Anda di halaman 1dari 140

ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH

DAN ARAHAN PRIORITAS PENANGANAN


JARINGAN JALAN DI KABUPATEN BOGOR

ALAN RIADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Perkembangan


Wilayah dan Arahan Prioritas Penanganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015

Alan Riadi
NRP A156140284
RINGKASAN

ALAN RIADI. Analisis Perkembangan Wilayah dan Arahan Prioritas Penanganan


Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS
dan UMAR MANSYUR

Penetapan suatu strategi pembangunan memerlukan suatu penelitian untuk


menganalisis tingkat perkembangan ekonomi wilayah untuk menjadi acuan dalam
menentukan prioritas penanganan jaringan jalan yang ada di Kabupaten Bogor.
Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa dijadikan dasar bagi Pemerintah Daerah
dalam merumuskan strategi kebijakan pembangunan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah serta dalam mengembangkan sistem jaringan jalan
berdasarkan fungsi, kelas, dan status jalan. Tujuan penelitian adalah:
(1) Menganalisis tingkat perkembangan aktivitas ekonomi wilayah di Kabupaten
Bogor; (2) Menganalisis sektor ekonomi basis dan komoditas unggulan pertanian;
(3) Menganalisis efisiensi pembangunan Wilayah (Pemanfaatan Sarana Prasarana;
(4) Menganalisis tingkat hirarki wilayah; dan (5) Merumuskan arahan prioritas
penanganan jaringan jalan untuk mendukung perkembangan wilayah. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metode analisis Entropi, Analisis Location
Quotient (LQ), Shift Share Analysis (SSA), Analisis Skalogram, Analisis DEA
dan analisis MCDM (AHP-TOPSIS).
Hasil analisis Entropi menunjukan bahwa Indeks entropi/ perkembangan
wilayah Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai diatas rata-rata
nilai indeks (0,0957) hanya berjumlah 10 kecamatan dari 40 Kecamatan yang ada
di Kabupaten Bogor. Hal ini menunjukkan, secara umum perkembangan proporsi
keragaman sektor perekonomiaan di Kabupaten Bogor belum cukup baik.
Kecamatan di Kabupaten Bogor sudah mulai mengalami transformasi
mengarah kepada kawasan perkotaan dimana sudah terjadi pergeseran sektor
ekonomi dari primer ke sekunder dan tersier. Khususnya di 7 Kecamatan
(Sukaraja, Babakan Madang, Cileungsi, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong
Bojong Gede) yang tidak memiliki Keunggulan Komparatif di kelompok sektor
ekonomi primer. Dari segi keunggulan kompetitif dapat dijelaskan bahwa
subsektor buah – buahan dan subsektor perkebunan rakyat mengalami
pertumbuhan yang lambat di Kabupaten Bogor. Subsektor pertanian tanaman
pangan, sayuran, perikanan dan peternakan mengalami pertumbuhan yang cepat di
Kabupaten Bogor.
Tingkat hirarki wilayah Kabupaten Bogor tahun 2013 masih banyak
kecamatan yang berada pada hirarki III, jumlahnya sebanyak 57,5 persen (23
kecamatan) di Kabupaten Bogor yang masih berada di hirraki III (kurang maju).
Kecamatan yang berada pada hirarki II sebanyak 32,5 persen (13 kecamatan) dan
kecamatan yang berada pada hirarki I sebanyak 10 persen (4 kecamatan).
Secara umum keberadaan jumlah dan kondisi sarana prasarana yang ada di
tiap kecamatan belum secara efisien mendorong peningkatan PDRB. Hal tersebut
dimungkinkan terjadi karena kelengkapan jumlah dan kondisi prasarana jalan di
kecamatan tersebut tidak sebanding dengan capaian PDRB.
Arahan prioritas penangan jaringan Jalan menunjukan bahwa prioritas
penanganan jaringan jalan adalah sebagai berikut: (1) Cileungsi; (2) Cibinong; (3)
Leuwiliang; (4) Cariu; (5) Gunung Putri; (6) Caringin; (7) Citereup; (8) Ciawi; (9)
Ciomas; (10) Kemang; (11) Cisarua; (12) Dramaga; (13) Bojong Gede; (14)
Parung; (15) Jonggol; (16) Cigombong; (17) Tanjungsari; (18) Tenjolaya; (19)
Jasinga; (20) Babakan Madang; (21) Klapanunggal; (22) Tamansari; (23) Parung
Panjang; (24) Sukaraja; (25) Cigudeg; (26) Cibungbulang; (27) Pamijahan; (28)
Sukamakmur; (29) Leuwisadeng; (30) Rancabungur; (31) Ciampea; (32)
Megamendung; (33) Tenjo; (34) Ciseeng; (35) Rumpin; (36) Nanggung; (37)
Tajurhalang; (38) Gunung Sindur; (39) Cijeruk; dan (40) Sukajaya. Berdasarkan
hasil penentuan arahan prioritas tersebut dan disesuaikan dengan biaya yang
dibutuhkan serta anggaran yang tersedia, maka penanganan ruas jalan di
Kabupaten Bogor dapat dilakukan dalam 4 Tahap. Tahap I penanganan jalan
terhadap 16 Kecamatan, Tahap II penanganan jalan terhadap 9 Kecamatan, Tahap
III penanganan jalan terhadap 11 Kecamatan, dan Tahap IV penanganan jalan
terhadap 4 Kecamatan.

Kata kunci: Perkembangan Wilayah, Prioritas Penanganan jalan, Sektor Ekonomi


SUMMARY

ALAN RIADI. Regional Development Analysis and Handling Priority Directive


of Road Network in Bogor Regency. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS and
UMAR MANSYUR.

In establishing the development of strategy, it needs a study to analyze the


level of economic development of the region to be a reference in determining the
priority of handling the existing road network Bogor Regency. The research
results are expected to be used as the basis for local government in formulating
development policy strategy to promote economic growth in developing region
and road network system based on functions, classes, and status of the road. The
purpose of this study were to analyzing (1) The level of development of regional
economic activityarea, (2) The economic sectors and leading commodity
agricultural base, (3) The efficiency of regional development (utilization of
infrastructure), (4) The levels of hierarchy in the territory of Bogor Regency, (5)
Formulate directives handling priority of road network to support the development
of the region. Analyses were performed using Entropy Analysis Method, Location
Quotient Analysis (LQ), Shift Share Analysis (SSA), Skalogram Analysis, DEA
Analysis, and MCDM (AHP-TOPSIS).
Based on the results of the entropy analysis showed the entropy index /
development area of sub-districts in the district of Bogor with a value above the
average value of the index amounted (0,0957) only 10 sub-districts from 40 sub-
districts in Bogor regency. Its shows in general the development of the proportion
of the diversity of economic sectors in Bogor regency has not been good enough.
Sub-district in Bogor regency have started undergoing a transformation
leads to urban areas where the economy has been a shift from primary to
secondary and tertiary. Particularly in 7 sub-districts (Sukaraja, Babakan Madang,
Cileungsi, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong, Bojong Gede) that doesn’t have a
comparative advantage in the primary economic sector group. Competitive
advantage can be explained that the sub-sector of the fruits and folk of plantation
subsector experiencing slower growth in Bogor regency. The subsector of food
crops, vegetables, fisheries, and livestock experiencing rapid growth in the Bogor
Regency.
Hierarchy of the Bogor regency in 2013 still have sub-district are in the
hierarchy III, it was around 57.5 percent (23 sub-district) in Bogor regency still in
the hierarchy III (less advanced). Sub-district in the hierarchy II totaly 32.5
percent (13 sub-districts) and a sub-district in the hierarchy I totally 10 percent (4
sub-districts).
In general the existence totally and condition of existing infrastructure in
every sub-district not yet efficiently increase PDRB. This is possible because of
the completeness the totally and condition of the road infrastructure in sub-district
isn’t proportional to the achievement of PDRB.
Directive of priority road network handling indicates the handling of
priority road network is as : (1) Cileungsi; (2) Cibinong; (3) Leuwiliang; (4)
Cariu; (5) Gunung Putri; (6) Caringin; (7) Citereup; (8) Ciawi; (9) Ciomas; (10)
Kemang; (11) Cisarua; (12) Dramaga; (13) Bojong Gede; (14) Parung; (15)
Jonggol; (16) Cigombong; (17) Tanjungsari; (18) Tenjolaya; (19) Jasinga; (20)
Babakan Madang; (21) Klapanunggal; (22) Tamansari; (23) Parung Panjang; (24)
Sukaraja; (25) Cigudeg; (26) Cibungbulang; (27) Pamijahan; (28) Sukamakmur;
(29) Leuwisadeng; (30) Rancabungur; (31) Ciampea; (32) Megamendung; (33)
Tenjo; (34) Ciseeng; (35) Rumpin; (36) Nanggung; (37) Tajurhalang; (38)
Gunung Sindur; (39) Cijeruk; and (40) Sukajaya. Based on the results of the
determination of the priority direction and adapted to the costs involved and
available budget, the handling of roads in Bogor can be done in 4 phases. Those
are, Phase I handling road in 16 subdistricts, Phase II in 9 subdistricts, Phase III in
11 subdistricts, and Phase IV in 4 Sub Districts.
 
 
Keywords: Economic Sector, Priority Handling of Road, Regional Development
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH
DAN ARAHAN PRIORITAS PENANGANAN
JARINGAN JALAN DI KABUPATEN BOGOR

ALAN RIADI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir Soekmana Soma MSP, M.Eng
PRAKATA

Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini yang berjudul Analisis Perkembangan Wilayah dan Arahan Prioritas
Penanganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus sebagai ketua komisi pembimbing
sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dengan kesabaran
dan keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk mengarahkan dan
membuka wawasan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Bapak Dr Ir Umar Mansyur, MT sebagai anggota komisi pembimbing yang
juga dengan kesabaran dan keikhlasannya telah meluangkan waktu untuk
mengarahkan dan membuka wawasan penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Dr Ir Soekmana Soma MSP, M.Eng selaku dosen penguji luar komisi
dan Ibu Dr Khursatul Munibah, MSc selaku pimpinan ujian atas masukan dan
sarannya.
4. Segenap dosen dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah IPB yang telah mengajar dan membantu penulis selama mengikuti
studi.
5. Pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas atas kesempatan beasiswa yang
diberikan kepada penulis.
6. Bapak Bupati, Sekretaris Daerah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah, serta
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor yang telah
memberikan ijin serta dukungan baik moril maupun materiil unuk mengikuti
tugas belajar pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB.
7. Orang Tua terkasih serta Istri dan Putri tercinta yang telah memberikan ridho,
ijin serta dorongan semangat sehingga memberikan kekuatan yang besar
kepada penulis.
8. Rekan-rekan PWL IPB baik kelas khusus Bappenas maupun reguler yang
juga memberikan dorongan moral untuk kesuksesan penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan baik
moril maupun materiil selama studi dan penulisan tesis ini.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Kritik dan saran yang bermanfaat sangat diharapkan
penulis untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Semoga memberikan
manfaat.

Bogor, Desember 2015

Alan Riadi
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR LAMPIRAN iii
1. PENDAHULUAN 1  
Latar Belakang 1  
Perumusan Masalah 5  
Tujuan Penelitian 6  
Manfaat Penelitian 7
Kerangka Pemikiran 7
2. TINJAUAN PUSTAKA 9
Konsep perencanaan Pengembangan Wilayah 9
Pusat Pertumbuhan dan Hirarki Wilayah 11
Pembangunan Ekonomi 13
Infrastruktur Jaringan Jalan 15
3. METODE PENELITIAN 19
Lokasi dan Waktu Penelitian 19
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 19
Metode Analisis Data 22
4. KONDISI UMUM WILAYAH 34
Aspek Geografi dan Demografi 34
Aspek Kesejahteraan Masyarakat 35
Aspek Pelayanan Umum 41
5. HASIL DAN PEMBAHASAN 42
Perkembangan Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bogor 42
Sektor Ekonomi Basis dan Komoditas Unggulan 45
Efisiensi Pembangunan Wilayah dan Hirarki Wilayah 51
Transportasi Asal Tujuan 59
Arahan Prioritas Penanganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor 63
4. SIMPULAN DAN SARAN 77
Simpulan 77
Saran 77

DAFTAR PUSTAKA 79
LAMPIRAN 81
RIWAYAT HIDUP 124
ii

DAFTAR TABEL

1. Nilai PDRB, PDRB per kapita, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi


Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2013 - 2014 2  
2. Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor Tahun 2014 5
3. Skala Dasar Ranking Analytical Hierarchy Process (AHP) 18
4. Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Keluaran. 21
5. Struktur Tabel Analisis Skalogram 27
6. Matriks Pertimbangan Perencanaan Penyusunan Arahan Prioritas
Penanganan Jalan 31
7. Anggaran dan Biaya untuk penanganan Jaringan jalan di Kabupaten
Bogor Tahun 2013 - 2014 33
8. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012 - 2013 (Juta Rupiah) 36
9. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2012 - 2013 (Juta Rupiah) 37
10. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor
Tahun 2011 - 2013 40
11. Indeks Entropi Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2013 43
12. Nilai LQ Per Sektor - sektor Perekonomian di Kabupaten Bogor
Tahun 2013 45
13. Struktur Ekonomi Basis Hasil Analisis Location Quotient (LQ)
Kecamatan di Wilayah Kabupaten Bogor 47
14. Jumlah Komoditas Unggulan sub sektor pertanian berdasarkan Hasil
Shift Share Analysis (SSA)DI Kabupaten Bogor 49
15. Efisiensi Jumlah Sarana Prasarana Jalan Terhadap Capaian PDRB
Kecamatan di Kabupaten Bogor 53
16. Hirarki Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2013 56
17. Persentase Hirarki Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2013 57
18. Pergerakan orang yang masuk ke setiap Kecamatan di Kabupaten
Bogor Tahun 2013 (orang/tahun) 62
19. Hasil Pembobotan Kriteria dan Nilai CR Berdasarkan Analisis AHP 64
20. Arahan Prioritas Penanganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor 67
21. Rencana Tahapan Penanganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor 70

 
 
iii

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Penelitian 8


2. Bagan Alir Penelitian 20  
3. Grafik Representasi satu input dan satu output DEA 26  
4. Peta Administrasi Kabupaten Bogor 35
5. LPE Kabupaten Bogor Tahun 2001 - 2013 (%) 38
6. PDRB Per kapita per Tahun Kabupaten Bogor Tahun 2011-2013
(Juta Rupiah) 38
7. Peta Perkembangan Ekonomi Wilayah 40 Kecamatan
di Kabupaten Bogor 44
8. Peta tingkat efisiensi positif sarana prasarana jalan terhadap
capaian nilai PDRB 40 kecamatan di Kabupaten Bogor 54
9. Peta Hirarki Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2013 58
10. Grafik Ranking of Alternatives Kecamatan Prioritas Penanganan
Jaringan Jalan Berdasarkan Analisis TOPSIS 66
11. Peta Arahan Lokasi Penaganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor 68
11. Peta Jaringan Jalan dan Tahapan Penanganan Jalan
di Kabupaten Bogor 76

DAFTAR LAMPIRAN

1. PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Bogor


Tahun 2013 (Juta Rupiah) 81
2. Hasil Analisis LQ & SSA Terhadap Nilai Hasil Produksi Sub Sektor
Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Bogor 82
3. Hasil Analisis LQ & SSA Terhadap Nilai Hasil Produksi Sub Sektor
Pertanian Tanaman Buah - buahan di Kabupaten Bogor 84
4. Hasil Analisis LQ & SSA Terhadap Nilai Hasil Produksi Sub Sektor
Pertanian Tanaman Sayuran di Kabupaten Bogor 88
5. Hasil Analisis LQ & SSA Terhadap Nilai Hasil Produksi Sub Sektor
Pertanian Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bogor 91
6. Hasil Analisis LQ & SSA Terhadap Nilai Hasil Produksi Sub Sektor
Perikanan di Kabupaten Bogor 93
7. Hasil Analisis LQ & SSA Terhadap Nilai Hasil Produksi Sub Sektor
Peternakan di Kabupaten Bogor 94
8. Data Analisis Skalogram 98
9. Hasil Analisis Skalogram 101
10. Hasil Analisis Efisiensi Wilayah dengan menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA) 104
11. Matriks Asal Tujuan Akhir Kabupaten Bogor Tahun 2013 (Orang/ Tahun) 106
12. Hasil Analisis MCDM dengan menggunakan Metode Topsis 111
13. Data Kondisi Jalan dan kebutuhan biaya Penanganan Jalan 114
14. Kuesioner untuk input data pada metode AHP-TOPSIS 116
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan kesejahteraan umum adalah merupakan salah satu tujuan


Pemerintah Indonesia, sesuai dengan amanat dalam Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, penekanan
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah adalah sebagai upaya untuk dapat
mencapai tujuan tersebut. Hal ini diwujudkan dengan pemberian otonomi luas
kepada daerah yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk mengatur dan
mengurus pemerintahannya sendiri. Pemberian kewenangan dimaksudkan agar
daerah dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang
didukung dengan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good
governance). Upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat
dimaksud dilaksanakan melalui prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas.
Kebijakan pembangunan kewilayahan Kabupaten Bogor yaitu Perwujudan
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) pendukung
pengembangan Megapolitan Bodebekarpur (Bogor, Depok, Bekasi, Karawang,
Purwakarta) serta pengembangan kawasan strategis. Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor 2013 –
2018, fokus pembangunan wilayah Kabupaten Bogor tahun 2013-2018 diarahkan
pada perwujudan PKW dan PKL serta pengembangan kawasan strategis prioritas
sesuai peran dan fungsi wilayah yang tertuang dalam rencana tata ruang wilayah
(RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2025). Fokus tersebut memperhatikan
kebutuhan kawasan yang secara fungsional dapat berperan mendorong
pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan sekitarnya. Secara
umum, kebijakan pembangunan kewilayahan meliputi Perwujudan Cibinong Raya
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi, Prioritas pengembangan Pusat Kegiatan
Lokal promosi diarahkan pada PKL Cigudeg dan PKL Parungpanjang sebagai
bentuk dukungan pengembangan calon ibu kota Kabupaten Bogor Barat, dan
Penataan dan Pengendalian PKL Cileungsi.
Tentunya, pembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah perlu
dievaluasi sejauh mana keberhasilan pencapaiannya. Untuk dapat
mengevaluasinya, keberhasilan pembangunan harus diukur melalui indikator –
indikator pembangunan. Salah satu indikator pembangunan tersebut adalah
indikator ekonomi. Indikator ekonomi ini adalah indikator yang dapat
menunjukkan keberhasilan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pembangunan
berfungsi untuk meningkatkan pencapaian indikator – indikator ekonomi yang
dapat mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Indikator yang sering digunakan sebagai indikator ekonomi daerah adalah
Produk Domestik Bruto (PDRB). Tabel 1 menunjukkan nilai PDRB Kabupaten
Bogor tahun 2014 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan
Tabel 1 terlihat bahwa PDRB Kabupaten Bogor tahun 2014 (Rp. 123,33 triliun)
 2  

mengalami peningkatan sebesar Rp. 13,88 triliun dari tahun 2013, dimana PDRB
Kabupaten Bogor tahun 2013 sebesar Rp. 109,67 triliun. Peningkatan nilai PDRB
tersebut secara tidak langsung dipengaruhi oleh kondisi jalan di Kabupaten Bogor
dalam kondisi baik yang meningkat juga dari Tahun 2012 sebesar 82,99%
menjadi 86,78% di Tahun 2013.

Tabel 1. Nilai PDRB, PDRB per kapita, dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2013 – 2014.
No. KECAMATAN 2013 2014
PDRB (Rp. PDRB Per PDRB (Rp. PDRB Per LPE
Juta) kapita (Rp. Juta) kapita (%)
Juta) (Rp. Juta)
1 Nanggung 2,250,542 26.09 2,500,778 28.86 3.62
2 Leuwiliang 1,280,818 10.83 1,436,007 12.02 8.94
3 Leuwisadeng 386,443 5.28 436,397 5.92 5.70
4 Pamijahan 686,062 4.95 768,519 5.50 4.08
5 Cibungbulang 716,972 5.51 807,330 6.15 5.65
6 Ciampea 1,322,762 8.57 1,490,269 9.55 5.63
7 Tenjolaya 343,983 6.01 384,967 6.66 4.69
8 Dramaga 940,434 8.86 1,067,429 9.93 6.59
9 Ciomas 1,170,641 7.15 1,328,987 7.91 6.16
10 Tamansari 731,545 7.44 829,008 8.28 6.16
11 Cijeruk 607,848 7.29 684,066 8.08 4.43
12 Cigombong 726,824 7.60 822,178 8.42 4.31
13 Caringin 1,161,784 9.66 1,304,799 10.71 5.12
14 Ciawi 1,913,071 17.38 2,149,693 19.19 5.11
15 Cisarua 1,484,563 12.49 1,671,608 13.88 5.26
16 Megamendung 1,195,014 11.67 1,344,363 12.94 5.57
17 Sukaraja 3,391,766 18.00 3,833,562 19.88 5.49
18 Babakan Madang 2,351,945 20.81 2,670,032 23.02 5.67
19 Sukamakmur 390,469 5.04 432,534 5.54 6.57
20 Cariu 496,054 10.66 556,707 11.98 5.60
21 Tanjungsari 366,704 7.15 409,369 7.94 3.57
22 Jonggol 953,731 7.18 1,072,759 7.90 6.44
23 Cileungsi 15,696,248 54.40 17,628,680 58.27 5.68
24 Klapanunggal 7,994,928 75.00 8,956,946 81.28 5.92
25 Gunung Putri 26,509,806 71.87 29,866,978 76.83 6.13
26 Citeureup 13,952,063 65.15 15,745,400 72.00 7.04
27 Cibinong 9,343,773 25.24 10,571,274 27.52 6.19
28 Bojonggede 1,128,345 4.06 1,292,082 4.43 6.90
29 Tajurhalang 479,373 4.41 549,763 4.89 5.62
30 Kemang 708,425 7.00 802,140 7.72 5.29
31 Rancabungur 256,536 4.90 289,486 5.47 6.11
32 Parung 1,685,541 13.37 1,897,564 14.56 7.05
33 Ciseeng 625,997 5.91 701,012 6.49 6.52
34 Gunung Sindur 2,356,107 20.36 2,655,766 22.19 5.08
35 Rumpin 983,730 7.27 1,108,120 8.10 5.02
36 Cigudeg 930,027 7.61 1,072,164 8.69 8.71
37 Sukajaya 233,492 4.08 261,144 4.55 2.57
38 Jasinga 659,369 6.90 738,567 7.69 4.95
39 Tenjo 300,632 4.35 336,900 4.82 5.50
40 Parung Panjang 956,356 7.98 1,078,667 8.78 5.42
KABUPATEN BOGOR 109,670,723 21.08 123,554,014 23.18 6.01
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bogor (2014) (Data diolah)
 
3  

PDRB per kapita di Kabupaten Bogor juga mengalami peningkatan pada


Tahun 2014 sebesar Rp. 23,18 juta per tahun, namun hanya 6 (enam) kecamatan
yang memiliki nilai PDRB per kapita diatas dari nilai PDRB per kapita Kabupaten
Bogor. Sisanya sebanyak 34 Kecamatan (85 persen) nilai PDRB per kapita yang
dimiliki masih dibawah nilai PDRB per kapita Kabupaten Bogor. Hal ini
disebabkan nilai PDRB di kecamatan tersebut masih relatif kecil serta jumlah
penduduk yang cukup besar serta laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
menyebabkan PDRB yang telah diraih harus didistribusikan kepada seluruh
penduduk sehingga PDRB per kapita Kecamatan tersebut masih dibawah nilai
PDRB perkapita Kabupaten Bogor.
Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) menunjukkan tingkat perkembangan
kegiatan ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu dibandingkan
dengan kurun waktu sebelumnya (tahun dasar). Pada tahun 2014, laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor 6,01 persen. Pada Tabel 1 terlihat bahwa
nilai LPE kecamatan pada tahun 2014 yang masih berada di bawah nilai LPE
Kabupaten Bogor masih cukup banyak, yaitu 26 kecamatan (65 persen).
Pengembangan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui nilai
PDRB nominal, PDRB per kapita dan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dapat
lebih dipacu peningkatannya bila didukung oleh tersedianya infrastruktur wilayah
yang baik dan memadai. Infrastruktur wilayah terdiri dari beberapa aspek yaitu
infrastruktur transportasi, sumberdaya air dan irigasi, listrik dan energi,
telekomunikasi, serta sarana dan prasarana permukiman. Kebutuhan akan
infrastruktur wilayah tidak terlepas dari fungsi dan peranannya terhadap
pengembangan wilayah, yaitu sebagai pengarah dan pembentuk struktur tata
ruang, pemenuhan kebutuhan wilayah, pemacu pertumbuhan wilayah serta
pengikat wilayah.
Tersedianya jaringan prasarana transportasi yang menghubungkan ke
seluruh wilayah dan pusat produksi di seluruh wilayah memberikan kesempatan
dan mendorong pengembangan dan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
Pertumbuhan ekonomi daerah dapat lebih dipacu peningkatannya bila didukung
oleh pelayanan transportasi yang lancar, berkapasitas, dan tersedia ke seluruh
wilayah. Aspek infrastruktur transportasi di wilayah Kabupaten Bogor hanya
terdiri dari transportasi darat. Salah satu indikator tingkat keberhasilan
penanganan infrastruktur jalan adalah meningkatnya tingkat kemantapan dan
kondisi jalan.
Semua elemen pembentukan tata ruang wilayah secara langsung berkaitan
dengan jaringan jalan. Setiap potensi yang ada dalam wilayah Kabupaten Bogor,
baik itu potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, maupun sumberdaya
buatan, hendaknya terhubungkan oleh suatu jaringan jalan, sehingga kemudahan
aksesibilitas dan mobilitas antar wilayah dapat tercapai, yang pada gilirannya
akan membuat wilayah dapat berkembang secara ekonomis.
Pembangunan jaringan jalan merupakan bagian yang amat penting dalam
pembangunan nasional, sarana dan prasarana transportasi sebagai pendukung
kegiatan ekonomi dan berfungsi untuk menyediakan jasa pelayanan bagi arus
pergerakan orang atau barang, khususnya dalam distribusi barang dan jasa dari
sumber bahan baku ke tempat produksi serta ke lokasi pemasarannya, baik di
tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Jasa pelayanan sarana dan
prasarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan sosial
 4  

masyarakat. Jaringan jalan di Kabupaten Bogor juga harus dapat mendukung


mobilitas yang tinggi dari pusat-pusat produksi menuju pasar produksi. Hal
tersebut dimaksudkan agar geliat perkembangan ekonomi masyarakat semakin
meningkat, yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Bogor.
Dalam Undang-Undang Jalan Nomor 38 tahun 2004 menyatakan bahwa
jalan mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan
jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga
akan mendorong pengembangan semua sarana wilayah, pengembangan dalam
usaha mencapai tingkat perkembangan antar daerah yang semakin merata. Artinya
infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian suatu wilayah. Hal ini
disebabkan perannya dalam menghubungkan serta meningkatkan pergerakan
manusia, dan barang.
Berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Aspek Mobilitas adalah
tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat per individu melakukan
perjalanan. SPM Mobilitas jaringan jalan dievaluasi dari keterhubungan
antarpusat kegiatan dalam wilayah yang dilayani oleh jaringan jalan sesuai
statusnya dan banyaknya penduduk yang harus dilayani oleh jaringan jalan
tersebut. Angka mobilitas adalah rasio antara jumlah total panjang jalan yang
menghubungkan semua pusat-pusat kegiatan terhadap jumlah total penduduk
yang ada dalam wilayah yang harus dilayani jaringan jalan sesuai dengan
statusnya, dinyatakan dalam satuan Km/(10.000 jiwa). Pencapaian nilai SPM
mobilitas dinyatakan oleh persentase pencapaian mobilitas pada akhir tahun
pencapaian SPM terhadap angka mobilitas yang ditentukan.
Kabupaten Bogor diidentifikasikan memiliki panjang jalan yang
menghubungkan semua Wilayah adalah 1.748,915 km dengan luas wilayah
2.988,383 km2. Jumlah penduduk kabupaten Bogor sebesar 5.331.000 jiwa. Maka
kerapatan penduduk adalah jumlah penduduk (jiwa) / luas wilayah Wilayah
(km2)= 1783,956 jiwa/ km2 atau masuk ke kategori IV, sehingga harus memiliki
angka mobilitas yang ditentukan adalah 3,00 Km/10.000 jiwa. Angka mobilitas
Kabupaten Bogor adalah (1.748,915/ 5.331.000) x 10.000 = 3,28 Km/10.000 jiwa.
Jika dibandingkan dengan angka mobilitas yang ditentukan, pencapaian SPM
mobilitas adalah 3,28 / 3,00 = 109,3%.
Dengan Pencapaian SPM yang sebesar 109,3%, Pemerintah Kabupaten
Bogor hendaknya lebih memfokuskan pelayanan transportasi jalan melalui
peningkatan jaringan jalan yang telah ada, bukan dengan membangun jaringan
jalan yang baru pada Tahun 2014. Proyeksi rata – rata laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Bogor sebesar 3,08 setiap tahunnya, maka pencapaian SPM
mobilitas jaringan jalan pada Tahun 2018 sebesar 99.26%. Pada Tahun 2018
Pemerintah Kabupaten Bogor hendaknya lebih memfokuskan membangun
jaringan jalan yang baru. Dengan telah banyaknya ruas jalan yang ada dan harus
ditangani oleh pemerintah Kabupaten Bogor sementara dana penanganan jalan
sangat terbatas, maka diperlukan prioritas penanganan jaringan jalan agar alokasi
dan penggunaan dana yang terbatas menjadi efektif bagi pembangunan dan
pengembangan wilayah, khususnya pada subsektor jaringan jalan.
 
5  

Perumusan Masalah

Jaringan jalan di Kabupaten Bogor terdiri atas Jalan Nasional, Jalan


Provinsi dan Jalan Kabupaten serta jalan lingkungan permukiman. Hingga tahun
2013 jumlah panjang jalan nasional adalah sepanjang 124,85 km dengan jumlah
11 ruas, panjang jalan provinsi adalah sepanjang 121,820 km dengan jumlah 10
ruas serta jalan kabupaten adalah sepanjang 1.748,915 km dengan jumlah ruas
sebanyak 458 ruas. Untuk jalan lingkungan permukiman yang meliputi jalan
perumahan dan jalan desa dari data pemetaan sepanjang 6.662,89 km dengan
jumlah panjang jalan yang terdata sepanjang 1.038,17 km dengan jumlah 505
ruas.
Tabel 2 menunjukkan kondisi jaringan Jalan di Kabupaten Bogor Tahun
2014. Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa kondisi jaringan jalan di Kabupaten
Bogor tahun 2014 ditunjukkan dari indikator panjang jalan kabupaten dalam
kondisi baik yang mencapai 71,40% dengan rata-rata panjang jalan kabupaten per
jumlah penduduk hanya mencapai sekitar 0,32 m/jiwa. Hal ini menunjukkan
bahwa kapasitas penanganan jalan yang ditangani masih sangat rendah terhadap
jumlah penduduk yang sangat tinggi di wilayah Kabupaten Bogor.

Tabel 2. Kondisi jaringan Jalan di Kabupaten Bogor Tahun 2014.


KONDISI
JUML
PANJANG SED RUSAK RUSAK
NO. URAIAN AH BAIK
(KM) ANG RINGAN BERAT
RUAS
% % % %
1 UPT JASINGA 33 173.425 55.76 5.60 6.60 32.03
2 UPT CIGUDEG 33 180.663 59.85 4.10 4.32 31.74
UPT
3 34 150.883 45.30 11.86 3.91 38.93
LEUWILIANG
4 UPT CIAMPEA 49 167.028 88.32 6.31 1.92 3.45
5 UPT CIOMAS 68 170.313 85.83 6.06 3.63 4.48
6 UPT CIAWI 59 158.646 57.12 30.74 - 12.13
7 UPT PARUNG 42 168.790 91.48 3.55 1.42 3.54
8 UPT CIBINONG 71 215.447 77.93 6.61 3.25 12.21
UPT
9 37 156.025 68.34 12.27 5.96 13.43
CILEUNGSI
10 UPT JONGGOL 30 207.695 78.13 6.71 2.61 12.55
JUMLAH 456 1,748.915 71.40 9.03 3.35 16.21
Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor (2014) (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa penanganan jaringan jalan di


Kabupaten Bogor masih belum merata dengan persentase kondisi baik ruas jalan
di tiga kecamatan yang masih di bawah nilai persentase kondisi baik ruas jalan di
Kabupaten, yaitu di UPT Jasinga (kondisi baik 55,76%), UPT Cigudeg (kondisi
baik 59,85%), dan UPT Leuwiliang (kondisi baik 45.30%). Total kondisi baik
ruas jalan kabupaten sebesar 71,40%.
 6  

Untuk mengetahui prioritas penanganan jaringan jalan yang merata dan


tepat sasaran, perlu mengetahui terlebih dahulu tingkat perkembangan wilayah
untuk melihat posisi perkembangan ekonomi dan diversitas sektor-sektor
pembangunan di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor. Selain itu, perlu juga
melihat bagaimana kondisi daya dukung sarana-prasarana pelayanan di tiap
kecamatan di Kabupaten Bogor, dengan melakukan analisis hirarki wilayah untuk
melihat struktur hirarki perkembangan wilayah di masing – masing Kecamatan.
Informasi terkait potensi sektor – sektor ekonomi yang bisa dikembangkan
juga dibutuhkan untuk menentukan arahan prioritas penanganan jaringan jalan
dengan melakukan analisis komparatif dan kompetitif untuk mengidentifikasi
kekuatan ekonomi lokal yang dimiliki setiap kecamatan di Kabupaten Bogor. Hal
tersebut bertujuan agar penanganan jaringan jalan bisa dilakukan sesuai potensi
wilayah. Melalui analisis tersebut, dapat diketahui sektor-sektor ekonomi mana
saja yang merupakan sektor ekonomi basis dan komoditas unggulan pertanian.
Dalam menetapkan strategi pembangunan, diperlukan suatu penelitian untuk
menganalisis tingkat perkembangan ekonomi wilayah menjadi acuan dalam
menentukan prioritas penanganan jaringan jalan yang ada di Kabupaten Bogor.
Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa dijadikan dasar bagi Pemerintah Daerah
dalam merumuskan strategi kebijakan pembangunan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi wilayah secara merata dan berkelanjutan serta dalam
mengembangkan sistem jaringan jalan berdasarkan fungsi, kelas, dan status jalan.
Berdasarkan uraian diatas, disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Terjadi ketimpangan perkembangan aktifitas ekonomi wilayah di Kabupaten
Bogor;
2. Belum diketahui Sektor – sektor ekonomi mana yang diprioritaskan untuk
dikembangkan dari sisi keunggulan komparatif dan kompetitif;
3. Belum diketahui efisiensi pembangunan Wilayah (Pemanfaatan Sarana
Prasarana);
4. Belum diketahui tingkat hirarki wilayah;
5. Belum adanya rumusan strategi prioritas penanganan jaringan jalan untuk
mendukung perkembangan wilayah.
Untuk menjawab permasalahan diatas, digunakan pendekatan analisis
perkembangan ekonomi wilayah yang hasilnya dapat dijadikan acuan dalam
menentukan prioritas penanganan jaringan jalan yang ada di Kabupaten Bogor.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:


1. Menganalisis tingkat perkembangan aktifitas ekonomi wilayah di
Kabupaten Bogor;
2. Menganalisis sektor ekonomi basis dan komoditas unggulan pertanian;
3. Menganalisis efisiensi pembangunan Wilayah (Pemanfaatan Sarana
Prasarana);
4. Menganalisis tingkat hirarki wilayah;
5. Merumuskan arahan prioritas penanganan jaringan jalan untuk mendukung
perkembangan wilayah.
 
7  

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah


Daerah Kabupaten Bogor dan stakeholder terkait kondisi perkembangan wilayah
kecamatan di Kabupaten Bogor serta sebagai arahan dan bahan pertimbangan bagi
pengambil keputusan dalam menentukan prioritas penanganan jaringan jalan di
Kabupaten Bogor.

Kerangka Pemikiran

Untuk mendukung strategi pembangunan daerah yang berkelanjutan,


diperlukan perencanaan penanganan jaringan jalan yang sesuai dengan potensi
wilayah yang ada, sehingga hal tersebut mampu mendukung peningkatan
perkembangan suatu wilayah dan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi
masyarakat. Oleh sebab itu, perlu dirumuskan arahan prioritas penanganan
jaringan jalan yang sesuai dengan karakteristik ekonomi wilayah.
Dalam perumusan strategi pembangunan melalui penentuan prioritas
penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor, perlu dilakukan analisis tingkat
perkembangan wilayah serta potensi ekonomi di Kabupaten Bogor. Untuk
mengidentifikasi sejauh mana tingkat perkembangan wilayah di setiap kecamatan,
dilakukan analisis tingkat perkembangan wilayah tiap kecamatan berdasarkan
tingkat sebaran (diversitas) tiap sektor pembangunan. Analisis hirarki wilayah
dilakukan untuk melihat struktur hirarki perkembangan wilayah di masing –
masing Kecamatan. Selanjutnya dilakukan identifikasi potensi ekonomi wilayah
melalui analisis komparatif dan kompetitif untuk melihat sektor ekonomi mana
yang menjadi basis dan unggulan yang perlu dikembangkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil analisis perkembangan wilayah dan potensi ekonomi wilayah,
ditentukan prioritas penanganan jaringan jalan. Analisis dilakukan untuk melihat
wilayah mana yang perlu diprioritaskan untuk ditangani jaringan jalannya, dan
selanjutnya akan diperoleh arahan penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor.
Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
 8  

Kegiatan  Pembangunan  
Kabupaten  Bogor  Dengan  
Anggaran  Terbatas  
 

Penanganan  Jaringan  Jalan  


Belum  Sesuai  dan  Kurang  
Tepat  Sasaran  
 

Pembangunan  
Sektor  –  Sektor  
Perekonomian  

Analisis   Analisis   Analisis   Analisis  


Perkemba   Keunggulan   Hirarki   Efisiensi  
ngan  Aktifitas   Komparatif  dan   Wilayah   Pembangunan  
Ekonomi     Kompetitif     Wilayah    
   

Preferensi  
Stakeholders  
 

Arahan  Prioritas  
Penanganan  Jaringan  
Jalan  di  Kabupaten  Bogor  
 

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian


 
9  

2. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah

Christenson dan Robinson, Jr. (1989) menyatakan bahwa pengembangan


menyiratkan perbaikan, pertumbuhan, dan perubahan. itu berkaitan dengan
sejarah transisi budaya, negara, dan masyarakat dari kurang canggih untuk tahap
sosial yang lebih maju. istilah seperti industrialisasi, modernisasi, dan urbanisasi
telah digunakan bergantian dengan konsep yang lebih luas dari pembangunan.
Perubahan ini diisaratkan dengan membandingkan negara maju dan berkembang.
Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2005), pengembangan wilayah
merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, penurunan
kesenjangan antar wilayah dan pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup di
suatu wilayah. Upaya ini diperlukan karena setiap wilayah memiliki kondisi sosial
ekonomi, budaya dan keadaan geografis yang berbeda-beda, sehingga
pengembangan wilayah bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki
oleh suatu wilayah. Optimal berarti dapat tercapainya tingkat kemakmuran yang
sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan lingkungan yang berkelanjutan.
Dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai area (wilayah)
pembangunan di mana terbentuk konsep perencanaan pembangunan daerah, dapat
dinyatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses
perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan
menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat,
pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah/ daerah tertentu, dengan
memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada, dan harus
memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetapi tetap berpegang pada
azas prioritas (Riyadi dan Bratakusumah 2005).
Pengembangan atau pembangunan didefinisikan sebagai upaya yang
terkoordinasi dan sistematik untuk menciptakan suatu keadaan dimana terdapat
lebih banyak alternative yang sah bagi setiap warga warga Negara untuk
memenuhi aspirasinya yang paling humanistik yaitu peningkatan kesejahteraan
(Sitorus, 2012). Dari sisi keberlanjutan atau sustainability, terdapat tiga sudut
pandang terkait keberlanjutan dari sebuah pembangunan yaitu sudut pandang
literal, ekologi dan sosial. Sudut pandang literal menekankan pada keberlanjutan
segala sesuatu. Sudut pandang ekologi lebih menekankan pada pembangunan
berkelanjutan ekologi yang berbasis pada kehidupan manusia. Sementara dari sisi
sosial, keberlanjutan lebih menekankan pada sisi sosial ekonomi yang berbasis
kehidupan manusia. Jadi keberlanjutan adalah suatu upaya mempertahankan
kehidupan manusia dengan penekanan pada aspek ekologi, sosial dan ekonomi
(Lele, 1991).
Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2005), perencanaan pembangunan
wilayah pada dasarnya adalah merancang keseluruhan proses perencanaan yang
akan dilaksanakan dalam rangka melaksanakan pembangunan wilayah. Oleh
karena itu, mengenal dan memahami dengan baik tentang wilayah
perencanaannya sudah menjadi keharusan dalam proses perencanaan. Mengenali
potensi dan masalah, mengetahui profil wilayah, memahami berbagai kebijakan
pembangunan yang ada, sampai dengan masalah kultur/ budaya masyarakat,
sistem ekonomi, politik, dan sebagainya, dapat membantu tahap perencanaan
 10  

daerah untuk menghasilkan rencana pembangunan yang baik dan relevan.


Keseluruhan faktor – faktor tersebut memiliki pengaruh yang kuat guna
memperlancar pelaksanaannya.
Menurut Rustiadi et al. (2009), dalam menyusun perencanaan pembangunan
berbasis wilayah penting untuk diperhatikan keterpaduan sektoral, spasial serta
keterpaduan antarpelaku pembangunan di dalam dan antar wilayah. Salah satu ciri
penting pembangunan wilayah adalah adanya upaya mencapai pembangunan
berimbang (balanced development), dengan terpenuhinya potensi-potensi
pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap wilayah maupun
daerah yang beragam sehingga dapat memberikan keuntungan dan manfaat yang
optimal bagi masyarakat di seluruh wilayah.
Terjadinya perubahan baik secara incremental maupun paradigma menurut
Anwar dan Rustiadi (1999), mengarahkan pembangunan wilayah pada terjadinya
pemerataan (equity) yang mendukung pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan
keberlanjutan (sustainability). Pembangunan dapat diartikan sebagai kegiatan –
kegiatan yang dilakukan oleh Negara/ wilayah untuk mengembangkan kualitas
hidup masyarakatnya. Jadi pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses
dimana terdapat saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor – faktor
yang menyebabkan terjadinya perkembangan tersebut dapat diidentifikasi dan
dianalisis dengan seksama sehingga diketahui runtutan peristiwa yang timbul
yang akan mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu
tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya.
Dalam pembangunan wilayah perlu senantiasa diarahkan pada tujuan
pengembangan wilayah, antara lain mencapai: (1) pertumbuhan (growth), yaitu
terkait dengan alokasi sumber daya-sumber daya yang langka terdiri atas sumber
daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan untuk hasil yang
maksimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dalam
meningkatkan kegiatan produktivitasnya; (2) pemerataan (equity), yang terkait
dengan pembagian manfaat hasil pembangunan secara adil sehingga setiap warga
negara yang terlibat perlu memperoleh pembagian hasil yang memadai secara
adil. Dalam hal ini perlu adanya kelembagaan yang dapat mengatur manfaat yang
diperoleh dari proses pertumbuhan material maupun non-material di suatu
wilayah secara adil; serta (3) keberlanjutan (sustainability), bahwa penggunaan
sumber daya baik yang ditransaksikan melalui sistem pasar maupun di luar sistem
pasar harus tidak melampaui kapasitas kemampuan produksinya (Anwar, 2005).
Menurut Rustiadi et al. (2009), timbulnya disparitas antar wilayah antara
lain disebabkan oleh beberapa faktor utama yang terkait dengan variabel fisik
maupun variabel ekonomi wilayah, yaitu: (1) geografi; (2) sejarah; (3) politik; (4)
kebijakan pemerintah; (5) administrasi; (6) sosial-budaya; dan (7) ekonomi. Suatu
wilayah yang memiliki kondisi geografi lebih baik akan mempunyai kemampuan
untuk berkembang yang lebih baik dibandingkan wilayah dengan kondisi geografi
kurang menguntungkan. Bentuk organisasi serta kondisi perekonomian pada masa
lalu akan mempengaruhi tingkat perkembangan masyarakat di suatu wilayah
dalam hal menumbuhkan inisiatif dan kreativitas dalam bekerja dan berusaha.
Instabilitas politik serta sistem administrasi yang tidak efisien akan menghambat
pengembangan wilayah dalam hal hilangnya peluang investasi akibat
ketidakpastian usaha terutama di bidang ekonomi dan perijinan yang rumit.
Demikian juga kebijakan pemerintah yang tidak tepat dengan lebih menekankan
 
11  

pada pertumbuhan pembangunan tanpa diimbangi dengan pemerataan. Nilai-nilai


sosial-budaya masyarakat yang konservatif dan kontraproduktif akan menghambat
perkembangan ekonomi wilayahnya.
Dalam konteks ilmu perencanaan pengembangan wilayah, upaya untuk
mengidentifikasi aktivitas ekonomi basis sangat penting untuk memetakan
komoditas atau sektor unggulan. Keunggulan komparatif wilayah dapat didekati
melalui analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ merupakan teknik analisis
yang digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas/ sektor basis di suatu
wilayah dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas. Untuk mengetahui
komoditas keunggulan pertanian suatu wilayah dapat digunakan analisis shift-
share (SSA). Suatu wilayah dikatakan memiliki keunggulan kompetitif apabila
dalam waktu tertentu mengalami peningkatan dibandingkan dengan wilayah lain
(Rustiadi et al, 2009).
Menurut Rustiadi et al. (2009), untuk melihat potensi pertumbuhan produksi
sektoral dari suatu kawasan/ wilayah dapat digunakan Shift Share Analysis (SSA).
Saat ini teknik SSA banyak digunakan karena kesederhanaan prosedurnya
sehingga mudah dipahami oleh mereka yang mendapatkan pelatihan minimal
dalam analisis kuantitatif. SSA sangat bermanfaat untuk membandingkan antara
ekonomi regional dengan nasional serta mengidentifikasi sektor yang paling pesat
tumbuh atau paling lambat berdasarkan pola nasional.

