Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Silva Samalas Vol. X, No.

X
p-ISSN: 2621-6779
Journal of Forestry and Plant e-ISSN: 2776-7175
Science pp. XX-XX

ANALISIS KONSENTRASI TANNIN DARI TEH GAHARU YANG DIAMBIL DARI


BERBAGAI HABITAT POPULASI GAHARU DI PULAU LOMBOK(Gyrinops
verstegii)

a. Lia Mulyaningsih, b. I Gde Ady Suryawan Wangiyana, c. Ir. Kemas Usman


Program Studi Kehutanan Universitas Pendidikan Mandalika, Mataram ,Nusa Tenggara Barat
fstt@undikma.ac.id

Abstrak

Tannin merupakan salah satu komponen penting yang menentukan standard kualitas teh gaharu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur kadar tannin teh gaharu (Gyrinops versteegii) dengan perlakukan perbedaan metode
pengolahan daun dan perbedaan lokasi pengambilan sampel daun. Penelitan ini menggunakan rancangan
percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) berfaktor dengan dua faktor. Faktor pertama adalah metode
pengolahan daun (daun segar, daun dengan pengeringan). Faktor kedua adalah lokasi pengambilan sampel daun
(Kekait, Lingsar, Lendang Nangke). Pengukuran kadar tannin dilakukan dengan metode titrimetrik dengan
menggunakan reagen indigokarmin dan KMnO4. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa faktor pengolahan daun
dan faktor lokasi pengambilan sampel berpegaruh sangat signifikan terhadap kadar tannin teh gaharu. Uji
interaksi antar faktor dengan analisis standard error menunjukkan pola interaksi berbanding terbalik. Dapat
disimpulkan bahwa kadar tannin teh gaharu dari daun gaharu kering lebih tinggi dibandingkan daun segar serta
teh gaharu dari daun yang diambil dilokasi Kekait memiliki kadar tannin tertinggi dibandingkan lokasi
pengambilan sampel lainnya.

Kata Kunci: The Gaharu, Gyrinops versetegii, Kadar Tannin.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun |1
Author et al

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teh adalah minuman yang saat ini sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Hal ini
terlihat dari maraknya produk-produk teh yang beredar ke masyarakat. Produk teh yang selama
ini beredar adalah teh yang berasal dari tanaman camellia sinennsis. Selain berasal dari
tanaman teh, terdapat pula produk teh yang bukan berasal dari tanaman teh. Produk itulah yang
dikenal dengan sebutan teh herbal (Ravikumar, 2014).Produk teh herbal ini memiliki sebaran di
beberapa wilayah di Indonesia dan memiliki prospek bagus untuk berkembang (Herlambang et
al., 2011).
Salah satu wilayah di Indonesia yang menjadi tempat berkembangnya produk teh herbal
adalah Pulau Lombok. Bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat ini memiliki potensi tanaman
yang dapat dijadikan bahan baku produk teh herbal (Gunawan, 2020). Gaharu yang diolah dari
spesies Gyrinops versteegii merupakan salah satu produk teh herbal andalan yang berasal dari
Pulau Lombok (Wangiyana dkk, 2018). Pengolahan teh herbal dari gaharu spesies Gyrinops
versteegii ini semakin mendapat perhatian karena spesies ini merupakan spesies endemic Pulau
Lombok dengan persebaran yang cukup merata (Mulyaningsih and Yamada, 2008).
Gyrinops versteegii merupakan spesies gaharu yang tersebar di beberapa wilayah di Pulau
Lombok. Studi menunjukkan terdapat perbedaan di tingkat genetis terhadap individu-individu
G. versteegii yang tersebar di beberapa wilayah Pulau Lombok, diantaranya Kekait, Lingsar
dan Lendang nangke (Iswantari dkk, 2017). Variasi tingkat genetis memiliki keterkaitan dengan
variasi ditingkat morfologis. Perbedaan karakteristik morfologis terlihat dari adanya perbedaan
karakter daun dari individu G. versteegii yang diambil dari lokasi berbeda di Pulau Lombok.
Perbedaan karakter daun sebagai bahan baku teh gaharu juga berdampak pada kualitas produk
yang dihasilkannya (Wangiyana et al., 2020)
Variasi karakteristik daun gaharu (Gyrinops versteegii) di beberapa wilayah pulau Lombok
Perlu diantisipasi dengan melakukan standarisasi kualitas produk. Salah satu langkah awal
dalam melakukan standarisasi kualitas adalah dengan melakukan uji Fitokimia. Pengukuran
kadar tannin merupakan salah satu uji fitokimia yang penting terutama produk teh (Khasnabis
et al., 2015). Tannin juga merupakan parameter penting yang dapat dijadikan sebagai dasar
dalam menentukan standar teh herbal, salah satunya adalah teh Gaharu. Hasil studi
menunjukkan bahwa daun gaharu yang diambil dari lokasi berbeda memiliki konsentrasi tannin
yang berbeda pula (Batubara et al., 2018)
Selain perbedaan lokasi pengambilan sampel, perbedaan konsentrasi tannin pada teh gaharu
juga dapat disebabkan oleh perbedaan metode pengolahan daun gaharu sebagai bahan baku.
Hasil riset menunjukan bahwa daun gaharu yang diolah dengan cara berbeda menghasilkan
produk teh gaharu dengan kadar tannin yang berbeda-beda pula (Wangiyana et al., 2018).

