Anda di halaman 1dari 6

METODE – METODE EVALUASI FARMAKOEKONOMI

Oleh :

PROGRAM STUDI III FARMASI


AKADEMI KESEHATAN BINTANG PERSADA
2021
Metode -Metode Evaluasi Farmaekonomi
1.Metode Cost Effectiveness Analysis (CEA)
CEA merupakan suatu analis yang digunakan untuk memilih dan menilai suatu program
kesehatan atau pengobatan yang terbaik dari beberapa pilihan pengobatan yang memiliki
tujuan pengobatan yang sama

Kriteria : Biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah) efek dari salah satu pengobatan atau
program kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan atau program kesehatan
lainnya efek pengobatan dinyatakan dalam unit ilmiah atau indikator kesehatan lainnya

Kekurangan : Pengobatan atau program kesehatan yang dibandingkan harus memiliki hasil
yng sama atau berkaitan ,Pengobatan atau program kesehatan yang dibandingkan dapat
diukur dengan unit kesehatan yang sama

Kelebihan : Metode Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Contoh kasus : Puskesmas A dan B melaksanakan imunisasi campak pada anak balita, melalui
tenaga juru imunisasi dengan metode yang berbeda. Puskesmas A memberikan imunisasi campak
dengan cara mendatangi penduduk (satu desa dikunjungi sekali sebulan). Hasil pencapaian imunisasi
selama setahun, Puskesmas A adalah 900 bayi dengan menghabiskan 300 flacon vaksin, sedangkan
Puskesmas B pencapaian imunisasi adalah 600 bayi dengan menghabiskan 100 flacon vaksin.
Apabila diketahui target imunisasi 4% dari jumlah penduduk, di mana penduduk masing-masing
puskesmas adalah 30.000 jiwa, maka

Efektifitas Puskesmas A = 900 : (4% x 30.000) x 100%

= 75%

Efektifitas Puskesmas B = 600 : (4% x 30.000) x100%

= 50%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Puskesmas A lebih efektif daripada Puskesmas B.


Demikian pula bila hanya dilihat waktu yang dipergunakannya untuk pencapaian yang sama,
maka Puskesmas A lebih efisien (efisiensi teknis).

Sedangkan untuk Cost Effectiveness Analysis-nya, diasumsikan bahwa tenaga juru


imunisasi pada kedua Puskemas sama-sama satu orang. Puskesmas A menggunakan biaya
untuk pembelian flacon dan tenaga juru imunisasi. Sedangkan puskesmas B menggunakan
biaya untuk tenaga juru imunisasi, pembelian flacon, serta biaya termos dan es untuk
digunakan selama satu setengah tahun. Diasumsikan tenaga juru imunisasi menghabiskan
biaya yang sama untuk puskemas A dan B, sehingga tidak dimasukkan dalam perhitungan.

a. Puskesmas A menghabiskan biaya sebesar 300 fl x Rp 3.000,00 = Rp 900.000,00 (1 fl


harganya Rp 3.000,00)

b. Puskesmas B menghabiskan biaya sebesar 100 fl x Rp 3.000,00 = Rp 300.000,00


ditambah Rp 18.000,00 yaitu biaya termos dan es selama satu setengah tahun sehingga total
adalah Rp 318.000,00

Sedangkan untuk perbandingan output yang berhasil :

Puskesmas A = 75% x 900 = 675

Puskesmas B = 50% x 600 = 300

Perbandingan Cost Effectiveness Ratio (CER) :

CER Puskesmas A = total cost : Σ output yang yang berhasil

= 900.000 : 675 = Rp 1.333,33

CER Puskesmas B = total cost : Σ output yang yang berhasil

= 318.000 : 300 = Rp 1.060

2.Metode Cost Minimization Analysis (CMA)

CMA merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan biaya yang dibutuhkan
oleh dua atau lebih program kesehatan atau pengobatan yang bertujuan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi pengobatan dengan biaya paling rendah dengan outcome yang sama

Kriteria : Biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah) efek dari pengobatan atau program
kesehatan yang dibandingkan sama atau dianggap sama

Kekurangan : Jika Outcome yang diasumsikan sama ternyata memiliki outcome yang berbeda
dapat menyebabkan hasil analisis yang tidak akurat dan tidak bernilai,Kenaikan harga obat
penurunan daya beli pasien dan diskon tidak diperhitungkan

Kelebihan : Metode farmaekonomi yang paling sederhana


Contoh kasus : Kabupaten Kota Karangasem dalam periode Januari−Juni 2018. Hasil survei juga
menyatakan penggunaan obat antibiotika untuk ISPA termasuk dalam sepuluh pemakaian obat
terbanyak. Tingginya angka kejadian dan penggunaan antibiotika untuk penyakit tersebut
menyebabkan biaya pengobatan menjadi tinggi. Hasil data di Puskesmas Manggis I Kabupaten
Karangasem Bali, penggunaan antibiotika yang paling banyak untuk pengobatan ISPA adalah
golongan amoksilin dan cefadroxil. Perbedaan harga antara amoksilin sirup dan cefadroxil sirup
adalah Rp 2.090 dan Rp 3.926.