Pusat Pertumbuhan dan Hirarki Wilayah

Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan wilayah, perlu


diidentifikasi wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan yang mampu
menggerakkan ekonomi wilayah di sekitarnya. Melalui pendekatan konsep
wilayah nodal, dapat diketahui wilayah yang menjadi pusat-pusat pertumbuhan
dan seberapa besar dampaknya dalam memberikan multiplier effect terhadap
wilayah lain.
Menurut Tarigan (2008), suatu wilayah atau kawasan dapat dijadikan
sebagai pusat pertumbuhan apabila memenuhi kriteria sebagai pusat pertumbuhan,
baik secara fungsional maupun secara geografis. Secara fungsional, pusat
pertumbuhan merupakan lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri
yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga
mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah
belakangnya). Secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan lokasi dengan
fasilitas dan kemudahan yang mampu menjadi pusat daya tarik (pole of attraction)
serta menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi dan
masyarakat pun memanfaatkan fasilitas yang ada di lokasi tersebut. Wilayah
sebagai pusat pertumbuhan pada dasarnya harus mampu mencirikan antara lain:
hubungan internal dari berbagai kegiatan atau adanya keterkaitan antara satu
sektor dengan sektor lainnya, keberadaan sektor-sektor yang saling terkait
menciptakan efek pengganda yang mampu mendorong pertumbuhan daerah
belakangnya, adanya konsentrasi geografis berbagai sektor atau fasilitas yang
menciptakan efisiensi, serta terdapat hubungan yang harmonis antara pusat
pertumbuhan dengan daerah belakangnya.
 12  

Anwar (2005) mengemukakan bahwa pendekatan analisis pembangunan


wilayah yang lebih tepat harus mampu mencerminkan adanya kerangka berfikir
yang menyangkut interaksi antara aktivitas-aktivitas ekonomi spasial dan
mengarah pada pemanfaatan sumberdaya secara optimal antara kegiatan di
kawasan kota-kota dan wilayah-wilayah belakangnya (hinterland), di samping
interaksi tersebut berlangsung dengan wilayah-wilayah lainnya yang lebih jauh.
Kawasan kota dan wilayah belakangnya dapat terjadi hubungan fungsional yang
tumbuh secara interaktif yang dapat saling mendorong atau saling menghambat
dalam mencapai tingkat kemajuan optimum bagi keseluruhannya.
Menurut Panuju dan Rustiadi (2013), berdasarkan konsep wilayah nodal,
pusat maupun hinterland suatu wilayah memiliki ciri khas dimana inti mengatur
proses berjalannya interaksi dari komponen sel dan hinterland mendukung
keberlangsungan hidup sel dan mengikuti pengaturan yang dibangun oleh inti.
Jika suatu wilayah dianalogikan sebagai satu sel, maka dalam wilayah kota utama
yang menjadi inti dari wilayah memiliki fungsi penting yang berperan besar
dalam mempengaruhi jalannya interaksi antar berbagai hinterland. Pusat memiliki
daya tarik kuat bagi elemen di hinterland. Daya tarik tersebut secara harfiah
berupa berbagai layanan yang didukung fasilitas dan infrastruktur yang lengkap.
Hinterland mendukung berjalannya proses penting yang dilakukan di pusat.
Proses-proses penting tersebut terdiri dari proses-proses transaksi dan peningkatan
nilai tambah produksi. Industri dan jasa sebagai aktifitas yang berperan besar
dalam peningkatan nilai tambah akan berkembang pesat di inti (kota) dengan
fasilitas yang lengkap tersebut. Sebaliknya, hinterland sebagai pendukung
berlangsungnya proses di pusat memiliki keunggulan sumberdaya dasar untuk
mendukung proses peningkatan nilai tambah di pusat.
Secara teknis identifikasi pusat dan hinterland dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah
penduduknya. Pusat yang memiliki daya tarik kuat karena lengkapnya fasilitas
dicirikan dengan jumlah unit dan jumlah jenis fasilitas yang lebih lengkap
dibandingkan dengan hinterland. Disamping fasilitas umum, pusat juga
berpotensi memiliki industri dan jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas
yang secara relatif paling lengkap dibandingkan dengan unit wilayah yang lain.
Selanjutnya wilayah pusat tersebut disebut sebagai wilayah berhirarki lebih tinggi
(Hirarki – I) dan sebaliknya semakin jauh dari pusat pengaruh manfaat dari
layanan semakin kecil, maka akan cenderung memiliki hirarki lebih rendah.
Dengan demikian, wilayah yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas umum,
industri serta jumlah penduduk dengan kuantitas dan kualitas paling rendah
merupakan wilayah hinterland dari unit wilayah yang lain.
Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan wilayah, perlu
diidentifikasi wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan yang mampu
menggerakan ekonomi wilayah di sekitarnya. Melalui pendekatan konsep wilayah
nodal, dapat diketahui wilayah yang menjadi pusat-pusat (inti) dan wilayah yang
menjadi pendukung (hinterland). Asumsi yang digunakan adalah bahwa
penduduk mempunyai kecenderungan untuk bergerombol di suatu lokasi dengan
kondisi fisik, sosial dan ekonomi yang secara relatif terbaik untuk komunitasnya.
wilayah dengan fasilitas umum terlengkap memiliki kecenderungan sebagai pusat
bagi wilayah di sekitarnya (Panuju dan Rustiadi, 2013).
 
13  

Pembangunan Ekonomi

Rustiadi et al. (2009) mengemukakan bahwa aspek ekonomi adalah salah


satu aspek terpenting dalam menentukan indikator pembangunan wilayah. Di
antara berbagai indikator ekonomi, indikator mengenai pendapatan masyarakat di
suatu wilayah merupakan indikator terpenting. Untuk itu diperlukan pemahaman
mengenai konsep – konsep dan cara mengukur pendapatan masyarakat di suatu
wilayah.
Dalam beberapa varian pemikiran, pembangunan diidentikkan dengan
pertumbuhan ekonomi melalui pembentukan modal. Oleh karena itu, setelah
Perang Dunia II, strategi pembangunan yang ditempuh di beberapa negara adalah
akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan
melakukan industrialisasi. Pengalokasian sumberdaya termasuk sumberdaya
finansial (modal) merupakan jembatan yang dapat menciptakan jalannya roda
perekonomian yang lebih mengarah pada tujuan – tujuan yang paling mendasar
dari pembangunan itu sendiri misalnya : pengentasan kemiskinan, semakin
meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat, dan menurunnya tingkat
ketidakmerataan pendapatan. Dalam situasi serba terbatas, maka pengalokasian
sumberdaya (anggaran pembangunan) pada suatu sektor pembangunan (misalnya :
industri) bisa mengurangi ketersediaan anggaran pembangunan bagi sektor lain
(misalnya : pertanian). Oleh karena itu, untuk mengelola arah pembangunan pada
satu tujuan (misalnya: distribusi pendapatan yang lebih baik) dan tidak
mengorbankan tujuan pembangunan lainnya (misalnya ; pertumbuhan ekonomi
yang cepat) diperlukan kebijakan – kebijakan terbaik dalam alokasi sumberdaya
(anggaran pembangunan).
Pendapatan wilayah merupakan gambaran pendapatan masyarakat di suatu
wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah ukuran produktivitas
wilayah yang paling umum diterima secara luas sebagai standar ukuran
pembangunan dalam skala wilayah. PDRB pada dasarnya adalah total produksi
kotor dari suatu wilayah, yakni total nilai tambah dari semua barang dan jasa yang
diproduksi di suatu Negara atau wilayah dalam periode satu tahun. Artinya PDRB
menunjukkan nilai tambah dari aktivitas manusia.
PDRB yang dibagi dengan jumlah penduduk akan menunjukkan pendapatan
per kapita masyarakat di suatu wilayah (Rustiadi et al., 2009). Pendapatan per
kapita yang tinggi di suatu wilayah akan menjadi daya tarik penduduk untuk
berimigrasi ke wilayah tersebut. Tingkat imigrasi yang tinggi akan menyebabkan
tingginya pertumbuhan penduduk (social increase), faktor kelahiran dan kematian
(natural increase), sehingga pembangunan ekonomi wilayah yang tinggi menjadi
penyebab meningkatnya pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut.
Prasetyo dan Firdaus (2009) mengemukakan bahwa pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah sebagai
mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negaranya. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil pembangunan yang
telah dilakukan dan juga berguna untuk menentukan arah pembangunan di masa
yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang positif menunjukkan adanya
peningkatan perekonomian sebaliknya pertumbuhan ekonomi yang negatif
menunjukkan adanya penurunan.
 14  

Keterpaduan sektoral menuntut adanya keterkaitan fungsional dan sinergis


antara sektor-sektor pembangunan, sehingga setiap program-program
pembangunan dalam kelembagaan sektoral dilaksanakan dalam kerangka
pembangunan wilayah. Keterpaduan sektoral tidak hanya mencakup hubungan
antarlembaga pemerintahan tetapi juga antara pelaku- pelaku ekonomi secara luas
dengan latar sektor yang berbeda. Dalam hal ini wilayah yang berkembang
ditunjukkan dengan adanya keterkaitan antar sektor ekonomi wilayah, sehingga
terjadi transfer input dan output barang dan jasa antar sektor yang sangat dinamis.
Keterpaduan spasial membutuhkan interaksi spasial yang optimal yang
ditunjukkan dengan adanya struktur keterkaitan antar wilayah yang dinamis
(Rustiadi et al., 2009).
Upaya pengembangan keunggulan komparatif suatu sub-sektor dilakukan
melalui pendekatan pada potensi sumberdaya lokal. Sektor yang dikembangkan
harus mampu menyerap tenaga kerja lokal dengan didukung oleh kesesuaian
lingkungan sumberdaya lokal. Untuk memetakan sektor unggulan di suatu
wilayah, salah satunya bisa didekati dengan menggunakan data nilai tambah
(PDRB) yang dicapai masing-masing sektor. Analisis capaian PDRB merupakan
salah satu pendekatan yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi sektor
unggulan berdasarkan kapasitas aktual masing-masing sektor (Rustiadi et al.,
2009).
Untuk menentukan prioritas wilayah pembangunan tingkat kecamatan, salah
satunya bisa didekati berdasarkan tingkat efisiensi pembangunan wilayah.
Menurut Spurgeon (1999), dalam meningkatkan efisiensi alokasi sumberdaya,
pemerintah menghadapi tantangan bagaimana memaksimumkan pendapatan
ekonomi melalui penggunaan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki dalam
bentuk tenaga kerja, modal dan sumberdaya alam. Berdasarkan pendapat tersebut
maka untuk mengukur efisiensi perkembangan ekonomi kecamatan di wilayah
Kabupaten Bogor, dilakukan pendekatan analisis efisiensi penggunaan
sumberdaya- sumberdaya yang dimiliki wilayah terhadap peningkatan ekonomi
wilayah. Untuk melakukan pendekatan terhadap pendapat Spurgeon (1999),
dalam penelitian ini dilakukan salah satu analisis efisiensi wilayah yaitu analisis
efisiensi modal dalam bentuk ketersediaan sarana prasarana jalan.
Dalam menetapkan prioritas penanganan jaringan jalan, salah satunya bisa
didekati berdasarkan tingkat efisiensi pembangunan wilayah dengan
menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Sejak diperkenalkan
pada Tahun 1978, metode DEA mendapatkan perhatian komprehensif baik secara
teori maupun aplikasi. Saat ini DEA menjadi alat analisis penting dalam riset
terkait ilmu manajemen, penelitian operasional, sistem enjinering, analisis
keputusan dan sebagainya (Wen dan Li, 2009).
Menurut Vazhayil dan Balasubramaniam (2013), analisis DEA banyak
digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan berdasarkan efisiensi suatu
unit dalam berbagai bidang analisis. Salah satunya dapat digunakan untuk
melakukan analisis efisiensi dalam mengoptimasi kekuatan sektor strategis.
Output yang digunakan yaitu adalah tingkat pertumbuhan (growth),
keberimbangan (equity) dan input yang digunakan bisa berupa biaya yang
dikeluarkan (cost) dan hambatan/batasan (barrier) dari sektor tersebut.
 
15  

Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan linier programming berbasis


metode non-parametrik untuk menduga efisiensi relatif dari unit pengambilan
keputusan. DEA membuat batasan fungsi frontier dengan membandingkan antara
rasio multi input dengan multi output dari unit sejenis yang diambil dari hasil
pendugaan. DEA pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes
pada Tahun 1978 (Bayyurt dan Yilmaz, 2012).

Infrastruktur Jaringan Jalan

Prasetyo dan Firdaus (2009) mengemukakan bahwa pemerintah dalam


melaksanakan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia mengeluarkan
sejumlah kebijakan untuk meringankan beban dunia usaha. Prioritas pertama,
pemerintah meminta pemda memberikan fasilitas dan kemudahan agar usaha bisa
tetap berjalan baik. Prioritas kedua adalah peningkatan pembangunan proyek
infrastruktur di seluruh Indonesia untuk mengatasi gelombang pengangguran,
seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga, energi, perhubungan dan perumahan.
Selain akan menyerap tenaga kerja, proyek infrastruktur juga membuat
perekonomian akan bergerak. Untuk ini anggaran infrastruktur akan diprioritaskan
pengalokasiannya dalam APBN dan APBD. Diharapkan dengan cara tersebut
pengangguran dapat teratasi dan dikurangi, serta infrastruktur perekonomian yang
diperlukan untuk menggerakkan sektor riil bisa ditingkatkan lebih baik lagi.
Prioritas ketiga adalah upaya pemerintah pusat dan daerah melindungi dan
membantu meringankan beban golongan menengah kebawah yang mengalami
kesulitan di bidang perekonomian.
Kodoatie dalam Prasetyo dan Firdaus (2009) mendefinisikan infrastruktur
sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-
agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga
listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Sistem Infrastruktur merupakan
pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan
sebagai fasilitas- fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan,
instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem
sosial dan sistem ekonomi masyarakat.
The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu:
1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal,
irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan
terbang dan sebagainya).
2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi.
3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi
dan koordinasi.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis
infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur
transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum
dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan
 16  

infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur


tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya
yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
menyebutkan bahwa jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam
bentuk apapun, meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Sistem Jaringan Jalan adalah suatu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki. jalan
diklasifikasikan berdasarkan status kewenangannya (Peraturan Pemerintah Nomor
34 Tahun 2006 tentang Jalan), yaitu Klasifikasi jalan berdasarkan status
kewenangan terdiri atas :
1. Jalan Nasional, yaitu ruas jalan yang karena tingkat kepentingan dan
kewenangan pembinaannya berada pada pemerintah pusat. Ruas jalan yang
termasuk dalam klasifikasi ini adalah : (i). Jalan arteri primer (ii). Jalan
kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi (iii). Jalan
lainnya yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan
nasional(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan) .
2. Jalan Propinsi, yaitu ruas jalan yang berdasarkan tingkat kepentingan dan
kewenangan pembinaannya diserahkan pada Pemerintah Daerah Propinsi.
Ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi ini adalah : (i). Jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten, propinsi dengan
ibukota kabupaten/kota. (ii). Jalan lainnya yang mempunyai nilai strategis
ditinjau dari segi kepentingan propinsi. (iii). Jalan yang ada di dalam Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, kecuali yang ditetapkan sebagai jalan nasional
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan).
3. Jalan Kota/Kabupaten, yaitu ruas jalan yang berdasarkan tingkat
kepentingan dan kewenangan pembinaannya diserahkan kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota. Ruas jalan yang termasuk dalam klasifikasi ini
adalah : Jalan kolektor primer yang tidak masuk ke dalam baik jalan
nasional maupun jalan propinsi, Jalan lokal primer, Jalan sekunder yang
tidak masuk ke dalam baik jalan nasional maupun jalan propinsi, Jalan
sekunder yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL), atau antar PKL, Jalan lainnya yang mempunyai nilai
strategis ditinjau dari segi kepentingan kabupaten/kota. Serta Jalan khusus,
yaitu jalan yang berdasarkan tingkat kepentingannya bersifat khusus, maka
kewenangannya diserahkan kepada instansi/badan hukum/perseorangan
yang membangun dan mengelola jalan tersebut.
4. Jalan Desa, yaitu jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan yang wewenangnya
diserahkan kepada pemerintah desa (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2006 tentang Jalan).
 
17  

Dalam menetapkan prioritas penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor


perlu dilakukan pemilihan alternatif kecamatan berdasarkan perkembangan
wilayah masing-masing kecamatan. Hal ini sejalan dengan pendapat Rustiadi, et
al. (2009) mengenai konsep pembangunan berimbang yaitu pembangunan yang
tidak mengharuskan adanya kesamaan tingkat pembangunan antar daerah (equally
developed), juga tidak menuntut pencapaian tingkat industrialisasi wilayah/daerah
yang seragam, juga bentuk-bentuk keragaman pola dan struktur ekonomi daerah,
atau juga tingkat pemenuhan kebutuhan dasar (self sufficiency) setiap
wilayah/daerah. Pembangunan yang berimbang adalah terpenuhinya potensi-
potensi pembangunan sesuai dengan kapasitas pembangunan setiap
wilayah/daerah yang jelas-jelas beragam.
  Untuk   memilih   alternatif   penanganan   jaringan   jalan   di   Kabupaten  
Bogor   digunakan   metode   Multi   Criteria   Decisian   Making/   MCDM   (AHP   –  
TOPSIS).  AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu:
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-
bagian secara hirarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus.
Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan,
kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi
lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria
yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu
elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana
elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir
sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan
terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
2. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgements).
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua
elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari
elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka.
Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan
menghasilkan prioritas. Penyusunan skala penilaian ini memakai pedoman
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
3. Sintesis Prioritas
Sintesis prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas
dari kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap
elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau
dikenal dengan prioritas global   yang   kemudian   digunakan   untuk  
memboboti   prioritas   lokal   dari   elemen   di   level   terendah   sesuai   dengan  
kriterianya.
 18  

Tabel 3. Skala Dasar Ranking Analytical Hierarchy Process (AHP)


Tingkat Definisi
Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain
7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Sumber : Saaty (1980)

Menurut Simanaviciene dan Ustinovichius (2010), MCDM secara praktis


digunakan dalam sistem pendukung keputusan kuantitatif. Metode ini sangat
berbasis matematis. Metode MCDM berbasis kuantitatif yang umumnya
digunakan yaitu adalah Metode Linear Assignment, Metode Simple Additive
Weighting, Metode Hierarchical Additive Weighting, Metode ELECTRE dan
metode TOPSIS.
Menurut Shih, et al. (2007), TOPSIS (Technique for Order Performance by
Similarity to Ideal Solution) merupakan teknik yang sangat berguna dalam
kaitannya dengan permasalahan pengambilan keputusan multi-atribut atau multi-
kriteria di dunia nyata. TOPSIS membantu para pengambil keputusan untuk
mengelola permasalahan-permasalahan untuk dipecahkan, menganalisis,
membandingkan serta mengurutkan banyak alternatif sehingga dapat diseleksi
mana alternatif yang layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan pendapat Shih, ada
empat kelebihan dari metode TOPSIS dibandingkan dengan metode lainnya yaitu:
1. Logis dalam merepresentasikan pilihan-pilihan secara rasional;
2. Sebuah nilai skalar yang dapat menghitung alternatif-alternatif terburuk dan
terbaik secara simultan;
3. Proses komputasi yang sederhana dan dapat diprogram secara mudah;
4. Penilaian kinerja dari semua alternatif atau atribut dapat divisualisasikan
dalam polihedron dan dua dimensi.
 
19  

3. METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Bogor yang memiliki luas ± 298.838,304


ha dan secara geografis terletak diantara 6º18'0" – 6º47'10" Lintang Selatan dan
106º23'45" – 107º13'30" Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut
: Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten
Tangerang, Kota Depok, Kabupaten/Kota Bekasi; Sebelah Barat, berbatasan
dengan Kabupaten Lebak; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten
Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta; Sebelah Selatan,
berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur; Bagian Tengah
berbatasan dengan Kota Bogor. Lokasi penelitian mencakup semua kecamatan
yang ada yaitu 40 kecamatan. Penelitian dilaksanakan pada Bulan April -
September 2015.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data sekunder dan
data primer. Data sekunder meliputi:
1. Data diperoleh dari BPS Kabupaten Bogor berupa data Kabupaten Dalam
Angka Tahun 2014, yaitu :
(a) data jarak wilayah ke pusat pelayanan,
(b) data jumlah dan jenis sarana kesehatan,
(c) data jumlah dan jenis sarana pendidikan,
(d) data sarana transportasi,
(e) data jumlah dan jenis sarana komunikasi,
(f) data jumlah dan jenis industri,
(g) data jumlah dan jenis sarana perdagangan,
(h) data jumlah dan jenis koperasi serta
(i) data jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kredit/perbankan.
2. Data indikator perkembangan sektor-sektor ekonomi Kabupaten Bogor.
Data yang digunakan adalah data PDRB Kabupaten Bogor dan tiap
kecamatan Tahun 2013 yang merupakan data paling baru berdasarkan
laporan BPS .
3. Data indikator perkembangan sektor-sektor pertanian kecamatan di
Kabupaten Bogor. Data yang digunakan adalah data hasil produksi sektor
pertanian tanaman pangan, sayuran, buah – buahan, tanaman pangan,
anaman perkebunan, peternakan, dan perikanan di Kabupaten Bogor Tahun
2008 dan 2013.
4. Peta dasar meliputi peta batas administrasi wilayah, peta jaringan jalan. Peta
diperoleh dari Bappeda Kabupaten Bogor.

Data primer yang digunakan adalah data preferensi responden. Data primer
diperoleh melalui penyebaran kuesioner untuk mengetahui pendapat responden
terkait pembobotan arahan penanganan jaringan jalan yang perlu di prioritaskan.
Responden yang dimaksud adalah stakeholder yang terdiri dari unsur
 20  

pemerintahan. Pengambilan data responden dilakukan dengan menggunakan


metode Purposive Sampling. Alat analisis yang digunakan adalah software
pengolah data (Excell, SANNA dan Win4DEAP) serta software pengolah peta
(ArcGIS).
Jenis data, sumber data, teknik analisis dan keluaran yang diharapkan untuk
masing-masing tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Bagan Alir Penelitian
disajikan pada Gambar 2.

PDRB per PDRB per sektor tiap PDRB, jumlah


sektor tiap kecamatan tahun 2013 dan penduduk, jumlah dan
kecamatan hasil produksi sub sektor jenis fasilitas sarana
tahun 2013   pertanian 2008 dan 2013   dan prasarana  

Analisis   Analisis   Analisis  


Entropy   LQ  &  SSA   Skalogram  &  DEA  

Perkemba Keunggulan   Tingkat  efisiensi  


ngan   komparatif  dan   pembangunan  &  
aktifitas   kompetitif   tingkat  hirarki  wilayah  
ekonomi  

Analisis  MCDM  
AHP-­‐TOPSIS  

Arahan  prioritas  penanganan  jaringan  


jalan  di  Kabupaten  Bogor  

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian


Tabel 4. Jenis Data, Sumber Data, Teknik Analisis dan Keluaran

No   Tujuan   Jenis Data   Sumber Data   Teknik Teknik Output/ keluaran  


Pengumpulan Analisis
Data   Data  
1   Mengetahui perkembangan PDRB per sektor tiap BPS, Survey data Entropy dan Tingkat perkembangan
aktifitas ekonomi wilayah kecamatan tahun 2013, peta BAPPEDA   sekunder   ArcGis ekonomi wilayah
berdasarkan sebaran dasar administrasi (Pemetaan) Kabupaten Bogor dan
(Diversitas)tiap sektor dan Kabupaten Bogor     Peta tingkat
melakukan pemetaan wilayah perkembangan aktifitas
tingkat perkembangan aktifitas ekonomi wilayah  
ekonominya  

2   Mengetahui keunggulan PDRB per sektor tiap BPS, Survey data LQ dan SSA   Informasi Sektor Basis
komparatif dan keunggulan kecamatan tahun 2013 dan BAPPEDA   sekunder   dan Komoditas
kompetitif   Hasil Produksi Sub Sektor Unggulan Pertanian
Pertanian tahun 2008 dan
2013  
3   Mengetahui efisiensi PDRB per sektor tiap BPS, Survey data DEA   Efisiensi Pembangunan
pembangunan Wilayah kecamatan tahun 2013 dan BAPPEDA   sekunder   Wilayah  
(Pemanfaatan Sarana Prasarana Jumlah Sarana&Prasarana
jalan)   (Jalan)  

4   Mengetahui Tingkat Hirarki Data jumlah penduduk, BPS, Survey data Skalogram Tingkat Hirarki Wilayah
Wilayah dan melakukan jumlah dan jenis fasilitas BAPPEDA   sekunder   dan ArcGis dan Peta hirarki wilayah  
pemetaan hirarki wilayah   sarana dan prasarana, peta (Pemetaan)  
dasar administrasi
Kabupaten Bogor
5   Menentukan arahan prioritas Hasil Analisis, peta dasar Hasil analisis,   Perhitungan AHP- Arahan pembangunan
penanganan jaringan jalan dan administrasi Kabupaten analisis   TOPSIS dan jaringan jalan, Peta
melakukan pemetaan prioritas Bogor   ArcGis prioritas penanganan
 

penanganan jalan (Pemetaan)   jalan  


21  

 
 22  

Metode Analisis Data

Analisis Perkembangan Aktifitas Ekonomi Wilayah


Perkembangan suatu wilayah dapat dipahami dari semakin meningkatnya
jumlah komponen sistem serta penyebaran (jangkauan spasial) komponen sistem
tersebut. Kedua hal tersebut pada dasarnya bermakna peningkatan kuantitas
komponen serta perluasan hubungan spasial dari komponen di dalam sistem
maupun dengan sistem luar. Suatu sistem dikatakan berkembang jika jumlah dari
komponen/aktifitas sistem tersebut bertambah atau aktifitas dari komponen sistem
tersebar lebih luas. Perkembangan suatu wilayah dapat ditunjukkan dari semakin
meningkatnya komponen wilayah, misalnya alternatif sumber pendapatan wilayah
dan aktifitas perekonomian di wilayah tersebut, semakin luasnya hubungan yang
dapat dijalin antara subwilayah-subwilayah dalam sistem tersebut maupun dengan
sistem sekitarnya. Perluasan jumlah komponen aktifitas ini dapat dianalisis
dengan menghitung indeks diversifikasi dengan konsep entrophy (Panuju dan
Rustiadi, 2013).
Prinsip pengertian indeks Entropi adalah semakin beragam aktifitas atau
semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi Entropi wilayah. Artinya
wilayah tersebut semakin berkembang. Semakin tinggi entropi semakin
berkembang suatu sistem. Entropi selalu lebih besar dari 0 dengan pola hubungan
antara peluang komponen dengan nilai entropinya berbentuk kurva kuadratik
dengan nilai maksimum 1/n. Artinya entropi akan maksimum pada saat peluang di
seluruh komponen sama dengan 1/n. Nilai entropi maksimumnya adalah sebesar
ln (n). Persamaan umum Entropi adalah sebagai berikut:
S = - ∑ Pi Ln (Pi)
Dimana : Pi adalah peluang yang dihitung dari persamaan :
xi/∑X, dan
∑Pi = 1
x1 x2 x3 x4 = X
x1/X x2/X = 1
Jika matrix terdiri dari baris dan kolom yang cukup banyak, maka persamaan
untuk menghitung peluang titik pada kolom ke-i dan baris kej adalah :
Pij=xij/Xij, dimana: i = 1,2,...,p ; j = 1,2,...,q ; Pij = Peluang titik satu
kecamatan ; xij = nilai PDRB Satu kecamatan ; Xij = nilai PDRB Total
Kabupaten Bogor.
Dalam identifikasi tingkat perkembangan sistem dengan konsep entropi ini
berlaku bahwa semakin tinggi nilai entropi maka tingkat perkembangan suatu
sistem akan semakin tinggi. Nilai entropi selalu lebih besar atau paling tidak sama
dengan 0 (S ≥ 0). Nilai maksimum entropi diperoleh pada saat nilai peluangnya
sama dengan 1/n, dimana n adalah jumlah seluruh titik (sektor/ komponen/
jangkauan spasial). Nilai entropi maksimum tersebut akan sama dengan ln (n).
Nilai ln(n) maksimum terjadi dalam kondisi seluruh lokasi dan atau aktifitas
memiliki nilai sama. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa seluruh aktifitas
berkembang dengan peluang perkembangan yang sama. Sementara itu nilai
minimum sama dengan 0 yang terjadi pada saat seluruh aktifitas dan atau seluruh
lokasi sama dengan 0.
 
23  

Indeks entropi digunakan untuk mengukur perkembangan aktifitas ekonomi


di Kabupaten Bogor berdasarkan sebaran (diversitas) PDRB tiap sektor. Analisis
entropi wilayah dilakukan terhadap 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor.
Komponen yang dianalisis adalah nilai PDRB tiap sektor di tiap kecamatan. Data
yang digunakan adalah data PDRB 40 Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun
2013 atas dasar harga konstan yang dipublikasikan BPS pada Tahun 2014. Data
PDRB yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis Sektor Ekonomi Basis dan Komoditas Unggulan Pertanian


Untuk menganalisis keunggulan komparatif kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Bogor dalam penelitian ini digunakan data indikator perkembangan
sektor-sektor ekonomi 40 kecamatan di Kabupaten Bogor dengan menggunakan
data PDRB berdasarkan harga konstan Tahun 2013. Untuk menganalisis
komoditas unggulan pertanian kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor dalam
penelitian ini digunakan data hasil produksi subsektor pertanian di 40 kecamatan
di Kabupaten Bogor Tahun 2013 yang terdiri dari pertanian tanaman pangan,
tanaman sayuran, tanaman buah – buahan, tanaman perkebunan, peternakan dan
perikanan.

1) Analisis Location Quotient (LQ)


Analisis LQ dapat digunakan untuk melihat sektor basis atau non basis pada
suatu wilayah perencanaan dan dapat mengidentifikasi sektor basis atau
keunggulan komparatif suatu wilayah (Rustiadi et al., 2009). Metode analisis LQ
pada penelitian ini. menggunakan data PDRB per sektor dari tiap sub-wilayah.
Metode LQ dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :
LQij : Indeks kuosien lokasi sub-wilayah i untuk sektor j.
Xij : PDRB masing-masing sektor j di sub-wilayah i.
Xi. : PDRB total di sub-wilayah i.
X.j : PDRB total sektor j di wilayah.
X.. : PDRB total seluruh sektor di wilayah.

Perhitungan nilai indeks LQ menggunakan beberapa asumsi berikut: (1)


digali dari kondisi geografis wilayah yang menyebar relatif seragam, (2) pola-pola
aktifitas di seluruh unit analisis bersifat seragam, dan (3) produk yang dihasilkan
dari setiap aktifitas sama dan diukur dalam satuan yang sama. Implikasi dari
asumsi tersebut adalah bahwa seluruh data representasi aktifitas yang diukur dapat
dijumlahkan dan nilai penjumlahannya bermakna. Beberapa catatan untuk
menginterpretasikan hasil analisis LQ, adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai LQij > 1, maka terdapat indikasi konsentrasi aktifitas ke-j di sub
wilayah ke-i atau terjadi pemusatan aktifitas ke-j di sub wilayah ke-i. Dapat
juga diterjemahkan bahwa wilayah ke-i berpotensi untuk mengekspor
 24  

produk aktifitas ke-j ke wilayah lain karena secara relatif produksinya di


atas rata-rata produksi di seluruh cakupan wilayah analisis.
2. Jika nilai LQij = 1, maka sub wilayah ke-i mempunyai pangsa aktifitas ke-j
setara dengan pangsa sektor ke-j di seluruh wilayah. Jika diasumsikan
sistem perekonomian tertutup, dimana pertukaran produk atau perdagangan
hanya terjadi dalam wilayah yang dianalisis dan bisa dicukupi secara
internal dalam cakupan wilayah tersebut, maka wilayah i secara relatif
mampu memenuhi kebutuhan internalnya, namun tidak memiliki surplus
produksi yang potensial bisa diekspor ke wilayah lain.
3. Jika LQij < 1, maka sub wilayah ke-i mempunyai pangsa relatif lebih kecil
dibandingkan dengan pangsa aktifitas ke-j di seluruh wilayah, atau pangsa
relatif aktifitas ke-j di wilayah ke-i lebih rendah dari rataan aktifitas ke-j di
seluruh wilayah.
Data yang digunakan dalam analisis LQ adalah data PDRB per- sektor di
wilayah seluruh kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2013.

2) Shift Share Analysis (SSA)


Menurut Rustiadi et al. (2009), untuk melihat potensi pertumbuhan produksi
sektoral dari suatu kawasan/ wilayah dapat digunakan Shift Share Analysis (SSA).
Saat ini teknik SSA banyak digunakan karena kesederhanaan prosedurnya
sehingga mudah dipahami oleh mereka yang mendapatkan pelatihan minimal
dalam analisis kuantitatif. SSA sangat bermanfaat untuk membandingkan antara
ekonomi regional dengan nasional serta mengidentifikasi sektor yang paling pesat
tumbuh atau paling lambat berdasarkan pola nasional.
Shift Share Analysis merupakan salah satu analisis untuk memahami
pergeseran struktur aktivitas di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu
referensi (cakupan wilayah yang lebih luas) dalam dua titik waktu. Selain itu SSA
juga dapat menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas
tertentu di suatu wilayah tertentu serta menjelaskan kinerja aktivitas tertentu di
wilayah tertentu. Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari 3 komponen hasil
analisis, yaitu :
1. Komponen Laju Pertumbuhan Total (komponen regional share). Komponen
ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang
menunjukkan dinamika total wilayah.
2. Komponen Pergeseran Proporsional (komponen proportional shift).
Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktivitas tertentu secara
relatif,dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah
yang menunjukkan dinamika sektor/aktivitas total dalam wilayah.
3. Komponen Pergeseran Diferensial (komponen differential shift). Ukuran ini
menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktivitas
tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktivitas tersebut
dalam wilayah. Komponen ini menunjukkan (keunggulan/ ketakunggulan)
suatu sektor/aktivitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktivitas
tersebut di sub wilayah lain. Persamaan SSA adalah sebagai berikut :
 
25  

dimana :
a : Komponen share
b : Komponen proportional shift
c : Komponen differential shift
X.. : Nilai total hasil produksi pertanian dalam total wilayah
X.j : Nilai total hasil produksi pertanian tertentu dalam total wilayah
Xij : Nilai total hasil produksi pertanian tertentu dalam unit wilayah tertentu
t1 : Titik Tahun 2013
t0 : Titik Tahun 2008
Data yang digunakan dalam analisis SSA adalah data hasil produksi
subsektor pertanian di 40 kecamatan di Kabupaten Bogor yang terdiri dari
pertanian tanaman pangan, tanaman sayuran, tanaman buah – buahan, tanaman
perkebunan, peternakan dan perikanan   dalam dua titik tahun yaitu Tahun 2008
dan Tahun 2013.

Analisis Efisiensi Pembangunan Wilayah dan Hirarki Wilayah


Untuk menetapkan prioritas penanganan jaringan jalan, dalam penelitian ini
digunakan dua metode analisis yaitu analisis efisiensi wilayah menggunakan DEA
(Data Envelopment Analysis) dan analisis hirarki wilayah dengan menggunakan
metode skalogram. Analisis DEA digunakan untuk menentukan prioritas
penanganan jaringan jalan kecamatan berdasarkan tingkat efisiensi wilayah.
Analisis skalogram digunakan untuk menentukan prioritas penanganan jaringan
jalan di tiap kecamatan berdasarkan ketersediaan jumlah dan jenis sarana
pelayanan.

1) Data Envelopment Analysis (DEA)


Model matematis umum metode DEA yang biasa digunakan dalam
mengukur efisiensi relatif suatu DMU dibandingkan DMU sejenis dapat
dituliskan sebagai berikut :
Min θ
Subject to

Keterangan:
N : jumlah Kecamatan
m : jumlah input
s : jumlah output
xij : nilai input ke-I Kecamatan j
yrj : nilai output ke-s Kecamatan j
λj : bobot Kecamatan j untuk Kecamatan yg dihitung
 26  

Kanellopoulos et al. (2012) menggambarkan contoh sederhana analisis


efisiensi DEA dengan menggunakan satu input dan satu output seperti pada
Gambar 3.

Gambar 3 Grafik Representasi Satu Input dan Satu Output DEA

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa DMU A dan B merupakan DMU yang
efisien (skor 1), DMU C efisien tetapi lemah karena membutuhkan input yang
besar, sementara DMU D berada dibawah garis frontir sehingga dianggap tidak
efisien dibanding DMU lainnya (Skor kurang dari 1). Agar efisien, DMU D bisa
direfleksikan ke titik F yang merupakan kombinasi DMU A dan B yang memiliki
output yang sama dengan titik D tetapi dengan input yang lebih sedikit. Titik D
juga bisa diproyeksikan ke titik H (kombinasi antara DMU B dan C) yang
memiliki input sama tapi dengan output yang lebih tinggi. Agar DMU D menjadi
efisien, efisiensi berorientasi input dihitung dengan rumus θ–GF/GD. Sementara
efisiensi orientasi output dihitung dengan rumus θ–ID/IH.
Menurut Hadinata dan Manurung (2010), pada dasarnya prinsip kerja model
DEA adalah membandingkan data input dan output dari suatu organisasi data
(Decision Making Unit-DMU) dengan data input dan output lainnya pada DMU
yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi.
Model DEA digunakan sebagai perangkat untuk mengukur kinerja dan memiliki
keunggulan dibandingkan model lain. Keunggulan tersebut yaitu:
1. Model DEA dapat mengukur banyak variabel input dan variabel output;
2. Tidak diperlukan asumsi hubungan fungsional antara variabel-variabel yang
diukur;
3. Variabel input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
Analisis DEA digunakan dengan tujuan untuk melihat wilayah mana yang
yang efisien dan wilayah mana yang kurang efisien. DMU (Decision Making
Unit) dalam penelitian ini adalah 40 kecamatan di kabupaten Bogor sebagai
alternatif unit wilayah yang akan dianalisis dari sisi efisiensinya. Selanjutnya
ditetapkan kriteria-kriteria sebagai pembatas dalam menentukan wilayah mana
yang memiliki kinerja paling efisien.
Kriteria untuk menentukan efisiensi wilayah digunakan kriteri output berupa
hasil capaian pembangunan yaitu capaian PDRB tiap kecamatan. Kriteria input
yang digunakan terdiri dari data jumlah, panjang, dan kondisi baik ruas jalan
kabupaten yang diperoleh dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor
Tahun 2013.
 
27  

2) Analisis Skalogram
Terdapat tiga metode analisis skalogram, yaitu : (1) Metode Gutmann
scales, (2) Metode analisis skalogram sederhana, dan (3) Metode skalogram
dimodifikasi. Ketiga metode memiliki perbedaan penting dengan kelebihan dan
kelemahan masing – masing. Metode Gutmann scales bersifat kualitatif, metode
analisis skalogram sederhana bersifat kuantitatif dengan hanya
mempertimbangkan jumlah dan jenis sarana pelayanan. Metode skalogram
dimodifikasi mempertimbangkan tidak hanya keberadaan fasilitas pelayanan
tetapi juga aspek kapasitas layanan, serta akses berdasarkan jarak fisik dan waktu
tempuh menuju fasilitas tersebut.
Secara umum ketiga metode tersebut memiliki tujuan sama yaitu
dimaksudkan untuk mengidentifikasi ordo atau hirarki relatif di suatu kawasan.
Identifikasi hirarki bersifat relatif. Oleh karena itu, indeks hirarki yang dihasilkan
dari analisis skalogram di suatu populasi tidak dapat diperbandingkan dengan
indeks lain dari populasi yang berbeda kecuali jika dalam proses analisis kedua
populasi digabungkan dan dianalisis sebagai suatu kesatuan entitas populasi.
Metode yang banyak digunakan untuk menentukan hierarki wilayah adalah
analisis struktural berdasarkan Guttman Scales. Metode ini mengidentifikasi
hierarkhi pusat dari fasilitas umum yang dimiliki suatu wilayah. Identifikasi dan
perankingan yang dilakukan didasarkan pada tingkat kelengkapan fasilitas yang
ada di suatu wilayah dan membandingkannya dengan wilayah lain.
Penyusunan tabel skalogram menggunakan asumsi bahwa masing-masing
fasilitas mempunyai bobot dan kualitas yang bersifat indifferent. Proses analisis
skalogram didasarkan pada struktur tabel sebagaimana ditampilkan pada Tabel 5.
Rumus umum analisis skalogram berdasarkan Indeks Hirarki adalah sebagai
berikut:

Tabel 5. Struktur Tabel Analisis Skalogram


 28  

Tahap-tahap dalam penyusunan skalogram adalah sebagai berikut:


1. Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam
unit-unit wilayah. Fasilitas yang tersebar merata di seluruh wilayah diletakkan
dalam urutan paling kiri dan seterusnya sampai fasilitas yang terdapat paling
jarang penyebarannya di dalam seluruh unit wilayah. Angka yang dituliskan
adalah jumlah fasilitas yang dimiliki setiap unit wilayah.
2. Menyusun wilayah sedemikian rupa dimana unit wilayah yang mempunyai
ketersediaan fasilitas paling lengkap terletak di susunan paling atas, sedangkan
unit wilayah dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap terletak di
susunan paling bawah.
3. Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal baik jumlah jenis fasilitas
maupun jumlah unit fasilitas di setiap unit wilayah.
4. Menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh
jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit wilayah.
5. Dari hasil penjumlahan ini posisi teratas merupakan sub wilayah yang
mempunyai fasilitas terlengkap. Posisi terbawah merupakan sub wilayah
dengan ketersediaan fasilitas umum paling tidak lengkap.
6. Jika dari hasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua daerah dengan
jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang sama, maka pertimbangan ke tiga
adalah jumlah penduduk. Sub wilayah dengan jumlah penduduk lebih tinggi
diletakkan pada posisi di atas.
Data yang digunakan dalam analisis skalogram adalah (1) data jumlah
penduduk, (2) data fasilitas pendidikan, (3) data fasilitas kesehatan, (4) data
fasilitas sosial, (5) data fasilitas ekonomi, (6) data fasilitas Jasa, (7) data
aksesibilitas ke fasilitas pendidikan, (8) data aksesibilitas ke fasilitas kesehatan,
(9) data aksesibilitas ke fasilitas ekonomi, dan (10) data aksesibilitas ke fasilitas
jasa.
 
Arahan Prioritas penanganan Jaringan Jalan

1) Arahan Prioritas Penanganan Jaringan Jalan


Penetapan prioritas penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor dalam
penelitian ini digunakan data hasil analisis. Tujuannya adalah untuk melakukan
pemilihan alternatif keputusan terkait arahan penanganan berdasarkan kriteria
terbaik dengan menggunakan analiisis MCDM (Multi Criteria Decision Making)
dengan metode AHP - TOPSIS. Penentuan pembobotan terhadap kriteria yang
telah ditentukan dilakukan dengan menggunakan metode AHP (Analitical
Hierarchy Process). Penentuan pembobotan diperoleh dari wawancara/ kuisioner
kepada 5 orang responden dari unsur pemerintah daerah Kabupaten Bogor sebagai
dasar penyusunan skala kepentingan yang terdiri dari bagian pembangunan
Sekretaris Daerah, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Bina
Marga dan Pengairan, Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta unsur
Kecamatan.
Metode AHP dikembangkan awal tahun 1970-an oleh Thomas L. Saaty, dari
Universitas Pittsburg. Metode AHP digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan yang kompleks atau tidak berkerangka. AHP merupakan metode
untuk membuat urutan alternatif keputusan dan memilih yang terbaik pada saat
pengambil keputusan memiliki beberapa tujuan atau kriteria untuk mengambil
 
29  

keputusan tertentu. Peralatan utama AHP adalah hirarki fungsional dengan input
utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak
terstruktur dipecahkan ke dalam kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok
tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.
TOPSIS pertama kali diperkenalkan oleh oleh Hwang dan Yoon (1981)
sebagai metode pengambilan keputusan multi-kriteria (MCDM), yang
mengidentifikasi solusi dari pemilihan sejumlah alternatif. TOPSIS menggunakan
prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi
ideal positif dan terjauh dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris
dengan menggunakan jarak Euclidean untuk menentukan kedekatan relatif dari
suatu alternatif dengan solusi optimal (Zhang, 2011).
Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik
yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi ideal negatif terdiri dari
seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. TOPSIS
mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak
terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi
ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan
prioritas alternatif bisa dicapai.
Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan
secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami,
komputasinya efisien,dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari
alternatif-alternatif keputusan. Alternatif – alternatif yang telah diranking
kemudian dijadikan sebagai referensi bagi pengambil keputusan untuk memilih
solusi terbaik yang diinginkan.
Adapun langkah-langkah dari metode TOPSIS adalah sebagai berikut :
1. Membangun sebuah matriks keputusan. Matriks keputusan A mengacu
terhadap m alternatif yang akan dievaluasi berdasarkan n kriteria. Matriks
keputusan X dapat dilihat sebagai berikut :
a1 ⎡ X 1 1 X 12 X 31 • • Xn1 ⎤
⎢ Xn 2 ⎥
a 2 ⎢ X 1 2 X 22 X 32 • • ⎥
⎢ X 1 3 X 32 X 33 • • Xn 3 ⎥
A = a•3 ⎢ ⎥
⎢ • • • • • • ⎥
• ⎢ • • • • • • ⎥
am ⎢ ⎥
⎣ X 1 1
⎢ Xm 2 Xm 3 • • Xmn ⎥
⎦
Keterangan :
ai = Alternatif – alternatif yang mungkin
xi = Atribut di mana performansi alternatif diukur
xij = Performasi alternatif ai dengan acuan atribut xj
2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi. Persamaan yang digunakan
dalam mentransformasikan setiap elemen xij adalah sebagai berikut :

Keterangan :
uij = Elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi u
aij = Elemen dari matriks keputusan a
 30  

3. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot. Dengan bobot


W= (w1, w2,…..,wn), dan uij adalah elemen dari matriks keputusan yang
ternormalisasi u maka normalisasi bobot matriks V :
⎡W 1U 11 W 2U 12 W 3U 13 • • WnU 1n ⎤
⎢W 1U 21 W 2U 22 W 3U 23 • • WnU 2 n ⎥
⎢ ⎥
⎢W 1U 31 W 2U 32 W 3U 33 • • WnU 3 n ⎥
V = ⎢ ⎥
⎢ • • • • • • ⎥
⎢ • • • • • • ⎥
⎢ ⎥
⎢⎣W 1Um1 W 2Um 2 W 3Um 3 • • WnUmn ⎥⎦
4. Menentukan matriks solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Solusi ideal
positif dinotasikan dengan A*, sedangkan solusi ideal negatif dinotasikan
dengan A-.

A* = 〈 max Vij / jε J 〉 i = 1, 2,.........M ; j = 1, 2,......N


A− = 〈 min Vij / jε J 〉 i = 1, 2,.........M ; j = 1, 2,......N
5. Menghitung separasi. Si* adalah jarak alternatif dari solusi ideal positif dan
didefinsikan sebagai :

S- adalah jarak alternatif dari solusi ideal negatif dan didefinsikan sebagai :

6. Menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal dengan persamaan :

Dimana:

Dengan Ci* adalah kedekatan relatif dari alternatif ke-i terhadap solusi ideal
positif.
7. Merangking alternatif. Alternatif diurutkan dari C* terbesar ke nilai yang
terkecil dengan ketentuan bahwa alternatif dengan C* terbesar merupakan
solusi yang terbaik.

Sudarya (2013) menggunakan metode TOPSIS dalam penelitiannya untuk


menetapkan arahan pembangunan kecamatan di wilayah pesisir Kabupaten Garut
dengan menggunakan data hasil analisis dan data hasil tabulasi preferensi
stakeholder yang bertujuan untuk melakukan pemilihan alternatif keputusan
terkait arahan pembangunan berdasarkan kriteria terbaik.
 
31  

Tahapan dalam Metode TOPSIS adalah:


1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi
2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot
3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif
4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi ideal
positif dan negatif
5. Menghitung kedekatan dengan solusi ideal
6. Menentukan nilai preferensi untuk setiap Alternatif
Dalam perankingan kecamatan prioritas penanganan jaringan jalan
menggunakan TOPSIS maka ada kriteria yang harus disusun berdasarkan
pertimbangan penyusunan arahan prioritas penanganan jaringan jalan (Tabel 6),
ditetapkan berdasarkan visi, arah kebijakan, serta prioritas pembangunan
Kabupaten Bogor yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor 2013 – 2018, yaitu :
1. Visi Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 adalah “Kabupaten
Bogor menjadi Kabupaten Termaju di Indonesia”. Makna Termaju adalah
bahwa Kabupaten Bogor telah mencapai atau berada pada tingkat kemajuan
yang lebih tinggi atau masyarakat telah menuju ke arah yang lebih baik
maupun berkembang ke arah yang lebih baik. Termaju juga berarti bahwa
Kabupaten Bogor sebagai suatu wilayah terus melakukan pengembangan diri
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam maupun
di luar. Keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati
Bogor ditunjukan oleh beberapa indikator yang menjadi 25 penciri. Salah satu
penciri tersebut adalah Mendorong terbangunnya Cibinong Raya sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);
2. Kebijakan umum pembangunan daerah Kabupaten Bogor adalah
Pembangunan ekonomi diarahkan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan
ekonomi berbasis keunggulan potensi lokal, yang didukung oleh peningkatan
ketahanan pangan dan revitalisasi pertanian, perbaikan iklim investasi,
perbaikan kualitas sumberdaya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta
terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.
3. prioritas pembangunan Kabupaten Bogor periode tahun 2013-2018, yaitu
peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan lingkungan
hidup secara berkelanjutan untuk mendorong percepatan pembangunan
perekonomian daerah.

