Anda di halaman 1dari 23

Penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi

kriteria 7 tepat :

DIAGNOSIS
T INDIKASI
PEMILIHAN OBAT
E
DOSIS,CARA & LAMA PEMBERIAN
P INFORMASI
A PENILAIAN KONDISI PASIEN
T TINDAK LANJUT
1. Ketepatan diagnosis
Diagnosis anamnesis & pemeriksaan ( fisik &
penunjang).
Diagnosis kesimpulan dr kumpulan gejala, tanda-
tanda & temuan lain.

Apabila diagnosis yg dibuat


keliru, maka pengobatan yg
diberikan juga akan keliru
2. Ketepatan indikasi penggunaan obat
Tdk semua upaya medik memerlukan intervensi
pengobatan (farmakoterapi) → dipertimbangkan
indikasi pemberian obat
pemberian antibiotik utk diare non spesifik
pd anak tdk tepat indikasi
3. Ketepatan pemilihan obat
Wajib mengacu pd Pedoman Pengobatan yg baku :
- manfaat maksimal,
- resiko kecil
- mutu terjamin
4. Ketepatan dosis, cara & lama pemberian
 dosis yg berlebihan efek samping/toksis
dosis yg terlalu kecil tdk akan memberikan efek
terapi yg diharapkan
 Cara pemberian hrs sederhana & prakatis ditaati
pasien
 Lama pemberian : diminum sampai habis atau jika
perlu saja

5. Ketepatan penilaian thdp kondisi pasien


Respon tiap individu terhadap obat sgt beragam
penilaian kondisi pasien secara seksama sebelum
pengobatan
6. Ketepatan pemberian informasi
Informasi yg tdk jelas dpt mengakibatkan kesalahan
minum obat berakibat fatal pd pasien.
cont : - metampiron sesudah makan
- ampisilin tiap 6 jam pd saat perut kosong

7. Ketepatan dlm tindak lanjut


Follow up memantau perkembangan penyakit
pasien stlh mendapat pengobatan.
- pasien hypertensi agar kontrol scra teratur
ANAMNESIS

RANTAI
PEMERIKSAAN
PENGOBATAN (FISIK+ PENUNJANG)
Konsultasi medik

PENEGAKAN DIAGNOSIS

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Konsultasi medik

KEPUTUSAN PENGOBATAN

DGN OBAT TANPA OBAT GABUNGAN

PEMBERIAN INFORMASI PD PASIEN


Rujukan Medik

PENILAIAN HASIL PENGOBATAN


ANAMNESIS
• Wawancara mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari pasien yang berkaitan
dengan penyakitnya
• Kel.utama : apa, bagaimana, sejak kapan,
kel.tambahan, yg sdh dilakukan membina
komunikasi yg baik

Dengan melakukan anamnesa yg teliti 70%


diagnose penyakit dapat diarahkan
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur tekanan darah
b. Menghitung frekuensi pernapasan
c. Mengukur suhu badan
d. Memeriksa nadi
e. Menetapkan stridor & wheezing
f. Melihat gerakan dada pd saat bernapas
g. Mengukur turgor kulit
2. Pemeriksaan Penunjang
bila dr pemeriksaan fisik blm diketahui kemunkinan
penyakitnya
PENEGAKAN DIAGNOSIS

• Diagnosis merupakan kesimpulan dr hasil anamnesis dan


pemeriksaan dapat bersifat pasti (diagnosis definitif) atau masih
kemungkinan ( diagnosis kerja )
• Mengingat sarana di Puskesmas yg terbatas, kemampuan
menegakan diagnosis terutama didasarkan pad anamnesis
(gejala yg khas) dan pemeriksaan fisik.

