Anda di halaman 1dari 20

BAB III

ANALISA SITUASIONAL

A. Kajian Situasi Rumah Sakit

1. Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Tgk. Abdullah Syafi’I Beureunuen

Sejarah berdirinya RSUD Tgk. Abdullah Syafii Beureunuen secara

singkat dapat diuraikan, bahwa RSUD Tgk. Abdullah Syafii Beureunuen

Kabupaten Pidie pada awalnya bernama Rumah Sakit Beureunuen, dan pada

tahun 2000 Pemerintah Kabupaten Pidie mulai menganggarkan dana untuk

pembangunan Rumah Sakit Beureunuen. Rumah Sakit Beureunuen yang

beralamat di Jalan Banda Aceh-Medan Km.125,5 Kota Mini Beureunuen,

pertama sekali memulai operasionalnya pada tanggal 4 April 2005 dengan

bantuan sebuah NGO internasional yang berbasis di Perancis yaitu MSF

(Medicins Sans Frontier) tepatnya 100 hari setelah musibah gempa & tsunami

terjadi dan pada tanggal 30 April 2005 Rumah Sakit Beureunuen diresmikan

oleh Bapak Bupati Ir. Abdullah Yahya, MS.

Pada awal operasionalnya sejak bulan April 2005 sampai dengan

bulan Desember 2005 Rumah Sakit Beureunuen masih memfungsikan satu

buah gedung utama yang terdiri dari : UGD (2 bed), Ruang ICU (3 bed)

Kamar Ruang Rawat Inap (9 bed), Ruang Observasi (3 bed), Ruang

Sterilisasi yang berada di lantai bawah, sedangkan untuk lantai atas

dipergunakan untuk ruang kantor dan ruang farmasi.

Rumah Sakit Umum Beureunuen membuka pelayanan 24 jam dokter

jaga, dan semua pasien tidak dilakukan pemungutan biaya apapun.

39
40

Masyarakat yang berobat terutama dari kalangan miskin, korban tsunami, dan

korban konflik. RSU Beureunuen juga melayani masalah psikososial oleh

tenaga psikolog dan psikiater. Pasien psikososial mengalami masalah

psikologi terutama berupa gangguan psikis setelah trauma (Post Traumatic

Stress Disorder), depresi dan gangguan cemas. Dari bulan Januari sampai

dengan bulan Desember 2005 kunjungan pasien cukup tinggi, yaitu Jumlah

Pasien Rawat inap wanita : 808 pasien, Jumlah pasien Rawat Inap Pria : 567

pasien, Jumlah Pasien Rawat Jalan : 1375 Pasien, Jumlah Pasien Psikososial

: 51 pasien. Adapun jumlah staff yang bertugas selama awal beroperasinya

RSU Beureunuen adalah Dokter Umum : 4 Orang, Perawat : 26 Orang,

Petugas Kebersihan : 5 Orang, Supir : 3 Orang dan Petugas Keamanan : 4

Orang.

Pada bulan Januari Tahun 2006 NGO MSF menarik diri dari RSU

Beureunuen dengan alasan masa tanggap darurat pasca tsunami sudah selesai.

Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 RSU Beureuneun berganti nama

dan disahkan operasionalnya dengan keluarnya SK Bupati Pidie No.73,

tanggal 5 Februari 2006 tentang Operasional RSU Mutiara Beureunuen

Kabupaten Pidie. Pada tahun 2006 total jumlah pasien adalah 4396 pasien.

Kapasitas bed ruang rawat inap meningkat menjadi 18 bed, dan untuk

pelayanan Rawat Jalan sudah dibuka poli umum dan pasien dilayani oleh

dokter umum tetapi pada jadwal tertentu dilayani oleh dokter spesialis yang

bekerjasama dengan RSUD Sigli.


41

Pada Tahun 2006 RSU Mutiara Beureunuen terus membenahi diri

dengan dibangunnya empat gedung baru yang didanai oleh BRR dan APBD

yaitu Ruang Rontgen, Ruang Dapur/Gizi, Ruang Laboratorium, dan Ruang

Rawat Bedah sehingga kedepan diharapkan RSU Mutiara Beureunuen dapat

bersaing dengan Rumah Sakit lain yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam

dalam hal kualitas pelayanan.

