Anda di halaman 1dari 19

“PAK BUDI SAKIT GIGI”

PEMICU 2
BLOK 14
Ketua : Syarifah Aini Rambe 190600212
Sekretaris : Talitha Afifah Lubis 190600047

Anggota :
• Nur Holila Siregar 190600039
• Nindira Yasmine Siregar 190600040
• Maudy Anggriani Pulungan 190600041
• Sadira Talitha Fideliya 190600042
• Haniifah Haafizh Arifin 190600043
• Adeliana Atrin Rambe 190600044
• Irma Adelin Br Ginting 190600045
• Ade Afifah Aliyah 190600046
• Ananda Amabel F Pasaribu 190600048
• Yoga Pratama 190600050
• Farhana Fairuza Ramadhani 190600209
• Zefanya Cornelia Simorangkir 190600210
• Rut Lestari Sembiring 190600213
• Lias Bramasta 190600214

KELOMPOK 7 • Hanna Elfrida Renita Nababan


• Huzreen Sofea Binti Zakaria
• Nur Yasmeen Amelin Binti Badrul Sham
190600215
190600222
190600223
Nama Pemicu: Pak Budi Sakit Gigi

Penyusun : Dr. drg. Olivia Avriyanti Hanafiah, Sp.BM(K).,


drg. Hendry Rusdy, M.Kes, Sp.BM(K)., dr. Katherine, M.Ked(PD), Sp.PD

Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSGM keluhan nyeri pada geraham
pertama kiri rahang bawah sejak 2 minggu yang lalu. Anamnesis ditemukan rasa
nyeri bila bersentuhan dengan makanan atau pada saat menggigit dan mengunyah
makanan. Pada pemeriksaan klinis demam (+) dengan riwayat hipertensi dan
diabetes melitus tidak terkontrol. Pasien datang dengan tekanan darah 170/90 mmHg,
GDS 360 mg%. Pasien membawa hasil laboratorium HbA1c : 8,5 yang diperiksa 2
tahun yang lalu dan pasien tidak rutin kontrol ke dokter. Pemeriksaan intraoral
ditemukan gigi 36 karies mencapai pulpa, warna mahkota kehitaman, perkusi (+).
Pasien merasakan nyeri bila bersentuhan dengan makan atau dalam keadaan
mengigit. Pasien direncanakan akan dilakukan ekstraksi gigi.
More Info : Setelah 3 hari pasca pencabutan gigi, pasien masih mengeluh nyeri pada
daerah bekas pencabutan gigi. Pada pemeriksaan intraoral didapatkan soket gigi 36
jaringan nekrotik berwarna keabuan, gingival hiperemis (+) dan berbau.
1. TINDAKAN AWAL PADA PASIEN TERSEBUT

01 Anamnesis Empat Pokok Pikiran (The Fundamental Four) :


1. Riwayat penyakit sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat kesehatan keluarga
4. Riwayat sosial dan ekonomi

Tujuh Butir Muara Anamnesis (The Scared Seven) :


1. Lokasi
2. Onset
3. Kuantitas keluhan
4. Kualitas keluhan
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
1. TINDAKAN AWAL PADA PASIEN TERSEBUT

02 Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Ekstraoral dan Intraoral


Berdasarkan skenario kasus di atas, diketahui bahwa dari pemeriksaan klinis ditemukan adanya demam dengan
riwayat hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Sedangkan pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya gigi
36 karies mencapai pulpa, warna mahkota kehitaman, dan perkusi (+).
Fokus tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi ialah untuk meredakan nyeri atau mengurangi rasa
nyeri dari risiko infeksi, misalnya dengan pemberian obat-obatan analgesik seperti parasetamol dan antibiotik untuk
mengatasi infeksi akut atau profilaktik sebelum dilakukannya tindakan dental.
Adapun tindakan lanjutan yang dapat dilakukan oleh dokter gigi ialah merujuk
pasien untuk melakukan serangkaian tes glukosa darah seperti tes glukosa darah
sewaktu, tes glukosa darah puasa, tes glukosa darah post prandial, dan tes HbA1C.
Selain itu, dokter gigi juga dapat mengkonsultasikan kondisi pasien kepada dokter
ahli atau spesialis penyakit dalam terkait rencana Tindakan ekstraksi yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2. INFORMED 290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran pada bagian kedua pasal 7 ayat 3, yaitu:
CONSENT YANG 1) Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran
2) Tujuan tindakan kedokteran
HARUS DILAKUKAN 3) Alternatif tindakan lainnya dan risikonya
4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
PADA PASIEN 5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
6) Perkiraan biaya
2. INFORMED CONSENT YANG HARUS DILAKUKAN PADA PASIEN TERSEBUT

