurunan fungsi visual-motor dan visual-spasial,
serta masalah pada memori dan perhatian. Alat Penelitian ini merupakan penelitian observasional
skrining digunakan untuk memantau anak dengan analitik dengan pendekatan potong lintang. Penelitian
kecurigaan gangguan neuropsikomotor yang dilakukan pada penyandang HK anak yang kontrol
disebabkan oleh HK. Alat skrining berupa prosedur pengobatan levotiroksin di klinik endokrin anak
cepat dan dirancang untuk stimulasi atau intervensi RSHS periode bulan Agustus hingga November 2018.
sedini mungkin bagi anak yang diidentifikasi perlu Penentuan jumlah sampel dengan uji beda kategorik
dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut . Amerika tidak berpasangan yang diambil secara konsekutif
Serikat dan Kanada untuk pertama kalinya pada sampai subjek minimum terpenuhi. Kriteria inklusi
tahun 1974 di Quebec dan Pittsburgh melakukan adalah pasien yang didiagnosis HK dan berobat
serangkaian studi percontohan untuk menguji teratur di klinik rawat jalan endokrin anak RSHS
kelayakan penggunaan uji kertas saring kepada bayi dan telah mendapatkan persetujuan tertulis dari
baru lahir untuk skrining HK. Indonesia juga sudah orang tua dengan menandatangani lembar
memulai skrining HK pada bayi baru lahir. persetujuan (informed consent). Kriteria eksklusi
Indonesia dengan bantuan dari International Atomic adalah pasien yang memiliki faktor yang dapat
Energy Agency (IAEA) telah melakukan penapisan mengganggu status perkembangan anak (penyakit
HK di RS. dr. Hasan Sadikin (RSHS) dan RS Cipto jantung bawaan berat, palsi serebri dan sindrom
Mangunkusumo. Selama tahun 2000–2005 telah Down). Diagnosis HK ditegakkan berdasarkan
dilakukan uji saring HK pada 55.647 bayi di
Adhitya Agung Pratama dkk: Hubungan awitan pengobatan HK dengan gangguan perkembangan
pemeriksaan TSH, fT4 serum
dan skintigrafi kelenjar tiroid. Subjek yang datang <0,001). Tidak terdapat hubungan antara status gizi,
dilakukan anamnesis, pemeriksaan antropometri tingkat pendidikan orangtua atau etiologi HK dengan
dan penilaian perkembangan dengan menggunakan gangguan perkembangan (p=0,885, p=0,178, p=0,601,
metode DDST dan CAT/CLAMS. Penentuan status p=0,682)
nutrisi menggunakan kriteria WHO Child Growth Tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat
Standards. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara berat badan lahir dengan tingkat
hubungan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan anak (p>0,05). Pasien dengan usia
perkembangan anak HK yang didiagnosis di RSHS. saat diagnosis dan pengobatan >3 bulan lebih
Penelitian ini telah mendapat persetujuan Komite Etik banyak mengalami gangguan perkembangan menurut
Penelitian Kesehatan RS Hasan Sadikin. Denver (p<0,001 dan p<0,001)
Data dianalisis dengan uji bivariat Tabel 4 menunjukkan bahwa gangguan per-
menggunakan chi-square untuk data kategorik dan kembangan dengan pemeriksaan CAT/ CLAMS
uji Mann Whitney untuk data numerik dengan lebih sering didapatkan pada anak usia >12 bulan
sebaran data tidak berdistribusi normal. Tingkat (p=0,001). Tidak ada hubungan bermakna
kemaknaan dalam penelitian ini dinyatakan bila gangguan perkembangan menurut pemeriksaan
p<0,05. Analisis dilakukan dengan program CAT/CLAMS dengan status gizi, pendidikan
perangkat lunak SPSS® 25. orangtua dan etiologi HK (p=0,340, p=0,594,
p=0,873, dan p=0,114)
Tabel 5 menunjukkan bahwa usia saat diagnosis
Hasil dan pengobatan >3 bulan secara bermakna lebih
banyak mengalami gangguan perkembangan menurut
Dalam kurun waktu penelitian didapatkan 92 kasus pemeriksaan CAT/ CLAMS (masing-masing p<0,001
HK, 12 pasien tidak diikutsertakan dalam penelitian dan p<0,001). Usia saat diagnosis dan awal
karena mengalami komorbid, di antaranya sindrom pengobatan anak >3 bulan lebih banyak mengalami
Down, penyakit jantung bawaan berat dan palsi suspect dan disabilitas intelektual dengan masing-
serebri. Subjek penelitian terdiri dari 38 laki-laki masing median 8 bulan. Tidak terdapat perbedaan
dan 42 perempuan. Subjek memiliki rerata usia 15 bermakna antar gangguan perkembangan menurut
bulan dengan sebaran usia ≤12 bulan 38 anak dan ≥12 pemeriksaan CAT/ CLAMS dengan berat badan
bulan sebanyak 42 anak. Usia saat diagnosis HK pada lahir.
pasien rerata pada usia 3 bulan. Karakteristik subjek
dari penelitian ini tertera pada Tabel 1.
Dari Tabel 2 didapat anak usia >12 bulan lebih Pembahasan
banyak mengalami gangguan perkembangan (p
Hipotiroid kongenital adalah kelainan endokrin paling
umum dengan insiden sekitar 1:2000-4000 bayi
Tabel 1. Karakteristik pasien hipotiroid kongenital baru lahir. Hipotiroid kongenital menjadi penyebab
Karakteristik Jumlah % utama keterbelakangan mental dan delayed neuro
Jenis kelamin psikomotor development (NPMD). Namun, penyakit
Laki-laki 38 47,5 ini dapat dicegah dengan melakukan skrining rutin
Perempuan 42 52,5 pada bayi baru lahir dan pemberian terapi sedini
Status gizi
mungkin. Pasien HK dapat diterapi dengan pemberian
Normal 49 61,2
levotiroksin agar dapat memenuhi kebutuhan
Malnutrisi sedang 19 23,8
metabolisme tubuh dan stimulasi atau fisioterapi
Malnutrisi berat 12 15,0
yang tepat.4,8,10,20
E tiologi
Kelenjar tiroid ektopik 1 1,25
Rerata usia saat diagnosis HK dari populasi
Agenesis tiroid 22 27,5
subjek >3 bulan, sebagian besar pasien berusia >12
Hipoplasia tiroid 11 13,7 bulan. Status gizi dan tingkat pendidikan orang tua
Dishormogenesis 18 22.5 tidak memengaruhi gangguan perkembangan pada
Tidak diketahui 28 35,0 pasien. Hasil penelitian ini menemukan gangguan
perkembangan dengan Denver sebanyak 34 anak

18 Sari Pediatri, Vol. 21, No. 1, Juni 2019


dan 46 anak dengan CAT/CLAMS (8 suspect, 32
disabilitas intelektual dan 6 gangguan
komunikasi).

