Anda di halaman 1dari 89

PENGARUH TERAPI MENGHARDIK UNTUK MENGATASI

HALUSINASI PENDENGARAN PADA


PASIEN GANGGUAN JIWA
LITERATUR REVIEW

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Karya Tulis Ilmiah


Pada Program Diploma III Keperawatan

Oleh :

Bella Dwi Nopita


NIM : 181440108

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
MEI 2021
PENGARUH TERAPI MENGHARDIK UNTUK MENGATASI
HALUSINASI PENDENGARAN PADA
PASIEN GANGGUAN JIWA
LITERATUR REVIEW

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Karya Tulis Ilmiah


Pada Program Diploma III Keperawatan

Oleh :

Bella Dwi Nopita


NIM : 181440108

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN


KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
MEI 2021
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bella Dwi Nopita


NIM : 181440108
Alamat : Jl. Gurami III, RT/RW 008/002
Kelurahan Gabek Satu
Kecamatan Gabek
Kota Pangkalpinang
Institusi : Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Angkatan : IX (Sembilan)
Biografi : SD Negeri 39 Pangkalpinang Tahun Lulus 2012
SMP Negeri 7 Pangkalpinang Tahun Lulus 2015
SMA Negeri 4 Pangkalpinang Tahun Lulus 2018

vi
“MOTTO”

HIDUP ITU SEBUAH PERJALANAN BUKAN PELARIAN


JIKA LELAH, ISTIRAHATLAH JANGAN BERHENTI
SETIAP PRIBADI YANG BIJAK, PERNAH MENJADI KECEWA
SETIAP HAL YANG INDAH, PERAH MENJADI PERJUANGAN YANG
CUKUP
SEBELUM MENJADI BENAR KITA SEMUA ADALAH SALAH
YANG MENGALAH AKAN MENJADI MENANG
YANG BIJAKSANA AKAN MENJADI TENANG
KEADAAN YANG BURUK MENGANTARKANMU MENJADI BAIK
(Bella Dwi Nopita)

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Bismillahirahmanirrahim…
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan ridho-Nya lah sehingga saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan tepat waktu. Dengan bangga dan rasa syukur yang sedalam-dalam nya
kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepada orang-orang yang istimewa, yaitu:
1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Ibunda saya (Faridawati) dan Ayahanda
saya (Suparman) yang sudah membesarkanku sampai sekarang dan juga
terimakasih selalu senantiasa memberi semangat dan selalu mendoakan agar
selalu dipermudahkan dalam segala urusanku, yang selalu memberikan kasih
sayang, dukungan, ridho, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada
mungkin dapat kubalas hanya denga selembar kertas. Semoga ini menjadi
langkah awal untuk membuat ibunda dan ayahanda bahagia karena selama ini
belum bisa berbuat lebih. Terimakasih ibu dan ayah yang selalu memberikanku
motivasi dan semangat yang tiada hentinya, yang selalu mendoakanku, elalu
menasehatiku serta meridhoiku dalam melakukan hal apapun. Terimakasih
banyak untuk segala hal yang baik.
2. Kepada abangku Desky Wahdani, terimakasih telah menjadi bagian dari
kesuksesan ku, dan menjadi salah satu sumber motivasi ku untuk selalu
semangat menjalani pendidikanku hingga detik ini aku hampir selesai. Semoga
kelak kita bisa menjadi sumber kebahagiaan kedua orang tua kita baik di dunia
maupun di akhirat.
3. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Suherman, M.Kep, dan Bapak Nur
Ekosaputro, S.Kep selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah saya,
terimakasih banyak bapak telah membimbing saya serta menjadi support saya
selama ini, memberikan ilmu, nasehat, dan segala pelajaran yang sebelumnya
belum saya dapati dan mengarahkan saya sampai Karya Tulis Ilmiah ini
selesai.
4. Untuk seluruh dosen Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang,
terimakasih atas semua ilmu yang telah kalian berikan kepada kami. Maaf jika

viii
selama ini kami selalu membuat kesalahan dan selalu menjadi sumber masalah.
Terimakasih karena telah mendidik kami sampai detik ini, semoga kami nanti
menjadi perawat profesional. Aamiin
5. Kepada sahabatku Wela, Suci, Lela, Citra, Adelia, Imin, Mabruri, Vina dan
Inda terimakasih telah menjadi pelangi dihari-hariku yang penuh tanda tanya.
Terimakasih untuk selalu mendengarkan keluh kesahku dan terimakasih telah
membuatku mengerti artinya indah dari sebuah kesabaran. Terimakasih untuk
pelajaran dan penghargaan hidup selama 3 tahun bersama. Jangan lupakan
kenangan baik maupun buruk saat bersama, dengan air mata dan keringat kita
bisa berada di titik saat ini. Semoga kita akan dipertemukan kembali di titik
terbaik menurut takdir. Raihlah cita-citamu, carilah saudara dimanapun kakimu
berpijak, jadilah manusia yang memanusiakan manusia, aamiin.
6. Untuk semua rekan seperjuanganku keperawatan angkatan 9, semoga tali
persaudaraan kita tidak terhenti sampai KTI kita selesai juga. Terimakasih
karena sudah menjadi bagian dari kisah awal kesuksesanku. Semoga kita bisa
mencapai cita-cita yang sudah sudah kita impikan setelah lulus. Tetap menjadi
angkatan yang kompak dan selalu mengingat temanmu ini. Aamiin.
7. Untuk kakak asuh ku Dina Gustiana, Komariah dan adik asuh ku Yuli, Jeki
terimakasih selalu memberi semangat yang tiada hentinya selama ini. Untuk
adik asuh ku selalu semangat, jangan pantang menyerah, hadapi apapun yang
ada di depan mata dengan hati yang lapang, semoga sukses untuk kedepannya.
Aamiin.

ix
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Pengaruh Terapi Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran
Pada Pasien Gangguan Jiwa; Literatur review ”. Karya tulis ilmiah ini disusun
dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan tugas mata kuliah Karya Tulis
Ilmiah Diploma III Keperawatan di Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari pengarahan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk moril maupun materil. Penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak drg. Harindra, MKM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI


Pangkalpinang.
2. Bapak Akhiat, S.KM.,M.Si selaku ketua jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
3. Bapak Suherman, M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Bapak Nur Ekosaputro, S.Kep selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
5. Seluruh dosen, PLP dan staf di Prodi Keperawatan Pangkalpinang
Poltekkes kemenkes RI Pangkalpinang.
6. Seluruh mahasiswa angkatan IX Poltekkes Kemenkes RI
Pangkalpinang, khususnya mahasiswa prodi keperawatan.
7. Bapak (Suparman) Ibu (Faridawati) dan Abang (Desky Wahdani) yang
telah memberikan dukungan moral, spiritual, dalam pembuatan ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

x
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan, baik dari isi maupun cara penulisan. Dengan demikian
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
semua pihak sebagai perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak khususnya mahasiswa/mahasiswi Poltekkes Kemenkes
Pangkalpinang.

Pangkalpinang, Mei 2021

Penulis

xi
PENGARUH TERAPI MENGHARDIK UNTUK MENGATASI
HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA ;
LITERATUR REVIEW TAHUN 2021

Bella Dwi Nopita, Suherman, Nur Ekosaputro (2021)


Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Email : nopitabelladwi@gmail.com

ABSTRAK

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan persepsi sensori yang terjadi pada
respon neurobiologis maladaptive di mana klien mengalami perubahan sensori
persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan atau penghiduan. Strategi pelaksanaan yang dilakukan perawat pada
pasien halusinasi pendengaran adalah dengan terapi menghardik. Terapi
menghardik dapat mengontrol dan mengatasi halusinasi pendengaran pada pasien
gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Pengaruh Terapi
Menghardik untuk mengatasi Halusinasi Pendengaran pada pasien Gangguan
Jiwa. Metode yang digunakan adalah literatur review dengan 2 jurnal. Dari hasil
terdapat pengaruh terapi menghardik gangguan jiwa pada pasien halusinasi
pendengaran. Menghardik adalah sebuah strategi pelaksanaan yang dilakukan oelh
perawat sebagai sebuah terapi yang dapat menurunkan dan mengatasi halusinasi
pendengaran pada pasien gangguan jiwa . Tulisan ini diharapkan dapat menjadi
bahan referensi dalam memberikan intervensi.
Kata kunci : Gangguan jiwa, halusinasi pendengaran, menghardik

xii
THE EFFECT OF HARDIC THERAPY TO OVERCOME HEARING
HALLUCINATION IN MENTAL DISORDERS PATIENTS ; REVIEW
LITERATURE YEAR 2021

Bella Dwi Nopita, Suherman, Nur Ekosaputro (2021)


Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Email : nopitabelladwi@gmail.com

ABSTRACT

Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception disorders that


occur in maladaptive neurobiological responses in which the client experiences
changes in sensory perception, feeling false sensations in the form of sound, sight,
taste, touch or smell. The implementation strategy carried out by nurses in
auditory hallucination patients is rebuking therapy. Rebuke therapy can control
and overcome auditory hallucinations in mental patients. This study aims to
describe the effect of rebuke therapy to treat auditory hallucinations in patients
with mental disorders. The method used is a literature review with 2 journals.
From the results, there is an effect of rebuking mental disorders in patients with
auditory hallucinations. Rebuking is an implementation strategy carried out by
nurses as a therapy that can reduce and overcome auditory hallucinations in
patients with mental disorders. This paper is expected to be a reference material
in providing interventions.

Keywords : Mental disorders, auditory hallucinations, rebuke

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................................. i


HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ x
ABSTRAK .................................................................................................. xii
ABSTRACT ................................................................................................ xiii
DAF TAR ISI ............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvii
DAFTAR ISTILAH .................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................ 3
D. Manfaat ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Gangguan Jiwa ..................................................... 5
1. Definisi Gangguan Jiwa ........................................................ 5
2. Rentang Sehat Jiwa ............................................................... 5
3. Ciri-ciri Sehat Jiwa ............................................................... 6
4. Proses Terjadinya Gangguan Jiwa ......................................... 6
5. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa ......................................... 7
B. Konsep Dasar Halusinasi ............................................................ 9
1. Definisi Halusinasi ................................................................ 9
2. Etiologi ................................................................................. 9
3. Rentang Respons Neurobiologis Halusinasi ........................... 10
4. Tingkat Halusinasi ................................................................ 10
5. Tanda dan Gejala .................................................................. 11
6. Jenis Halusinasi .................................................................... 12
7. Mekanisme Koping ............................................................... 14
C. Konsep Dasar Terapi Menghardik ............................................... 14
1. Definisi Menghardik ............................................................. 14
2. Metode Pelaksanaan Terapi .................................................. 14
3. Penelitian Terkait .................................................................. 16
D. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa ............................................. 17
1. Pengkajian ............................................................................ 17

xiv
2. Pohon Masalah ...................................................................... 18
3. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 19
4. Perencanaan Keperawatan ..................................................... 19
5. Implementasi Keperawatan ................................................... 19
6. Evaluasi ................................................................................. 21
BAB III METODE PENULISAN
A. Kerangka Kerja ........................................................................... 22
B. Pengumpulan Data ...................................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ........................................................................................... 25
B. Pembahasan ................................................................................ 29
C. Keterbatasan ............................................................................... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 33
B. Saran .......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA

xv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1 Tingkat, karakteristik dan perilaku halusinasi................................. 10
Tabel 2 Jenis, data objektif dan subjektif halusinasi .................................... 13
Tabel 3 Data pengkajian, gangguan persepsi sensori halusinasi .................. 17
Tabel 4 Hasil penyaringan penelitian .......................................................... 25

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 1 Rentang sehat jiwa ..................................................................... 5
Gambar 2 Rentang respons halusinasi ......................................................... 10
Gambar 3 Pohon masalah gangguan persepsi sensori halusinasi ................. 18
Gambar 4 Kerangka Kerja .......................................................................... 22

xvii
DAFTAR ISTILAH

Arthan : Obat untuk memperbaiki gejala parkisonisme


Auditoryhearing voices
or sounds Hallucinations : Halusinasi dengar/suara

Chlorpromazine : Obat untuk menangani gejala psikosis pada


skizofrenia

Clozapine : Obat anti psikosis yang diberikan kepada penderita


skizofrenia

Depresi : Suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang


berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan,
perasaan, dan kesehatan mental seseorang

Dopamine neutransmitter: Dopamin dikenal sebagai neurotransmiter, yaitu


senyawa kimia yang berperan sebagai penghantar
stimulus (pesan berupa rangsangan) ke sel saraf,
baik di otak maupun di otot

Gustatory Hallucinations : Halusinasi pengecapan

Haloperidol : Obat untuk mengatasi gejala skizofrenia, sindrom


Tourette, mania dalam penyakit bipolar, mual dan
muntah, delirium, psikosis akut, dan halusinasi
selama proses penanggulangan kecanduan minum
alkohol

Integrated : Teritegrasi

Literatur review : Berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan


penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan
untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian

Neurobiologis : Otak dan semua fungsi saraf

Olfactory Hallucinations : Halusinasi penghidung

Persepsi : Pemikiran/penafsiran manusia terhadap suatu objek


atau rangsangan guna memberikan gambaran dan
pemahaman tentang lingkungan mereka

Psike : Jiwa

xviii
Psikologik / psikogenik : Gangguan atau penyakit organik dengan latar
belakang psikis.

Psikologis : lmu ilmiah yang mempelajari perilaku dan proses


mental

Psiko-sosial : Relasi yang dinamis antara aspek psikologis dan


sosial seseorang

Risperidon : Obat untuk mengobati skizofrenia dan gangguan


bipolar

Sensori : Stimulus atau rangsang yang datang dari dalam


maupun luar tubuh

Skizofrenia : Suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan


utama pada proses fikir serta disharmoni
(keretakan, perpecahan) antara proses pikir,
efek/emosi, kemauan dan psikomotor disertai
distorsi kenyataan.