Pada tahun 2007 pelayanan pada RSU Mutiara Beureunuen sudah

mulai ada penambahan, yaitu pelayanan pemeriksaan laboratorium, pelayanan

poli gigi, dan pelayanan KIA (Persalinan, Rawat Anak, Imunisasi, dan

termasuk Antenatal Care). Jumlah staf pun mengalami penambahan

berjumlah 81 orang. Pada tanggal 30 November 2007 keluar Registrasi dari

Dinkes Provinsi Aceh No. P2TSP.445/4173/2007, tentang Registrasi RSU

Mutiara menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Beureunuen.

Pada Tahun 2008, Bupati Pidie mengajukan Usulan Penetapan Kelas

RSIA Beureuneun kepada Menteri Kesehatan RI dengan surat usulan No.

065/7045, tanggal 1 Juli 2008, namun sampai saat ini RSUD Tgk. Abdullah

Syafii Beureunuen belum ada Kelas. Selanjutnya pada tahun 2009 diusulkan

untuk Registrasi RSIA Beureunuen ke Kementerian Kesehatan RI, maka

keluarlah Registrasi RSIA Beureunuen berdasarkan surat No. IR.01.01/I.1

/3362/2009, dengan nama Rumah Sakit Ibu dan Anak Beureuneun, dengan

kode Registrasi : 11 09 0 27. Sejak tahun 2010 RSIA Beureuneun disetujui

oleh Kemenkes RI sebagai PPK Jamkesmas.


42

Pada tanggal 4 Desember 2012 keluar Surat Keputusan Bupati Pidie

nomor: 702 tahun 2012 tentang Penetapan Rumah Sakit Ibu dan Anak

Beureunuen sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Tgk. Abdullah Syafii.

Seiring dengan perkembangan Kabupaten Pidie, RSUD Tgk.Abdullah Syafii

Beureuneun juga mengalami penambahan dalam hal jumlah tenaga, alat

kesehatan dan fasilitas lainnya.

Sekarang ini RSUD Tgk. Abdullah Syafi’I Beureunuen sudah menjadi

Rumah Sakit Umum kelas C berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pidie

Tanggal 16 Desember Tahun 2019 Nomor: 440/660/Kep.43/2019.

2. Visi RSUD Tgk. Abdullah Syafi’I Beureunuen

“Menjadikan RSUD Tgk Abdullah Syafii Beureuneun sebagai Rumah Sakit

Umum Terbaik dan Menjadi Kebanggaan Masyarakat Beureunuen khususnya

serta Masyarakat Kabupaten Pidie pada umumnya”

3. Misi RSUD Tgk. Abdullah Syafi’I Beureunuen

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara prima,

bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

b. Mengembangkan pembangunan gedung Rumah Sakit sesuai Master Plan

secara bertahap, melengkapi peralatan medis dan non medis serta

pengembangan fasilitas-fasilitas umum di Rumah Sakit agar mampu

memberikan rasa aman dan nyaman, serta menyenangkan bagi pelanggan.

c. Meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia pada semua lini

pelayanan di Rumah Sakit dalam rangka pencapaian standar pelayanan


43

minimal, memberikan pelayanan kesehatan perorangan dengan handal,

santun dan meningkatkan daya saing minimal diwilayah Kabupaten Pidie.

d. Memberikan pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan pelanggan

yang bisa dipertanggung jawabkan secara medik maupun secara moral.

e. Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah dengan pelayanan terbaik di

Kabupaten Pidie.

f. Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan.