Sari Pediatri, Vol. 21, No. 1, Juni 2019 19


Pada tahun 2017, Scharf22 melakukan studi yang tumbuh kembang, usia tulang, pubertas dan IQ
menyimpulkan bahwa bayi berat badan lahir rendah bila memungkinkan. Bongers23 mengungkapkan
memiliki nilai Bayley lebih rendah dibanding yang pemberian terapi optimal hingga mencapai keadaan
lahir dengan berat normal. Hal tersebut disebabkan eutiroid dan kadar FT4 yang dipertahankan sampai
karena penambahan berat pada bayi berbanding pada batas atas selama 1 tahun pertama kehidupan
lurus dengan volume otak. Nakamizo21 kemudian dapat mencapai perkembangan psikomotor normal
melakukan penelitian lanjutan pada bayi HK dan saat usia 10-30 bulan. Pada penelitian ini memiliki
menyimpulkan bahwa terdapat tiga faktor yang hasil yang berbeda, sampai dengan usia 3 tahun
memengaruhi buruknya luaran perkembangan sebagian besar pasien mengalami gangguan
intelektual pada bayi HK, yaitu berat badan lahir perkembangan ditinjau dari hasil penilaian Denver
rendah, komorbiditas, dan tingginya kadar TSH pada dan CAT/CLAMS karena subjek memiliki
saat diagnosis. Pada penelitian ini berat badan lahir keadekuatan terapi yang berbeda-beda, baik berupa
terbukti tidak berpengaruh terhadap adanya gangguan usia awitan pengobatan maupun stimulasi atau
pada perkembangan.21, 22 fisioterapi.
Pemberian terapi pada HK berupa obat pengganti Pada anak HK, defisiensi hormon tiroid terjadi
hormon bernama natrium levotiroksin yang diberikan sejak masa prenatal, hormon tiroid sangat penting
sesuai usia. Tujuan pemberian untuk mencapai untuk perkembangan otak, pasien HK berisiko tinggi
keadaan eutiroid (kadar T4 dan TSH normal). mengalami kerusakan otak berupa defisiensi kognitif
Pemberian obat sebaiknya sedini mungkin dan dan motorik seumur hidupnya. Diagnosis dini dan
disertai pemantauan

Tabel 2. Hubungan karakteristik subjek dengan gangguan perkembangan menggunakan DDST


Semua pasien
Variabel Perkembangan (Denver) p
n=80 Suspec Normal
t n=46 n=34
Kategori usia (bulan)
≤12 38 (47,5) 14 (30,4) 24 (70,6) 0,001a*
>12 42 (52,5) 32 (69,6) 10 (29,4)
Status gizi
Normal 49 (61,3) 29 (63,0) 20 (58,8) 0,885a
Malnutrisi sedang 19 (23,8) 10 (21,7) 9 (26,5)
Malnutrisi berat 12 (15,0) 7 (15,3) 5 (14,7)
Pendidikan orang tua
Ayah, n(%)
SD 11 (13,8) 6 (13,0) 5 (14,7) 0,178a
SMP 29 (36,3) 19 (41,3) 10 (29,4)
SMA 34 (42,5) 20 (43,5) 14 (41,2)
Perguruan tinggi 6 (7,5) 1 (2,2) 5 (14,7)
Ibu, n(%)
SD 12 (15,0) 6 (13,0) 6 (17,6) 0,601a
SMP 37 (46,3) 24 (52,2) 13 (38,2)
SMA 26 (32,5) 14 (30,4) 12 (35,3)
Perguruan tinggi 5 (6,3) 2 (4,3) 3 (8,8)
Etiologi n=52 n=34 n=18
Kelenjar tiroid ektopik 1 (1,9) 1 (2,9) 0 (0,0) 0,682a
Agenesis tiroid 22 (42,3) 14 (41,2) 8 (44,4)
Hipoplasia tiroid 11 (21,2) 6 (17,6) 5 (27,8)
Dishormogenesis 18 (34,6) 13 (38,2) 5 (27,8)
Keterangan: n=frekuensi, %=persentase, uji berdasarkan achi square, *signifikan p<0,05
Tabel 3. Hubungan awitan pengobatan dengan tingkat perkembangan anak menggunakan DDST
Semua Pasien Tingkat perkembangan (Denver)
Variabel p
n=80 Suspect Normal
n=46 n=34
Berat badan lahir (kg)
≤2,5 30 (37,5) 16 (34,8) 14 (41,2) 0,559a
>2,5 50 (62,5) 30 (65,2) 20 (58,8)
Usia saat diagnosis, bulan, n(%)
≤3 42 (52,5) 8 (17,4) 34 (100) <0,001a*
>3 38 (47,5) 38 (82,6) 0 (0,0)
Awitan pengobatan, bulan, n(%)
≤3 40 (50,0) 6 (13,0) 34 (100) <0,001a*
>3 40 (50,0) 40 (87,0) 0 (0,0)
Keterangan: n=frekuensi, %=persentase, uji berdasarkan achi square, bMann Whitney, *signifikan p<0,05

Tabel 4. Hubungan karakteristik subjek dengan tingkat perkembangan menggunakan CAT/CLAMS


