Anda di halaman 1dari 11

Menilai dan Mengevaluasi sebuah Foto

Posted by Ady Sanjaya on April 24, 2017 / with No Comments 


Under Tips dan Trik

Ketika seorang fotografer ingin serius mendalami fotografi, mengevaluasi dan menilai
sebuah foto adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian
fotografi. Menilai dan mengevaluasi sebuah foto dapat dilakukan pada foto anda sendiri
ataupun foto orang lain. Kalian juga dapat mencari karya-karya dari fotografer yang
telah senior kemudian mencoba membedahnya, dengan begitu kalian dapat
mengetahui dimana keunggulan foto tersebut. 

Semakin sering dilatih secaraa perlahan-lahan mata kalian akan memiliki rasa sensitif,
lebih jeli, dan lebih fokus dalam melihat sesuatu. Karena itu kalian harus membiasakan
diri melihat foto secara detail dan kritis. Ketika kalian kritis melihat sebuah foto, maka
kalian akan tahu apa sebenarnya makna yang terdapat pada foto tersebut.

Bagaimana cara menilai dan mengevaluasi sebuah foto ?

1. Tentukan kategori foto berdasarkan situasinya. Setup shot atau Spontaneous


shot. Setup shot adalah pengambilan gambar yang dibuat di studio, foto portrait, atau
foto pemandangan, dimana fotografer dapat mengendalikan secara penuh situasi
pemotretan. Sedangkan Spontanious shot adalah foto yang diambil secara candid,
seperti fotografi alam liar, jurnalistik, olahraga, dimana fotografer tidak bisa
mengendalikan proses pemotretan secara penuh. 
Saat mengevaluasi foto Spontanious shot, kalian dapat mengevaluasi apakah si
fotografer sudah menggunakan teknik fotografi secara maksimal atau tidak. 

2. Mencari tahu POI (Point of Interest) serta makna yang ingin disampaikan. POI mudah
dikenali karena tampilannya yang pasti menonjol dari objek lainnya dalam sebuah foto.
Tapi, foto yang dibuat berdasarkan ide yang bertujuan untuk menyampaikan suatu
pesan, sehingga foto tersebut memiliki makna, diperlukan usaha keras untuk
memahaminya. 
Terkadang foto yang sangat bermakna, diambil dalam momen yang singkat, tidak harus
dieksekusi dengan teknik yang sempurna. Daya Tarik visual biasanya berwujud sebuah
rupa yang indah. Akan tetapi, hal itu bukanlah suatu keharusan karena keindahan itu
sifatnya subjektif. Daya Tarik paling esensial dalam sebuah foto terletak pada
maknanya. 

3. Setelah menentukan kategori, POI dan maknanya. Yang ketiga adalah mengevaluasi
teknik pengambilan gambar. Seberapa baik teknik yang digunakan pada foto tersebut
dan mencari tahu mengapa teknik itu digunakan. Teknik pengambilan foto adalah
kemampuan dasar yang wajib dikuasai oleh semua fotografer. Dengan ketekunan yang
tinggi, seorang fotografer dapat meningkatkan teknik pengambilan fotonya. Tapi,
kejelian dalam melihat dan memaknai sesuatu serta membaca makna, sangat berkaitan
dengan pengetahuan, pengalaman, rasa, dan emosi fotografer tersebut.
Banyak sekali foto-foto yang diambil dengan teknik yang sempurna, tapi tidak memiliki
makna didalamnya sehingga tidak dapat menginspirasi orang lain yang melihatnya. 

Ketika fotografer memiliki control penuh terhadap subjeknya jangan terlalu menilai foto
dari tekniknya. Utamakan menilai konsep yang ingin disampaikan. Kontrol dapat berupa
pemakaian sumber cahaya buatan, pengaturan pose subjek, pemilihan angel dsb.