Tabel 6. Matriks Pertimbangan Perencanaan Penyusunan Arahan Prioritas


Penanganan Jalan
Tingkat Perkembangan Wilayah Nilai Tinggi Prioritas
Keunggulan Komparatif Terdapat satu atau lebih Prioritas
Keunggulan Komparatif
Keunggulan Kompetitif Terdapat satu atau lebih Prioritas
Keunggulan Kompetitif
Hirarki Wilayah Hirarki I Prioritas
Efisiensi Pembangunan Wilayah Nilai efisiensi Tinggi Prioritas
Jumlah pergerakan orang yang Jumlah orang yang cukup Prioritas
masuk ke wilayah tertentu banyak
 32  

Data yang digunakan adalah data yang terdiri dari (a) tingkat
perkembangan ekonomi berdasarkan analisis entropi, (b) keunggulan komparatif
dan kompetitif wilayah berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA, (c) tingkat hirarki
kecamatan berdasarkan hasil analisis skalogram, (d) tingkat efisiensi wilayah hasil
analisis DEA, (e) jumlah ketersediaan sarana prasarana dan serapan tenaga kerja
tiap sektor, (g) Jumlah pergerakan orang yang masuk ke wilayah tertentu.
Jumlah pergerakan orang yang masuk ke wilayah tertentu diperoleh dari
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Bogor berupa matriks asal
tujuan. Berdasarkan hasil prediksi bangkitan – tarikan perjalan dapat diestimasi
Matriks Asal Tujuan (MAT) perjalanan di masa datang. Dalam analisis tersebut
digunakan pendekatan model prediksi sebaran perjalanan metode Furness yang
mengasusmsikan pola sebaran perjalanan di Wilayah Kabupaten Bogor dan faktor
– faktor pengaruhnya di masa yang akan datang mirip dengan kondisi saat ini.
Prediksi kebutuhan pergerakan yang disederhanakan serta data hasil
estimasi dan pengembangan dari data sekunder, memiliki implikasi pada akurasi
yang kurang tinggi. Namun, sebagai salah satu kriteria dalam penentuan program
pengembangan jaringan transportasi, maka penyederhanaan tersebut masih
mungkin dapat diterima dengan memberikan indikasi-indikasi kebutuhan
pengembangan serta arah perubahan kinerja jaringan sesuai alternatif skenario
pengembangan jaringan yang dikaji.
Untuk tinjauan wilayah Kabupaten Bogor, maka metoda yang dapat
dianggap cocok adalah transportasi makro dengan agregasi pergerakan yang
berasal dari dan ke zona-zona dalam wilayah, selanjutnya metoda transportasi
yang digunakan adalah metoda transportasi Bangkitan/Tarikan (Trip Generation),
dimaksudkan untuk memprediksi besarnya pergerakan yang keluar/masuk dari/ke
masing-masing satuan/titik entitas pergerakan. Bangkitan dan tarikan lalulintas
tersebut tergantung pada dua aspek jenis tata guna lahan dan jumlah aktivitas (dan
intensitas) pada tata guna lahan tersebut.
Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan
jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah
pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalulintas
merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalulintas. Hasil
keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah
kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya
kendaraan/jam.

2) Tahapan penanganan jaringan jalan berdasarkan biaya yang dibutuhkan.


Pembangunan merupakan proses perubahan terus menerus dari kondisi yang
kurang baik menjadi lebih baik, sehingga terjadi keseimbangan lingkungan yang
baru. Jalan sebagai salah satu bentuk prasarana merupakan suatu bentuk penentu
keberhasilan pembangunan perekonomian sebuah daerah. Dalam kaitannya,
diperlukan dana yang tidak sedikit untuk membangun dan memelihara prasarana
jalan ini. Sumber pendanaan yang dimiliki oleh pemerintah terutama dalam
pembangunan maupun pemeliharaan prasarana jalan tersebut sangatlah terbatas
jumlahnya. Sumber dana bagi pembiayaan penanganan jaringan jalan di
Kabupaten Bogor bisa berasal dari APBD Kabupaten Bogor, Dana Alokasi
Khusus (DAK), dan Dana Bantuan Provinsi. Biaya untuk penanganan jaringan
jalan di Kabupaten Bogor Tahun 2013 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 7.
 
33  

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa alokasi dana bagi penanganan jalan di
Kabupaten Bogor Tahun 2014 mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
sebesar 113,19 Milyar. Namun peningkatan alokasi dana ini belum cukup
memadai untuk meningkatkan kondisi jaringan jalan di Kabupaten Bogor, karena
masih ada ruas jalan dalam kondisi rusak sebesar 19.56% (Tabel terdahulu). Hal
tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bogor harus mengalokasi
dana untuk penanganan jalan di tahun – tahun berikutnya secara keberlanjutan
sampai kondisi ruas jalan 100% menjadi baik.

Tabel 7. Anggaran dan biaya untuk penanganan jaringan jalan di Kabupaten


Bogor Tahun 2013 – 2014

Tahun 2013 Tahun 2014


Biaya
per
Anggaran (Milyar) Anggaran (Milyar) Km
BAN TO BAN TO Output
APBD PROV DAK TAL APBD PROV DAK TAL (Km)

Peningkatan 225.12 8.70 4.60 238.41 261.15 8.50 6.84 276.49 174.68 1.60

Rehabilitasi 19.65 19.65 45.31 2.00 47.31 35.41 1.34


Pemelihara
an Berkala 8.23 9.50 17.72 33.62 5.62 39.24 30.14 1.30
Pemelihara
an Rutin 70.60 70.60 96.54 96.54 1,350.03 0.07

JUMLAH 323.60 8.70 14.10 345.38 436.62 10.50 12.46 459.58


Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor (2014)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa biaya peningkatan ruas jalan untuk
jalan dalam kondisi rusak berat sebesar 1,60 Milyar/Km, biaya Rehabilitasi ruas
jalan untuk jalan dalam kondisi rusak ringan sebesar 1,34 Milyar/Km, biaya
pemeliharaan berkala ruas jalan untuk jalan dalam kondisi sedang sebesar 1,30
Milyar/Km, dan biaya pemeliharaan rutin ruas jalan untuk jalan dalam kondisi
baik sebesar 0,07 Milyar/Km.
Biaya penanganan ruas jalan per kilometer dapat digunakan untuk
merencanakan kebutuhan biaya untuk menangani panjang jalan dalam kondisi
rusak secara keseluruhan. Anggaran yang disediakan setiap tahunnya untuk biaya
penanganan jalan dapat digunakan untuk menentukan berapa tahap (tahun) yang
diperlukan untuk memperoleh ruas jalan 100% dalam kondisi baik. Rencana
tahapan penanganan jaringan jalan berdasarkan biaya yang dibutuhkan dilakukan
berdasarkan hasil dari arahan prioritas penanganan jalan hasil analisis.
 34  

4. KONDISI UMUM WILAYAH


Aspek Geografi dan Demografi

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas ± 298.838,304 ha, secara


geografis terletak di antara 6º18'0" - 6º47'10" Lintang Selatan dan 106º23'45" -
107º13'30" Bujur Timur, dengan batas-batas wilayahnya :
- Sebelah Utara, berbatasan dengan Kota Tangerang Selatan, Kabupaten
Tangerang, Kota Depok, Kabupaten dan Kota Bekasi;
- Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak;
- Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Purwakarta;
- Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten
Cianjur;
- Bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bogor.
Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari
dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan,
yaitu sekitar 29,28% berada pada ketinggian 15-100 meter di atas permukaan laut
(dpl), 42,62% berada pada ketinggian 100-500 meter dpl, 19,53% berada pada
ketinggian 500–1.000 meter dpl, 8,43% berada pada ketinggian 1.000–2.000
meter dpl dan 0,22% berada pada ketinggian 2.000–2.500 meter dpl. Kondisi
morfologi Kabupaten Bogor sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan
pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung,
yang terdiri dari andesit, tufa dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam
sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan
tergolong besar. Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah
bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi. Jenis tanah penutup
didominasi oleh material vulkanik lepas agak yang sangat peka terhadap erosi,
yaitu Latosol, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Oleh karena itu, beberapa
wilayah rawan terhadap tanah longsor.
Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis
sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-
rata curah hujan tahunan 2.500–5.000 mm/tahun serta wilayah bagian utara dan
sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu rata-
rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20°- 30°C, dengan rata-rata tahunan
25°C. Kelembaban udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah, dengan rata–
rata 1,2 m/detik dan evaporasi di daerah terbuka rata– rata 146,2 mm/bulan.
Secara hidrologis, wilayah Kabupaten Bogor terbagi ke dalam 8 buah
Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu: (1) DAS Cidurian; (2) DAS Cimanceuri; (3)
DAS Cisadane; (4) DAS Ciliwung; (5) DAS Cileungsi; (6) DAS Cikarang; (7)
DAS Cibeet; (8) DAS Ciberang. Selain itu juga terdapat 32 jaringan irigasi
pemerintah, 900 jaringan irigasi pedesaan, 95 situ dan 201 mata air.
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan yang
meliputi 417 desa dan 17 kelurahan (434 desa/kelurahan), serta tercakup dalam
3.882 RW dan 15.561 RT. Pada tahun 2012 telah dibentuk 4 (empat) desa baru,
yaitu Desa Pasir Angin Kecamatan Megamendung, Desa Urug dan Desa
Jayaraharja Kecamatan Sukajaya serta Desa Mekarjaya Kecamatan Rumpin.
 
35  

Letak  dan  batas  wilayah  Kabupaten  Bogor  secara  administrasi  disajikan  pada  
Gambar  4.  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar  4.  Peta  Administrasi  Kabupaten  Bogor.  

Luas wilayah Kabupaten Bogor berdasarkan pola penggunaan tanah


dikelompokkan menjadi: sawah irigasi/tadah hujan seluas 69.959,37 ha (22,89%),
kebun campuran seluas 62.965,17 ha (21,07%), semak belukar seluas 52.575,49
ha (17,20%), hutan seluas 40.576,7 ha (13,58%), permukiman seluas 40.790 ha
(13,35%), ladang/tegalan seluas 33.815 ha 11,06% serta selebihnya berupa badan
air dan rawa.
Secara umum, kondisi demografis Kabupaten Bogor dapat digambarkan
bahwa penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2013 berjumlah 5.111.769 jiwa, yang terdiri dari penduduk
laki-laki 2.616.873 jiwa dan penduduk perempuan 2.494.807 jiwa.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di
Kabupaten Bogor pada tahun 2013 mencapai Rp. 109,67 trilyun atau mengalami
peningkatan sebesar 14,35 persen dari tahun sebelumnya.
Dari Tabel 8, sektor ekonomi yang menunjukkan Nilai Tambah Bruto
(NTB) terbesar adalah sektor industri pengolahan yang mencapai Rp. 63,19
trilyun atau memiliki andil sebesar 57,60 persen terhadap total PDRB. Berikutnya
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp.22,66 trilyun (20,67 persen).
Sektor yang memiliki peranan relatif kecil adalah sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan sebesar Rp.1,60 trilyun (1,47 persen).
 36  

Tabel 8. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Bogor Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)
PERT
DISTRI
UMBU
NO LAPANGAN USAHA 2012 2013 BUSI
HAN
(%)
(%)
I Sektor Primer 4,946,529.80 6,174,193.48 5.63 24.82
1 Pertanian, Peternakan, 3,584,125.89 4,492,110.97 4.10 25.33
Kehutanan dan Perikanan
2 Pertambangan dan penggalian 1,362,403.91 1,682,082.52 1.53 23.46
II Sektor Primer 64,040,698.89 71,287,409.57 65.00 11.32
3 Industri Pengolahan 57,150,219.71 63,192,527.95 57.62 10.57
4 Listrik, Gas dan Air 2,804,934.10 3,123,458.52 2.85 11.36
5 Konstruksi 4,085,545.08 4,971,423.11 4.53 21.68
III Sektor Primer 26,918,368.69 32,209,132.39 29.37 19.65
6 Perdagangan, Hotel dan 18,547,813.88 22,665,072.11 20.67 22.20
Restoran
7 Pengangkutan dan Komunikasi 4,001,149.29 4,672,465.38 4.26 16.78
8 Keuangan, persewaan, dan Jasa 1,412,588.49 1,608,025.54 1.47 13.84
Perusahaan
9 Jasa - Jasa 2,956,817.04 3,263,569.36 2.98 10.37
PDRB KABUPATEN BOGOR 95,905,597.38 109,670,735.45 100.00 14.35
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bogor (2014)

Pengelompokan sembilan sektor ekonomi dalam PDRB menjadi tiga sektor


yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, menunjukkan bahwa kelompok sektor
sekunder masih mendominasi dalam penciptaan nilai tambah di Kabupaten Bogor.
Total Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku dari kelompok sektor
sekunder pada tahun 2013 mencapai Rp.71,28 trilyun, atau meningkat 11,32
persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pada kelompok sektor tersier mengalami
peningkatan sebesar 19,65 persen yaitu dari Rp.26,92 trilyun pada tahun 2012
menjadi Rp.32,21 trilyun pada tahun 2013. Kelompok primer meningkat sebesar
24,82 persen atau dari Rp. 4,95 trilyun pada tahun 2012 menjadi Rp. 6,17 trilyun
pada tahun 2013.
Berdasarkan harga konstan 2000, PDRB atas harga konstan tahun 2013
mengalami peningkatan sebesar 6,03 persen, yaitu dari Rp. 36,53 triliun pada
tahun 2012 naik menjadi Rp. 38,73 triliun pada tahun 2013. Kinerja kelompok
sektor primer tahun 2013 menunjukkan peningkatan sebesar 9,10 persen dari
tahun sebelumnya, kelompok sektor sekunder meningkat 4,78 persen, dan
kelompok sektor tersier mengalami peningkatan sebesar 8,60 persen (Tabel 9).
 
37  

Tabel 9. PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Bogor Menurut


Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 (Juta Rupiah)
PERT
DISTRI
UMBU
NO LAPANGAN USAHA 2012 2013 BUSI
HAN
(%)
(%)
I Sektor Primer 1,998,117.38 2,179,957.45 5.63 9.10
1 Pertanian, Peternakan, 1,608,438.92 1,759,438.29 4.54 9.39
Kehutanan dan Perikanan
2 Pertambangan dan penggalian 389,678.46 420,519.15 1.09 7.91
II Sektor Primer 24,877,113.84 26,066,046.25 67.30 4.78
3 Industri Pengolahan 22,273,315.43 23,264,924.59 60.07 4.45
4 Listrik, Gas dan Air 1,326,483.67 1,379,464.92 3.56 3.99
5 Konstruksi 1,277,314.74 1,421,656.73 3.67 11.30
III Sektor Primer 9,655,512.28 10,485,830.17 27.07 8.60
Perdagangan, Hotel dan
6 Restoran 6,392,800.62 7,024,861.02 18.14 9.89
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,142,183.19 1,240,391.71 3.20 8.60
8 Keuangan, persewaan, dan Jasa 662,344.81 700,746.03 1.81 5.80
Perusahaan
9 Jasa - Jasa 1,458,183.66 1,519,831.41 3.92 4.23
PDRB KABUPATEN BOGOR 36,530,743.49 38,731,833.87 100.00 6.03
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bogor (2014)

Tabel 9, menunjukkan bahwa kinerja perekonomian tertinggi dicapai oleh


sektor konstruksi yang mendorong pertumbuhan sebesar 11,30 persen.
Terlaksananya berbagai pembangunan infrastruktur serta kemudahan dan adanya
subsidi bunga kepemilikian rumah meningkatkan kinerja perekonomian sektor
konstruksi. Kinerja yang cukup tinggi juga ditunjukkan pada sektor perdagangan,
hotel dan restoran yang mencapai 9,89 persen. Kinerja sektor ini didukung oleh
kinerja subsektor perdagangan yang mencapai 9,98 persen karena adanya
peningkatan output berbagai barang dan jasa di Kabupaten Bogor. Sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan juga menunjukkan kinerja yang
membaik jika dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013, sektor ini
tumbuh sebesar 9,39 persen yang didorong oleh program revitalisasi pertanian
yang dilaksanakan oleh pemerintah mulai memperlihatkan hasil yang
menggembirakan.
Berdasarkan time series dari tahun 2001-2013, terlihat bahwa secara
umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor berada pada kisaran 4-6 persen.
Terjadi perlambatan pertumbuhan pada tahun 2009 yang disebabkan oleh krisis
keuangan global pada tahun 2008 yang dampaknya dirasakan oleh perekonomian
Kabupaten Bogor. Pertumbuhan yang sempat melambat ini kemudian meningkat
kembali pada tahun-tahun berikutnya. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Kabupaten Bogor pada tahun 2013 diprediksi akan tumbuh sebesar 6,03 persen,
meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2012 yang tumbuh
sebesar 5,99 persen. Peningkatan ini hampir menyamai laju pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2007 yang mencapai 6,04. Pertumbuhan ekonomi yang
cukup baik diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan penciptaan lapangan
kerja. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor selama periode 2001-2013
ditunjukkan pada Gambar 5.
 38  

   

Gambar 5. LPE Kabupaten Bogor Tahun 2001-2013 (%)

Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat


kemakmuran masyarakat secara makro salah satunya adalah pendapatan per
kapita per tahun. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu
wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah bersangkutan dapat dikatakan
bertambah baik. PDRB per kapita dapat dijadikan pendekatan untuk indikator
pendapatan per kapita. Gambar 6 memperlihatkan PDRB perkapita Kabupaten
Bogor atas dasar harga berlaku dan konstan.

Gambar 6. PDRB Per kapita per Tahun Kabupaten Bogor


Tahun 2011-2013 (juta rupiah)
Gambar 6 memperlihatkan PDRB per kapita Kabupaten Bogor atas dasar
harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013,
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku naik menjadi Rp. 21,45 juta dari tahun
 
39  

sebelumnya Rp. 19,22 juta per kapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan
per kapita sebesar 11,63 persen pada tahun 2013.
Peningkatan PDRB per kapita di atas, masih belum menunjukkan secara
riil kenaikan daya beli masyarakat di Kabupaten Bogor secara umum. Hal ini
disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung berdasarkan PDRB atas dasar
harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap
daya beli masyarakat. Untuk mengamati perkembangan daya beli masyarakat
secara riil dapat digunakan PDRB per kapita yang dihitung atas dasar harga
konstan. Bila dilihat atas dasar harga konstan, PDRB per kapita atas dasar harga
konstan naik menjadi Rp. 7,58 juta dari tahun sebelumnya Rp. 7,32 juta per
kapita. Hal ini berarti terjadi kenaikan pendapatan per kapita sebesar 3,49 persen
pada tahun 2013. Jika dibandingkan kenaikan PDRB atas harga berlaku dan
konstan, maka kenaikan PDRB per kapita atas harga berlaku mencatatkan
peningkatan yang lebih besar dibandingkan harga konstan. Hal ini disebabkan
pengaruh kenaikan harga-harga barang dan jasa.
Selain realisasi dari kondisi ekonomi sebagaimana telah dikemukakan di
atas, indikator lain untuk melihat taraf kesejahteraan masyarakat yang biasa
digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Jumlah Penduduk
Miskin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat prediksi pencapaian dari indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah
sebagai berikut:
1. Realisasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) komposit Kabupaten
Bogor mencapai 73,45 poin. Kondisi ini menunjukkan bahwa
realisasinya lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2012 yaitu sebesar
73,08 poin. Hal ini disebabkan adanya peningkatan realisasi dari seluruh
komponen IPM, baik komponen pendidikan (angka melek huruf dan rata-
rata lama sekolah), kesehatan (angka harapan hidup) maupun komponen
ekonomi (kemampuan daya beli masyarakat). Angka IPM sebesar 73,45
poin di atas, sesuai dengan klasifikasi UNDP termasuk dalam kelompok
masyarakat sejahtera menengah atas, namun belum termasuk dalam
kelompok masyarakat sejahtera atas;
2. Prediksi dan realisasi komponen pembentuk IPM berdasarkan estimasi
BPS yaitu:
a. Angka Harapan Hidup (AHH) diprediksi sebesar 70 tahun, lebih
tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 69,70 tahun;
b. Angka Melek Huruf (AMH) diprediksi sebesar 95,35 persen, lebih
tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 95,27 persen;
c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) diprediksi sebesar 8,04 tahun, lebih
tinggi dari realisasi tahun 2012 sebesar 8,00 tahun;
d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat (Purchasing Power Parity =
PPP) yang dihitung berdasarkan tingkat konsumsi riil per kapita per
bulan, diprediksi mencapai sebesar Rp. 636.620,-/kapita/bulan, lebih
tinggi dari tahun 2012 yaitu sebesar Rp.634.520,-/kapita/bulan.
3. Indikator lainnya yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan
pembangunan adalah penurunan angka kemiskinan. Jumlah penduduk
miskin di Kabupaten Bogor berdasarkan data dari basis data terpadu Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), pada tahun
 40  

2013 berjumlah 446.890 jiwa (8,82 persen), lebih rendah dari tahun 2012
yang berjumlah sebanyak 447.290 jiwa (8,74 persen), berarti mengalami
penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 400 jiwa atau turun sekitar
0,08 persen dibandingkan dengan tahun 2012.
Untuk lebih jelasnya, Realisasi dari Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Realisasi Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Bogor Tahun


2011-2013
Realisasi Kinerja
No. Indikator
2011 2012 2013
1. Indeks Pembangunan Manusia (Komposit) 72,58 73,08 73,45
Komponen IPM terdiri dari;
a. Angka Harapan Hidup (AHH) (tahun) 69,28 69,70 70,00
b. Angka Melek Huruf (AMH) (%) 95,09 95,27 95,35
c. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) (tahun) 7,99 8,00 8,04
d. Kemampuan Daya Beli Masyarakat
631,63 634,52 636,62
(Konsumsi riil per kapita) (Rp/kap/bln)
2. Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 470.500 447.290 446.890
Sumber : BPS Kabupaten Bogor dan TNP2K pusat (2014)

Fokus Kesejahteraan Sosial


Fokus kesejahteraan masyarakat terdiri dari (1) pendidikan, (2) Kesehatan,
dan (3) Ketenagakerjaan, hasil evaluasi berdasarkan permendagri No 54 Tahun
2010, secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
Ø Pendidikan
Pendidikan merupakan prioritas Nasional dan menjadi target dalam rangka
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Capaian kinerja pembangunan
bidang pendidikan sampai dengan 2012 relatif berfluaktif dengan tingkat
kecenderungan tidak sesuai target. Pencapaian APK Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) sebesar 27,57%, APM SD/MI/SDLB/paket A sebesar 108,09%, APM
SMP/SMPLB/Paket B sebesar 84,74%, APM SMA/SMK/MA/SMALB/paket C
sebesar 40,24%, RLS sebesar 8,04%, dan AMH sebesar 95,35% serta Rata-rata
nilai Ujian Nasional, yaitu : SD/MI sebesar 7,40%, SMP/MTs sebesar 5,52%,
SMA/SMK/MA sebesar 6,93%.
Ø Kesehatan
Analisis kinerja kesehatan di lihat dari angka kelangsungan hidup bayi,
angka usia harapan hidup, dan prosentase balita gizi buruk. Hasil evaluasi
menunjukkan capaian realisasi kinerja angka usia harapan hidup (tahun) masih di
bahwa target RPJMD. Jika dilihat berdasarkan nasional, bahwa kesehatan
merupakan prioritas nasional, maka seharusnya Kabupaten Bogor juga harus ikut
melaksanakan program tersebut untuk mencapai prioritas nasional, setidaknya
kabupaten Bogor harus menargetkan Angka Kelangsungan Hidup Bayi mencapai
80.00% tentu hal ini tidak mudah karena harus di dukung oleh infrastruktur sarana
dan prasarana kesehatan lebih baik.
 
41  

Ø Ketenagakerjaan
Secara garis besar penduduk dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika
penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di
Indonesia adalah berumur 15 tahun-64 tahun. Angkatan kerja adalah penduduk
usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Namun
hasil evaluasi menunjukan bahwa nilai rasio penduduk yang bekerja dengan
angkatan kerja tidak sesuai target, sehingga kemungkinan jumlah pengangguran
masih besar.

Aspek Pelayanan Umum

Fokus Layanan Urusan Wajib Pekerjaan Umum


Jaringan jalan di Kabupaten Bogor terdiri atas Jalan Nasional, Jalan
Provinsi dan Jalan Kabupaten serta jalan lingkungan permukiman. Hingga tahun
2013 jumlah panjang jalan nasional adalah sepanjang 124,85 km dengan jumlah
ruas 11, panjang jalan provinsi adalah sepanjang 121,820 km dengan jumlah ruas
10 serta jalan kabupaten adalah sepanjang 1.748,915 km dengan jumlah ruas
sebanyak 458 ruas. Untuk jalan lingkungan permukiman yang meliputi jalan
perumahan dan jalan desa dari data pemetaan sepanjang 6.662,89 km dengan
jumlah panjang jalan yang terdata sepanjang 1.038,17 km dengan jumlah ruas 505
ruas.
Kondisi jaringan jalan di Kabupaten Bogor tahun 2013 ditunjukkan dari
indikator panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik yang mencapai 76,27%
dengan rata-rata panjang jalan kabupaten per jumlah penduduk hanya mencapai
sekitar 0,32 m/jiwa hal ini menunjukkan bahwa kapasitas penanganan jalan yang
ditangani masih sangat rendah terhadap jumlah penduduk yang sangat tinggi di
wilayah Kabupaten Bogor.
Dari jumlah panjang jalan kabupaten yang ditangani tersebut, sekitar
2,23% sempadan jalan digunakan oleh pedagang kaki lima dan bangunan liar dan
baru sekitar 31,38% jalan yang memiliki trotoar dan drainase. Dari jumlah jalan
yang memiliki drainase tersebut hanya sekitar 39,09% yang memiliki drainase
yang baik.
Untuk jaringan irigasi hingga tahun 2013 tercatat luas daerah irigasi (D.I)
yang ada di Kabupaten Bogor adalah 1.479 ha yang berada di 2 D.I Kewenangan
Nasional, 4.482 ha yang berada di 19 D.I kewenangan Pemerintah Provinsi, dan
47.121 ha yang berada di 990 D.I kewenangan Pemerintah Kabupaten. Dari
jumlah daerah irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten memiliki
panjang saluran sepanjang 2.313,198 km. Kondisi rasio jaringan irigasi di wilayah
Kabupaten Bogor hingga tahun 2013 mencapai 4,909 m/ha dengan total luas
irigasi kabupaten dalam kondisi baik mencapai 63,50%.
Terkait sektor pemakaman dan persampahan, hingga tahun 2013, rasio
tempat pemakaman umum persatuan penduduk mencapai 24,95 sedangkan rasio
tempat pembuangan sampah per satuan penduduk mencapai 1,99 dengan
mengandalkan TPA Galuga sebagai satu-satunya tempat pembuangan akhir
sampah yang masih beroperasi untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bogor.
 42  

5. HASIL DAN PEMBAHASAN


Perkembangan Aktifitas Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bogor
Perkembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya yaitu untuk memacu
perkembangan sosial ekonomi dan mengurangi disparitas pembangunan antar
wilayah. Untuk mengetahui perkembangan suatu wilayah dapat dilakukan dengan
menganalisis pencapaian hasil pembangunan melalui indikator-indikator kinerja
di bidang ekonomi dan sosial serta bidang-bidang lain, salah satunya dengan
menggunakan analisis indeks entropi.
Perkembangan aktivitas perekonomian pada suatu wilayah dapat
dianalisis dengan menghitung indeks diversifikasi dengan konsep entropi. Prinsip
indeks entropi ini adalah semakin beragam aktivitas atau semakin luas jangkauan
spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah, yang berarti bahwa wilayah tersebut
semakin berkembang. Aktivitas suatu wilayah dapat dicerminkan dari
perkembangan sektor-sektor perekonomian dalam PDRB. Semakin besar indeks
entropinya maka dapat diperkirakan semakin berkembang dan semakin
proporsional komposisi antar sektor-sektor perekonomiannya. Sebaliknya,
semakin kecil indeksnya maka dapat diperkirakan terdapat sektor perekonomian
yang dominan di wilayah tersebut. Hasil perhitungan indeks entropi kecamatan di
Kabupaten Bogor pada tahun 2013 dan sektor-sektor perekonomiannya, tertera
pada Tabel 11.
Tabel 11 menunjukkan bahwa Indeks entropi kecamatan-kecamatan di
Kabupaten Bogor dengan nilai diatas rata-rata nilai indeks (0,0957) hanya
berjumlah 10 kecamatan dari 40 Kecamatan yang ada. Hal ini menunjukkan,
secara umum perkembangan proporsi keragaman sektor perekonomian di
Kabupaten Bogor belum cukup baik.
Kecamatan Gunung Putri mempunyai indeks entropi yang paling tinggi
dengan nilai 0,5728 dan berada diatas rata-rata nilai indeks (0,0957), dipengaruhi
oleh nilai PDRB Kecamatan Gunung Putri yang menduduki peringkat paling
tinggi. Hal ini berarti bahwa Kecamatan Gunung Putri merupakan wilayah yang
paling berimbang dan terdiversifikasi perkembangan sektor-sektor perekonomian
dengan baik sehingga tidak didominasi oleh sektor tertentu saja. Sebaliknya,
Kecamatan Rancabungur mempunyai indeks entropi yang paling rendah dengan
nilai 0,0158 dan berada di bawah rata-rata nilai indeks (0,0957), dipengaruhi oleh
nilai PDRB Kecamatan Rancabungur menduduki peringkat paling rendah.
Sektor Industri pengolahan di Kabupaten Bogor memiliki jumlah indeks
entropi cukup tinggi 1,5867 dan rata-rata nilai indeks entropi 0,0397. Sektor
Pertambangan dan Galian di Kabupaten Bogor memiliki jumlah indeks entropi
paling rendah 0,0652 dan rata-rata nilai indeks entropi 0,0016.
Berdasarkan analisis entropi perkembangan wilayah (Stot/Smaks), dapat
diketahui bahwa nilai entropi Kabupaten Bogor memiliki tingkat perkembangan
sebesar 0.7066 atau sebesar 71% dibandingkan dengan kemampuan
maksimumnya. Peta tingkat perkembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Bogor
berdasarkan nilai entropi disajikan pada Gambar 7.
 
43  

Tabel 11. Indeks entropi Kecamatan di Kabupaten Bogor tahun 2013

KECAMAT
TANI TMB IND LIGAS KONS DAG AKT KEU JASA Jumlah
AN

Nanggung 0.0045 0.0328 0.0409 0.0022 0.0001 0.0097 0.0008 0.0006 0.0028 0.0943
Leuwiliang 0.0062 0.0004 0.0122 0.0041 0.0014 0.0296 0.0010 0.0082 0.0050 0.0680
Leuwisadeng 0.0040 0.0000 0.0036 0.0021 0.0006 0.0097 0.0008 0.0016 0.0034 0.0258
Pamijahan 0.0153 0.0000 0.0040 0.0038 0.0002 0.0123 0.0018 0.0007 0.0055 0.0437
Cibungbulang 0.0085 0.0000 0.0037 0.0047 0.0002 0.0172 0.0021 0.0033 0.0041 0.0439
Ciampea 0.0051 0.0001 0.0173 0.0053 0.0016 0.0279 0.0024 0.0038 0.0075 0.0712
Tenjolaya 0.0077 0.0001 0.0025 0.0022 0.0003 0.0072 0.0005 0.0007 0.0024 0.0235
Dramaga 0.0078 0.0000 0.0066 0.0046 0.0026 0.0175 0.0075 0.0042 0.0038 0.0546
Ciomas 0.0051 0.0000 0.0235 0.0122 0.0028 0.0157 0.0020 0.0012 0.0057 0.0681
Tamansari 0.0058 0.0001 0.0156 0.0038 0.0017 0.0107 0.0026 0.0012 0.0033 0.0447
Cijeruk 0.0065 0.0000 0.0138 0.0028 0.0015 0.0081 0.0014 0.0006 0.0034 0.0383
Cigombong 0.0096 0.0000 0.0097 0.0046 0.0036 0.0134 0.0015 0.0001 0.0040 0.0465
Caringin 0.0148 0.0000 0.0141 0.0043 0.0014 0.0213 0.0031 0.0037 0.0058 0.0686
Ciawi 0.0089 0.0000 0.0400 0.0054 0.0068 0.0181 0.0018 0.0157 0.0058 0.1024
Cisarua 0.0112 0.0000 0.0022 0.0060 0.0033 0.0380 0.0024 0.0043 0.0078 0.0752
Mgamendung 0.0089 0.0000 0.0017 0.0042 0.0022 0.0353 0.0014 0.0011 0.0042 0.0591
Sukaraja 0.0033 0.0000 0.0787 0.0089 0.0055 0.0256 0.0130 0.0010 0.0074 0.1435
Babakan
Madang 0.0039 0.0000 0.0520 0.0117 0.0167 0.0177 0.0011 0.0038 0.0070 0.1140
Sukamakmur 0.0167 0.0001 0.0007 0.0026 0.0001 0.0044 0.0002 0.0001 0.0015 0.0264
Cariu 0.0057 0.0001 0.0017 0.0023 0.0004 0.0153 0.0007 0.0007 0.0022 0.0291
Tanjungsari 0.0086 0.0001 0.0025 0.0024 0.0001 0.0062 0.0007 0.0003 0.0021 0.0230
Jonggol 0.0088 0.0004 0.0024 0.0048 0.0022 0.0239 0.0020 0.0014 0.0057 0.0516
Cileungsi 0.0031 0.0004 0.2588 0.0188 0.0226 0.0431 0.0047 0.0158 0.0185 0.3856
Klapanunggal 0.0086 0.0076 0.1823 0.0048 0.0072 0.0109 0.0013 0.0062 0.0036 0.2324
Gunung Putri 0.0014 0.0000 0.2988 0.0264 0.0176 0.1401 0.0599 0.0094 0.0192 0.5728
Citeureup 0.0034 0.0035 0.2299 0.0101 0.0607 0.0368 0.0036 0.0068 0.0127 0.3674
Cibinong 0.0048 0.0000 0.1464 0.0197 0.0142 0.0633 0.0352 0.0160 0.0270 0.3266
Bojonggede 0.0016 0.0000 0.0024 0.0123 0.0039 0.0246 0.0045 0.0018 0.0113 0.0623
Tajurhalang 0.0036 0.0000 0.0007 0.0056 0.0047 0.0086 0.0012 0.0001 0.0067 0.0312
Kemang 0.0058 0.0000 0.0034 0.0047 0.0023 0.0171 0.0020 0.0008 0.0081 0.0442
Rancabungur 0.0033 0.0000 0.0002 0.0023 0.0003 0.0063 0.0013 0.0001 0.0017 0.0156
Parung 0.0106 0.0000 0.0278 0.0050 0.0051 0.0268 0.0018 0.0020 0.0099 0.0891
Ciseeng 0.0207 0.0001 0.0053 0.0041 0.0002 0.0104 0.0014 0.0004 0.0037 0.0462
Gunung
Sindur 0.0144 0.0039 0.0552 0.0067 0.0107 0.0128 0.0027 0.0009 0.0049 0.1123
Rumpin 0.0064 0.0076 0.0039 0.0043 0.0014 0.0208 0.0016 0.0006 0.0046 0.0512
Cigudeg 0.0080 0.0075 0.0089 0.0035 0.0004 0.0149 0.0019 0.0012 0.0033 0.0494
Sukajaya 0.0084 0.0001 0.0006 0.0028 0.0001 0.0036 0.0003 0.0000 0.0007 0.0165
Jasinga 0.0090 0.0000 0.0046 0.0026 0.0002 0.0170 0.0011 0.0005 0.0032 0.0381
Tenjo 0.0047 0.0000 0.0010 0.0018 0.0001 0.0069 0.0011 0.0002 0.0021 0.0179
Parung
Panjang 0.0041 0.0001 0.0074 0.0059 0.0002 0.0243 0.0025 0.0023 0.0060 0.0529
Jumlah (Xi) 0.2990 0.0652 1.5867 0.2462 0.2069 0.8733 0.1787 0.1236 0.2475 3.8272
Rata2 0.0075 0.0016 0.0397 0.0062 0.0052 0.0218 0.0045 0.0031 0.0062 0.0957
Smaks = ln
(9*25) 5.4161
indeks perkembangan wilayah =
Stot/Smaks 0.7066
Sumber : BPS (2014) Diolah dari hasil analisis Entropi
 44  

Gambar 7. Peta Perkembangan Ekonomi Wilayah 40 kecamatan di Kabupaten


Bogor

Berdasarkan Gambar 7, dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut :


a. Indeks entropi kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai
(>0,2), secara umum termasuk ke dalam kategori sangat baik dan masih di
atas rata-rata nilai indeks (0,0957) berjumlah 5 kecamatan, yaitu kecamatan
Gunung Putri, Cileungsi, Citeureup, Cibinong dan Klapanunggal.
b. Indeks entropi kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai (0,10
- 0,15), secara umum termasuk ke dalam kategori cukup dan masih di atas
rata-rata nilai indeks (0,0957) berjumlah 4 kecamatan, yaitu kecamatan
Sukaraja, Babakan madang, Gunung Sindur, dan Ciawi.
c. Indeks entropi kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai (0,05
- 0,10), secara umum termasuk ke dalam kategori kurang dan sebagian besar
masih di bawah rata-rata nilai indeks (0,0957) berjumlah 13 kecamatan, yaitu
Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Ciampea, Dramaga, Ciomas, Caringin,
Cisarua, Megamendung, Jonggol, Bojong Gede, Parung, Rumpin dan Parung
panjang.
d. Indeks entropi kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai
(<0,05), secara umum termasuk ke dalam kategori sangat kurang dan masih
di bawah rata-rata nilai indeks (0,0957) berjumlah 18 kecamatan, yaitu
kecamatan Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Tenjolaya, Tamansari,
Cijeruk, Cigombong, Sukamakur, Cariu, Tanjungsari, Tajurhalang, Kemang,
Rancabungur, Ciseeng, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, dan Tenjo
 
45  

Sektor Ekonomi Basis dan Komoditas Unggulan Pertanian


Sektor Ekonomi Basis
Analisis keunggulan komparatif wilayah dilakukan untuk mengidentifikasi
sektor ekonomi basis dan non basis sebagai dasar bagi penetapan arahan prioritas
penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor. Untuk menentukan apakah suatu
sektor merupakan sektor basis atau tidak bagi suatu daerah, dapat dilakukan
melalui analisis Location Quotient (LQ). Hasil perhitungan LQ dengan data dasar
PDRB per kecamatan di Kabupaten Bogor berdasarkan sektor-sektor
perekonomian tahun 2013 disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Nilai LQ Per Sektor-sektor Perekonomian di Kab. Bogor Tahun 2013
LI KO JA JUM
NO KECAMATAN TANI TMB IND DAG AKT KEU
GAS NS SA LAH
1 Nanggung 0.75 32.90 0.80 0.40 0.01 0.45 0.14 0.19 0.52 1
2 Leuwiliang 1.73 0.33 0.29 1.28 0.38 2.79 0.29 5.94 1.61 5
3 Leuwisadeng 3.34 0.10 0.22 1.95 0.45 2.34 0.77 2.89 3.32 5
4 Pamijahan 8.51 0.04 0.13 2.04 0.06 1.64 1.00 0.61 3.09 5
5 Cibungbulang 4.27 0.03 0.12 2.59 0.07 2.47 1.17 3.57 2.21 6
6 Ciampea 1.30 0.05 0.42 1.67 0.44 2.48 0.78 2.36 2.47 5
7 Tenjolaya 7.77 0.12 0.16 2.19 0.21 1.81 0.51 1.21 2.43 5
8 Dramaga 3.08 0.01 0.19 2.03 1.06 2.02 4.20 3.81 1.61 7
9 Ciomas 1.40 0.01 0.64 4.70 0.86 1.31 0.66 0.68 1.91 4
10 Tamansari 2.68 0.11 0.65 1.97 0.83 1.39 1.50 1.07 1.67 6
11 Cijeruk 3.68 0.01 0.67 1.71 0.87 1.18 0.92 0.59 2.06 4
12 Cigombong 4.65 0.04 0.36 2.37 1.84 1.73 0.80 0.10 2.05 5
13 Caringin 4.90 0.01 0.35 1.41 0.38 1.91 1.12 2.46 1.98 6
14 Ciawi 1.63 0.00 0.76 1.09 1.47 0.95 0.36 8.01 1.20 5
15 Cisarua 2.96 0.00 0.03 1.71 0.86 3.28 0.69 2.45 2.35 5
16 Megamendung 2.87 0.00 0.03 1.45 0.71 3.80 0.48 0.66 1.46 4
17 Sukaraja 0.31 0.00 1.09 1.17 0.68 0.86 2.14 0.19 0.94 3
18 Babakan
4
Madang 0.53 0.01 0.90 2.30 3.60 0.78 0.17 1.28 1.26
19 Sukamakmur 15.47 0.10 0.03 2.17 0.03 0.81 0.16 0.17 1.13 3
20 Cariu 4.11 0.26 0.08 1.72 0.28 3.28 0.52 0.97 1.62 4
21 Tanjungsari 8.98 0.25 0.16 2.50 0.04 1.55 0.78 0.57 2.15 4
22 Jonggol 3.55 0.41 0.06 2.16 0.87 2.97 0.90 1.12 2.61 5
23 Cileungsi 0.06 0.02 1.40 0.60 0.76 0.34 0.13 1.00 0.58 2
24 Klapanunggal 0.38 1.36 1.50 0.24 0.38 0.13 0.06 0.65 0.16 2
25 Gunung Putri 0.01 0.00 1.16 0.56 0.35 1.04 1.83 0.33 0.38 3
26 Citeureup 0.08 0.32 1.30 0.33 3.06 0.33 0.11 0.43 0.43 2
27 Cibinong 0.17 0.00 0.95 1.10 0.76 0.98 2.62 1.76 1.61 4
28 Bojonggede 0.41 0.00 0.05 5.22 1.38 2.48 1.86 1.18 4.71 6
29 Tajurhalang 2.38 0.00 0.03 4.77 3.96 1.63 0.99 0.14 5.90 5
30 Kemang 2.69 0.00 0.11 2.59 1.17 2.43 1.14 0.68 4.86 6
31 Rancabungur 4.60 0.02 0.02 3.70 0.43 2.47 2.28 0.16 2.72 5
32 Parung 2.37 0.00 0.57 1.19 1.24 1.82 0.44 0.87 2.64 5
33 Ciseeng 11.13 0.07 0.17 1.98 0.07 1.23 0.70 0.33 1.76 4
34 Gunung Sindur 2.45 2.21 0.98 1.21 2.15 0.54 0.50 0.25 0.84 4
35 Rumpin 2.57 12.78 0.11 1.98 0.54 2.61 0.76 0.40 2.08 5
36 Cigudeg 3.54 13.45 0.30 1.64 0.14 1.85 0.95 1.05 1.52 6
37 Sukajaya 12.26 0.40 0.05 4.19 0.10 1.14 0.35 0.07 0.83 3
38 Jasinga 5.16 0.05 0.18 1.49 0.07 2.77 0.63 0.51 1.87 4
39 Tenjo 5.91 0.05 0.08 2.44 0.11 2.33 1.57 0.33 2.89 5
40 Parung
6
Panjang 1.44 0.12 0.21 2.66 0.05 2.94 1.13 1.88 2.70
JUMLAH 146.1 65.7 17.3 80.5 32.7 70.9 38.1 52.9 80.1
Sumber : PDRB Kabupaten Bogor tahun 2013 Diolah dari hasil analisis LQ
 46  

Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa pada umumnya kecamatan di


Kabupaten bogor sudah mengandalkan basis ekonominya pada kelompok sektor
tersier seperti Perdagangan, hotel dan restoran/ pengangkutan dan komunikasi/
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan/Jasa - jasa. Kelompok sektor tersier
khususnya di sektor Jasa – jasa dan sektor Perdagangan sudah menjadi sektor
basis yang berada di 30 kecamatan di Kabupaten Bogor.
Kelompok sektor sekunder khususnya di sektor Listrik, Gas dan Air sudah
menjadi sektor basis yang berada di 35 Kecamatan di Kabupaten Bogor. Di sektor
sekunder lainnya seperti industri pengolahan dan konstruksi bangunan belum
menjadi sektor basis yang merata di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor.
Kelompok sektor primer khususnya di sektor Pertanian sudah menjadi sektor
basis yang berada di 31 Kecamatan di Kabupaten Bogor. Di sektor primer lainnya
seperti Pertambangan belum menjadi sektor basis yang merata di setiap
kecamatan di Kabupaten Bogor.
Kecamatan Dramaga memiliki 7 sektor basis/ pemusatan aktifitas, yaitu
sektor pertanian (LQ 3,08), listrik Gas dan Air (LQ 2,03), konstruksi bangunan
(LQ 1,06), perdagangan (LQ 2,02), pengangkutan dan komunikasi (LQ 4,20),
keuangan persewaan dan jasa perusahaan (LQ 3,81), jasa - jasa (1,61). Ini berarti
bahwa semua sektor tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan internal serta
berpotensi untuk di ekspor ke luar daerah.
Beberapa kecamatan memiliki lebih dari satu sektor perekonomian yang
potensial menjadi pemusatan aktifitas/ sektor basis bagi kecamatan tersebut. Akan
tetapi ada juga kecamatan yang hanya memiliki 1 sektor basis. Secara rinci
struktur ekonomi sektor basis dari masing-masing kecamatan dapat dilihat pada
Tabel 12. Tujuh Kecamatan (Cibungbulang, Tamansari, Caringin, Bojong Gede,
Kemang, Cigudeg, Parung Panjang) memiliki 6 sektor basis, 14 kecamatan
(Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Ciampea, Tenjolaya, Cigombong, Ciawi,
Cisarua, Jonggol, Tajurhalang, Rancabungur, Parung, Rumpin, Tenjo) yang
memiliki 5 sektor basis, 10 kecamatan (Ciomas, Cijeruk, Megamendung, Babakan
Madang, Cariu, Tanjungsari, Cibinong, Ciseeng, Gunung Sindur, Jasinga) yang
memiliki 4 sektor basis, 4 kecamatan (Sukaraja, Sukamakmur, Gunung Putri,
Sukajaya) yang memiliki 3 sektor basis, dan 3 kecamatan (Cileungsi,
Klapanunggal, Citereup) yang memiliki 2 sektor basis.
Kecamatan Nanggung merupakan kecamatan yang hanya memiliki sektor
basis di pertambangan dengan nilai LQ paling besar 32,90. Hal ini sejalan dengan
hasil analisis entropi sebelumnya dimana Kecamatan Nanggung merupakan
wilayah yang masuk dalam kategori kurang dari sisi perkembangan ekonominya
dibandingkan dengan kecamatan lain. Meskipun demikian, nilai LQ di sektor
Pertambangan cukup tinggi dan menempati urutan pertama di Kabupaten Bogor.
Oleh sebab itu, untuk mendorong perkembangan wilayah Kecamatan Nanggung,
maka fokus pembangunan sebaiknya diarahkan pada sektor pertambangan sebagai
sektor basis.
Dari Tabel 13 dapat diketahui bahwa secara kewilayahan, kecamatan di
Kabupaten Bogor sudah mulai mengalami transformasi mengarah pada kawasan
perkotaan dimana sudah terjadi pergeseran sektor ekonomi dari primer ke
sekunder dan tersier. Khususnya 7 Kecamatan (Sukaraja, Babakan Madang,
Cileungsi, Gunung Putri, Citeureup, Cibinong Bojong Gede) tidak memiliki
sektor basis di kelompok sektor ekonomi primer.
 