4. Motto RSUD Tgk. Abdullah Syafi’I Beureunuen

“Ramah Dalam Pelayanan, Profesional Dalam Tindakan”

B. Kajian Situasi Di Ruangan Rawat Bedah

1. Karakteristik Unit

Ruangan Rawat Bedah adalah salah satu ruangan rawat inap yang ada

di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abddulah Syafi’I Beuruenuen untuk

pasien dengan kasus Bedah yang terdapat 12 tempat tidur terdiri dari 4 ruang

rawatan. Kamar Zamrud memiliki 3 tempat tidur, Kamar Safir memiliki 3

tempat tidur, kamar Alatif memiliki 3 tempat tidur, dan Kamar Almas

memiliki 3 tempat tidur.

Berdasarkan hasil pengkajian dengan metode kuesioner, observasi dan

tentang pelaksaanaan fungsi manajemen pelaksanaan keperawatan serta

manajemen asuhan keperawatan dan dilakukan analisa SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity dan Treat) maka diperoleh masalah dalam

pelaksanaan fungsi manajemen asuhan keperawatan di Ruang Rawat sebagai

berikut:
44

a. Pasien

1) Rekapitulasi Kunjungan Pasien di Ruang bedah Rumah Sakit Umum

Daerah Tgk Abddulah Syafi’I Beuruenuen

No Uraian Total
1. Tempat tidur 12
2. Hari Perawatan 4658
3. Jumlah hari dalam periode 365
4. Lama Dirawat 3291
5. Pasien Keluar (H+M) 1367
6. Pasien Mati
> 48 Jam 1
< 48 Jam 1
8. Pasien Mati Seluruhnya 2
Sumber : Data Sekunder Tahun 2020

2) BOR (Bed Occupancy Rate)

Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang pelayanan RSUD Tgk

Abddulah Syafi’I Beuruenuen didapatkan rata-rata persentase

pemakaian tempat tidur (BOR) Ruang Bedah untuk periode Januari

s/d Desember 2020 sebesar 106,34%.

3) LOS (Length Of Stay)

Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang pelayanan RSUD Tgk

Abddulah Syafi’i Beuruenuen didapatkan rata-rata persentase lamanya

perawatan seorang pasien (LOS) Ruang Bedah untuk periode Januari

s/d Desember 2020 sebesar 2,40%.


45

4) TOI (Turn Over Interval)

Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang pelayanan RSUD Tgk

Abddulah Syafi’i Beuruenuen didapatkan rata- rata tempat tidur tidak

ditempati (TOI) Ruang Bedah untuk periode Januari s/d Desember

2020 sebesar 0,20%.

5) BTO (Bed Turn Over)

Berdasarkan data yang diperoleh dari ruang pelayanan RSUD Tgk

Abddulah Syafi’i Beuruenuen didapatkan rata- rata frekuensi

pemakaian tempat tidur (BTO) Ruang Bedah untuk periode Januari

s/d Desember 2020 sebesar 113,91.

b. Letak Ruangan

Ruangan bedah memiliki 4 kamar dengan denah ruangan sebagai berikut:

Ruang Ruang Ruang


Ruang
Almas Zamrud Perawat
Safir
Bedah
Gudang

Ruang
WC Gudang
Alatif
Gudang

Ruang
Perawat
ICU

Ruang
ICU

Gambar:Denah Ruang Bedah


46

c. Ketenagaan

1) Karakteristik Tenaga Kerja berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 D IV/SI Keperawatan 3 11,54
2 D III Keperawatan 9 34,61
3 D III Kebidanan 14 53,85
Total 26 100

2) Karakteristik Tenaga Kerja berdasarkan Masa Kerja

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 > 5 Tahun 8 30,77
2 < 5 Tahun 18 69,23
Total 26 100

2. Analisis terhadap klien

a. Karakteristik

Ruang Bedah merupakan ruangan dewasa dan anak dengan kasus bedah.

b. Tingkat Ketergantungan

Tingkat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga yaitu minimal care

(keperawatan mandiri), partial care (keperawatan sebagian) dan total

care (Keperawatan Maksimal).