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |2
Author et al

Dengan demikian dua parameter ini merupakan parameter penting untuk diteliti lebih lanjut
dalam rangka standarisasi produk teh herbal gaharu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang diambil
dari 3 lokasi berbeda di pulau Lombok?
2. Bagaimana hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang dengan
metode pengolahan berbeda?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang diambil
dari 3 lokasi berbeda di pulau Lombok?
2) Untuk mengetahui hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang dengan
metode pengolahan berbeda.
METODE PENELITIAN
1.4Rancangan Percobaan
Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berfaktor dengan dua macam
faktor dalam perlakuan yaitu
1. Faktor Pertama: Pengolahan Daun
P1 : Daun segar tanpa pengeringan

P2 : Daun dengan proses pengeringan

2. Faktor Kedua: Lokasi Pengambilan Sampel


1.5Pengambilan Sampel Daun Gaharu

E1 : Lokasi Pengambilan Sampel Kekait


E2 : Lokasi Pengambilan Sampel Lingsar
E3 : Lokasi Pengambilan Sampel Lendang nangke

Daun gaharu diambil dari beberapa perkebunan gaharu di pulau Lombok yaitu di wilayah desa
Kekait, desa Lingsar dan Lendang Nangke. Koordinat lokasi tempat pengambilan sampel
ditujukan oleh tabel 1.
Tabel 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel Daun Gaharu

Location Lintang Bujur Elevasi (m)