Penelitian hasil CMA antibiotika rata-rata biaya total obat sirup cefadroxil lebih mahal dibandingkan
dengan amoksilin, tetapi secara statistika tidak berbeda secara signifikan. Hal ini disebabkan karena
rata-rata biaya obat sirup amoksilin dan cefadroxil tidak melewati dana kapitasi puskesmas.

3.Metode Cost Utility Analysis (CUA)

CUA merupakan suatu metode analisis dalam farmaekonomi yang membandingkan biaya
pengobatan dengan kualitas hidup yang didapat dari pengobatan yang diberikan .CUA
merupakan metode lanjutan dari CEA

Kriteria : Biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah) efek dari salah satu pengobatan atau
program kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan atau program kesehatan
lainnya ,Efek pengobatan dinyatakan dalam quality adjusted life years (QALY)

Kekurangan : Tidak adanya standarisasi memicu inkonsistensian pada penyajian data


Kelebihan : Satu-satunya metode famaekonomi yang memperhatikan dalam metode
analisisnya
Contoh kasus :
4.Metode Cost Benefit Analysis (CBA)
CBA merupakan analisis farmaekonomi yang membandingkan manfaat yang diberikan dari
suatu pengobatan dengan biaya yang harus dikeluarkan dalam pemberian pegobatan
Kriteria : Biaya dinyatakan dalam nilai moneter (rupiah) efek dari salah satu pengobatan atau
program kesehatan lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan atau program kesehatan
lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan atau program kesehatan lainya,Efek
pengobatan dinyatakan dalam rupiah
Kekurangan : Sulitnya mengkoversi manfaat dari suatu pengobatan dalam nilai moneter
,sulitnya kenguantifikasi nilai kesehatan dan hidup manusia maka metode ini memicu
kontroversi sehingga metode ini jarang dilakukan
Kelebihan ; Dapat digunakan untuk pembandingkan pengobatan yang tidak saling
berhubungan dengan outcome berbeda
Contoh kasus :

5.Metode Cost of Illness (COI)


Cost of lllness (COI) atau analisis biaya adalah salah satu metode analisis biaya dalam
penelitian farmaekonomi .COI merupakan bentuk analisis ekonomi yang paling awal disektor
pelayanan kesehatan .Tujuan utama COI adalah untuk menganalisis beban ekonomi dari
suatu penyakit pada masyarakat yang meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan
yang dikonsumsi .Analisis COI meliputi direct cost,,indirect cost,dan intangible cost
a) Direct cost
Direct cost mengukur opportunity cost merupakan manfaat dari sumber daya yang
digunakan untuk mengatasi penyakit tertentu .Direct cost terdiri dari direct
medical cost dan direct nonmedical cost . Direct medical cost merupakan biaya
yang terjadi sebagai hasil langsung dari diagnosis,terapi dan mengobati suatu
penyakit yang termasuk dalam direct medcal cost adalah tes diagnostic ,kunjungan
dokter ,pengobatan ,biaya rawat inap ,monitoring terapi ,administrasi terapi
,konsultasi dan konseling pasien ,kunjungan di unit gawat darurat .Direct medical
nonmedis cost adalah biaya yang memberikan hasil langsung tetapi tidak
termasuk dalam sektor kesehatan .Komponen yang termasuk dalam direct
nonmedical cost adalah transportasi,bantuan non medik karena keadaan pasien
,jasa pelayanan untuk anak-anak pasien ,penginapan untuk pasien atau keluarga
jika perawatan dilakukan di luar kota (Andayani,2013)
b) Indirect cost
Indirect cost merupakan biaya yang disebabkan karena hilangnya produktivitas
karena penyakit atau kematian yang dialami oleh pasien
c) Intangible cost merupakan biaya untuk nyeri ,sakit,cemas,atau lemah yang terjadi
karena penyakit atau terapi suatu penyakit .Biaya ini sulit untuk diukur dalam nilai
dan sering kali tidak selalu dianggap dalam evaluasi ekonomi biaya ini
menyangkut antara dokter dengan pasien (Andayani,2013)

Anda mungkin juga menyukai