1) Minimal care memerlukan waktu perawatan 1-2 jam/24 jam. Kriteria

klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri

kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian termasuk minum, observasi

tanda vital tiap shift, pengobatan minimal, status psikologi stabil dan

persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

2) Partial care memerlukan waktu perawatan 3-4 jam/24jam. Kriteria

klien pada klasifikasi ini perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan


47

diri, makan dan minum, ambulasi, pemantauan tanda vital setiap 6

jam.

3) Total care memerlukan waktu perawatan 5-6 jam/24 jam. Kriteria

klien pada klasifikasi ini harus dibantu tentang segala sesuatunya,

posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 4 jam, makan

memerlukan slang nasogastrik, menggunakan terapi, pemakaian alat

suction dan kadang gelisah.

3. Analisis Unit Layanan Keperawatan

a. Flow of Care

Flow of Care (Alur pasien masuk) ke Ruang Bedah adalah sebagai

berikut:

1) Pasien masuk ke unit perawatan Bedah berasal dari Poliklinik maupun

unit emergency melalui pelayanan administrasi pasien (PAP) untuk

memesan kamar yang selanjutnya D IIInformasikan kepada perawat

yang ada di ruangan baik itu perawat pelaksana yang nantinya akan

disampaikan kepada penanggung jawab shift/KaTim.

2) Setelah koordinasi dengan front office pasien diantar ke ruang

perawatan dan dilakukan pengkajian oleh perawat untuk selanjutnya

diorientasikan ruangan yang ada, fasilitas ruangan, menjelaskan hak

dan kewajiban pasien, memberikan edukasi 6 langkah cuci tangan,

menjelaskan fungsi gelang identitas, fungsi dan cara penggunaan bel,

jam kunjung pasien, fungsi kartu tunggu dan menjelaskan jalur

evakuasi dan titik kumpul jika terjadi bencana atau kebakaran,


48

menjelaskan dokter penanggung jawab pasien, kepala unit dan

perawat penanggungjawab pada pasien dan keluarga.

3) Saat pasien diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab,

maka perawat akan melengkapi dokumen, menyiapkan obat pulang

dan akan mendokumentasikan pada lembar follow up pasien pulang.

d. Pembagian Kerja

Hasil analisa situasi wawancara dan observasi dari tanggal 03-10

Maret 2021 diruang Bedah yang dikepalai oleh Ns. Nurbaiti, S.Kep dan

jumlah staf ruang bedah sebanyak 25 orang terdiri dari D III Keperawatan

sebanyak 10 orang dan D III Kebidanan sebanyak 14 orang. Untuk jadwal

pembagian shift dinas terbagi dalam 3 shift yaitu Shift pagi dari pukul

08.00 wib s/d 14.00 wib, shift sore dari pukul 14.00 wib s/d 20.00 wib

dan shift malam dari pukul 20.00 wib s/d 08.00 wib.

e. Pembagian Tugas

1) Jumlah Perawat

a) S.1 Keperawatan + Ners = 1 Orang

b) D IV Kebidanan = 2 Orang

c) D III Keperawatan = 11 Orang

d) D III Kebidanan = 12 Orang

2) Pembagian tugas perawat di ruangan :

a) Karu : 1 Orang

b) Katim : 5 Orang

c) Pelaksana : 14 orang
49

3) Jumlah Ruangan

Terdapat satu ruangan untuk semua aktifitas pelayanan mulai dari

Dokter, perawat, bidan dan tenaga adminstrasi ruangan.

f. Job Analisis

Penentuan perawat yang dibutuhkan di ruang mode keperawatan

professional memiliki beberapa kriteria yaitu:

1) Kepala Ruangan

Kepala ruangan Bedah saat ini berpendidikan Ners, baru pertama kali

menjadi kepala ruangan ± 1 tahun dan pengalaman bekerja di area

keperawatan sudah 13 tahun dan memiliki jiwa kepemimpinan.

Pelatihan yang pernah di ikuti BCTLS, BHD, EWS, Code Blue,

Komunikasi Efektif, PPI, HPK dan APAR serta belum pernah

mengikuti pelatihan manajemen ruangan dan pelatihan MPKP.

