Anda di halaman 1dari 3

“siapa bilang bapak dari blitar, bapak kita dari prambanan

siapa bilang rakyat kita lapar, indonesia banyak makanan”


Sepenggal lirik pada salah satu lagu dari Bung Karno (Bapak Presiden RI pertama) berjudul Bersuka
Ria, dinyanyikan oleh Titik Puspa bersama Bing Slamet, adalah lagu yg selalu mengingatkan saya
kepada syekh manawi, pak jouww, dan pak nduls, menjadi lagu yg senantiasa merubah kesunyian
pada suasana berdagang yang sunyi sepi, kepada suka ria semua, yg mana kita akan sejenak bersuka
ria, dimana pak nduls akan mulai menunjukan tarian yg takan terlupakan dibenak saya, gerak tarian
yang mencoba bebaskan jiwa, untuk merasakan sementara lepas dari kekangan realitas
membosankan, memendam marah yg akan beranjak meluap bila masanyanya telah tiba, (sejenis
gerak pada kuda renggong) ialah Dancing Soul of Ndulisme. Sungguh tarian yg asoy mang ndul.

Tentang Indonesia banyak makanan, itu adalah realita yg tak bisa kita pungkiri keberadaannya.
Apabila kita kunjungi daerah seperti Indramayu, Karawang, Subang, Banyuasin, Lamongan, Ngawi,
Bone, Grobogan, Sragen, Cilacap dan masih banyak lagi daerah-daerah di kabupaten lainnya, maka
akan kita saksikan pemandangan padi seluas mata memandang. Seperti kamis kemarin, saya
berjumpa dengan paman, mang Ujang Yana yg kebetulan Beliau pulang dari daerah Anjatan,
Kabupaten Indramayu
Saya : “kumaha pare diditu mang (bagaimana kondisi padi disana) ?”
Mang Uyan : “wahh.. lautan padi Mill, teu katinggali tungtungna (hamparan padi seperti lautan,
tidak terlihat ujungnya)”
Sungguh kenyataan yg tampak dengan jelas menguatkan apa yg dikatakan almarhum ustadz Hari
Moekti (pejuang kita yg gagah berani, semoga Allah muliakan beliau disisinya, aamiin) pada lagunya
Indonesia milik Allah adalah fakta yg nyata adanya, beliau bilang :
“Terhampar hijau dan biru lautnya Persada Indonesia.
Di dalam bumi dan permukaannya Kekayaan tak terhingga”
Sungguh Indonesia adalah Negri di tanah Kaya, yg mana semestinya hajat pokok/primer setiap
rakyat nya dapat terpenuhi dengan mudah, akan menjadi kecil skali kemungkinan seseorang lapar
ditanah yg Kaya ini. masalahnya adalah, kemana makanan yg banyak itu Bung? Kemanakah Kekayaan
yang tak terhingga itu sehingga kita menjadi sosok yg lapar di lumbung padi?

Si Mayor : “sudah lah Bung, kita menjadi lapar di lumbung padi ini sudah takdir, tidak perlulah kamu
menentang takdir, realistis sajalah bro, lebih baik situ fokus mencari cara supaya situ tidak menjadi
laper saja bro, iye kan, enak kan, simpel kan, cocok kan?”
Si Minor : “mmm.. iya juga sih, dari pada laper ya kan, okelah, siaplah, cocok saja lah”
(Percakapan mayoritas ini seolah olah realistis, yg pada realitanya adalah mendistorsi potensi pada
diri yg adalah Manusia, ialah Makhluk yg sempurna, Makhluk yg Allah kuasakan akan pilihan,
Makhluk yg Allah muliakan menjadi pemimpin(Khalifah) dimuka bumi, menjadi Makhluk bernilai
rendah yg akan menjadi seperti roda-roda gigi didalam mesin produksi)
Apabila mereka menganggap takdir adalah sebabnya, mari kita sedikit melihat kepada Takdir yg
dimaksudkan itu.

Pada kegiatan halaqah didalam mengkaji kitab Nidzomul Islam yg ditulis oleh Syekh Taqiyuddin an
Nabhani pada Bab ke 2, adalah Bab Qada dan Qadar. Musrif saya menjelaskan, apabila kita
mengamati seluruh perbuatan manusia, akan kita jumpai bahwa manusia itu hidup di dalam dua
area. Area pertama adalah ‘’area yang menguasainya’’, yaitu area yang menguasai manusia. Pada
area ini terjadi perbuatan/kejadian yang tidak ada campur tangan manusia sedikit pun, baik
perbuatan/kejadian itu berasal dari dirinya atau yang menimpanya. Seperti kita lahir sebagai
lelaki/Perempuan, dari pasangan muslim bersuku Sunda berkebangsaan Indonesia, itu sama sekali
tidak ada campur tangan manusia sedikit pun. Dan yang kedua adalah “area yg dikuasainya” yg mana
Area ini berada di bawah kekuasaan manusia dan semua perbuatan/kejadian yang muncul berada
dalam lingkup pilihannya sendiri, seperti contoh ketika manusia pada situasi dan kondisi yg
memberikan kesempatan padanya untuk mencuri, maka manusia tersebut dihadapkan dengan 2
pilihan, ialah mencuri atau tidak mencuri. Kejadian-kejadian di dalam area ini, dapat dibagi menjadi
dua. Pertama, kejadian yang ditentukan oleh nizhamul wujud (Sunnatullah).Kedua, kejadian yang
tidak ditentukan oleh nizhamul wujud, namun tetap berada di luar kekuasaan manusia, yang tidak
akan mampu dihindari dan tidak terikat dengan nizhamul wujud.