Somato : Tubuh

Somatogenik : Salah satu jenis gangguan mental yang


menyebabkan seseorang mengeluh rasa sakit di
tubuh tapi tidak dapat diketahui penyebab
medisnya

Sosiogenik : Masyarakat merupakan sumber perubahan social

Stelazine : Obat untuk mengobati skizofrenia. Ini juga dapat


digunakan jangka pendek pada mereka dengan
gangguan kecemasan

Tactile Hallusinations : Halusinasi perabaan

Terapi menghardik : Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi


dengan cara menolak halusinasi yang muncul

Trihexyphenidyl : Obat untuk mengatasi gejala Parkinson dan gejala


ekstrapiramidal akibat penggunaan obat tertentu,
termasuk antipsikotik

Visual Hallucinations : Halusinasi penglihatan

xix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat izin pengambilan data di rumah sakit jiwa daerah provinsi kepulauan
bangka belitung
2. Surat balasan pengambilan data di rumah sakit jiwa daerah provinsi
kepulauan bangka Belitung
3. Format data dari rumah sakit jiwa daerah provinsi kepulauan bangka belitung
tahun 2018-2020
4. Lembar bimbingan proposal karya tulis ilmiah pembimbing 1
5. Lembar bimbingan proposal karya tulis ilmiah pembimbing 2
6. Lembar bimbingan revisi proposal karya tulis ilmiah ketua penguji
7. Lembar bimbingan revisi proposal karya tulis ilmiah penguji 1
8. Lembar bimbingan karya tulis ilmiah pembimbing 1
9. Lembar bimbingan karya tulis ilmiah pembimbing 2
10. Lembar bimbingan revisi karya tulis ilmiah penguji 2
11. Lembar bimbingan revisi karya tulis ilmiah ketua penguji
12. Lembar bimbingan revisi karya tulis ilmiah penguji 1
13. Jurnal 1
14. Jurnal 2

xx
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan ketidakmampuan seseorang dalam


mengatasi stressor ditandai dengan adanya penyimpangan pikiran, perasaan,
tingkah laku sehingga klien tidak bisa menjalankan fungsi hidupnya secara
normal (Trigoboff, 2013). Salah satu gejala yang terjadi pada seseorang yang
mengalami gangguan jiwa adalah halusinasi.
Menurut WHO (2018) Angka kejadian gangguan mental kronis dan
parah yang menyerang lebih dari 21 juta jiwa dan secara umum terdapat lebih
dari 23 juta orang jiwa di seluruh dunia, Jasa lebih dari 50% orang dengan
skizofrenia tidak menerima perawatan yang tepat. 90% orang dengan
skizofrenia yang tidak diobati tinggal di Negara berpenghasilan rendah dan
menengah.
Data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk
Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
Menurut keliat dkk (2013), halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan persepsi yang terjadi pada respon neurobiologis maladaptif di mana
klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Menurut WHO
(2016) bahwa salah satu tanda pasien skizofrenia adalah distorsi dalam
persepsi, hal ini menggambarkan bahwa salah satu dari tanda pasien
halusinasi.
Diperkirakan lebih dari dari 90% klien skizofrenia mengalami
halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar
pasien skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran. Suara itu dapat berasal
dari dalam diri individu atau dari luar individu. Suara yang didengar pasien

1
2

dapat dikenalnya, suara dapat tunggal atau multipel atau bisa juga
mengandung arti. Isi suara dapat memerintahkan tentang perilaku pasien
sendiri, pasien sendiri merasa yakin bahwa suara itu berasal ada (Yosep &
Sutini, 2016).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan atau
mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa
adanya rangsang apapun. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara
atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
mengenai klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Marisca
Agustina,2017).
Menurut (Keliat, 2016) peran perawat jiwa dalam menjalankan
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan memerlukan suatu perangkat
instruksi atau langkah -langkah kegiatan yang dibakukan. Hal ini bertujuan
agar penyelenggaraan pelayanan keperawatan memenuhi standar pelayanan.
Salah satu jenis SOP yang di gunakan adalah SOP tentang strategi pelaksaan
(SP) tindakan keperawatan pada pasien. SP tindakan keperawatan merupakan
standar model pendekatan asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan
jiwa yang salah satunya adalah pasien yang mengalami masalah utama
halusinasi.
Strategi pelaksanaan dalam mengontrol halusinasi ada empat yaitu
strategi pelaksanaan satu membantu pasien mengenali halusinasi yang
dialami, menjelaskan cara mengontrol halusinasi dan mengajarkan pasien
cara menghardik halusinasi, strategi pelaksanaan dua yaitu melatih pasien
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, strategi
pelaksanaan ketiga melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara
melaksanakan aktivitas terjadwal, dan strategi pelaksanaan empat yaitu
melatih pasien mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur.
(Firman,dkk. 2018).
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi halusinasi selama ini salah
satunya dengan menggunakan menghardik halusinasi (Dermawan, 2013).
Berdasarkan penulisan Ninik Retno (2016) yang dilakukan di RSJD Dr. Arif
3

Zainudin Surakarta pada salah satu klien yang mengalami halusinasi


pendengaran, untuk mengatasi halusinasi yang sudah dilakukan bahwa
intensitas halusinasi sudah berkurang ditandai dengan klien mengontrol rasa
takut saat halusinasi muncul setelah belajar pengontrolan halusinasi dan
halusinasi sudah tidak muncul ketika dimalam hari dengan melakukan ketiga
SP (Strategi Pelaksanan) yaitu, SP 1 menghardik halusinasi, SP 2
bercakapcakap dengan orang lain, SP 3 mengkonsumsi obat secara teratur.
Berdasarkan data di Rumah Sakit Jiwa Derah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung pada tahun 2018 sampai 2019 prevalensi halusinasi
mengalami penurunan yaitu dari 2002 orang menjadi 1696 orang. Halusinasi
masuk dalam 10 besar diagnose keperawatan di ruang rawat inat Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prevalensi halusinasi pada
tahun 2020 mengalami penurunan dari 1696 orang menjadi 1484 orang
dengan persentase 69%.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Terapi Menghardik Untuk
Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Gangguan Jiwa”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh terapi menghardik dalam mengatasi halusinasi


pendengaran terhadap pasien gangguan jiwa?

C. Tujuan

Mengetahui Pengaruh Terapi Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi


Pendengaran Pada Pasien Gangguan Jiwa
4

D. Manfaat

1. Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang


Dapat menambah wawasan bagi mahasiswa atau mahasiswi dan
sebagai bahan referensi di bidang keperawatan dalam menangani pasien
gangguan jiwa halusinasi pendengaran dengan terapi menghardik.
2. Penulis
Dapat memperoleh pengalaman, ilmu pengetahuan, keterampilan,
dan gambaran hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang
pelaksanaan dalam menangani klien gangguan jiwa halusinasi
pendengaran dengan terapi menghardik.
3. Institusi Pelayanan Kesehatan
Memberikan informasi bagi tenaga pelayanan kesehatan terutama
pada pelayanan kesehatan yang melayani kesehatan jiwa dalam
menerapkan pengaruh terapi menghardik untuk mengatasi halusinasi
pendengaran pada pasien gangguan jiwa dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gangguan Jiwa

1. Definisi Gangguan Jiwa


Menurut (Videbeck Prabowo, 2014, dalam Maulana,dkk, 2019)
berpendapat bahwa gangguan Jiwa adalah keadaan emosi, psikologis, dan
sosial yang terpandang dari hubungan komunikasi antar dua orang yang
tidak terpenuhi tindakan dan pertahanan yang baik, sesuatu yang dapat
dipahami dalam diri yang baik dan keseimbangan emosi yang dalam.
Menurut Statistik Diagnosa Mental (SDM) IV gangguan jiwa
adalah pola perilaku individu yang menyebabkan disfungsi dan
penderitaan sehingga terjadi kerugian dan konflik di masyarakat.
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III
bahwa gangguan jiwa adalah pola perilaku yang menyebabkan terjadinya
penderitaan dan keterbatasan (Maslim, 2013, dalam Anna AS, 2019).
2. Rentang Sehat Jiwa
a. Dinamis bukan titik statis
b. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati
c. Ada tahap-tahap
d. Adanya variasi tiap individu
e. Menggambarkan kemampuan adaptasi
f. Berfungsi secara efektif : sehat
Gambar 1 Rentang Sehat Jiwa

Sehat Optimal Sakit Kronis-Mati


Sumber: Iyus Yosep, 2000, dalam Direja (2017).

5
6

3. Ciri-ciri Sehat Jiwa


Direja (2017), menguraikan beberapa ciri-ciri sehat jiwa antara lain:
a. Seseorang dapat beradaptasi diri secara konstruktif pada kenyataan
(berani menghadapi kenyataan).
b. Mendapat kepuasan dari usahanya.
c. Lebih puas memberi daripada menerima.
d. Bebas (relatif) dari cemas.
e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan
memuaskan.
f. Dapat menerima kekecawaan sebagai pelajaran di kemudian hari.
g. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.
h. Daya kasih saying yang besar.
4. Proses Terjadinya Gangguan Jiwa
Direja (2017), menguraikan proses terjadinya gangguan jiwa, sebagai
berikut:
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat
dikatakan juga, secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab
gangguan jiwa, maka ketiga unsur ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa
artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang patologik dari
unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu.
Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya bukan
hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya. Hal-hal yang dapat
mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur
dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluargaa, adat-istiadat,
kebudayaan dan kepercayaan ,pekerjaan, pernikahan dan kehamilan,
kehilangan dan kematian orang yang dicintai, agresi rasa permusuhan,
hubungan antara manusia, dan sebagainya.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada
unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan
(somatogenik), dilingkungan sosial (sosiogenik) ataupun dipsike
7

(psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi


beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah
gangguan badan ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi,
karena kurang makan dan tidur daya tahan badaniah seorang berkurang
sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau seorang dengan mania
terdapat kecelakaan .
Sebaliknya seorang dengan penyakit badaniah umpamanya
keradangan yang melemahkan, maka daya tahan psikologiknya pun
menurun sehingga ia mungki mengalami depresi. Sudah lama diketahui
juga, bahwa penyakit pada otak sering mengakibatkan gangguan jiwa.
Contoh lain ialah seorang anak yang mengalami gangguan otak (karena
kelahiran, keradangan dan sebagainya) kemudian menjadi hiperkinetik
dan sukar diasuh. Ia mempengaruhi lingkungannya, terutama orang tua
dan anggota lain serumah. Mereka ini bereaksi terhadapnya dan mereka
saling mempengaruhi.
5. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala dari gangguan jiwa menurut
Dierja (2017):
a. Gangguan kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental dimana seorang individu
menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya,
baik lingkungan dalam maupun lingkungan luar (fungsi mengenal).
Proses kognitif meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Sensasi dan persepsi.
2) Perhatian.
3) Ingatan.
4) Asosiasi.
5) Pertimbangan.
6) Pikiran.
7) Kesadaran.
8

b. Gangguan perhatian
Perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi menilai
dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu
rangsangan.
c. Gangguan ingatan
Ingatan (kenangan, memori) adalah kesanggupan untuk
mencatat, menyimpan, memproduksi isi, dan tanda-tanda kesadaran.
d. Gangguan asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan,
kesan, atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan
atau gambaran ingatan respons/konsep lain, yang sebelumnya
berkaitan dengannya.
e. Gangguan pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk
membandingkan/menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja
dengan memberikan nilai-nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan
dari suatu aktivitas.
f. Gangguan pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai
bagian dari pengetahuan seseorang.
g. Gangguan kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan
hubungan dengan lingkungan, serta dirinya melalui panca indera dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri.
h. Gangguan kemauan
Kemauan adalah suatu proses dimana keinginan-keinginan
dipertimbangkan yang kemudian diputuskan untuk melaksanakan
sampai mencapai tujuan.
i. Gangguan emosi dan afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan
pengaruh pada aktivitas tubuh serta menghasikan sensasi organik dan
9

kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosional


seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran,
biasa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologi.
j. Gangguan psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa.

B. Konsep Dasar Halusinasi

1. Definisi Halusinasi
Halusinasi merupakan gejala positif pada seseorang yang
ditemukan pada klien gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan
skizofrenia. Seluruh klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami
halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu sebenarnya tidak terjadi (Muhith, 2015, dalam
Setyowati, 2019). Menurut (Mahmuda, 2018, dalam Setyowati, 2019),
halusinasi adalah persepsi sensori palsu tanpa adanya rangsangan yang
dapat menjadi visual, pendengaran, sentuhan, serta penciuman tergantung
pada organ yang terlibat.
2. Etiologi
Direja (2017) menguraikan etiologi sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi (pendukung)
1) Genetika
2) Neurobiologi
3) Neurotransmitter
4) Abnormal perkembangan syaraf
5) Psikologis
b. Faktor presipitasi (Pencetus)
1) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
2) Mekanisme penghantar listrik yang berlebihan
3) Adanya gejala pemicu
10

3. Rentang Respons Neurobiologis Halusinasi


Rentang respons neurobiologis yang paling adaptif adalah adanya
pikiran logis, persepsi cocok, dan terciptanya hubungan sosial yang
harmonis. Sementara itu, respons maladaptif meliputi adanya waham,
halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak terorganisasi, dan
isolasi sosial: menarik diri.
Berikut adalah gambaran tentang respons neurobiologis.
Gambar 2 Rentang respons halusinasi
Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses


menyimpang pikir: waham
Persepsi akurat
Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten
dengan pengalaman Emosi tidak stabil Ketidakmampuan
untuk mengalami
Perilaku sesuai Perilaku aneh emosi
Hubungan sosial Menarik diri Ketidakteraturan
Isolasi sosial

Sumber: Stuart, 2013, dalam Sutejo (2019)

4. Tingkat Halusinasi
Menurut Sutejo (2019) Intensitas halusinasi meliputi empat tingkat,
mulai tingkat I hingga tingkat IV.