2) Ketua Tim

Di ruangan Bedah mempunyai 5 Ketua Tim.

a) Ketua Tim I

Ketua Tim I mempunyai pendidikan D III keperawatan, mempunyai

pengalaman keja 7 tahun dan status kepegawaian sebagai tenaga

Honorer, memiliki jiwa kepemimpinan, pelatihan yang pernah D

IIIkuti adalah komunikasi efektif, BHD, HPK dan APAR. Belum

pernah mengikuti pelatihan manajemen ruangan dan pelatihan

MPKP.

b) Ketua Tim II
50

Ketua Tim II mempunyai pendidikan D III keperawatan, mempunyai

pengalaman keja 10 tahun dan status kepegawaian sebagai tenaga

Honorer, memiliki jiwa kepemimpinan, pelatihan yang pernah di

ikuti adalah Komunikasi efektif, BHD, dan HPK. Belum pernah

mengikuti pelatihan manajemen ruangan dan pelatihan MPKP.

c) Ketua Tim III

Ketua Tim III mempunyai pendidikan D III keperawatan, mempunyai

pengalaman keja 7 tahun dan status kepegawaian sebagai tenaga

Honorer, memiliki jiwa kepemimpinan, pelatihan yang pernah di

ikuti adalah BHD, Komunikasi efektif, dan HPK. Belum pernah

mengikuti pelatihan manajemen ruangan dan pelatihan MPKP.

d) Ketua Tim IV

Ketua Tim IV mempunyai pendidikan D III keperawatan, mempunyai

pengalaman keja 4 tahun dan status kepegawaian sebagai tenaga

Honorer, memiliki jiwa kepemimpinan, pelatihan yang pernah di

ikuti adalah BHD, Komunikasi efektif, dan HPK. Belum pernah

mengikuti pelatihan manajemen ruangan dan pelatihan MPKP.

e) Ketua Tim V

Ketua Tim V mempunyai pendidikan D III keperawatan, mempunyai

pengalaman keja 4 tahun dan status kepegawaian sebagai tenaga

Honorer, memiliki jiwa kepemimpinan, pelatihan yang pernah di

ikuti adalah BHD, Komunikasi efektif, dan HPK. Belum pernah

mengikuti pelatihan manajemen ruangan dan pelatihan MPKP.

3) Perawat Pelaksana
51

Di ruangan Bedah semua perawat dan bidan pelaksana mempunyai

Pendidikan D III keperawatan dan Kebidanan rata-rata pengalaman

kerja minimal ± 1 tahun, pelatihan yang pernah di ikuti pelatihan

komunikasi efektif, BHD dan HPK serta belum pernah mengikuti

pelatihan manajemen ruangan dan pelatihan MPKP.

4. Analisa Hasil Situasi

a. Conference

Setelah dilakukan wawancara dengan kepala ruangan Bedah didapat data:

1) Pre Conference dilakukan setiap hari namun pelaksanaannya belum

optimal.

2) Post Conference dilakukan setiap hari dan pelaksanaanya belum

optimal

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan mahasiswa tanggal 03-

10 Maret 2021 dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut :

1) Ketua tim dan anggota tim selalu terlibat dalam Conference

keperawatan (Pre Conference).

2) Ketua Tim selalu membagi tugas kepada masing-masing perawat

pelaksana saat Pre Conference

3) Post Conference dilakukan setiap hari hanya saja dilakukan operan

antara ketua tim dan perawat pelaksana di meja perawat.

4) Pengelolaan sampah diruangan yang belum optimal

5) Belum optimalnya penerapan prinsip 6 benar pada pemberian obat

6) Pendokumentasian proses keperawatan belum optimal


52

7) Belum Optimalnya pelaksanaan serah terima yang di lakukan oleh

perawat pelaksana di ruang bedah.

8) Pelaksanaan ronde keperawatan hampir tidak pernah dilakukan karena

terbatasnya tenaga perawat dan kesibukan perawat.