Hal-hal keliru dlm penegakan diagnosis :


- Hipertensi tanpa pemeriksaan tek.darah
- Memberikan antibiotik pd balita dg ISPA tanpa
mengukur frek.pernapasan
KEPUTUSAN PENGOBATAN
• Pemberian obat
- benar2 memerlukan obat
- dipilih obat yg memberi efek spesifik
- Tiap penyakit ada obat pilihan utama yg paling sesuai
• Anjuran atau nasehat
Jika tidak diperlukan obat
• Kombinasi pemberian obat disertai anjuran nasehat

Pemberian obat hrs extra hati 2 pd :


Bumil/Buteki, BBL,Alergi obat, ulkus lambung,
hepatitis, dehidrasi, gagal ginjal
PEMILIHAN JENIS OBAT, DOSIS, CARA & LAMA
PEMBERIAN
• Menetapkan jenis obat yg tepat hendaknya selalu mengacu pd
pedoman pengobatan yg ada.

JML OBAT YG DIBERIKAN BANYAK

PERSEDIAAN KEMUNGKINAN KEMUNGKINAN


PASIEN TDK
OBAT CEPAT EFEK SAMPING PASIEN LUPA LBH
KUAT MEMBELI
HABIS LBH BESAR SERING

KETAATAN MANFAAT
PERENCAAN TIMBUL EFEK
MINUM OBAT PENGOBATAN
OBAT TDK SESUAI SAMPING
RENDAH TURUN

TDK SEMBUH
Pemberian injeksi yg tdk benar
atas permintaan pasien
meniru kebiasaan petugas sebelumnya
memberisuntikan vit.B12 utk kel.pegel linu
memberi suntikan pd balita tanpa indikasi
memberi suntikan dua lubang atau lebih
tdk menanyakan riwayat alergi

Cara penyuntikan yg hrs dihindari :


 Satu jarum suntik digunakan lebih dr sekali
 Menyuntik di daerah yg sesuai dg yg dikeluhkan pasien
 Tdk didukung obat anafilaksis syok

Injeksi hanya rasional diberikan :


 Imunisasi, KB suntik
Pasien tdk dpt makan & minum
 Keadaan gawat darurat & diperlukan efek obat yg cepat
1. Frekuensi pemberian
Frekuensi pemberian obat sangat tergantung dari sifat
obatnya, pemberian yg terlau sering akan menurunkan
ketaatan pasien utk minum obat, sukar menelola waktu,
pasien lupa, malas dsb.
2. Lama pemberian
Beberapa jenis obat hrs diberikan utk satu kurun waktu
pengobatan.
- Antibiotik harus diminum sampai habis meskipun
gejalanya sdh mereda
- Analgetik & Antipiretik diberikan bila perlu
3. Cara pemberian
Tidak semua obat harus diminum sesudah makan.
- Ampisillin : pd saat perut kosong
- Tetrasiklin : tdk blh dimunum dg susu
- Eritromisin : sesudah makan , dst
PEMBERIAN INFORMASI PADA PASIEN
Memberikan informasi yg terkait dg pengobatan wajib dilakukan
dg benar agar pasien mengetahui dan merasa terlibat dlm proses
Pengobatan.

Pemberian informasi dpt berkaitan dg :


 penyakit
 gejala penyakit
 jenis tindakan
 pemberian obat
 cara pencegahan
Jenis dan manfaat pencatatan & pelaporan

• Jenis pencatatan data kesakitan di Puskesmas :


 Kartu status
 Lembar Registrasi Harian Pasien Puskesmas &
monitoring indikator peresepan
 Laporan bulanan : - lap.bulanan peny. (LB1)
- lap.bln pengobatan rasional
• Pencatatan & pelaporan yg baik akan memudahkan
puskesmas :
- Melaksanakan pelayanan pengobatan
- Mengevaluasi status kes.secara umum dan mem-
bantu membuat prioritas program
- Membuat perencanaan kebutuhan obat
- Membuat pertanggungjawaban & pertanggung-
gugatan.
Bagaimana melakukan pencatatan & pelaporan yg baik?
• Kartu status
Tuliskan secara singkat riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan yg relevan
Diagnosis penyakit mengacu kode ICD X, diagnosis tunggal atau ganda,
jgn menuliskan gejala pd diagnosis
Keterangan Contoh
Tgl, nama, umur …………………., …………………….., ………………………
Kel.Utama  Demam sejak 2 hr yg lalu
 Mencret 4 kl sehari, Batuk 2 minggu
Pemeriksaan Tensi 120/80 mmHg, Nadi 84 x / mnt
 Suhu 32 kl / mnt, Respirasi 32 x / mnt
Diagnosis  Diare tanpa dehidrasi, disentri amoeba
 ISPA non pneumonia
Pengobatan • Parasetamol 3x1 tab bila demam
• Ampisillin 4x1 saat perut kosong
• Register harian
Buku register harian pasien merupakan salah satu
sumber LB1
- Tuliskan nomor & identitas pasien harus mungkin
- Diagnosis hrs sesuai dg yg ditulis pd kartu status
termasuk diagnosis ganda
- Obat yg diberikan hendaknya ditulis lengkap, boleh
disingkat asalkan konsisten
- Bila diperlukan dpt ditambahkan beberapa catatan,
misalnya diminta datang pd hari ke 3
• Lap.Bulanan data kesakitan LB1
Formulir LB1 sampai saat ini msh dirasakan kurang dpt
menanpung kebutuhan dilapangan.
KODE ICD X JENIS PENYAKIT
01 PENYAKIT INFEKSI PADA USUS
0101 KOLERA
0102 DIARE (termasuk tersangka Kolera)
13 PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN BAGIAN ATAS
1302 INFEKSI AKUT LAIN PD SAL.PERNAPASAN ATAS
1401 PNEUMONIA
0705 SKABIES
2001 PENYAKIT KULIT INFEKSI
2002 PENYAKIT KULIT ALERGI

Sebelum menuliskan kode diagnosis LB1, perhatikan


penggolongan diagnosis dg seksama
Laporan Bulanan Pengobatan Rasional

• Pengumpulan data peresepan 1 kasus setiap hari :


- ISPA Non Pneumonia
- Diare Akut Non Spesifik
- Myalgia
Dasarnya :
 Termasuk 10 penyakit terbanyak
 Diagnosis dpt ditegakan tanpa memerlukan pemeriksaan
penunjang
 Pedoman terapi ketiga diagnosis tsb jelas
 Tdk memerlukan antibiotik/injeksi
 Selama ini ketiganya potensial utk diterapi secara tdk rasional
FORMULIR MONITORING INDIKATOR PERESEPAN
PUSKESMAS :
BULAN :
JML ANTI
UM DIAGNO INJEKS NAMA JML
TGL NO NAMA ITEM BIOT DOSIS
UR SIS I OBAT OBAT
OBAT IK
a
b
1
c
dst
a
b
2
c
dst
a
b
3
c
dst
FORMULIR KOMPILASI DATA PERESEPAN
TINGKAT PUSKESMAS
PUSKESMAS : BULAN :
PENGOLAH DATA : TAHUN :

JML RESEP ANTIBIOTIK INJEKSI


PUSKESMAS / JML
UNIT PUSTU SAMPEL
TOTAL @ TOTAL % TOTAL %

TOTAL SAMPEL
RATA-RATA RESEP A B C D
PROSENTASE (AB) B/A
PROSENTASE INJEKSI C/A X 100
D/A X 100
Dampak pencatatan & pelaporan yg tdk tepat
Pencatatan & pelaporan tdk tertib :
 Data pasien dan kunjungan tdk lengkap
 Diagnosis kerja tdk ditulis
 Data obat yg diresepkan tdk dicatat
 Dalam LB1, penyakit lain2 merupakan prioritas

Dampak negatifnya akan mempersulit:


 Penyusunan rencana kebutuhan obat di Puskesmas
 Penilaian mutu pelayanan Puskesmas
 Supevisi
 Pembuatan prioritas program/penyakit/tindakan di Puskesmas
 Bila timbul masalah hukum

Anda mungkin juga menyukai