47  

Tabel 13 Struktur Sektor Ekonomi Basis Hasil Analisis Location Quotient (LQ)
Kecamatan di Wilayah Kabupaten Bogor

SEKTOR BASIS
NO KECAMATAN JUMLAH
PRIMER SEKUNDER TERSIER
1 Nanggung TMB - 1
2 Leuwiliang TANI LIGAS DAG, KEU, JASA 5
3 Leuwisadeng TANI LIGAS DAG, KEU, JASA 5
4 Pamijahan TANI LIGAS DAG, AKT, JASA 5
5 Cibungbulang TANI LIGAS DAG, AKT, KEU, JASA 6
6 Ciampea TANI LIGAS DAG, KEU, JASA 5
7 Tenjolaya TANI LIGAS DAG, KEU, JASA 5
8 Dramaga TANI LIGAS, KONS DAG, KEU, JASA, AKT 7
9 Ciomas TANI LIGAS DAG, JASA 4
10 Tamansari TANI LIGAS DAG, AKT, KEU, JASA 6
11 Cijeruk TANI LIGAS DAG, JASA 4
12 Cigombong TANI LIGAS, KONS DAG, JASA 5
13 Caringin TANI LIGAS DAG, AKT, KEU, JASA 6
14 Ciawi TANI LIGAS, KONS KEU, JASA 5
15 Cisarua TANI LIGAS DAG, KEU, JASA 5
16 Megamendung TANI LIGAS DAG, JASA 4
17 Sukaraja IND, LIGAS AKT 3
18 Babakan Madang LIGAS, KONS KEU, JASA 4
19 Sukamakmur TANI LIGAS JASA 3
20 Cariu TANI LIGAS DAG, JASA 4
21 Tanjungsari TANI LIGAS DAG, JASA 4
22 Jonggol TANI LIGAS DAG, KEU, JASA 5
23 Cileungsi IND KEU 2
24 Klapanunggal TMB IND 2
25 Gunung Putri IND DAG, AKT 3
26 Citeureup IND, KONS 2
27 Cibinong LIGAS AKT, KEU, JASA 4
28 Bojonggede LIGAS, KONS DAG, AKT, KEU, JASA 6
29 Tajurhalang TANI LIGAS, KONS DAG, JASA 5
30 Kemang TANI LIGAS, KONS DAG, AKT, JASA 6
31 Rancabungur TANI LIGAS DAG, AKT, JASA 5
32 Parung TANI LIGAS, KONS DAG, JASA 5
33 Ciseeng TANI LIGAS DAG, JASA 4
34 Gunung Sindur TANI, TMB LIGAS, KONS 4
35 Rumpin TANI, TMB LIGAS DAG, JASA 5
36 Cigudeg TANI, TMB LIGAS DAG, KEU, JASA 6
37 Sukajaya TANI LIGAS DAG 3
38 Jasinga TANI LIGAS DAG, JASA 4
39 Tenjo TANI LIGAS DAG, AKT, JASA 5
40 Parung Panjang TANI LIGAS DAG, AKT, KEU, JASA 6
Sumber : PDRB Kabupaten Bogor tahun 2013 Diolah dari hasil analisis LQ

Keterangan :
Tani : Pertanian Dag : Perdagangan
Tmb : Pertambangan dan Pengalian Akt : Angkutan dan Komunikasi
Ind : Industri Pengolahan Lemb.Keu Persewaan dan Jasa perusahaan
Ligas : Listrik, gas dan air minum Jasa : Jasa-jasa
Kons : Bangunan dan konstruksi
 48  

Komoditas Unggulan Pertanian


Analisis keunggulan kompetitif wilayah dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui pergeseran struktur ekonomi dari suatu sektor atau sub-sektor
dibandingkan dengan cakupan wilayah yang lebih luas dalam dua titik waktu.
Pergeseran struktur ekonomi tersebut dapat menjelaskan kemampuan
berkompetisi (competitiveness) dari suatu sektor atau sub-sektor ekonomi serta
menjelaskan kinerja sektor tersebut.
Penentuan suatu sektor sebagai sektor unggulan atau bukan, dapat dilihat
dengan mengkombinasikan hasil analisis LQ dengan analisis SSA, yaitu apabila
nilai LQ>1 dan nilai SSA positif maka sektor tersebut merupakan sektor
unggulan. Data yang digunakan dalam analisis SSA adalah data Hasil Produksi
sub-sektor pertanian di Kabupaten dalam dua titik tahun yaitu Tahun 2008 dan
Tahun 2013. Data tersebut dipilih karena nilai total LQ pada sub sektor pertanian
yang diperoleh dari analisis sebelumnya paling besar bila dibandingkan dengan
sub – sektor lainnya.
Dari hasil analisis SSA, dapat diketahui bahwa komoditas unggulan
pertanian tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor cukup bervariasi. Jumlah
komoditas unggulan sub sektor pertanian berdasarkan Hasil Shift Share Analysis
di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 14.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa peringkat pertama dengan jumlah
terbanyak komoditas unggulan sub sektor pertanian berada di Kecamatan
Caringin dengan nilai total 28 komoditas yang didominasi oleh subsektor Buah -
buahan. Kecamatan Cigombong memiliki nilai total 23 komoditas unggulan yang
didominasi oleh subsektor sayuran berada di peringkat kedua. Selanjutnya
kecamatan Ciomas dan Babakan Madang masing – masing memiliki nilai total 21
komoditas unggulan dan masih di dominasi oleh sub sektor sayuran dan buah –
buahan. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor sayuran dan buah – buahan di
keempat kecamatan tersebut merupakan subsektor unggulan yang mengalami
pertumbuhan secara cepat dengan nilai analisis SSA yang positif.
Kecamatan Bojong Gede merupakan wilayah dengan jumlah komoditas
unggulan subsektor pertanian paling sedikit dibandingkan dengan kecamatan yang
lain, yaitu hanya sebanyak 4 komoditas. Kecamatan dengan jumlah komoditas
unggulan subsektor pertanian yang paling sedikit lainnya adalah Kecamatan
Tajurhalang dan Cibinong dengan 7 komoditas, serta Kecamatan Citeureup dan
Tenjolaya dengan 8 komoditas.
Pada Tabel 14 juga dapat dilihat nilai RS (Regional Share) yang dapat
menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan
dinamika total wilayah. Subsektor buah – buahan dan subsektor perkebunan
rakyat mengalami pertumbuhan yang lambat di Kabupaten Bogor. Hal ini terlihat
dari Regional Share kedua subsektor tersebut bernilai negatif. Subsektor pertanian
tanaman pangan, sayuran, perikanan dan peternakan mengalami pertumbuhan
yang cepat di Kabupaten Bogor ditandai dengan nilai Regional Share yang positif.
Subsektor tanaman sayuran merupakan subsektor yang paling cepat tumbuh di
Kabupaten Bogor dengan nilai Regional Share tertinggi, yaitu 2,79.
 
49  

Tabel 14. Jumlah komoditas unggulan sub sektor pertanian berdasarkan Hasil
Shift Share Analysis (SSA) di Kabupaten Bogor

Jumlah sub sektor yang memiliki nilai SSA Positif (Mengalami pertumbuhan)

Kecamatan Perkebu TOTAL


Tanaman Buah -
Sayuran nan Perikanan Peternakan
Pangan Buahan
Rakyat
Nanggung 1 3 0 2 1 7 14
Leuwiliang 1 3 3 2 1 6 16
Leuwisadeng 2 1 1 1 1 6 12
Pamijahan 1 7 3 1 1 1 14
Cibungbulang 2 3 0 0 1 8 14
Ciampea 1 2 2 0 1 1 7
Tenjolaya 0 2 0 0 0 6 8
Dramaga 4 3 3 1 1 1 13
Ciomas 3 4 8 2 1 3 21
Tamansari 2 2 3 1 1 7 16
Cijeruk 0 3 1 1 0 5 10
Cigombong 4 5 8 2 1 3 23
Caringin 3 10 6 3 1 5 28
Ciawi 3 0 6 2 0 8 19
Cisarua 2 1 1 3 0 8 15
Megamendung 0 0 2 3 1 7 13
Sukaraja 1 5 3 2 1 2 14
Babakan Madang 3 9 0 0 1 8 21
Sukamakmur 2 3 1 3 1 7 17
Cariu 2 2 0 2 1 3 10
Tanjungsari 2 0 1 1 1 7 12
Jonggol 1 1 4 0 1 4 11
Cileungsi 1 2 3 0 1 10 17
Klapanunggal 1 6 2 0 1 2 12
Gunung Putri 2 5 1 0 1 2 11
Citeureup 0 1 0 0 1 6 8
Cibinong 1 1 1 0 1 3 7
Bojonggede 0 2 0 0 1 1 4
Tajurhalang 3 1 0 1 1 1 7
Kemang 3 4 0 2 2 4 15
Rancabungur 1 2 4 0 1 4 12
Parung 3 1 2 0 1 2 9
Ciseeng 3 1 5 1 1 2 13
Gunung Sindur 0 4 1 1 1 1 8
Rumpin 1 3 0 1 1 3 9
Cigudeg 1 3 0 4 0 6 14
Sukajaya 1 0 0 3 1 6 11
Jasinga 3 0 0 1 0 4 8
Tenjo 2 0 1 2 1 5 11
Parung Panjang 2 5 2 1 0 3 13
Regional Share 0.05 - 0.17 2.79 -0.19 2.55 0.43
Sumber : BPS (2014) diolah dari hasil analisis SSA
 50  

a. Subsektor Tanaman Pangan


Kecamatan Dramaga dan Cigombong merupakan kecamatan dengan jumlah
komoditas unggulan subsektor tanaman pangan terbanyak di Kabupaten Bogor,
yaitu sebanyak 4 komoditas unggulan yang terdiri dari komoditas talas, kacang
tanah, ubi kayu, dan ubi jalar. Kecamatan Tenjolaya, Cijeruk, Megamendung,
Citeureup, Bojong Gede, dan Gunung Sindur tidak memiliki komoditas unggulan
subsektor tanaman pangan yang menjadi komoditas unggulan. Padi Sawah
merupakan komoditas tanaman pangan yang menjadi komoditas unggulan di
Kabupaten Bogor, karena jumlah komoditas unggulan tanaman padi sawah paling
banyak menyebar di 19 kecamatan.

b. Subsektor Tanaman Buah - buahan


Kecamatan Caringin merupakan kecamatan dengan jumlah komoditas
unggulan subsektor tanaman buah - buahan terbanyak di Kabupaten Bogor, yaitu
sebanyak 10 komoditas unggulan yang terdiri dari komoditas buah alpukat,
durian, jambu biji, jambu air,jeruk keprok, jeruk besar, salak, sawo, sirsak, dan
sukun. Kecamatan Megamendung, Tanjungsari, Sukajaya, Jasinga dan Tenjo
tidak memiliki komoditas unggulan subsektor tanaman buah - buahan yang
menjadi komoditas unggulan. Jambu biji merupakan komoditas tanaman buah -
buahan yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bogor, karena jumlah
komoditas unggulan tanaman jambu biji paling banyak menyebar di 12
kecamatan.

c. Subsektor Tanaman Sayuran.


Kecamatan Ciomas dan Cigombong merupakan kecamatan dengan jumlah
komoditas unggulan subsektor tanaman sayuran terbanyak di Kabupaten Bogor,
yaitu sebanyak 8 komoditas unggulan pertanian. Komoditas sayur sawi, cabe
besar, cabe rawit, tomat, terong, buncis, kangkung, dan bayam di Kecamatan
Ciomas, serta di Kecamatan Cigombong terdapat komoditas sayur sawi, kacang
panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terong, buncis, ketimun. Kecamatan
Nanggung, Cibungbulang, Tenjolaya, Babakan Madang, Cariu, Citeureup, Bojong
Gede, Tajurhalang, Kemang, Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, dan Jasinga tidak
memiliki komoditas unggulan subsektor tanaman sayuran yang menjadi
komoditas unggulan. Kacang Panjang merupakan komoditas tanaman sayuran
yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bogor, karena jumlah komoditas
unggulan tanaman kacang panjang paling banyak menyebar di 11 kecamatan.

d. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat.


Kecamatan Cigudeg merupakan kecamatan dengan jumlah komoditas
unggulan subsektor tanaman perkebunan rakyat terbanyak di Kabupaten Bogor,
yaitu sebanyak 4 komoditas unggulan yang terdiri dari komoditas perkebunan
pala, karet, aren, dan lada. Kecamatan Cibungbulang, Ciampea, Tenjolaya,
Babakan Madang, Jonggol, Cileungsi, Klapanunggal, Gunung Putri, Citeureup,
Cibinong, Bojong Gede, Rancabungur, dan Parung tidak memiliki komoditas
unggulan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang menjadi komoditas
unggulan. Tanaman Pala merupakan komoditas tanaman perkebunan rakyat yang
menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bogor, karena jumlah komoditas
unggulan tanaman pala paling banyak menyebar di 13 kecamatan.
 
51  

e. Subsektor Perikanan.
Kecamatan Kemang merupakan kecamatan dengan jumlah komoditas
unggulan subsektor perikanan terbanyak di Kabupaten Bogor, yaitu sebanyak 2
komoditas unggulan yang terdiri dari komoditas ikan kolam air tenang dan ikan
kolam jaring apung. Kecamatan Tenjolaya, Cijeruk, Ciawi, Cisarua, Cigudeg, dan
Jasinga tidak memiliki komoditas unggulan subsektor perikanan yang menjadi
komoditas unggulan. Ikan kolam air tenang merupakan komoditas subsektor
perikanan yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bogor, karena jumlah
komoditas unggulan ikan kolam air tenang paling banyak menyebar di 24
kecamatan.

f. Subsektor Peternakan
Kecamatan Cileungsi merupakan kecamatan dengan jumlah komoditas
unggulan subsektor peternakan terbanyak di Kabupaten Bogor, yaitu sebanyak 10
komoditas unggulan yang terdiri dari komoditas ternak kambing, sapi potong,
domba, anjing Peliharaan, anjing liar, kelinci, kuda, kucing, kerbau, dan ayam
buras. Kecamatan Pamijahan, Ciampea, Dramaga, , Bojong Gede, Tajurhalangdan
Gunung Sindur hanya memiliki 1 komoditas unggulan subsektor peternakan yang
menjadi komoditas unggulan. Ayam buras merupakan komoditas subsektor
peternakan yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Bogor, karena jumlah
komoditas unggulan ayam buras paling banyak menyebar di 20 kecamatan.

Efisiensi Pembangunan Wilayah dan Hirarki Wilayah

Perencanaan pembangunan wilayah khususnya penanganan jaringan jalan


harus dijalankan dengan memegang asas prioritas. Hal ini dikarenakan adanya
keterbatasan anggaran, sumberdaya manusia, sumberdaya alam serta hambatan
geografis sehingga pemerintah perlu menetapkan wilayah-wilayah mana yang
perlu mendapatkan prioritas untuk di bangun dan dikembangkan. Penetapan
prioritas tersebut sebaiknya sejalan dengan potensi wilayah yang bersangkutan
serta tingkat perkembangan dari wilayah tersebut termasuk ketersediaan
infrastruktur dan sarana pelayanan. Hal ini sejalan dengan pendapat Riyadi dan
Bratakusumah (2005) bahwa perencanaan pembangunan wilayah dalam
hubungannya dengan suatu daerah sebagai wilayah pembangunan harus memiliki
orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, namun tetap berpegang pada asas
prioritas.
Dalam kaitannya dengan strategi pengembangan wilayah, perlu
diidentifikasi wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan yang mampu
menggerakan ekonomi wilayah di sekitarnya. Melalui pendekatan konsep wilayah
nodal, dapat diketahui wilayah yang menjadi pusat-pusat (inti) dan wilayah yang
menjadi pendukung (hinterland). Identifikasi terhadap wilayah inti dan hinterland
penting dilakukan untuk menentukan prioritas wilayah pembangunan. Fokus
pembangunan pada pusat-pusat pertumbuhan yang menjadi inti wilayah akan
memudahkan dalam penetapan prioritas wilayah pembangunan dimana
pelaksanaan pembangunan pada wilayah inti diharapkan dapat memberikan
multiplier effect terhadap perkembangan wilayah-wilayah di sekitarnya.
 52  

Selain dilihat dari ketersediaan fasilitas pelayanan, perencanaan


pengembangan wilayah juga bisa didekati melalui analisis efisiensi wilayah.
Tujuannya adalah untuk menganalisis seberapa efisien pemanfaatan sarana
prasarana jalan di Kabupaten Bogor dalam mendorong pencapaian PDRB.

Efisiensi Pembangunan Wilayah


Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Data Envelopment
Analysis (DEA). DEA digunakan dengan tujuan untuk melihat wilayah mana yang
yang efisien dan wilayah mana yang kurang efisien. Dari analisis ini dapat
ditentukan wilayah-wilayah mana yang efisien dan perlu diprioritaskan dalam
pembangunan dengan harapan dapat berpengaruh pada wilayah sekitarnya.
Metode analisis DEA dipilih karena metode ini mampu menentukan efisiensi dari
suatu DMU (Decision Making Unit) berdasarkan beragam kriteria input yang
memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
Untuk melihat efisiensi secara positif capaian PDRB berdasarkan
ketersediaan jumlah sarana prasarana jalan, digunakan data jumlah ruas jalan,
panjang jalan dan persentase jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Bogor.
Struktur data DEA disajikan pada lampiran 10.
Tabel 15, dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dengan orientasi input
dan asumsi Constant Return to Scale (CRS) dari sisi jumlah sarana prasarana
jalan, hampir semua kecamatan di Kabupaten Bogor menunjukan nilai efisiensi
(efficiency summary) tidak mencapai tingkat efisiensi maksimum 100% secara
positif. Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum keberadaan jumlah dan
kondisi sarana prasarana yang ada di tiap kecamatan belum efisien secara positif
mendorong peningkatan PDRB. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena
kelengkapan jumlah dan kondisi prasarana jalan di kecamatan tersebut tidak
sebanding dengan capaian PDRB. Hampir di semua Kecamatan memiliki sarana
prasarana jalan yang cukup memadai, tetapi PDRB yang dihasilkan tidak
sebanding dengan jumlah sarana prasarana yang ada. Artinya jumlah sarana
prasarana yang ada belum mampu secara efisien mendorong peningkatan PDRB
sesuai yang diharapkan. Selain dipengaruhi oleh kondisi prasarana jalan yang ada,
efisiensi pembangunan wilayah juga dipengaruhi oleh aktivitas perekonomian di
wilayah tersebut.
Kecamatan Gunung Putri dengan kondisi prasarana jalanya yang baik serta
aktivitas perekonomiannya yang bertumpu pada sektor sekunder dan tersier,
merupakan satu – satunya kecamatan di Kabupaten Bogor yang mencapai nilai
efisiensi maksimum 100% secara positif. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dan
kondisi sarana prasarana jalan di kecamatan tersebut sudah secara efisien
mendorong peningkatan PDRB.
Dari bobot input yang dimiliki, seharusnya 39 Kecamatan yang nilai
efisiensi nya belum mencapai 100% dapat menghasilkan output yang lebih tinggi
sesuai hasil dari analisis yang dilakukan. Misalnya kecamatan Nanggung dari
output PDRB yang diperoleh sesuai data yang ada sebesar 696.271 seharusnya
bisa menghasilkan output PDRB sebesar 5.854.524. Untuk gambaran nilai output
kecamatan lainnya dapat dilihat pada Tabel 15. Kecamatan Nanggung dengan
kondisi prasarana jalanya yang kurang baik serta aktivitas perekonomiannya yang
bertumpu pada sektor primer, merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Bogor yang nilai efisiensi positifnya masuk dalam kategori sangat kurang.
 
53  

Hasil summary of peers analisis DEA menunjukan bahwa untuk


meningkatkan efisiensi positif sarana prasarana jalan terhadap capaian nilai PDRB
di setiap Kecamatan, harus mengacu pada Kecamatan Gunung Putri yang
memiliki nilai efisiensi maksimum 100% Secara positif. Peta tingkat efisiensi
positif sarana prasarana jalan terhadap capaian nilai PDRB di Kabupaten Bogor
disajikan pada Gambar 8.

Tabel 15. Efisiensi jumlah sarana prasarana jalan terhadap capaian PDRB
Kecamatan di Kabupaten Bogor
Input   Input   Input   Output  (PDRB)  
Efficie (Jumlah   (Panjang   (Persenta
Kecamatan   Hasil   Peers  
ncy   Ruas   Ruas   se  Jalan   Data  
Jalan)   Jalan)   Baik)   Analisis  
Nanggung   0.119   16   75.683   59.5    696,271      5,854,524     25  
Leuwiliang   0.075   14   59.234   59.11    438,552      5,816,150     25  
Leuwisadeng   0.040   6   18.4   92.03    136,371      3,432,138     25  
Pamijahan   0.030   15   55.47   87.43    257,807      8,602,706     25  
Cibungbulang   0.034   13   40.69   90.91    256,405      7,589,874     25  
Ciampea   0.054   15   45.856   98.91    459,504      8,554,231     25  
Tenjolaya   0.027   8   25.012   98.8    124,210      4,665,096     25  
Dramaga   0.050   15   34.085   88.56    318,803      6,358,782     25  
Ciomas   0.109   12   21.185   98.58    431,036      3,950,689     25  
Tamansari   0.033   17   41.518   92.77    259,104      7,744,694     25  
Cijeruk   0.037   12   31.548   98.73    217,584      5,884,997     25  
Cigombong   0.035   20   41.177   93.69    269,362      7,681,274     25  
Caringin   0.069   20   51.75   63.38    428,494      6,236,298     25  
Ciawi   0.101   14   37.576   90.69    706,655      7,009,769     25  
Cisarua   0.084   14   32.4   90.43    510,460      6,043,547     25  
Megamendung   0.057   11   37.72   86.48    401,838      7,035,883     25  
Sukaraja   0.144   17   44.545   88.1    1,193,368      8,309,877     25  
Babakan  Madang   0.130   9   34.425   75.89    837,424      6,420,336     25  
Sukamakmur   0.026   13   80.572   61.24    157,109      6,025,732     25  
Cariu   0.030   6   32.403   78.09    166,578      5,558,944     25  
Tanjungsari   0.016   8   49.67   77.15    122,238      7,411,926     25  
Jonggol   0.041   9   45.05   79.02    317,176      7,775,201     25  
Cileungsi   0.939   11   32.615   61.83    5,712,096      6,083,785     25  
Klapanunggal   0.627   5   30.965   53.98    2,904,922      4,632,453     25  
Gunung  Putri   1.000   10   49.67   94.16    9,264,907      9,264,907     25  
Citeureup   0.619   11   42.775   91.35    4,938,315      7,977,855     25  
Cibinong   0.366   27   56.135   91.27    3,286,529      8,980,544     25  
Bojonggede   0.054   8   40.822   74.28    392,394      7,308,807     25  
Tajurhalang   0.023   10   39.52   95.45    169,255      7,371,635     25  
Kemang   0.049   12   27.92   97.85    256,930      5,207,896     25  
Rancabungur   0.015   7   28.25   91.15    78,282      5,269,451     25  
Parung   0.088   11   36.3   90.5    597,002      6,771,011     25  
Ciseeng   0.048   8   31.497   76.39    282,547      5,875,671     25  
Gunung  Sindur   0.099   14   44.823   90.59    827,276      8,360,240     25  
Rumpin   0.074   16   73.249   42.03    305,441      4,135,557     25  
Cigudeg   0.062   16   57.13   47.05    285,626      4,629,502     25  
Sukajaya   0.016   6   47.85   61.62    86,984      5,558,944     25  
Jasinga   0.026   19   75.13   86.65    225,035      8,525,958     25  
Tenjo   0.011   11   46.54   86.76    91,303      8,536,781     25  
Parung  Panjang   0.046   8   51.755   71.79    327,014      7,063,803     25  
MEAN   0.138  
Diolah dari hasil analisis DEA            
 54  

Gambar 8. Peta tingkat efisiensi positif sarana prasarana jalan terhadap


capaian nilai PDRB 40 kecamatan di Kabupaten Bogor

Berdasarkan Gambar 8, dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut :


a. Efisiensi positif pembangunan kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai
(0,75 – 1,00), secara umum termasuk ke dalam kategori baik dan masih di
atas rata-rata nilai efisiensi (0,138) berjumlah 2 kecamatan, yaitu kecamatan
Gunung Putri dan Cileungsi.
b. Efisiensi positif pembangunan kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai
(0,50 – 0,75), secara umum termasuk ke dalam kategori cukup dan masih di
atas rata-rata nilai efisiensi (0,138) berjumlah 2 kecamatan, yaitu kecamatan
Klapanunggal dan Citeureup.
c. Efisiensi positif pembangunan kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai
(0,25 – 0,50), secara umum termasuk ke dalam kategori Kurang dan masih di
atas rata-rata nilai efisiensi (0,138) berjumlah 1 kecamatan, yaitu kecamatan
Cibinong.
d. Efisiensi positif pembangunan kecamatan di Kabupaten Bogor dengan nilai
(<0,25), secara umum termasuk ke dalam kategori sangat kurang berjumlah
35 kecamatan, yaitu kecamatan Sukaraja, Babakan madang, Gunung Sindur,
Ciawi, Nanggung, Leuwiliang, Ciampea, Dramaga, Ciomas, Caringin,
Cisarua, Megamendung, Jonggol, Bojong Gede, Parung, Rumpin, Parung
panjang, Leuwisadeng, Pamijahan, Cibungbulang, Tenjolaya, Tamansari,
Cijeruk, Cigombong, Sukamakur, Cariu, Tanjungsari, Tajurhalang, Kemang,
Rancabungur, Ciseeng, Cigudeg, Sukajaya, Jasinga, dan Tenjo
 
55  

Hirarki Wilayah
Analisis hirarki wilayah Kabupaten Bogor dikaji dengan analisis skalogram.
Analisis skalogram dibangun untuk mengetahui tingkat perkembangan suatu
wilayah berdasarkan aktivitas sosial, ekonomi, serta mengidentifikasi tingkat
kesejahteraan, luas wilayah dan aksesibilitas penduduk ke pusat-pusat pelayanan.
Ketersediaan fasilitas tidaklah seragam di seluruh kecamatan. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hirarki wilayah kecamatan yang ada di
Kabupaten Bogor.
Terdapat 30 variabel yang digunakan dalam analisis skalogram, yang terbagi
menjadi 9 indeks, yaitu: (1) Indeks jumlah penduduk, (2) Indeks fasilitas
pendidikan, (3) Indeks fasilitas kesehatan, (4) Indeks fasilitas sosial, (5) Indeks
fasilitas ekonomi, (6) Indeks fasilitas Jasa, (7) Indeks aksesibilitas ke fasilitas
pendidikan, (8) Indeks aksesibilitas ke fasilitas kesehatan, (9) Indeks aksesibilitas
ke fasilitas ekonomi, dan (10) Indeks aksesibilitas ke fasilitas jasa.
Pada analisis skalogram, tingkat perkembangan wilayah dapat dicerminkan
oleh nilai Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK), semakin tinggi nilai IPK maka
semakin berkembang/maju wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah
lainnya, sehingga wilayah tersebut dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah-
wilayah disekitarnya atau bagi wilayah-wilayah yang memiliki nilai IPK lebih
rendah. Hasil analisis hirarki wilayah ditampilkan pada Tabel 16 dan Tabel 17.
Hasil analisis skalogram tahun 2013 menunjukkan bahwa, nilai IPK rata-
rata berkisar 39,879 dan nilai Standar Deviasi sebesar 9,654. Wilayah dengan IPK
tertinggi pada tahun 2013 adalah kecamatan Cibinong. Secara umum tingkat
hirarki wilayah Kabupaten Bogor tahun 2013 masih banyak kecamatan yang
berada pada hirarki III. Sebanyak 57,5 persen (23 kecamatan) di Kabupaten Bogor
masih berada di hirarki III (kurang maju). Hal ini dapat dilihat dari masih
minimnya jumlah fasilitas sarana prasarana masyarakat yang tinggal di daerah
tersebut. Disamping itu juga ditandai dengan masih sulitnya aksesibilitas/
kemudahan pencapaian dalam memanfaatkan fasilitas sarana prasarana tersebut.
Kecamatan yang berada pada hirarki II sebanyak 32,5 persen (13 kecamatan) dan
kecamatan yang berada pada hirarki I sebanyak 10 persen (4 kecamatan).
Perkembangan wilayah Kabupaten Bogor tahun 2013 secara spasial dapat
disajikan pada Gambar 9. Pada Gambar 9 dapat terlihat bahwa, wilayah yang
secara geografis berbatasan dengan Kota Bogor memiliki tingkat hirarki wilayah
yang cukup baik, seperti: Kecamatan Cibinong dengan tingkat Hirarki I,
Kecamatan Ciawi, Caringin, Ciomas, Dramaga, Citeureup dan Bojong gede
dengan tingkat Hirarki II. Selain Kecamatan Cibinong, Wilayah di Kabupaten
Bogor yang memiliki tingkat hirarki I berada di wilayah bagian barat berbatasan
dengan Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak yaitu Kecamatan Leuwiliang,
dan wilayah bagian timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan
Kabupaten Karawang yaitu Kecamatan Cileungsi dan Kecamatan Cariu.
Kecamatan dengan tingkat Hirarki III sebagian besar berada pada wilayah
Kabupaten Bogor bagian barat.
 56  

Tabel 16. Hirarki Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2013


No   Kecamatan   IPK   Hirarki  Wilayah  
1  
Cibinong 67.681 Hirarki  1  
2  
Cariu 67.249 Hirarki  1  
3  
Cileungsi 57.356 Hirarki  1  
4  
Leuwiliang 52.081 Hirarki  1  
5  
Kemang 48.917 Hirarki  2  
6  
Jasinga 46.945 Hirarki  2  
7  
Citeureup 46.954 Hirarki  2  
8  
Ciawi 46.918   Hirarki  2  
9  
Caringin 46.255 Hirarki  2  
10  
Jonggol 44.320 Hirarki  2  
11  
Dramaga 43.607 Hirarki  2  
12  
Tenjolaya 42.832 Hirarki  2  
13  
Tanjungsari 42.222 Hirarki  2  
14  
Cisarua 40.958   Hirarki  2  
15  
Parung 40.849 Hirarki  2  
16  
Ciomas 40.550 Hirarki  2  
17  
Bojonggede 40.392 Hirarki  2  
18  
Cibungbulang 39.480 Hirarki  3  
19  
Rancabungur 39.280 Hirarki  3  
20  
Babakan Madang 38.695 Hirarki  3  
21  
Cigombong 38.639 Hirarki  3  
22  
Megamendung 38.397 Hirarki  3  
23  
Gunung Sindur 36.366 Hirarki  3  
24  
Pamijahan 36.126 Hirarki  3  
25  
Cigudeg 35.842 Hirarki  3  
26  
Rumpin 35.806 Hirarki  3  
27  
Tenjo 35.549 Hirarki  3  
28  
Ciseeng 35.355 Hirarki  3  
29  
Parung Panjang 34.758 Hirarki  3  
30  
Nanggung 34.633 Hirarki  3  
31  
Ciampea 34.584 Hirarki  3  
32  
Klapanunggal 34.242 Hirarki  3  
33  
Sukaraja 33.706 Hirarki  3  
34  
Gunung Putri 32.370 Hirarki  3  
35  
Leuwisadeng 30.885 Hirarki  3  
36  
Tajurhalang 30.768 Hirarki  3  
37  
Sukamakmur 30.460 Hirarki  3  
38  
Cijeruk 29.624 Hirarki  3  
39  
Sukajaya 23.979 Hirarki  3  
40  
Tamansari 19.547 Hirarki  3  
Rataan  IPK   39.879  
st  Deviasi   9.654  
Sumber: BPS (2014) diolah dari hasil analisis skalogram
 
57  

Tabel 17. Persentase Hirarki Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2013


Jumlah  
Kriteria Kecamatan   Persentase  (%)   Rataan  IPK   StDev  IPK  
Hirarki I 4   10   61.091   7.67  
Hirarki II 13 32.5   43.978   2.945  
Hirarki III 23 57.5   33.874   4.799  
Sumber: BPS (2014) diolah dari hasil analisis Skalogram

Secara spesifik hirarki wilayah menurut ketersediaan sarana dan prasarana


serta fasilitas pelayanan umum berdasarkan perhitungan skalogram di Kabupaten
Bogor adalah sebagai berikut:
1. Wilayah yang termasuk pada hiraki I merupakan wilayah/kecamatan-
kecamatan yang memiliki tingkat hirarki wilayah yang lebih maju
dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Kecamatan yang termasuk pada
kategori ini hanya sebesar 10 persen dari total kecamatan di Kabupaten Bogor.
Wilayah nya meliputi kecamatan: Cibinong (IPK 67,681), Cariu (IPK 67,249),
Cileungsi (IPK 57,356), Leuwiliang (IPK 52,081). Kecamatan yang berada
pada kategori hirraki I ini memiliki kelengkapan jumlah dan jenis dari
prasarana/fasilitas dasar di lokasi tersebut. Selain itu, kecamatan yang termasuk
pada kategori ini memiliki aksesibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Wilayah yang termasuk pada kategori ini dapat menjadi pusat
pelayanan dan penyedia fasilitas bagi wilayah disekitarnya. Wilayah hirarki I,
dengan aspek pelayanan masyarakat yang cukup baik dapat mempengaruhi
peningkatan nilai efisiensi positif pembangunan wilayahnya. Kecamatan
Cileungsi dengan nilai efisiensi pembangunan wilayahnya sebesar 93% dan
masuk dalam kategori baik, merupakan wilayah kecamatan yang berada pada
tingkat hirarki I.
2. Wilayah yang termasuk kedalam hirarki II merupakan wilayah/kecamatan yang
memiliki tingkat hirarki wilayah sedang. Ciri-ciri yang menonjol pada kategori
wilayah ini adalah jumlah dan jenis prasarananya tidak selengkap wilayah yang
berada di hirarki I. Itulah sebabnya wilayah ini tidak dapat dijadikan sebagai
pusat aktivitas maupun pusat pelayanan bagi kecamatan - kecamatan
disekitarnya, melainkan hanya berfungsi sebagai hinterland. Pada tahun 2013,
sebanyak 32,5 persen (13 kecamatan) dari jumlah kecamatan di Kabupaten
Bogor dikategorikan sebagai wilayah sedang. Kecamatan yang berada pada
kategori wilayah sedang adalah: Kemang (IPK 48,917), Jasinga (IPK 46,945),
Citeureup (IPK 46,954), Ciawi (IPK 46,918), Caringin (IPK 46,225), Jonggol
(IPK 44,320), Dramaga (IPK 43,607), Tenjolaya (IPK 42,832), Tanjungsari
(IPK 42,222), Cisarua (IPK 40,958), Parung (IPK 40,849), Ciomas (IPK
40,550), Bojonggede (IPK 40,392).
3. Wilayah/kecamatan yang termasuk kedalam hirarki III merupakan wilayah
yang memiliki tingkat hirarki wilayah yang paling rendah. Wilayah yang
berada pada kategori inilah yang paling banyak tersebar di Kabupaten Bogor.
Pada tahun 2013 sebanyak 57,5 persen dari total wilayah yang ada di
Kabupaten Bogor termasuk pada kategori wilayah ini, yaitu kecamatan:
Cibungbulang (IPK 39,480), Rancabungur (IPK 39,280), Babakan Madang
(IPK 38,695), Cigombong (IPK 38,639), Megamendung (IPK 38,397), Gunung
 58  

Sindur (IPK 36,366), Pamijahan (IPK 36,126), Cigudeg (IPK 35,842), Rumpin
(IPK 35,806), Tenjo (IPK 35,549), Ciseeng (IPK 35,355), Parung Panjang
(IPK 34,758), Nanggung (IPK 34,633), Ciampea (IPK 34,584), Klapanunggal
(IPK 34,242), Sukaraja (IPK 33,706), Gunung Putri (IPK 32,370),
Leuwisadeng (IPK 30,885), Tajurhalang (IPK 30,768), Sukamakmur (IPK
30,460), Cijeruk (IPK 29,624), Sukajaya (IPK 23,979), Tamansari (IPK
19,547), Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15.

Gambar 9. Peta Hirarki Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2013

Wilayah hirarki I, dengan aspek pelayanan masyarakat yang cukup baik


dapat mempengaruhi peningkatan nilai efisiensi positif pembangunan wilayahnya.
Kecamatan Cileungsi dengan nilai efisiensi pembangunan wilayahnya sebesar
93% dan masuk dalam kategori baik, merupakan wilayah kecamatan yang berada
pada tingkat hirarki yang paling tinggi (Hirarki I). Sebaliknya, Wilayah dengan
aspek pelayanan masyarakat yang kurang baik dapat mempengaruhi penurunan
nilai efisiensi positif pembangunan wilayahnya. Kecamatan Tenjo dengan nilai
efisiensi pembangunan wilayahnya hanya sebesar 1,1% dan masuk dalam kategori
sangat kurang, merupakan wilayah kecamatan yang berada pada tingkat hirarki
yang paling rendah (Hirarki III).
Kecamatan dengan tingkat hirarki I, yaitu Kecamatan Cibinong, Cariu,
Cileungsi, dan Leuwiliang merupakan kecamatan yang termasuk dalam Rencana
struktur ruang wilayah kabupaten Bogor meliputi pembagian wilayah
pengembangan, rencana sistem pusat kegiatan dan rencana sistem jaringan sarana
dan prasarana. Pembagian wilayah pengembangan tersebut dibagi kedalam 3
Wilayah Pengembangan.
 
59  

Kecamatan Cibinong Masuk ke dalam wilayah pengembangan tengah


dengan arahan fungsi pengembangan kegiatan pusat pemerintahan, perdagangan
dan jasa, pusat pelayanan sosial, pusat komunikasi, pusat permukiman perkotaan,
Pariwisata dan budaya, Industri ramah lingkungan. Kecamatan Leuwiliang Masuk
ke dalam wilayah pengembangan barat dengan arahan fungsi Pengembangan
kegiatan pertanian, pertambangan, kehutanan, perkebunan, pariwisata dan budaya,
industri, jasa dan permukiman. Kecamatan Cileungsi dan Kecamatan Cariu
Masuk ke dalam wilayah pengembangan timur dengan arahan fungsi
Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, pertanian, pertambangan,
pariwisata, industri manufaktur, pusat permukiman perkotaan.
Kecamatan Cibinong, Leuwiliang, dan Cileungsi juga masuk ke dalam
rencana pengembangan pusat kegiatan di Kabupaten Bogor. Sistem pusat kegiatan
terbagi atas sistem perkotaan dan sistem pedesaan. Sistem perkotaan disusun
secara berhirarkis sesuai dengan ukuran dan fungsi perkotaan sesuai dengan skala
pelayanan yang ditentukan. Pembagian struktur pusat kegiatan dalam sistem
perkotaan ditetapkan sebagai berikut:
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu Kawasan Perkotaan Bodebek;
2. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yaitu Perkotaan Cibinong yang
merupakan pusat dari Sub Wilayah Pengembangan (SWP) Cibinong;
3. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu perkotaan Cileungsi, Cigudeg,
Parungpanjang, dan Jonggol;
4. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), yaitu perkotaan Parung, Leuwiliang,
Jasinga, Cigombong, Ciawi, Ciomas dan Ciampea; dan
5. 29 Pusat Pelayanan Lingkungan Kota (PPLk) yang tersebar di 22 kecamatan
yang merupakan pemusatan aktivitas pelayanan di skala lingkungan
permukiman pada wilayah perkotaan.
Terkait dengan pengembangan pusat kegiatan diatas fokus pengembangan
diprioritaskan pada pengembangan Cibinong Raya sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah yang dipromosikan (PKWp) dengan mendorong Cibinong Raya sebagai
Pusat Pemerintahan, Pelayanan Sosial dan Ekonomi, Permukiman, Industri, Riset
& Teknologi yang memiliki Skala Provinsi dan antar Kabupaten/Kota. Hal ini
terkait dengan pengembangan twin metropolitan Bodebekkarpur sebagai
Metropolitan mandiri dengan sektor unggulan industri manufaktur, jasa,
keuangan, serta perdagangan, hotel, dan restoran.

Transportasi Asal Tujuan


Sebagai salah satu aspek utama dalam perancangan sistem transportasi
adalah prediksi kebutuhan pergerakan dapat menentukan tingkat efektifitas dan
efisiensi pembangunan/pengembangan sistem transportasi. Makin baik prediksi
yang dilakukan dalam tahap perencanaannya, maka semakin efektif dan efisien
implementasinya. Prediksi kebutuhan pergerakan pada dasarnya merupakan
proses yang rumit serta sulit untuk memperoleh hasil yang baik, mengingat
banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kebutuhan pergerakan
khususnya. Selain metode prediksi yang sesuai, kualitas data juga sangat
menentukan kualitas prediksi yang dihasilkan. Apabila diinginkan kualitas
prediksi kebutuhan pergerakan yang baik, diperlukan sumberdaya yang besar.
Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalulintas berupa jumlah
kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya
 60  

kendaraan/jam. Jumlah orang atau kendaraan yang masuk atau keluar dari suatu
luas tanah tertentu dalam satu hari (atau satu jam) mudah dihitung untuk
mendapatkan bangkitan dan tarikan pergerakan.
Pergerakan dapat dikalsifikasikan berdasarkan 3 hal penting, yaitu :

1. Berdasarkan Tujuan Pergerakan


Pergerakan dengan tujuan bekerja dan pendidikan disebut sebagai tujuan
pergerakan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang
setiap hari, sedangkan tujuan pergerakan lain seperti ke tempat belanja,
kepentingan sosial, dan rekreasi sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan.
Perjalanan terbentuk karena adanya aktivitas yang dilakukan bukan di
tempat tinggal sehingga pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat
mempengaruhi pola perjalanan orang. Dalam hal ini pola penyebaran spasial yang
sangat berperan adalah sebaran spasial dari daerah industri, perkantoran, dan
permukiman. Pola sebaran spasial dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat
berperan dalam menentukan pola perjalanan orang, terutama perjalanan dengan
maksud bekerja. Tentu saja sebaran spasial untuk pertokoan dan areal pendidikan
juga berperan. Tetapi, mengingat porsi keduanya tidak begitu signifikan, pola
sebaran pertamalah yang sangat mempengaruhi pola perjalanan orang.
Jika ditinjau lebih jauh terlihat bahwa makin jauh dari pusat kota,
kesempatan kerja makin rendah, dan sebaliknya kepadatan perumahan makin
tinggi. Tingkat perjalanan yang muncul dari setiap daerah ke arah pusat kota
sebenarnya menunjukkan hubungan antara kepadatan penduduk dengan
kesempatan kerja, yang kondisinya sangat tergantung pada jarak lokasi daerah
yang bersangkutan ke pusat kota.
Pada lokasi yang kepadatan penduduknya lebih tinggi daripada kesempatan
kerja yang tersedia, terjadi surplus penduduk, dan mereka harus melakukan
perjalanan ke pusat kota untuk bekerja. Di sini terlihat bahwa makin jauh jarak
dari pusat kota, makin banyak daerah perumahan dan makin sedikit kesempatan
kerja yang berakibat makin banyak perjalanan yang terjadi antara daerah tersebut
yang menuju pusat kota.

2. Berdasarkan Waktu
Pergerakan biasanya dikelompokkan menjadi pergerakan pada jam sibuk
dan pada jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan
pergerakan sangat bervariasi sepanjang hari. pergerakan pada selang jam sibuk
pagi hari terjadi antara jam 7.00 sampai dengan jam 9.00 pagi dan jam tidak sibuk
berkisar antara jam 10.00 sampai dengan jam 12.00 siang. Kebanyakan
pergerakan pada jam sibuk pagi merupakan pergerakan utama yang harus
dilakukan setiap hari untuk tujuan bekerja dan pendidikan. Pergerakan untuk
tujuan birokrasi, sosial dan rekreasi terjadi baik pada jam sibuk dan tidak sibuk.
Pada jam sibuk pagi hari akan terjadi arus lalulintas perjalanan orang
menuju ke pusat kota dari sekitar daerah perumahan, sedangkan jam sibuk sore
hari dicirikan oleh arus lalulintas perjalanan orang dari pusat kota ke sekitar
daerah perumahan. Arus lalulintas ini persentasenya sekitar 50−70% dari total
jumlah perjalanan harian yang dibangkitkan di dalam daerah perkotaan, dan
karena itu merupakan faktor terpenting yang membentuk pola perjalanan orang di
kota.
 
61  

3. Berdasarkan Jenis Orang


Hal ini merupakan salah satu jenis pengelompokan yang penting karena
perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosial ekonomi.
Atribut yang dimaksud adalah (1) tingkat pendapatan, biasanya terdapat tiga
tingkat pendapatan di Indonesia yaitu tinggi, menengah, dan rendah. (2) Tingkat
pemilikan kendaraan, biasanya terdapat empat tingkat yaitu 0, 1, 2, atau lebih dari
dua kendaraan per rumah tangga.
Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan dalam bentuk
arus pergerakan (kendaraan, penumpang, dan barang) yang bergerak dari zona
asal ke zona tujuan di dalam daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu.
Matriks Pergerakan atau Matriks Asal−Tujuan (MAT) sering digunakan oleh
perencana transportasi untuk menggambarkan pola pergerakan tersebut.
MAT adalah matriks berdimensi dua yang berisi informasi mengenai
besarnya pergerakan antarlokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris
menyatakan zona asal dan kolom menyatakan zona tujuan, sehingga sel matriks-
nya menyatakan besarnya arus dari zona asal ke zona tujuan. Dalam hal ini, notasi
Tid menyatakan besarnya arus pergerakan (kendaraan, penumpang, atau barang)
yang bergerak dari zona asal i ke zona tujuan d selama selang waktu tertentu.
Pola pergerakan dapat dihasilkan jika suatu MAT dibebankan ke suatu sistem
jaringan transportasi. Dengan mempelajari pola pergerakan yang terjadi,
seseorang dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul sehingga beberapa
solusi segera dapat dihasilkan. MAT dapat memberikan indikasi rinci mengenai
kebutuhan akan pergerakan sehingga MAT memegang peran yang penting dalam
berbagai kajian perencanaan dan manajemen transportasi. Hasil akhir MAT di
Kabupaten Bogor dalam pergerakan orang per tahun dapat dilihat pada Tabel 18.
Pada Tabel 18 dapat digambarkan bahwa Cibinong merupakan kecamatan
dengan jumlah pergerakan orang yang masuk kewilayah tersebut paling besar
dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Pada Tahun 2013 diperkirakan
80.906.118 orang masuk ke Kecamatan Cibinong dalam satu tahun. Empat
kecamatan lainnya yang merupakan wilayah dengan jumlah cukup besar
pergerakan orang yang masuk ke dalam nya adalah Kecamatan Gunung Putri
(74.733.613 orang/ tahun), Kecamatan Cileungsi (49.917.577 orang/ tahun),
Kecamatan Sukarja (48.367.843 orang/ tahun) dan Kecamatan Cigombong
(47.359.332 orang/ tahun). Dapat disimpulkan bahwa dengan jumlah pergerakan
orang yang cukup besar masuk kedalam kelima kecamatan tersebut, maka
kecamatan – kecamatan tersebut dapat dikategorikan menjadi wilayah yang lebih
berkembang dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal ini dapat didukung
dengan nilai entropi dan kedudukan hirarki wilayah kelima kecamatan tersebut
yang nilai nya cukup baik.
Sebaliknya dengan jumlah pergerakan orang yang minim masuk ke dalam
suatu wilayah, maka wilayah tersebut dapat dikategorikan wilayah yang kurang
berkembang, kurang tersedianya fasilitas – fasilitas pokok, serta kurang nya
kegiatan perekonomian perindustrian dan perdagangan. Lima kecamatan dengan
nilai jumlah pergerakan orang yang masuk paling sedikit dibandingkan kecamatan
lainnya adalah Kecamatan Tanjungsari (10.265.520 orang/ tahun), Kecamatan
Cariu (11.873.338 orang/ tahun), Kecamatan Tenjolaya (13.101.222 orang/
tahun), Kecamatan Cijeruk (15.428.616 orang/ tahun), dan Kecamatan Tamansari
(16.605.848)
 62  

Tabel 18. Pergerakan orang yang masuk ke setiap Kecamatan di Kabupaten Bogor
Tahun 2013 (orang/tahun).
Pergerakan  Orang  Ke  Suatu  Wilayah/  
No   Kecamatan  
Kecamatan  (Orang/  Tahun)  
1   Nanggung    23,843,891    
2   Leuwiliang    35,858,463    
3   Leuwisadeng    17,921,254    
4   Pamijahan    34,453,554    
5   Cibungbulang    22,786,464    
6   Ciampea    39,007,095    
7   Tenjolaya    13,101,222    
8   Dramaga    21,180,488    
9   Ciomas    21,872,814    
10   Tamansari    16,605,848    
11   Cijeruk    15,428,616    
12   Cigombong    47,359,332    
13   Caringin    23,906,798    
14   Ciawi    29,418,834    
15   Cisarua    33,754,440    
16   Megamendung    18,924,019    
17   Sukaraja    48,367,843    
18   Babakan  Madang    25,832,899    
19   Sukamakmur    18,902,039    
20   Cariu    11,873,338    
21   Tanjungsari    10,265,520    
22   Jonggol    17,101,377    
23   Cileungsi    49,917,577    
24   Klapanunggal    39,694,103    
25   Gunung  Putri    74,733,613    
26   Citeureup    39,502,841    
27   Cibinong    80,906,118    
28   Bojonggede    37,659,474    
29   Tajurhalang    23,974,117    
30   Kemang    39,017,854    
31   Rancabungur    16,759,355    
32   Parung    17,359,553    
33   Ciseeng    18,151,363    
34   Gunung  Sindur    23,912,570    
35   Rumpin    20,935,187    
36   Cigudeg    20,733,803    
37   Sukajaya    18,185,305    
38   Jasinga    18,932,470    
39   Tenjo    18,947,325    
40   Parung  Panjang    34,994,025    
Sumber: DLLAJ Kab. Bogor (2012) diolah dari MAT 2013
 
63  

Arahan Prioritas Penanganan Jaringan jalan di Kabupaten Bogor  


Berdasarkan visi, arah kebijakan, serta prioritas pembangunan Kabupaten
Bogor yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Bogor 2013 – 2018 yang menitik beratkan pada percepatan
pertumbuhan, maka kriteria penetapan prioritas penanganan jaringan jalan dalam
penelitian ini ditetapkan berdasarkan prinsip percepatan pertumbuhan dan
percepatan pembangunan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Wilayah yang
diprioritaskan adalah wilayah yang lebih berkembang sehingga diharapkan
memberikan efek multiplier yang signifikan bagi wilayah di sekitar nya yang
belum berkembang. Menurut Myrdal dalam Rustiadi,   et   al.   (2009),   wilayah   –  
wilayah   yang   telah   lebih   maju   menciptakan   keadaan   yang   mendorong  
perkembangan   wilayah   –   wilayah   yang   masih   terbelakang   disebut   dengan  
istilah  spread  effects.  
Arahan prioritas penanganan jaringan jalan dalam mendukung
perkembangan ekonomi wilayah di Kabupaten Bogor disusun dengan cara
mensintesiskan hasil olahan dari tujuan penelitian sebelumnya. Adapun
pertimbangan yang digunakan dalam menyusun arahan prioritas penanganan
jaringan jalan dalam penelitian ini terdiri dari enam kriteria yaitu: (1)
Perkembangan aktifitas ekonomi wilayah; (2) Keunggulan Komparatif; (3)
Keunggulan Kompetitif; (4) Efisiensi pembangunan wilayah; (5) Tingkat Hirarki
Wilayah; (6) Pergerakan orang ke suatu wilayah. Dengan beberapa pertimbangan
di atas, maka disusunlah pertimbangan perencanaan yang digunakan dalam
menyusun arahan prioritas penanganan jaringan jalan sebagai berikut :
1. Wilayah yang memiliki nilai entrophy yang tinggi. Semakin tinggi tingkat
perkembangan ekonomi wilayah, maka wilayah tersebut semakin
diprioritaskan untuk penanganan jaringan jalannya.
2. Wilayah yang memiliki jumlah keunggulan komparatif yang banyak di
wilayahnya. Semakin banyak jumlah keunggulan komparatif yang ada, maka
wilayah tersebut semakin diprioritaskan untuk penanganan jaraingan jalannya.
3. Wilayah yang memiliki jumlah keunggulan kompetitif yang banyak di
wilayahnya. Semakin banyak jumlah keunggualan kompetitif yang ada, maka
wilayah tersebut semakin diprioritaskan untuk penanganan jaringan jalannya.
4. Wilayah yang memiliki tingkat hirarki wilayah yang tinggi. Semakin tinggi
tingkat hirarki wilayah, maka wilayah tersebut semakin diprioritaskan untuk
penanganan jaringan jalannya.
5. Wilayah yang memiliki nilai efisiensi pembangunan wilayah yang tinggi.
Semakin tinggi tingkat nilai efisiensi pembangunan wilayah, maka wilayah
tersebut semakin diprioritaskan untuk penanganan jaringan jalannya.
6. Wilayah yang memiliki jumlah pergerakan orang yang masuk paling banyak.
Semakin banyak pergerakan orang yang masuk ke suatu wilayah, maka
wilayah tersebut semakin diprioritaskan untuk penanganan jaringan jalannya.