Hal Tersebut dijelaskan Kembali pada pasal 8 ayat 1 – 4 :

1) Penjelasan tentang diagnosis dan keadaan 2) Penjelasan tentang tindakan 3) Penjelasan tentang risiko dan komplikasi
kesehatan pasien dapat meliputi: kedokteran yang dilakukan meliputi: tindakan kedokteran adalah semua risiko dan
• Temuaan klinis dari hasil pemeriksaan medis • Tujuan tindakan kedokteran komplikasi yang dapat terjadi mengikuti
hingga saat tersebut • Tata cara pelaksanaan Tindakan, tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali:
• Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat efek samping, ketidaknyamanan • Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi
ditegakkan, maka sekurang- kurangnya • Alternatif tindakan lain. pengetahuan umum
diagnosis kerja dan diagnosis banding • Risiko dan komplikasi yang • Risiko dan komplikasi yang tidak dapat
• Indikasi atau keadaan klinis pasien yang mungkin terjadi pada masing- dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)
membutuhkan dilakukannya tindakan masing alternatif tindakan 4) Penjelasan tentang prognosis
• Kedokteran • Perluasan tindakan yang
• Prognosis apabila dilakukan tindakan dan mungkin dilakukan.
apabila tidak dilakukan Tindakan

60% 40%
3. PERAWATAN YANG
HARUS DILAKUKAN 01 Hipertensi
TERHADAP KELUHAN
Minum Obat Sesuai Anjuran:
SISTEMIK PASIEN! 1) Tepat Dosis, jangan menambah jumlah obat tanpa sepengetahuan dokter anda.
2) Tepat waktu, jangan lupa minum obat.
3) Sadari bahwa lupa minum obat berarti kelangsungan obat untuk memproteksi organ akan melemah.
4) Rencanakan kunjungan keklinik secara regular dan pastikan jadwal kunjungan berikutnya sebelum
meninggalkan ruang periksa.

Pemantauan Tekanan Darah


Tujuan:
1).Mengkomfirmasi ketepatan diagnosis dokter.
2).Dapat menekankan pentingnya terapi non farmakologi, termasuk pola makan dan olah raga.
3).Dapat mengevaluasi efek dari pemberian obat antihipertensi.
4).Mengevaluasi hipertensi yang dialami tergolong hipertensi jas putih

Melakukan Aktivitas Olahraga


Diet Rendah Garam
3. PERAWATAN YANG
HARUS DILAKUKAN 02 Diabetes Mellitus
TERHADAP KELUHAN
Edukasi (Penyuluhan)
SISTEMIK PASIEN! 1) Tepat Makan makanan sehat
2) Kegiatan jasmani secara teratur
3) Menggunakan obat diabetes secara aman dan teratur
4) Melakukan pemantauan glukosa darah dan memanfaatkan berbagai informasi yang ada

Obat - obatan
1) Pemicu sekresi insulin (sulfonylurea dan glinid)
2) Peningkat sensitivitas terhadap insulin (metformin dan tiazolidindion)
3) Penghambat gluconeogenesis
4) Penghambat absorpsi glukosa
5) Penghambat glukosidase alfa
4. ALAT DAN TEKNIK PENCABUTAN
DAN ANASTESI YANG DIGUNAKAN
PADA KASUS

01 Alat Ekstraksi 02 Alat Anestesi


Yang akan dicabut gigi 36, maka menggunakan: • Handscoon
1. Tang rahang bawah molar/Mandibular molar forceps • Masker
nomor 17
• Kaca mulut
2. Straight Elevator • Pinset dental
• Sonde
• Cotton Stick
• Disposable injection syringe (semprit injeksi)
• Ampul yang berisi larutan anestesi loca
4. ALAT DAN TEKNIK PENCABUTAN
DAN ANASTESI YANG DIGUNAKAN
PADA KASUS

Elevator
03 Teknik Ekstraksi • Posisi dokter gigi berada di antara jam 7-8
• Cara memegangnya dengan jari telunjuk berada sepanjang blade dengan
Tang menyisakan ujungnya untuk luksasi gigi atau akar. Untuk gigi 36, maka
• Forceps no.17 biasanya digunakan untuk ekstraksi gigi ini. Cara memegang alat yang benar adalah memegang instrument dan
• Tumpuan pada mandibula harus stabil dengan bantuan 4 prosesus alveolar, jempol di bukal, telunjuk di lingual.
jari yang diletakkan pada area submandibular. • Harus selalu digunakan pada bukal tidak boleh ke palatal atau lingual.
• Adapun untuk ibu jari, letakkan pada permukaan gigi-gigi • Permukaan konkaf blade harus menghadap permukaan gigi dan
insisivus sisi kiri atau letakkan pada permukaan oklusal ditempatkan diantara gigi dan tulang alveolar.
gigi-gigi premolar sisi kanan. • Dimasukkan sejajar sumbu panjang.
• Pergerakan kuat pada arah buccolingual digunakan untuk • Selama luksasi, cotton roll atau gauze harus diletakkan antara jari dan
memperluas soket gigi dan memberikan kemudahan gigi sisi palatal/lingual untuk menghindari luka ke jari atau lidah
untuk diekstraksi pada arah buccoocclusal. • Selama luksasi, gigi sebelahnya tidak boleh dijadikan sebagai
pengungkit.
4. ALAT DAN TEKNIK PENCABUTAN
DAN ANASTESI YANG DIGUNAKAN
PADA KASUS