9) Promosi kesehatan belum berjalan optimal

C. Prioritas Masalah

Setelah dilakukan penilaian terhadap fungsi-fungsi manajemen D

IIIdentifikasi, maka dapat dilakukan prioritas masalah tersebut berdasarkan

metode NcMSAM yaitu Nc (Nursing Concern), M (Magnitude), S (Severity), A

(Affordability), M (Manageability). Prioritas masalah ini ditentukan berdasarkan

hasil Focus Group Discussion (FGD) 1 (satu) antara mahasiswa Ners K3S

Manajemen Keperawatan dengan kepala ruang beserta staf pada tanggal 18

Maret 2021 dan diperoleh hasil sebagai berikut:


53

Tabel 3.1
Prioritas Masalah Fungsi Manajemen Keperawatan Di Ruang Bedah
RSUD Tgk Abdullah Syafi’i 2021

Komponen Total
No Masalah Nc: M:2 S:3 A:4 M:5
1
1. Pengelolaan sampah diruangan
4 3 3 1 1 12
yang belum optimal
2. Pelaksanaan ronde
keperawatan yang belum 5 4 3 5 1 18
optimal
3 Pendokumentasian proses
5 4 3 4 1 17
keperawatan belum optimal
Note: Bobot x Skore

Berdasarkan tabel 3.1 di atas maka dapat disimpulkan bahwa masalah

yang menjadi prioritas untuk diselesaikan adalah pelaksanaan ronde

keperawatan yang belum optimal di ruang rawat bedah dengan bobot nilai total

tertinggi.

D. Seleksi Terhadap Alternatif Penyelesaian Masalah

1. Identifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil pada Tabel 3.1 masalah yang menjadi prioritas

adalah Belum optimalnya Berdasarkan hasil Focus Group Discussion FGD I

(satu) dan II (dua) pada hari Senin 18 Maret 2021 antara mahasiswa PSIK

dengan kepala ruangan, wakil dan staf ruang rawat bedah penyebab masalah

yang mengakibatkan pendelegasian tugas ruangan yang belum optimal di

ruang bedah adalah sebagai berikut :

a. Kurangnya komitmen staff


54

b. Kurangnya pengetahuan atau motivasi dalam pendelgasian

c. Keterbatasan waktu

2. Validasi Data Terhadap Penyebab Masalah

a. Validasi dengan teori

Kemudian setelah FGD I dan II selesai, mahasiswa K3S

Manajemen Keperawatan melakukan validasi tentang akar permasalahan

dengan teori Manajemen Keperawatan yaitu:

1) Kurangnya Komitmen

Griffin (2004) mengemukakan bahwa komitmen organisasi

(organizational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh

mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya.

Seorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan

melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Selanjutnya menurut

Curtis and Wright (2001) komitmen organisasi didefinisikan sebagai:

a) Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu.

b) Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi.

c) Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

Zurnali (2010) mendefinisikan pengertian Komitmen

organisasi dengan mengacu pada pendapat-pendapat Meyer and Allen

(1993), Curtis and Wright (2001) dimana komitmen organisasi di

definisikannya sebagai sebuah keadaan psikologi yang hubungan

perawat dengan organisasi atau implikasinya yang memengaruhi

apakah perawat akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang
55

teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu: komitmen afektif,

komitmen kontinyu dan komitmen normatif.

2) Kurangnya pengetahuan

Dalam kode etik keperawatan disebutkan bahwa perawat

memiliki tanggung jawab agar senantiasa memelihara mutu pelayanan

keperawatan yang tinggidisertai kejujuran profesional yang

menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai

dengan kebutuhan klien. Dalam hubungannya dengan teman sejawat,

perawat berkewajiban melindungi klien dari tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis

dan ilegal.

Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan

merupakan proses dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan melalui panca indranya berupa pendengaran,

penglihatan, penciuman, rasa dan raba terhadap suatu objek tertentu.

Talbot (1995) dalam Potter dan Perry (2005) mengungkapkan bahwa

pengetahuan adalah sumber informasi dan penemuan yang merupakan

suatu proses yang kreatif untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru.