Ketika fotografer hanya memiliki sedikit kontrol terhadap subjeknya atau bahkan
mungkin tidak memiliki kontrol sama sekali, dan teknik pengambilan foto yang dapat
dipilih pun terbatas. Yang perlu dinilai pertama kali adalah pencahayaan, yang kedua
komposisi. Secara umum untuk situasi pemotretan yang seperti ini, aturan-aturan
fotografi banyak yang tidak berlaku. 

Teknik pengambilan foto adalah sebuah pilihan. Fotografer handal akan mampu
menentukan apa yang akan digunakan dalam situasi pemotretan yang sulit.

Kesimpulannya, seorang fotografer masih memiliki  banyak pilihan teknik pengambilan


foto walaupun tidak memiliki kontrol penuh terhadapat situasi pemotretan yang
dihadapi.
bosdugem approves!
Saturday, October 17, 2015
[ARTIKEL] Evaluasi Terhadap Hasil Karya Fotografi
Melihat judulnya, tentu bahasan kali ini bukanlah bahasan yang “ringan”. Proses
evaluasi adalah perlu, dan penting dilakukan, khususnya untuk menjadikan bahan
pembelajaran agar ke depannya kita dapat menghasilkan karya-karya yang tentunya
(diharapkan) lebih baik, dan baik lagi. Sayangnya, evaluasi itu sendiri bukanlah proses
yang sederhana & mudah, mengingat banyaknya aspek yang perlu diperhatikan.

Evaluasi dapat dilakukan oleh diri sendiri, dan juga melalui penilaian pihak (orang) lain.
Dalam dunia digital dan dunia “media sosial” saat ini, jejaring sosial sering digunakan
sebagai “bahan evaluasi”. Kita tentu tidak asing dengan ungkapan-ungkapan seperti
ini :

“Mantab om, fotonya tajam sekali.”

“Bening om, super sekali, ajarin dong.”

“Tone-nya dewa, bagi presetnya om.”

“melintiir.. ampuun suhuuu..”

Komentar seperti itu tentu menyenangkan untuk didengar, namun apakah bisa kita
jadikan bahan evaluasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik?

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita bahas sedikit, “elemen” apa saja yang
terkandung dalam suatu karya fotografi, dan menjadikannya memiliki nilai lebih
dibandingkan karya lainnya.

1.    KONTEN / ISI

Karya foto yang bernilai tinggi sarat akan konten / isi. Karya sering kehilangan makna
ketika tidak memiliki isi (atau kurang). Konten menjadi impresi pertama yang ditangkap
oleh otak kita, secara sadar atau tidak. Konten yang dimaksud dapat berupa :
a)    Cerita / Pesan.

Foto yang bercerita, memiliki pesan di dalamnya bernilai tinggi. Cerita/pesan tidak
harus selalu disampaikan oleh kata-kata. Karya foto yang sarat akan pesan, mampu
“bercerita” dengan sendirinya, walaupun hanya disertai sedikit keterangan, atau tanpa
keterangan sama sekali. Pesan / cerita yang kuat dapat ditangkap mudah oleh nalar
(common sense) siapa saja.

 Ekspresi bisa didapat dari manusia ataupun obyek lainnya

b)    Ekspresi / Emosi.

Kualitas ekspresi dari karya foto dapat mencakup mood, jiwa/soul, atau emosi yang
berkomunikasi dan dapat diinterpretasi secara langsung oleh yang melihat karya
tersebut. Foto yang memiliki kekuatan emosional tidak selalu harus sarat akan cerita,
namun secara langsung dapat menggugah emosi yang melihat ke dalam suasana
tertentu.
Benda mati pun punya "mood" dan nilai tersendiri untuk dikomunikasikan

2.    NILAI ESTETIKA

Hal selanjutnya yang dapat kita nilai untuk bahan evaluasi adalah dari sisi estetika
(aesthetics). Apa itu estetika? Estetika adalah seperangkat prinsip-prinsip yang
berkaitan dengan apresiasi terhadap “keindahan” secara alami (dalam konteks seni).
Apa saja yang bisa dimasukkan kedalam kategori tersebut :

a)    Komposisi.

Berbicara komposisi tidak selalu berkaitan dengan “rule of the third”. Mungkin banyak
yang langsung mengasosiasikan kata komposisi dengan Hukum sepertiga bidang
tersebut, namun kita perlu tahu juga kalau komposisi itu setidaknya terdiri
dari; komposisi bidang, komposisi warna, & komposisi tonal (tone). Saya tidak
akan menjelaskan detail satu per satu mengenai komposisi tersebut, namun secara
sadar atau tidak, kita akan lebih mengapresiasi gambar dengan kaidah komposisi yang
baik.
kalau komposisi tone-nya beda, hasil akhir pasti akan jadi beda

b)    Kekuatan Subyek / Obyek

Mungkin masih ada hubungannya dengan komposisi bidang, namun bila kita pisahkan
tersendiri, kekuatan subyek/obyek dalam karya foto berbicara tentang seberapa kuat
subyek / obyek utama mendominasi obyek lainnya dalam sebuah karya foto. Kekuatan
subyek / obyek utama dapat diperkuat dengan cara mengisolasinya dari bagian gambar
yang lain. Hal ini biasa dilakukan dengan permainan cahaya, atau juga permainan
ruang tajam.
Obyek utama lebih kuat dengan permainan ruang tajam

c)    Seni / Art

Bagian ini sering diartikan ke arah yang lebih “subyektif” oleh sebagian orang, sehingga
banyak yang “berlindung” dibalik kata seni, dan “tergantung selera”. Namun apakah arti
dari “Seni” tersebut? Saya sendiri bukan sarjana seni, namun kalau saya ambil arti dari
kamus, seni adalah ekspresi, atau pengaplikasian dari kemampuan kreatif dan imajinasi
seseorang, dalam hal ini (fotografi) dalam bentuk visual, yang dapat diapresiasi dari
“keindahan” atau “emosi” yang digambarkan.

Dari terjemahan diatas kita bisa lihat ada kata “dapat diapresiasi dari keindahan atau
emosi yang digambarkan”. Jadi jelas, apabila bentuk kemampuan kreatif atau imajinasi
seseorang, baik itu yang dituangkan secara visual melalui hasil karya foto mentah,
ataupun hasil olahan digital, tidak dapat ditangkap sebagai sesuatu yang “indah” atau
memiliki nilai emosi tersendiri, tidak dapat dikatakan karya terebut memiliki nilai seni
yang tinggi.
Kemampuan kreatif tiap orang beda-beda. Tujuannya sama, keindahan visual.

3.    KUALITAS TEKNIS (KUALITAS IMAGE) & PRESENTASI AKHIR

Menyangkut hal teknis pemotretan yang berkaitan erat dengan kualitas image,
termasuk di dalamnya ada unsur ketajaman, detail, noise, dynamic range, CA, dan
sebagainya. Saya tidak membahas lebih detail mengenai image quality, karena sudah
saya bahas sebelumnya di PAGE MENGENAI IMAGE QUALITY (Klik disini).

Kualitas teknis sepertinya menjadi hal yang paling banyak dibahas, khususnya pada
media sosial. Membahas kualitas teknis suatu karya foto memberikan feedback tentang
“peralatan” atau “teknik” yang kita gunakan. Kualitas teknis penting, khususnya bila kita
mengejar sebuah “technical perfection” (kesempurnaan teknis).
Kurang tajem, banyak noise. Bodo amat! ngga ngejer tajem juga kok

Presentasi Akhir dalam hal ini mencakup kualitas hasil cetak (apabila penyajian karya
foto dalam bentuk cetak), atau kualitas image digital. Dalam konteks dunia digital, dan
saat ini kebanyakan foto disajikan secara digital, maka presentasi akhir lebih melibatkan
ukuran image, rasio gambar, pemberian watermark, kompresi file, dan kedalaman
warna. Spesifikasi lebih tinggi tidak menjamin penyajian yang lebih bagus, ketepatan
dengan media yang dituju lebih dibutuhkan untuk apresiasi yang lebih baik terhadap
suatu hasil karya.