04 Teknik Anestesi

IANB (Inferior Alveolar Nerve Anaesthesia)


• Pasien didudukkan dengan posisi semisupine.
• Intruksikan pasien untuk membuka mulut.
• Lakukan perabaan dengan jari telunjuk pada mucobuccal fold gigi-gigi molar rahang bawah, kemudian tulang ditelusuri sampai teraba linea
oblique externa dan batas anterior ramusa scendens, dari situ ujung jari telunjuk digeser ke posterior sejauh kira-kira 10 mm untuk
mendapatkan cekungan yang disebut dengan coronoid notch.
• Untuk tindakan pada sisi kanan perabaan di atas menggunakan ibu jari kanan. Posisi diatur (oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan lantai)
• Posisi operator berada pada arah jam 8 dan menghadap pasien untuk rahang kanan mandibula, sedangkan untuk rahang kiri mandibula posisi
operator berada pada arah jam 10 dan menghadap ke pasien.
• Jarum 25 gauge direkomendasikan untuk pasien dewasa dengan panjang jarum sekitar 42 mm atau 1,625 inchi.
• Aplikasikan antiseptik di daerah trigonom retromolar.
4. ALAT DAN TEKNIK PENCABUTAN
DAN ANASTESI YANG DIGUNAKAN
PADA KASUS

04 Teknik Anestesi

IANB (Inferior Alveolar Nerve Anaesthesia)

• Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi terakhir mandibula, geser ke lateral dan palpasi linea oblique eksterna pada ramus
mandibula, kemudian telunjuk digeser ke median untuk mencari linea oblique interna. Ujung lengkung kuku berada di linea oblique
interna dan permukaan samping jari berada di bidang oklusal gigi rahang bawah.
• Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi tepatnya dari regio premolar dan jarum
dengan bevel mengarah ke tulang sampai jarum kontak dengan tulang (Posisi I). Arah jarum hampir tegak lurus dengan tulang. Spuit
digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif
keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis (Posisi II). Posisi jarum di foramen mandibula.
• Spuit digeser ke arah posisi I tapi tidak penuh sampai sekitar region kaninus lalu jarum ditusukkan sambal menyelusuri tulang
sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris
inferior (Posisi III).
5. INSTRUKSI PASCA PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN
Tindakan yang sebaiknya dilakukan :
1. Gunakan obat sesuai yang diresepkan oleh
dokter gigi.
2. Tempatkan kasa di atas daerah pencabutan
bukan di dalam soketnya. Yang harus dihindarin
3. Lakukan pengompresan es dengan selang 30 1. Hindari makanan yang keras atau kasar 5-7
menit yaitu 30 menit kompres, 30 menit lepas. hari ke depan.
4. Mengganti tampon yang sudah basah. 2. Jangan mengisap-isap daerah bekas
5. Tidurlah dengan kepala agak dinaikkan yaitu pencabutan gigi 36, menyentuh dengan jari
dengan diganjal satu atau dua bantal ataupun lidah.
tambahan. 3. Jangan meludah selama 24 jam pertama.
6. Lakukan penyikatan gigi seperti biasa, 4. Jangan mengunyah permen karet atau
gunakan obat kumur komersial selama 24 jam merokok.
pertama.. 5. Hindarkan daerah bekas pencabutan dari
ransangan panas.
6. Jangan melakukan pekerjaan terlalu berat
paling tidak 48 jam pertama.
7. Jangan minum alkohol selama 3-4 hari ke
depan pasca tindakan.
.
6. ALASAN PEMILIHAN OBAT PADA PASIEN
Alasan penggunaan Acetaminophen
atau paracetamol adalah untuk
penurun demam (antipiretik) dan
pereda nyeri (analgesik), seperti sakit
gigi. Paracetamol dikatakan cukup
Paracetamol untuk mengontrol nyeri pasca
(Analgesik & Antipiretik) eksodonsi dengan trauma jaringan
yang minimal dan merupakan pilihan
analgesik untuk pasien dengan
kontraindikasi pemberian NSAID.