Untuk memilih alternatif penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor,


digunakan metode MCDM (AHP-TOPSIS). Menurut Vreeker dalam Postorino
dan Pratico (2012), pendekatan MCDM bisa digunakan untuk mengevaluasi
keuntungan atau kerugian dari alternatif-alternatif berdasarkan banyak kriteria
ketika ada perbedaan pilihan-pilihan yang tidak dapat dievaluasi dengan
pendugaan sederhana atau dengan satu dimensi. Salah satu metode MCDM yang
 64  

bisa digunakan dalam menentukan alternatif pengambilan keputusan adalah


metode TOPSIS. Metode ini dipilih karena sangat berguna dalam kaitannya
dengan permasalahan pengambilan keputusan multi-atribut atau multi-kriteria di
dunia nyata. Hal ini sejalan dengan pendapat Shih, et al. (2007) bahwa metode
TOPSIS mampu membantu para pengambil keputusan untuk mengelola
permasalahan-permasalahan untuk dipecahkan, menganalisis, membandingkan
serta mengurutkan banyak alternatif sehingga dapat diseleksi mana alternatif yang
layak untuk dilaksanakan. TOPSIS mampu mengurutkan alternatif secara logis
dan merepresentasikan pilihan-pilihan secara rasional.
Sebelum dilakukan pemilihan alternatif kecamatan prioritas dengan
metode MCDM TOPSIS, maka terlebih dahulu dilakukan pembobotan kriteria
dengan menggunakan metode AHP yang bertujuan untuk menghindari
subyektifitas penilaian pada kriteria-kriteria yang dijadikan sebagai input dalam
metode TOPSIS tersebut. Pembobotan kriteria dengan metode AHP dilakukan
dengan wawancara/kuesioner terhadap lima orang responden dari unsur
pemerintahan dan kecamatan. Hasil wawancara/kuesioner berupa nilai
pembobotan masing-masing kriteria maupun nilai CR (consistency ratio) dapat
dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pembobotan Kriteria dan Nilai CR Berdasarkan analisis AHP
Consistency
No Kriteria Bobot
Ratio
1 Tingkat Hirarki Wilayah 0,2526
2 Keunggulan kompetitif 0,2311
0,011
3 Keunggulan komparatif 0,1943
4 Perkembangan aktifitas ekonomi 0,1300
5 Pergerakan Orang ke suatu wilayah 0,1185
6 Efisiensi Pembangunan Wilayah 0,0735
Jumlah 1,0000

Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa dari kombinasi pendapat


narasumber, nilai hirarki wilayah mendapatkan bobot tertinggi sebesar 0,2526
dalam menentukan arahan prioritas penanganan jaringan jalan di Kabupaten
Bogor. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tingkat hirarki wilayah yang paling
tinggi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana prasarananya, salah satunya
ketersediaan sarana dan prasarana jalan. Bobot paling rendah dimiliki oleh
efisiensi pembangunan wilayah sebesar 0,0735.
Dari Tabel 19 juga dapat dilihat bahwa nilai consistency ratio terhadap
pendapat para responden sebesar 0,011. Hal ini berarti matriks perbandingan
berpasangan (pairwise comparison) dari para responden tersebut dinyatakan
konsisten karena CR bernilai lebih kecil atau sama dengan 0,1. Konsistensi
pernyataan responden sangat penting untuk mengetahui apakah pernyataan yang
diberikan berbeda dengan pernyataan sebelumnya karena dalam analisis AHP
terdapat banyak perbandingan untuk menetapkan preferensi berbagai altenatif
keputusan untuk berbagai kriteria.
Setelah matriks perbandingan berpasangan dinyatakan konsisten maka
selanjutnya kriteria-kriteria dan bobotnya sebagaimana telah diperoleh akan
dianalisis berbasis multikriteria menggunakan metode TOPSIS. Urutan hasil
 
65  

pembobotan digunakan untuk penyusunan posisi kriteria pada analisis TOPSIS


untuk arahan prioritas penanganan jaringan jalan (dapat dilihat pada Tabel 20).
Urutan kriteria tersebut disusun secara berurutan dari yang bobotnya paling besar
yaitu tingkat hirarki wilayah hingga bobot yang paling kecil yaitu efisiensi
pembangunan wilayah.
Urutan prioritas alternatif kecamatan pada Gambar 10 ditunjukkan oleh
nilai R.U.V sebagai cerminan dari kedekatan relatif dari alternatif kecamatan ke-i
terhadap solusi ideal positif sehingga alternatif kecamatan dengan nilai R.U.V
tertinggi/terbesar merupakan solusi yang terbaik. Dengan kata lain, semakin tinggi
nilai RUV alternatif kecamatan maka kecamatan tersebut semakin diprioritaskan
sebagai arahan penanganan jaringan jalan. Grafik Ranking of Alternatives
kecamatan prioritas penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor hasil analisis
TOPSIS disajikan pada Gambar 10.
Dari Gambar 10 dan Tabel 20 terlihat bahwa urutan prioritas Penanganan
Jaringan jalan di Kabupaten Bogor menurut nilai R.U.V berturut-turut sebagai
berikut: (1) Kecamatan Cileungsi (R.U.V 0,691); (2) Kecamatan Cibinong (R.U.V
0,609); (3) Kecamatan Leuwiliang (R.U.V 0,535); (4) Kecamatan Cariu (R.U.V
0,476); (5) Kecamatan Gunung Putri (R.U.V 0,475); (6) Kecamatan Caringin
(R.U.V 0,468); (7) Kecamatan Citereup (R.U.V 0,460); (8) Kecamatan Ciawi
(R.U.V 0,416); (9) Kecamatan Ciomas (R.U.V 0,404); (10) Kecamatan Kemang
(R.U.V 0,390); (11) Kecamatan Cisarua (R.U.V 0,383); (12) Kecamatan Dramaga
(R.U.V 0,382); (13) Kecamatan Bojong Gede (R.U.V 0,341); (14) Kecamatan
Parung (R.U.V 0,340); (15) Kecamatan Jonggol (R.U.V 0,339); (16) Kecamatan
Cigombong (R.U.V 0,323); (17) Kecamatan Tanjungsari (R.U.V 0,322); (18)
Kecamatan Tenjolaya (R.U.V 0,317); (19) Kecamatan Jasinga (R.U.V 0,309);
(20) Kecamatan Babakan Madang (R.U.V 0,293); (21) Kecamatan Klapanunggal
(R.U.V 0,286); (22) Kecamatan Tamansari (R.U.V 0,256); (23) Kecamatan
Parung Panjang (R.U.V 0,246); (24) Kecamatan Sukaraja (R.U.V 0,246); (25)
Kecamatan Cigudeg (R.U.V 0,243); (26) Kecamatan Cibungbulang (R.U.V
0,242); (27) Kecamatan Pamijahan (R.U.V 0,231); (28) Kecamatan Sukamakmur
(R.U.V 0,213); (29) Kecamatan Leuwisadeng (R.U.V 0,198); (30) Kecamatan
Rancabungur (R.U.V 0,196); (31) Kecamatan Ciampea (R.U.V 0,194); (32)
Kecamatan Megamendung (R.U.V 0,190); (33) Kecamatan Tenjo (R.U.V 0,189);
(34) Kecamatan Ciseeng (R.U.V 0,187); (35) Kecamatan Rumpin (R.U.V 0,181);
(36) Kecamatan Nanggung (R.U.V 0,180); (37) Kecamatan Tajurhalang (R.U.V
0,168); (38) Kecamatan Gunung Sindur (R.U.V 0,168); (39) Kecamatan Cijeruk
(R.U.V 0,155); dan (40) Kecamatan Sukajaya (R.U.V 0,140).
Selanjutnya dengan berpedoman pada hasil analisis TOPSIS maka arahan
prioritas penanganan jalan dalam mendukung perkembangan wilayah di
Kabupaten Bogor menurut skala prioritas dan dipengaruhi oleh 6 kriteria, yaitu
perkembangan wilayah, keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, Hirarki
wilayah, Efisiensi pembangunan, dan pergerakan orang masuk ke suatu wilayah
secara rinci disajikan pada Tabel 20, sedangkan secara spasial lokasi arahan
Prioritas penanganan Jaringan jalan di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Gambar 11.
 66  

Gambar 10. Grafik Ranking of Alternatives Kecamatan Prioritas Penanganan


Jaringan Jalan Berdasarkan Analisis TOPSIS
 
67  

Tabel 20. Arahan Prioritas Penanganan Jaringan jalan di Kabupaten Bogor


Hirar Keungg Keungg
Efisiensi Arahan
ki ulan ulan Aktifitas Pergerakan
Kecamatan Pembang R.U.V Penanganan
Wila Kompet Kompa ekonomi Orang Masuk
unan Jalan
yah itif ratif

Cileungsi 1 17 2 0.3856 49,917,577 0.939 0.691 Prioritas 1

Cibinong 1 7 4 0.3266 80,906,118 0.366 0.609 Prioritas 2

Leuwiliang 1 16 5 0.0680 35,858,463 0.075 0.535 Prioritas 3

Cariu 1 10 4 0.0291 11,873,338 0.030 0.476 Prioritas 4

Gunung Putri 3 11 3 0.5728 74,733,613 1.000 0.475 Prioritas 5

Caringin 2 28 6 0.0686 23,906,798 0.069 0.468 Prioritas 6

Citeureup 2 8 2 0.3674 39,502,841 0.619 0.460 Prioritas 7

Ciawi 2 19 5 0.1024 29,418,834 0.101 0.416 Prioritas 8

Ciomas 2 21 4 0.0681 21,872,814 0.109 0.404 Prioritas 9

Kemang 2 15 6 0.0442 39,017,854 0.049 0.390 Prioritas 10

Cisarua 2 15 5 0.0752 33,754,440 0.084 0.383 Prioritas 11

Dramaga 2 13 7 0.0546 21,180,488 0.050 0.382 Prioritas 12

Bojonggede 2 4 6 0.0623 37,659,474 0.054 0.341 Prioritas 13

Parung 2 9 5 0.0891 17,359,553 0.088 0.340 Prioritas 14

Jonggol 2 11 5 0.0516 17,101,377 0.041 0.339 Prioritas 15

Cigombong 3 23 5 0.0465 47,359,332 0.035 0.323 Prioritas 16

Tanjungsari 2 12 4 0.0230 10,265,520 0.016 0.322 Prioritas 17

Tenjolaya 2 8 5 0.0235 13,101,222 0.027 0.317 Prioritas 18

Jasinga 2 8 4 0.0381 18,932,470 0.026 0.309 Prioritas 19

Babakan Madang 3 21 4 0.1140 25,832,899 0.130 0.293 Prioritas 20

Klapanunggal 3 12 2 0.2324 39,694,103 0.627 0.286 Prioritas 21

Tamansari 3 16 6 0.0447 16,605,848 0.033 0.256 Prioritas 22

Parung Panjang 3 13 6 0.0529 34,994,025 0.046 0.246 Prioritas 23

Sukaraja 3 14 3 0.1435 48,367,843 0.144 0.246 Prioritas 24

Cigudeg 3 14 6 0.0494 20,733,803 0.062 0.243 Prioritas 25

Cibungbulang 3 14 6 0.0439 22,786,464 0.034 0.242 Prioritas 26

Pamijahan 3 14 5 0.0437 34,453,554 0.030 0.231 Prioritas 27

Sukamakmur 3 17 3 0.0264 18,902,039 0.026 0.213 Prioritas 28

Leuwisadeng 3 21 5 0.0258 17,921,254 0.040 0.198 Prioritas 29

Rancabungur 3 12 5 0.0156 16,759,355 0.015 0.196 Prioritas 30

Ciampea 3 7 5 0.0712 39,007,095 0.054 0.194 Prioritas 31

Megamendung 3 13 4 0.0591 18,924,019 0.057 0.190 Prioritas 32

Tenjo 3 11 5 0.0179 18,947,325 0.011 0.189 Prioritas 33

Ciseeng 3 13 4 0.0462 18,151,363 0.048 0.187 Prioritas 34

Rumpin 3 9 5 0.0512 20,935,187 0.074 0.181 Prioritas 35

Nanggung 3 14 1 0.0943 23,843,891 0.119 0.180 Prioritas 36

Tajurhalang 3 7 5 0.0312 23,974,117 0.023 0.168 Prioritas 37

Gunung Sindur 3 8 4 0.1123 23,912,570 0.099 0.168 Prioritas 38

Cijeruk 3 10 4 0.0383 15,428,616 0.037 0.155 Prioritas 39

Sukajaya 3 11 3 0.0165 18,185,305 0.016 0.140 Prioritas 40

BOBOT 0.25 0.23 0.19 0.13 0.12 0.07


 68  

Gambar 11. Peta Arahan Lokasi Penanganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor
 
 
69  

Pada prinsipnya semua jalan kabupaten setiap tahunnya ditangani dengan


pemeliharaan rutin untuk jalan kondisi baik, pemeliharaan berkala untuk jalan
kondisi sedang, rehabilitasi untuk jalan kondisi rusak ringan dan rekonstruksi/
peningkatan struktur untuk jalan kondisi rusak berat. Pekerjaan peningkatan jalan
ini dilakukan untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan yang ada,
pekerjaan rehabilitasi dilaksanakan bila pekerjaan pemeliharaan yang secara tetap
dan seharusnya dilaksanakan tersebut diabaikan atau pemeliharaan berkala/
pelapisan ulang terlalu lama ditunda sehingga keadaan lapisan semakin
memburuk, dan pemeliharaan berkala yaitu pekerjaan perbaikan dengan frekuensi
yang direncanakan dalam satu tahun atau lebih pada suatu lokasi, seperti
pengaspalan atau pelapisan ulang permukaan jalan beraspal berkala dan
pengkerikilan ulang jalan kerikil serta pekerjaan drainase.
Keterbatasan dana APBD yang dimiliki pemerintah Kabupaten Bogor
menyebabkan perlunya menentukan tahapan penanganan ruas jalan kabupaten
dengan memperhatikan prioritas penanganan berdasarkan tingkat perkembangan
wilayah serta berdasarkan jumlah biaya yang dibutuhkan masing – masing
kecamatan untuk penanganan jaringan jalan. Dalam kondisi penyediaan dana yang
terbatas ini maka prioritas untuk kegiatan penanganan jalan yang sifatnya untuk
mempertahankan aset ruas jalan yang ada merupakan suatu langkah yang tepat
untuk dilakukan, dan jika kondisi keuangan memungkinkan maka dapat dilakukan
penyempurnaan terhadap kondisi yang ada serta jika benar – benar dana yang
tersedia sangat besar maka perlu adanya penambahan aset ruas jalan baru.
Kecamatan dengan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk penanganan jalan ≤
10 milyar rupiah akan diprioritaskan pelaksanaan penanganan jalannya pada tahap
pertama, yaitu Kecamatan Cibinong, Kemang, Ciomas, Jonggol, Sukaraja,
Ciampea dan Rancabungur. Hal ini dilakukan agar permasalahan jalan rusak di
kecamatan – kecamatan yang membutuhkan biaya penanganan jalan relatif kecil
bisa segera ditangani dengan memanfaatkan ketersediaan anggaran yang ada.
Diharapkan kecamatan tersebut mampu meningkatkan perkembangan ekonomi
wilayahnya serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, dengan kondisi
ruas jalan yang rusak sudah ditangani secara menyeluruh pada tahap pertama.
Tahapan penangan jalan bagi kecamatan dengan jumlah biaya yang dibutuhkan
untuk penanganan jalan lebih dari 10 milyar rupiah disusun berdasarkan urutan
prioritas penangan jaringan jalan yang telah diperoleh berdasarkan pertimbangan
dari 6 kriteria yang telah ditentukan (hasil analisis TOPSIS). Rencana tahapan
penanganan jaringan jalan berdasarkan biaya yang dibutuhkan serta anggaran
yang tersedia dapat dilihat pada Tabel 21.
Kenaikan anggaran diasumsikan sebesar 30% setiap tahunnya berdasarkan
rata – rata kenaikan anggaran dari tahun 2008 – 2014. Kenaikan biaya
penanganan jalan per kilometernya diasumsikan sebesar 4,2% setiap tahunnya
berdasarkan indeks harga perdagangan besar bahan bangunan/ Konstruksi yang
dikeluarkan oleh BPS Pusat. Dimana rata – rata indeks harga perdagangan besar
bahan bangunan/ konstruksi khususnya bidang pekerjaan umum untuk jalan,
jembatan, dan pelabuhan pada tahun 2014 sebesar 119 dan pada tahun 2015
sebesar 124, sehingga pada Tahun 2015 indeks tersebut mengalami kenaikan
sebesar 4.2% dari tahun sebelumnya. Secara spasial peta tahapan penanganan
jalan di Kabupaten Bogor digabungkan dengan peta jaringan jalannya dapat
dilihat pada Gambar 12.
 70  

Tabel 21. Rencana Tahapan Penanganan Jaringan jalan di Kabupaten Bogor


Perkiraan Total
Perkiraan
Kebutuhan biaya Tahapan
NO. Kecamatan Ketersediaan
penanganan Jalan Penanganan Jalan
Anggaran (Rp)
(Rp)
1 Cileungsi 86,784,302,936
2 Cibinong 6,981,879,412
3 Leuwiliang 97,300,688,516
4 Cariu 12,507,611,787
5 Gunung Putri 18,647,701,799
6 Caringin 82,394,599,766
7 Citeureup 37,165,956,241
8 Ciawi 21,708,525,670 TAHAP I (16
9 Dramaga 23,342,898,082 442,107,749,720 Kecamatan)
10 Kemang 2,441,831,118
11 Parung 23,652,555,877
12 Ciomas 5,883,723,255
13 Jonggol 10,322,473,242
14 Sukaraja 1,538,602,860
15 Ciampea 295,772,790
16 Rancabungur 1,933,202,399
Jumlah 432,902,325,748
1 Cisarua 88,917,072,033
2 Bojonggede 66,736,422,373
3 Cigombong 31,176,080,235
4 Tanjungsari 40,635,921,921
TAHAP II (9
5 Tenjolaya 33,029,840,591
574,740,074,636 Kecamatan)
6 Jasinga 83,881,192,197
7 Babakan Madang 103,610,919,254
8 Klapanunggal 101,616,800,781
9 Tamansari 15,160,048,121
Jumlah 564,764,297,506
1 Parung Panjang 123,650,129,663
2 Cigudeg 120,460,220,162
3 Cibungbulang 23,459,082,172
4 Pamijahan 25,384,289,875
5 Sukamakmur 70,790,983,105
6 Leuwisadeng 50,876,774,788 TAHAP III (11
7 Megamendung 83,239,114,812 747,162,097,027 Kecamatan)
8 Tenjo 52,794,405,635
9 Ciseeng -
10 Rumpin 130,819,154,054
11 Tajurhalang 55,251,213,012
Jumlah 736,725,367,277
1 Nanggung 73,343,134,172
2 Gunung Sindur 32,766,967,461
TAHAP IV (4
3 Cijeruk 36,658,923,297
971,310,726,135 Kecamatan)
4 Sukajaya 73,343,134,172
Jumlah 216,112,159,101
Jumlah Keseluruhan 1,950,504,149,632 2,735,320,647,518
 
71  

Dari Tabel 21 terlihat bahwa berdasarkan total biaya yang dibutuhkan


sebesar Rp. 1.950.504.149.632 dan total anggaran yang tersedia sebesar Rp.
2.735.320.647.518, maka penanganan ruas jalan di Kabupaten Bogor berdasarkan
Hasil penentuan prioritas penanganan dapat dilakukan dalam 4 Tahap, yaitu :
• Tahap I penanganan jalan terhadap 16 Kecamatan, Yaitu :
1. Kecamatan Cileungsi terdiri dari 11 ruas jalan (Bojong – Gandoang,
Tunggilis – Bondol, Cileungsi – Cinyongsong Udik, Limusnunggal –
Mekarsari, Cileungsi Kidul – Gandoang, Jalan Lingkar Pasar Cileungsi,
Jalan Lingkar Kota Cileungsi, Rawa Putat – Lebak Kongsi, Mekarsari –
Ragamanunggal, Gandoang Mukti Jaya, Tunggilis Situsari).
2. Kecamatan Cibinong terdiri dari 27 ruas jalan (Sukahati – Kedung
Halang, Sukahati – Bojonggede, Cirimekar - Bek ang, Jalan Masuk TPA
Pondok Rajeg, Cibinong – Pekapuran, Kampung Pos – Harapan Jaya,
Jalan Masuk TMP Pondok Rajeg, Jalan Masuk Puskesmas Cirimekar,
Sirojul Munir, Harapan Jaya – Al Falah, Cibinong – Al Falah, Ciriung –
Curug, Jalan Lingkar Setu Cikaret, Jalan Masuk Perum Pemda, Jalan
Masuk Perum DPRD, Jalan Masuk RS Cibinong, Kandang Roda – Pakan
Sari, Jalan H. Nawawi, Ciriung – Cibinong, Jalan Dr. Nurdin, Jalan
Masuk SDN Kaum Pandak, Jalan Masuk SMK Terpadu Cibinong,
Pabuaran – Cikaret, Pakansari – Sirojul Munir, Jalan SMU Cibinong,
Jalan Lingkar Kantor Pemda Cibinong, Jalan Lingkar pasar Cibinong).
3. Kecamatan Leuwiliang terdiri dari 14 ruas jalan (Leuwiliang – Kampung
Sawah, Leuwiliang – Babakan Pasir Euruh, Leuwiliang – Karacak,
Barengkok – Pabangbon, Karacak – Puraseda, Pasir Ipis – Garehong,
Leuwiliang – Leuwimekar, Citeureup – Cengal, Cibeber – Pasir Honje,
Cibeber – Gunung Sodong, Puraseda – Pasir Ipis, Leuwiliang – Galuga,
Jalan Masuk Terminal Leuwiliang, Cibeber – Leuwiliang).
4. Kecamatan Cariu terdiri dari 5 ruas jalan (Cariu – Jagatamu, Babakan
Raden – Batas Bekasi, Pahae – Nyengcle, Pamipiran – Cikutamahi, Cariu
– Cikutamahi, Jalan Lingkar Kota Cariu).
5. Kecamatan Gunung Putri terdiri dari 10 ruas jalan (Kranggan – Gunung
Putri, Lingkar Kantor Kecamatan Gunung Putri, Wanaherang – Nagrak,
Wanaherang – Bojong Kulur, Cikeas Udik – Bojong Nangka, Kedep –
Cileungsi, Desa Tlajung Udik, Lingkar Bojong Nangka, Bojong Kulur –
Jati Asih, Cicadas – Bojong Nangka).
6. Kecamatan Caringin terdiri dari 21 ruas jalan (Caringin – Kampung
Tajur, Cinagara – Cibeling, Caringin – Tengek, Cikreteg – Pancawati,
Pancawati – Tapos, Caringin – Cibadak, Ciherang Pondok – Babakan,
Cisempur – Cinagara, Cingara – Tangkil, Tangkil – Lemah Duhur,
Cimande – Lemah Duhur, Trikolot – Pangapungan, Pasir Muncang –
Cipopokol, Cisalopa – Pasir Buncir, Caringin – Nangoh, Jalan Diklat
Pasir Buncir, Lingkar Ciherang Pondok, Cikalong – Muara, Pasir
Muncang – Dukuh, Tarikolot – Nangoh, Cinagara – Diklat).
7. Kecamatan Citeureup terdiri dari 11 ruas jalan (Jalan Lingkar Puspa
Negara, Jalan Lingkar Citeureup, Citeureup – Citaringgul, Citeureup –
tajur, Tajur – Leuwibilik, Tajur Hambalang, Leuwinutug – Hambalang,
Karang Asem Barat – Sentul, Tarikolot – Gunungsari, Jalan Lingkar
Pasar Citeureup, Tarikolot – Sukahati).
 72  

8. Kecamatan Ciawi terdiri dari 14 ruas jalan (Warung Nangka –


Bitungsari, Teluk Pinang – Banjarwaru, Seseupan – Banjarwaru,
Banjarwaru – Tapos, Banjarsari – Bojong Murni, Citapen – Ciderum,
Bendungan – Sukabirus, Cibedug – Ciaul, Pandansari Coblok, Gerbang
Tapos – Tapos, Jalan Masuk Desa Bojong Murni, Banjarwaru – Nagrog,
Bojong Murni – Pesantren, Cukang Ngadeg – Ciasin).
9. Kecamatan Dramaga terdiri dari 14 ruas jalan (Kampus IPB -
Cikarawang, Jalan Lingkar Kampus IPB Dramaga, Pasar Dramaga –
Petir, Dramaga – Ciherang, Ciherang – Klapatujuh, Klapatujuh – Petir,
Petir – Babakan, Petir – Situ Uncal, Situ Burung – Carang Pulang,
Kampung Manggis – Sirnasari, Jalan H. Abbas, Purwasari – Cihideung,
Ciherang – Situ Kaum, Dramaga – Laladon).
10. Kecamatan Kemang terdiri dari 12 ruas jalan (Semplak – Grendong,
Kemang – Rancabungur, Pondok Udik – Karihkil, Semplak – Bantarsari,
Jampang – Ciseeng, Kemang – Bojong, Parakan Jaya – Kemang, Pondok
Udik- Pabuaran, Jalan Masuk RS Atang Sanjaya, Pabuaran – Tegal,
Tegal – Kahuripan, Semplak – Bondol).
11. Kecamatan Parung terdiri dari 10 ruas jalan (Jalan Lingkar Pasar Parung,
Jabon Mekar – Warujaya, Bojong Sempu – Iwul, TPA Waru – Pasar
Parung, Parung – Putat Nutug, Ciseeng – Prumpung, Warujaya –
Cidokom, Lebak Wangi – Pamegar sari, Jabon Mekar – Iwul, Curug –
Waru).
12. Kecamatan Ciomas terdiri dari 10 ruas jalan (Parakan – Ciomas, Kreteg –
Klapatujuh, Laladon – Kreteg, Ciomas – Kreteg, Cibogel –
Kabandungan, Kota Batu – Ciapus, Kota Batu – Cibeureum, Jalan Masuk
Asrama Korem, Ciomas Rahayu – Sindang Barang, Kreteg – Lebak
Jaya).
13. Kecamatan Jonggol terdiri dari 9 ruas jalan (Dayeuh – Sukamakmur,
Jonggol – Dayeuh, Jonggol – Cibodas, Mengker – Menteng, Singajaya –
Cibodas, Jalan Lingkar Pasar Jonggol, Jalan Lingkar Kota Jonggol, Jalan
Masuk RPH Jonggol, Cibucil – Ceger).
14. Kecamatan Sukaraja terdiri dari 17 ruas jalan (Pomad – Karadenan, Pasir
Jambu – Pomad, Cimandala – Pramuka, Nanggewer – Karadenan,
Cilebut – Kencana, Sukaraja – Katulampa, Cimahpar – Ciyanti, Pasir
Angin – Pasir Karet, Cimandala – Sukaraja, Cijujung – PEPABRI,
Cijujung – Kostrad, Sukaraja – Nagrag, Ciluar – Dharmais, Lingkar
Pasar Ciluar, Pasir Jambu – Cilebut Timur, Sukatani – Nagrak, Kandang
Roda – Sentul).
15. Kecamatan Ciampea terdiri dari 15 ruas jalan (Warung Borong –
Rancabungur, Cikampek – Pasar Salasa, Pasar Salasa – Segog, Tegal
Waru – Cinangka, Cinangneng – Tenjolaya, Cihideung – Situ Daun,
Cibanteng – Sinagar, Bojong jengkol – Kampung Salak, Cicadas – Tegal
Waru, Bojong Jengkol – Kampung Kaum, Jalan Lingkar Ciampea –
Muara, Warung Borong – Bojong Rangkas, Cicadas – Giri Mulya,
Warung Borong – Ciampea Asri, Jalan Masuk SMUN 1 Ciampea).
16. Kecamatan Rancabungur terdiri dari 4 ruas jalan (Pasir Gaok –
Cimulang, Al Furqon – Cimulang, Jalan Lingkar Rancabungur, Pasir
Gaok – Rancasari).
 
73  

Pada tahap ini Anggaran yang tersedia sebesar Rp. 442.107.749.720, dimana
anggaran tersebut cukup untuk membiayai penanganan jalan di ke-16
Kecamatan tersebut dengan total kebutuhan biaya penanganan jalan sebesar
Rp. 432.902.325.748.
• Tahap II penanganan jalan terhadap 9 Kecamatan, Yaitu :
1. Kecamatan Cisarua terdiri dari 14 ruas jalan (Cilember – Batulayang,
Batulayang – Ciburial, Cisarua – Cikopo Selatan, Cisarua – Citeko,
Cisarua – Batulayang, Cibereum – Taman Safari, Pasar Cisarua – Kopo,
Jalan Masuk Perkebunan Gunung Mas, Tugu – Ciburial, Cibereum –
Batulayang, Cisarua – Jogjogan, Jalan Masuk Gantole, Kopo – Cijulang,
Kopo – Citeko).
2. Kecamatan Bojonggede terdiri dari 8 ruas jalan (Sukahati – Jampang,
Cilebut – Citayam, Ragjaya – Kampung Pulo, Cimanggis – Kencana,
Kemang – Kedung Waringin, Bojong Gede – kedung Waringin,
Cimanggis – Waringin Jaya, Pabuaran – Susukan).
3. Kecamatan Cigombong terdiri dari 19 ruas jalan (Ciburayut – Loji,
Ciburayut – Warung Menteng, Ciburayut – Sela Awi, Ciburayut – Pasir
Jaya, Cigombong – Cinangka, Lengis – Ciadeg, Cibadak – Cisalada,
Cigombong – Cisalada, Cisalada – Benteng, Palalangon – Loji, Cisalada
– Palalangon, Jalan Pasar Cigombong, SPN Lido – Srogol, Ciburayut –
Padurenan, Muara Jaya – Ciadeg, Bohlam – Ciburuy, Cibadak – Kawung
Luwuk, Padurenan – Ciburuy, Bohlam – Srogol).
4. Kecamatan Tanjungsari terdiri dari 7 ruas jalan (Tanjungsari –
Sukawangi, Nyengcle – Gunung Batu, Pasir Tanjung - Nyengcle,
Pamipiran – Cikutamahi, Bantarkuning – Sirnarasa, Tanjungrasa –
Nyengcle, Lingkar Kantor Kecamatan Tanjungsari).
5. Kecamatan Tenjolaya terdiri dari 7 ruas jalan (Tenjolaya – Gunung
Malang, Gunung Malang – Ciherang, Situ Daun – Gunung Malang, Jalan
Lingkar Situ Daun, Cinangneng – Cikupa, Budi Asih – Pasir Ipis,
Cibitung – Pasar Salasa).
6. Kecamatan Jasinga terdiri dari 19 ruas jalan ( Bagoang – Jayabaya,
Jasinga – Tenjo, Jasinga – Koleang, Koleang – Lebak Pinang, Ngasuh –
Koleang, Ngasuh Cileuksa, Sipak – Pangrading, Jalan SMA Jasinga,
Barengkok – Citatah, Koleang – Neglasari, Cicanggong – Kampung
Pamikul, Pangrading – Kembang Kuning, Gembor 0 Kembang Kuning,
Cikopomanyak – Neglasari, Pangradin – Pamegar Sari, Dusun Tipar –
Argapura, Jalan lingkar Kota jasinga, Mekar Jaya – Kalong Sawah).
7. Kecamatan Babakan Madang terdiri dari 9 ruas jalan (Cijayanti – Pasir
Karet, Cijayanti – Babakan Madang, Citaringgul – Babakan Madng,
Babakan Madang – Sukamantri, Bojong Koneng – Tapos, Jalan Masuk
Gunung Pancar, Sukamntri – Karang Tengah, Karang Tengah – Cibadak,
Pasir Karet – Bojong Koneng).
8. Kecamatan Klapanunggal terdiri dari 5 ruas jalan (Kalapanunggal –
Cipeucang, Bojong Linggar Mukti, Klapanunggal – Dayeuh, Jalan
Masuk TPPST Nambo).
9. Kecamatan Tamansari terdiri dari 15 ruas jalan (Buniaga – Kampung
Baru, Mangga Dua – Gadog, Cibogel – Kabandungan, Kota Batu –
Ciapus, Ciapus – Gadog, Pangkalan – Sukaluyu, Cibeureum –
 74  

Tajurhalang, Gadog – Ciherang, Ciapus –Tamansari, Cibereum –


Cimanglid, Pondok Bitung – Sukamntri, Nambo – Sukajaya, Ciapus –
Sukamantri, Jalan Masuk Wisata Curug Nangka, Gadog – Babakan,
Sukaluyu – Ciapus, Kabandungan – Batu Gede).
Pada tahap ini Anggaran yang tersedia sebesar Rp. 574.740.074.636, dimana
anggaran tersebut cukup untuk membiayai penanganan jalan di ke-9
Kecamatan tersebut dengan total kebutuhan biaya penanganan jalan sebesar
Rp. 564.764.297.506.
• Tahap III penanganan jalan terhadap 11 Kecamatan, Yaitu :
1. Kecamatan Parung Panjang terdiri dari 6 ruas jalan ( Parung Panjang –
Ciheulang, Bagoang – Jagabaya, Lumpang – Cikuda, Tenjo – Cilejet,
Parung Panjang – Jagabita, Jalan Lingkar Pasar Parung Panjang,
Caringin – Cilaketan, Pingku – Kampung Asem Cikuda).
2. Kecamatan Cigudeg terdiri dari 13 ruas jalan (Janala – Lebak Wangi,
Cigudeg – Wargajaya, Cigudeg – Banyuresmi, Cikawung – Banyu Asih,
Cigudeg – Kiara Sari, Cigudeg – Pasir Nangka, Ciparay – Banyuwangi,
Cilame – Cigowong, Lukut – Pasar Ahad, Bolang – Argapura, Cibungur
– Cimapag, Sukaraksa – Parakan Tiga, Barengkok – Citatah,
Malangbong – Argapura, Dusun Tipar – Argapura, Pasir Nangka –
Cilame, Jalan masuk SMA Cigudeg).
3. Kecamatan Cibungbulang terdiri dari 13 ruas jalan (Cimanggu –
Cijujung, Gunung Galuga – Ciampea, Cemplang – Ciasmara, Cibatok –
Cibening, Cimayang – Pasar Salasa, Situ Udik – Gunung Handeuleum,
Gunung Galuga – TPA, Klapa Dua – Leuwwung Kolot, Cirangkong –
Cemplang, Cimanggu – Cibereum, Leweung Kolot – bubulak, Ciampea –
Cidokom, Lingkar Utara Leuwiliang).
4. Kecamatan Pamijahan terdiri dari 14 ruas jalan (Purabakti – Pasir Ipis,
Gunung Sari – Pasarean, Cibening – Segog, Tenjolaya – Gunung Bunder,
Gunung Bunder – Pasir Reungit, Cibening – Gunung Picung, Gunung
Picung – Pasir Reungit, Ciasmara – Purabakti, Segog – Gunung Bunder,
Ciasihan – Gunung Menir, Pasir Ahad – Gunung Picung, Cemplang –
Cilengkong, Jalan Masuk Gunung Salak Endah, Cibening – Cikoneng).
5. Kecamatan Sukamakmur terdiri dari 9 ruas jalan (Tanjungsari –
Sukawangi, Kebon Nanas – Sukawangi, Leuwibilik – Cibadak, Cibadak
– Sukamakmur, Tinggar Jaya – Gunung Batu, Sukamakmur – Kebon
Nanas, Arca – Gunung Batu, Menteng – Tinggar Jaya, Gunung Batu –
Warga Jaya, Menteng – Gunung Batu).
6. Kecamatan Leuwisadeng terdiri dari 6 ruas jalan (Jambu – Gobang,
Cibeber – Hambaro, Sadeng Kolot – Cimanggu, Sadeng Pasar –
Cisaranten, Babakan Sadeng – Kalong Jaya Murni, Sadeng Puskesmas –
Gunung Peteuy).
7. Kecamatan Megamendung terdiri dari 11 ruas jalan (Cipayung –
Megamendung, Gadog – Cikopo Selatan, Pasir Muncang – Arca Domas,
Gadog – Pasir Angin, Pasir Kaliki – Kampung Jawa, Cihanjawar –
Citeko, Jambu Luwuk – Sukamanah, Gadog – Cipaok/ Cibanon,
Sukakarya – Pasir Kalong, Pasir Angin – Cikatapis, Jalan masuk SMUN
Megamendung).
8. Kecamatan Tenjo terdiri dari 9 ruas jalan (Bagoang – Jagabaya, Jasinga –
 
75  

Tenjo, Tenjo – Cilejet, Tenjo – Singabangsa, Singabraja – Babakan,


Rewod – Lebak Kanibah, Tenjo – Cilaku, Cilaku – Babakan,
Singabangsa – Batas Tanggerang, Batok – Sta. Cilejet, Tenjo –
Tigaraksa).
9. Kecamatan Ciseeng terdiri dari 4 ruas jalan (Babakan – Putat Nutug,
Cibentang – Gunung Sindur, Jampang – Kahuripan, Putat Nutug –
Kuripan).
10. Kecamatan Rumpin terdiri dari 14 ruas jalan (Leuwiliang – Kampung
Sawah, Gerendong – Janala, Cicangkal – Cikoleang, Janala –
Lebakwangi, Janala – Cicangkal, Jambu – Gobang, Cicangkal – Maloko,
Cicangkal – Legok, Warung Jata – Ciparigi, Gobang – Cidokom, Jaln
Masuk Desa Cibodas, Lapan – Mekarsari, Rabak – Gobang, Gunung
Nyungcung – Muncang, Cicangkal – Gunung Sindur, Janala – Tegalega).
11. Kecamatan Tajurhalang terdiri dari 10 ruas jalan ( Citayem – Ragamukti,
Tajurhalanv – Susukan, Tajurhalang – Citayem, Kemang – Kalisuren,
Tonjong – ragajaya, Cipayung Jaya – Arco, Tajurhalang – Kalisuren,
Jalan Masuk SMUN Tajurhalang, Nanggerang – Susukan, Tajurhalang –
Nanggerang).
Pada tahap ini Anggaran yang tersedia sebesar Rp. 747.162.097.027, dimana
anggaran tersebut cukup untuk membiayai penanganan jalan di ke-11
Kecamatan tersebut dengan jumlah kebutuhan biaya penanganan jalan
sebesar Rp. 736.725.367.277.
• Tahap IV penanganan jalan terhadap 4 Kecamatan, Yaitu :
1. Kecamatan Nanggung terdiri dari 16 ruas jalan (Panyaungan –
Nanggung), Nanggung – Curug Bitung, Curug Bitung – Cihiris, Curug
Bitung – Cisangku, Cisangku – Malasari, Malasari – Nirmala, Hambaro
– Babakan Hambaro, Hambaro – Kalong Liud, Kalong Liud – Pangkal
jaya, Pangkal Jaya – Bantar Karet, Kalong Liud – pasir Eurih, Nanggung
– Selawi, Cibeber – Cisarua, Lukut – Pasar Ahad, Ranca Bhakti – Pasir
Peuteuy, Lingkar Desa Cihiris).
2. Kecamatan Gunung Sindur terdiri dari 12 ruas jalan (Pangasinan –
Rawakalong, Gunung Sindur – Cibadung, Prumpung – Gunung Sindur,
Curug – Rawakalong, Rawakalong – BTN Pamulang, Gunung Sindur –
Pabuaran, Padurenan – Cidokom, Cibinong – Padurenan, Gunung Sindur
– Pangasinan, Curug – Cibinong, Cibinong – Tapos, Lingkar Desa
Pangasinan).
3. Kecamatan Cijeruk terdiri dari 10 ruas jalan (Cipicung – Totopong,
Palasari – Cihideung, Palasari – Tajurhalang, Cihideung – Cibadak,
Cihideung – Maseng, Nagrak – Pasir Bogor, Cihideung Kelewih –
Kampung Belakang, Bungur – Tajurhalang, Cipaok – Gadog,
Pamoyanan – Palasari).
4. Kecamatan Sukajaya terdiri dari 4 ruas jalan (Cileuksa – Pasir Madang,
Kiara Beha – Pasir Madang, Kompa Cipayung, Cileuksa – Batas
Banten).
Pada tahap ini Anggaran yang tersedia sebesar Rp. 971.310.726.135, dimana
anggaran tersebut cukup untuk membiayai penanganan jalan di ke-4
Kecamatan tersebut dengan total kebutuhan biaya penanganan jalan sebesar
Rp.216.112.159.101.
 76  

                                                                 

Gambar 12. Peta Jaringan Jalan dan Tahapan Penanganan Jalan di Kab. Bogor  
 
77  

6. SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan serta dengan memperhatikan tujuan
penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sektor industri pengolahan merupakan sektor aktifitas ekonomi yang paling
berkembang dengan baik di Kabupaten Bogor dan Kecamatan Gunung Putri
merupakan wilayah yang sektor-sektor aktifitas perekonomian di dalamnya
berkembang dengan baik.
2. Sektor pertanian, sektor perdagangan, serta sektor listrik, air, dan gas
merupakan sektor ekonomi basis di Kabupaten Bogor, Artinya bahwa ketiga
sektor tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan internal di Kabupaten
Bogor serta berpotensi untuk di ekspor ke luar wilayah. Padi sawah, Jambu
biji, Kacang panjang, Tanaman Pala, Ikan kolam air tenang dan Ayam buras
merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Bogor.
3. Tingkat efisiensi pembangunan wilayah secara positif (pemanfaatan sarana dan
prasarana jalan) di Kabupaten Bogor sebagian besar masuk dalam kategori
sangat kurang dengan jumlah 35 kecamatan. Kecamatan dengan tingkat
efisiensi yang masuk dalam kategori cukup baik hanya terdiri dari 2
kecamatan, yaitu kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Cileungsi.
Kecamatan klapanunggal dan Citeureup masuk dalam kategori cukup,
sedangkan Kecamatan Cibinong masuk dalam kategori kurang.
4. Tingkat hirarki wilayah di Kabupaten Bogor sebagian besar berada pada
hirarki III, yaitu sebanyak 23 kecamatan. Kecamatan yang berada pada hirarki
II sebanyak 13 kecamatan dan kecamatan yang berada pada hirarki I sebanyak
4 kecamatan, yaitu Kecamatan Cibinong, Cileungsi, Cariu dan Leuwiliang.
5. Penanganan ruas jalan di Kabupaten Bogor dapat dilakukan dalam 4 tahap
berdasarkan prioritas penanganan jalan hasil pertimbangan dari 6 kriteria yang
telah ditentukan (hasil analisis TOPSIS), dan disesuaikan dengan biaya yang
dibutuhkan serta anggaran yang tersedia. Tahap I penanganan jalan di 16
Kecamatan, Tahap II penanganan jalan di 9 Kecamatan, Tahap III penanganan
jalan di 11 Kecamatan, dan Tahap IV penanganan jalan di 4 Kecamatan.

Saran

Beberapa saran yang dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Upaya peningkatan perkembangan aktivitas ekonomi di seluruh kecamatan di
Kabupaten Bogor perlu dilakukan untuk memacu perkembangan sosial
ekonomi, penurunan kesenjangan antar wilayah (kesenjangan pembangunan)
dan pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup di suatu wilayah. Upaya
tersebut harus dilakukan berdasarkan potensi sektor aktifitas perekonomian,
kondisi sosial ekonomi, budaya dan keadaan geografis yang berbeda-beda.
2. Perlu dilakukan upaya pemberdayaan aktivitas yang mampu meningkatkan
perekonomian lokal wilayah yang berbasis potensi sumberdaya dan
menciptakan keterkaitan antar sektor basis disatu kecamatan maupun
keterkaitan antar sektor komoditas unggulan dengan kecamatan disekitarnya.
Kegiatan investasi juga diharapkan agar diarahkan pada sektor ungulan
sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah.
 78  

3. Untuk percepatan pertumbuhan ekonomi, Kecamatan – kecamatan dengan


Hirarki I dan II perlu didorong menjadi wilayah inti dan pusat pertumbuhan
melalui peningkatan sarana pelayanan sehingga mampu memberikan multiplier
effect bagi perkembangan wilayah di sekitarnya. Kecamatan dengan Hirarki III
sebagai hinterland perlu didorong menjadi wilayah penghasil produk-produk
pertanian yang optimal. Untuk mendorong peningkatan PDRB, hampir di
semua kecamatan perlu dilakukan peningkatan efisiensi jumlah sarana
prasarana jalannya.
4. Penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor disarankan dilaksanakan
berdasarkan prioritas yang diperoleh dan tahapan prioritas nya secara
berkelanjutan sesuai anggaran yang tersedia, agar diperoleh hasil yang
signifikan terhadap perkembangan ekonomi setiap wilayah dan kepuasan
masyarakat di masing – masing wilayah.
5. Penelitian lebih lanjut oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor perlu
dilakukan terkait arahan penanganan jaringan jalan dengan penetapan
pertimbangan perencanaan berdasarkan wilayah yang kurang berkembang
lebih di prioritaskan untuk ditangani jaringan jalannya agar diperoleh tingkat
perkembangan wilayah yang merata dan seimbang di setiap kecamatan.
 
