Bahasa
Indonesia
Karakteristik
Bahasa Indonesia
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
PSIKOLOGI PSIKOLOGI
1 900008 DRS. SRI SATATA, MM
Abstract Kompetensi
Bahasa adalah sistem lambang Mahasiswa dapat memahami
bunyi ujaran yang digunakan perbedaan bahasa Indonesia yang
baik dan bahasa Indonesia yang
untuk berkomunikasi oleh benar.
masyarakat pemakainya.
Substansi kajian yang disebut pada butir (c) di bawah ini hendaknya dipadukan ke
dalam kegiatan penggunaan bahasa Indonesia melalui keterampilan berbahasa
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan keterampilan menulis sebagai
fokus.
Substansi kajian mata kuliah bahasa Indonesia difokuskan pada menulis akademik.
Secara umum struktur kajian terdiri atas:
Menulis:
(a) Makalah
(b) Rangkuman/ringkasan buku atau bab
(c) Resensi buku
Dengan media bahasa, kita bisa berkomunikasi dengan seluruh manusia dari berbagai
penjuru dunia yang berbeda. Dengan media bahasa, kita bisa menyampaikan maksud,
pikiran, dan gagasan yang akan bisa dipahami oleh generasi ratusan tahun mendatang.
Di sisi lain, kita bisa melihat betapa pentingnya bahasa sebagai alat komunikasi. Dalam
kehidupan satu hari dua puluh empat jam, manusia tidak pernah lepas dari penggunaan
bahasa. Dari kita bangun tidur, beraktivitas sehari penuh sampai tidur kembali, kita selalu
menggunakan bahasa. Bahkan dalam tidur pun kita masih menggunakan bahasa dalam
mimpi.
Bila kita cermati lebih lanjut, kita bisa menemukan bahwa tidak ada satu profesi pun
dalam kehidupan manusia ini yang tidak membutuhkan bahasa sebagai alat komunikasi.
Mulai dari tukang sapu jalan, karyawan, pegawai negeri sipil, direktur perusahaan, para
politisi, para menteri, dan presiden pun sangat membutuhkan bahasa sebagai sarana
komunikasi yang efektif.
Di sisi lain, berkomunikasi adalah juga hubungan manusiawi. Maka kita harus menjaga
perasaan serta memperhatikan lawan bicara. SebagaI komunikator, kita harus memilih
bahasa yang tepat untuk disampaikan kepada komunikan. Setiap komunikan yang berbeda
perlu pilihan kata dan sikap bahasa yang berbeda pula. Sikap berbahasa kepada teman
sebaya tidak boleh dipergunakan juga kepada orang tua, guru, dosen, atau para pejabat,
demikian juga sebaliknya.
Selain itu kita harus memerhatikan tempat, situasi, dan kondisi berbahasa. Berbahasa
dengan bahasa di pasar tentu saja tidak sama dengan di lingkungan formal seperti di
sekolah, atau di lembaga pemerintahan.
Tiap-tiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan lainnya
dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita
biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur. Mula-mula pada masa kecil kita
mulai belajar menyak bahasa kemudian berbicara. Sesudah itu, kita belajar membaca dan
menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum masuk sekolah. Keempat
keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, merupakan catur tunggal.
Menyimak dan membaca erat hubungan karena keduanya merupakan alat menerima
komunikasi. Berbicara dan menulis erat berhubungan dalam hal cara untuk
mengekspresikan makna atau arti. Dalam penggunaannya, keempat keterampilan tersebut
sering berhubungan satu sama lain.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-
kata/bahasa tulis. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru
melibatkan (encoding).
Seorang guru bahasa Indonesia haruslah menyadari serta memahami benar bahwa
membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang mencakup serangkaian
keterampilan yang lebih kecil. Dengan kata lain, keterampilan membaca mencakup tiga
komponen, yaitu:
(a) Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca.
(b) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang
formal.
(c) Hubungan lebih lanjut dari (a) dan (b) dengan makna atau meaning.
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunitas yang tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memuidahkan para pelajar
berpikir kitis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-
hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-
masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Secara singkat belajar
Kesuksesan yang diperoleh seorang pembicara bukan hanya ditentukan oleh materi
dan cara berbicara yang menarik, melainkan juga oleh situasi yang memungkinkan
pendengar memberikan apresiasi atau tidak terhadap pembicara. Untuk itu, pembicara
harus menciptakan kesan yang positif sebelum mulai berbicara. Hal-hal yang dapat
menciptakan kesan positif antara lain:
(a) Pakaian yang rapi dan serasi
(b) Sikap tubuh yang mengesankan
(c) Ekspresi wajah yang menyenangkan.
(d) Tatakrama yang baik