Anda di halaman 1dari 2

Diagnosis dan Tatalaksana Keracunan

Organofosfat
Pasien percobaan bunuh diri, dengan minum
pestisida (organofosfat) memang jarang ditemukan.
Namun, dokter yang praktek di daerah rural akan
lebih mungkin menemui kasus tersebut. Karena
jarang terjadi, sangat mungkin dokter mengalami
"insiden lupa dosis" ketika tiba-tiba menemui kasus
keracunan organofosfat.
Sebenarnya, jika kita mengetahui prinsip penatalaksanaan kasus
keracunan organofosfat, tentu pasien akan sangat mungkin dapat
tertolong. Namun, memang lebih ideal jika kita memberikan terapi
berdasar dosis standar.

Diagnosis dan Tatalaksana Keracunan


Organofosfat
Untuk merefresh memori kita, kami mencoba menuliskan kembali
prinsip penatalaksanaan pasien keracunan organofosfat. Tulisan
ini kami rujuk dari Buku EIMED Biru PAPDI. Kami tulis hanya
bagian-bagian paling penting saja. Kami merekomendasikan
sejawat membaca buku EIMED Biru untuk mempelajari
penatalaksanaan yang lebih komprehensif.

Diagnosis Keracunan Organofosfat


Sebagian besar kasus keracunan organofosfat mudah ditegakkan
karena informasi riwayat minum racun serangga sering mudah
didapatkan melalui heteroanamnesis. Diagnosis keracunan
organofosfat terkadang sulit untuk dilakukan jika tidak ada
informasi "pasti" yang menyatakan pasien post minum
organofosfat. Karena gejala keracunan organofosfat terkadang
mirip dengan keracunan carbamate. Anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang cermat akan sangat membantu menegakkan diagnosis.

Anamnesa bertujuan untuk mencari kemungkinan kontak dengan


insektisida. Anamnesis yang cermat mulai dari pekerjaan,
penggunaan insektisida sampai dengan kemungkinan
kecelakaan/tercemar dengan insektisida.

Diagnosa dibuat berdasar kecurigaan klinis, tanda klinis dengan


karateristik adanya bau pestisida, gejala mual, muntah, diare,
pusing (dizziness), nyeri kepala, hipersalivasi, otot mengalami
fasiculasi, tampak agitasi, berkeringat banyak, penurunan
kesadaran, pupil miosis, dan ter-jadi gangguan pernapasan.
Gejala-gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Overstimulasi muscarinic: bradikardia, bronchorrhea,


bronchospasm, diar-hea, hipotensi, lacrimasi, miosis,
hipersalivasi, urinasi, vomiting.
2. Overstimulasi nicotinic pada saraf perifer: agitasi,
midriasis, berkeringat dan takikardia.
3. Overstimulasi nicotinic pada neuromuskuler junction:
fasiculasi, kelemah-an otot dan paralise.
Diagnosa pasti keracunan organofosfat ditegakkan dengan
pengukuran butirilkoinesterase atau asetilkolinesterase di
darah/pasma atau lebih akurat eritrosit asetilkolinesterase.

EKG dilakukan untuk mendeteksi adanya aritmia atau prolong QT


interval.

Anda mungkin juga menyukai