Kekait 8o31’26’’S 116o07’03’’ E 24

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |3
Author et al

Lingsar 8o33’32’’ S 116o09’25’’ E 72


Lendang N 8o35’49’’ S 116o26’44’’ E 354
Sumber: Data Primer (diolah 2021)
Sampel daun yang dipilih adalah daun yang segar, berwarna hijau dan tidak diserang ulat.
Daun dibersihkan dari debu dan kotoran yang menempel dengan cara dicuci. Pembilasan dilakukan
minimal sebanyak 2 kali untuk menjamin daun benar – benar bersih. Daun yang telah dicuci bersih
selanjutnya disimpan dengan baik menggunakan toples plastik.
1.6Preparasi Sampel Daun Gaharu Tanpa Proses Pengeringan
Daun gaharu tanpa proses pengeringan dilap bersih dengan menggunakan tissue. Selanjutnya
daun dipotong halus dengan ukuran 1 mm – 2 mm. daun gaharu segar yang sudah dicacah halus
selanjutnya disimpan dalam wadah toples steril sampai saatnya diseduh menjadi produk teh
gaharu (Wangiyana dan Sami’un, 2018)
1.7Preparasi Sampel Daun Gaharu Dengan Proses Pengeringan
Daun gaharu setelah proses pencucian dikeringkan diatas kertas perkamen dan ditempatkan
dalam rak pengeringan. Pengeringan dilakukan pada suhu ruang selama 3 – 4 hari. Pengeringan
dilakukan sampai kadar air pada sampel daun gaharu berkurang sebesar 20 – 30 %. Sampel daun
gaharu selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan food processor untuk menghasilkan
potongan halus dengan panjang 0,1 mm – 1 mm (Wangiyana & Sami’un, 2018)
1.8Persiapan Reagen Untuk Pengukuran Kadar Tannin
Sebelum melakukan pengukuran kadar tannin pada sampel teh daun gaharu, diperisapkan
terlebih dahulu reagen yang akan digunakan, yaitu larutan indigokarmin dan KMnO 4 (Adrianar et
al., 2015). Larutan Indigokarmin dibuat dengan cara melarutkan 3 gr Indigo karmin dalam 250
mL akuades kemudian dipanaskan. Selanjutnya ditambahkan lagi dengan 250mL akuades yang
mengandung 25 mL asam sulfat pekat kemudian disaring.
Reagen KMnO4 dibuat dengan cara melarutkan 3,3 gr KMnO 4 dalam 1 liter akuades.
Reagent dipanaskan dengan metode steam selama 1 jam. Selanjutnya larutan dibiarkan selama
dua hari kemudian disaring. Selanjutnya dilakukan standarisasi larutan KMnO 4.
1.9Standardisasi Larutan KMnO4
Standarisasi larutan KMnO4 dilakukan dengan cara menimbang 0,2 gr kalium oksalat yang
sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 110 oC. Selanjutnya kalium oksalat dilarutkan dalam 250
mL akuades dan ditambahkan 7 mL asam sulfat pekat. Campuran dipanaskan sampai suhu 70 oC
dan selanjutnya ditambahkan KMnO4 secara perlahan menggunakan buret. Selama penambahan

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |4
Author et al

KMnO4, campuran tetap di goyang sampai muncul warna pink pucat yang bertahan selama 15
detik. Selanjutnya dilakukan perhitungan normalitasi KMnO4 dengan ketetapan setiap 0,0067 gr
kalium oksalat setara dengan 1 mL KMnO4 0,1 N.
1.10 Perhitungan Kadar Tannin
Setelah reagen KMnO4 dan indigo karmin siap, dilakukan perhitungan kadar tannin pada
teh daun G. versteegii menggunakan metode titrasi sesuai dengan yang tertera pada Atanassova
and Christova-Bagdassarian (2009). Sebanyak 25 mL larutan teh gaharu dari daun dengan
pengeringan dan tanpa pengeringan dicampur dengan 25 mL larutan indigo karmin dalam labu
erlenmeyer 1 L. Selanjutnya kedalam campuran ditambahkan 750 mL akuades. Selanjutnya
dilakukan titrasi menggunakan larutan KMnO 4 0,1 N dalam buret. Titrasi dilakukan sampai
larutan yang semula berwarna biru berubah menjadi hijau. Selanjutnya titrasi dilakukan tetes
demi tetes hingga warna hijau berubah menjadi kuning emas. Dilakukan pula prosedur yang
sama untuk larutan blanko yaitu larutan indigo karmin tanpa adanya sampel teh daun gaharu.
Perhitungan kadar tannin dilakukan dengan rumus berikut:
(V - V0 ) x 0,004157 x 250
%T  x 100%
g x 25
Keterangan:
V = Volume KMnO4 untuk titrai sampel
Vo = Volume KMnO4 untuk titrasi blanko
25 = volume sampel
250 = volume volumentric flask
1 mL KMnO4 0,1 N setara dengan 0,004157 gr tannin