3) Manajemen waktu

Menurut Forsyth (2010) manajemen waktu adalah cara

bagaimana membuat wajtu terkendali sehingga menjamin terciptanya

sebuah efektifitas dan efisiensi juga produktif.


56

Manajemen waktu dalam keperawatan adalah bagaimanakah

seorang perawat bisa menggunakan waktu seefektif dan seefisien

mungkin dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan untuk

merencanakan, mengorganisir, mengarahkan serta mengawasi sumber

sumber yang ada baik sumber daya maupun sumber dana sehingga

dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien

kepada individu, keluarga dan masyarakat.

3. Daftar Penyebab Masalah Dan Fish Bone Diagram

Berdasarkan validasi data terhadap penyebab masalah berdasarkan

teoritis dari 3 hal yang menjadi penyebab pendelegasian tugas yang belum

optimal di ruang rawat Bedah, maka berdasarkan data teori tersebut,

kelompok menjadikan 3 hal sebagai penyebab masalah sehingga daftar

penyebab masalah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2
Daftar Penyebab Masalah pendelegasian tugas yang belum optimal

No Penyebab masalah
1. Kurangnya komitmen

2. Kurangnya pengetahuan

3. Manajemen waktu

Fish Bone Diagram

Cara Fasilitas

Kurangnya Terbatasnya SDM dan


pengetahuan manajemen waktu
Pendelegasian
tugas yang
belum optimal
57

Kurangnya Komitmen
Soft Skill

4. Konfirmasi Penyebab Masalah

Dari penyebab masalah di atas selanjutnya dilakukan konfirmasi

masalah kepada kepala ruang, wakil kepala ruang dan staf ruang Bedah

dengan cara mewawancarai kepala ruang waka ruangan dan staff mengenai

penyebab masalah pendelegasian tugas belum optimal di ruang Bedah yaitu

kurangnya komitmen dalam bekerja, kurangnya pengetahuan, dan manajemen

waktu yang terbatas.

Dari hasil wawancara tersebut didapatkan bahwa sebanyak 12 orang

perawat menyatakan bahwa penyebab masalah pendelegasian tugas yang

belum optimal di ruang Bedah karena Kurangnya pengetahuan sehingga

membuat komitmen staff berkurang.

Berdasarkan hasil tersebut maka kelompok tidak melanjutkan lagi

mencari penyebab/akar masalah dengan metode CARL (Capability,

Accesability, Rediness, Leverage) atau metode Reinke. Hal ini sesuai dengan

petunjuk buku Pedoman pelaksanaan Bidang Manajemen Keperawatan


58

Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Medika Nurul Islam Sigli (2021),

bila persentase yang didapat lebih dari 60% maka metode CARL tidak perlu

dilakukan.

5. Seleksi Terhadap Alternative Penyelesaian Masalah

Setiap masalah mempunyai dua aspek yaitu situasi masalah itu sendiri

dan ketidakpuasan subjek masalah dengan situasi tersebut. Metode

pemecahan masalah meliputi analisa kejadian realitas yang bertanggung

jawab atas respon ketidaksesuaian dan emosional terhadap fenomena tersebut.

Untuk menyelesaikan masalah maka kepala ruang harus mampu merubah

realitas tersebut (Gillies, 2006).

E. Penetapan Tujuan dan alternatif Penyelesaian Masalah

Berdasarkan kesepakatan antara kelompok II K3S stase manajemen

dengan kepala ruang, wakil kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana di

Ruang Bedah RSUD Abdullah Syafi’i pada tanggal 18 Maret 2021 adalah

melalui pelaksanaan sosialisasi pendelegasian tugas yang belum optimal.

Tujuan dari rangkaian kegiatan tersebut adalah ”Dengan mensosialisasikan

cara pendelegasian tugas perawat maka akan meminimalisasi terjadinya hal yang

tidak dinginkan seperti komplen, malpraktek, dan hal lainnyayang dapat

membuat citra perawat khususnya ruang Bedah dan pihak RSUD Abdullah

Syafi’i menjadi tidak baik.

Anda mungkin juga menyukai