X
p-ISSN: 2621-6779
Journal of Forestry and Plant e-ISSN: 2776-7175
Science pp. XX-XX
Abstrak
Tannin merupakan salah satu komponen penting yang menentukan standard kualitas teh gaharu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur kadar tannin teh gaharu (Gyrinops versteegii) dengan perlakukan perbedaan metode
pengolahan daun dan perbedaan lokasi pengambilan sampel daun. Penelitan ini menggunakan rancangan
percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) berfaktor dengan dua faktor. Faktor pertama adalah metode
pengolahan daun (daun segar, daun dengan pengeringan). Faktor kedua adalah lokasi pengambilan sampel daun
(Kekait, Lingsar, Lendang Nangke). Pengukuran kadar tannin dilakukan dengan metode titrimetrik dengan
menggunakan reagen indigokarmin dan KMnO4. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa faktor pengolahan daun
dan faktor lokasi pengambilan sampel berpegaruh sangat signifikan terhadap kadar tannin teh gaharu. Uji
interaksi antar faktor dengan analisis standard error menunjukkan pola interaksi berbanding terbalik. Dapat
disimpulkan bahwa kadar tannin teh gaharu dari daun gaharu kering lebih tinggi dibandingkan daun segar serta
teh gaharu dari daun yang diambil dilokasi Kekait memiliki kadar tannin tertinggi dibandingkan lokasi
pengambilan sampel lainnya.
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun |1
Author et al
PENDAHULUAN
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |2
Author et al
Dengan demikian dua parameter ini merupakan parameter penting untuk diteliti lebih lanjut
dalam rangka standarisasi produk teh herbal gaharu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang diambil
dari 3 lokasi berbeda di pulau Lombok?
2. Bagaimana hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang dengan
metode pengolahan berbeda?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang diambil
dari 3 lokasi berbeda di pulau Lombok?
2) Untuk mengetahui hasil uji konsentrasi tannin secara kuantitatif dengan metode titrimetrik
terhadap produk teh herbal gaharu (Gyrinops versteegii) dari daun gaharu yang dengan
metode pengolahan berbeda.
METODE PENELITIAN
1.4Rancangan Percobaan
Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berfaktor dengan dua macam
faktor dalam perlakuan yaitu
1. Faktor Pertama: Pengolahan Daun
P1 : Daun segar tanpa pengeringan
Daun gaharu diambil dari beberapa perkebunan gaharu di pulau Lombok yaitu di wilayah desa
Kekait, desa Lingsar dan Lendang Nangke. Koordinat lokasi tempat pengambilan sampel
ditujukan oleh tabel 1.
Tabel 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel Daun Gaharu
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |3
Author et al
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |4
Author et al
KMnO4, campuran tetap di goyang sampai muncul warna pink pucat yang bertahan selama 15
detik. Selanjutnya dilakukan perhitungan normalitasi KMnO4 dengan ketetapan setiap 0,0067 gr
kalium oksalat setara dengan 1 mL KMnO4 0,1 N.
1.10 Perhitungan Kadar Tannin
Setelah reagen KMnO4 dan indigo karmin siap, dilakukan perhitungan kadar tannin pada
teh daun G. versteegii menggunakan metode titrasi sesuai dengan yang tertera pada Atanassova
and Christova-Bagdassarian (2009). Sebanyak 25 mL larutan teh gaharu dari daun dengan
pengeringan dan tanpa pengeringan dicampur dengan 25 mL larutan indigo karmin dalam labu
erlenmeyer 1 L. Selanjutnya kedalam campuran ditambahkan 750 mL akuades. Selanjutnya
dilakukan titrasi menggunakan larutan KMnO 4 0,1 N dalam buret. Titrasi dilakukan sampai
larutan yang semula berwarna biru berubah menjadi hijau. Selanjutnya titrasi dilakukan tetes
demi tetes hingga warna hijau berubah menjadi kuning emas. Dilakukan pula prosedur yang
sama untuk larutan blanko yaitu larutan indigo karmin tanpa adanya sampel teh daun gaharu.