Tabel 1 Tingkat, Karakteristik, dan Perilaku Halusinasi


Tingkat Karakteristik Halusinasi Perilaku Klien
Tingkat I  Mengalami ansietas  Tersenyum
Memberi rasa kesepian, rasa bersalah,  Menggerakkan bibir
nyaman dan ketakutan tanpa suara
Tingkat ansietas  Mencoba berfokus pada  Menggerakkan mata
sedang pikiran yang dapat dengan cepat
Halusinasi menghilangkan ansietas  Respons verbal yang
merupakan  Pikiran dan pengalaman lambat
suatu sensori masih ada dalam  Diam dan
kesenangan kontrolkesadaran (jika konsentrasi.
ansietas dikontrol).
11

Tingkat II  Pengalaman sensori  Peningkatan sistem


Menyalahkan menakutkan saraf otak, tanda-tada
Tingkat ansietas  Mulai merasa ansietas, seperti
berat kehilangan kontrol peningkatan denyut
Halusinasi  Merasa dilecehkan oleh jantung, pernapasan,
menyebabkan pengalaman sensori dan tekanan darah
rasa antipati tersebut  Rentang perhatian
 Menarik diri dari orang menyempit
lain.  Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
NON PSIKOTIK  Kehilangan
kemampuan
membedakan
halusinasi dari
realita.
Tingkat III  Klien menyerah dan  Perintah halusinasi
Mengontrol menerima pengalaman ditaati
tingkat ansietas sensorinya  Sulit berhubungan
berat  Isi halusinasi menjadi dengan orang lain
pengalaman atraktif  Rentang perhatian
sensori tidak  Kesepian bila hanya beberapa detik
dapat ditolak pengalaman sensori atau menit
lagi. berakhir.  Gejala fisik ansietas
berat berkeringat,
PSIKOTIK termor, dan tidak
mampu mengikuti
perintah.
Tingkat IV  Pengalaman sensori  Perilaku panik
Menguasai menjadi ancaman  Berpotensi untuk
tingkat ansietas  Halusinasi dapat membunuh atau
panik yang berlangsung selama bunuh diri
diatur dan beberapa jam atau hari.  Tindakan kekerasan
dipengaruhi agitasi, menarik diri,
oleh waham PSIKOTIK atau katatonia
 Tidak mampu
merespons perintah
yang kompleks
 Tidak mampu
merespons terhadap
leih dari satu orang.
Sumber: Sutejo (2019)

5. Tanda dan Gejala


Menurut Sutejo (2019) tanda dan gejala halusinasi dinilai dari
hasil observasi terhapat klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan
gejala klien halusinasi adalah:
a. Data subjektif
Berdasarkan data subjektif, klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi mengatakan bahwa klien:
12

1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.


2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urine, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses.
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
b. Data objektif
Berdasarkan data objektif, klien dengan gangguan sensori
persepsi halusinasi melakukan hal-hal berikut:
1) Bicaranya atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit
6. Jenis Halusinasi
Menurut Sutejo (2019) halusinasi diklasifikasikan menjadi 5
jenis, yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi
pengecapan, halusinasi penghidung, dan halusinasi perabaan. Data
objektif dikaji dengan cara mengobservasi perilaku klien, sedangkan data
subjektif dikaji melalui wawancara dengan klien. Berikut ini merupakan
diskripsi kelima jenis halusinasi:
13

Tabel 2 Jenis, Data Objektif, dan Subjektif Halusinasi.


Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
Halusinasi  Mengarahkan  Mendengar suara
Dengar/Suara telinga pada sumber atau bunyi gaduh
(Auditoryhearing suara  Mendengar suara
voices or sounds  Marah-marah tanpa yang menyuruh
Hallucinations) sebab yang jelas untuk melakukan
 Bicara atau tertawa sesuatu yang
sendiri berbahaya
 Menutup telinga  Mendengar suara
yang mengajak
bercakap-cakap
 Mendengar suara
orang yang sudah
meninggal
Halusinasi  Ketakutan pada  Melihat makhluk
Penglihatan (Visual sesuatu atau objek tertentu, bayangan,
Hallucinations) yang dilihat orang yang sudah
 Tatapan mata meninggal, sesuatu
menuju tempat yang menakutkan
tertentu atau hantu, cahaya
 Menunjuk ke arah
tertentu
Halusinasi  Adanya tindakan  Klien seperti
Pengecapan mengecap sesuatu, sedang merasakan
(Gustatory gerakan makanan atau rasa
Hallucinations) mengunyah, sering tertentu, atau
meludah, atau mengunyah
muntah sesuatu.
Halusinasi  Adanya gerakan  Mencium bau dari
Penghidung cuping hidung bau-bauan tertentu,
(Olfactory karena mencium seperti bau mayat,
Hallucinations) sesuatu atau makanan, feses,
mengarahkan bayi, atau parfum
hidung pada tempat  Klien sering
tertentu mengatakan bahwa
ia mencium suatu
bau
 Halusinasi
penciuman sering
menyertai klien
demensia, kejang,
atau penyakit
serebrovakular
Halusinasi Perabaan  Menggaruk-garuk  Klien mengatakan
(Tactile permukaan kulit ada sesuatu yang
Hallusinations)  Klien terlihat menggerayangi
menatap tubuhnya tubuh, seperti
dan terlihat tangan, serangga,
merasakan sesuatu atau makhluk
yang aneh seputar halus
tubuhnya  Merasakan sesuatu
di permukaan
kulit, seperti rasa
14

yang sangat panas


dan dingin, atau
rasa tersengat
aliran listrik.
Sumber : Sutejo (2019)

7. Mekanisme Koping
Menurut Sutejo (2019) mekanisme koping yang sering digunakan
klien dengan halusinasi meliputi:
a. Regresi
Regresi berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang
digunakan untuk menanggulangi ansietas. Energi yang tersisa untuk
aktivitas sehari-hari tinggal sedikit, sehingga klien menjadi malas
beraktivitas sehari-hari.
b. Proteksi
Dalam hal ini, klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu
benda.
c. Menarik diri
Klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.

C. Konsep Dasar Terapi Menghardik

1. Definisi Menghardik
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul (Dalami, 2010).
2. Metode Pelaksanaan Terapi
Menurut (Nafiatun,dkk, 2020) berikut ini cara mengaplikasikan
terapi menghardik halusinasi:
Pada saat meminta subyek A untuk mendemonstrasikan cara
menghardik, subyek A kurang semangat perlu diberikan motivasi, baru
mau melakukan. Menurutnya menghardik adalah salah satu cara
15

mengusir suara-suara dengan mengucapkan pergi.. pergi.. pergi,


diucapkan dengan nada tinggi. Pada saat diingatkan untuk mengucapkan
dalam hati terlihat subyek kesulitan. Dengan adanya informasi yang
diberikan langkah-langkan yang telah ditunjukan oleh peneliti diharapkan
subyek mampu memahami cara menghardik dengan tepat, seperti
mengucapkan pergi..pergi..pergi.. di dalam hati. Hal ini selaras dengan
Nurjanah (2001) menawarkan informasi adalah menyediakan tambahan
informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan
memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan
memfasilitasi subyek A untuk mengambil keputusan sedangkan menurut
Struart & Sundeen (1995) hal yang tidak boleh dilakukan adalah
menasehati klien pada saat memberikan informasi. Pada interaksi untuk
memberikan pada klien dalam mengontrol halusinasinya perlu dilakukan
setelah subyek menyadari halusinasi yang dialaminya. Pemberian cara
baru untuk mengatasi halusinasi dilakukan secara bertahap yaitu
dilakukan apabila subyek sudah benar-benar memahami teknik tersebut,
maka dari itu perlu adanya bimbingan dan pendampingan pada saat
subyek mendemonstrasikan teknik menghardik untuk diberikan contoh
tahapan menghardik dengan langkah yang benar, untuk selanjutnya
subyek diberikan tugas untuk mencoba mendemonstrasikan teknik yang
sudah diajarkan pada pertemuan berikutnya, dan dilakukan evaluasi
dengan subyek secara efektif agar memahami langkah-langkahnya
dengan benar. Dari wawancara yang dilakukan selama 2 hari dengan 4
pertemuan didapatkan hasil subyek A sudah mulai ada tanda-tanda
melakukan atau menggunakan teknik menghardik pada saat halusinasi
muncul selain itu juga ditunjukan adanya kemampuan dimana subyek A
mulai mau mengulang latihan sesuai dengan jadawal yang sudah
disepakati.
16

3. Penelitian Terkait
Menurut Karina (2013) dari hasil riset yang dilakukannya saat
melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih fokus dan
berkonsentrasi pada halusinasinya. Sehingga memungkinkan beberapa
zat kimia di otak seperti dopamine neurotransmitter tidak berlebihan.
Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul
atau tidak memperdulikan halusinasinya. Jika bisa dilakukan dengan baik
dan benar, maka klien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Teknik untuk menghardik halusinasi
itu sendiri adalah fokus pandangan lurus ke depan kemudian konsentrasi,
memilih kata yang akan digunakan untuk menghardik, perawat
mendemonstrasikan kemudian klien diberi kesempatan mendemonstrasi
kembali. Kata yang sudah dipilih diucapkan dengan sungguh-sungguh
dapat dilakukan dalam hati atau diucapkan langsung.
Menurut Anggraini dkk (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Menghardik terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar
pada Pasien Skizofrenia di RSJD DR Amino Gondohutomo Semarang”
bahwa terapi menghardik dengan menutup telinga memberikan pengaruh
lebih besar dalam penurunan tingkat halusinasi pendengaran, sehingga
cara tersebut dianjurkan untuk para perawat di rumah sakit karena dapat
memberikan hasil yang lebih baik.
Adapun menurut Retno (2016) berdasarkan riset terdahulu yang
sudah dilakukannya dengan judul "Upaya menurunkan kekambuhan pada
klien halusinasi menggunakan anti psikotik" di RSUD Dr. Arif Zainudin
Surakarta menggunakan metode deskriptif dengan hasil klien mampu
mengontrol dan menurunkan kekambuhan dengan menghardik,
mengkonsumsi obat teratur dan bercakap-cakap dengan orang lain
ditandai dengan hasil halusinasi sudah tidak muncul dimalam hari dengan
melakukan ketiga SP (Strategi Pelaksanan) yaitu, SP 1 menghardik
halusinasi, SP 2 bercakap-cakap dengan orang lain, SP 3 menggunakan
obat secara teratur.
17

D. Konsep Asuhan Keperawatan Jiwa

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis
untuk menentukan status kesehatan dan fungsional serta respons kien
pada saat ini dan sebelumnya (Sutejo,2016).
a. Data
Data pengkajian klien dengan halusinasi dapat dilihat pada table di
bawah ini:
Tabel 3 Data Pengkajian Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran
Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan 1. Klien tampak bicara atau


mendengar suara-suara halus tertawa sendiri
2. Klien mengatakan menyuruh 2. Klien mengalihkan perhatian
melakukan sesuatu yang ke arah tertentu
berbahaya 3. Klien tampak menutup
3. Klien mengatakan merasa telinga
takut atau bingung dengan 4. Klien menunjuk-nunjuk kea
suara-suara rah tertentu

Sumber: Satrio, dkk (2015)

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia SDKI


(2017) didapatkan data:

a. Gejala Tanda Mayor:


1) Subjektif
a) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
b) Merasakan sesuatu melalui indera perubahan, penciuman,
perabaan, atau pengecapan.
2) Objektif
a) Distorsi sensori
b) Respon tidak sesuai
18

c) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba


atau mencium sesuatu
b. Gejala Tanda Minor:
1) Subjektif
a) Menyatakan kesal
2) Objektif
a) Menyendiri
b) Melamun
c) Konsentrasi buruk
d) Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
e) Curiga
f) Melihat ke satu arah
g) Mondar-mandir
h) Bicara sendiri
2. Pohon Masalah
Keliat (2010) dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Satrio,2015)
mengatakan pohon masalah klien dengan gangguan sensori persepsi:
halusinasi sebagai berikut:
Gambar 3
Pohon Masalah Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi Pendengaran
Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi dengar

Isolasi sosial

Sumber: Satrio, (2015)


19

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial
(PPNI, dalam Satrio; dkk, 2018). Diagnosa keperawatan yang dapat
ditegakkan antrara lain:
a. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
d. Risiko perilaku kekerasan
4. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dapat
dilaksankan untuk mencapai tujuan khusus. Rencana keperawatan yang
digunakan di tatanan kesehatan jiwa disesuaikan dengan standar asuhan
keperawatan jiwa Indonesia (Yusuf, dkk, 2015).
Perecanaan keperawatan ada 2 yaitu: rencana tindakan
keperawatan didasari standar operasional prosedur (SOP) dan rencana
keperawatan terdiri Tujuan Umum (TUM)/Tujuan Khusus (TUK)
(Keliat, 2014).
5. Implementasi Keperawatan
Perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan
masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini. Menurut
Keliat (2014), tujuan dan tindakan keperawatan pada klien halusinasi
pendengaran yaitu:
a. Tujuan tindakan keperawatan pada pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi
20

Dapat dilakukan dengan cara berdiskusi dengan pasien


tentang isi halusinasi (apa yang didengar), situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul, dan respon pasien saat
halusinasi muncul.
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya untuk
mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak
halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan
“tidak” terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
memperdulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien
akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul.
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka
terjadi distraksi (focus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi kepercakapan yang dilakukan dengan orang
tersebut) sehingga cara yang paling efektif untuk mengatasi
halusinasi adalah bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktivitas terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah
dengan menyibukkan diri degan aktivitas yang teratur. Dengan
beraktivitas secara terjadwal, sehingga pasien tidak akan
mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali
mencetuskan halusinasi.
d) Menggunakan obat secara teratur
Agar klien mampu mengontrol halusinasi, klien juga
harus dilatih untuk menggunakan obat secara tertaur sesuai
dengan program. Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah
sering kali mengalami putus obat sehingga akibatnya klien
mengalami kekambuhan
21

c. Psikofarmaka/Tindakan medis klien halusinasi pendengaran menurut


Satrio, dkk (2015) adalah:
1) Anti psikotik: chlorpromazine, haloperidol, stelazine, clozapine,
risperidone
2) Anti Parkinson: trihexyphenidile, arthan
6. Evaluasi
Menurut (Farida, Yudi, 2012) evaluasi merupakan proses yang
berkelanjutan dan dilakukan terus-menerus untuk menilai efek drari
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan evaluasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi proses yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan
keperawatan, disebut evaluasi formatif
b. Evaluasi hasil dilakukan dengan cara membandingkan respons klien
dengan tujuan yang telah ditentukan, disebut evaluasi sumatif.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP


sebagai pola piker.
a. S = respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
b. O = respons subjektif klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan
c. A = analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih ada atau telah teratasi
atau muncul masalah baru.
d. P = perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisi respons
klien.
BAB III
METODE PENULISAN

A. Kerangka Kerja

Kerangka Kerja adalah hubungan abstrak yang disusun berdasarkan


suatu tema/ topik, guna menyajikan alur pikir penelitian terutama variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian (Nursalam,2011).