79  

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, A. dan Rustiadi E. 1999. Desentralisasi Spasial Melalui Pembangunan


Agropolitan dengan Mereplikasi Kota – Kota Menengah dan Kecil Di
Wilayah Pedesaan. Makalah disampaikan pada lokakarya pendayagunaan
sumberdaya pembangunan wilayah di Propinsi Riau, Pekanbaru 7-8
Oktober 1999.
Anwar, A. 2005. Ketimpangan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan: Tinjauan
Kritis. Bogor (ID): P4W Press.
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2013.
Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor . Cibinong. (ID): Bappeda.
[BPS]   Badan   Pusat   Statistik   Kabupaten   Bogor.   2014.   Statistik   Kabupaten  
Bogor  Tahun  2013.  Cibinong  (ID):  BPS  
Bayyurt, N. and Yilmaz S. 2012. The Impact of Governance and Education on
Agricultural Efficiency: An International Analysis. Procedia-Social and
Behavioral Science 58: 1158-1165.
Christenson J.A and Robinson, Jr J.W . 1989. Community Development in
Perspective. Iowa (US): Iowa State University Press, Ames. pp 3-25.
[DBMP] Dinas Bina Marga dan Pengairan. 2013. Kondisi Ruas Jalan Kabupaten
Bogor Tahun 2013. Cibinong. (ID): DBMP.
[DLLAJ] Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2013. Penyusunan Rencana
Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kabupaten Bogor Tahun
2013. Cibinong. (ID): DLLAJ.
Hadinata, I dan Manurung A.H. 2010. Penerapan Data Envelope Analysis (DEA)
untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Reksa Dana dan Saham. Jurnal Ekonomi
dan Pembangunan XXIV:132-138.
Kanellopoulos, A., Barentsen, P.B.M., Ittersum, M.K. and Lansink, A.G.J.M.O.
2012. A Method to Select Alternatives Agricultural Activities for Future-
Oriented Land Use Studies. European Journal of Agronomy 40: 75-85.
Lele, S.M. 1991. "Sustainable Development: A Critical Review."
World Development 19 (6): 607-621.
Miri G., 2014. Analisis Jaringan Jalan Dan Prioritas Penanganannya Untuk
Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Tana Toraja. [Tesis]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Panuju D.R. dan Rustiadi E. 2013. Teknik Analisis Perencanaan Pengembangan
Wilayah. Bogor (ID) :Bagian Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Institut Pertanian Bogor.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 14/PRT/M/2010 Tahun 2006 tentang Jalan. Jakarta (ID): Sekretariat
Negara.
Postorino, M.N. and Pratico, F.G. 2012. An Application of Multi-Criteria
Decision-Making Analysis to a Regional Multi-Airport System. Research In
Transportation Business & Management 4: 44-52.
 80  

Prasetyo R.B dan Firdaus M. 2009. Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan


Ekonomi Wilayah Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Pembangunan 2 (2) : 222-236.
Purwanto, N. R. dan Siswandi, E. 2006. Pengolahan Data Skala Terbatas dengan
Metode Data Envelopment Analysis (DEA): Studi Kasus Efektifitas Proses
Peluncuran Produk Baru. Jakarta (ID) : Lembaga Manajemen Fakultas
Ekonomi UI.
Riyadi dan Bratakusumah, D. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi
Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta (ID) : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Rustiadi E., Saefulhakim S. dan Panuju D.R. 2009. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Obor
Indonesia.
Saaty, T.L., 1980. Decision Making with the Analytical Hierarchy Process. Int. J.
Services Sciences, 1 (1) : 83 - 98
Shih, H., Shyur, H.J. and Lee, E.S. 2007. An Extension of TOPSIS for Group
Decision Making. Mathematical and Computer Modelling 45: 801-813.
Simanaviciene, R. and Ustinovichius, L. 2010. Sensitive Analysis for Multiple
Criteria Decision Making Method: TOPSIS and SAW. Procedia Social and
Behavioral Sciences 2: 7743-7744.
Sitorus, S.R.P. 2012. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Makalah Kuliah
Umum Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah. Bogor (ID)
Spurgeon, J. 1999. The Socio-Economic Cost and Benefits of Coastal Habitat
Rehabilitation and Creation. Marine Pollution Bulletin 37 ( 8-12): 373-382.
Elsevier Science Limited.
Sudarya D., 2013. Analisis Perkembangan Ekonomi Wilayah Untuk Arahan
Pembangunan Kecamatan Di Wilayah Pesisir Kabupaten Garut. [Tesis].
Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Tarigan, H.S.R. 2004. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama.
Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.
____________. 2008. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta (ID):Penerbit
PT. Bumi Aksara.
Vazhayil, J.P. and Balasubramaniam, R. 2013. Optimization of India‟s Power
Sector Strategies using Weight-Restricted Stochastic Data Envelopment
Analysis. Journal of Energy Policy 56: 456-465.
Wen, M and Li, H. 2009. Fuzzy Data Envelopment Analysis (DEA): Model and
Ranking Method. Journal of Computational and Applied Mathematics 223:
872-878.
World Bank. 1994. World Development Report: Infrastructure for Development.
New York (US) : Oxford University Press.
Zhang, H. 2011. The Evaluation of Tourism Destination Competitiveness by
TOPSIS & Information Entropy – A Case in The Yangtze River Delta of
China. Tourism Management 32(2): 443–451.
 
81  

Lampiran 1 PDRB Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Bogor


Tahun 2013 (Juta Rupiah).
KECAMA Jumlah
TANI TMB IND LIGAS KONS DAG AKT KEU JASA
TAN (Yi)
Nanggung 23,752 252,499 333,183 10,329 193 57,386 3,109 2,345 13,475 696,271

Leuwiliang 34,379 1,579 75,679 20,966 6,148 222,217 4,021 47,106 26,456 438,552

Leuwisadeng 20,689 146 18,052 9,943 2,254 57,807 3,379 7,118 16,983 136,371

Pamijahan 99,605 101 20,254 19,637 577 76,613 8,258 2,858 29,903 257,807

Cibungbulang 49,715 95 18,853 24,803 695 114,753 9,642 16,540 21,308 256,405

Ciampea 27,160 243 115,577 28,577 7,451 206,819 11,491 19,596 42,589 459,504

Tenjolaya 43,815 169 12,188 10,173 940 40,851 2,037 2,722 11,316 124,210

Dramaga 44,567 19 36,822 24,170 12,455 116,582 42,922 21,991 19,276 318,803

Ciomas 27,379 45 166,779 75,572 13,679 102,346 9,096 5,297 30,844 431,036

Tamansari 31,587 324 101,411 19,081 7,853 65,090 12,453 5,025 16,281 259,104

Cijeruk 36,384 32 88,067 13,911 6,908 46,733 6,397 2,303 16,849 217,584

Cigombong 56,920 113 57,450 23,860 18,180 84,715 6,866 508 20,750 269,362

Caringin 95,390 54 89,757 22,563 6,009 148,499 15,313 19,052 31,857 428,494

Ciawi 52,261 - 323,632 28,781 38,032 121,717 8,143 102,378 31,711 706,655

Cisarua 68,650 - 10,314 32,548 16,192 303,888 11,280 22,611 44,978 510,460

Megamendung 52,323 - 7,764 21,725 10,439 276,549 6,238 4,815 21,983 401,838

Sukaraja 16,657 23 781,117 52,219 29,866 185,671 81,688 4,145 41,982


1,193,368
Babakan
20,151 98 452,494 71,863 110,664 118,781 4,497 19,319 39,557 837,424
Madang
Sukamakmur 110,344 175 2,743 12,744 167 23,018 811 474 6,634 157,109

Cariu 31,065 481 7,829 10,663 1,705 98,988 2,778 2,931 10,138 166,578

Tanjungsari 49,871 338 11,973 11,426 166 34,288 3,066 1,256 9,853 122,238

Jonggol 51,135 1,436 11,444 25,516 10,099 170,955 9,140 6,406 31,044 317,176

Cileungsi 15,551 1,442


4,801,094
127,148 158,979 355,721 24,564 103,059 124,539
5,712,096
Klapanunggal 50,203 43,403
2,621,652
25,559 40,422 66,038 5,782 33,917 17,947
2,904,922
Gunung Putri 6,146 3
6,464,712
192,730 117,363
1,753,607
543,658 55,690 130,999
9,264,907
Citeureup 17,164 17,422
3,862,818
60,313 553,789 291,520 18,040 38,104 79,146
4,938,315
Cibinong 25,118 -
1,871,848
134,910 91,221 584,829 275,978 104,681 197,943
3,286,529
Bojonggede 7,378 7 11,194 76,429 19,840 176,515 23,369 8,374 69,288 392,394

Tajurhalang 18,268 - 3,002 30,117 24,619 50,023 5,352 419 37,456 169,255

Kemang 31,420 8 16,912 24,845 11,064 113,358 9,371 3,140 46,814 256,930

Rancabungur 16,343 20 868 10,804 1,248 35,085 5,711 222 7,981 78,282

Parung 64,267 - 205,422 26,571 27,184 196,697 8,323 9,421 59,116 597,002

Ciseeng 142,812 205 28,287 20,869 767 62,960 6,328 1,675 18,645 282,547

Gunung Sindur 92,180 20,183 488,882 37,452 65,138 80,352 13,198 3,769 26,122 827,276

Rumpin 35,644 43,020 20,183 22,613 6,102 144,350 7,457 2,188 23,884 305,441

Cigudeg 45,920 42,363 51,923 17,498 1,428 96,041 8,677 5,443 16,334 285,626

Sukajaya 48,430 385 2,478 13,616 332 17,928 978 113 2,722 86,984

Jasinga 52,701 126 23,909 12,475 563 112,880 4,511 2,094 15,775 225,035

Tenjo 24,504 47 4,381 8,328 359 38,624 4,602 543 9,915 91,303

Parung Panjang 21,434 448 41,979 32,441 566 174,071 11,867 11,096 33,113 327,014

 
 
 
 
 
 82  

Lampiran 2. Hasil Analisis LQ & SSA terhadap Nilai Hasil Produksi Sub sektor
Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Bogor.
 
PADI KACANG
PADI GOGO JAGUNG TALAS
KECAMATAN SAWAH KEDELAI
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 1.28 0.39 0.17 -0.25 0.00 -1.00 0.35 -0.40 0.00
Leuwiliang 1.24 0.14 0.00 -1.00 0.00 0.26 -0.73 0.00
Leuwisadeng 1.25 0.04 0.00 -1.00 3.10 7.29 0.33 -0.50 0.00
Pamijahan 1.19 0.08 0.00 -1.00 0.00 0.08 -0.92 0.00
Cibungbulang 0.71 0.15 0.00 0.00 0.31 0.44 0.00
-
Ciampea 0.79 0.06 0.00 0.00 -1.00 0.60 0.00 -1.00
Tenjolaya 0.89 0.08 0.00 0.00 0.29 -0.68 0.00
-
Dramaga 0.49 0.27 0.00 0.00 -1.00 2.05 0.12 0.00 -1.00
-
Ciomas 0.69 0.10 0.00 0.00 -1.00 4.78 2.85 0.00
-
Tamansari 0.53 0.01 0.06 -0.90 0.00 -1.00 6.20 -0.57 0.00 -1.00
Cijeruk 0.86 0.01 0.00 -1.00 0.00 10.04 -0.44 0.00
Cigombong 0.60 0.69 0.43 0.78 0.00 -1.00 4.20 35.55 0.00
Caringin 1.20 0.29 0.00 -1.00 0.00 1.58 1.74 0.00
Ciawi 1.09 0.22 0.00 0.00 3.70 3.40 0.00
Cisarua 1.14 0.47 0.00 4.05 1.65 0.07 0.00 -1.00
Megamendung 0.97 0.33 0.00 0.00 6.11 -0.01 0.00 -1.00
Sukaraja 0.13 2.02 0.00 0.00 5.27 1.93 0.00
Babakan Madang 0.47 0.37 0.00 0.00 2.13 1.33 0.00
Sukamakmur 1.08 0.90 0.42 -0.63 5.15 27.62 0.00 0.00
Cariu 1.31 0.22 0.59 -0.49 4.82 31.17 0.00 0.00
Tanjungsari 1.28 0.33 1.13 -0.05 4.98 5.53 0.00 0.00
Jonggol 1.27 0.19 1.22 -0.18 0.00 -1.00 0.00 0.00
Cileungsi 1.20 0.15 0.20 -0.89 0.00 -1.00 0.00 0.00
Klapanunggal 1.22 0.65 2.96 -0.34 0.00 0.00 0.00
Gunung Putri 0.71 0.25 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00 0.00
-
Citeureup 0.23 0.23 0.00 0.00 0.00 0.00
-
Cibinong 0.12 0.04 0.00 1.17 -0.43 2.21 0.05 0.00
Bojonggede 0.26 1.72 0.00 0.00 0.00 296.41
-
Tajurhalang 0.40 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
-
Kemang 0.42 0.12 0.00 0.00 2.10 -0.51 0.00
-
Rancabungur 0.70 0.41 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00
-
Parung 0.47 0.42 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00
Ciseeng 0.95 0.14 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00
Gunung Sindur 0.76 0.85 0.05 0.00 -1.00 0.00 0.00
Rumpin 1.15 0.22 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00
Cigudeg 1.23 0.31 0.50 -0.72 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00
Sukajaya 1.28 0.27 0.49 -0.59 0.00 0.52 -0.59 0.00
Jasinga 1.15 0.28 4.90 6.96 0.00 0.00 -1.00 0.00
Tenjo 1.10 0.25 15.15 0.16 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00
Parung Panjang 1.21 0.29 6.53 2.82 2.78 0.00 0.00

 
 
 
 
 
83  

Lampiran 2.  (Lanjutan)  
 
KACANG HIJAU KACANG TANAH UBI KAYU UBI JALAR
KECAMATAN
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
-
Nanggung 0.00 0.58 0.09 0.17 0.32 0.14 0.56
-
Leuwiliang 0.00 0.23 -0.86 0.30 -0.69 0.29 0.52
-
Leuwisadeng 0.00 0.00 -1.00 0.32 -0.19 0.08 0.67
Pamijahan 0.00 0.08 -0.68 0.41 0.78 0.67 0.07
Cibungbulang 0.00 0.74 0.51 1.42 1.67 3.73 0.17
-
Ciampea 0.00 1.37 2.55 1.70 -0.31 1.88 0.66
-
Tenjolaya 0.00 0.00 -1.00 1.07 -0.21 2.53 0.53
Dramaga 0.00 1.40 0.12 1.01 0.88 7.04 1.57
Ciomas 0.00 1.01 1.39 9.92 2.95 1.54
Tamansari 0.00 2.24 -0.38 1.99 0.82 3.01 0.39
-
Cijeruk 0.00 1.49 -0.60 0.97 -0.52 0.81 0.75
Cigombong 0.00 2.45 3.52 2.14 13.00 2.09 5.47
-
Caringin 0.00 1.27 0.36 0.27 -0.20 0.53 0.15
-
Ciawi 0.00 2.62 0.46 0.46 0.50 0.82 0.21
Cisarua 0.00 1.36 -0.43 0.53 -0.36 0.49 0.46
-
Megamendung 0.00 3.68 -0.24 0.42 -0.85 1.84 0.67
-
Sukaraja 0.00 0.83 -0.04 4.87 -0.75 0.40 0.22
Babakan Madang 0.00 2.30 7.00 3.21 -0.52 1.40 5.89
Sukamakmur 0.00 0.00 -1.00 1.08 -0.11 0.11 0.67
-
Cariu 15.38 -0.88 0.56 -0.62 0.05 -0.80 0.00 1.00
-
Tanjungsari 6.45 -0.96 0.65 1.23 0.14 0.98 0.00 1.00
Jonggol 0.00 -1.00 0.05 -0.88 0.20 -0.22 0.11 1.97
-
Cileungsi 0.00 -1.00 1.61 -0.63 0.54 -0.35 0.21 0.73
-
Klapanunggal 0.00 -1.00 0.45 -0.46 0.38 0.20 0.02 0.63
Gunung Putri 0.00 6.83 0.15 2.61 0.22 0.42
-
Citeureup 0.00 0.13 -0.50 5.00 -0.48 0.06 0.22
-
Cibinong 0.00 1.32 -0.58 5.23 -0.35 0.22 0.76
-
Bojonggede 0.00 13.64 -0.10 2.80 -0.62 5.15 0.58
Tajurhalang 0.00 5.49 0.00 3.42 0.35 2.04 2.00
Kemang 0.00 12.80 0.66 2.64 0.42 3.20 0.68
-
Rancabungur 0.00 8.57 0.19 1.27 -0.70 4.06 0.54
Parung 0.00 4.44 0.29 3.25 1.71 1.63 0.01
Ciseeng 0.00 3.91 1.29 1.20 0.07 1.33 0.84
-
Gunung Sindur 0.00 1.70 -0.83 2.22 -0.58 0.99 0.75
-
Rumpin 0.00 0.22 -0.80 0.79 -0.05 0.19 0.55
-
Cigudeg 0.00 0.48 -0.59 0.26 -0.17 0.48 0.37
-
Sukajaya 0.00 0.00 0.14 -0.56 0.13 0.61
-
Jasinga 0.00 1.19 0.11 0.52 -0.16 0.15 0.55
Tenjo 1.79 0.69 0.13 0.21 -0.41 0.18 0.36
Parung Panjang 0.00 0.50 0.43 0.16 0.29 0.14 0.79

 
 84  

Lampiran 3. Hasil Analisis LQ & SSA terhadap Nilai Hasil Produksi Sub sektor
Pertanian Tanaman Buah - Buahan di Kabupaten Bogor.
 
ALPUKAT BELIMBING DUKU DURIAN JAMBU BIJI
KECAMATAN LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 0.48 2.82 0.32 1.00 0.23 -0.74 3.16 0.14


Leuwiliang 0.17 0.09 0.12 -0.40 0.36 0.55 0.18 0.18 0.79
Leuwisadeng 0.20 -0.70 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00 2.36 -0.48
Pamijahan 2.92 1.09 1.08 0.39 0.87 1.01 2.04 40.14 0.55 -0.40
Cibungbulang 0.08 -0.92 0.68 -0.33 0.03 -0.57 0.03 -0.98 1.31 0.53
Ciampea 0.33 -0.77 1.22 -0.28 0.00 0.06 -0.89 2.08 0.53
Tenjolaya 0.18 0.43 0.48 -0.06 0.00 0.00 -1.00 10.14 20.97
Dramaga 0.00 -1.00 0.01 -0.89 0.12 7.00 0.08 1.40 2.89 95.42
Ciomas 0.31 -0.64 0.33 -0.41 0.65 2.33 2.54 -0.37 1.85 5.29
Tamansari 0.00 -1.00 0.04 -0.67 0.50 0.00 -1.00 0.69 -0.63
Cijeruk 1.00 3.18 0.27 3.71 0.11 4.00 0.10 -0.89 0.36 6.88
Cigombong 3.00 9.17 0.19 0.49 0.36 1.63 7.11 0.65 0.74
Caringin 2.76 10.24 0.59 8.48 0.60 46.45 2.25 153.87 1.10 18.55
Ciawi 1.10 -0.98 1.49 0.00 1.16 -0.49 0.38
Cisarua 27.78 0.79 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00 0.05 0.29
Megamendung 3.35 -0.82 2.63 -0.74 0.00 -1.00 0.43 0.65 0.38 -0.90
Sukaraja 0.97 -0.19 1.74 1.19 0.23 -0.09 0.07 -0.98 1.17 0.00
Babakan Madang 2.68 1.32 2.14 4.79 0.00 -1.00 1.59 1.02 1.59 0.00
Sukamakmur 0.27 0.59 0.17 1.53 0.69 0.91 -0.50 0.03 0.13
Cariu 0.18 0.82 0.85 1.16 0.04 -0.39 1.79 -0.54 0.06 1.81
Tanjungsari 0.00 0.02 -0.73 0.00 0.19 -0.87 0.00 -1.00
Jonggol 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00 0.02
Cileungsi 0.32 -0.68 0.78 -0.28 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.32 -0.43
Klapanunggal 0.38 0.46 8.96 58.33 0.00 0.47 -0.06 0.72 1.80
Gunung Putri 0.00 -1.00 0.69 -0.51 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.62 0.63
Citeureup 3.75 1.03 0.12 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.18 -0.73
Cibinong 0.00 -1.00 2.13 -0.88 0.09 -0.83 0.41 0.61 0.33 -0.80
Bojonggede 0.28 -0.49 8.31 -0.47 0.00 -1.00 0.62 0.30 3.93 7.72
Tajurhalang 0.52 0.43 13.78 -0.05 0.08 0.00 6.30 -0.46
Kemang 0.04 1.75 0.25 1.84 0.04 1.61 0.02 -0.16 1.02 2.48
Rancabungur 0.08 3.33 0.85 0.95 0.17 0.00 -1.00 2.94 0.14
Parung 0.05 -0.89 0.82 -0.53 0.95 0.08 0.11 -0.89 0.17 -0.79
Ciseeng 0.17 -0.03 0.09 -0.47 0.27 -0.62 0.88 -0.29 0.23 -0.06
Gunung Sindur 0.03 12.33 1.14 0.38 8.47 6.10 2.27 5.38 0.16 -0.04
Rumpin 0.04 -0.94 0.13 -0.08 4.15 5.79 5.50 -0.35 0.08 -0.90
Cigudeg 0.19 -0.93 1.28 0.56 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.41 -0.83
Sukajaya 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00
Jasinga 0.37 0.91 0.27 -0.61 0.00 -1.00 0.86 -0.41 0.18 -0.65
Tenjo 0.00 -1.00 0.05 -0.65 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.35 -0.07
Parung Panjang 0.29 94.00 2.14 1.04 1.24 8.54 1.09 0.76 1.40 0.50

 
 
 
 
 
 
 
 
85  

Lampiran 3.  (Lanjutan)  
 
JERUK JERUK
KECAMATAN JAMBU AIR KEPROK/SIAM BESAR MANGGA MANGGIS
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 0.19 0.58 2.75 0.29 0.22


Leuwiliang 0.06 -0.93 0.00 0.86 1.58 1.52 3.98 14.61 6.23
-
Leuwisadeng 0.10 -0.90 0.00 0.00 0.00 1.00 0.97 -0.74
Pamijahan 1.42 2.87 0.61 4.47 -0.23 1.49 0.79 35.38
Cibungbulang 1.77 0.08 1.10 2.55 0.15 -0.33 2.50 2.17 0.01 -0.84
-
Ciampea 0.24 -0.95 0.00 0.00 0.17 0.27 0.08 0.00
-
Tenjolaya 1.66 0.20 0.00 0.00 0.03 0.80 0.00
Dramaga 3.63 3.36 0.07 -0.35 0.67 0.95 0.45 0.12 1.62
-
Ciomas 0.00 -1.00 0.00 2.72 1.67 1.44 0.72 0.32 3.80
-
Tamansari 0.27 -0.20 0.46 -0.43 0.00 0.25 0.82 0.28 -0.18
Cijeruk 0.12 -0.36 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.23 0.60 0.10 1.26
Cigombong 0.02 -0.95 0.07 -0.74 0.00 0.57 4.03 0.34 1.63
Caringin 2.42 82.85 3.82 19.26 3.69 50.29 2.68 0.43
Ciawi 0.00 12.25 0.00 0.00 0.00
-
Cisarua 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00 0.00 1.00 4.91
-
Megamendung 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 1.00 0.00
Sukaraja 0.77 -0.26 0.65 -0.06 2.01 -0.10 2.65 0.14 0.29 -0.24
Babakan Madang 5.63 1.96 8.13 11.54 4.36 3.85 2.52 8.61 1.75 6.28
-
Sukamakmur 0.29 0.28 1.21 1.23 63.00 0.06 0.85 2.81 1.94
Cariu 0.78 -0.58 0.00 -1.00 0.00 2.16 0.54 0.03 -0.48
-
Tanjungsari 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 1.00 0.00
Jonggol 0.00 0.00 0.00 0.37 0.38
Cileungsi 2.34 0.24 0.00 -1.00 2.56 2.20 0.83 0.00 -1.00
Klapanunggal 4.88 2.64 1.21 0.16 0.00 -1.00 4.66 3.99 1.55 1.14
Gunung Putri 2.95 2.40 0.00 -1.00 0.00 3.74 0.27 0.00 -1.00
Citeureup 10.74 -0.42 0.00 0.00 2.15 7.46
-
Cibinong 0.56 -0.95 0.25 -0.88 0.00 0.00 1.00 0.00
Bojonggede 1.48 -0.34 0.55 0.94 0.00 0.75 1.01 0.01
-
Tajurhalang 2.35 0.48 0.00 0.00 0.50 0.80 0.11 -0.45
-
Kemang 0.03 -0.80 0.00 0.00 0.06 0.88 0.00
-
Rancabungur 0.32 -0.95 0.00 0.00 0.94 0.90 0.00 -1.00
Parung 0.30 4.60 0.00 -1.00 0.00 2.73 0.31 0.00 -1.00
-
Ciseeng 0.03 -0.79 0.35 0.00 2.06 0.53 0.02 0.00
Gunung Sindur 0.22 1.67 0.11 0.14 0.00 0.34 9.20 0.13 1.34
-
Rumpin 0.22 -0.99 0.00 3.37 -0.36 0.48 0.49 1.63 1.73
-
Cigudeg 1.36 -0.89 0.00 0.00 0.00 1.00 2.60 -0.58
-
Sukajaya 0.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 1.00 0.00
-
Jasinga 0.21 -0.77 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.09 0.92 4.71 -0.39
-
Tenjo 1.15 -0.18 0.10 -0.89 0.00 -1.00 0.00 1.00 0.00 -1.00
-
Parung Panjang 2.17 -0.50 0.00 -1.00 0.00 0.01 0.97 0.23 70.50

 
 
 86  

Lampiran 3.  (Lanjutan)  
 
NANGKA NENAS PEPAYA PISANG RAMBUTAN
KECAMATAN
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
-
Nanggung 0.32 0.09 1.00 0.79 1.37 0.81 0.07 -0.94
-
Leuwiliang 0.07 -0.09 0.03 10.33 0.19 0.68 0.49 0.50 0.09 -0.41
-
Leuwisadeng 0.35 0.12 0.07 5.21 4.22 11.22 0.95 0.10 0.00 -1.00
-
Pamijahan 0.78 -0.80 0.01 -0.73 1.10 -0.72 0.44 0.51 0.77
Cibungbulang 0.60 -0.34 0.03 0.24 2.34 -0.50 1.48 0.15 0.02 -0.99
Ciampea 0.24 -0.70 0.00 3.04 -0.48 1.54 1.00 0.06 -0.91
-
Tenjolaya 0.38 -0.91 0.01 -0.69 0.20 -0.88 0.60 0.29 0.00 -1.00
Dramaga 0.00 -1.00 0.00 0.50 1.69 -0.24 1.65 4.41 0.30 0.33
-
Ciomas 0.14 0.50 0.00 -1.00 0.24 -0.86 0.84 0.87 2.51 -0.02
Tamansari 1.32 -0.58 5.67 -0.60 0.18 -0.77 1.26 0.11 0.52 -0.78
-
Cijeruk 3.20 14.12 8.04 1.90 0.46 1.50 0.39 0.47 0.02 -0.94
Cigombong 1.91 -0.13 0.15 -0.04 0.83 -0.29 0.87 1.44 1.89 152.65
Caringin 0.45 7.57 0.15 52.68 0.82 2.25 0.58 1.66 0.73 54.00
-
Ciawi 0.71 -0.86 0.34 3.50 1.39 -0.78 1.56 0.59 0.40 -0.94
-
Cisarua 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.40 0.73 0.00 -1.00
-
Megamendung 1.07 -0.79 0.17 -0.49 3.16 -0.94 0.57 0.97 0.32 -0.69
-
Sukaraja 1.06 0.09 0.00 -1.00 2.99 0.73 0.77 0.27 0.32 -0.87
-
Babakan Madang 1.38 -0.33 0.00 -1.00 0.24 -0.95 0.43 0.88 0.64 -0.65
Sukamakmur 0.11 0.10 0.11 2.50 1.15 1.82 2.71 0.81 -0.29
Cariu 0.57 -0.70 0.00 0.01 -0.96 0.86 1.89 4.50 -0.36
-
Tanjungsari 1.05 -0.39 0.00 -1.00 0.89 4.76 2.60 0.15 1.19 -0.84
Jonggol 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 1.00 3.61 5.79 0.00 -1.00
-
Cileungsi 0.18 -0.94 0.00 -0.93 1.60 -0.38 1.29 0.53 0.00 -1.00
-
Klapanunggal 0.83 0.38 0.00 0.00 -1.00 0.31 0.92 1.74 -0.96
-
Gunung Putri 1.96 3.14 0.00 0.11 0.09 1.34 0.85 1.65 -0.67
-
Citeureup 1.42 0.00 -1.00 0.00 0.69 0.72 0.00
-
Cibinong 1.33 -0.83 0.00 -1.00 0.88 -0.93 2.17 0.02 0.55 -0.89
Bojonggede 1.05 -0.43 0.00 0.35 -0.75 1.19 1.86 0.00 -1.00
Tajurhalang 0.21 -0.01 0.00 0.00 0.36 0.33 0.81 -0.87
Kemang 0.00 -0.92 0.00 1.73 1.19 1.34 3.77 3.56 0.90
Rancabungur 1.22 0.29 0.13 28.50 3.01 -0.16 0.41 1.19 1.70 -0.01
-
Parung 1.46 -0.41 0.04 0.88 0.38 0.36 0.20 5.08 -0.63
Ciseeng 0.64 0.67 0.00 0.90 0.05 1.78 0.76 1.77 -0.68
Gunung Sindur 0.15 -0.66 0.00 1.80 1.21 0.22 2.03 0.78 -0.74
-
Rumpin 1.68 10.63 0.01 0.00 0.10 -0.86 0.32 0.39 0.56 -0.93
-
Cigudeg 0.61 -0.92 0.00 -1.00 0.33 -0.09 0.94 0.77 4.33 -0.62
-
Sukajaya 0.00 0.00 0.00 3.72 0.71 0.00 -1.00
-
Jasinga 2.75 -0.07 0.00 0.64 -0.40 0.68 0.13 2.35 -0.58
-
Tenjo 0.04 -0.96 0.00 -1.00 0.44 -0.58 3.36 0.66 0.00 -1.00
Parung Panjang 2.25 -0.04 0.20 8.47 0.38 4.97 1.47 0.06 0.35 -0.83

 
 
87  

Lampiran 3.  (Lanjutan)  
 
SALAK SAWO MARKISA SIRSAK SUKUN
KECAMATAN
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 0.00 0.80 0.00 6.39 4.00 8.32 8.23


-
Leuwiliang 0.19 4.60 0.46 21.67 6.86 0.64 1.22 6.00 0.32 3.59
Leuwisadeng 0.00 0.53 0.78 0.00 0.00 -1.00 0.32 0.05
Pamijahan 0.44 3.42 0.70 -0.04 22.20 1.13 1.60 2.04 10.25 15.17
Cibungbulang 1.50 3.34 1.29 10.15 0.00 0.74 0.27 0.75 2.61
Ciampea 0.00 0.74 0.00 0.63 3.00 0.26
Tenjolaya 0.00 0.00 0.00 0.05 -0.93 0.06
Dramaga 0.00 0.52 0.00 0.19 3.20 0.06
Ciomas 1.69 3.00 0.66 0.00 3.16 4.60 0.00
-
Tamansari 0.26 1.30 0.86 0.00 1.00 0.59 0.18 1.04
Cijeruk 0.88 2.51 1.09 11.50 0.00 0.71 3.48 0.22 19.80
Cigombong 2.50 155.00 0.24 -0.34 0.00 1.77 1.05 0.97
Caringin 4.12 1.89 1.34 24.48 0.00 2.45 27.18 1.43 59.03
Ciawi 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 6.65 0.00
-
Cisarua 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00
Megamendung 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 31.10 -0.75 0.70 -0.95
Sukaraja 0.04 -0.60 2.97 0.05 0.00 1.61 0.21 1.15 2.29
Babakan Madang 0.56 24.00 0.84 4.50 0.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00
Sukamakmur 1.90 -0.13 0.50 3.50 0.00 0.37 0.76 0.16 -0.70
Cariu 0.65 1.18 0.00 -1.00 0.00 2.49 1.25 0.00
Tanjungsari 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jonggol 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
Cileungsi 1.14 -0.58 35.84 -0.70 0.00 0.00 -1.00 0.34 -0.05
Klapanunggal 0.00 9.50 2.85 0.00 0.35 -0.33 0.12 -0.25
Gunung Putri 1.99 0.29 8.01 0.08 0.00 0.49 -0.81 0.00
Citeureup 0.00 2.21 0.00 0.00 0.00
Cibinong 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 0.02 -1.00 5.15 0.16
Bojonggede 0.00 1.04 -0.45 0.00 0.00 -1.00 0.36
Tajurhalang 0.00 0.81 0.00 0.00 0.00
Kemang 0.02 -0.82 0.26 -0.67 0.00 0.07 -0.53 0.00
Rancabungur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Parung 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00 -1.00 0.23 -0.45
Ciseeng 0.45 0.67 0.00 0.04 0.11
Gunung Sindur 0.01 0.50 0.48 1.99 0.00 0.89 8.53 0.00 -1.00
Rumpin 0.03 -0.93 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00
Cigudeg 0.27 -0.41 1.24 1.72 0.00 0.81 0.52 2.13 1.64
-
Sukajaya 0.60 -0.74 0.00 -1.00 0.00 1.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00
Jasinga 0.07 0.61 -0.23 0.00 0.09 -0.18 0.74 -0.25
-
Tenjo 0.00 -1.00 0.23 -0.93 0.00 1.00 0.09 -0.83 0.07 -0.84
Parung Panjang 0.00 -1.00 2.98 -0.41 0.00 0.00 -1.00 0.39 0.86

 
 
 
 
 88  

Lampiran 4. Hasil Analisis LQ & SSA terhadap Nilai Hasil Produksi Sub sektor
Pertanian Tanaman Sayuran di Kabupaten Bogor.
 
BAWANG KEMBANG PETSAI/
DAUN KENTANG KOL KUBIS SAWI WORTEL
KECAMATAN
SS SS SS SS
LQ SSA LQ LQ LQ LQ LQ SSA
A A A A
-
Nanggung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00
Leuwiliang 0.00 0.00 0.00 0.00 7.81 0.00
Leuwisadeng 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Pamijahan 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00 1.84 0.03 0.00
-
Cibungbulang 1.94 0.00 0.00 0.00 6.62 0.98 0.00
62.9
Ciampea 0.04 0.00 0.00 0.00 7 0.60 0.00
-
Tenjolaya 2.11 -0.77 0.00 0.00 0.00 4.45 0.97 0.00
-
Dramaga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 0.02 0.00
Ciomas 0.00 0.00 0.00 0.00 3.20 2.79 0.00
-
Tamansari 0.00 0.00 0.00 0.00 2.86 0.55 0.00
-
Cijeruk 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00 7.15 0.87 0.00
Cigombong 0.00 0.00 0.00 0.00 7.02 0.25 0.00
106.9 -
Caringin 10.97 0.26 0.00 76.55 3 0.71 0.97 0.00
15.8
Ciawi 1.47 7.56 0.00 0.00 0.00 0.82 2.88 1.23 0
- - - -
Cisarua 2.21 -0.53 5.77 0.63 3.61 0.83 4.18 0.74 0.80 0.86 2.63 -0.65
Megamendung 0.94 -0.55 0.00 0.00 0.00 0.84 0.20 1.36 -0.46
Sukaraja 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Babakan -
Madang 0.17 0.00 0.26 0.00 0.00 1.00 0.00
429.6 238.5 - 14.2
Sukamakmur 8.73 -0.58 8 7 0.00 9.24 0.59 7
Cariu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tanjungsari 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
-
Jonggol 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00
Cileungsi 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Klapanunggal 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Gunung Putri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Citeureup 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Cibinong 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Bojonggede 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tajurhalang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rancabungur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
-
Parung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00
Ciseeng 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Gunung Sindur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rumpin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Cigudeg 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Sukajaya 12.57 -0.79 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jasinga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tenjo 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Parung
Panjang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

 
 
 
89  

Lampiran 4.  (Lanjutan)  
 
KACANG KACANG CABE
KECAMATAN MERAH PANJANG CABE BESAR RAWIT TOMAT TERUNG
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 0.00 12.23 -0.72 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00


- -
Leuwiliang 0.00 3.42 -0.16 0.00 -1.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 -1.00
Leuwisadeng 0.00 1.09 -0.29 0.00 -1.00 0.83 0.00 0.47 -0.02
- - -
Pamijahan 0.00 1.00 0.11 -0.97 1.74 -0.95 4.32 0.75 3.45 0.87 0.92 -0.76
-
Cibungbulang 0.00 0.95 -0.71 1.37 -0.77 0.00 4.33 0.61 1.21 -0.91
- -
Ciampea 0.00 8.79 -0.70 4.79 -0.80 0.00 1.00 0.00 1.00 7.34 2.13
-
Tenjolaya 0.00 1.52 -0.86 0.00 -1.00 0.00 1.35 0.88 0.65 -0.95
-
Dramaga 0.00 1.24 -0.37 0.69 0.75 0.08 0.59 1.03 1.08 2.64
Ciomas 0.00 3.05 -0.25 2.47 0.03 7.95 0.44 2.56 0.62 1.66 1.32
-
Tamansari 0.00 2.85 0.11 1.51 -0.18 5.76 0.87 2.09 0.57 1.60 -0.01
- - -
Cijeruk 0.00 1.00 5.93 -0.71 18.62 -0.68 33.30 0.80 0.00 1.00 0.00 -1.00
Cigombong 0.00 8.80 2.26 17.54 2.73 12.40 4.66 7.87 0.84 4.85 5.76
-
Caringin 0.00 1.00 4.67 0.02 18.82 3.16 44.73 4.21 11.08 0.06 7.86 -0.04
Ciawi 1.75 3.16 0.26 4.38 0.86 5.54 0.00 1.04 2.80 0.43 10.49
- - -
Cisarua 0.20 0.88 0.00 -1.00 0.39 -0.88 0.71 0.79 0.42 0.89 0.00 -1.00
- -
Megamendung 1.85 0.69 0.28 0.48 0.97 -0.24 0.00 1.00 1.24 0.25 0.58 3.20
- -
Sukaraja 0.00 11.30 1.47 0.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 -1.00
Babakan -
Madang 0.00 0.04 -0.68 0.25 -0.38 0.59 0.50 0.00 0.00
Sukamakmur 0.00 4.48 -0.15 31.00 -0.66 42.08 1.58 15.35 2.08
-
Cariu 0.00 22.26 -0.43 3.49 -0.93 6.56 0.87 0.00 5.97 -0.80
Tanjungsari 0.00 21.56 0.51 3.47 0.00 0.00 0.00
Jonggol 0.00 5.79 0.37 0.00 -1.00 18.45 0.00 3.10 4.50
-
Cileungsi 0.00 10.13 0.42 0.06 0.00 1.00 0.00 0.00
Klapanunggal 0.00 9.89 -0.60 29.32 1.70 0.30 0.00 0.00 -1.00
Gunung Putri 0.00 7.22 -0.62 9.67 0.00 0.00 2.68 0.95
Citeureup 0.00 20.05 -0.66 0.00 0.00 0.00 0.00
Cibinong 0.00 22.78 1.18 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
Bojonggede 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Tajurhalang 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemang 0.00 1.66 -0.62 0.00 0.00 0.00 7.63 -0.04
Rancabungur 0.00 5.33 9.10 0.00 0.00 0.00 1.37 -0.66
Parung 0.00 14.54 0.57 1.70 2.69 0.00 0.00 -1.00
Ciseeng 0.00 5.96 1.17 3.07 1.07 6.88 0.07 0.00 0.00 -1.00
Gunung
Sindur 0.00 14.91 -0.50 0.00 46.85 0.13 0.00 5.24 -0.80
- -
Rumpin 0.00 23.07 -0.40 0.00 -1.00 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 -1.00
- -
Cigudeg 0.00 14.47 -0.89 15.59 -0.89 25.01 0.69 2.71 0.94 2.27 -0.92
- -
Sukajaya 0.00 1.00 21.27 -0.16 13.02 -0.71 0.00 1.00 0.00 0.00
-
Jasinga 0.00 17.70 -0.03 0.00 -1.00 1.62 0.99 0.00 0.61 -0.98
-
Tenjo 0.00 10.39 -0.57 2.57 -0.94 0.00 1.00 0.00 12.58
Parung -
Panjang 0.00 1.82 -0.89 0.00 -1.00 0.00 1.00 0.00 0.00

 
 90  

Lampiran 4.  (Lanjutan)  
 
BUNCIS KETIMUN KANGKUNG BAYAM LABU SIAM JAMUR
KECAMATAN
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
- -
Nanggung 0.00 1.00 15.78 -0.67 0.00 1.00 0.00 -1.00 0.00 0.49
- 127.0
Leuwiliang 0.00 1.00 5.01 0.16 1.71 0.87 2.67 2.05 0.00 -1.00 0.77 9
-
Leuwisadeng 0.00 1.87 0.35 0.00 1.00 0.00 0.00 1.13
- -
Pamijahan 0.95 0.93 0.99 -0.94 0.00 1.00 0.00 -1.00 14.20 0.34 1.05 30.90
- -
Cibungbulang 2.70 0.79 3.47 -0.81 1.09 0.99 2.30 -0.98 0.00 0.79 0.16
- -
Ciampea 4.10 0.87 6.36 -0.88 0.00 1.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00
- -
Tenjolaya 0.87 0.95 0.71 -0.95 0.23 0.97 0.26 -0.98 0.00 1.04
- 37713
Dramaga 1.17 1.84 1.24 0.48 0.07 0.41 0.19 4.99 2.60 1.07 .29
Ciomas 3.15 0.10 1.33 -0.56 1.35 3.49 1.93 1.50 0.00 0.80
- 517.5
Tamansari 5.77 0.39 2.05 -0.16 0.63 0.01 0.83 -0.23 0.00 0.84 2
-
Cijeruk 31.42 0.00 12.68 -0.57 0.00 1.00 0.00 -1.00 0.00 0.00
4184.
Cigombong 7.03 1.90 6.43 3.93 0.00 0.00 0.00 0.32 00
- -
Caringin 10.72 0.31 4.96 0.18 0.00 1.00 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00
-
Ciawi 0.77 4.09 0.49 6.39 0.00 1.00 0.00 2.33 4.05 1.12
- -
Cisarua 0.07 0.42 0.02 -0.81 0.00 1.00 0.00 0.00 1.15 91.60
Megamendung 1.05 0.65 0.00 -1.00 0.00 0.00 0.00 -1.00 1.13
Sukaraja 0.00 0.00 -1.00 13.35 8.75 9.65 3.97 0.00 0.00
Babakan -
Madang 0.00 1.00 0.13 -0.47 0.67 0.59 0.62 0.86 1.15
- -
Sukamakmur 0.00 1.00 4.63 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00
-
Cariu 0.00 17.52 -0.57 0.03 0.90 0.00 0.00 0.00
Tanjungsari 0.00 24.25 -0.07 0.00 0.00 0.00 0.00
Jonggol 0.00 2.38 -0.63 3.08 3.53 2.60 23.11 0.00 0.66
Cileungsi 0.00 8.22 -0.25 6.76 5.18 6.39 0.34 0.00 0.23
Klapanunggal 0.00 0.00 -1.00 16.83 8.24 0.00 -1.00 0.00 0.00
-
Gunung Putri 0.00 4.06 -0.85 0.00 1.00 0.00 0.00 0.80
Citeureup 0.00 26.83 -0.66 0.00 0.00 0.00 0.00
Cibinong 0.00 0.00 -1.00 6.60 8.46 0.00 0.02
-
Bojonggede 0.00 0.00 -1.00 14.64 0.31 18.15 -0.34 0.00 0.00
Tajurhalang 0.00 0.00 -1.00 0.21 0.89 0.28 0.46 0.00 1.20
Kemang 0.00 3.87 -0.53 11.79 0.05 12.47 -0.20 0.00 0.00
Rancabungur 0.00 6.30 0.69 13.78 1.05 8.51 0.53 0.00 0.00
-
Parung 0.00 16.35 106.91 3.69 0.37 2.44 -0.45 0.00 0.15
Ciseeng 0.00 9.26 0.85 2.90 2.53 3.40 3.81 0.00 0.55
-
Gunung Sindur 0.00 11.56 -0.64 5.31 0.53 1.47 -0.95 0.00 0.00
-
Rumpin 0.00 22.72 -0.47 0.00 1.00 0.00 -1.00 0.00 0.02
- -
Cigudeg 4.65 0.91 20.72 -0.83 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00
- -
Sukajaya 7.97 0.77 12.80 -0.67 0.00 1.00 0.00 0.00 -1.00 0.00
-
Jasinga 0.00 28.78 -0.41 0.02 1.00 0.01 -1.00 0.00 0.00
Tenjo 0.00 4.00 -0.78 12.03 2.20 0.00 -1.00 0.00 0.00
Parung
Panjang 0.00 30.11 0.16 8.16 0.87 1.99 -0.65 0.00 0.00 -1.00
 
91  

Lampiran 5. Hasil Analisis LQ & SSA terhadap Nilai Hasil Produksi Sub sektor
Pertanian Perkebunan di Kabupaten Bogor.
 
KOPI KELAPA
KECAMATAN CENGKEH ROBUSTA PALA HIBRIDA KARET
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA
-
Nanggung 1.64 0.16 0.73 0.13 0.70 0.76 5.67 2.00 0.00
Leuwiliang 1.68 0.30 0.04 -0.74 0.03 0.78 2.71 2.00 0.00
-
Leuwisadeng 0.61 0.32 0.16 0.15 0.09 0.75 3.20 2.00 0.00
-
Pamijahan 5.13 0.05 1.40 0.30 0.22 0.76 0.00 0.00
-
Cibungbulang 0.37 0.37 0.09 -0.18 0.00 0.00 0.00
-
Ciampea 0.16 0.32 0.00 0.00 0.00 0.00
Tenjolaya 0.76 0.00 0.15 0.25 0.48 0.76 0.00 0.00
-
Dramaga 1.55 0.40 0.17 -0.36 6.32 0.76 0.00 -1.00 0.00
Ciomas 0.00 0.05 -0.61 3.68 0.76 0.00 -1.00 0.00
Tamansari 0.74 0.00 0.22 -0.51 7.27 2.57 0.00 -1.00 0.00
Cijeruk 0.51 0.00 0.25 0.25 6.64 1.11 0.00 -1.00 0.00
Cigombong 0.21 0.00 0.60 3.84 2.64 2.15 0.00 -1.00 0.00
Caringin 1.01 1.09 0.21 0.25 6.63 3.82 0.00 -1.00 0.00
Ciawi 1.25 1.57 0.59 0.25 8.21 2.26 0.00 -1.00 0.00
Cisarua 3.55 0.52 1.04 -0.13 4.53 4.24 0.00 0.00
Megamendung 5.29 1.11 1.75 0.79 3.26 0.76 0.00 0.00
Sukaraja 1.20 0.00 0.34 -0.06 1.00 0.77 7.68 2.00 0.00
Babakan
Madang 0.79 0.00 0.54 4.06 0.00 0.00 -1.00 0.00
Sukamakmur 1.06 0.40 3.44 0.66 0.28 2.18 0.00 -1.00 0.00
-
Cariu 0.23 0.00 0.55 -0.26 0.00 0.00 -1.00 0.00 1.00
Tanjungsari 0.22 1.26 2.86 0.00 0.00 0.03
Jonggol 0.37 0.00 1.21 -0.01 0.00 0.00 -1.00 0.00
-
Cileungsi 0.66 0.27 0.13 0.25 0.00 0.00 -1.00 0.00
- -
Klapanunggal 0.56 0.67 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00 0.00 1.00
Gunung Putri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
-
Citeureup 1.03 0.35 0.18 -0.32 0.53 0.29 0.00 0.00
-
Cibinong 0.00 0.07 -0.68 0.33 0.27 0.00 -1.00 0.00
- -
Bojonggede 0.67 0.36 0.19 -0.17 0.34 0.08 0.00 -1.00 0.00
-
Tajurhalang 1.54 0.37 0.21 0.25 1.24 0.10 0.00 -1.00 0.00
-
Kemang 0.84 0.36 0.00 1.54 0.76 0.00 -1.00 0.00
-
Rancabungur 0.26 0.19 0.07 0.25 0.65 0.77 0.00 -1.00 0.00
-
Parung 1.24 0.45 0.00 0.00 0.00 -1.00 0.00
Ciseeng 1.05 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00 0.00
Gunung Sindur 0.00 1.45 0.25 0.00 0.00 -1.00 0.00
Rumpin 0.58 0.00 0.58 2.12 0.00 0.00 -1.00 0.00
-
Cigudeg 1.48 0.37 0.85 0.08 1.55 0.76 0.00 -1.00 1.59 0.33
Sukajaya 3.07 0.13 1.28 -0.14 1.19 0.77 0.00 0.00
Jasinga 0.16 0.09 0.33 0.17 0.06 0.77 0.00 -1.00 8.11 0.51
Tenjo 0.00 0.91 -0.09 0.00 32.27 2.00 0.00
Parung
Panjang 0.00 0.28 -0.05 0.00 13.95 2.00 0.00

 
 92  

Lampiran 5.  (Lanjutan)  
 
AREN LADA THE KAKAO
KECAMATAN
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 5.50 1.32 0.00 0.00 0.00


Leuwiliang 0.00 0.00 0.00 0.00
Leuwisadeng 0.00 0.00 0.00 0.00
Pamijahan 0.00 0.00 0.00 0.00
Cibungbulang 0.00 0.00 0.00 0.00
Ciampea 0.00 0.00 0.00 0.00
Tenjolaya 0.00 0.00 0.00 0.00
Dramaga 0.00 0.00 0.00 0.00
Ciomas 0.00 4.63 0.00 1.56 4.00
Tamansari 0.00 0.00 0.00 0.00
Cijeruk 0.00 0.00 3.32 0.50 0.36 4.33
Cigombong 7.30 1.11 0.00 0.00 0.00
Caringin 0.00 4.77 0.39 0.00 0.00
Ciawi 0.00 0.00 0.00 0.00
Cisarua 0.00 0.00 115.72 0.68 0.00
Megamendung 0.00 0.00 0.00 0.00
Sukaraja 0.00 0.00 0.00 0.00
Babakan
Madang 0.00 0.00 0.00 65.94
Sukamakmur 0.00 1.93 0.41 0.00 0.00
Cariu 6.05 2.03 7.74 0.41 0.00 0.00
Tanjungsari 2.54 9.26 0.56 0.00 0.00
Jonggol 0.00 0.00 0.00 0.00
Cileungsi 0.00 0.00 0.00 0.00
- -
Klapanunggal 4.37 0.01 0.00 1.00 0.00 0.00
Gunung Putri 0.00 0.00 0.00 6.84
-
Citeureup 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00
Cibinong 0.00 0.00 0.00 0.00
Bojonggede 0.00 0.00 0.00 0.00
Tajurhalang 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemang 2.78 2.29 0.00 0.00 0.00
Rancabungur 0.00 0.00 0.00 0.00
Parung 0.00 0.00 0.00 0.00
Ciseeng 0.00 0.00 0.00 0.00
Gunung Sindur 0.00 2.55 0.00 0.00
Rumpin 0.00 1.02 0.40 0.00 0.22 4.33
Cigudeg 8.27 1.48 1.98 0.40 0.00 0.00
-
Sukajaya 0.00 17.29 0.41 16.63 0.09 0.00
- -
Jasinga 0.00 1.00 0.00 1.00 0.00 0.00
Tenjo 0.00 0.00 0.00 6.97 4.33
Parung
Panjang 0.00 0.00 0.00 0.00

 
 
 
 
 
 
93  

Lampiran 6. Hasil Analisis LQ & SSA terhadap Nilai Hasil Produksi Sub sektor
Perikanan di Kabupaten Bogor.
 