Tingkat perkembangan (CAT/CLAMS)
Tidak normal
Semua pasien
Variabel Normal Disabilitas Gangguan p
n=80 Suspect
n=34 intelektual Komunikasi
n=8 n=32 n=6
Kategori usia (bulan)
≤12 38 (47,5) 24 (70,6) 5 (62,5) 6 (18,8) 3 (50,0) 0,001a*
>12 42 (52,5) 10 (29,4) 3 (37,5) 26 (81,2) 3 (50,0)
Status gizi
Normal 49 (61,3) 20 (58,8) 7 (87,5) 19 (59,4) 3 (50,0) 0,340a
Malnutrisi sedang 19 (23,8) 9 (26,5) 1 (12,5) 6 (18,8) 3 (50,0)
Malnutrisi berat 12 (15,0) 5 (14,7) 0 (0,0) 7 (21,9) 0 (0,0)
Pendidikan orang tua
Ayah, n (%)
SD 11 (13,8) 5 (14,7) 2 (25,0) 3 (9,4) 1 (16,7) 0,594a
SMP 29 (36,3) 10 (29,4) 2 (25,0) 15 (46,9) 2 (33,3)
SMA 34 (42,5) 14 (41,2) 4 (50,0) 13 (40,6) 3 (50,0)
Perguruan tinggi 6 (7,5) 5 (14,7) 0 (0,0) 1 (3,1) 0 (0,0)

Ibu, n (%)
SD 12 (15,0) 6 (17,6) 1 (12,5) 4 (12,5) 1 (16,7) 0,873a
SMP 37 (46,3) 13 (38,2) 3 (37,5) 17 (53,1) 4 (66,7)
SMA 26 (32,5) 12 (35,3) 4 (50,0) 9 (28,1) 1 (16,7)
Perguruan tinggi 5 (6,3) 3 (8,8) 0 (0,0) 2 (6,3) 0 (0,0)

Etiologi n=52 n=18 n=4 n=26 n=4


Tiroid ektopik 1 (1,9) 0 (0,0) 1 (25,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 0,114a
Agenesis tiroid 22 (42,3) 8 (44,4) 1 (25,0) 12 (46,1) 1 (25,0)
Hipoplasia tiroid 11 (21,2) 5 (27,8) 1 (25,0) 4 (15,4) 1 (25,0)
Dishormogenesis 18 (34,6) 5 (27,8) 1 (25,0) 10 (38,5) 2 (50,0)
Keterangan: n=frekuensi, %=persentase, uji berdasarkan aChi square, *signifikan p<0,05
Tabel 5. Hubungan awitan pengobatan dengan gangguan perkembangan anak menggunakan CAT/CLAMS
Tingkat perkembangan
p
Variabel Semua Normal (CAT/CLAMS)
pasien Disabilitas Gangguan
n=34 Suspec
n=80 intelektual komunikasi
t
n=32 n=6
n=8
Berat badan lahir (kg)
≤2,5 30 (37,5) 14 (41,2) 4 (50,0) 10 (31,3) 2 (33,3) 0,727a
>2,5 50 (62,5) 20 (58,8) 4 (50,0) 22 (68,8) 4 (66,7)
Usia saat diagnosis, an, n(%)
bul 42 (52,5) 34 (100) 3 (37,5) 1 (3,1) 4 (66,7) <0,001a*
≤3
>3 38 (47,5) 0 (0,0) 5 (62,5) 31 (96,9) 2 (33,3)
Awitan pengobatan, bulan, n (%)
≤3 40 (50,0) 34 (100) 2 (25,0) 0 (0,0) 4 (66,7) <0,001a*
>3 40 (50,0) 0 (0,0) 6 (75,0) 32 (100,0) 2 (33,3)
Keterangan: n=frekuensi, %=persentase, uji berdasarkan achi square, *signifikan p<0,05