Gambar 4 Kerangka kerja

Penentuan Topik

Pencarian Artikel

Menyusun
Argumen

Survei literatur

Mengkritis
Artikel

Membuat Artikel

Keterangan Skema:
Langkah pertama dalam penulisan literatur review adalah menentukan
topik. Topik yang dipilih sesuai dengan stase Keperawatan Jiwa yaitu
Halusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa dan intervensi yang
diberikan adalah terapi menghardik. Penentuan topik didukung dengan
berbagai referensi serta artikel yang dapat dijadikan sebagai bahan dalam
penulisan literatur review. Penulis kemudian mendiskusikan dengan pendidik

22
23

atau pembimbing mengenai topik yang dipilih. Berdasarkan hasil diskusi


penulis dan pembimbing, penulis memilih topik “pengaruh terapi menghardik
untuk mengatasi hasusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa”.
Langkah Kedua adalah mencari artikel. Penulis mencari artikel sesuai
dengan topik yang dipilih penulis yaitu “pengaruh terapi menghardik untuk
mengatasi hasusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa”. Penulis
mencari artikel dari berbagai sumber yaitu google scholar dengan kata kunci
halusinasi pendengaran, terapi menghardik, gangguan jiwa dalam rentang
tahun 2016-2020. Penulis menemukan 4 artikel yang sesuai dengan topik.
Kemudian penulis memilih kembali dari 4 artikel tersebut berdasarkan
kesamaan tujuan dan metode penelitian sehingga didapatkan 2 artikel yang
sesuai dengan topik yang dipilih penulis.
Langkah Ketiga adalah menyusun argumen. Penulis menemukan
bahwa artikel yang didapatkan memiliki tujuan yang sama dengan tujuan
penulis yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi menghardik untuk
mengatasi halusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa. Hasil dari
kedua artikel mengatakan bahwa terdapat pengaruh terapi menghardik untuk
mengatasi halusinasi pendengaran. Berdasarkan argument diatas kedua artikel
dapat dijadikan sebagai data dukungan penulis dalam menjawab masalah
yang diangkat penulis yaitu bagaimana pengaruh terapi menghardik untuk
mengatasi halusinasi pendengaran pada pasien gangguan jiwa.
Langkah selanjutnya adalah melakukan survei dan mengkritis artikel-
artikel yang dipilih. Penulis menelaah isi dari kedua artikel yang memiliki
beberapa kesamaan. Kesamaan kedua jurnal terdapat pada penyakit yaitu
Halusinasi pendengaran, intervensi yang diberikan yaitu terapi menghardik.
Tujuan kedua jurnal adalah untuk mengetahui pengaruh tentang penerapan
terapi menghardik untuk mengatasi halusinasi pendengaran pada pasien
gangguan jiwa. Metode yang digunakan kedua artikel adalah studi kasus.
Langkah terakhir adalah mengkritis artikel. Penyusunan dilakukan dengan
mengembangkan hasil dari analisis terhadap artikel. Kedua artikel yang
memiliki hubungan dengan topik serta judul penulis yaitu Pengaruh Terapi
24

Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Pasien


Gangguan Jiwa.

B. Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti


menentukan tema : Pengaruh terapi meghardik untuk mengatasi halusinasi
pendengaran pada pasien gangguan jiwa. Artikel – artikel karya ilmiah ini
ditemukan di berbagai data base yaitu google shooler. Berbagai pencarian
dimulai dengan kata kunci; Halusinasi pendengaran, menghardik, gangguan
jiwa.

Penulis memilih artikel dalam rentang pada tahun 2016-2021. Dari


total artikel yang ditemukan hanya 2 artikel yang dianalisis yang memenuhi
kriteria insklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi :
a. Artikel atau jurnal yang di publikasikan pada tahun 2016-2021.
b. Artikel atau jurnal berakreditasi.
c. Artikel atau jurnal yang memiliki abstrak dan fulltext.
d. Halusinasi sebagai tema utama
e. Artikel atau jurnal bahasa indonesia
2. Kriteria Ekslusi :
a. Artikel atau jurnal yang di publikasikan di bawah tahun 2016.
b. Artikel atau jurnal tidak berakreditasi.
c. Artikel atau jurnal yang tidak memilki abstrak atau fulltext.
d. Halusinasi bukan sebagai tema
e. Artikel atau jurnal bukan bahasa inggris
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis akan membahas ringkasan hasil dari penelitian yang berkaitan dengan penerapan Pengaruh Terapi
Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Gangguan Jiwa. Adapun ringkasan tersebut dapat dilihat dari
tabel dibawah ini:
A. Hasil

Tabel 4 Hasil Penyaringan Penelitian

No Peneliti/ Judul Jurnal Populasi Intervensi Perbandingan Hasil


Tahun
1. Murni Pratiwi dan Tindakan Menghardik 2 klien Intervensinya Sebelum diberikan Hasil evaluasi terhadap masalah
Heri Setiawan Untuk Mengatasi Halusinasi skizofrenia adalah dengan terapi menghardik klien skizofrenia dengan
(2018) Pendengaran Pada Klien dengan SP1yaitu tanda dan gejala yang gangguan persepsi sensori:
Skizofrenia Di Rumah Sakit halusinasi menghardik ditunjukkan oleh Sdr. halusinasi pada Sdr. Sa dan Sdr.
Jiwa pendengaran Caranya : Sa yaitu tidak dapat So didapatkan bahwa efektifitas
Karakteristik : 1. Klien dilatih membedakan keadaan setelah dilakukan latihan
 Kedua klien untuk yang nyata atau tidak, menghardik halusinasi terhadap
berjenis mengatakan kurang konsentrasi kedua klien ditunjukan dengan
kelamin tidak terhadap dengan lingkungan adanya penurunan tanda gejala
laki-laki halusinasi yang sekitar, sulit yang terdapat pada klien Sdr. Sa
muncul atau berkomunikasi dengan yaitu 87% sedangkan pada Sdr.
tidak orang lain, ekspresi So yaitu 67%.
memperdulikan muka tegang,
halusinasinya. pergerakan mata cepat
2. Teknik untuk dan respon verbal yang
menghardik lambat. Sedangkan

25
26

halusinasi itu pada Sdr. So tidak


sendiri adalah dapat membedakan
fokus keadaan yang nyata
pandangan atau tidak, kurang
lurus ke depan konsentrasi dengan
kemudian lingkungan sekitar,
konsentrasi, sulit berkomunikasi
memilih kata dengan orang lain,
yang akan ekspresi muka tegang,
digunakan pergerakan mata cepat,
untuk respon verbal yang
menghardik. lambat dan takut. Hasil
3. Kata yang setelah diberikan
sudah dipilih tindakan mengahardik
diucapkan terhadap masalah klien
dengan skizofrenia dengan
sungguh- gangguan persepsi
sungguh dapat sensori: halusinasi pada
dilakukan Sdr. Sa dan Sdr. So
dalam hati atau didapatkan bahwa
diucapkan efektifitas setelah
langsung. dilakukan latihan
4. Setelah latihan menghardik halusinasi
menghardik terhadap kedua klien
penulis ditunjukan dengan
memberikan adanya penurunan
reinforcement tanda gejala yang
pada klien. terdapat pada klien Sdr.
Sa yaitu 87%
sedangkan pada Sdr.
So yaitu 67%.
2. Tiya Meliana dan Penerapan strategi 2 klien Strategi Sebelum diberikan Hasil evaluasi kedua responden
Emilia Puspitasari pelaksanaan 1 pada klien skizofrenia pelaksanaan terapi menghardik yaitu dalam waktu dilakukan 1
Sugiyanto (2019) skizofrenia paranoid dengan dengan halusinasi ada 4, tanda dan gejala yang x sehari selama 15 menit selama
27

gangguan persepsi sensori halusinasi salah satunya muncul pada Tn. E ada 3 hari kedua responden yaitu
halusinasi pendengaran pendengaran yaitu strategi 10 atau 100% yaitu Tn.Y didapatkan hasil dari 10
Karakteristik : pelaksanaan 1 mendengar suara, tanda dan gejala halusinasi
 Kedua klien menghardik. ungkapan jenis suara, terjadinya penurunan tanda dan
berjenis Adapun cara ungkapan waktu gejala sebanyak 70% atau
kelamin intervensi yang munculnya halusinasi, sebanyak 7 tanda dan gejala ,
laki-laki dilakukan : ungkapan frekuensi dan 30% atau sebanyak 3 tanda
 Klien 1 1. Membina munculnya halusinasi, dan gejala Tn. Y belum teratasi
berumur 34 hubungan bicara sendiri, tertawa sedangkan Tn.E didapatkan
tahun saling percaya sendiri, wajah tegang, hasil dari 9 tanda dan gejala
merupakan 2. Klien dapat afek labil, tidak bisa halusinasi terjadi penurunan
anakke-3 mengenal tidur dan kontak mata tanda dan gejala sebanyak 70%
dari 3 halusinasinya mudah beralih. atau sebanyak 7 tanda dan
bersaudara, 3. Klien dapat Sedangkan pada Tn. Y gejala, dan 30% atau 2 tanda
klien tidak mengontrol tanda dan gejala yang dan gejala yang belum teratasi.
bekerja, halusinasinya muncul ada 9 atau
klien dengan cara 100% yaitu mendengar
beragama menghardik suara, ungkapan jenis
islam dan suara, ungkapan waktu
pendidikan munculnya halusinasi,
terakhir ungkapan frekuensi
SMP munculnya halusinasi,
 Klien 2 bicara sendiri, tertawa
berumur 63 sendiri, wajah tegang,
tahun afek labil dan kontak
mempunyai mata mudah
3 orang beralih.Hasil setelah
anak, klien diberikan tindakan
bekerja menghardik pada
sebagai kedua responden yaitu
petani, klien dalam waktu dilakukan
beragama 1 x sehari selama 15
islam dan menit selama 3 hari
pendidikan kedua responden yaitu
28

terakhir SD pada Tn.Y didapatkan


hasil dari 10 tanda dan
gejala halusinasi
terjadinya penurunan
tanda dan gejala
sebanyak 70% atau
sebanyak 7 tanda dan
gejala , dan 30% atau
sebanyak 3 tanda dan
gejala Tn. Y belum
teratasi sedangkan
Tn.E didapatkan hasil
dari 9 tanda dan gejala
halusinasi terjadi
penurunan tanda dan
gejala sebanyak 70%
atau sebanyak 7 tanda
dan gejala, dan 30%
atau 2 tanda dan gejala
yang belum teratasi.
29

B. Pembahasan

Gangguan Jiwa menurut Undang-undang No.18 (2014) adalah orang yang


mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/ atau perubahan perilaku
yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Menurut Keliat,dkk (2013) salah satu gejala gangguan persepsi sensori
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi. Halusinasi adalah
suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan
pola dari stimulus yang datang (diprakarsai) dari internal dan eksternal
disertai dengan respon menurun atau dilebih-lebihkan atau kerusakan respon
pada rangsangan ini (Hendarsyah, 2016).
Berdasarkan hasil dari kedua jurnal didapatkan persamaan bahwa
efektifitas setelah dilakukan latihan menghardik halusinasi terhadap klien
ditunjukan dengan adanya penurunan tanda gejala yang terdapat pada klien.
Adapaun hasil dari efektifitas seletah dilakukan latihan menghardik selama 3
hari pertemuan pada Sdr. Sa yaitu 87% sedangkan pada Sdr. So yaitu 67%.
Sedangkan pada Tn. Y dan Tn. E setelah diberikan latihan menghardik 1 x
sehari selama 15 menit selama 3 hari kedua responden yaitu Tn.Y didapatkan
hasil dari 10 tanda dan gejala halusinasi terjadinya penurunan tanda dan
gejala sebanyak 70% atau sebanyak 7 tanda dan gejala , dan 30% atau
sebanyak 3 tanda dan gejala Tn. Y belum teratasi sedangkan Tn.E didapatkan
hasil dari 9 tanda dan gejala halusinasi terjadi penurunan tanda dan gejala
sebanyak 70% atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan 30% atau 2 tanda dan
gejala yang belum teratasi.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sudirman (2014)
yang berjudul Pengaruh Penerapan Stratergi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan Halusinasi Klien Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi
di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan, yang menyatakan bahwa terapi
menghardik pada klien dengan skizofrenia yaitu berpengaruh pada
30

kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi setelah 3 hari di ajarkan


teknik menghardik halusinasi.
Menurut Keliat (2009) cara untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang
sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Salah satunya adalah dengan
Menghardik halusinasi, yaitu cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk engatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya.
Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul.
Didalam asuhan keperawatan jiwa dikenal dengan strategi pelaksanaan,
menghardik merupakan strategi pelaksanaan 1 dimana menurut Afnuhazi
(2015), fungsi dan tujuan startegi pelaksanaan 1 adalah membantu klien
mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan
klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, memasukan kejadwal
kegiatan harian.
Selain itu dalam pemberian terapi kepada pasien halusinasi harus
memperhatikan beberapa hal antara lain yaitu bina hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, adakan kontak sering
dan singkat secara bertahap, observasi tingkah laku klien yang terkait dengan
halusinasinya, mengkaji data obyektif dan subyektif, mengkaji waktu
frekuensi dan situasi munculnya halusinasi, mengkaji respon terhadap
halusinasi, bantu klien mengenal halusinasinya (Damaiyanti, 2014)
Menurut Keliat (2011) tahapan tindakan menghardik antara lain
menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik,
meminta pasien memperagakan ulang dan memantau penerapan cara ini,
menguatkan perilaku pasien. Adapun cara melakukan teknik menghardik
yaitu dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih dan
mengatakan “pergi-pergi”, kamu suara palsu, kamu tidak nyata”. Jika ini
dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti
halusinasi yang muncul.
31

Berdasarkan kedua jurnal tersebut terdapat perbedaan bahwa di dalam


jurnal pertama tidak dijelaskan secara kuantitatif, karena tidak dicantumkan
persentase sebelum diberikan tindakan tetapi persentase dijelaskan setelah
diberikan terapi. Dan pada jurnal pertama dijelaskan tindakan diberikan
selama 3 hari tetapi tidak dijelaskan berapa lama waktu yang digunakan
dalam pemberian tindakan, sehingga membuat penulis kesulitan untuk
menyimpulkannya. Sedangkan pada jurnal kedua dijelaskan persentase
sebelum dan sesudah pemberian tindakan. Dan pada jurnal kedua dijelaskan
tindakan diberikan selama 3 hari dan setiap pertemuan waktu yang digunakan
selama 15 menit, sehingga membuat penulis mudah untuk menyimpulkannya.
32

C. Keterbatasan

Literature review ini telah diusahakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah,
namun demikian penulis masih memiliki keterbatasan :
1. Pada proses pencarian penulis mendapat keterbatasan dalam me-
spesifikkan kata kunci karena terlalu umum, mencari portal-portal jurnal,
mencari sumber-sumber yang relevan dengan topik yang penulis bahas.
2. Pada proses penyusunan penulis mendapatkan keterbatasan karena
beberapa sumber literature maupun jurnal tidak memuat beberapa hal
yang diharapkan penulis sehingga kurang memberikan gambaran jelas
tentang pelaksanaan penelitian.
3. Keterbatasan dalam menyusun pembahasan dan mencari referensi yang
sesuai dengan topik yang penulis bahas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil literature review dari kedua jurnal yang saya lakukan
dapat disimpulkan bahwa tindakan menghardik halusinasi pada pasien
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran menunjukkan terjadinya
penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran. Tindakan menghardik
halusinasi ini merupakan terapi yang dapat digunakan perawat sebagai salah
satu tindakan nonfarmakologi dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat penulis sampaikan diharapakan dapat
diterima dan dipertimbangkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan.
1. Masyarakat
Diharapkan terapi ini bisa diaplikasikan oleh masyarakat sebagai
pengobatan non farmakologi dalam menangani masalah halusinasi
pendengaran dan memanfaatkan fasilitas kesehatan secara optimal.
2. Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Kedepannya diharapkan hasil ini menjadi referensi untuk mahasiswa
poltekkes khususnya mahasiswa perawat untuk dijadikan penelitian
selanjutnya.
3. Penulis
Diharapakan sebagai bahan pembelajaran dalam mengembangkan
dalam asuhan keperawatan jiwa untuk mengatasi halusinasi pendengaran
pada pasien gangguan jiwa.