Perhitungan kadar tannin dilakukan dengan rumus berikut:
(V - V0 ) x 0,004157 x 250
%T x 100%
g x 25
Keterangan:
V = Volume KMnO4 untuk titrai sampel
Vo = Volume KMnO4 untuk titrasi blanko
25 = volume sampel
250 = volume volumentric flask
1 mL KMnO4 0,1 N setara dengan 0,004157 gr tannin
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |5
Author et al
pada perlakuan daun kering. kadar tanin tertinggi pada ulangan pertama di lokasi Kekait dengan kadar
tanin 9,87%. Kadar tannin terendah di lokasi Lendang nangke pada ulangan kedua dengan kadar tanin
5,20%. Secara rerata, kadar tannin dari sampel daun Kekait memang yang tertinggi dibandingkan
sampel lainnya.
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |6
Author et al
Perlakuan daun segar juga menghasilkan produk teh gaharu dengan kadar tannin bervariasi.
Kadar tanin tertinggi pada ulangan pertama di lokasi Lendang nangke dengan persen tannin 1,77%.
Kadar tannin terendah di lokasi Kekait pada ulangan kedua dengan kadar tanin 0,52%. Meskipun
demikian, secara rerata kadar tannin tertinggi pada perlakuan daun segar dimiliki oleh sampel dari
Lingsar
Dalam penelitian ini kekait memiliki kadar tanin paling tinggi, hal ini disebabkan oleh
pengambilan sampel daun gaharu, pengolahan, serta lama penyimpanan dari masing-masing daun
gaharu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ionita (2005) bahwa ada perbedaan kandungan tanin pada
berbagai jenis teh yaitu perbedaan jenis pemanenan daun, pengelolaan daun, umur daun, perbedaan
iklim dimana sampel diambil. Selain itu, kadar tanin pada setiap jenis daun berbeda karena kandungan
Menurut pernyataan Prayitno (1982) perbedaan persen kadar tanin dipengaruhi oleh tempat
tumbuh pohon gaharu, iklim dan waktu pemanenan yang berbeda-beda, bahwa terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan perbedaan kadar tanin antara lain: perbedaan jenis pohon, tempat tumbuh,
dan ketinggian juga berfariasi tergantung pada letak geografis dan musim.
Secara umum, berdasarkan pengukuran kadar tannin yang telah dilakukan, kadar tannin
perlakukan daun kering jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kadar tannin daun segar. Karena tidak
ada tetapan pasti standard kadar tannin pada teh herbal pada umumnya, maka diperlukan uji statistik
untuk intepretasi kadar tannin tersebut. Uji statistik yang dilakukan meliputi ANOVA, BNJ, dan
standard error.
Tabel ANOVA berikut disusun berdasarkan rancangan percobaan yang tertera pada metode
penelitian. ANOVA terdiri dari main effect ( factor utama ) dan interaksi. Faktor utama terdiri dari
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |7
Author et al
dua factor yaitu pengolahan dan lokasi pengambilan sampel. Sementara itu factor interaksi di gunakan
untuk menguji apakah ada interaksi antara factor pengolahan daun dan lokasi pengambilan sampel.
Derajat bebas (Df) dari berbagai sampel berbeda-beda tergantung dari arah tiap factor perlakuan. Nilai
SS ( Jumlah kuadrat) ditentukan berdasarkan uji F dari tiap factor. Sementara itu MS ( Kuadrat
tengah) ditentukan dari nilai SS di bagi dengan DF sehingga makin besar nilai SS , akan semakin
besar pula nilai MSnya, nilai Ms dijadikan dasar perhitungan nilai F yang juga menjadi dasar nilai F.
Nilai F inilah yang menentukan ANOVA tiap factor sifatnya tidak signifikan (ns) ,signifikan ( * ) atau
Tabel 4.2. Hasil Uji ANOVA Faktor utama dan Faktor Interaksi
Source Df SS MS F P
Main Effects
Pengolahan 1 154,1768 154,1768 332,9553 0,00001 ***
Lokasi 2 7,661644 3,830822 8,272921 0,0055 **
Interaction
Pengolahan *
Lokasi 2 10,66293 5,331467 11,51367 0,0016 **
Error 12 5,556667 0,4630556<-
Total 17 178,058
Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021
Dalam tabel ANOVA dapat dilihat derajat bebas dari pengolahan yang berbeda memiliki
nilai 3, jumlah kuadrat 154,1768, dengan kuadrat tengah kadar tanin yaitu 154,1768%, nilai F hitung
332,9553 dan probability 0,00001 maka perlakuan ini sangat berbeda nyata dengan tingkat galat 5%.