1.11 Analisis Data


Data persentase kadar tannin pada teh daun G. versteegii dengan pengolahan berbeda –
beda dan lokasi pengambilan sampel berbeda – beda dianalisis ANOVA. Selanjutnya jika terdapat
perbedaan yang signifikan pada taraf 0,05, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada taraf
0,05. Selain itu, untuk menganalisis interaksi antar faktor, dilakukan pula analisis standard error.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |5
Author et al

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.12 Hasil Pengukuran Persentase Tannin


Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi pengambilan sampel yang berbeda dengan
proses perlakuan yang berbeda pada daun teh gaharu, memberikan pengaruh terhadap kadar
tannin pada seduhan teh daun segar gaharu dan seduhan daun kering. Dilakukan 2 perlakuan
dengan 3 kali pengulangan dan blanko 1, maka jumlah sampel yang di uji adalah 19 sampel.
Secara garis besar sampel dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sampel daun segar tanpa pengeringan
(P1) dan sampel daun dengan pengeringan (P2).
Tabel 4.1 Hasil Uji Kadar Tanin
perlakuan sample ulangan vol KMN04
hijau kuning V-V0 % Tannin
1 10,5 11,4 0,9 0,94
Kekait 2 10,6 12 1,5 1,56
3 10,5 11 0,5 0,52
rerata 10,53 11,47 0,97 1,00
1 11,7 12,1 1,6 1,66
Lingsar 2 11 12 1,5 1,56
Segar
3 11 11,9 1,4 1,45
rerata 11,23 12,00 1,50 1,56
1 11 12,2 1,7 1,77
Lendang Nangka 2 10,1 11,2 0,7 0,73
3 11 11,5 1 1,04
rerata 10,70 11,63 1,13 1,18
1 18 20 9,5 9,87
Kekait 2 18,1 19,8 9,3 9,67
3 16,7 17,7 7,2 7,48
rerata 17,60 19,17 8,67 9,01
1 16 16,7 6,2 6,44
Lingsar 2 15,8 17,5 7 7,27
Kering
3 15,5 16,5 6 6,24
rerata 15,767 16,900 6,4 6,65
1 15,5 16,2 5,7 5,92
Lendang nangka 2 15 16,1 5,6 5,82
3 14,6 15,5 5 5,20
Rerata 15,03 15,93 5,43 5,65
Blanko 10 10,5
Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021
Dari hasil eksperimen pada tabel tersebut diatas terlihat bahwa terdapat variasi kadar tannin

pada perlakuan daun kering. kadar tanin tertinggi pada ulangan pertama di lokasi Kekait dengan kadar

tanin 9,87%. Kadar tannin terendah di lokasi Lendang nangke pada ulangan kedua dengan kadar tanin

5,20%. Secara rerata, kadar tannin dari sampel daun Kekait memang yang tertinggi dibandingkan

sampel lainnya.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |6
Author et al

Perlakuan daun segar juga menghasilkan produk teh gaharu dengan kadar tannin bervariasi.

Kadar tanin tertinggi pada ulangan pertama di lokasi Lendang nangke dengan persen tannin 1,77%.

Kadar tannin terendah di lokasi Kekait pada ulangan kedua dengan kadar tanin 0,52%. Meskipun

demikian, secara rerata kadar tannin tertinggi pada perlakuan daun segar dimiliki oleh sampel dari

Lingsar

Dalam penelitian ini kekait memiliki kadar tanin paling tinggi, hal ini disebabkan oleh

pengambilan sampel daun gaharu, pengolahan, serta lama penyimpanan dari masing-masing daun

gaharu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ionita (2005) bahwa ada perbedaan kandungan tanin pada

berbagai jenis teh yaitu perbedaan jenis pemanenan daun, pengelolaan daun, umur daun, perbedaan

iklim dimana sampel diambil. Selain itu, kadar tanin pada setiap jenis daun berbeda karena kandungan

yang terdapat pada tumbuhanpun berbeda.

Menurut pernyataan Prayitno (1982) perbedaan persen kadar tanin dipengaruhi oleh tempat

tumbuh pohon gaharu, iklim dan waktu pemanenan yang berbeda-beda, bahwa terdapat beberapa

faktor yang menyebabkan perbedaan kadar tanin antara lain: perbedaan jenis pohon, tempat tumbuh,

dan ketinggian juga berfariasi tergantung pada letak geografis dan musim.