33
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan


Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Publishing

Anggraini, K. Dkk. (2013). Pengaruh Menghardik terhadap Penurunan Tingkat


Halusinasi Dengar pada Pasien Skizofrenia di RSJD DR Amino
Gondohutomo Semarang. Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan.
(http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id diakses pada tanggal 27
Desember 2017)

Anggraini, Karina. (2013). Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat


Halusinasi Dengar Pada Pasien Skizofrenia Di RSJ Dr.
Aminogondohutomo Semarang. STIKES Telogorejo Semarang.
Bayu, Firman dkk. (2018).”Gambaran Kemampuan Mengontrol Halusinasi Klien
Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit JIwa Daerah Provinsi
Jambi”
Dalami, E.Susilawati, Rochimah, Ketut, RS, &Widji, L. (2010). Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Cv. Trans Info Media.
Damaiyanti, M. (2014). Asuhan Keperawatan jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
Depkes RI. (2019). Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.

Dermawan, Deden. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja/


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Goysen Publishing.
Direja. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Hendarsyah, F. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Skizofrenia Paranoid dengan
Gejala-Gejala Positif dan Negatif. Jurnal Medula Unila, 4(3), 57–62

Keliat, B, A., Akemat, Helena, N. & Nurhaeni, H. (2013). Keperawatan


Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Keliat, B, A., Akemat, Helena, N. & Nurhaeni, H. (2013). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Keliat, BA dan Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, dkk. (2011). Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader
Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Couse). Jakarta: EGC.

Mariska, A.2017.”Tingkat Pengetahuan Pasien dalam Melakukan Cara


Mengontrol Perilaku Pasien Halusinasi Pendengaran”.Jurnal Ilmiah
Ilmu Keperawatan Indonesia., Diakses pada 4 Desember 2017

Maslim, R. (2013). Diagnosis gangguan jiwa: Rujukan ringkas dari PPDGJ III dan
DSM IV. Jakarta: PT. Nuh Jaya.
Meliana, Sugiyanto (2019). PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN 1
PADA KLIEN SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN.(Online:http://jurnal.akperwhs.ac.id/index.php/mak
/article/view/57 )

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi).


Yogyakarta.
Nafiatun, dkk. (2020). PENERAPAN TEKNIK MENGHARDIK PADA TN. J
DENGAN MASALAH HALUSINASI.
Nursalam, (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
medika.
Pratiwi, Setiawan (2018). Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi
Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa. (Online:
http://jurnal.libakperngestiwaluyo.ac.id/ojs/index.php/jkanwvol82019/
article/view/76)

Retno, Ninik Widuri. (2016). Upaya Penurunan Intensitas Halusinasi dengan Cara
Mengontrol Halusinasi di RSJD Dr. Arif Zaenudin Surakarta. Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sudirman, Jusliani. (2014). Pengaruh Penerapan Stratergi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan Halusinasi Klien Terhadap Kemampuan Mengontrol
Halusinasi di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis. Vol 5 Nomor 2 (Online),
https://ejournal.stikesnh.ac.id/index .php/jikd//article/view753

Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa. Konsep dan Praktik Asuhann Keperawatan


Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press
Trigoboff. (2013). Contemporary psychiatric mental health nursing (third edit).
pearson.
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta. Republik
Indonesia.

WHO. (2016). Schizophrenia. retrieved from http://www.who.int/en/news-


room/factsheets/detail/schizophrenia
WHO. (2018). STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG KENANGA RUMAH
SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN.
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&q=A.Nur+Anna.+ASjournal.poltekkes-mks.ac.id
Yosep, I,. & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.
LAMPIRAN
Lampiran 1:
Surat Izin Pengambilan Data di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
Lampiran 2:
Surat Balasan Pengambilan Data di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Lampiran 3:
Format Data Dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun
2018-2020
Lampiran 4:
Lembar Bimbingan Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 5:
Lembar Bimbingan Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 6:
Lembar Bimbingan Revisi Proposal Karya Tulis Ilmiah Ketua Penguji
Lampiran 7:
Lembar Bimbingan Revisi Proposal Karya Tulis Ilmiah Penguji 1
Lampiran 8:
Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 1
Lampiran 9:
Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah Pembimbing 2
Lampiran 10
Lembar Bimbingan Revisi Karya Tulis Ilmiah Penguji 2
Lampiran 11
Lembar Bimbingan Revisi Karya Tulis Ilmiah Ketua Penguji
Lampiran 12
Lembar Bimbingan Revisi Karya Tulis Ilmiah Penguji 1
7
Murni Pratiwi, Heri Setiawan
Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran


Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

Murni Pratiwi¹, Heri Setiawan²


1)
Akademi Keperawatan Al Kautsar Temanggung
2)
Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Soerojo Magelang

Korespondensi penulis: herirsjs09@yahoo.com

Abstrak

Halusinasi merupakan gangguan penerimaan pancaindra tanpa ada stimulus eksternal,


akibat yang ditimbulkan halusinasi dapat membahayakan dirinya sendiri, orang lain,
maupun lingkungan disekitarnya yang bersifat merugikan. Penelitian ini akan mengukur
menghardik untuk mengatasi halusinasi pendengaran pada klien skizofrenia di rumah sakit
jiwa. Teknik analisis yang digunakan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa tanda
gejala halusinasi menurun setelah dilakukan tindakan menghardik.

Kata Kunci: halusinasi; menghardik; skizofrenia

PENDAHULUAN
Satu dari empat orang dewasa halusinasi. Halusinasi merupakan
akan mengalami masalah kesehatan gangguan penerimaan pancaindra
jiwa pada satu waktu dalam hidupnya. tanpa ada stimulus eksternal
Setiap 40 detik di suatu tempat di dunia (halusinasi pendengaran, penglihatan,
ada seseorang yang meninggal karena pengecapan, penciuman, dan
bunuh diri (WFMH, 2016). Data WHO perasaan) (Keliat, 2011). Skizofrenia
(2016) menunjukkan, terdapat sekitar merupakan gangguan jiwa berat atau
35 juta orang terkena depresi, 60 juta kronik dengan gejala salah satunya
orang terkena bipolar, 21 juta terkena halusinasi.
skizofrenia (Hari Kesehatan Jiwa Menurut Stuart dan Laraia
Indonesia, 2016). Di Indonesia (2005) dalam Muhith (2015) klien
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti yang mengalami halusinasi dapat
skizofrenia adalah 1,7 per 1000 kehilangan kontrol dirinya sehingga
penduduk atau sekitar 400.000 orang bisa membahayakan dirinya, orang
(Riskesdas, 2013). lain maupun lingkungan. Klien benar-
Gangguan jiwa salah satunya benar kehilangan kemampuan
skizofrenia, skizofrenia merupakan penilaian realitas terhadap
suatu gangguan jiwa berat yang lingkungan. Dalam situasi ini, klien
ditandai dengan penurunan atau dapat melakukan bunuh diri (suicide),
ketidakmampuan komunikasi, membunuh orang lain (homicide), dan
gangguan realitas (halusinasi atau bahkan merusak lingkungan. Selain
waham), afek tidak wajar atau masalah yang diakibatkan oleh
tumpul, gangguan kognitif (tidak halusinasi biasanya juga mengalami
mampu berpikir abstrak) serta masalah keperawatan yang menjadi
mengalami kesukaran melakukan penyebab (triger) munculnya
aktivitas sehari-hari. Gejala yang halusinasi. Masalah-masalahnya
timbul pada skizofrenia salah satunya antara lain harga diri rendah dan

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


8
Murni Pratiwi, Heri Setiawan
Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

isolasi sosial. Akibat yang mampu mengontrol dan menurunkan


ditimbulkan halusinasi dapat kekambuhan dengan menghardik,
membahayakan dirinya sendiri, orang mengkonsumsi obat teratur dan
lain, maupun lingkungan disekitarnya bercakap-cakap dengan orang lain
yang bersifat merugikan. ditandai dengan hasil halusinasi sudah
Upaya yang dilakukan untuk tidak muncul dimalam hari dengan
mengatasi halusinasi selama ini salah melakukan ketiga SP (Strategi
satunya dengan menggunakan Pelaksanan) yaitu, SP 1 menghardik
menghardik halusinasi (Dermawan, halusinasi, SP 2 bercakap-cakap
2013). Berdasarkan penulisan Ninik dengan orang lain, SP 3
Retno (2016) yang dilakukan di RSJD menggunakan obat secara teratur
Dr. Arif Zainudin Surakarta pada salah (Retno, 2016).
satu klien yang mengalami halusinasi Sedangkan menurut penulisan
pendengaran, untuk mengatasi yang dilakukan oleh Suheri (2014)
halusinasi yang sudah dilakukan bahwa dengan judul “Pengaruh Tindakan
intensitas halusinasi sudah berkurang Generalis Halusinasi Terhadap
ditandai dengan klien mengontrol rasa Frekuensi Halusinasi Pada Klien
takut saat halusinasi muncul setelah Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Grhsia
belajar pengontrolan halusinasi dan PEMDA DIY” dengan hasil frekuensi
halusinasi sudah tidak muncul ketika halusinasi klien skizofrenia setelah
dimalam hari dengan melakukan ketiga pemberian tindakan generalis
SP (Strategi Pelaksanan) yaitu, SP 1 halusinasi, 83,3% responden pada
menghardik halusinasi, SP 2 bercakap- kelompok eksperimen memiliki
cakap dengan orang lain, SP 3 frekuensi halusinasi pada tingkat
mengkonsumsi obat secara teratur. rendah dan 50% responden pada
Tindakan keperawatan klien kelompok kontrol memiliki frekuensi
halusinasi meliputi membantu klien halusinasi pada tingkat sedang. Hasil
mengenali halusinasi tentang isi riset menunjukkan bahwa tindakan
halusinasi (apa yang didengar/dilihat), yang dilakukan dapat menurunkan
waktu terjadi halusinasi, frekuensi kekambuhan halusinasi pada klien.
terjadinya halusinasi, situasi yang Angka kejadian di RSJ Prof Dr.
menyebabkan halusinasi muncul dan Soerojo Magelang, selama bulan
respon klien saat halusinasi muncul. Januari-November 2015 dari 6 diagnosa
Latihan klien mengontrol halusinasi besar yaitu gangguan persepsi sensori:
dengan salah satu cara dapat halusinasi, resiko perilaku kekerasan,
mengendalikan halusinasi yaitu perilaku kekerasan isolasi social, defisit
menghardik halusinasi dengan cara perawatan diri dan harga diri rendah,
menolak halusinasi yang muncul dari 8548 klien peringkat klien dengan
(Dermawan, 2013). Tindakan diagnose gangguan persepsi sensori:
keperawatan yang digunakan untuk halusinasi pada urutan ke 1 dengan
mengatasi halusinasi meliputi mengenal rincian sebagai berikut: persepsi
halusinasi, melatih klien mengontrol sensori: halusinasi 5389 jiwa (63%),
halusinasi dengan cara menghardik atau resiko perilaku kekerasan 1598
menolak halusinasi. (18,6%), perilaku kekerasan 3 (0,03%),
Berdasarkan riset terdahulu defisit perawatan diri 1109 jiwa
yang sudah dilakukan dengan judul (12,9%), harga diri rendah 435 jiwa
"Upaya menurunkan kekambuhan (5,08%), dan sisanya isolasi social
pada klien halusinasi menggunakan sebanyak 293 jiwa (3,42%).
anti psikotik" di RSUD Dr. Arif Berdasarkan data tersebut bisa dilihat
Zainudin Surakarta menggunakan bahwa penderita ganggaun jiwa yang
metode deskriptif dengan hasil klien mendominasi adalah penderita dengan
Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X
9
Murni Pratiwi, Heri Setiawan
Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

diagnosa keperawatan gangguan menghardik halusinasi. Melatih klien


persepsi sensori: halusinasi (Adi, 2016). dengan mengontrol halusinasi dengan
Di rumah sakit jiwa Indonesia, sekitar cara mengendalikan halusinasi.
70% halusinasi yang dialami oleh klien Instrumen alat ukur yang
gangguan jiwa adalah halusinasi suara digunakan pada gangguan persepsi
(Yosep, 2014). Halusinasi menjadi sensori: halusinasi adalah penulis itu
diagnosis terbesar yang dialami oleh sendiri, lembar atau format fokus
para klien. Berdasarkan latar belakang pengkajian pada klien dengan gangguan
tersebut penulis melakukan penelitian persepsi sensori: halusinasi, lembar
dengan judul “Tindakan Menghardik observasi penilaian (Damaiyanti, 2014).
Untuk Mengatasi Halusinasi
Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Jiwa. Penulis melakukan tindakan
keperawatan pada klien gangguan
METODE DAN BAHAN persepsi sensori: halusinasi yaitu
Dalam studi kasus ini teknik dengan tindakan keperawatan
pengumpulan data yang dilakukan menghardik halusinasi untuk mengusir
adalah sebagai berikut: halusinasi. Untuk mengukur
a. Wawancara keberhasilan tindakan keperawatan
Penulis menggunakan teknik menghardik halusinasi penulis
wawancara untuk mendapatkan data menggunakan lembar observasi
subjektif dan informasi tentang sebelum dan sesudah dilakukan
permasalahan yang dihadapi klien tindakan keperawatan menghardik
gangguan persepsi sensori: halusinasi halusinasi.
pada skizofrenia serta perkembangan Berdasarkan hasil studi kasus pada
kondisi klien setelah dilakukan klien Skizofrenia dengan gangguan
tindakan keperawatan menghardik persepsi sensori: halusinasi dari
halusinasi. pengkajian dan observasi penulis
b. Observasi Langsung mendapatkan kesenjangan saat
Melakukan pengamatan langsung pada melakukan pengkajian dan melakukan
keadaan klinis klien dan mencatat hasil tindakan. temuan batasan karakteristik
tindakan keperawatan menghardik pada Sdr. Sa, dan Sdr. So yang
halusinasi yang diberikan pada klien mendukung pada masalah gangguan
dengan skizofrenia di RSJ Prof. Dr. persepsi sensori: halusinasi yaitu klien
Soerojo Magelang mendengar suara-suara yang pada
Teknik analisis yang digunakan dasarnya tidak nyata, kontak mata yang
penulis menggunakan metode mudah beralih, sulit konsentrasi, respon
deskriptif. Data yang diperoleh meliputi verbal yang lambat, ekspresi wajah
mendengar suara yang pada dasarnya tegang, sulit berkomunikasi dengan
tidak nyata, kurang konsentrasi dengan orang lain menurut (Prabowo, 2014).
lingkungan sekitar, sulit berkomunikasi Berdasarkan pengkajian, teori dan
dengan orang lain, ekspresi muka kasus pada Sdr. S dan Sdr. S ditemukan
tegang, pergerakan mata cepat, respon adanya kesesuaian antara teori dengan
verbal yang lambat. Dari data yang tanda dan gejala yang muncul pada Sdr.
diperoleh dapat disimpulkan rumusan Sa dan Sdr. So, jadi diagnosa yang di
masalahnya adalah gangguan persepsi tentukan oleh penulis sudah sesuai
sensori halusinasi. dengan teori yang ada (Dermawan,
Analisa data dari perumusan 2015). Data yang diperoleh
masalah gangguan persepsi sensori: menunjukkan penyebab dari klien
halusinasi untuk mengatasi masalah Skizofrenia mengalami halusinasi
tersebut penulis menggunakan tindakan adalah pengaruh dari faktor predisposisi
Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X
10
Murni Pratiwi, Heri Setiawan
Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

yaitu faktor studi neurotransmiter dan dilakukan tindakan menghardik


faktor genetik, karena klien belum bisa halusinasi, penulisan ini terbukti ada
melakukan menghardik halusinasi perbedaan. Hasil pengkajian yang
secara benar sehingga klien masih diperoleh dari Sdr. Sa dihari pertama
sering mengalami halusinasi yang yaitu tanda dan gejala yang muncul
mengganggu klien. Oleh karena itu yaitu tidak dapat membedakan keadaan
klien dengan gangguan persepsi yang nyata atau tidak, kurang
sensori: halusinasi perlu mendapatkan konsentrasi dengan lingkungan sekitar,
perawatan halusinasi sehingga dapat sulit berkomunikasi dengan orang lain,
mengontrol halusinasi jika datang ekspresi muka tegang, pergerakan mata
menyerang. cepat dan respon verbal yang lambat.
Prinsip pelaksanaan dalam Pada kedua klien terdapat kesenjangan
mengatasi masalah gangguan persepsi perbedaan tipe skizofrenia, pada Sdr. Sa
sensori: halusinasi adalah salah satunya dengan diagnosa medis skizofrenia tipe
dengan melakukan menghardik tak terinci.
halusinasi. Menghardik halusinasi Menurut Hawari (2012) skizofrenia
adalah upaya mengendalikan diri tipe tak terinci gejalanya memenuhi
terhadap halusinasi dengan cara kriteria, namun tidak memenuhi kriteria
menolak halusinasi yang muncul tipe paranoid, hebefrenik, atau
(Dalami, 2010). Menghardik halusinasi katatonik. Tipe ini ditandai dengan
bertujuan untuk mengusir halusinasi gejala skizofrenia campuran (tipe lain)
yang dialami klien. disertai afek datar atau afek yang tidak
Menurut hasil riset Karina (2013) sesuai secara nyata, inkoherensi,
saat melakukan terapi menghardik asosiasi longgar dan disorganisasi
responden menjadi lebih fokus dan perilaku yang ekstrem. Sdr. Sa saat
berkonsentrasi pada halusinasinya. berinteraksi dengan penulis selama
Sehingga memungkinkan beberapa zat empat hari terkadang kata yang
kimia di otak seperti dopamine diucapkan oleh klien tidak berhubungan
neurotransmitter tidak berlebihan. antara satu sama lain, dimana membuat
Klien dilatih untuk mengatakan tidak penulis berkali-kali mengulang kata
terhadap halusinasi yang muncul atau yang telah diucapkan.
tidak memperdulikan halusinasinya. Sedangkan pada Sdr. So saat
Jika bisa dilakukan dengan baik dan dilakukan pengkajian pada hari
benar, maka klien akan mampu pertama diperoleh tanda gejala yang
mengendalikan diri dan tidak mengikuti muncul yaitu tidak dapat membedakan
halusinasi yang muncul. Teknik untuk keadaan yang nyata atau tidak, kurang
menghardik halusinasi itu sendiri konsentrasi dengan lingkungan sekitar,
adalah fokus pandangan lurus ke depan sulit berkomunikasi dengan orang lain,
kemudian konsentrasi, memilih kata ekspresi muka tegang, pergerakan mata
yang akan digunakan untuk cepat, respon verbal yang lambat dan
menghardik, perawat takut. Diagnosa medis pada Sdr. So
mendemonstrasikan kemudian klien merupakan skizofrenia tipe paranoid.
diberi kesempatan mendemonstrasi Menurut Prabowo (2014) gejala
kembali. Kata yang sudah dipilih yang muncul pada tipe paranoid adalah
diucapkan dengan sungguh-sungguh waham kejar atau waham kebesaran,
dapat dilakukan dalam hati atau halusinasi yang mengandung isi kejaran
diucapkan langsung. Setelah latihan atau kebesaran, gangguan alam
menghardik penulis memberikan perasaan dan perilaku, misalnya
reinforcement pada klien. kecemasan yang tidak menentu,
Hasil perbedaan dari tindakan yang kemarahan, suka bertengkar, dan
dilakukan sebelum dan sesudah seringkali ditemukan kebingungan.
Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X
11
Murni Pratiwi, Heri Setiawan
Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

Disini ketika penulis berinteraksi pergerakan mata cepat, dan respon


dengan klien, klien mengatakan merasa verbal yang lambat. Pada Sdr. So dihari
pusing karena sendirian dan takut. ketiga mengalami kekambuhan, klien di
Menurut pengamatan penulis Sdr. So restrain oleh perawat bangsal Gatot
jarang berinteraksi dengan klien lain di kaca. Klien tampak bingung, takut, dan
bangsal Gatot Kaca, klien lebih sering gelisah. Penulis tetap berusaha untuk
di tempat tidurnya dan menyendiri. berkomunikasi dengan klien dan
Gejala yang timbul dibuktikan dengan melakukan latihan menghardik, klien
kekambuhan klien pada hari ketiga saat latihan menghardik perlu
dimana halusinasi klien menjadi sangat bimbingan dari penulis dan ketika
kuat, klien tampak ketakutan, dan berkomunikasi klien hanya
mengikuti isi halusinasinya. mengangguk dan menggelengkan
Hari kedua klien Sdr. Sa terlihat kepala saja. Klien mengatakan
masih bersikap menutup diri berbicara mengikuti isi dari halusinasinya.
seperlunya saja dalam berkomunikasi Respon setelah latihan menghardik
perlu beberapa kali sentuhan untuk mengatakan tenang dan halusinasinya
membantu klien fokus terhadap lawan hilang ketika klien berkomunikasi
bicara. Disini klien sudah mampu dengan penulis.
melakukan latihan menghardik secara Studi kasus yang telah dilakukan
mandiri. Setelah selesai latihan diperkuat dan dibuktikan dengan teori
menghardik klien mengatakan merasa menurut Dermawan (2013), gejala yang
lebih tenang, klien bersedia melakukan timbul pada skizofrenia salah satunya
latihan menghardik ketika halusinasi halusinasi. Tindakan yang dilakukan
datang dan tanda gejala yang muncul untuk mengatasi halusinasi salah
pada klien masih sama seperti pada hari satunya adalah menghardik halusinasi,
pertama. Pada Sdr. So respon klien dengan latihan menghardik halusinasi
ketika berkomunikasi dengan penulis klien akan mampu mengendalikan diri
bersikap menutup diri berbicara hanya dan tidak mengikuti halusinasi yang
seperlunya, kontak mata yang mudah muncul. Serta membantu memutus isi
beralih dan perlu beberapa kali dari halusinasi.
sentuhan atau pertanyaan ulang saat Pada masalah ini sangat perlu
berkomunikasi dengan klien. Sdr. So adanya peningkatan tindakan latihan
pada hari kedua mampu melakukan menghardik halusinasi, dan dilanjutkan
latihan menghardik secara mandiri. peningkatan tindakan berlanjut seperti
Setelah latihan menghardik klien latihan bercakap-cakap dengan orang
mengatakan pikiran lebih "padang". lain, melakukan kegiatan secara
Tanda gejala yang muncul pada hari terjadwal dan rutin mengkonsumsi obat.
kedua masih sama seperti pada hari Banyak faktor yang mempengaruhi
pertama. klien untuk mendorong klien agar lebih
Kemudian pada hari ketiga Sdr. Sa semangat dalam mencapai
tampak tenang kembali bersedia kesembuhannya salah satunya adalah
berinteraksi dengan penulis. Klien dari diri sendiri. Kemudian dorongan
dapat melakukan latihan menghardik dari keluarga atau orang-orang terdekat
secara mandiri dan klien mengatakan dalam peningkatan mutu kualitas
melakukan latihan menghardik setiap hidupnya seperti sering menjenguk
halusinasinya datang walau tanpa pasien atau dapat mendampingi klien
pengawasan dari penulis. Tanda gejala ketika melakukan kegiatan.
yang masih muncul pada klien yaitu
kurang konsentrasi terhadap lingkungan KESIMPULAN
sekitar, sulit berkomunikasi dengan Hasil pengkajian klien skizofrenia
orang lain, ekspresi muka tegang, dengan gangguan persepsi sensori:
Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X
12
Murni Pratiwi, Heri Setiawan
Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

halusinasi pada Sdr. Sa dan Sdr. So Anggraini, Karina. (2013). Pengaruh


menunjukkan batasan karakteristik Menghardik Terhadap
yang muncul adalah sebagai berikut Penurunan Tingkat Halusinasi
tidakl dapat membedakan keadaan yang Dengar Pada Pasien
nyata atau tidak, kurang konsentrasi Skizofrenia Di RSJ Dr.
dengan lingkungan sekitar, sulit Aminogondohutomo
berkomunikasi dengan orang lain, Semarang. STIKES
ekspresi muka tegang, pergerakan mata Telogorejo Semarang.
cepat, respon verbal lambat, dan takut. Dalami, E.Susilawati, Rochimah, Ketut,
Batasan karakteristik yang di RS, &Widji, L. (2010). Konsep
dapatkan melalui pengkajian tersebut Dasar Keperawatan
masalah keperawatan yang muncul Kesehatan Jiwa. Jakarta: Cv.
pada Sdr. Sa dan Sdr. So adalah Trans Info Media.
gangguan persepsi sensori: halusinasi. Dermawan, Deden. (2013).
Rencana tindakan atau intervensi utama Keperawatan Jiwa: Konsep
pada Sdr. Sa dan Sdr. So adalah dan Kerangka Kerja/ Asuhan
tindakan menghardik halusinasi dengan Keperawatan Jiwa.
mengidentifikasi jenis halusinasi, isi Yogyakarta: Goysen
halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, Publishing.
situasi halusinasi dan respon klien Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar
terhadap halusinasi. Asuhan Keperawatan Jiwa.
Hasil evalaluasi terhadap masalah Yogyakarta: Nuha Medika.
klien skizofrenia dengan gangguan Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan
persepsi sensori: halusinasi pada Sdr. Aplikasi Penulisan Laporan
Sa dan Sdr. So didapatkan bahwa Pendahuluan Dan Strategi
efektifitas setelah dilakukan latihan Pelaksanaan Tindakan
menghardik halusinasi terhadap kedua Keperawatan (LP dan SP).
klien ditunjukan dengan adanya Jakarta:Salemba Medika.
penurunan tanda gejala yang terdapat Hawari, D. (2012). Skizofrenia
pada klien Sdr. Sa yaitu 87% sedangkan Pendekatan Holisik (BPSS)
pada Sdr. So yaitu 67%. Bio-Psiko-Sosio Spiritual.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
DAFTAR PUSTAKA Katona, Cornelius. (2012). At a Glance
Adi, Seno P. (2016). Asuhan PSIKIATRI. Edisi ke 4. Alih
Keperawatan Jiwa Gangguan bahasa: Dr. Cut Noviyanti, Dr.
Persepsi Sensori: Halusinasi Vidya Hartiyansyah. Jakarta:
Pendengaran Pada Tn. S di Erlangga.
Wisma Antareja RSJ Prof. Dr. Keliat, Budi Anna. (2011). Manajemen
Soerojo Magelang. Stikes Kasus Gangguan Jiwa: CMHN
Muhammadiyah Pekajangan (INTERMEDIATE COURSE).
Pekalongan. Jakarta: EGC.
Ambarwati, Wahyu N. (2010). Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
Kefektifan Cognitive Keperawatan Jiwa Teori &
Behaviour Therapi Aplikasi. Edisi I. Yogyakarta:
(CBT)Sebagai Terapi CV Andi Offset.
Tambahan Pasien Skizofrenia Mukhripah, Damaiyanti. (2014).
Kronis Di Panti Rehabilitasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Budi Makarti Boyolali. Cetakan Kedua. Bandung: PT
Fakultas Kedokteran Refika Aditama.
Universitaas Sebelas Maret Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar
Surakarta. Keperawatan Jiwa. Cetakan
Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X
13
Murni Pratiwi, Heri Setiawan
Tindakan Menghardik Untuk Mengatasi Halusinasi Pendengaran Pada Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa

Pertama. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Pravitasari, Galuh Ayu. (2015).
Gambaran Manajemen Gejala
Halusinasi Pada Orang
Dengan Skizofrenia (ODS) Di
Ruang Rawat Inap RSJD
Dr.Aminogondohutomo
Semarang. Fakultas
Kedokteran Universitas
Diponegoro Semarang.
Retno, Ninik Widuri. (2016). Upaya
Penurunan Intensitas
Halusinasi dengan Cara
Mengontrol Halusinasi di
RSJD Dr. Arif Zaenudin
Surakarta. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Stuart, Gail W. (2013). Buku saku
Keperawatan Jiwa/alih
Bahasa: Ramona P. Kapoh,
Egi Kornara. Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Suheri. (2014). Pengaruh Tindakan
Generalis Halusinasi
Terhadap Frekuensi
Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia Di RS Jiwa Grhsia
PEMDA DIY. Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan
‘Aisyiyah Yogyakarta.
Videbeck, Sheila I. (2008). Buku Ajar
KeperawatanJiwa, alih bahasa:
Renata Komalasari.
AlfrinaHany. Jakarta: EGC.
Yosep, I & Titin, S. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.

Jurnal Kesehatan, vol. 7, 2018, pISSN: 2301-783X


Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 pISSN : 2356-3079
UP2M AKPER Widya Husada Semarang eISSN : 2685-1946

PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN 1 PADA KLIEN SKIZOFRENIA


PARANOID DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN

Tiya Meliana1 Emilia Puspitasari Sugiyanto2


1
Mahasiswa Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang
2
Dosen Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang
email: ummu_kifah @yahoo.com

ABSTRAK
Skizofrenia adalah gangguan emosi, pikiran dan perilaku. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, klien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada. strategi pelaksanaan 1 membantu klien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Metode pengumpulan data
menggunakan metode deskriptif yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan
apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek secara tepat.
Penelitian ini dilakukan di RSJ Prof.Dr Soerojo Magelang di Wisma Antasena, Hasil studi kasus menunjukan
klien 1 ada penurunan tanda dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala dan
peningkatan kempuan mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%, pada klien 2 ada
penurunan tanda dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala, peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%. Disimpulkan bahwa strategi
pelaksanaan 1 halusinasi dapat menurunkan tanda dan gejala halusinasi.

Kata kunci: skizofrenia, halusinasi, strategi pelaksanaan 1.

ABSTRACT
Schizophrenia is a disorder of emotions, thoughts and behavior. Hallucinations are a symptom of a mental
disorder where the client experiences a sensory change, feels a false sensation in the form of sound, the client
feels a stimulus that does not actually exist. Implementation strategy 1 helps clients recognize hallucinations,
explain how to control hallucinations, teach clients to control hallucinations by rebuking. The data collection
method uses descriptive methods that attempt to describe the object or subject being studied in accordance with
what it is in order to systematically describe the facts and characteristics of the object appropriately. This
research was conducted at Prof. Dr. Soerojo Magelang Hospital in Wisma Antasena. The results of the case
study showed that client 1 had a decrease in signs and symptoms as much as 70% of the problem was resolved
or as many as 7 signs and symptoms and an increase in women controlling hallucinations by 7 out of 7 abilities
or 100%, in client 2 there is a decrease in signs and symptoms as much as 70% of the problem is resolved or as
many as 7 signs and symptoms, an increase in the ability to control hallucinations by 7 out of 7 abilities or
100%. It was concluded that hallucination 1 implementation strategies can reduce signs and symptoms of
hallucinations.

Keywords: schizophrenia, hallucinations, implementation strategy 1.

PENDAHULUAN tahun 2013 jumlah ODGJ sebesar 1-2 dari


Gangguan jiwa dengan jumlah paling 1000 penduduk. Data yang didapatkan dari
banyak dialami oleh penduduk di dunia Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. Soerojo
adalah skizofrenia, Data yang didapatkan Magelang jumlah penderita skizofrenia
dari WHO (2016) menunjukan jumlah dengan halusinasi mencapai 5389 jiwa.
orang yang mengalami skizofrenia di Skizofrenia berpengaruh pada kualitas
seluruh dunia adalah 7 dari 1000 penduduk hidup, dan produktifitas pada orang yang
di dunia yaitu sekitar 21 juta orang. mengalaminya.
Sedangkan di Indonesia berdasar Data Menurut Faisal (2008) dalam Prabowo
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2014), penyakit skizofrenia atau
37
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

schizophrenia artinya kepribadian yang obyektif dan subyektif, mengkaji waktu


terpecah antara pikiran, perasaan, dan frekuensi dan situasi munculnya
perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan halusinasi, mengkaji respon terhadap
tidak sesuai dengan pikiran dan halusinasi, bantu klien mengenal
perasaannya. Secara spesifik skizofrenia halusinasinya, beri contoh cara
adalah orang yang mengalami gangguan menghardik halusinasi. Strategi
emosi, pikiran, dan perilaku. pelaksanaan halusinasi meliputi ada 4
Tanda dan gejala skizofrenia menurut strategi pelaksanaanya itu strategi
Yudhantara (2018) skizofrenia terdiri dari pelaksanaan 1 mengajarkan klien cara
gejala utama yaitu gejala gejala negatif mengontrol halusinasi dengan cara
seperti avolisi, anhedonia, afek tumpul, menghardik, strategi pelaksanaan 2
asosial dan alogia. Gejala positif seperti mengajarkan klien cara mengontrol
waham dan halusinasi. Menurut Keliat halusinasi dengan cara menggunakan obat
(2015) halusinasi adalah salah satu gejala secara teratur, strategi pelaksanaan 3
gangguan jiwa pada individu yang ditandai mengontrol halusinasi dengan cara
dengan perubahan persepsi sensori bercakap-cakap, strategi pelaksanan 4
persepsi: merasakan sensasi palsu berupa mengajarkan klien cara mengontrol
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
atau penghiduan yang sebenarnya tidak kegiatan.
ada. Tanda dan gejala menurut Sutejo Fungsi dan tujuan masing-masing strategi
(2013) dinilai dari hasil observasi terhadap pelaksanaan menurut Afnuhazi (2015)
klien serta ungkapan klien, adapun tanda strategi pelaksanaan 1 membantu klien
dan gejala klien halusinasi adalah data mengenal halusinasi, menjelaskan cara
subyektif mendengar suara-suara atau mengontrol halusinasi, mengajarkan klien
kegaduhan, mendengar suara-suara mengontrol halusinasi dengan cara
menyuruh melakukan sesuatu yang menghardik, memasukan kejadwal
berbahaya, mendengar suara yang kegiatan harian. Strategi pelaksanaan 2
mengajak bercakap-cakap. Data obyektif: mengevaluasi kegiatan sebelumnya,
bicara atau tertawa sendiri, marah-marah mengajarkan klien mengontrol halusinasi
tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah dengan cara minum obat secara teratur,
tertentu dan menutup telinga. memasukan kejadwal harian. Strategi
Diagnosa keperawatan menurut pelaksanaan 3 mengevaluasi, mengajarkan
Damaiyanti (2014) yang sering dijumpai klien mengontrol halusinasi dengan cara
terkait tanda dan gejala tersebut yaitu bercakap-cakap, memasukan kejadwal
gangguan persepsi sensori halusinasi kegiatan harian. Strategi pelaksanaan 4
pendengaran. Intervensi yang dilakukan mengevaluasi kegiatan sebelumnya,
untuk mengatasi diagnosa keperawatan mengajarkan klien mengontrol halusinasi
gangguan persepsi sensori halusinasi dengan cara melakukan aktivitas kegiatan
pendengaran yaitu dengan bina hubungan terjadwal, memasukan kejadwal kegiatan
saling percaya dengan menggunakan harian.
prinsip komunikasi terapeutik, adakan Menurut Yosep (2014) Strategi
kontak sering dan singkat secara bertahap, pelaksanaan 1 dapat membantu klien
observasi tingkah laku klien yang terkait mengenali halusinasi dengan melakukan
dengan halusinasinya, mengkaji data cara berdiskusi tentang apa yang didengar
38
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

klien, waktu terjadi halusinasi, frekuensi halusinasi 5389 jiwa, resiko perilaku
terjadinya halusinasi, situasi yang kekerasan 1598 jiwa, perilaku kekerasan
menyebabkan halusinasinya muncul dan 1322 jiwa, defisit perawatan diri 1109
respon klien saat halusinasinya muncul. jiwa, harga diri rendah 435 jiwa dan
Menghardik adalah upaya mengendalikan sisanya isolasi sosial 435 jiwa (Arsip RSJ
diri terhadap halusinasi dengan cara Prof. Dr. Soerojo Magelang,2015). Data
menolak halusinasi yang muncul, klien diatas peneliti ingin mengetahui apakah
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap tindakan strategi pelaksanaan 1 halusinasi
halusinasi yang muncul atau tidak pada klien skizofrenia paranoid dengan
memperdulikan halusinasinya, kalau gangguan persepsi sensori halusinasi
dengan cara ini klien dapat melakukan pendengaran dapat bermanfaat bagi klien
klien akan mampu mengendalikan diri dan untuk mengurangi atau mengontrol
tidak mengikuti halusinasi yang muncul, halusinasi yang dialami.
mungkin halusinasi tetap ada namun
dengan kemampuan ini pasien tidak akan METODE
larut untuk menuruti apa yang ada dalam Metode yang digunakan adalah study
halusinasinya. Hasil penelitian yang kasus pada 2 pasien yang dirawat di
dilakukan Sudirman (2014) di RSKD Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo
Provinsi Sulawesi Selatan, menunjukan Magelang.
adanya pengaruh penerapan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan HASIL DAN PEMBAHASAN
halusinasi klien terhadap kemampuan klien Pengkajian pada klien 1 dilakukan pada
dalam mengontrol halusinasi. Hasil tanggal 26 November 2018 di wisma
penelitian yang dilakukan Reliani (2015) antasena RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang
menunjukan ada perbedaan kemampuan didapatkan data, observasi langsung,
klien dalam mengontrol halusinai sebelum didapatkan data identitas umum Tn.E
dan sesudah diberi intervensi pelaksanaan adalah seorang anak nomor 3 dari 3
teknik mengontrol halusinasi. Jadi bersaudara, jenis kelamin laki-laki dan
kesimpulan dari penulis adalah tindakan berusia 34 tahun, beragama islam,
strategi pelaksanaan 1 halusinasi pada pendidikan terakhir SMP, klien tidak
klien skizofrenia paranoid dengan berkerja. Pada tanggal 26 November 2018
gangguan persepsi sensori halusinasi klien dibawa ke IGD RSJ Prof Dr. Soerojo
pendengaran sangat bermanfaat bagi klien Magelang karena dirumah bicara dan
untuk mengontrol halusinasi yang muncul. tertawa sendiri, pasif, merasa malu karena
Studi pendahuluan kasus didapatkan data kakinya bengkak, suka marah-marah dan
dari Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo jarang berkomunikasi dengan orang lain.
Magelang angka kejadian selama bulan Faktor predisposisi yaitu sosoiokultural,
Januari sampai November 2015 dari 6 klien pernah dipasung kurang lebih 1 bulan
diagnosa besar yaitu halusinasi, isolasi sehingga klien merasa diasingkan oleh
sosial, defisit perawatan diri, harga diri keluarga dan para tetangganya. Faktor
rendah, resiko perilaku kekerasan, perilaku presipitasi klien merasa ketakutan, curiga
kekerasan terdapat 9853 klien. Peringkat dan merasa gelisah dengan suara yang
klien dengan diagnosa halusinasi pada muncul.
urutan ke 1 dengan rincian sebagai berikut
39
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Pengkajian pada klien 2 dilakukan pada Tabel 1. Tanda dan Gejala Halusinasi
tanggal 26 November 2019 di wisma Sebelum Diajarkan Strategi Pelaksanaan 1
antasena RSJ Prof Dr. Soerojo Magelang Di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang,
November 2018
didapatkan data dengan teknik wawancara
No Data yang dikaji Tn.E Tn.Y
dengan klien, observasi langsung, (Halusinasi)
didapatkan data identitas umum Tn.Y 1 Mendengar suara √ √
adalah seorang bapak dan mempunyai 3 2 Melihat bayangan
orang anak, klien berusia 63 tahun, klien 3 Mencium bau
4 Merasakan ada sesuatu
berkerja sebagai petani, beragama islam, aneh dikulit
pendidikan terakhir SD, klien berkerja 5 Merasakan aneh dimulut
sebagai petani. Pada tanggal 26 November 6 Merasakan bisikan hati
2018 klien dibawa ke IGD Prof Dr. 7 Ungkapan jenis suara √ √
8 Ungkapan waktu √ √
Soerojo Magelang karena pada saat munculnya halusinasi
dirumah klien tertawa dan berbicara 9 Ungkapan frekuensi √ √
sendiri, tidak bisa tidur, pasif dan malu munculnya halusinasi
10 Ungkapan situasi saat
berkomunikasi dengan orang lain dan
muncul halusinasi
ingin marah kepada keluarganya. Faktor 11 Ungkapan respon yang
predisposisi yaitu sosiokultural, yaitu klien muncul saat halusinasi
merasa selalu dijauhi oleh tetangga dan 12 Ungkapan tindakan yang
dilakukan saat muncul
selalu diejek karena lidahnya celat. Faktor
halusinasi
presipitasi klien merasa ketakutan pada 13 Bicara sendiri √ √
suara palsu yang menyuruh klien untuk 14 Tertawa sendiri √ √
berlari-lari. 15 Wajah tegang √
16 Bicara inkoherensi
Hasil pengkajian pada tanggal 26
17 Bicara sirkumstansial
November 2018 didapatkan data terkait 18 Bicara melompat
dengan tanda dan gejala halusinasi yang 19 Afek labil √ √
muncul pada klien 1 Tn.E dan klien 2 20 Tidak bisa tidur √
21 Mondar-mandir
Tn.Y
22 Kontak mata mudah √ √
beralih
23 Tidak bisa fokus dan
konsentrasi
24 Duduk melamun asyik √
sendiri
25 Malas melakukan
aktivitas harian
Jumlah Tanda dan Gejala 10 9

Berdasarkan tabel diatas pengkajian tanda


dan gejala halusinasi sebelum diberi
tindakan strategi pelaksanaan 1 pada klien
Tn.E didapatkan ada 10 tanda dan gejala
yang muncul yaitu mendengar suara,
ungkapan jenis suara, ungkapan waktu
munculnya halusinasi, ungkapan frekuensi
munculnya halusinasi, bicara sendiri,

40
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

tertawa sendiri, wajah tegang, afek labil, ke 3 yaitu pada tanggal 28 November 2018
tidak bisa tidur dan kontak mata mudah data subyektif klien mengatakan hari ini
beralih. Klien Tn.Y didapatkan ada 9 tanda belum mendengar suara-suara hanya tadi
dan gejala yang muncul yaitu mendengar malam sebelum tidur klien mengatakan
suara, ungkapan jenis suara, ungkapan akan menghardik jika suara suara palsu
waktu munculnya halusinasi, ungkapan muncul. Data obyektif klien tampak
frekuensi munculnya halusinasi, bicara ekspresi afek labil, kontak mata mudah
sendiri, tertawa sendiri, wajah tegang, afek beralih, assesment masalah keperawatan
labil dan kontak mata mudah beralih. gangguan persepsi sensori: halusinasi
Evaluasi yang dilakukan pada klien 2 Tn.Y pendengaran teratasi sebagian, planning
berdasarkan diagnosa keperawatan utama lanjutkan strategi pelaksanaan 2 halusinasi.
yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran, evaluasi dilakukan pada hari

Tabel 2. Penurunan Tanda Gejala Halusinasi dan Peningkatan Kemampuan Mengontrol


Halusinasi Klien 2 Tn.E Di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang, November 2018

No Perbaikan kondisi Sebelum Sesudah Presentase


klien keberhasilan
1 10 Tanda dan gejala 10 atau 3 atau 70%
halusinasi 100% 30%

2 7 Kemampuan 0 atau 0% 7 atau 100%


mengontrol 100%
halusinasi

Berdasarkan tabel diatas menunjukan dari 10 aktivitas harian. Tabel diatas juga
tanda dan gejala yang terdapat pada klien menunjukan dari 7 kemampuan yang terdapat
terjadi penurunan tanda dan gejala sebanyak pada klien terjadi peningkatan kemampuan
70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda klien mengontrol halusinasi sebanyak 100%.
dan gejala, dan 30% atau sebanyak 3 dari Hal ini menunjukan bahwa hasil dari evaluasi
tanda dan gejala klien 1 Tn.E belum teratasi, hari ketiga klien 1 Tn.E terjadi penurunan
tanda dan gejala yang belum teratasi tanda dan gejala halusinasi dan terjadi
diantaranya klien masih afek labil, kontak peningkatan kemampuan klien dalam
mata mudah beralih dan malas melakukan mengontrol halusiansi.