Pada tabel ANOVA menunjukkan ada sampel yang mengalami perbedaan yang signifikan ditandai
dengan bintang tiga, namun belum diketahui sampel yang mana yang mengalami perubahan
signifikan. Kemudian dilihat dari lokasi pengambilan sampel yang berbeda memiliki nilai 2, jumlah
kuadrat 7,661644 ,dengan kuadrat tengah kadar tanin yaitu 3,830822 ,nilai F hitung 8,272921, dan
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |8
Author et al
probability 0,0055. Maka disimpulkan bahwa lokasi berbeda memiiki nilai kadar tannin yang berbeda
yang sangat signifikan, untuk mengetahui sampel dari lokasi mana yang berbeda nyata dilakukan uji
Non-Significant
Rank Mean Name Mean N
rangers
1 kering 7,10 9 A
2 segar 1,25 9 B
Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021
Non-Significant
Rank Mean Name Mean N
rangers
1 Kekait 5,01 6 a
2 Lingsar 4,10 6 ab
3 lendang Nangke 3,41 6 b
Sumber Data Primer : Hasil Pengolahan Data 2021
Dari table hasil uji beda nyata jujur ,sampel yang memiliki nilai rata-rata tanin tertinggi
sampai yang terendah yaitu pada sampel daun kering dengan kadar tannin 7,10% sampel Kekait
dengan kadar tanin rata-rata 5,01%, sampel Lingsar dengan nilai kadar tanin rata-rata 4,10%, sampel
lendang nangka dengan kadar tanin 3,41%, dan sampel daun segar 1,25%. Dari hasil penelitian, kedua
perlakuan tersebut sampel kering dan sampel daun segar memiliki perbedaan yang sangat berbeda
nyata yaitu sampel daun kering 7,10% dan daun segar 1,25%. Dan berdasarkan lokasi didapatkan
hasil bahwa memiliki perubahan yang sangat berbeda nyata yaitu sampel kekait 5,01%, sampel lingsar
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |9
Author et al
Gambar 4.4 Histogram Analisis standar eror interaksi antar faktor (Sumber data primer diolah 2021)
Analisis standar eror di gunakan untuk mendeteksi hubungan interaksi antar faktor. Dalam hal
ini yang akan di analisis adalah interaksi antara faktor pengolahan daun (segar dan kering) dan lokasi
pengambilan sampel. Dapat dilihat baik pada pengolahan daun segar dan kering di lokasi yang
berbeda memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Hal ini terlihat dari sampel kering di lokasi
kekait memiliki kadar tanin yang jauh lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Akan tetapi pada
sampel daun segar di lokasi Kekait justru memiliki kadar tannin terendah dibandingkan dengan lokasi
lainnya.
Berdasarkan error bar terlihat bahwa lokasi pengambilan sampel berbeda berpengaruh
signifikan terhadap kadar tannin. Namun hal ini hanya berlaku pada faktor pengolahan daun kering.
Sementara itu pada pengolahan daun segar, kadar tanin tiap pengambilan sampel berbeda tidak
berbeda signifikan.
Analisis standar error menunjukkan bahwa perlakuan daun kering pada tiga lokasi berbeda
secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan daun segar. Nilai kadar tanninnya bahwa secara
signfikan berbeda nyata. Kadar tannin lokasi Kekait merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |10
Author et al
Sumber
Gambar 4.1 Grafik Kadar tannin berdasarkan pengolahan daun yang berbeda.
Berdasarkan grafik hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor Pengolahan Daun (daun segar tanpa
pengeringan dan daun dengan proses pengeringan) memberikan pengaruh berbeda terhadap kadar
tannin teh gaharu. Sampel daun kering memiiki kadar tanin (7,10%) yang jauh lebih tinggi daripada
sampel daun segar (1,25%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ionita (2005) bahwa ada perbedaan
kandungan tanin pada berbagai jenis teh yaitu perbedaan jenis pemanenan daun, pengelolaan daun,
umur daun, perbedaan iklim dimana sampel diambil. Selain itu, kadar tanin pada setiap jenis daun
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |11
Author et al
Faktor kedua lokasi pengambilan sampel yang berbeda (Kekait, Lingsar, Lendang nangke) daun teh
gaharu (Gyrinops versetegii), memberikan pengaruh nyata terhadap kadar tannin (%). Berdasarkan
hasil eksperimen bahwa lokasi Kekait memiliki rerata kadar tanin paling tinggi 5,01%, lokasi Lingsar
dengan rerata kadar tanin 4,10%, dan Lendang nangke memiliki persentase rerata kadar tanin terendah
yaitu 3,41%. Menurut pernyataan Prayitno (1982) perbedaan persen kadar tanin dipengaruhi oleh
tempat tumbuh pohon gaharu, iklim dan waktu pemanenan yang berbeda-beda, bahwa terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan kadar tanin antara lain: perbedaan jenis pohon, tempat
tumbuh, dan ketinggian juga berfariasi tergantung pada letak geografis dan musim.