Secara umum, berdasarkan pengukuran kadar tannin yang telah dilakukan, kadar tannin

perlakukan daun kering jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kadar tannin daun segar. Karena tidak

ada tetapan pasti standard kadar tannin pada teh herbal pada umumnya, maka diperlukan uji statistik

untuk intepretasi kadar tannin tersebut. Uji statistik yang dilakukan meliputi ANOVA, BNJ, dan

standard error.

1.13 Intepretasi Hasil Analisis Statistik Kadar tannin

Tabel ANOVA berikut disusun berdasarkan rancangan percobaan yang tertera pada metode

penelitian. ANOVA terdiri dari main effect ( factor utama ) dan interaksi. Faktor utama terdiri dari

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |7
Author et al

dua factor yaitu pengolahan dan lokasi pengambilan sampel. Sementara itu factor interaksi di gunakan

untuk menguji apakah ada interaksi antara factor pengolahan daun dan lokasi pengambilan sampel.

Derajat bebas (Df) dari berbagai sampel berbeda-beda tergantung dari arah tiap factor perlakuan. Nilai

SS ( Jumlah kuadrat) ditentukan berdasarkan uji F dari tiap factor. Sementara itu MS ( Kuadrat

tengah) ditentukan dari nilai SS di bagi dengan DF sehingga makin besar nilai SS , akan semakin

besar pula nilai MSnya, nilai Ms dijadikan dasar perhitungan nilai F yang juga menjadi dasar nilai F.

Nilai F inilah yang menentukan ANOVA tiap factor sifatnya tidak signifikan (ns) ,signifikan ( * ) atau

sangat signifikan ( ** ataau *** ).

Tabel 4.2. Hasil Uji ANOVA Faktor utama dan Faktor Interaksi

Source Df SS MS F P

Main Effects
Pengolahan 1 154,1768 154,1768 332,9553 0,00001 ***
Lokasi 2 7,661644 3,830822 8,272921 0,0055 **
Interaction
Pengolahan *
Lokasi 2 10,66293 5,331467 11,51367 0,0016 **
Error 12 5,556667 0,4630556<-
Total 17 178,058
Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021

Dalam tabel ANOVA dapat dilihat derajat bebas dari pengolahan yang berbeda memiliki

nilai 3, jumlah kuadrat 154,1768, dengan kuadrat tengah kadar tanin yaitu 154,1768%, nilai F hitung

332,9553 dan probability 0,00001 maka perlakuan ini sangat berbeda nyata dengan tingkat galat 5%.

Pada tabel ANOVA menunjukkan ada sampel yang mengalami perbedaan yang signifikan ditandai

dengan bintang tiga, namun belum diketahui sampel yang mana yang mengalami perubahan

signifikan. Kemudian dilihat dari lokasi pengambilan sampel yang berbeda memiliki nilai 2, jumlah

kuadrat 7,661644 ,dengan kuadrat tengah kadar tanin yaitu 3,830822 ,nilai F hitung 8,272921, dan

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |8
Author et al

probability 0,0055. Maka disimpulkan bahwa lokasi berbeda memiiki nilai kadar tannin yang berbeda

yang sangat signifikan, untuk mengetahui sampel dari lokasi mana yang berbeda nyata dilakukan uji

lanjut berupa uji beda nyata jujur.