Alasan penggunaan Amoxicillin untuk


mengobati berbagai macam infeksi
bakteri. Obat ini termasuk ke dalam
antibiotik golongan penicillin. Obat
amoxicillin bekerja dengan cara
menghentikan bakteri berkembang
biak dan membunuh bakteri penyebab Amoxicillin
infeksi dalam tubuh. (Antibiotik)
Di samping itu, penggunaan antibiotik
juga bertujuan untuk memastikan agar
bakteri tidak sampai menyebar ke
dalam aliran darah atau menempel
pada katup jantung yang dapat
menyebabkan infeksi serius.
7. DIAGNOSIS DAN PATOFISIOLOGI PADA SOKET GIGI PASIEN

Teori Fibrinolitik
Ketika mediator dilepaskan oleh sel-sel pada tulang alveolar pasca trauma, plasminogen akan
berubah menjadi plasmin yang menyebabkan pecahnya bekuan darah oleh disintegrasi fibrin.
Perubahan ini terjadi oleh adanya proaktivator selular atau plasmatik atau aktivator lainnya.

Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan pembentukan senyawa kinin di dalam
alveolus. Kinin mengaktifkan terminal nervus primer afferen yang peka terhadap mediator
inflamasi dan substansi allogenik lainnya yang pada konsentrasi 1ng/ml dapat menyebabkan rasa
sakit yang hebat.

Diagnosis pada soket gigi tersebut adalah dry Teori Bacterial


socket. Dry socket, juga disebut osteitis Teori ini didukung dengan adanya jumlah yang tinggi dari bakteri disekitar lokasi pencabutan gigi
fibrinolitik atau osteitis alveolar, adalah pada pasien yang menderita dry socket dibandingkan dengan yang tidak menderita dry socket.
komplikasi dari eksodontia gigi. Lesi dry Mikroorganisme anaerob umumnya ditemukan dan nyeri alveolar adalah karena efek dari racun
socket adalah soket pasca ekstraksi yang bakteri pada ujung syaraf alveolar. Dry socket juga lebih sering terjadi pada pasien dengan oral
menunjukkan tulang terbuka yang tidak hygiene yang buruk. Sebuah penelitian mengemukakan bahwa bakteri anaerob penyebab
tertutup oleh bekuan darah atau epitel terjadinya dry socket yang dilihat dari aktivitas fibrinolitik dari bakteri treponema denticola.
penyembuhan dan berada di dalam atau di Actinomyces viscous dan streptococcus mutans dapat memperlambat penyembuhan pasca
sekeliling soket atau alveolus selama berhari- pencabutan gigi
hari (biasanya 2-3 hari) setelah prosedur
ekstraksi.
8. ALGORITMA RENCANA PERAWATAN
YANG DIBUTUHKAN
▪ Pemantauan
▪ Apabila pasien tidak dapat menahan rasa sakit, maka dapat dilakukan anestesi topikal atau lokal.
▪ Irigasi pada bagian yang mengalami alveolitis dengan larutan saline yang hangat dengan tujuan
untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik pada soket bekas pencabutan gigi, kemudian
diperiksa. Soket yang diirigasi dengan larutan saline sebaiknya disedot dengan hati-hati agar
bagian yang utuh dapat dipertahankan.
▪ Palpasi menggunakan aplikator kapas.
▪ Membuat pendarahan pada soket.
▪ Penutupan dengan pembalut (dressing) obat-obatan yang dimasukkan ke dalam alveolus.
▪ Mengganti pembalut setiap 24-48 jam, dengan sebelumnya diirigasi terlebih dahulu dengan
larutan salin dan diperiksa lagi, tergantung keparahan rasa sakit pasien.
▪ Jika rasa sakit pasien sudah berkurang, kasa dapat dilepas untuk mempercepat penyembuhan luka.
▪ Setelah kasa dilepas, instruksikan pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan pemberian
obat non steroid anti inflamasi (NSAID) analgesik, jika pasien tidak memiliki kontraindikasi
terhadap obat NSAID.
9. PERAWATAN YANG PALING TEPAT

A B C D
Dressing dilakukan bersamaan
Irigasi dilakukan untuk dengan intervensi pembedahan
membersihkan debris- yang berguna untuk melindungi Pembedahan juga berguna
Penggunaan analgesik adalah
debris, sekuestra, dan daerah atau tulang yang untuk mengangkat jaringan
secara umum memiliki tujuan
bakteri pada tulang di terekspos akibat pembedahan. granulasi yang umumnya
yang sama yaitu meringankan
dry socket. Irigasi Dressing harus diberikan menimbulkan nyeri pada
rasa sakit.
dilakukan dengan bersamaan dengan antiseptik periodontal.
normal saline solution. berupa eugenol guaiacol atau
zinc oxide.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai