Namun bagaimana ketika kita melihat karya seni yang terlihat “tidak
berteknik” dan sepertinya anak kecil pun dapat melakukannya tetapi
dibanderol dengan harga yang fantastis? Apa yang membuat karya itu
mendapatkan penghargaan yang luar biasa, sementara yang tampak hanyalah
coretan warna warni yang tampak tidak teratur.
“Cantik itu relatif” mungkin adalah salah satu istilah yang cukup relevan
dengan fenomena ini. Cantik telah lama dibangun di bawah alam sadar kita
semua dan tampak memiliki ciri-ciri yang sama tetapi sebetulnya tidak.
Menyadari hal tersebut para Pelaku Seni Rupa tidak hanya bergerak
mengeksplorasi cantik berdasarkan subjektifitas yang memberikan ilusi
absolut tersebut.
Indah / Bagus Bukan Patokan Utama
Menilai berdasarkan selera kita sebetulnya sah-sah saja, tetapi ketika hanya
memandang karya seni secara subjektif, banyak hal lain yang akan kita
lewatkan. Apalagi jika kita memiliki kepentingan terhadap karya tersebut.
Misal: karya tersebut akan digunakan untuk cover buku yang kita tulis.
Bagaimana cara memastikan bahwa karya yang akan kita gunakan dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat umum? Apakah karya tersebut
memiliki impact yang positif untuk kepentingan kita? atau justru malah
memberikan dampak negatif ? Karena itulah kita harus dapat membedakan
karya seni yang baik dan buruk dengan cara yang objektif.
Kita juga tidak akan terlalu membahas kemampuan teknis seniman seperti
tingkat kemiripan gambar atau keindahan subjek, karena hal tersebut juga
dapat memicu kekeliruan penilaian.
Perhatikan Komposisi
Lihat dengan seksama komposisi karya tersebut. Apakah frame atau ruang
karya telah dimanfaatkan dengan baik oleh seniman tersebut. Bagaimana
penempatan suatu obyek/subyek memancing kita untuk terus memandangi
karya tersebut? Apakah ada ruang bernafas untuk mata kita saat kita sedang
memandangi karya tersebut?
Keseimbangan adalah salah satu prinsip yang dapat kita perhatikan ketika
menilai komposisi yang baik dari karya seni. Sama seperti masakan, rasio
antara asin, manis dan pedas harus seimbang agar menjadi sedap di lidah.
Masakan yang terlalu pedas hanya akan membuat lidah kita terbakar dan
masakan yang kurang garam akan menjadi hambar.
Hal itu berlaku juga untuk karya seni yang baik, terlalu banyak warna
mencolok akan merusak komposisi tersebut, sebaliknya jika warna kurang
variatif beresiko membuat karya tersebut menjadi membosankan. Untuk
mencapai komposisi yang baik unsur-unsur seni (elemen seni) harus ditakar
sedemikian rupa sehingga mencapai kesatuan yang menarik.
Unsur / Elemen
Tanpa melihat kemiripan gambar (mirip atau tidaknya potret seseorang yang
dilukis oleh seniman) Perhatikan setiap elemen yang terdapat pada karya:
garis, bentuk, warna. Bagaimana berbagai elemen-elemen tersebut
berinteraksi? Apakah ada hal menarik yang terjadi dari berbagai susunan
elemen tersebut?
Kemampuan studi terhadap elemen dan prinsip seni rupa juga akan
memudahkan kita untuk mengapresiasi karya abstrak yang cenderung lebih
sulit untuk dimengerti oleh kebanyakan orang. Elemen Seni Rupa adalah salah
satu fundamental pengetahuan seni yang penting untuk dipelajari agar dapat
melakukan Kritik Seni Rupa secara utuh.
Isi / Muatan
Apakah terdapat suatu makna yang dapat ditarik dari karya tersebut? Suasana
apa yang terasa saat kita memandanginya. Jika sesuatu pada karya tersebut
berhasil memicu dan menggugah kita, maka ada nilai tambah untuk karya
tersebut.
Isi adalah suatu hal (biasanya pesan) yang dibawa oleh karya. Isi yang baik
biasanya tidak memaksakan ideologi tertentu (menggurui) melainkan hanya
bersifat memicu pesan yang multi tafsir sehingga memberikan ruang opini
dan imajinasi sendiri bagi para penikmatnya. Perlu diingat bahwa tidak semua
karya seni disisipkan pesan tetapi bukan berarti tidak berisi.
Terkadang beberapa seniman menolak untuk melibatkan kepentingan diluar
seni dalam karya mereka agar tetap objektif. Untuk mempelajari isi lebih lanjut
diperlukan lintas disiplin yang mungkin kebanyakan akan mempertemukan
kita dengan keilmuan sastra dan psikologi. Semiotika adalah disiplin ilmu yang
paling tepat untuk memulai mengkaji isi, selain itu Teks (teori sastra
kontemporer) adalah salah satu teori yang akan membantu kita lebih
memahami isi.
Setelah melihat tiga poin diatas dapat disimpulkan bahwa karya seni yang baik
bukan berarti hanya melihat bagus atau jeleknya suatu karya. Jangan hanya
menilai dari keindahannya saja, tapi lihat tiga aspek tersebut, barulah kita
dapat menyimpulkan dan mungkin menambahkan poin subjektif sendiri jika
diperlukan.
Beberapa karya seni mungkin membutuhkan lebih dari beberapa aspek diatas
agar dapat kita pahami dan nilai dengan objektif. Karya seni yang lebih rumit
untuk di apresiasi terkadang membutuhkan banyak pisau analisa lintas disiplin
ntuk di kaji. Pada beberapa konteks, tiga aspek diatas mungkin saja tidak
relevan, tetapi masih dapat dijadikan rule of thumb (aturan dasar berdasarkan
pengalaman) untuk memulai apresiasi.
Coba pilih salah satu jenis karya seni yang berada dikelas untuk kita apresiasi...