Tabel 4.3 Hasil Uji BNJ Faktor Pengolahan daun

Non-Significant
Rank Mean Name Mean N
rangers
1 kering 7,10 9 A
2 segar 1,25 9 B
Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021

Tabel 4.4. Hasil Uji BNJ Faktor Lokasi Pengambilan Sampel

Non-Significant
Rank Mean Name Mean N
rangers
1 Kekait 5,01 6 a
2 Lingsar 4,10 6 ab
3 lendang Nangke 3,41 6 b
Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021

Dari table hasil uji beda nyata jujur ,sampel yang memiliki nilai rata-rata tanin tertinggi

sampai yang terendah yaitu pada sampel daun kering dengan kadar tannin 7,10% sampel Kekait

dengan kadar tanin rata-rata 5,01%, sampel Lingsar dengan nilai kadar tanin rata-rata 4,10%, sampel

lendang nangka dengan kadar tanin 3,41%, dan sampel daun segar 1,25%. Dari hasil penelitian, kedua

perlakuan tersebut sampel kering dan sampel daun segar memiliki perbedaan yang sangat berbeda

nyata yaitu sampel daun kering 7,10% dan daun segar 1,25%. Dan berdasarkan lokasi didapatkan

hasil bahwa memiliki perubahan yang sangat berbeda nyata yaitu sampel kekait 5,01%, sampel lingsar

4,01% dan sampel lendang nangka 1,25%.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |9
Author et al

Gambar 4.4 Histogram Analisis standar eror interaksi antar faktor (Sumber data primer diolah 2021)
Analisis standar eror di gunakan untuk mendeteksi hubungan interaksi antar faktor. Dalam hal

ini yang akan di analisis adalah interaksi antara faktor pengolahan daun (segar dan kering) dan lokasi

pengambilan sampel. Dapat dilihat baik pada pengolahan daun segar dan kering di lokasi yang

berbeda memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Hal ini terlihat dari sampel kering di lokasi

kekait memiliki kadar tanin yang jauh lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Akan tetapi pada

sampel daun segar di lokasi Kekait justru memiliki kadar tannin terendah dibandingkan dengan lokasi

lainnya.

Berdasarkan error bar terlihat bahwa lokasi pengambilan sampel berbeda berpengaruh

signifikan terhadap kadar tannin. Namun hal ini hanya berlaku pada faktor pengolahan daun kering.

Sementara itu pada pengolahan daun segar, kadar tanin tiap pengambilan sampel berbeda tidak

berbeda signifikan.

Analisis standar error menunjukkan bahwa perlakuan daun kering pada tiga lokasi berbeda

secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan daun segar. Nilai kadar tanninnya bahwa secara

signfikan berbeda nyata. Kadar tannin lokasi Kekait merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan

lokasi lainnya pada pengolahan daun kering.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |10
Author et al

Sumber

Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021

Gambar 4.1 Grafik Kadar tannin berdasarkan pengolahan daun yang berbeda.

Berdasarkan grafik hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Pengolahan Daun (daun segar tanpa

pengeringan dan daun dengan proses pengeringan) memberikan pengaruh berbeda terhadap kadar

tannin teh gaharu. Sampel daun kering memiiki kadar tanin (7,10%) yang jauh lebih tinggi daripada

sampel daun segar (1,25%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ionita (2005) bahwa ada perbedaan

kandungan tanin pada berbagai jenis teh yaitu perbedaan jenis pemanenan daun, pengelolaan daun,

umur daun, perbedaan iklim dimana sampel diambil. Selain itu, kadar tanin pada setiap jenis daun

berbeda karena kandungan yang terdapat pada tumbuhanpun berbeda.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |11
Author et al

Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021

Gambar 4.2 Grafik Kadar tannin berdasarkan lokasi pengambilan sampel.

Faktor kedua lokasi pengambilan sampel yang berbeda (Kekait, Lingsar, Lendang nangke) daun teh

gaharu (Gyrinops versetegii), memberikan pengaruh nyata terhadap kadar tannin (%). Berdasarkan

hasil eksperimen bahwa lokasi Kekait memiliki rerata kadar tanin paling tinggi 5,01%, lokasi Lingsar

dengan rerata kadar tanin 4,10%, dan Lendang nangke memiliki persentase rerata kadar tanin terendah

yaitu 3,41%. Menurut pernyataan Prayitno (1982) perbedaan persen kadar tanin dipengaruhi oleh

tempat tumbuh pohon gaharu, iklim dan waktu pemanenan yang berbeda-beda, bahwa terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kadar tanin antara lain: perbedaan jenis pohon, tempat

tumbuh, dan ketinggian juga berfariasi tergantung pada letak geografis dan musim.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |12
Author et al