KOLAM AIR KOLAM AIR JARING
KECAMATAN TENANG DERAS APUNG KERAMBA AIR SAWAH
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 1.03 11.12 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00


Leuwiliang 0.99 10.35 0.00 -1.00 0.00 32.63 4.58 0.00 -1.00
Leuwisadeng 0.77 3.33 0.00 0.00 0.00 121.76 51.39
Pamijahan 0.97 19.42 2.54 -0.92 0.00 4.61 0.25 3.46 -0.11
Cibungbulang 0.88 5.27 7.65 -0.69 0.00 2.77 0.91 4.93 -0.06
Ciampea 0.88 6.89 7.93 -0.38 0.00 0.00 4.16 8.94
Tenjolaya 0.84 3.37 9.95 -0.86 0.00 0.00 4.80 -0.07
Dramaga 1.01 18.40 1.20 -0.54 0.00 0.00 0.00 -1.00
Ciomas 1.03 6.64 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
Tamansari 1.03 27.09 0.00 0.00 0.00 0.00
Cijeruk 0.95 0.80 0.00 -1.00 0.00 0.00 38.46 -0.53
Cigombong 0.37 2.01 0.00 99.51 0.90 0.00 0.00 -1.00
Caringin 0.93 31.79 5.43 16.47 0.00 0.00 0.00 -1.00
Ciawi 0.96 8.40 3.52 -0.49 0.00 0.00 0.00 -1.00
-
Cisarua 1.03 -0.33 0.00 0.00 0.00 1.00 0.00 -1.00
Megamendung 1.03 4.37 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
Sukaraja 1.03 5.64 0.00 0.00 0.00 0.00
Babakan
Madang 1.03 10.83 0.00 0.00 0.00 0.00
Sukamakmur 1.03 37.03 0.00 0.00 0.00 0.00
Cariu 1.03 63.23 0.00 0.00 0.00 0.00
Tanjungsari 1.03 36.59 0.00 0.00 0.00 0.00
Jonggol 1.03 40.69 0.00 0.00 0.00 0.00
Cileungsi 0.95 15.63 0.00 11.82 1.83 0.00 0.00
Klapanunggal 1.03 22.32 0.00 0.00 0.00 0.00
Gunung Putri 1.03 39.89 0.00 0.00 0.00 0.00
Citeureup 1.03 9.59 0.00 0.00 0.00 0.00
Cibinong 1.03 10.93 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00
Bojonggede 1.02 1.19 0.00 1.71 -0.64 0.00 0.00
Tajurhalang 1.03 11.01 0.00 0.00 0.00 0.00
Kemang 1.01 28.66 0.00 2.54 17.80 0.00 0.00
Rancabungur 1.02 17.28 0.00 1.54 0.00 0.00 -1.00
Parung 1.03 3.44 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
Ciseeng 1.03 2.55 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 -1.00
Gunung Sindur 1.03 0.85 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
Rumpin 1.03 7.70 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00
Cigudeg 0.86 1.04 0.00 0.00 -1.00 146.22 0.00 -1.00
-
Sukajaya 0.99 2.18 0.00 0.00 0.00 1.00 17.20 0.50
Jasinga 0.95 4.25 0.00 9.11 0.00 8.69 -0.49
Tenjo 1.03 12.48 0.00 0.00 0.00 0.00
Parung
Panjang 0.97 11.12 0.00 9.21 0.00 0.00 -1.00

 
 
 
 
 
 94  

Lampiran 7. Hasil Analisis LQ & SSA terhadap Nilai Populasi Sub sektor
Peternakan di Kabupaten Bogor.
 
SAPI
KECAMATAN KAMBING SAPI PERAH POTONG DOMBA BABI
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 1.86 1.41 0.05 0.02 -0.09 1.73 0.47 0.00


Leuwiliang 1.10 0.32 0.00 0.02 0.54 1.09 0.35 0.00
Leuwisadeng 2.89 0.90 0.00 0.07 2.31 0.81 0.00
Pamijahan 0.53 1.11 0.99 0.07 0.02 0.30 0.58 0.33 0.00
Cibungbulang 1.65 0.74 9.38 1.10 0.24 -0.01 2.64 0.63 0.00
Ciampea 0.78 -0.55 0.08 -0.82 0.49 1.14 -0.57 0.00
Tenjolaya 5.87 0.05 1.43 -0.03 1.39 1.23 4.93 0.00 0.00
Dramaga 0.60 -0.38 0.94 1.58 0.29 5.00 1.44 -0.27 0.00
Ciomas 2.55 -0.82 4.20 1.80 9.42 -0.71 0.00
Tamansari 0.55 -0.29 0.34 0.52 0.46 2.63 1.42 0.05 0.00
Cijeruk 2.64 0.49 2.85 -0.62 0.13 2.77 2.19 -0.23 0.00
Cigombong 0.97 1.18 0.08 0.00 0.15 3.72 1.17 0.35 0.00
Caringin 0.46 -0.08 2.74 0.43 0.43 2.22 1.07 0.18 0.00
Ciawi 1.08 0.37 14.26 8.27 0.57 10.05 2.09 0.17 0.00
Cisarua 4.28 0.11 16.20 0.29 0.30 4.44 0.39 0.00
Megamendung 0.00 -1.00 4.82 1.25 0.25 2.27 0.25 0.00
Sukaraja 0.86 -0.28 2.65 1.06 0.17 0.87 -0.31 0.00
13.0
Babakan Madang 6.64 -0.23 0.56 -0.49 7 3.91 4.37 0.09 0.00
10.7
Sukamakmur 5.17 -0.39 0.00 -1.00 0 1.05 5.42 -0.05 0.00
Cariu 0.79 -0.18 0.00 1.67 -0.08 1.30 -0.55 0.00
10.7
Tanjungsari 5.10 0.69 0.00 8 -0.04 5.93 -0.38 0.00
Jonggol 4.04 0.03 0.00 5.97 -0.10 4.91 -0.06 0.00
57.7 -
Cileungsi 28.40 1.11 0.15 0.50 3 0.92 15.09 0.44 0.00 1.00
20.9
Klapanunggal 14.40 -0.70 0.00 3 -0.36 10.24 -0.56 0.00
21.2
Gunung Putri 10.86 -0.67 0.00 3 1.14 8.67 -0.53 0.00
Citeureup 11.17 -0.62 3.76 0.83 8.30 0.72 10.91 -0.34 0.00
Cibinong 1.31 0.73 0.16 -0.71 0.25 -0.13 0.54 0.32 0.00
Bojonggede 19.60 0.31 0.00 0.00 -1.00 11.88 -0.28 0.00
-
Tajurhalang 0.50 -0.28 0.18 0.56 3.71 0.34 -0.04 8.71 0.02
-
Kemang 0.93 0.01 1.48 0.67 0.13 -0.50 0.74 -0.11 0.00 1.00
Rancabungur 6.74 -0.23 0.00 5.88 8.20 4.55 -0.70 0.00
-
Parung 0.22 0.31 0.12 0.26 0.41 0.11 0.25 0.00 1.00
Ciseeng 0.74 -0.49 0.14 -0.43 0.77 0.63 0.42 -0.35 0.00
Gunung Sindur 0.25 -0.29 0.05 0.38 1.17 0.06 -0.07 3.58 1.45
Rumpin 0.42 0.69 0.42 2.40 3.19 0.30 0.47 0.00
Cigudeg 1.12 0.53 0.00 0.42 22.86 0.89 -0.25 0.00
Sukajaya 2.62 -0.24 0.00 0.14 -0.10 3.78 -0.32 0.00
Jasinga 1.01 -0.12 0.00 0.12 3.66 0.58 -0.08 0.29
Tenjo 0.78 -0.05 0.00 0.22 7.18 0.47 -0.07 5.20 2.94
Parung Panjang 0.18 -0.16 0.00 0.13 1.29 0.11 -0.15 1.29 0.59

 
 
 
 
 
95  

Lampiran 7.  (Lanjutan)  
 
ANJING
KECAMATAN PELIHARAAN NJING LIAR KELINCI KUDA KUCING
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 0.36 0.38 0.46 0.71 0.06 -0.79 0.00 0.32 1.01
-
Leuwiliang 0.51 0.11 0.34 1.27 1.05 0.68 0.00 1.00 0.65 0.38
Leuwisadeng 0.97 0.10 1.06 -0.07 3.15 10.15 0.00 1.18 0.36
Pamijahan 0.13 0.82 0.10 -0.06 0.68 -0.23 0.39 0.78 0.20 0.49
-
Cibungbulang 0.58 1.22 1.18 2.42 3.78 4.51 0.14 0.50 0.60 -0.44
Ciampea 0.87 -0.14 0.00 -1.00 0.48 -0.18 0.00 1.16 -0.22
Tenjolaya 1.39 -0.49 1.25 -0.70 80.45 49.88 3.70 0.50 3.39 -0.35
Dramaga 0.84 -0.65 0.00 -1.00 3.41 3.01 1.20 1.01 -0.38
-
Ciomas 10.08 -0.64 0.00 -1.00 19.96 3.06 0.00 1.00 14.04 -0.46
Tamansari 1.67 0.51 0.00 -1.00 1.28 1.69 0.00 0.00 -1.00
Cijeruk 1.68 0.61 0.90 4.40 1.39 7.66 0.00 0.23 13.67
-
Cigombong 0.48 1.12 0.15 1.80 0.70 12.01 0.43 0.62 0.14 12.17
Caringin 0.53 0.03 0.39 -0.39 0.16 1.23 6.68 1.85 0.30 -0.19
Ciawi 2.25 -0.09 0.54 -0.43 5.58 7.21 0.80 2.08 -0.14
Cisarua 4.83 -0.77 7.50 -0.49 13.93 3.97 40.49 0.30 1.54 -0.09
Megamendung 4.17 -0.10 3.85 -0.49 5.92 6.03 11.07 0.76 0.81 -0.29
Sukaraja 1.19 -0.23 0.00 -1.00 0.42 0.49 0.70 0.11
Babakan
Madang 1.31 0.11 1.50 0.21 4.39 14.77 4.16 1.21 -0.96
Sukamakmur 10.61 1.34 26.94 0.57 2.81 0.00 13.20 1.05
Cariu 1.01 0.61 2.42 -0.21 0.53 1.77 0.00 1.72 0.99
Tanjungsari 13.20 1.29 17.79 0.00 0.00 -1.00 0.00 9.30 0.71
Jonggol 4.23 0.22 5.58 -0.59 0.00 0.45 4.86 -0.12
Cileungsi 20.87 0.41 27.15 2.95 7.18 1.54 20.81 0.25 36.46 1.32
Klapanunggal 12.51 -0.26 0.00 3.19 0.73 0.00 2.30 -0.91
Gunung Putri 24.88 -0.47 19.91 0.00 0.00 13.20 -0.55
Citeureup 11.87 0.08 3.08 -0.67 0.00 0.00 4.66 0.33
-
Cibinong 1.75 0.08 0.16 -0.50 0.00 -1.00 0.00 1.00 1.37 -0.37
-
Bojonggede 19.93 -0.20 2.81 -0.08 0.00 -1.00 0.00 1.00 46.35 -0.14
-
Tajurhalang 0.49 -0.28 0.21 3.75 0.06 0.06 0.09 0.90 0.29 -0.35
Kemang 1.51 0.05 0.05 -0.82 0.00 -1.00 0.00 1.80 0.01
-
Rancabungur 3.72 0.33 2.19 -0.47 1.58 2.17 0.00 1.00 7.60 0.03
Parung 0.20 -0.58 0.00 -1.00 0.26 1.35 0.00 1.82 -0.10
Ciseeng 1.30 0.23 0.00 -1.00 0.88 0.00 2.03 -0.08
Gunung Sindur 0.52 1.67 0.11 0.34 0.00 0.00 0.47 -0.09
Rumpin 0.30 0.16 0.36 -0.19 0.23 0.00 0.26 0.20
Cigudeg 0.42 -0.07 0.35 -0.60 0.09 0.00 0.11 -0.76
Sukajaya 1.92 0.00 4.21 7.58 1.11 0.00 1.57 1.32
Jasinga 0.16 -0.43 0.41 -0.10 0.04 0.00 0.12 -0.64
Tenjo 1.21 1.18 1.95 0.68 0.24 0.00 0.87 0.50
Parung Panjang 0.18 0.12 0.33 -0.63 0.07 1.70 0.00 0.17 -0.21

 
 
 
 
 
 96  

Lampiran 7.  (Lanjutan)  
 
AYAM
KECAMATAN KERA RUSA KERBAU BURAS ITIK
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 0.39 -0.25 0.00 1.67 0.03 2.04 2.32 1.56 4.32
Leuwiliang 0.00 -1.00 0.00 1.19 1.62 1.16 1.89 0.16 -0.29
Leuwisadeng 0.00 -1.00 0.00 2.49 1.61 2.24 1.31 5.68 10.66
Pamijahan 0.07 -0.40 0.35 0.17 0.38 0.83 0.53 3.63 0.52 0.39
Cibungbulang 0.00 -1.00 0.00 1.04 0.46 2.04 3.74 2.34 9.09
- -
Ciampea 0.00 0.00 0.50 0.64 0.72 0.11 0.44 2.05
-
Tenjolaya 0.00 5.04 2.23 0.23 2.28 0.94 0.62 -0.28
- -
Dramaga 0.00 -1.00 0.00 0.12 0.83 1.02 0.03 0.00 -1.00
-
Ciomas 0.00 -1.00 0.00 2.67 0.28 13.58 0.09 10.14 0.83
- -
Tamansari 0.00 -1.00 0.00 0.21 0.56 0.80 0.53 5.01 57.82
-
Cijeruk 0.77 0.00 0.30 0.79 1.75 0.65 0.88 0.22
Cigombong 0.17 0.33 0.09 0.27 0.04 0.52 1.09 0.58 1.86
-
Caringin 0.09 0.00 0.19 0.59 0.58 1.32 0.36 0.55
-
Ciawi 0.00 0.95 0.44 0.31 2.49 1.56 1.02 0.71
Cisarua 1.67 -0.94 0.32 -0.99 0.77 0.13 11.43 1.75 2.52 0.65
Megamendung 1.25 -0.50 0.00 -1.00 0.46 0.44 2.64 1.32 1.77 0.63
Sukaraja 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.01 0.00 0.55 0.89 0.03 -0.86
Babakan Madang 0.00 -1.00 0.00 1.52 2.04 2.98 0.92 0.51 -0.43
Sukamakmur 0.00 0.00 11.18 0.15 7.95 0.23 0.78 -0.94
-
Cariu 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.31 0.36 0.69 0.80 0.75 -0.22
Tanjungsari 1.81 -0.50 0.00 -1.00 8.33 0.26 6.31 0.42 18.44 0.69
-
Jonggol 0.00 -1.00 0.00 1.72 0.28 4.61 0.35 4.86 0.29
Cileungsi 2.04 -0.77 0.00 1.47 3.47 8.19 1.47 4.65 -0.32
-
Klapanunggal 0.00 0.00 4.32 0.39 12.88 0.41 1.37 -0.93
-
Gunung Putri 0.00 -1.00 0.00 0.00 7.47 0.31 1.91 -0.86
Citeureup 0.00 -1.00 0.00 -1.00 2.72 0.13 13.94 1.77 3.76 -0.35
- -
Cibinong 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.00 1.00 0.32 0.08 0.41 -0.06
- -
Bojonggede 0.00 -1.00 0.00 0.00 1.00 4.83 0.32 5.66 -0.17
Tajurhalang 0.00 -1.00 0.00 -1.00 0.14 0.58 0.11 2.05 0.06 -0.37
- -
Kemang 0.00 0.00 0.00 1.00 0.41 0.50 0.40 -0.12
- -
Rancabungur 0.00 -1.00 0.00 0.67 0.66 1.42 0.82 1.44 -0.61
-
Parung 0.32 1.50 0.00 0.07 0.31 0.23 0.49 0.71 3.45
-
Ciseeng 0.00 0.00 0.33 0.60 1.63 0.21 0.93 -0.28
-
Gunung Sindur 0.31 1.07 0.00 0.10 0.01 0.20 1.25 0.58 0.10
Rumpin 7.32 8.15 0.61 2.61 0.25 0.30 0.59 2.24
Cigudeg 0.00 0.00 3.19 2.08 1.06 1.02 1.16 0.04
-
Sukajaya 0.95 1.00 0.00 8.86 0.22 1.68 0.87 1.67 -0.07
Jasinga 0.18 1.00 0.00 3.01 0.64 0.85 1.00 1.93 0.01
Tenjo 0.00 0.00 8.03 1.13 0.27 0.46 0.26 -0.20
Parung Panjang 0.00 -1.00 0.00 1.05 2.27 0.41 0.84 0.31 -0.16

 
 
 
97  

Lampiran 7.  (Lanjutan)  
 
 
AYAM RAS AYAM RAS AYAM RAS
KECAMATAN PUYUH PETELUR PEDAGING PEMBIBIT KAMBING PE
LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA LQ SSA

Nanggung 0.00 0.18 -0.14 1.20 0.00 0.00 1.36 7.59


Leuwiliang 0.00 0.68 30.31 1.17 0.16 0.00 0.09
Leuwisadeng 0.00 0.14 -0.40 0.68 -0.78 4.77 0.56
Pamijahan 0.00 0.00 1.40 1.45 0.00 0.32 -0.08
-
Cibungbulang 0.00 1.00 0.01 -0.97 1.21 -0.32 0.00 0.00 -1.00
Ciampea 0.00 0.00 1.38 0.32 0.00 5.04 -0.03
Tenjolaya 53.93 0.00 0.98 -0.16 0.00 0.00
Dramaga 0.00 0.00 1.35 -0.32 0.00 1.78
Ciomas 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -1.00
Tamansari 0.00 0.10 0.59 0.21 7.53 0.18 16.35 11.90
Cijeruk 0.00 0.43 -0.20 1.15 -0.24 0.00 11.64 0.68
Cigombong 0.00 0.18 0.06 1.35 5.37 0.00 2.72 1.34
Caringin 0.00 0.85 2.47 1.18 0.30 0.00 1.54 0.08
Ciawi 0.00 0.00 1.19 0.35 0.00 3.51 2.01
Cisarua 0.00 0.00 0.32 -0.06 0.00 2.62 2.20
Megamendung 0.00 0.71 0.55 0.82 0.00 1.83 1.00 0.00
Sukaraja 0.00 0.00 1.40 41.38 0.00 0.39
Babakan
Madang 0.00 3.25 2.46 0.26 0.38 0.00 25.61
Sukamakmur 0.00 0.00 0.61 4.67 0.00 11.52 7.98
Cariu 0.00 0.27 0.20 1.31 1.46 0.00 1.14 -0.27
Tanjungsari 0.00 0.00 0.62 -0.89 0.00 0.00
Jonggol 0.00 0.57 -0.68 0.78 -0.13 0.00 0.85
Cileungsi 0.00 0.92 -0.87 0.00 -1.00 0.00 0.00
Klapanunggal 0.00 0.00 0.08 -0.98 0.00 0.00
Gunung Putri 0.00 2.05 1.27 0.07 0.00 0.00
Citeureup 0.00 0.00 -1.00 0.00 0.00 2.35
Cibinong 0.00 0.70 -0.29 1.24 0.22 0.00 0.00
Bojonggede 0.00 0.00 -1.00 0.71 -0.79 0.00 0.00
Tajurhalang 0.00 0.21 -0.48 1.39 1.73 0.00 0.07 -0.75
Kemang 0.00 2.50 0.25 0.78 -0.25 0.00 0.00
Rancabungur 0.00 0.00 1.22 -0.72 0.00 0.00
Parung 0.00 1.38 0.88 1.09 3.47 0.00 0.26
Ciseeng 0.00 0.43 0.35 1.19 -0.41 0.00 0.00
Gunung Sindur 6.28 1.68 -0.19 0.96 0.54 0.60 1.16 0.13
Rumpin 0.00 3.35 0.76 0.26 0.66 3.48 0.40 0.03
Cigudeg 0.00 1.81 0.22 0.58 -0.51 3.28 4.00 0.00
Sukajaya 0.00 0.01 1.23 0.74 0.00 1.94 21.80
Jasinga 0.00 1.18 0.07 0.94 1.21 1.28 1.29 0.00
Tenjo 0.00 1.04 1.16 1.32 0.00 0.00
Parung
Panjang 0.00 0.58 1.38 0.97 3.73 3.23 2.80 0.00

 
 
 
 
 
 98  

Lampiran 8. Data Analisis Skalogram.


 
Jarak Jarak Jarak
Jarak
dari Jarak Jarak dari dari
dari
kecamat ke ke kecamat kecamat
Jumlah kecamat Jumlah Jumlah Jumlah
an ke TK SMK an ke an ke
NAMA_KEC Pendudu an ke TK SD SLTP
Ibu terdek terdek Rumah Kantor
k (jiwa) Pasar (unit) (unit) (unit)
Kota at(km at(km Sakit Pos/Tiki
terdekat
Kabupat ) ) terdekat terdekat
(km)
en(km) (km) (km)
Nanggung 91584 49 0.0 0.0 9.0 0.0 10.0 6 64 16
Leuwiliang 123486 38 0.0 0.0 0.0 0.0 15.0 11 92 30
Leuwisadeng 77226 45 0.0 0.0 7.0 7.0 18.0 1 50 21
Pamijahan 145937 40 0.0 0.0 8.0 0.0 20.0 5 83 31
Cibungbulang 136457 35 0.0 0.0 3.0 3.0 15.0 8 62 32
Ciampea 160389 32 0.0 0.0 6.0 0.0 8.0 10 69 20
Tenjolaya 59835 45 0.0 0.0 19.0 19.0 21.0 4 38 14
Dramaga 109764 25 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6 37 11
Ciomas 162616 20 0.0 0.0 10.0 0.0 10.0 15 52 18
Tamansari 100272 25 0.0 11.0 18.0 5.0 18.0 5 36 12
Cijeruk 85712 38 0.0 0.0 11.0 7.0 11.0 2 47 14
Cigombong 96271 41 0.0 0.0 14.0 0.0 14.0 6 51 20
Caringin 124524 34 0.0 0.0 7.0 0.0 7.0 4 76 29
Ciawi 112272 27 0.0 0.0 0.0 0.0 8.0 9 40 25
Cisarua 122803 39 0.0 0.0 0.0 0.0 12.0 8 44 14
Megamendung 105609 37 0.0 0.0 10.0 10.0 10.0 5 49 20
Sukaraja 188864 9 0.0 0.0 0.0 0.0 9.0 25 63 22
Babakan
Madang 112334 8 0.0 0.0 0.0 0.0 8.0 16 60 17
Sukamakmur 81298 59 0.0 0.0 36.0 20.0 20.0 3 48 19
Cariu 50355 53 0.0 0.0 30.0 0.0 0.0 4 36 13
Tanjungsari 54525 66 0.0 0.0 43.0 6.0 6.0 1 40 14
Jonggol 133763 39 0.0 0.0 16.0 0.0 0.0 20 68 29
Cileungsi 268595 23 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 79 81 36
Klapanunggal 103589 17 0.0 0.0 6.0 5.0 5.0 20 48 15
Gunung Putri 337920 12 0.0 0.0 6.0 6.0 6.0 56 107 43
Citeureup 216267 6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 27 83 31
Cibinong 355970 0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 76 116 67
Bojonggede 257809 7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 49 81 43
Tajurhalang 106023 15 0.0 0.0 6.0 6.0 6.0 32 43 23
Kemang 100730 20 0.0 0.0 0.0 8.0 8.0 15 49 24
Rancabungur 54562 17 0.0 0.0 9.0 5.0 5.0 7 29 11
Parung 122669 22 0.0 0.0 0.0 0.0 12.0 10 54 22
Ciseeng 107076 47 0.0 0.0 8.0 0.0 12.0 14 48 24
Gunung Sindur 112282 32 0.0 0.0 10.0 0.0 10.0 25 51 23
Rumpin 140781 42 0.0 0.0 10.0 0.0 0.0 3 80 23
Cigudeg 127835 53 0.0 0.0 15.0 0.0 0.0 1 77 25
Sukajaya 60684 55 9.0 0.0 21.0 9.0 23.0 38 7
Jasinga 101464 64 0.0 0.0 26.0 0.0 0.0 6 62 21
Tenjo 72031 79 0.0 0.0 41.0 15.0 15.0 2 44 17
Parung Panjang 119914 87 0.0 0.0 48.0 0.0 16.0 17 66 24

 
 
 
99  

Lampiran 8.  (Lanjutan)  
 
Juml Juml Jumlah
Juml Jumlah
Jumlah Jumlah ah ah puskes Jumlah Jumlah Jumlah
ah puskes
NAMA_KEC SMU SMK Rum Pusk mas polikli Masjid minima
Posy mas
(unit) (unit) ah esma pemba nik (unit) rket
andu keliling
sakit s ntu

Nanggung 4 0 136 3 0 4 142


Leuwiliang 19 6 1 125 3 1 3 1 370 6
Leuwisadeng 11 4 0 71 2 2 152 2
Pamijahan 17 7 0 143 2 4 1 460 1
Cibungbulang 17 10 0 128 2 2 1 142 11
Ciampea 20 12 0 137 2 3 125 12
Tenjolaya 11 4 0 60 2 1 2 131 1
Dramaga 6 3 2 99 2 1 3 218 11
Ciomas 15 8 0 143 3 1 4 3 256 23
Tamansari 2 0 105 3 1 1 210 3
Cijeruk 5 2 0 89 3 1 1 125 1
Cigombong 16 6 0 105 4 1 1 260 9
Caringin 22 13 0 145 1 1 2 1 186 12
Ciawi 15 8 1 128 4 1 1 150 12
Cisarua 9 7 1 136 3 1 3 1 298 10
Megamendung 11 9 0 123 4 1 3 360 5
Sukaraja 9 5 1 183 2 2 4 214 15
Babakan
Madang 11 4 1 112 2 2 176 7
Sukamakmur 7 3 0 74 3 3 334
Cariu 5 4 0 69 3 3 266 3
Tanjungsari 5 3 0 90 2 1 4 178 2
Jonggol 13 5 0 148 2 1 1 338 12
Cileungsi 36 24 6 175 2 1 4 2 254 50
Klapanunggal 7 4 0 100 2 5 248 9
Gunung Putri 24 7 0 223 2 1 6 250 64
Citeureup 26 19 1 153 2 4 1 158 31
Cibinong 54 31 5 198 2 1 7 4 216 79
Bojonggede 26 19 1 153 3 1 1 2 152 39
Tajurhalang 11 8 0 81 1 3 154 5
Kemang 20 13 3 83 4 1 2 254 8
Rancabungur 9 5 0 55 3 1 1 53 1
Parung 13 5 1 87 3 1 1 1 218 11
Ciseeng 12 6 0 101 3 1 1 202 4
Gunung Sindur 12 6 0 94 4 3 148 8
Rumpin 8 3 0 162 3 6 1 158 4
Cigudeg 8 4 0 122 2 4 290 2
Sukajaya 2 1 0 102 3 4 200
Jasinga 7 4 0 106 2 4 392 5
Tenjo 7 2 0 83 2 1 2 302 2
Parung Panjang 14 6 0 102 1 6 98 10
 
 
 
 100  

Lampiran 8.  (Lanjutan)  
 
Jumlah
izin Juml
Jumlah Juml Juml Jumlah jaum Juml
Jumlah trayek ah
pasar ah ah Kopera lah ah jaumla
NAMA_KEC pasar pedesaan kant
tradisio pasar perto si wart warn h tiki
modern (Transpor or
nal desa koan (unit) el et
tasi pos
umum)
Nanggung 3 2 18 37 1
Leuwiliang 3 2 50 48 112 16 2
Leuwisadeng 16 11 1
Pamijahan 3 2 27 175 12
Cibungbulang 43 44 277 61
Ciampea 2 1 75 547 3
Tenjolaya 21 18 35 9 2
Dramaga 1 7 44 354 8 2 1
Ciomas 1 2 1 22 60 144 30
Tamansari 18 13 6 24
Cijeruk 18 17 13 7
Cigombong 1 38 2
Caringin 2 1 38 55 20 21 6
Ciawi 1 18 64 39 23 20
Cisarua 1 66 18 21 6
Megamendung 50 36 14 5
Sukaraja 1 1 51 68 30
Babakan
Madang 1 20 132 27
Sukamakmur 12 9 1
Cariu 5 4 13 80 2 11 1
Tanjungsari 13 4 3
Jonggol 2 1 47 35 222 18 1
Cileungsi 1 3 2 51 94 509 15 83 5 1
Klapanunggal 26 145 16 7
Gunung Putri 57 88 522 52 22
Citeureup 1 3 1 59 87 363 17 10 2
Cibinong 5 1 217 571 63 125 4 3
Bojonggede 2 1 19 53 324 8 15 1 1
Tajurhalang 22 38 8
Kemang 53 100 9
Rancabungur 9 38 8 4
Parung 1 1 50 188 3
Ciseeng 1 22 106 9 3
Gunung
Sindur 1 28 63 6 19
Rumpin 3 2 19 26 5 3 1
Cigudeg 3 2 9 22 49 2 5 1
Sukajaya 6 2
Jasinga 3 2 37 20 154 9 1 1
Tenjo 16 12 8 1
Parung
Panjang 2 1 37 5 7 1
 
 
101  

Lampiran 9. Hasil Analisis Skalogram.


 
Jarak Jarak Jarak
Jarak
dari Jarak Jarak dari dari
dari
kecamat ke ke kecamat kecamat Jumla Jumla Jumla
kecamat Jumla Jumla
NAMA_ an ke TK SMK an ke an ke h h h
an ke h TK h SD
KEC Ibu terdek terdek Rumah Kantor SLTP SMU SMK
Pasar (unit) (unit)
Kota at(km at(km Sakit Pos/Tiki (unit) (unit) (unit)
terdekat
Kabupat ) ) terdekat terdekat
(km)
en(km) (km) (km)
Cisarua 0.001 6.325 6.325 2.157 2.048 0.003 0.867 0.438 0.285 1.255 2.004
Ciawi 0.002 6.325 6.325 2.157 2.048 0.006 1.066 0.422 2.535 2.674 2.505
Ciomas 0.002 6.325 6.325 0.003 2.048 0.004 1.227 0.140 0.217 1.701 1.729
Leuwisadeng 0.001 6.325 6.325 0.004 0.008 0.001 0.172 2.670 3.554 2.882 1.821
Jonggol 0.001 6.325 6.325 0.001 2.048 2.285 1.989 1.596 2.413 1.817 1.314
Cigombong 0.001 6.325 6.325 0.002 2.048 0.002 0.829 1.761 2.226 3.441 2.191
Sukaraja 0.006 6.325 6.325 2.157 2.048 0.005 1.761 0.247 0.337 0.652 0.931
Cijeruk 0.001 6.325 6.325 0.002 0.008 0.004 0.310 1.905 1.307 0.903 0.820
Babakan
Madang 0.007 6.325 6.325 2.157 2.048 0.006 1.895 1.795 1.058 1.835 1.252
Tamansari 0.002 6.325 0.000 0.001 0.012 0.001 0.663 0.443 0.403 0.000 0.000
Sukamakmur 0.000 6.325 6.325 0.000 0.000 0.000 0.491 2.230 2.763 1.557 1.297
Dramaga 0.002 6.325 6.325 2.157 2.048 2.285 0.727 0.274 0.000 0.817 0.961
Tenjolaya 0.001 6.325 6.325 0.001 0.000 0.000 0.889 2.574 2.769 3.856 2.350
Megamendung 0.001 6.325 6.325 0.003 0.004 0.004 0.630 1.254 1.846 1.981 2.995
Cibungbulang 0.001 6.325 6.325 0.011 0.023 0.002 0.780 1.179 2.780 2.462 2.576
Ciampea 0.001 6.325 6.325 0.005 2.048 0.006 0.829 0.993 0.507 2.465 2.630
Cileungsi 0.002 6.325 6.325 2.157 2.048 2.285 3.913 0.000 0.700 2.684 3.141
Pamijahan 0.001 6.325 6.325 0.004 2.048 0.000 0.456 2.062 2.323 2.272 1.686
Caringin 0.001 6.325 6.325 0.004 2.048 0.008 0.427 2.383 2.746 3.688 3.669
Tanjungsari 0.000 6.325 6.325 0.000 0.009 0.009 0.244 3.335 3.240 1.688 1.934
Leuwiliang 0.001 6.325 6.325 2.157 2.048 0.002 1.185 3.423 2.954 3.151 1.708
Cariu 0.000 6.325 6.325 0.000 2.048 2.285 1.057 3.191 3.269 1.867 2.792
Parung Panjang 0.000 6.325 6.325 0.000 2.048 0.001 1.886 1.921 2.068 2.278 1.759
Gunung Putri 0.004 6.325 6.325 0.005 0.009 0.009 2.205 0.116 0.560 1.202 0.728
Citeureup 0.009 6.325 6.325 2.157 2.048 2.285 1.661 0.635 0.893 2.359 3.088
Cibinong 6.326 6.325 6.325 2.157 2.048 2.285 2.840 0.188 1.822 3.100 3.061
Bojonggede 0.008 6.325 6.325 2.157 2.048 2.285 2.528 0.097 1.378 1.904 2.590
Tajurhalang 0.003 6.325 6.325 0.005 0.009 0.009 4.015 0.803 2.416 1.972 2.652
Kemang 0.002 6.325 6.325 2.157 0.006 0.006 1.981 1.427 2.857 4.202 4.536
Rancabungur 0.003 6.325 6.325 0.003 0.012 0.012 1.707 1.775 2.099 3.412 3.221
Parung 0.002 6.325 6.325 2.157 2.048 0.003 1.084 1.070 1.638 2.024 1.433
Ciseeng 0.001 6.325 6.325 0.004 2.048 0.003 1.739 1.132 2.565 2.168 1.970
Gunung Sindur 0.001 6.325 6.325 0.003 2.048 0.004 2.962 1.178 2.166 2.045 1.878
Rumpin 0.001 6.325 6.325 0.003 2.048 2.285 0.283 2.058 1.307 0.868 0.749
Cigudeg 0.000 6.325 6.325 0.002 2.048 2.285 0.104 2.322 1.974 1.003 1.100
Sukajaya 0.000 0.000 6.325 0.001 0.005 0.000 0.000 2.506 0.313 0.306 0.579
Jasinga 0.000 6.325 6.325 0.001 2.048 2.285 0.787 2.389 2.210 1.154 1.386
Tenjo 0.000 6.325 6.325 0.000 0.001 0.002 0.369 2.387 2.811 1.817 0.976
Klapanunggal 0.003 6.325 6.325 0.005 0.012 0.012 2.568 1.249 0.923 1.121 1.357
Nanggung 0.001 6.325 6.325 0.003 2.048 0.004 0.872 3.066 1.542 0.558 0.000
246.6 246.6 52.00 60.63 71.77 79.14 75.36
6.398 58 58 25.968 51.309 22.980 1 4 2 0 7

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 102  

Lampiran 9.  (Lanjutan)  
Jumla Jumla
Jumla Jumla
Jumla Jumla h h Jumla
Jumlah Jumlah Jumlah h h Jumlah
h h puske puske h
NAMA_KEC Rumah Masjid minimar pasar pasar pasar
Posya Puske smas smas polikl
sakit (unit) ket mode tradisi desa
ndu smas kelili pemb inik
rn onal
ng antu

Cisarua 1.184 2.226 1.366 1.413 1.297 1.635 1.630 1.500 0.000 0.478 0.000

Ciawi 1.295 2.358 2.179 1.545 0.359 0.000 0.662 1.968 0.000 0.523 0.000

Ciomas 0.000 1.305 0.932 1.067 1.308 3.705 0.874 2.605 1.972 0.722 0.457

Leuwisadeng 0.000 1.467 1.473 0.000 1.386 0.000 1.223 0.477 0.000 0.000 0.000

Jonggol 0.000 2.222 0.678 1.297 0.273 0.000 1.719 1.652 0.000 0.878 0.555

Cigombong 0.000 2.158 2.609 1.802 0.449 0.000 1.873 1.722 0.000 0.610 0.000

Sukaraja 0.770 1.667 0.361 1.837 1.101 0.000 0.482 1.463 1.698 0.311 0.000

Cijeruk 0.000 1.947 2.134 2.024 0.526 0.000 0.771 0.215 0.000 0.000 0.000
Babakan
Madang 1.295 1.780 0.885 0.000 0.897 0.000 0.867 1.148 2.854 0.000 0.000

Tamansari 0.000 1.983 1.765 1.730 0.424 0.000 1.335 0.551 0.000 0.000 0.000

Sukamakmur 0.000 1.430 2.272 0.000 2.051 0.000 3.122 0.000 0.000 0.000 0.000

Dramaga 2.650 1.396 0.915 1.581 1.473 0.000 1.239 1.846 0.000 0.535 0.000

Tenjolaya 0.000 1.803 2.019 2.899 1.841 0.000 1.419 0.308 0.000 0.000 0.000

Megamendung 0.000 2.457 2.342 1.643 1.538 0.000 2.501 0.872 0.000 0.000 0.000

Cibungbulang 0.000 1.542 0.656 0.000 0.707 1.472 0.400 1.484 0.000 0.000 0.000

Ciampea 0.000 1.203 0.497 0.000 0.952 0.000 0.168 1.378 0.000 0.732 0.463

Cileungsi 3.249 0.385 0.133 0.646 0.721 1.495 0.316 3.428 1.194 0.656 0.553

Pamijahan 0.000 1.711 0.587 0.000 1.478 1.376 2.274 0.126 0.000 1.207 1.018

Caringin 0.000 2.456 0.175 1.393 0.792 1.613 0.802 1.775 0.000 0.943 0.596

Tanjungsari 0.000 4.420 2.256 3.182 4.255 0.000 2.373 0.675 0.000 0.000 0.000

Leuwiliang 1.178 1.842 1.356 1.405 1.289 1.626 2.135 0.895 0.000 1.427 1.203

Cariu 0.000 3.287 3.918 0.000 3.422 0.000 4.164 1.097 0.000 5.832 5.898

Parung Panjang 0.000 1.189 0.198 0.000 2.845 0.000 0.202 1.536 0.000 0.980 0.619

Gunung Putri 0.000 0.419 0.022 0.000 0.000 3.566 0.133 3.488 0.000 0.000 0.000

Citeureup 0.672 0.611 0.264 0.000 0.939 0.929 0.125 2.640 1.483 0.815 0.343

Cibinong 2.043 0.000 0.000 0.487 1.010 2.257 0.015 4.087 4.504 0.165 0.000

Bojonggede 0.564 0.150 0.437 0.673 0.056 1.558 0.000 2.786 0.000 0.456 0.288

Tajurhalang 0.000 0.839 0.277 0.000 1.531 0.000 0.766 0.868 0.000 0.000 0.000

Kemang 4.331 1.081 2.475 1.722 1.021 0.000 1.714 1.463 0.000 0.000 0.000

Rancabungur 0.000 1.825 3.585 3.180 0.929 0.000 0.339 0.338 0.000 0.000 0.000

Parung 1.186 0.618 1.368 1.414 0.314 1.637 1.054 1.651 2.614 0.479 0.000

Ciseeng 0.000 1.563 1.626 1.620 0.386 0.000 1.151 0.688 0.000 0.549 0.000

Gunung Sindur 0.000 1.135 2.179 0.000 1.436 0.000 0.646 1.312 0.000 0.523 0.000

Rumpin 0.000 2.401 1.139 0.000 2.397 1.427 0.473 0.523 0.000 1.252 1.055

Cigudeg 0.000 1.608 0.728 0.000 1.712 0.000 1.490 0.288 0.000 1.378 1.162

Sukajaya 0.000 4.542 3.182 0.000 3.805 0.000 2.401 0.000 0.000 0.000 0.000

Jasinga 0.000 1.973 1.023 0.000 2.204 0.000 2.905 0.907 0.000 1.737 1.464

Tenjo 0.000 2.407 1.608 2.408 1.499 0.000 3.197 0.511 0.000 0.000 0.000

Klapanunggal 0.000 1.652 0.994 0.000 2.738 0.000 1.601 1.600 0.000 0.000 0.000

Nanggung 0.000 3.751 1.971 0.000 2.461 0.000 0.853 0.000 0.000 1.924 1.621
70.80 54.58 36.96 55.81 24.29 16.31 25.11
20.417 7 2 8 8 6 51.415 51.869 8 4 17.294
 
103  

Lampiran 9.  (Lanjutan)  
 
Jumla Jumlah
Jumlah h izin trayek jauml jauml Jumlah
Jumlah jumlah
NAMA_KEC pertoko Koper pedesaan ah ah kantor IPK hirarki
warnet jenis
an asi (Transport wartel tiki pos
(unit) asi umum)

Cisarua 0.000 3.360 0.151 2.548 0.464 0.000 0.000 40.958 24.000 Hirarki 2
Ciawi 1.220 3.610 0.391 3.052 1.690 0.000 0.000 46.918 24.000 Hirarki 2
Ciomas 1.030 2.069 1.035 0.000 1.750 0.000 0.000 40.550 25.000 Hirarki 2
Leuwisadeng 0.000 0.830 0.146 0.000 0.123 0.000 0.000 30.885 19.000 Hirarki 3
Jonggol 2.675 1.247 1.961 0.000 1.277 0.000 1.774 44.320 24.000 Hirarki 2
Cigombong 0.000 2.267 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 38.639 19.000 Hirarki 3
Sukaraja 0.000 1.311 0.406 0.000 1.507 0.000 0.000 33.706 23.000 Hirarki 3
Cijeruk 0.000 0.851 0.212 2.260 0.775 0.000 0.000 29.624 21.000 Hirarki 3
Babakan
Madang 0.000 0.607 1.381 0.000 2.280 0.000 0.000 38.695 21.000 Hirarki 3
Tamansari 0.000 0.618 0.130 0.891 2.271 0.000 0.000 19.547 18.000 Hirarki 3
Sukamakmur 0.000 0.373 0.108 0.000 0.117 0.000 0.000 30.460 17.000 Hirarki 3
Dramaga 0.485 2.314 3.834 1.086 0.173 0.000 2.162 43.607 24.000 Hirarki 2
Tenjolaya 2.672 1.547 0.675 2.241 0.317 0.000 0.000 42.832 22.000 Hirarki 2
Megamendung 0.000 2.870 0.383 1.975 0.449 0.000 0.000 38.397 21.000 Hirarki 3
Cibungbulang 2.399 1.713 2.404 0.000 4.241 0.000 0.000 39.480 21.000 Hirarki 3
Ciampea 0.000 2.825 4.055 0.000 0.177 0.000 0.000 34.584 21.000 Hirarki 3
Cileungsi 1.445 1.924 2.242 0.832 2.932 4.743 0.883 57.356 28.000 Hirarki 1
Pamijahan 0.000 0.660 1.410 0.000 0.780 0.000 0.000 36.126 22.000 Hirarki 3
Caringin 2.323 2.626 0.167 2.512 0.457 0.000 0.000 46.255 25.000 Hirarki 2
Tanjungsari 0.000 1.069 0.063 0.820 0.000 0.000 0.000 42.222 20.000 Hirarki 2
Leuwiliang 3.082 2.220 1.060 1.930 0.154 0.000 0.000 52.081 26.000 Hirarki 1
Cariu 0.000 1.220 1.876 0.592 2.072 0.000 4.712 67.249 23.000 Hirarki 1
Parung Panjang 0.000 1.606 0.025 0.870 0.079 0.000 0.000 34.758 20.000 Hirarki 3
Gunung Putri 1.284 1.238 1.823 2.293 0.618 0.000 0.000 32.370 21.000 Hirarki 3
Citeureup 2.077 2.324 1.983 1.171 0.439 2.356 0.000 46.954 27.000 Hirarki 2
Cibinong 0.000 3.913 1.894 2.637 3.331 2.863 2.000 67.681 25.000 Hirarki 1
Bojonggede 0.561 0.817 1.479 0.462 0.552 0.988 0.920 40.392 27.000 Hirarki 2
Tajurhalang 0.000 0.832 0.404 0.000 0.716 0.000 0.000 30.768 19.000 Hirarki 3
Kemang 0.000 3.274 1.163 0.000 0.848 0.000 0.000 48.917 21.000 Hirarki 2
Rancabungur 0.000 0.506 0.808 2.184 0.695 0.000 0.000 39.280 21.000 Hirarki 3
Parung 0.000 2.365 1.809 0.000 0.232 0.000 0.000 40.849 24.000 Hirarki 2
Ciseeng 0.000 0.817 1.159 1.252 0.266 0.000 0.000 35.355 22.000 Hirarki 3
Gunung Sindur 0.000 1.153 0.646 0.796 1.605 0.000 0.000 36.366 21.000 Hirarki 3
Rumpin 0.000 0.276 0.196 0.529 0.202 0.000 1.685 35.806 24.000 Hirarki 3
Cigudeg 0.536 0.561 0.434 0.233 0.371 0.000 1.856 35.842 24.000 Hirarki 3
Sukajaya 0.000 0.000 0.015 0.000 0.000 0.000 0.000 23.979 13.000 Hirarki 3
Jasinga 2.776 0.753 1.791 0.000 0.841 2.511 1.154 46.945 24.000 Hirarki 2
Tenjo 0.000 0.944 0.174 1.655 0.132 0.000 0.000 35.549 21.000 Hirarki 3
Klapanunggal 0.000 1.165 1.650 2.301 0.641 0.000 0.000 34.242 20.000 Hirarki 3
Nanggung 0.000 0.748 0.458 0.000 0.104 0.000 0.000 34.633 19.000 Hirarki 3
24.56 61.42 37.12 13.46
5 5 42.000 2 35.676 2 17.146
rataan    
IPK 39.879
st Dev 9.654    
     
 
 
 
 
 
 
 
 104  

Lampiran 10. Hasil Analisis Efisiensi Wilayah Dengan Menggunakan Data


Envelopment Analysis (DEA)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
105  

Lampiran 10.  (Lanjutan)  


 
 
 
 
  l1 t.)72 Q.@ 37.55

  v
32
33
1_692
1.6$
4.976
0.@
g.W
0,W
21.M
16-56
5.e4

 
5 11.51 51.6D O,@
$ 11.63 32.111 0-@
37 o.w 18,N 5.124
s 9.4E 29.122 0.@

  I 1,786
0.376
0,/71
13,8S
0.W
0.W

 
8.136
5.185 13,E93

tr
SMRY

 
EERS:

 
26 31 0
l6
46 320
56 330
  625
725
azt
*0
50
io
 
925
to 21 370
11 25 a0
t2 p0
 
?5
1! 25
14 25
15 25

 
165
77 25
ua SMRY S MM TAR6ET5:
19
 
25
&25 fim outrut: 1
21 25
1 $9523.856
22 25
2 $16149.6
 
23 25
21 25 3 at137.ffi
b25 1 W76.2y
625 5
 
889874.{8
27 25
6 5542r.623
za 25
a2s 7 6ffi.116
3
 
*25 6358231,551
31 25 9 $S89,154
32 25 to n693.n2
33
  *5
25
11 *E497.&
35 25
t2 764128,4L2
s6 t3 624?97.3s7

 
17 ?5 11 7@168,571
*25 t5 w3547.747
s6 16 ru35S82.6
e?5
 
17 8$an.Ul
1E 9435.1$
tr
sffiRY EER EIGtrS: 79 @6737 -da

  a 555E9.&
(in s@
orer os dbow)
a 71tL9?5.@
fim Br ftiohts: 2 mnt.&s
 
4.642
0.624 23 @3785.45
24 632453.W
o.9u 6 9M%7.W
  6 877A55,n3
0-819
0.923
0.59
27 @W,1t3
0.66 28 @Aao1,tu

  10
11
0,426
0.8s
0,635
a
4
l1
81635.2%
5&74%.1*
52699.E4
 
12 0,829 32 677lO7L.t*
73 0,673
3 $7$ru.8*
ll 0,757
t5 a 8m{.2&
 
0,652
16 0,759 $ 41355$.937
77 4.497 $ &4S1.5$
1E 0,693 l7 55$*. &
  &
t9
21
0,69
0.@
0.@
$
*
&
s25957.E9
655761.*
M1EO2.A20
2
 
0.e39
23 b.657
21 0.W
b t.M SmRY ff IIM TA{G1Si

 
6 0-861
27 0.%9
26 4.749 fim ihplt: 1 21
n 1 31,387
 
4.7$ 6.319 59.5@
9 0,$z 2 6,27E 31.1E1 59.110
31 0.$9 1 3.7U \4.@ x.tt1
! a.73L
4 6,74 47,4p
 
33 0.6! 9.285
r 6.9? 5 6.192 {.@ n.137
6 9.213 45.@ 6.937
$ o.% 7 25.019
 
5.035 17.at2
17 0.@ 8 6.S3 !.w il.66
* 0.9& 9 4.ru ?1.1e €.151
n 0.921
10 41,54
  4 0.752 8.359 7A.nO
11 6.352 31.59 59.E10
12 8.n1 41.1& 7E.&5
COI
  (i.e.,
trER sffiRY: 11 6.717 33.133 53.3&
tiEs
@. fim Fr
ed.hond*.)is o for \1 7.W a?.5& ?t,z1l
15 6.523 32.4@ 6t,42\

  0 16 7.5* 37.720 n.%


o 17 8.S9 4.550 84.454
0 18 6.9* *.RO 65.29

 
o
o
19 6,9 32.* 61.2&
0
& 6.@ 29,@ S.4$
6 21 8.@ 39.& 6.UA

  10
0

0
2Z
23
21
4.42
5_6
5.@
41.684
3?.515
?4.A3s
D.@
51.3r
1l.M
  4 to.w 19.670
11 0
72 o
9.1@
13 0 5 8.611 12.770 E1.@0
14 27 9.69a 48-16 97,270

  15
16
17
o
a
za
p
m
7.Ea9
?.957
5,6?l
39.1E3
39.520
27,920
74.2&
71.919
52.9?6

 
18
19 a
11 5,686 2A-29 53.59
?a o 32 7.30a 36.3@ 6E.814
4 t3 6.12 31.W 59.715

  22
23
?1
o
o
v
35
x
9.021
a.@
4.97
u.En
72,177
24. U9
9.ffi
1?.Op
17.W
6 $
  6
27
28
0
o
37
$
$
6.W
9.&2
9.44
a.@
45.ru
45-&
$.45
S.69
6-&
  a
4
a
o
& 7.621 17.8n n,7*

  FIU fr FIiM iISUITS:

iesolts for fim: 1


Techicol efficiency - 0.119
PIO]EOI* SWRI:
vo.iobte originol rodiol siock p.oj€.ted
volE mv@at @vffint vol w
atput 1 6wa.@ 51$62.66 a,@ $v?3.1s
in4t 1 16,m o.@ -9,61 6.319
i.pt 2 6.@ 0.m -aa.{3 31.17
in@t 3 59.W a.W e.@ 59.S
L1SIN tr trERs:
rr llM reignt
6 0,6'

Results fq fim: 2
Iechnicol efflcie.cy - 0.06
MOJECTq SMRY:
voridble orioiilol rodial ilock p.oiected
 106  

Lampiran 11. Matriks Asal Tujuan Akhir Kabupaten Bogor Tahun 2013 (Orang/
Tahun).
 