suplementasi awal levotiroksin setelah lahir, dapat psikomotor Bayley untuk bayi dan menunjukkan skor
dilakukan berkat adanya program skrining neonatal. di bawah persentil
Pada penelitian ini, kebanyakan pasien dilakukan
terapi tidak lama setelah dosis HK ditegakkan. Rerata
usia terapi 3,5 bulan, tetapi sebagian besar pasien
mengalami gangguan perkembangan. Penelitian
Wirawan dkk24 menyebutkan bahwa pemberian terapi
sejak dini akan memberikan luaran pertumbuhan dan
perkembangan intelektual yang lebih baik. Wirawan
dkk menyebutkan beberapa kondisi yang mungkin
berperan terhadap luaran meliputi derajat keparahan
penyakit, komorbid, dan keadekuatan terapi
levotiroksin yang diberikan seperti dosis, ketaatan
minum obat, dan ketaatan kontrol rutin.4,9,11,24
Pada pasien HK dapat juga disertai atau
didiagnosis banding dengan penyakit sindrom Down
yang akan menghasilkan luaran perkembangan yang
terlambat.25 Pada penelitian ini, dari 92 subjek HK,
12 pasien dieksklusi karena disertai penyakit
jantung bawaan berat, sindrom Down, dan palsi
serebri. Subjek yang dimasukan ke dalam penelitian
sebagian besar juga menyerupai tampilan sindrom
Down, tetapi tidak semuanya dilakukan pemeriksaan
kromosom. Hal ini mungkin dapat menjelaskan masih
banyak subjek yang mengalami gangguan
perkembangan walapun sudah mendapatkan terapi
yang adekuat.25
Penelitian Pop dkk memeriksa sekitar 220 ibu
dengan konsentrasi tiroksin serum yang rendah
pada saat kehamilan 12 minggu dan kemudian
melahirkan bayi yang pada usia 10 bulan dilakukan
penilaian dengan indeks skala perkembangan
sepuluh dibandingkan bayi normal.26 Haddow
dkk27 melakukan sebuah penelitan pada ibu untuk
melihat perkembangan neuropsikologis anak HK
dengan menilai kecerdasan, perhatian, bahasa,
kemampuan membaca, kinerja di sekolah, dan
kinerja visual motor. Tes intelegensia diukur
menggunakan Skala Kecerdasan Wechsler untuk
anak Skala Wechsler merupakan tes kecerdasan
yang paling banyak digunakan. Penelitian ini
menunjukkan hasil adanya gangguan perkembang-
an saraf yang lebih besar pada anak yang tidak
diobati. Skor anak HK dari 15 tes lebih buruk
daripada anak normal. Skor IQ rata-rata 7 poin
lebih rendah, dan sekitar 19% anak dengan
hipotiroid memiliki nilai IQ 85 atau lebih rendah
dibandingkan anak normal yang hanya 5%. Pada
penelitian ini, pemeriksaan yang digunakan adalah
CAT/CLAMS dengan hasil akhir, yaitu 32 subjek
disabilitas intelektual, 8 suspect, dan 6
subjek mengalami gangguan komunikasi. 27, 28
Defisit hormon hipotiroid dapat menyebabkan
kerusakan pada area otak yang berbeda, antara
lain, korteks parietal posterior yang bertanggung
jawab atas kesadaran spasial; lobus temporal inferior
bertanggung jawab untuk pengidentifikasian
benda, nucleus kaudatus yang berhubungan
dengan perhatian, serta hippocampus yang
berhubungan dengan memori. Ada juga laporan
yang menyebutkan mengenai defisit/ gangguan
pendengaran. Defisit hormon tiroid juga dapat
menyebabkan kelemahan di bidang persepsi,
kognitif, bahasa, sosial, dan kemandirian, serta
gangguan dalam bahasa. Pada penelitian ini
dengan menggunakan CAT/CLAMS dapat
disimpulan subjek
paling banyak mengalami disabilitas intelektual, Congenital Hypothyroidism. Thyroid Diseases in Childhood.
diikuti hasil suspect dan gangguan komunikasi. Switzerland: Springer; 2015.h.27-31.
Sebagian besar subjek diakui oleh orang tua sudah 3. Seo MK, Yoon JS, So CH, Lee HS, Hwang JS.
menjalani pengobatan rutin. Namun, masih banyak Intellectual development in preschool children with early
pasien yang mendapat hasil adanya gangguan treated congenital hypothyroidism. Ann Pediatr
perkembangan. Hasil ini masih mungkin diakibatkan Endocrinol Metab 2017;22:102-7.
beberapa faktor, seperti derajat keparahan, awitan 4. Frezzato RC, Santos DCC, Goto MMF, Ouro MPCd, Santos
pengobatan, komorbid, dan keadekuatan terapi CTMd, Dutra V, dkk, penyunting. Fine motor skills and
levotiroksin.4, 9, 15 expressive language: a study with children with congenital
Hipotiroid kongenital secara nyata merupakan hypotyreoidism. SciELO Brasil: CoDAS; 2017.
penyakit yang dapat menurunkan kualitas 5. Morreale de Escobar G, Obregon MJ, Escobar del Rey F.
kehidupan setiap individu yang akan berdampak Role of thyroid hormone during early brain development.
pada kemajuan suatu bangsa. Program skrining HK Eur J endocrinol 2004;151 Suppl 3:U25-37.
merupakan salah satu cara yang terbukti efektif 6. Therrell BL, David-Padilla C. Screening of Newborns for
dalam menurunkan morbiditas penyakit ini. Sampai Congenital Hypothyroidism: Guidance for Developing
saat ini, program skrining HK pemerintah belum Programmes: IAEA; 2005.
berjalan optimal. Hal tersebut dikarenakan adanya 7. Dalili S, Rezvani SM, Dalili H, Amiri ZM, Mohammadi
keterbatasan proses skrining/pengambilan sampel, H, Kesh SA, dkk. Congenital hypothyroidism: etiology
pelaporan hasil hingga tindak lanjut stimulasi/ and growth-development outcome. Acta Med Iran
intervensi terhadap pasien yang positif. Pada 2014;52:752.
penelitian ini hampir semua pasien yang datang bukan 8. Desai MP. Congenital hypothyroidism: Screening dilemma.
hasil dari program skrining HK sehingga Indian J Endocrinol Metab 2012;16 Suppl 2:S153.
dikhawatirkan jumlah pasien HK yang sebenarnya 9. Campos MLP, Musso M, Keselman A, Gruneiro L, Bergadá
masih mungkin lebih besar. I, Chiesa A. Cognitive profiles of patients with early detected
Beberapa keterbatasan penelitian ini meliputi and treated congenital hypothyroidism. Arch Argent Pediatr
ketidaklengkapan hasil pemeriksaan kromosom pada 2017;115:12-7.
subjek sehingga dapat menjadi bias hasil penelitian, 10. Heidari Z, Feizi A, Hashemipour M, Kelishadi R, Amini
data yang kurang mengenai pemberian intervensi M. Growth development in children with congenital
fisioterapi juga mengakibatkan hasil penelitian yang hypothyroidism: the effect of screening and treatment
berbeda karena pada dasarnya stimulasi/ intervensi variables-a comprehensive longitudinal study. Endocrine
fisioterapi merupakan faktor yang dapat memengaruhi 2016;54:448-59.
luaran perkembangan pada pasien HK. 11. Van der Sluijs Veer L, Kempers MJ, Wiedijk BM, Last
BF, Grootenhuis MA, Vulsma T. Evaluation of cognitive and
motor development in toddlers with congenital
Kesimpulan hypothyroidism diagnosed by neonatal screening. J Dev
Behav Pediatr 2012;33:633-40.
Gangguan perkembangan pada anak HK dapat 12. Smith L. Updated AAP guidelines on newborn screening and
dicegah apabila dilakukan deteksi dini, pemberian obat therapy for congenital hypothyroidism. Amer acad Family
levotiroksin teratur dan stimulasi/ intervensi fisioterapi Physicians; 2007.
yang baik. Dari hasil penelitian ini, usia saat diagnosis 13. Najmi SB, Hashemipour M, Maracy MR, Hovsepian S,
dan terapi sedini mungkin menjadi faktor penentu Ghasemi M. Intelligence quotient in children with congenital
perkembangan normal, pasien yang didiagnosis dan hypothyroidism: The effect of diagnostic and treatment
diberikan terapi >3 bulan lebih banyak mengalami variables. J Res Med Sci 2013 ;18:395-9.
gangguan perkembangan. 14. Kooistra L, Laane C, Vulsma T, Schellekens JM, van der
Meere JJ, Kalverboer AF. Motor and cognitive development
in children with congenital hypothyroidism: a long-term
Daftar pustaka evaluation of the effects of neonatal treatment. J Pediatr
Pediatr Med 1994;124:903-9.
1. Depkes. Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. In: 15. Buluş AD, Tiftik E. Evaluation of neurodevelopment of
Indonesia DKR, penyunting. Jakarta: Depkes; 2015. children with congenital hypothyroidism by the Denver
2. Bona G, Bellone S, Prodam F, Monzani A. Etiology of
Developmental
Screening Test. J Pediatr Endocrinol Metab 2017;30:1061-6.
23. Bongers-Schokking JJ, Koot HM, Wiersma D, Verkerk PH,
16. LaFranchi SH, Austin J. How should we be treating children
de Muinck Keizer-Schrama SM. Influence of timing and
with congenital hypothyroidism? J Pediatr Endocrinol Metab
dose of thyroid hormone replacement on development in
2007;20:559-78.
infants with congenital hypothyroidism. J Pediatr
17. Rustama D, Fadil MR, Harahap ER, Primadi A. Newborn
2000;136:292-7.
screening in Indonesia. Southeast Asian J Trop Med
24. Wirawan A, Sunartini S, Suryawan B, Soetjiningsih S.
Public Health 2004;34:76-9.
Tumbuh Kembang Anak Hipotiroid Kongenital yang
18. Frankenburg WK, Dodds J, Archer P, Shapiro H, Bresnick
Diterapi dini dengan Levo-tiroksin dan Dosis Awal
B. The Denver II: a major revision and restandardization of
Tinggi. Sari Pediatri 2016;15:69-74.
the Denver Developmental Screening Test. BMJ Paediatr
25. 25. Claret C CJ, Goday A. Hypothyroidism and Down’s
Open 1992;89:91-7.
syndrome. Rev Med Int Sindr Down 2013;17:18-24.
19. Accardo PJ, Capute AJ. The Capute Scales: Cognitive
26. Pop VJ, Kuijpens JL, van Baar AL, Verkerk G, van Son
Adaptive Test/Clinical Linguistic & Auditory Milestone
MM, de Vijlder JJ, dkk. Low maternal free thyroxine
Scale (CAT/ CLAMS). Illionis: Brookes Pub; 2005.
concentrations during early pregnancy are associated with
20. Büyükgebiz A. Newborn screening for congenital hypo-
impaired psychomotor development in infancy. Clin
thyroidism. J Pediatr Endocrinol Metab 2006;19:1291-8.
Endocrinol 1999;50:149-55.
21. Nakamizo M, Toyabe S-i, Asami T, Akazawa K. Mental
27. Haddow JE, Palomaki GE, Allan WC, Williams JR, Knight
development of infants with congenital hypothyroidism: a
GJ, Gagnon J, dkk. Maternal thyroid deficiency during
longitudinal study. Clin Pediatr 2007;46:53-8.
pregnancy and subsequent neuropsychological development
22. Scharf RJ, Stroustrup A, Conaway MR, DeBoer MD.
of the child. BMJ Paediatr Open 1999;341:549-55.
Growth and development in children born very low
28. Anastácio-Pessan FdL, CusinLamônica DA. Congenital
birthweight. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed
hypothyroidism: influence for language and behavioral
2016;101:F433-8.
skills: study review. Revista CEFAC 2014;16:1990-6.
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 10 Nomor 3, Agustus 2020
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/2trik10311