DAFTAR PUSTAKA

Adrianar, N. Batubara, R. Julianti, E. 2015. Value of Consumers Preference Towards To Agarwood Tea Leaves (Aquilaria
malaccensis Lamk) Based on The Location Of Leaves In The Trunk. Peronema Forestry Science Journal, 4 (4): 12 –
16

Atanassova, M and Christova-Bagdassarian, V. 2009. Determination Of Tannins Content By Titrimetric Method For
Comparison of Different Plant Species. 44 (4): 413 – 415.

Batubara, R., Hanum, T. I., Surjanto. 2018. Phytochemical and tannin content in two species of agarwood leaves from
Mandailing Natal Regency North Sumatera Province Phytochemical and Tannin Content in Two Species of
Agarwood Leaves From Mandailing Natal Regency North Sumatera Province. AIP Conference Proceedings. 2049
(030009): 1 – 5.

Ginting, R. B., Batubara, R., Ginting, H. 2016. Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun gaharu (Aquilaria
mallacensis Lamk.) Dibandingkan Teh Lain yang Beredar Di Pasaran. Peronema Forestry Science Journal. 4 (3): 214
– 217.

Gunawan, F. 2020. Identifikasi Jenis-Jenis Tanaman Hutan Bahan baku Teh Herbal Di Lingkup Kerja BKPH Rinjani Timur
RPH Suela Kab. Lombok Timur. Skripsi. Porgram Studi Kehutanan Universitas Pendidikan Mandalika

Herlambang, E. S., Hubeis, M. and Palupi, N. S. 2011. Study on Consumer Behavior Marketing Strategy of Herbal Tea in
the City of Bogor. Manajemen IKM, 6: 85–93.

Iswantari, W., Mulyaningsih, T., Muspiah, A. Karyomorphology and chromosome number of four groups of Gyrinops
versteegii (Gilg.) Domke in Lombok. Jurnal Ilmu Kehutanan. 11 (2017): 205 – 211.

Khasnabis, J., Rai, C., Roy, A. 2015. Determination of tannin content by titrimetric method from different types of tea.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 7 (6): 238-241

Mulyaningsih, T., Yamada, I., 2008. Notes on Some Species of Agarwood in Nusa Tenggara, Celebes and West Papua.
Natural Resource Management and Socio-economic transformation under decentralization in Indonesia: Toward
Sulawesi area studies. CSEAS Kyoto University. Japan.
Ravikumar, C., 2014. Review on Herbal Teas. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 6 (5): 236-238.

Wangiyana I G. A. S. dan Sami’un. 2018. Characteristic of Agarwood Tea from Gyrinops Versteegii Fresh and Dry Leaves.
Jurnal Sangkareang Mataram. 4 (2): 41 – 44.

Wangiyana, I A. S., Triandini, I G. A. A. H. Putradi, D., Wangiyana, W., 2018. Tannin Concentration of Gyrinops Tea from
Leaves of Juvenile and Mature Agarwood Trees ( Gyrinops versteegii Gilg ( Domke )) with Different Processing
Methods. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 10 (10): 113-119.

Wangiyana, I G. A. S., Supriadi, Nikmatullah, A., Sunarpi, Rosidah, S. 2020. Phytochemical screening and antioxidant
activity of Gyrinops tea from agarwood plantation on Lombok island, Indonesia. International Conference on
Bioscience and Biotechnology. Universitas Mataram. Mataram

Ionita, P.2005.Is DPPH Stable Free Radical a Good Scavenger For Oxygen Active Species ?. Bucharest. Chemical Paper.
59(1): 11-16

Prayitno, T.A. 1982. Pengaruh Umur Terhadap Kadar Tanin Dalam Pohon. Duta Rimba 8:43-44.

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |13
Author et al

Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |14

Anda mungkin juga menyukai