 
Babakan Bojong Cigom
Madang Gede Caringin Cariu Ciampea Ciawi Cibinong bong
Babakan Madang 223,156 456,760 271,712 1,258,520 479,638 4,203,553 1,433,774
Bojong Gede 174,892 35,019 526,081 1,581,825 388,974 1,559,333 712,073

Caringin 515,750 50,454 79,085 680,287 1,235,254 1,714,109 12,630,113


Cariu 379,500 937,546 97,824 645,780 208,404 2,377,321 588,207
Ciampea 1,243,154 1,993,706 595,121 456,717 897,241 4,677,625 493,572
Ciawi 561,193 580,706 1,279,979 174,583 1,062,778 2,072,400 4,916,853
Cibinong 4,152,000 1,965,250 1,499,436 1,681,228 4,677,369 1,749,510 1,916,807

Cigombong 1,689,779 1,070,809 13,182,728 496,338 588,892 4,952,660 2,287,109


Cileungsi 1,039,592 279,279 355,310 806,036 1,348,175 335,951 2,795,479 348,259
Cibungbulang 3,147,519 2,492,023 150,892 5,375 1,683,902 296,367 2,801,916 1,075,549
Ciomas 581,075 300,640 78,236 13,558 430,603 71,797 2,414,052 2,665,096
Cisarua 708,173 986,458 301,529 22,031 524,789 2,160,617 1,159,813 685,346
Ciseeng 131,583 76,242 107,746 6,412 292,778 593,277 296,029 1,218,615
Citeureup 385,007 443,724 106,946 58,964 147,156 1,703,728 1,469,151 266,092
Dramaga 840,084 1,373,627 94,975 7,013 1,226,413 247,110 1,591,444 210,338
Gunung Putri 443,905 42,351 978,818 142,797 727,898 546,154 1,690,995 54,842
Tanjungsari 1,451 2,572 59,462 309,127 409,090 13,642 224,106 147,946
Klapanunggal 393,988 81,538 169,528 38,371 19,464 4,494 699,567 949,301
Kemang 85,080 49,297 116,377 4,146 189,307 252,205 1,515,154 787,943

Leuwiliang 3,011,824 12,601,829 38,753 1,381 3,954,190 1,690,253 6,616,972 90,127


Leuwisadeng 244,831 1,079,289 55,744 135,240 1,775,962 466,313 3,110,216 486,584
Megamendung 129,475 306,233 364,057 27,620 219,307 1,274,206 656,847 198,279
Nanggung 357,183 3,613,897 149,617 666,708 2,646,892 1,330,793 6,278,916 261,291
Pamijahan 1,222,002 438,358 215,092 7,662 1,062,524 144,951 2,121,574 1,533,164
Rancabungur 142,079 82,324 194,343 6,923 316,133 421,168 2,530,228 1,315,823
Rumpin 35,010 2,560,033 132,154 4,708 69,183 1,799,520 310,815 941,981
Sukajaya 184,693 1,268,290 114,753 4,088 472,982 248,686 1,813,588 817,953
Sukamakmur 256,685 19,821 22,839 83,203 24,887 26,248 454,025 127,892
Sukajaya 469,209 662,815 763,647 50,912 1,044,014 1,654,927 317,589 9,482
Tajurhalang 365,256 120,627 284,765 10,144 463,219 617,124 3,707,460 25,099
Tamansari 422,701 61,564 145,335 5,177 382,728 314,952 1,892,177 1,035,940
Tenjo 63,661 16,755 39,554 1,409 163,031 85,719 514,967 2,047,311
Cigudeg 120,095 165,695 328,975 11,719 133,494 267,101 236,935 107,284
Cijeruk 1,409,860 85,818 490,620 757,896 167,163 756,840 1,223,861 2,301,906
Gunung Sindur 129,877 573,242 177,652 6,329 288,982 384,997 1,345,158 1,202,816
Jasinga 33,288 45,927 51,790 1,447 427,574 515,499 65,673 29,737
Parung 107,530 640,963 124,663 254,233 202,786 270,162 892,095 224,137
Parung Panjang 123,136 32,409 76,507 2,725 315,341 53,928 996,073 545,336
Tenjolaya 250,891 40,234 94,980 3,384 391,483 205,835 1,236,582 677,012
Jonggol 18,613 32,984 45,491 4,629,651 6,517,353 40,077 1,013,753 353,139
Kota Bogor 45,646 34,300 70,866 2,635 101,564 153,577 1,054,212 422,735
Kota
Depok+Jakarta 44,799 86,917 76,984 8,878 99,679 166,835 2,671,398 431,084
Tanggerang 8,266 2,176 5,136 183 21,169 11,130 66,867 36,609
Kab. Lebak 7,413 1,951 4,606 164 18,984 9,981 59,965 32,830
Sukabumi 85,561 12,322 29,089 1,036 76,603 63,040 378,721 207,344
Cianjur+Kab.
Bandung 5,290 9,375 10,802 39,352 11,771 23,410 288,132 60,489
Karawang 14,551 25,786 29,712 4,440 32,376 64,389 792,516 166,376
Bekasi+Lainnya 24,111 42,728 49,234 26,483 53,649 106,698 1,313,252 275,696
Kota Bekasi 20,878 36,998 42,632 16,581 46,454 92,388 1,137,131 238,722
Purwakarta+Kota
Bandung 4,760 8,436 9,720 1,453 10,592 21,064 259,264 54,428

25,832,899 37,659,474 23,906,798 11,873,338 39,007,095 29,418,834 80,906,118 47,359,332

 
 
 
 
 
 
 
107  

Lampiran 11.  (Lanjutan)  


 
Cibungbul Gunung
Cileungsi ang Ciomas Cisarua Ciseeng Citeureup Dramaga Putri
Babakan Madang 929,493 2,924,085 474,248 495,451 228,790 258,774 577,772 457,610

Bojong Gede 195,696 1,814,411 192,301 540,881 556,563 1,252,121 740,397 34,216
Caringin 358,708 185,287 72,099 238,199 94,067 306,607 73,755 1,233,247
Cariu 1,006,559 9,621 15,455 21,527 9,763 34,706 10,831 205,601
Ciampea 1,190,676 1,545,265 347,149 362,669 606,818 369,141 833,173 741,209

Ciawi 351,444 322,143 68,562 1,768,629 536,711 784,607 198,848 658,747


Cibinong 2,468,766 2,571,092 1,946,081 801,474 226,079 3,685,171 1,061,101 1,721,824
Cigombong 366,974 1,080,302 2,376,228 565,093 1,041,269 796,400 170,491 66,630

Cileungsi 333,280 656,766 1,224,512 338,191 2,532,266 176,685 8,182,326


Cibungbulang 256,993 477,693 566,710 233,650 264,272 419,636 1,026,626
Ciomas 570,509 538,132 115,525 518,688 586,667 14,365 2,279,046
Cisarua 878,847 527,472 134,769 535,244 903,738 593,801 3,510,784
Ciseeng 306,544 274,653 541,235 675,977 315,226 309,190 234,842

Citeureup 891,542 803,627 1,583,637 2,952,621 815,468 904,682 7,279,829

Dramaga 229,693 486,303 17,046 739,326 304,818 344,767 207,005

Gunung Putri 7,096,662 1,000,558 1,971,712 3,676,170 176,139 17,933,538 138,105

Tanjungsari 762,607 3,030 182,099 11,131 3,074 301,209 3,411 134,586

Klapanunggal 19,177,707 85,704 341,494 4,642 175,847 798,460 455,819 10,001,358

Kemang 198,208 177,588 349,956 437,079 352,651 203,822 1,421 791,793


Leuwiliang 84,552 233,490 36,978 206,030 60,007 67,871 107,773 263,662
Leuwisadeng 116,265 233,815 113,809 158,529 105,705 119,558 199,583 283,497

Megamendung 106,294 238,973 81,350 6,681,304 242,494 692,031 269,023 1,696,997


Nanggung 62,433 43,165 116,050 137,675 56,762 64,201 133,920 249,405

Pamijahan 366,336 531,361 680,938 807,828 333,061 376,712 801,168 1,463,425


Rancabungur 330,997 296,562 584,408 729,899 949,253 340,371 333,854 1,322,253
Rumpin 225,078 796,244 418,371 77,452 435,269 231,453 367,524 899,133
Sukajaya 195,443 691,405 363,285 430,982 177,690 200,978 319,133 780,746
Sukamakmur 1,157,190 23,346 46,007 85,778 23,690 84,217 26,282 1,023,817

Sukajaya 2,434,112 979,383 1,929,983 2,868,046 993,814 1,627,876 1,102,539 9,723,692


Tajurhalang 484,999 434,543 856,315 372,950 1,575,910 498,735 489,186 1,937,455
Tamansari 247,529 359,034 460,102 545,840 225,045 779,986 541,340 988,819
Tenjo 67,366 238,318 839,973 148,554 61,247 69,274 859,268 269,113

Cigudeg 560,296 436,117 863,358 1,235,538 444,573 576,164 493,210 2,238,246


Cijeruk 345,044 325,462 41,339 760,874 313,703 60,864 167,294 20,369
Gunung Sindur 302,570 271,092 534,218 667,214 1,877,265 311,139 160,914 1,208,694
Jasinga 876,770 244,687 382,279 152,524 62,884 71,126 6,825,133 677,287
Parung 212,321 190,232 374,874 468,200 2,590,744 218,334 214,154 848,171
Parung Panjang 130,303 460,965 242,205 287,339 118,467 133,994 212,768 512,324
Tenjolaya 161,766 572,269 300,687 356,719 147,073 166,348 317,714 646,216
Jonggol 977,370 38,850 76,559 142,740 39,423 140,144 43,736 309,352
Kota Bogor 125,963 95,277 187,753 266,155 96,680 124,115 107,258 503,193
Kota
Depok+Jakarta 424,464 93,508 184,269 289,130 259,270 283,871 105,267 1,695,631
Tanggerang 8,747 30,945 16,259 19,289 7,953 8,995 14,283 34,944
Kab. Lebak 7,844 27,751 14,581 17,298 7,132 8,067 12,809 31,337
Sukabumi 49,543 71,861 92,090 109,250 45,043 50,946 108,350 197,913
Cianjur+Kab.
Bandung 277,791 11,042 21,760 40,570 11,205 39,832 12,431 484,232
Karawang 212,276 30,372 59,851 111,589 30,819 109,559 34,191 1,159,124
Bekasi+Lainnya 1,266,121 50,328 99,177 184,911 51,069 181,547 56,657 2,207,038
Kota Bekasi 792,722 43,578 85,876 160,112 44,221 157,200 49,058 1,911,052
Purwakarta+Kota
Bandung 69,444 9,936 19,580 36,505 10,062 35,841 11,185 379,197

 
 
 108  

Lampiran 11.  (Lanjutan)  


 
Tanjung Klapanung Leuwi Leuwisade Megamend
sari gal Kemang liang ng ung Nanggung Pamijahan

Babakan Madang 1,147 301,843 577,393 2,911,996 247,707 125,257 332,992 1,114,071

Bojong Gede 8,531 48,957 1,404,590 9,548,974 855,797 232,184 2,640,463 313,207
Caringin 31,527 303,917 474,496 66,548 63,683 281,920 157,497 425,468
Cariu 202,737 100,267 24,638 3,456 191,107 37,320 868,113 22,093

Ciampea 189,748 14,730 1,531,418 3,776,446 1,774,881 209,573 2,437,492 956,850

Ciawi 7,495 4,028 1,172,726 1,912,101 552,009 1,442,296 1,451,614 154,618

Cibinong 103,942 529,380 5,770,018 6,319,188 3,108,154 627,657 5,781,865 1,910,467


Cigombong 81,874 1,392,049 2,627,834 102,699 302,175 226,071 278,816 2,480,660

Cileungsi 400,508 16,432,800 853,488 91,433 93,223 115,012 86,017 765,300


Cibungbulang 1,171 70,677 589,659 326,529 254,637 150,705 43,317 855,950
Ciomas 104,768 561,641 1,309,006 43,805 141,083 96,428 138,887 1,235,694
Cisarua 4,005 5,083 1,350,788 284,729 229,256 9,238,645 136,136 1,211,215
Ciseeng 1,397 301,779 1,376,423 98,644 76,824 179,762 70,885 630,676
Citeureup 55,694 240,880 2,057,985 288,630 224,785 263,629 207,409 1,845,340

Dramaga 1,528 507,757 3,386 174,660 293,603 196,608 181,532 1,495,619


Gunung Putri 61,304 7,432,779 2,562,301 359,360 278,237 1,045,951 258,235 2,297,546

Tanjungsari 25,359 13,190 1,088 847 3,167 782 6,957


Klapanunggal 15,543 443,782 62,240 48,472 181,155 44,725 397,928

Kemang 3,779 195,127 63,782 49,674 116,232 45,834 407,788


Leuwiliang 301 64,976 151,438 2,604,500 38,704 2,442,801 295,603

Leuwisadeng 530 114,458 266,765 2,488,940 137,412 2,592,654 177,636


Megamendung 1,936 418,203 611,978 85,829 143,708 456,959 548,744

Nanggung 284 61,463 143,250 2,533,419 2,813,671 474,189 279,619

Pamijahan 1,669 360,642 840,541 256,624 197,190 214,825 184,409


Rancabungur 1,506 325,852 1,203,286 106,513 82,952 194,101 76,540 680,985
Rumpin 1,026 221,580 516,432 698,609 45,334 131,989 72,077 1,008,057
Sukajaya 883,951 192,405 448,435 606,626 825,369 114,611 342,208 875,329
Sukamakmur 7,963,744 555,006 59,787 277,581 6,530 24,406 6,026 53,610
Sukajaya 11,092 2,396,275 2,508,073 351,755 273,946 762,697 252,770 2,248,921
Tajurhalang 13,509 477,460 2,177,709 156,070 121,547 284,411 112,152 997,825
Tamansari 1,128 243,681 567,944 100,582 135,042 145,155 124,603 2,124,717
Tenjo 307 66,319 154,569 209,095 203,474 39,505 187,745 301,714
Cigudeg 2,553 551,586 1,121,961 291,371 272,148 328,566 494,497 1,006,032
Cijeruk 1,572 339,680 791,686 47,964 91,036 202,339 83,999 747,347
Gunung Sindur 1,379 5,964 1,358,579 97,365 75,828 177,432 69,967 622,500
Jasinga 315 1,615,149 12,924 214,684 208,912 40,561 192,763 309,778
Parung 967 209,020 27,833 68,324 53,210 124,508 49,097 436,823
Parung Panjang 594 128,278 298,975 404,442 393,569 76,412 363,145 583,590
Tenjolaya 737 159,251 371,165 205,536 160,071 94,862 147,697 1,237,858
Jonggol 65,792 744,549 99,490 13,953 255,946 204,091 271,284 89,210
Kota Bogor 574 124,005 243,991 34,220 26,650 70,778 24,590 218,780
Kota
Depok+Jakarta 1,934 417,866 374,198 33,584 26,156 82,264 24,134 214,720
Tanggerang 40 8,611 20,070 27,151 26,421 5,130 24,378 39,177
Kab. Lebak 36 7,723 17,999 24,348 23,693 4,600 21,862 35,133
Sukabumi 226 48,773 113,674 35,399 27,568 29,053 25,437 458,853
Cianjur+Kab.
Bandung 20,456 115,076 28,277 3,966 3,089 11,543 2,850 25,356
Karawang 967 208,976 77,778 10,908 8,495 31,750 7,836 69,741
Bekasi+Lainnya 5,769 524,495 128,883 18,076 14,077 52,611 12,989 115,566
Kota Bekasi 3,612 449,363 111,599 15,652 12,189 45,555 11,247 100,068
Purwakarta+Kota
Bandung 316 68,365 25,444 3,569 2,779 10,387 2,564 22,815

 
 
 
109  

Lampiran 11.  (Lanjutan)  


 
Sukamakm Tajurhala
Rancabungur Rumpin Sukajaya ur Sukajaya ng Tamansari Tenjo
Babakan Madang 244,865 28,719 345,533 104,778 761,488 327,243 842,448 82,072

Bojong Gede 595,670 1,645,867 429,962 95,033 4,516,164 844,745 515,133 90,687
Caringin 201,228 143,278 128,981 15,670 744,580 285,370 174,022 30,636
Cariu 10,449 7,440 6,697 83,209 72,358 14,818 9,036 1,591
Ciampea 649,456 56,060 1,054,792 33,879 2,019,695 921,022 909,248 250,536
Ciawi 497,339 1,727,197 318,780 12,536 1,840,242 705,299 430,097 75,717

Cibinong 2,446,996 251,843 774,871 183,058 293,203 3,470,189 2,116,154 372,541


Cigombong 1,114,433 835,371 752,016 71,774 10,445 26,502 225,009 178,620
Cileungsi 361,954 257,717 232,002 528,312 2,506,508 513,303 313,017 55,105
Cibungbulang 250,067 703,020 632,872 13,045 777,665 354,631 350,098 150,321
Ciomas 555,134 416,124 374,602 28,958 1,726,370 787,259 95,975 88,976
Cisarua 572,853 90,815 367,182 44,609 2,119,656 477,599 495,401 87,214

Ciseeng 940,897 461,807 191,190 15,560 927,608 1,511,802 257,954 45,412

Citeureup 872,767 621,424 559,417 143,092 3,930,661 1,237,706 754,766 132,874


Dramaga 326,236 376,046 338,523 17,018 1,014,538 462,650 116,510 80,407

Gunung Putri 1,086,642 773,707 696,504 557,524 7,524,921 1,541,013 939,724 165,435
Tanjungsari 3,290 2,343 814,300 6,922,966 22,785 25,775 2,845 501
Klapanunggal 188,203 134,004 120,632 295,712 1,303,292 266,899 162,757 28,653
Kemang 305,578 137,324 123,622 10,061 599,781 535,249 166,790 29,363
Leuwiliang 64,223 441,066 397,055 117,192 199,723 91,078 120,905 94,309
Leuwisadeng 113,132 36,757 1,221,931 5,901 351,820 160,437 212,979 207,581
Megamendung 259,533 184,791 166,353 21,563 960,316 368,054 224,443 39,512
Nanggung 60,751 63,422 294,846 3,169 188,924 86,153 114,368 111,469

Pamijahan 356,464 552,514 497,383 18,595 1,108,539 505,516 1,286,148 118,139


Rancabungur 229,324 206,441 16,801 1,001,602 723,677 278,531 49,034
Rumpin 219,013 1,691,873 11,425 681,091 310,591 412,307 657,660
Sukajaya 190,176 1,631,949 9,920 591,413 269,696 358,020 348,946
Sukamakmur 25,355 18,053 16,252 175,582 143,264 21,927 3,124,952

Sukajaya 1,063,644 757,332 681,764 123,552 1,508,399 919,836 161,934


Tajurhalang 747,725 336,021 302,492 65,273 1,467,615 408,122 71,848
Tamansari 240,858 373,327 336,076 12,564 749,027 341,571 79,825
Tenjo 65,551 920,577 506,382 2,768,149 203,852 92,961 123,405
Cigudeg 475,810 1,282,811 705,635 28,440 1,653,883 674,767 411,479 399,843
Cijeruk 335,745 251,672 226,559 17,514 899,327 476,134 305,674 53,813

Gunung Sindur 466,474 1,278,746 188,712 15,358 915,582 1,447,035 254,610 44,823
Jasinga 67,303 945,181 519,915 3,511 209,300 95,445 825,934 1,422,949

Parung 3,086 147,102 132,424 10,777 642,486 1,047,115 178,666 478,964


Parung Panjang 126,792 1,780,622 979,466 5,354,276 394,300 179,809 238,695 6,879,782
Tenjolaya 157,407 442,521 398,365 8,211 489,507 223,225 486,344 94,620
Jonggol 42,193 30,042 27,044 76,531 292,181 59,835 36,488 6,424
Kota Bogor 103,474 73,675 66,324 6,394 417,315 146,740 89,484 15,753
Kota
Depok+Jakarta 128,482 72,308 65,093 21,545 769,943 398,562 87,823 15,461
Tanggerang 8,512 119,535 65,753 359,438 26,470 12,071 16,024 845,156
Kab. Lebak 7,633 107,196 58,965 322,336 23,737 10,825 14,370 161,381
Sukabumi 48,208 76,214 68,609 2,515 149,918 68,366 165,857 16,296
Cianjur+Kab.
Bandung 11,992 8,539 7,687 205,490 83,045 17,007 10,371 1,477,999
Karawang 32,985 23,486 21,142 10,775 228,417 46,777 28,525 5,022
Bekasi+Lainnya 54,658 38,917 35,034 64,267 378,502 77,513 47,268 8,321
Kota Bekasi 47,328 33,698 30,336 40,238 327,741 67,117 40,929 7,205
Purwakarta+Kota
Bandung 10,791 7,683 6,916 3,525 74,725 15,303 9,332 1,643

 
 
 
 110  

Lampiran 11.  (Lanjutan)  


 
Gunung Parung
Cigudeg Cijeruk Sindur Jasinga Parung Panjang Tenjolaya Jonggol
Babakan Madang 95,782 1,366,296 267,671 19,836 89,417 1,358,757 58,937 212,514
Bojong Gede 103,569 564,953 304,387 21,449 417,734 914,803 438,489 670,446
Caringin 349,070 536,865 219,970 34,848 5,807 309,037 72,302 20,175
Cariu 18,126 1,025,841 11,422 1,963 295,274 16,047 110,605 2,539,767
Ciampea 105,168 160,020 709,944 309,156 87,271 2,527,267 156,318 2,528,596
Ciawi 249,248 858,165 543,659 359,419 14,352 13,864 178,697 18,418
Cibinong 186,650 1,171,498 900,204 38,655 732,728 3,757,984 1,801,299 2,754,173
Cigombong 100,842 2,629,091 1,218,226 20,884 219,662 1,801,819 331,170 163,470
Cileungsi 627,880 343,289 395,665 584,356 10,445 555,873 1,963,673 41,582
Cibungbulang 378,583 249,689 273,357 185,493 28,494 1,516,351 60,189 217,029
Ciomas 840,431 49,085 606,837 279,114 16,866 897,542 133,615 481,790
Cisarua 993,725 543,313 626,206 107,620 16,531 879,762 205,829 564,292
Ciseeng 451,578 282,901 1,645,565 56,037 2,786,322 458,089 71,794 258,874
Citeureup 1,513,984 23,226 954,053 163,964 25,186 1,340,356 660,236 859,724
Dramaga 493,897 235,730 158,521 5,913,605 15,241 975,596 78,522 283,134
Gunung Putri 1,884,991 19,148 1,187,846 391,509 31,358 109,198 2,572,444 117,867
Tanjungsari 5,708 3,121 3,597 618 95 5,053 34,828 55,033
Klapanunggal 326,474 178,498 5,275 1,256,290 5,431 289,033 790,096 193,480
Kemang 291,985 182,921 412,582 4,699 14,123 296,195 46,421 167,385
Leuwiliang 180,039 48,076 70,205 116,376 17,876 389,435 15,458 55,738
Leuwisadeng 214,531 112,960 123,668 256,150 39,347 686,005 27,230 99,362
Megamendung 450,210 246,149 283,704 48,757 7,490 398,578 99,491 82,861
Nanggung 423,037 60,659 66,409 137,550 21,129 368,378 14,622 114,295

Pamijahan 539,659 355,924 389,663 145,781 22,393 2,036,155 85,797 309,368


Rancabungur 487,600 305,468 557,826 60,507 7,216 494,631 77,521 279,524
Rumpin 1,255,487 218,681 1,066,145 811,538 124,660 1,328,042 52,714 190,077
Sukajaya 666,145 189,888 207,888 430,592 66,143 1,153,183 45,773 165,050
Sukamakmur 43,983 24,048 27,717 4,763 592,339 38,939 268,392 73,639
Sukajaya 1,799,847 932,448 1,162,707 199,823 30,695 1,633,496 570,077 1,197,166
Tajurhalang 714,464 447,592 1,787,919 88,659 13,619 724,766 113,588 409,578
Tamansari 364,641 240,493 263,291 576,113 15,131 1,321,570 57,972 209,036
Tenjo 547,770 65,452 71,686 1,710,182 844,652 397,486 15,777 56,891
Cigudeg 451,274 520,125 493,398 75,791 730,728 131,223 461,561
Cijeruk 508,292 367,015 59,941 10,200 542,833 80,810 16,657
Gunung Sindur 445,724 279,234 55,311 6,311,656 452,150 70,863 255,518
Jasinga 562,409 97,480 73,571 269,722 408,109 16,199 58,411
Parung 312,775 195,945 5,142,552 38,813 317,285 49,726 179,303
Parung Panjang 1,059,521 126,600 138,600 3,307,911 3,657,575 30,517 110,040
Tenjolaya 238,302 157,168 172,067 116,760 17,935 2,230,320 136,610
Jonggol 73,191 41,099 46,122 7,927 1,218 64,797 692,498
Kota Bogor 175,093 98,138 113,111 19,439 2,986 158,910 29,501 160,614
Kota
Depok+Jakarta 171,844 96,317 572,800 19,078 2,931 155,961 99,411 114,302
Tanggerang 71,127 8,499 9,304 222,063 76,470 51,613 2,049 7,387
Kab. Lebak 63,785 7,621 8,344 205,778 30,590 46,285 1,837 6,625
Sukabumi 72,983 48,135 52,698 20,109 3,089 599,474 11,603 41,839
Cianjur+Kab.
Bandung 20,803 11,374 13,109 2,253 280,157 18,417 126,941 12,328
Karawang 57,218 31,284 36,057 6,197 952 50,656 49,716 33,910
Bekasi+Lainnya 94,815 51,839 59,748 10,268 1,577 83,941 296,530 56,190
Kota Bekasi 82,099 44,887 51,736 8,891 1,366 72,684 185,658 48,655
Purwakarta+Kota
Bandung 18,718 10,234 11,796 2,027 311 16,572 16,264 11,093
 
 
 
 
 
 
 
 
111  

Lampiran 12. Hasil Analisis MCDM dengan menggunakan Metode TOPSIS.


 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 112  

Lampiran 12.  (Lanjutan)  


.  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
113  

Lampiran 12.  (Lanjutan)  


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 114  

Lampiran 13. Data Kondisi Jalan dan kebutuhan Biaya Penanganan jalan,
 
Kondisi Jalan Desember 2014 Biaya per Km
Kecamatan
Sedang Rusak Ringan Rusak Berat Pemel. Berkala Rehabilitasi Peningkatan

Cileungsi 4.292503449 9.198221677 32.80699065 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619


Cibinong 1.870490781 0.534425937 1.781419792 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619
Leuwiliang 14.51868859 4.051727049 34.64226627 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619
Cariu 4.0119742 1.8516804 2.1602938 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619
Gunung Putri 7.046506946 3.825246628 1.811958929 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619

Caringin 29.64388835 0 20.30798845 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619

Citeureup 17.29982466 3.039158387 4.55873758 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619

Ciawi 5.536417323 0 6.835083115 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619

Dramaga 0.88015256 0.586768373 10.26844653 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619

Kemang 1.432664756 0.358166189 0 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619

Parung 3.581267218 1.928374656 7.754820937 1,356,295,704 1,392,409,664 2,077,444,619

Cisarua 57.71604938 0 3.395061728 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Ciomas 0 0 2.832192589 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Cigombong 9.052576411 6.193868071 4.340472163 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Bojonggede 9.30870609 2.939591397 22.78183333 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Jonggol 4.883462819 1.331853496 0.887902331 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Jasinga 10.92772528 10.8478637 24.34446959 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Tenjolaya 15.59251559 3.998080921 2.398848553 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Tanjungsari 9.059794645 1.610630159 11.77773304 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Pamijahan 8.364881918 2.704164413 4.4528574 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Parung Panjang 1.352526326 0.57965414 55.84967636 1,413,260,124 1,450,890,870 2,164,697,293

Klapanunggal 22.12175036 10.01130308 23.8979493 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Cibungbulang 4.669451954 1.720324404 6.635536987 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579


Babakan
Madang 6.39070443 8.13362382 36.31082062 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Gunung Sindur 8.923989916 3.346496218 7.067800013 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Sukaraja 0.67347626 0.448984173 0 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Tamansari 5.298906498 3.131172022 1.445156318 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Cijeruk 12.7583365 6.618486116 3.486750349 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Cigudeg 8.576929809 7.001575354 43.11220025 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Sukamakmur 7.37228814 4.257062007 23.71791689 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Leuwisadeng 22.2826087 10.32608696 1.086956522 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Rumpin 7.099073025 2.184330162 51.89831943 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Ciampea 0.218073971 0 0 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Tajurhalang 17.45951417 6.325910931 8.856275304 1,472,617,049 1,511,828,286 2,255,614,579

Rancabungur 1.061946903 0.353982301 0 1,534,466,965 1,575,325,074 2,350,350,392

Megamendung 33.53658537 0 13.52067869 1,534,466,965 1,575,325,074 2,350,350,392

Tenjo 1.71895144 6.446067899 17.96304254 1,534,466,965 1,575,325,074 2,350,350,392

Ciseeng 0 0 0 1,534,466,965 1,575,325,074 2,350,350,392

Nanggung 0 0.132130069 31.11663121 1,534,466,965 1,575,325,074 2,350,350,392

Sukajaya 0 0.132130069 31.11663121 1,534,466,965 1,575,325,074 2,350,350,392


 
115  

Lampiran 13.  (Lanjutan)  


Kebutuhan Biaya
Total Kebutuhan
Kecamatan
Biaya
Pemel. Berkala Rehabilitasi Peningkatan

Cileungsi  5,821,903,989    12,807,692,753    68,154,706,194   86,784,302,936


Cibinong  2,536,938,611    744,139,840    3,700,800,961   6,981,879,412
Leuwiliang  19,691,634,968    5,641,663,898    71,967,389,650   97,300,688,516
Cariu  5,441,423,373    2,578,297,683    4,487,890,731   12,507,611,787
Gunung Putri  9,557,147,101    5,326,310,371    3,764,244,327   18,647,701,799

Caringin  40,205,878,433    -­‐    42,188,721,333   82,394,599,766

Citeureup  23,463,677,877    4,231,753,508    9,470,524,857   37,165,956,241

Ciawi  7,509,019,032    -­‐    14,199,506,638   21,708,525,670

Dramaga  1,193,747,136    817,021,953    21,332,128,993   23,342,898,082

Kemang  1,943,117,055    498,714,063    -­‐   2,441,831,118

Parung  4,857,257,343    2,685,087,506    16,110,211,028   23,652,555,877

Ciomas  -­‐    -­‐    5,883,723,255   5,883,723,255

Jonggol  6,623,419,644    1,854,485,679    1,844,567,919   10,322,473,242

Sukaraja  913,432,958    625,169,902    -­‐   1,538,602,860

Ciampea  295,772,790    -­‐    -­‐   295,772,790

Rancabungur  1,440,314,022      492,888,377      -­‐     1,933,202,399

Cisarua  81,567,791,100    -­‐    7,349,280,934   88,917,072,033

Cigombong  12,793,645,260    8,986,626,632    9,395,808,343   31,176,080,235

Bojonggede  13,155,623,122    4,265,026,318    49,315,772,933   66,736,422,373

Jasinga  15,443,718,377    15,739,066,402    52,698,407,417   83,881,192,197

Tenjolaya  22,036,280,518    5,800,779,105    5,192,780,969   33,029,840,591

Tanjungsari  12,803,846,502    2,336,848,592    25,495,226,827   40,635,921,921

Pamijahan  11,821,754,056    3,923,447,457    9,639,088,362   25,384,289,875

Parung Panjang  1,911,471,523    841,014,899    120,897,643,241   123,650,129,663

Cibungbulang  6,599,150,247    2,496,002,971    14,363,928,955   23,459,082,172

Tamansari  7,488,733,254    4,542,988,898    3,128,325,969   15,160,048,121

Gunung Sindur  12,611,919,094    4,855,400,809    15,299,647,558   32,766,967,461

Klapanunggal  32,576,866,740    15,135,371,185    53,904,562,856   101,616,800,781


Babakan
Madang  9,411,060,299    12,296,642,561    81,903,216,394   103,610,919,254

Cijeruk  18,788,143,852    10,006,014,523    7,864,764,922   36,658,923,297

Cigudeg  12,630,533,066    10,585,179,669    97,244,507,427   120,460,220,162

Sukamakmur  10,856,557,205    6,435,946,758    53,498,479,142   70,790,983,105

Leuwisadeng  32,813,749,463    15,611,270,347    2,451,754,978   50,876,774,788

Rumpin  10,454,215,969    3,302,332,125    117,062,605,960   130,819,154,054

Tajurhalang  25,711,178,235    9,563,691,082    19,976,343,695   55,251,213,012

Tenjo  2,531,357,197    9,745,347,784    40,517,700,654   52,794,405,635

Megamendung  51,460,782,367    -­‐    31,778,332,445   83,239,114,812

Ciseeng  2,637,674,199    10,154,652,391    42,219,444,082   -

Nanggung  -­‐    -­‐    -­‐   73,343,134,172

Sukajaya  -­‐    208,147,811    73,134,986,361   73,343,134,172

Sukajaya  -­‐    208,147,811    73,134,986,361   73,343,134,172


 
 116  

Lampiran 14. Kuesioner untuk input data pada metode AHP-TOPSIS


dengan responden : unsur-unsur Pemerintah Daerah yang terdiri
dari Asisten Pembangunan pada Sekretariat Daerah, Bappeda Kab.
Bogor, Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bogor, Dinas Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan Kab. Bogor, Kecamatan Cibinong.

ANALISIS PERKEMBANGAN WILAYAH


DAN ARAHAN PRIORITAS PENANGANAN JARINGAN JALAN
DI KABUPATEN BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
 
117  

PENDAHULUAN

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS-PWL),
Institut Pertanian Bogor, maka saya :
Nama : ALAN RIADI
NIM : A156140284  
Program Studi : Ilmu Perencanaan Wilayah (Kelas Bappenas)
Telp/ Hp : 08568608857
Mengajukan tugas akhir tesis dengan judul : Analisis Perkembangan Wilayah dan
Arahan Prioritas Penanganan Jaringan Jalan di Kabupaten Bogor.
Berkenan dengan tugas akhir tersebut, saya menyusun kuesioner yang
berkaitan dengan arahan prioritas penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor.
Hasil kuesioner tersebut akan dijadikan input guna menentukan pembobotan
kriteria dalam metode AHP (Analytical Hierarchy Process) serta TOPSIS
(Technique for Others Reference by Similarity to Ideal Solution). Untuk itu kami
mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam
kuesioner ini dengan jawaban yang benar dan akurat agar data tersebut dapat
diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalam meluangkan
waktu untuk mengisi kuesioner ini kami ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Alan Riadi
 118  

KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN

Untuk mendukung strategi pembangunan daerah yang berkelanjutan,


diperlukan perencanaan penanganan jaringan jalan yang sesuai dengan potensi
wilayah yang ada, sehingga hal tersebut mampu mendukung peningkatan
perkembangan suatu wilayah dan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi
masyarakat. Oleh sebab itu, perlu dirumuskan arahan prioritas penanganan
jaringan jalan yang sesuai dengan karakteristik ekonomi wilayah.
Dalam perumusan strategi pembangunan melalui penentuan prioritas
penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor, perlu dilakukan analisis tingkat
perkembangan wilayah serta potensi ekonomi di Kabupaten Bogor. Untuk
mengidentifikasi sejauh mana tingkat perkembangan wilayah di setiap kecamatan,
dilakukan analisis tingkat perkembangan wilayah tiap kecamatan berdasarkan
tingkat sebaran (diversitas) tiap sektor pembangunan. Analisis hirarki wilayah
dilakukan untuk melihat struktur hirarki perkembangan wilayah di masing –
masing Kecamatan. Selanjutnya dilakukan identifikasi potensi ekonomi wilayah
melalui analisis komparatif dan kompetitif untuk melihat sektor ekonomi mana
yang menjadi basis dan unggulan yang perlu dikembangkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Dari hasil analisis perkembangan wilayah dan potensi ekonomi wilayah,
ditentukan prioritas penanganan jaringan jalan. Analisis dilakukan untuk melihat
wilayah mana yang perlu diprioritaskan untuk ditangani jaringan jalannya, dan
selanjutnya akan diperoleh arahan penanganan jaringan jalan di Kabupaten Bogor.
Kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
1
2

 
119  

Untuk mengetahui Arahan Prioritas Penanganan Jaringan Jalan dan Analisis


Perkembangan Wilayah di Kabupaten Bogor menurut responden, disusun
berbagai pertanyaan berhierarki dengan struktur hierarki sebagai berikut :

Level 1 : Arahan prioritas penanganan jaringan jalan


Tujuan

Level 2 : Tingkat Jumlah Ting Nilai Jumlah Jumlah


Kriteria Perkem Keungg kat efisiensi Kondisi pergera
bangan ulan Hirar pemban Jalan kan
Wilaya Kompa ki gunan rusak orang
h ratif Wilay wilayah ke suatu
dan ah wilayah
kompet
itif

Level 2 :
40 40 40 40 40 40
Alternatif
Kecam Kecam Kecam Kecam Kecam Kecam
kecamatan
atan di atan di atan di atan di atan di atan di
Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab.
Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor Bogor

BAGIAN I
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ……………………………………………
2. Tempat/Tgl. Lahir/Umur : ……………………………………………
3. Alamat : ……………………………………………
……………………………………………
4. No. Tel/HP : ……………………………………………
5. Pekerjaan : ……………………………………………
6. Jabatan : ……………………………………………
7. Pendidikan Terakhir : ……………………………………………
 120  

BAGIAN II:
CARA MENJAWAB KUESIONER

Responden hanya mengurutkan berdasarkan tingkat preferensinya serta


menentukan nilai antara 1-9 dan memberikan tanda silang (X) pada nilai tersebut.
Ketentuan pembobotan masing-masing nilai seperti pada Tabel di bawah ini :

Nilai Penjelasan

1 Kedua elemen sama disukainya

Elemen yang satu sedikit lebih disukai daripada elemen yang


3
lain

5 Elemen yang satu lebih disukai daripada elemen yang lain

7 Elemen yang satu jelas lebih disukai daripada elemen yang lain

Elemen yang satu mutlak lebih disukai daripada elemen yang


9
lain

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Contoh Pemberian Pembobotan :


Jika kriteria A mutlak lebih disukai daripada kriteria B, maka diisi:
Kriteria Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A B

Atau,

Kriteria B lebih disukai daripada Kriteria A, maka diisi


Kriteria Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A B
 
121  

DAFTAR PERTANYAAN

1. Dalam penentuan Arahan Prioritas Penanganan Jaringan Jalan untuk


mendukung peningkatan perkembangan suatu wilayah dan memberikan
dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat di Kabupaten Bogor terdapat
40 alternatif kecamatan sasaran pengembangan dengan 4 kriteria yang perlu
dipertimbangkan, yaitu :
a Tingkat perkembangan wilayah menggunakan analisis Entropy
berdasarkan nilai PDRB per Kecamatan;
b Jumlah Keunggulan Komparatif menunjukkan jumlah sektor basis di
setiap Kecamatan.
c Jumlah keunggulan kompetitif menunjukkan jumlah sektor yang
mengalami pertumbuhan secara positif di setiap Kecamatan;
d Tingkat Hirarki Wilayah menunjukkan wilayah pusat/ inti dan wilayah
pendukung;
e Nilai efisiensi pembangunan wilayah menunjukkan pembangunan
sarana dan prasarana (Jalan) yang efisien mendukung perkembangan
wilayah (nilai PDRB);
f Jumlah Kondisi jalan rusak di setiap Wilayah/ Kecamatan
g Jumlah pergerakan orang ke suatu wilayah/ Kecamatan

Menurut Bapak/Ibu bagaimana perbandingan yang paling disukai dari setiap


kriteria tersebut di atas :

Tingkat Jumlah
Perkembanga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keunggulan
n Wilayah Komparatif

Tingkat Jumlah
Perkembanga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keunggulan
n Wilayah Kompetitifn

Tingkat Tingkat
Perkembanga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hirarki
n Wilayah Wilayah

Nilai
Tingkat Efisiensi
Perkembanga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pembang
n Wilayah unan
Wilayah

Tingkat Kondisi
Perkembanga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jalan
n Wilayah rusak
 122  

Jumlah
Tingkat pergerakan
Perkembanga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 orang ke
n Wilayah suatu
wilayah

Jumlah Jumlah
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keunggulan
Komparatif Kompetitifn

Jumlah Tingkat
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hirarki
Komparatif Wilayah

Nilai
Jumlah Efisiensi
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pembangu
Komparatif nan
Wilayah

Jumlah Kondisi
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jalan
Komparatif rusak

Jumlah
Jumlah pergerakan
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 orang ke
Komparatif suatu
wilayah

Jumlah Tingkat
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hirarki
Kompetitif Wilayah

Nilai
Jumlah Efisiensi
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pembangu
Kompetitif nan
Wilayah

Jumlah Kondisi
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jalan
Kompetitif rusak

Jumlah
Jumlah pergerakan
Keunggulan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 orang ke
Kompetitif suatu
wilayah
 
123  

Nilai
Tingkat Efisiensi
Hirarki 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pembangu
Wilayah nan
Wilayah

Tingkat Kondisi
Hirarki 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jalan
Wilayah rusak

Jumlah
Tingkat pergerakan
Hirarki 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 orang ke
Wilayah suatu
wilayah

Nilai
Kondisi
Efisiensi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 jalan
Pembanguna
rusak
n Wilayah

Nilai Jumlah
Efisiensi pergerakan
Pembanguna 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 orang ke
n Wilayah suatu
wilayah

Jumlah
Kondisi jalan pergerakan
rusak 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 orang ke
suatu
wilayah

TERIMA KASIH
 
 
 
 
 
 
 124  

 
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 18 Juni 1985
dari Ayah yang bernama Salam dan Ibu yang bernama Siti Aisyah. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan
dasar di SD Negeri Perwira I Bogor pada Tahun 1996. Selanjutnya penulis
mengikuti pendidikan menengah di SLTP Negeri 8 Bogor (lulus Tahun 2000) dan
SMU Negeri 6 Bogor (lulus Tahun 2003). Penulis menempuh pendidikan
Diploma mulai Tahun 2000 sampai 2003 pada program Teknik Pendayagunaan
Lahan dan Air FATETA IPB dan pendidikan Sarjana pada program
penyelenggaraan khusus/ Ekstensi Agribisnis FEM IPB dengan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi (Lulus Tahun 2011).
Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil mulai Tahun 2009 pada Dinas
Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. Pada Tahun 2014, penulis
mendapatkan kesempatan melanjutkan studi ke jenjang S2 yang dibiayai oleh
Pusbindiklatren Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yaitu
pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah pada Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor (IPB).
Penulis menetap di Bogor, menikah Tahun 2011 dengan Karina Kartika
Sari, SE binti S. Ridwan Hadi dan telah dikarunia satu orang anak yaitu Asyanka
Adzkiya Kirana.

Anda mungkin juga menyukai