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |12
Author et al
DAFTAR PUSTAKA
Adrianar, N. Batubara, R. Julianti, E. 2015. Value of Consumers Preference Towards To Agarwood Tea Leaves (Aquilaria
malaccensis Lamk) Based on The Location Of Leaves In The Trunk. Peronema Forestry Science Journal, 4 (4): 12 –
16
Atanassova, M and Christova-Bagdassarian, V. 2009. Determination Of Tannins Content By Titrimetric Method For
Comparison of Different Plant Species. 44 (4): 413 – 415.
Batubara, R., Hanum, T. I., Surjanto. 2018. Phytochemical and tannin content in two species of agarwood leaves from
Mandailing Natal Regency North Sumatera Province Phytochemical and Tannin Content in Two Species of
Agarwood Leaves From Mandailing Natal Regency North Sumatera Province. AIP Conference Proceedings. 2049
(030009): 1 – 5.
Ginting, R. B., Batubara, R., Ginting, H. 2016. Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun gaharu (Aquilaria
mallacensis Lamk.) Dibandingkan Teh Lain yang Beredar Di Pasaran. Peronema Forestry Science Journal. 4 (3): 214
– 217.
Gunawan, F. 2020. Identifikasi Jenis-Jenis Tanaman Hutan Bahan baku Teh Herbal Di Lingkup Kerja BKPH Rinjani Timur
RPH Suela Kab. Lombok Timur. Skripsi. Porgram Studi Kehutanan Universitas Pendidikan Mandalika
Herlambang, E. S., Hubeis, M. and Palupi, N. S. 2011. Study on Consumer Behavior Marketing Strategy of Herbal Tea in
the City of Bogor. Manajemen IKM, 6: 85–93.
Iswantari, W., Mulyaningsih, T., Muspiah, A. Karyomorphology and chromosome number of four groups of Gyrinops
versteegii (Gilg.) Domke in Lombok. Jurnal Ilmu Kehutanan. 11 (2017): 205 – 211.
Khasnabis, J., Rai, C., Roy, A. 2015. Determination of tannin content by titrimetric method from different types of tea.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 7 (6): 238-241
Mulyaningsih, T., Yamada, I., 2008. Notes on Some Species of Agarwood in Nusa Tenggara, Celebes and West Papua.
Natural Resource Management and Socio-economic transformation under decentralization in Indonesia: Toward
Sulawesi area studies. CSEAS Kyoto University. Japan.
Ravikumar, C., 2014. Review on Herbal Teas. Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. 6 (5): 236-238.
Wangiyana I G. A. S. dan Sami’un. 2018. Characteristic of Agarwood Tea from Gyrinops Versteegii Fresh and Dry Leaves.
Jurnal Sangkareang Mataram. 4 (2): 41 – 44.
Wangiyana, I A. S., Triandini, I G. A. A. H. Putradi, D., Wangiyana, W., 2018. Tannin Concentration of Gyrinops Tea from
Leaves of Juvenile and Mature Agarwood Trees ( Gyrinops versteegii Gilg ( Domke )) with Different Processing
Methods. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 10 (10): 113-119.
Wangiyana, I G. A. S., Supriadi, Nikmatullah, A., Sunarpi, Rosidah, S. 2020. Phytochemical screening and antioxidant
activity of Gyrinops tea from agarwood plantation on Lombok island, Indonesia. International Conference on
Bioscience and Biotechnology. Universitas Mataram. Mataram
Ionita, P.2005.Is DPPH Stable Free Radical a Good Scavenger For Oxygen Active Species ?. Bucharest. Chemical Paper.
59(1): 11-16
Prayitno, T.A. 1982. Pengaruh Umur Terhadap Kadar Tanin Dalam Pohon. Duta Rimba 8:43-44.
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |13
Author et al
Jurnal Silva samalas: Journal of Forestry and Plant Science Volume X Nomor X tahun | |14