Tabel 3. Penurunan Tanda Gejala Halusinasi dan Peningkatan Kemampuan Mengontrol Halusinasi
Klien 2 Tn.Y Di RSJ Prof. Dr Soerojo Magelang, November 2018
No Perbaikan kondisi klien Sebelum Sesudah Presentase
keberhasilan
1 9 Tanda dan gejala 9 atau 2 atau 70%
halusinasi 100% 30%

2 7 Kemampuan 0 atau 0% 7 atau 100%


mengontrol halusinasi 100%

41
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Berdasarkan tabel diatas menunjukan dari 9 Klien 2 Tn.E berdasarkan evaluasi pada hari
tanda dan gejala yang terdapat pada klien ke 3 menunjukan dari 9 tanda dan gejala yang
terjadi penurunan tanda dan gejala sebanyak terdapat pada klien terjadi penurunan tanda
70% masalah teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi
dan gejala, dan 30% atau sebanyak 2 dari atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan 30%
tanda dan gejala klien 2 Tn.Y belum teratasi, atau sebanyak 2 dari tanda dan gejala klien 2
tanda dan gejala yang belum teratasi Tn.Y belum teratasi, tanda dan gejala yang
diantaranya klien masih afek labil dan kontak belum teratasi diantaranya klien masih afik
mata mudah beralih. Tabel diatas juga labil dan kontak mata mudah beralih. 7
menunjukan dari 7 kemampuan yang terdapat kemampuan yang terdapat pada klien terjadi
pada klien terjadi peningkatan kemampuan peningkatan kemampuan klien mengontrol
klien mengontrol halusinasi sebanyak 100%. halusinasi sebanyak 100%. Hal ini
Hal ini menunjukan bahwa hasil dari evaluasi menunjukan bahwa hasil dari evaluasi hari
hari ketiga klien 2 Tn.Y terjadi penurunan ketiga klien 2 Tn.Y terjadi penurunan tanda
tanda dan gejala halusinasi dan terjadi dan gejala halusinasi dan terjadi peningkatan
peningkatan kemampuan klien dalam kemampuan klien dalam mengontrol
mengontrol halusiansi. halusiansi.
Bab ini akan membahas masalah keperawatan Faktor penyebab halusinasi menurut Yosep
pada Tn.Y dan Tn.E dengan diagnosa (2014) ada 2 yaitu: faktor predisposisi dan
halusinasi, berdasarkan pengkajian kedua faktor presipitasi, faktor predisposisi meliputi
responden mengalami halusinasi dengan faktor perkembangan, faktor sosiokultural,
menunjukan keluhan yang sama maka peneliti faktor biokimia, faktor genetik dan pola asuh.
menekankan untuk memberikan strategi Sedangkan faktor presipitasi berupa perilaku.
pelaksanaan 1 halusinasi. Hasil penelitian kedua responden mempunyai
Klien 1 Tn.Y berdasarkan evaluasi pada hari faktor predisposisi sosiokultural yang sama
ke 3 menunjukan dari 10 tanda dan gejala yaitu pada Tn.E klien pernah dipasung kurang
yang terdapat pada klien terjadi penurunan lebih 1 bulan sehingga klien merasa
tanda dan gejala sebanyak 70% masalah diasingkan oleh keluarga dan para
teratasi atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan tetangganya. Tn.Y merasa selalu dijauhi oleh
30% atau sebanyak 3 dari tanda dan gejala tetangganya dan selalu diejek karena lidahnya
klien 1 Tn.E belum teratasi, tanda dan gejala celat. Hal ini sesuai pernyataan Yosep (2014)
yang belum teratasi diantaranya klien masih bahwa terdapat faktor predisposisi penyebab
afek labil, kontak mata mudah beralih dan halusinasi yaitu faktor sosiokultural dimana
malas melakukan aktivitas harian. 7 sesorang yang merasa tidak diterima
kemampuan yang terdapat pada klien terjadi lingkungannya sejak bayi akan merasa
peningkatan kemampuan klien mengontrol disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
halusinasi sebanyak 100%. Hal ini pada lingkungannya.
menunjukan bahwa hasil dari evaluasi hari Berdasarkan hasil penelitian kedua responden
ketiga klien 1 Tn.E terjadi penurunan tanda mempunyai faktor presipitasi yaitu perilaku
dan gejala halusinasi dan terjadi peningkatan berupa ketakutan. Tn.E mempunyai faktor
kemampuan klien dalam mengontrol presipitasi klien merasa ketakutan, curiga dan
halusiansi. merasa gelisah dengan suara palsu yang
muncul. Tn.Y klien merasa ketakutan pada

42
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

suara palsu yang menyuruh klien untuk pasien merasakan stimulus yang sebenarnya
berlari-lari. Hal ini sesuai dengan Yosep tidak ada.
(2014) bahwa faktor presipitasi berupa Kedua responden memiliki tanda dan gejala
perilaku respon klien terhadap halusinasi yang berbeda yaitu pada klien 1 ada 10 tanda
dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak dan gejala, pada klien 2 ada 9 tanda dan gejala
aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak dalam evaluasi terjadi penurunan tanda dan
diri, kurang perhatian, tidak mampu gejala yang hampir sama yaitu pada klien 1
mengambil keputusan serta tidak dapat ada tanda dan gejala sebanyak 7 tanda dan
membedakan keadaan nyata. Faktor gejala dan pada klien 2 ada tanda dan gejala
predisposisi dan presipitasi dari halusinasi yang teratasi sebanyak 7 tanda dan gejala.
dapat menimbulkan tanda dan gejala Kedua responden Tn.Y dan Tn.E pada saat
pendengaran berupa klien mendnegar suara dilakukan strategi pelaksanaan 1 halusinasi
palsu, tertawa dan bicara sendiri. Hal tersebut cukup kooperatif namun terkadang saat di
dapat diturunkan tanda dan gejalanya dengan ajarkan strategi pelaksanaan 1 halusinasi
diberikan strategi pelaksanaan 1 halusiansi. responden tidak mampu berkonsentrasi, maka
Strategi pelaksanaan 1 halusinasi meliputi dari itu dalam waktu dilakukan 1 x sehari
membina hubungan saling percaya, klien selama 15 menit selama 3 hari kedua
dapat mengenal halusinasinya, klien dapat responden yaitu Tn.Y dan Tn.E didapatkan
mengontrol halusinasinya dan dengan cara hasil terjadi penurunan tanda dan gejala
menghardik. Hal ini sesuai dengan penelitian sebanyak 70%.
Sudirman (2014) tentang Pengaruh Penerapan
Stratergi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan KESIMPULAN
Halusinasi Klien Terhadap Kemampuan Kesimpulan dari kedua responden bahwa
Mengontrol Halusinasi di RSKD Provinsi strategi pelaksanaan 1 mampu mengurangi
Sulawesi Selatan yang menunjukan strategi tanda dan gejala halusinasi pendengaran.
pelaksanaan 1 pada klien dengan skizofrenia Tn.Y dari hasil observasi didapatkan ada 10
yaitu ada pengaruh kemampuan klien dalam tanda gejala dan setelah diberikan strategi
mengontrol halusinasi setelah 3 hari di pelaksanaan 1 halusinasi selama 3 hari ada
ajarkan strategi pelaksanaan 1 halusinasi. penurunan tanda gejala sebanyak 70 %. Tn.E
Menurut Afnuhazi (2015) tujuan dari tindakan dari hasil observasi diapatkan ada 9 tanda
strategi pelaksanaan 1 pada halusinasi antara gejala dan setelah diberikan stratei pelasanaan
lain untuk mengenalkan kepada klien tentang 1 halusinasi selama 3 hari ada penurunan
isi, frekuensi, jenis, faktor pencetus dan tanda gejala sebanyak 70%. Klien 1 Tn.Y
respon saat halusinasi muncul. berdasarkan evaluasi pada hari ke 3
Menurut Yusuf (2015) halusinasi adalah menunjukan dari 10 tanda dan gejala yang
gangguan persepsi sensori dari suatu objek terdapat pada klien terjadi penurunan tanda
tanpa adanya rangsangan dari luar, gangguan dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi
persepsi sensori ini meliputi seluruh panca atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan 30%
indera, halusinasi merupakan salah satu gejala atau sebanyak 3 dari tanda dan gejala klien 1
gangguan jiwa yang pasien mengalami Tn.E belum teratasi, tanda dan gejala yang
perubahan sensori persepsi, serta merasakan belum teratasi diantaranya klien masih afek
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, labil, kontak mata mudah beralih dan malas
pengecapan, perabaan, atau penciuman, melakukan aktivitas harian. 7 kemampuan

43
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

yang terdapat pada klien terjadi peningkatan Davies, Teifion. (2009). ABC Kesehatan
kemampuan klien mengontrol halusinasi Mental. Jakarta: EGC
sebanyak 100%. Hal ini menunjukan bahwa
Direja, A. H. (2011). Buku Ajar Asuhan
hasil dari evaluasi hari ketiga klien 1 Tn.E
Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:
terjadi penurunan tanda dan gejala halusinasi Nuha Medika
dan terjadi peningkatan kemampuan klien
dalam mengontrol halusiansi. Klien 2 Tn.E Keliat, Budi Anna. (2014). Model Praktik
berdasarkan evaluasi pada hari ke 3 Keperawatan Profesional Jiwa.
menunjukan dari 9 tanda dan gejala yang Jakarta : EGC
terdapat pada klien terjadi penurunan tanda
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
dan gejala sebanyak 70% masalah teratasi
(Riskesdas) Nasional. (2013).
atau sebanyak 7 tanda dan gejala, dan 30% Jakarta: Badan Penelitian dan
atau sebanyak 2 dari tanda dan gejala klien 2 Pengembangan Depkes RI
Tn.Y belum teratasi, tanda dan gejala yang
belum teratasi diantaranya klien masih afik Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan
labil dan kontak mata mudah beralih. 7 Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
kemampuan yang terdapat pada klien terjadi CV Andi Offset
peningkatan kemampuan klien mengontrol
Nanda, (2015-2017). Diagnosis Keperawatan
halusinasi sebanyak 100%. Hal ini Definisi & Klasifikasi. Jakarta:
menunjukan bahwa hasil dari evaluasi hari EGC
ketiga klien 2 Tn.Y terjadi penurunan tanda
dan gejala halusinasi dan terjadi peningkatan Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan
kemampuan klien dalam mengontrol Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
halusinasi.
Medika

DAFTAR PUSTAKA Puri, B. K. (2011). Buku Ajar Psikiatri Edisi


Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik 2. Jakarta: EGC
dalam Keperawatan
Jiwa.Yogyakarta: Gosyen Prabowo, Eko. (2014). Buku Ajar
Publishing Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan.
Jakarta: EGC RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. (2015).
Perilaku Kekerasan Pada Klien
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Skizofrenia (online),
Aplikasi Praktik Klinik Edisi 1. https://rsjsoerojo.co.id diakses
Yogyakarta: Graha Ilmu tanggal 8 Oktober 2018, Jam 20.00
WIB
Damaiyanti, M. (2014). Asuhan Keperawatan
jiwa. Bandung: PT. Refika Reliani, Umam. (2015). Pelaksanaan Teknik
Aditama Mengontrol Halusinasi:
Kemampuan Klien Skizofrenia
Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Mengontrol Halusinasi. The Sun.
Pendidikan. Bandung: Alfabeta Vol 2 (1) (Online),
https://docplayer.info/38014948-

44
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol. 3 No. 1 Januari 2019, Halaman 37 – 45 UP2M AKPER Widya Husada Semarang

Pelaksanaanteknikmengontrolhalusi
nasi diakses tanggal 7 Oktober Sutejo, (2013). Keperawatan Jiwa.
2018, Jam 17.30 WIB Yogyakarta: PT.Pustaka Baru

Sumantri, Arif. (2011). Metodelogi Penelitian Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien
Kesehatan. Jakarta: Kencana Halusinasi. Jakarta: CV.Trans Info
Prenanda Media Group
Sudirman, Jusliani. (2014). Pengaruh Yosep, Iyus. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Penerapan Stratergi Pelaksanaan Jiwa Dan Advance Mental Health
Tindakan Keperawatan Halusinasi Nursing. Bandung: PT. Revika
Klien Terhadap Kemampuan Aditama
Mengontrol Halusinasi di RSKD
Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Yudhantara, Surya. D. (2018). Sinopsis
Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol 5 Skizofrenia Untuk Mahasiswa
Nomor 2 (Online), Kedokteran. Malang: UB Press
https://ejournal.stikesnh.ac.id/index
.php/jikd//article/view753 diakses Yusuf, A. (2015). Buku Ajar Keperawatan
tanggal 7 Oktober 2018, Jam 18.15 Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
WIB Medika

45

Anda mungkin juga menyukai