Terapi Latihan Pada Motor Delayed Akibat Hipotiroid di Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi
Tahun 2016

Tuty Swarni Sinaga


Program Studi D III Fisioterapi, Fakultas Kesehatan; Universitas Efarina, guzhtoo@gmail.com
(koresponden)

ABSTRACT

Motor delay is a condition that effects body functions or structure, and make limitation physical activities
such as crawling, walking, grabbing or daily activities and may limit the participation and physical activites
in children. One of the factors causing motor delayed is the hypothyroid hormone. Thyroid hormone has a
vital role in the growth, metabolism, and regulation of body fluids. Thyroid hormone deficiency cause growth
failure, and mental retardation. Early detection of motor delay can be done by using Denver Development
Screening Test (DDST). This test is done with the purpose to follow the process of child development, to
overcome early if found development delay. Physiotherapy is needed to deal with delays in motor
development. Therapeutic exercise is one of the modalities of physiotherapy in motor improvement using body
movement exercises either actively or passively.
Keywords: motor delay; hypothyroid; therapeutic exercise

ABSTRAK

Motor delay adalah kondisi yang mempengaruhi fungsi tubuh atau stuktur, dapat membatasi aktivitas fisik
seperti merangkak, berjalan, meraih atau aktivitas sehari-hari dan dapat membatasi partisipasi dan aktivitas
fisik pada anak. Salah satu faktor yang menyebabkan motor delayed adalah hormon hipotiroid. Hormon tiroid
memiliki peran vital dalam pertumbuhan, metabolisme, dan pengaturan cairan tubuh. Kekurangan hormon
tiroid dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, juga dapat mengakibatkan keterbelakangan mental pada
penderitanya. Deteksi dini keterlambatan motorik dapat dilakukan dengan menggunakan DDST II (Denver
Development Screening Test). Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk mengikuti proses perkembangan anak,
dan mengatasi secara dini bila ditemukan keterlambatan perkembangan. Fisioterapi diperlukan untuk
menangani keterlambatan perkembangan motorik. Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dalam
proses perbaikan motorik dengan menggunakan latihan- latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif.
Terapi latihan yang diberikan oleh fisioterapi pada anak dengan hormon hipotiroid, diharapkan dapat
memberikan kemajuan perkembangan pada anak tersebut sehingga dapat mencapai tingkat perkembangan yang
seoptimal mungkin sesuai dengan usia anak.
Kata kunci: motor delay; hormon hipotiroid; terapi latihan

PENDAHULUAN

Anak adalah masa depan bagi orangtua, keluarga dan bangsa. Sejak dalam kandungan seorang ibu akan
selalu mengharapkan yang terbaik untuk menentukan dan mengarahkan masa depan anak. Masa tumbuh
kembang anak adalah masa yang sangat rentan bagi setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk
memperhatikan semua aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Abnormalitas fungsi tiroid merupakan salah satu faktor biologis yang dapat menghambat pertumbuhan
dan perkembangan anak. Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai proses
metabolisme (metabolisme protein, karbohidrat, lemak), aktivitas fisiologik yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk sistem saraf dan otak, bahkan pada hampir
semua sistem organ tubuh manusia. Kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid akan mengganggu berbagai
proses metabolisme dan aktifitas fisiologik(1).
Hipotiroid merupakan salah satu penyakit atau gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan bentuk
kelenjar maupun perubahan fungsi (berkurang). Hipotiroid lebih sering terjadi pada wanita dengan berat
badan lahir rendah dan indeks massa tubuh yang rendah pada masa anak anak (2). Prevalensi hipotiroid sepuluh
kali lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (3). Perbedaan prevalensi ini timbul karena pada
wanita terjadi peningkatan sintesis tiroglobulin di sel hepar yang dipicu oleh estrogen (4).

216
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 10 Nomor 3, Agustus 2020
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

Dampak dari hormon hipotiroid konginetal pada anak yang sangat menyedihkan adalah
keterbelakangan mental yang tidak bisa dipulihkan. Prevalensi angka kejadian hipotiroid diperkirakan 1
diantara 2000-3000 bayi baru lahir. Sehingga kemungkinan yang terjadi dari 5 juta kelahiran di Indonesia,
akan lahir lebih dari 1600 penderita Hipotiroid konginetal setiap tahunnya(5).
Berdasarkan data Instalasi Rehabilitasi Medik RS Etaham Berastagi Januari 2017 sampai 12 Oktober
2017 menunjukkan motor delayed atau delayed milestone merupakan salah satu dari 10 besar kasus dengan
pasien terbanyak.(6)
Motor delayed adalah kondisi yang mempengaruhi fungsi tubuh atau stuktur, dapat membatasi
aktivitas fisik seperti merangkak, berjalan, meraih atau aktivitas sehari-hari dan dapat membatasi partisipasi
dan aktivitas fisik pada anak.(7).
Motor delayed dapat dievaluasi dengan metode DDST (Denver Developmental Screening Test). Aspek
perkembangan yang dinilai akan dimasukkan dalam 4 kelompok besar yaitu: personal sosial (perilaku sosial),
gerakan motorik halus, bahasa, dan gerakan motorik kasar (8).
Penanganan motor delayed akibat hormon hipotiroid merupakan penanganan yang komprehensif
dengan multidislipiner ilmu yang terkait, baik dari segi abnormalitas tiroid itu sendiri atau rehabilitatifnya.
Peran fisioterapi yang terkait dengan rehab medis sangat penting dalam membantu dan memperbaiki
keterlambatan motorik pada anak serta berperan dalam meningkatkan kemampuan fungsional agar penderita
mampu hidup mandiri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap orang lain (9). Tujuan penelitian
adalah mengetahui penatalaksanaan pada motor delayed akibat hormon hipotiroid.

METODE

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok
untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan
dengan menggunakan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi(10).
Latihan adalah keterampilan psikomotor yang diajarkan terapis dimana pasien diharapkan mampu
menambah ketahanan, kekuatan serta mungkin menambah massa otot, gerak yang dilakukan pada bidang
anatomis, dalam pola diagonal atau pola kombinasi dari gerakan yang merangsang aktivitas fungsional(11).

Evaluasi dengan DDST

Denver Development Screening Test : Denver II adalah sebuah metode asessment yang digunakan
untuk menilai perkembangan anak dengan umur kurang dari 6 tahun. DDST merefleksikan presentase
kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu, untuk kemudian
dibandingkan dengan perkembangan anak yang seusia (12).
Penilaian saat melakukan tes DDST II ini harus kooperatif dengan terapis. Penilaian tiap komponen
dapat dikategorikan P = Pass (lulus), F=Fail (gagal), N.O=No Opportunity (Tidak ada kesempatan), dan
R=Refusal (Menolak). Kemudian ditarik garis lurus berdasarkan garis usia real yang memotong horizontal
tugas perkembangan pada formulir DDSTII. Selanjutnya dihitung masingmasing komponen berapa jumlah
yang menyatakan P (lulus) atau F (gagal). Hasil tes ini akan diklasifikasikan dalam kategori: Advance/ lebih,
Normal, Caution / peringatan, Delayed / keterlambatan, dan No Oppurtunity / tidak ada kesempatan (13).
Dosis terapi latihan yang digunakan sebanyak 6 kali pengulangan pada setiap gerakan dengan melihat
kondisi pasien. Jika kondisi pasien cukup baik dosis dapat ditingkatkan hingga 10 kali pengulangan(14).

HASIL

Pada aspek motorik kasar terdapat 10 fail (F), aspek bahasa terdapat 8 fail (F), aspek motorik halus
terdapat 4 fail (F), aspek personal sosial terdapat 7 fail (F), dari pemeriksaan tersebut anak dianggap delay
karena anak gagal/ menolak melakukan komponen yang terletak jelas disebelah kiri garis umur.
Diagnosa Fisioterapi: Problem kapasitas fisik, Terdapat ligamen laxity pada kedua ankle dan knee,
Terdapat kelemahan otot-otot ekstensor hip dan ekstensor knee, Problem kemampuan fungsional, Pasien
belum mampu, berdiri mandiri, tetapi bisa berdiri dengan bantuan dan berpegangan.
Problem partisipasi social: Pasien belum mampu berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar, karena pasien
belum bisa bicara. Bila pasien meminta sesuatu pasien menangis.
Berdasarkan hasil pemeriksaan DDST II, maka didapatkan penilaian sebagai berikut:

217 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
Tabel 1. Hasil pemeriksaan DDST II

No Aspek Item Interpretasi


Duduk tanpa pegangan P
Berdiri dengan pegangan P
Bangkit untuk berdiri F
Bangkit terus duduk P
Berdiri 2 detik P
Berdiri sendiri F
Membungkuk kemudian berdiri F
Berjalan dengan baik F
1 Motorik kasar Berjalan mundur F
Lari F
Berjalan naik tangga F
Menendang bola kedepan F
Melompat F
Melempar bola lengan ke atas F
Mengoceh P
Papa/mama spesifik F
1 kata F
2 kata F
3 kata F
2 Bahasa 6 kata F
Menunjuk 2 gambar F
Kombinasi kata F
Menyebut 1 gambar F
Tepuk tangan P
Menyatakan keinginan F
Daag daag dengan tangan P
Main bola dengan pemeriksa P
Menirukan kegiatan P
Minum dengan cangkir F
3 Personal sosial Membantu dirumah F
Menggunakan sendok garpu F
Membuka pakaian F
Menyuapi boneka F
Menggosok gigi F
Menaruh kubus di cangkir P
Mencoret-coret F
Ambil manik-manik yang ditunjukkan P
4 Motorik halus Menara dari 2 kubus F
Menara dari 4 kubus F
Menara dari 6 kubus F
218 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 10 Nomor 3, Agustus 2020
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

Tujuan

Tujuan jangka pendek:


a) Meningkatkan kekuatan otot ekstensor hip dan ekstensorknee
b) Menstimulasi dan memfasilitasi latihan keseimbangan berdiri dan berdiri
Tujuan jangka panjang: mengoptimalkan kemampuan fungsional pasien sesuai tumbuh kembangnya.

Rencana Tindakan

Berdasarkan resep dokter Rehabilitasi Medik tanggal 3 Mei 2014, pasien mendapatkan terapi wicara
dan terapi latihan berupa stimulasi postural, stimulasi jongkok ke berdiri, stimulasi stabilisasi berdiri,
stimulasi berjalan.

Pelaksanaan

Pelaksanaan fisioterapi dilakukan pada tanggal 3, 17, 24, 31 Mei dan 5 Juni 2016 di RS. Efarina Etaham
sebagai berikut:

Stimulasi postural
Posisi pasien terlentang, terapis memegang kedua pelvis pasien dan melakukan gerakan pelvic tilt ke arah
anterior dan posterior secara bergantian. Dilakukan 8 kali pengulangan.

Stimulasi jongkok ke berdiri


Pasien diposisikan jongkok didepan pasien, dengan pegangan terapis berada di kedua lutut pasien,
terapis mendorong kedua lutut kedepan maka reaksi pasien akan berdiri. Dilakukan 8 kali pengulangan setiap
sesi latihan.

Stimulasi stabilisasi berdiri


Pasien diposisikan berdiri didepan terapis. Terapis memberikan stabilisasi pada kedua lutut sehingga
pasien dalam posisi tegak, kemudian pegangan terapis berada dikedua pelvis pasien, dan pasien
mempertahankan posisitegaknya.

Stimulasi berjalan
Pasien diposisikan berdiri didepan terapis, terapis memegang pada kedua pelvis pasien, terapis
memfasilitasi anak untuk menumpu berat badan pada tungkai kanan, kemudian respon yang didapatkan adalah
tungkai kiri melangkah kedepan. Selanjutnya dilakukan bergantian pada tungkai kiri dan respon yang didapat
tungkai sebelah kanan melangkah kedepan. Pola tersebut diulang sampai pasien melangkah kedepan dan ke
belakang.

Edukasi

Keluarga pasien diberikan edukasi untuk melakukan latihan dirumah dengan cara mengulangi gerakan
yang telah diajarkan oleh terapis, seperti melatih anak untuk berdiri dari posisi duduk diatas kursi, diberikan
stabilisasi berdiri dengan pegangan di kedua lutut anak dan dilatih untuk berjalan dengan menumpu berat badan
pada salah satu tungkai.

Resume

Pasien atas nama An.G usia 17 bulan dengan diagnosa medis Global development delay + hipotiroid
sentral + cholestasis. Dilakukan pemeriksaan fisioterapi di dapatkan problem kapasitas fisik berupa kelemahan
pada otot-otot ekstensor hip dan knee, terdapat ligament laxity pada kedua ankle, dan flat foot pada kedua kaki,
sedangkan problem kemampuan fungsional pasien yaitu belum mampu berdiri mandiri, hanya bisa berdiri
dengan bantuan dan berpegangan, mampu berjalan namun hanya beberapa langkah. Kemudian dilakukan
tindakan fisioterapi berupa terapi latihan berupa (1) latihan stimulasi postural, (2) latihan stimulasi jongkok ke
berdiri, (3) latihan stimulasi stabilisasi berdiri, (4) latihan stimulasi berjalan. Setelah dilakukan 5 kali terapi
didapatkan peningkatan pada kekuatan otot-otot hip dan knee, serta pasien sudah mampu berdiri seimbang dan
mempunyai inisiasi untuk berjalan 3-5 langkah.

219 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien atas nama An.G usia 17 bulan dengan diagnosa medis Global development delay
+ hipotiroid sentral + cholestasis. Dilakukan pemeriksaan fisioterapi di dapatkan problem kapasitas fisik
berupa kelemahan pada otot-otot ekstensor hip dan knee, terdapat ligament laxity pada kedua ankle, dan flat
ffoot pada kedua kaki, sedangkan problem kemampuan fungsional pasien yaitu belum mampu berdiri mandiri,
hanya bisa berdiri dengan bantuan dan berpegangan, mampu berjalan namun hanya beberapa langkah.
Kemudian dilakukan tindakan fisioterapi berupa terapi latihan berupa latihan stimulasi postural, latihan
stimulasi jongkok ke berdiri, latihan stimulasi stabilisasi berdiri, latihan stimulasi berjalan. Fisioterapi
memberikan intervensi latihan berupa stimulasi dan fasilitasi kepada pasien dengan tujuan meningkatkan
reaksi-reaksi pada anak untuk memelihara posisi dan pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara
otomatik.
Efek stimulasi yang diberikan merupakan upaya untuk meningkatkan kekuatan otot melalui taktil dan
propioseptif. Stimulasi ini bertujuan untuk meningkatkan reaksi-reaksi pada anak untuk memelihara posisi dan
pola gerak yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi secara otomatik. Tehnik ini dapat diberikan dengan tepukan
(tapping), penekanan sendi (kompresi atau aproksimasi), traksi sendi, penahanan berat (weight bearing). Efek
pemberian terapi dengan stimulasi pada pasien dengan gangguan keseimbangan berdiri, pasien akan
mempunyai inisiasi / motor learning untuk mempertahankan sikap berdiri, melangkah dan berjalan.
Setelah dilakukan 5 kali terapi di RS dan dilanjutkan di rumah oleh orang tua pasien. Evaluasi yang di
dapat pada problem kapasitas fisik menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot-otot ekstensor hip dan
knee. Sedangkan untuk problem kemampuan fungsionalnya pasien sudah mampu berdiri sendiri beberapa detik
dan mampu berjalan 3-5 langkah.

Tabel 2. Hasil pemeriksaan fungsional pada anak

No Posisi Item T0 T5
Tengkurap ke terlentang N N
1 Tengkurap Posisi merangkak N N
Merayap N N
Tangan menyentuh kaki N N
2 Terlentang
Terlentang ke tengkurap N N
Menarik untuk duduk F F
Duduk dengan lengan disangga F F
3 Duduk
Duduk tanpa lengan disangga F F
Duduk dinamis tanpa lengan disangga F F
Berdiri dengan bantuan WF WF
Menarik untuk berdiri, berdiri
F F
dengan Bantuan
Berjalan menyamping WF WF
4 Berdiri Berdiri tanpa bantuan WF F
Berdiri dari posisi jongkok WF WF
Berjalan sendiri WF F
Jongkok WF WF

KESIMPULAN

Motor delayed adalah kondisi yang mempengaruhi fungsi tubuh atau stuktur, dapat membatasi aktivitas
fisik seperti merangkak, berjalan, meraih atau aktivitas sehari-hari dan dapat membatasi partisipasi dan
aktivitas fisik pada anak(15). Motor delayed dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dapat
disebabkan karena kekurangan hormon tiroid atau hipotiroid. Hipotiroid kengenital adalah suatu kondisi
defisiensi hormon tiroid yang terjadi sejak lahir. Etiologi tersering ini adalah disgenesis kelenjar tiroid atau
gangguan pada biosintesis hormon tiroid (dishormognenesis).

220
2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan, Volume 10 Nomor 3, Agustus 2020
p-ISSN 2089-4686 e-ISSN 2548-5970

Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai proses metabolisme, hormon ini
sangat penting peranannya pada bayi dan anak-anak yang sedang tumbuh. Pada janin dan bayi, kekurangan
hormon tiroid dapat menimbulkan cacat fisik,cacat mental, kelainan saraf dan munculnya kretin. Kretin adalah
kondisi retardasimental disertai dengan bisu, tuli, cara berdiri dan berjalan yang khas, hipotiroid dan
pertumbuhan terhambat (short statue)(1). Motor delayed akibat hormon hipotiroid dapat diberikan terapi
pengobatan dengan L-T4 (Levothyroxine) yang dimulai sesegera mungkin. Peran fisioterapi pada anak dengan
hormon hipotiroid sangat diperlukan, bertujuan memfasilitasi dan menstimulasi kemampuan fungsional anak
sesuai dengan tahapan perkembangan dan pertumbuhan anak normal. Terapi latihan yang diberikan oleh
fisioterapi pada anak dengan hormon hipotiroid, diharapkan dapat memberikan kemajuan perkembangan pada
anak tersebut sehingga dapat mencapai tingkat perkembangan yang seoptimal mungkin sesuai dengan usia
anak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Pendekatan Holistik Penyakit Kronik Pada Anak untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup.Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM hal. 48-51; 2014.
2. Fivi M. Pemantauan Perkembangan Anak Balita. Jakarta: Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2010;4.
3. Fiorentino MR. Reflex Testing Methods for Evaluating C.N.S Development. USA: Springfield: 1963.
4. Kajantie E, et al.. Spontaneous Hypothyroidism in Adult Wowen is Predicted by Small Body Size at Birth
and During Childhood. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. 2006;91(12):4953-4956.
5. Kemenkes RI. Info Data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi dan Analisis
Penyakit Tiroid. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.
6. Gardner, DG and Shoback, D. Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology. California: McGraw-Hill
Companies; 2018.
7. Hudaya P. Dokumentasi Persiapan Praktek Profesional Fisioterapi (DP3FT). Surakarta: Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surakarta, Jurusan Fisioterapi; 2002.
8. Kisner C. Terapeutic Exercise Fifth Edition. USA: F.A Davis Company; 2007.
9. Mazzaferi EL. Evaluation and Management of Common Thyroid Disorders in Women. The Journal of
Departement Internal Medicine. 1997.
10. Nugroho HSW. Denver Developmental Screening Test: Petunjuk Praktis. Jakarta: EGC; 2009.
11. Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2010.
12. Prasetyowati, Ridwan M. Hipotiroid Kongenital. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai. 2015;8(2).
13. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 1995.
14. IKA FK UNAIR. Universitas Airlangga. Hipotiroidisme Kongenital. Surabaya: IKA FK UNAIR UNAIR;
2016.
15. Suhartini B. Deteksi Dini Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak. Yogyakarta.
2005;1(2):177-185.
16. Sulistyawati A. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Salemba Medika; 2014.
17. Tortora GJ, Anagnostakos NP. Principles of Anatomy and Physiology. New York: Harper & Row; 1984.
18. Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI. Diagnosis dan Tata Laksana Hipotiroid Kongenital. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2017.
19. Wirawan A, et al. Tumbuh Kembang Anak Hipotiroid Kongenital yang Diterapi dengan Levo-tiroksin
dan Dosis Awal Tinggi. Sari Pediatri. 2013;15(2).
20. Widyastuti D, Widyani R. Pedoman Perkembangan Anak 0 Sampai 1 Tahun Cetakan ke-1. Depok: Puspa
Swara; 2001.

221 http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik

Anda mungkin juga menyukai