KESIMPULAN

Setelah membahas hal diatas, kini kita tahu setidaknya poin-poin apa saja yang layak
dievaluasi untuk mendapatkan peningkatan atas nilai suatu karya foto di masa yang
akan datang. Kita perlu pahami, kegagalan evaluasi adalah salah satu hal yang
menyebabkan seolah-olah kita mengalami suatu kemandekan (stuck) dalam karya-
karya yang dihasilkan.

Apabila kita pernah bertanya pada diri sendiri, “gue stuck nih.. apa lagi yang mesti gue
lakukan? Kurangnya dimana?” sekali lagi, “upgrade gear” bukan satu-satunya jawaban.
Mungkin kita bisa memulai dari mengevaluasi kembali karya-karya kita melalui poin-
poin di atas.

Semoga bermanfaat!

Salam,

Bosdugem | 087 888 645 088 (WA)


Bagaimana Menilai Kualitas Karya
Fotografi?
29 Agustus 2015   22:18 Diperbarui: 29 Agustus 2015   22:18  1972  2 3

Oke, secara umum dalam hal nilai menilai kualitas suatu foto memang sangat subjektif
ya. Namun bagi penikmat dan pengamat fotografi khususnya, ada kriteria atau
parameter yang digunakan untuk menilai bagus tidaknya karya fotografi. Parameter-
parameter ini biasanya digunakan para juri dalam lomba-lomba fotografi.

Kenikmatan menikmati suatu foto akan terasa semakin nikmat ketika mengetahui
dengan detail mengapa foto itu sangat nikmat untuk dinikmati hehehe...

Berikut ini beberapa panduan mengenai kriteria kualitas karya fotografi.

JENIS FOTOGRAFI

Apakah karya foto itu masuk dalam jenis fotografi alam, fotografi seni, fotografi potret,
fotografi abstrak, fotografi minimalis, fotografi humaniora, fotografi alam liar, fotografi
hitam putih dst. Hal ini penting diketahui sehingga penilaian bisa lebih objektif dan lebih
terarah. Karena bisa saja aspek fotografis teknis tertentu cocok atau bahkan
meningkatkan nilai kualitas jenis fotografi x, namun sebaliknya tuk jenis fotografi y.

ASPEK TEKNIS

Segala hal yang murni bersifat teknis, seperti fokus atau ketajaman foto, ruang tajam
(depth of field), kontras, pencahayaan, dan tingkat editan foto paska pengambilan foto.
Penting sekali menyesuaikan aspek teknis ini dengan jenis fotografinya.

ASPEK VISUAL/ESTETIKA

Mencakup sudut pengambilan foto (viewing angle), latar belakang objek foto utama,
warna-warni, ukuran objek-objek dalam foto dan komposisi foto (letak objek-objek
dalam bidang foto).

INFORMASI

Seperti yang telah jamak diketahui, fotografi adalah salah satu sarana media
komunikasi yang efektif. Bisa saja suatu foto nyaman dilihat atau terlihat indah namun
"hampa" karena informasi atau pesan yang diberikan sangat minim. Apek informasi ini
mencakup pesan yang hendak disampaikan fotografer, emosi objek, waktu dan timing
(haha...gak tau cara menerjemahkan timing ini :D ), lokasi objek fotografi dan tingkat
keunikan objek atau peristiwanya.

Foto-foto hebat, yang terpilih dalam foto terbaik tahunan oleh media-media
internasional dan organisasi-organisasi fotografi dunia selalu dan selalu merupakan
kombinasi yang sempurna dari keempat aspek fotografi yang telah saya sampaikan di
atas.

Karya foto Fotografer Indonesia, Dedy Sahputra, yang saya tautkan di artikel ini terpilih
sebagai salah satu foto terbaik 2014 versi European Pressphoto Agency (EPA)
dan BBC.

Anda mungkin juga menyukai