Mengenai kejadian yang ditentukan oleh nizhamul wujud, maka hal ini telah memaksa manusia
untuk tunduk kepadanya. Manusia harus berjalan sesuai dengan ketentuannya. Sebab, manusia
berjalan bersama alam semesta dan kehidupan, sesuai dengan mekanisme tertentu yang telah
diatur dengan kesempurnaan oleh yg Maha menciptakan. Sehingga manusia tidak kuasa untuk
melanggarnya. Bahkan semua kejadian yang ada pada bagian ini muncul tanpa kehendaknya. Di sini
manusia terpaksa diatur dan tidak bebas memilih. Misalnya, manusia datang, dan meninggalkan
dunia ini tanpa kemauannya.

Guru saya menambahkan pada kajian minguan di masjid Assaied didalam mengkaji kitab Fikrul Islam
karya M. Ismail Muhammad bahwa tepatnya adalah seseorang yg beraqidah aqliyah Islam, ialah
seorang Muslim, seharusnya berkonsentrasi kepada “area yg dikuasainya” karena, pada area ini
terdapat perkara Pahala dan Dosa (baca, hukum Syara’) yg mana akan Allah minta pertanggung
jawaban di akhirat kelak, serta akan berdampak baik/ buruk sesuai dengan qadar yg Allah SWT
tetapkan pada seluruh makhluk beserta sistem yg mengatur atas keberlangsungan kehidupan di
alam semesta kini. Seseorang itu akan menjadi tidak produktif bahkan galau apabila dia senantiasa
berfokus kepada hasil, yg mana itu adalah Qada (wilayah yg menguasainya) ialah wilayah yg menjadi
Haq prerogatif Allah SWT sehingga seseorang tersebut luput kepada fokus yg seharusnya, ialah
berfokus kepada wilayah yg Allah telah kuasakan kepadanya,wilayah ikhtiar, sehingga tidaklah ikhtiar
nya lahir dari niat yg mewujudkan kesungguhan penuh serta tulus untuk mencapai ridho Allah SWT.
“antum jadi teu mampu kusabab loba teuing mikiran anu lain pikiraneun (kamu menjadi payah
dikarenakan selalu/menghabiskan waktu dan energi untuk untuk hal yang tidak perlu di
pikirkan)”beliau katakan dengan lugas, (menjadi kata2 emas yg selalu menjadi pengingat bagi diri
saya). Benar lah apa yg di ucapakan oleh ustadz Felix Siauw, “life is choice” dan keimanan yg baik
adalah keimanan yg mengahasilkan pribadi yg senantiasa produktif, layaknya akar yg kuat, akan
menumbuhkan dahan serta ranting dan daun daun yg berkualitas. Sehingga layaklah bagi Allah SWT
untuk tetapkan padanya buah yg berkhasiat, yg mana selanjutnya akan senantiasa produktif untuk
menghasilkan buah yg berkualitas, buah yg baik, serta membawa manfaat bagi makhluk lainnya.
(salah satu perumpamaan yg menggugah diri saya pada episode bedah buku beyond the inspiration
di Chanel YouTube Felix Siauw)

Kembali pada bahasan awal kita tentang Indonesia, dari referensi pemaparan diatas, maka bisa kita
ambil kesimpulan bahwa, Indonesia banyak makanan dan Indonesia memiliki kekayaan yang tak
terhingga, adalah berada pada wilayah yg menguasai kita, atau ketetapan yg tidak akan bisa kita
tolak (dan saya yakin tidak akan ada yg mau menolaknya). Sedangkan tentang kita yg menjadi lapar
di lumbung padi, kita yg menjadi miskin ditanah yg kaya, kita yg menjadi budak di tanah tumpah
darah ialah tanah air sendiri, adalah berada pada wilayah yg dikuasai/dikuasakan kepada kita. Hasil
dari proses ikhtiar pengelolaan makanan serta kekayaan alam yg telah kita tentukan, sistem yg kita
pilih. Tepatnya adalah sistem yg dikarang oleh pemikiran dan perasaan manusia itu sendirilah,
penyebab dari segala kerusakannya.

Sebagai mana yg terjadi pada sebuah mesin produksi, maka yg menciptakan mesin
produksi/sipenemu/creator nya, adalah yg paling mengetahui tentang Standard dan Batas2
Operasional pada mesin produksi tersebut secara detail (sebagai manual guide). Yang mana
berfungsi untuk menjaga optimalisasi keberlangsungan mesin ciptaan Nya. Supaya selalu ada pada
kondisi prima dan tetap terjaga. Maka nyatalah apa yg almarhum ustadz Hari Moekti katakan lewat
lagunya, “Indonesia milik Allah, Kembalikan kepada-Nya, Indonesia milik Allah,Terapkan syariah,
muliakan kita” adalah jawaban dari persoalannya, solusi, serta jalan keluar dari pada kita lapar di
lumbung padi. Dari pada kita menjadi miskin di negara kaya, dan dari pada kita diperbudak di rumah
sendiri. Bangunlah duhai saudaraku, jangan selamanya terkungkung di dalam “frame” pemikiran yg
membawa kepada kesesatan menjadi makhluk rendah seperti roda gigi di dalam mesin produksi.
Naudzubillah

‫وهللا أعل ُم بالـصـواب‬

Allahuakbar

Anda mungkin juga menyukai