1. Ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan endogen yang
diproduksi tubuh seperti Superoksida dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GPx) dan Catalase (CAT) disebut stres oksidatif. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sel yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Radikal bebas dapat berada di dalam tubuh karena adanya hasil samping dari proses oksidasi dan pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme sel, olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan atau maksimal, peradangan, dan terpapar polusi dari luar tubuh seperti asap kendaraan, asap rokok, makanan, logam berat, industri dan radiasi matahari. Konsumsi suplemen vitamin atau mineral tertentu dalam dosis tinggi dapat menghambat penyerapan dan penggunaan nutrisi lainnya. Sebagai contoh, konsumsi suplemen zat besi menyebabkan tubuh tidak bisa menyerap mineral zinc dengan maksimal. Jika kebutuhan zinc tidak terpenuhi, fungsi dan kerja sistem imun bisa terganggu. Sama halnya dengan suplemen zinc yang akan menghambat penyerapan tembaga. Ada hubungan yang erat antara malnutrisi dengan keberlangsungan penderita TB yang diakibatkan menurunnya jumlah sel T – lymphosit. Beberapa penelitian juga menunjukan hubungan antara defisiensi mikronutrient seperti zink, vitamin A, vitamin D yang menurunkan jumlah T – lymposit dan kapasitas produksi dari cytokine. Untuk menanggulangi status gizi buruk tersebut, asupan makanan dan diet yang tepat perlu diperhatikan, salah satunya adalah asupan makanan yang mengandung mikronutrient. Mikronutrient adalah zat gizi (nutrien) yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tapi sangat diperlukan tubuh, vitamin dan mineral merupakan golongan mikronutrie. a. Zink memegang peranan esensial dalam fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim atau kofak-tor pada kegiatan lebih dari 200 enzim. Zink berperan dalam berbagai aspek metabolisme seperti reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipid dan asam nuklead. Zink juga dihubungkan dengan hormon insulin yang dibentuk dalam pankreas. Walaupun tidak berperan langsung dalam kegiatan insulin, peranan penting lain adalah sebagai bagian integral enzim DNA polymerase dan RNA polymerase yang diperlukan dalam sintesa DNA dan RNA. Rata - rata zink diabsorbsi sekitar 20 – 40% dari asupan makanan dan akan meningkat bila kadar makanan rendah. Defisiensi zink akan berdampak pada sintesa protein dan IGF-1, serta menyebabkan gangguan dan kerusakan pada sistem tersebut. Dalam keadaan defisiensi, zink akan terjadi penurunan jumlah T sel, sel kiler natural dan beberapa komponen dari sistem respon yang mengakibatkan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi dan waktu penyembuhan. b. Feritin adalah cadangan besi dalam tubuh. Zat besi menjadi sangat penting dalam kualitas manusia karena setiap pertumbuhan sel manusia membutuhkan keberadaan zat besi ini. Serum feritin merupakan petunjuk kadar cadangan besi dalam tubuh. Pemeriksaan kadar serum feritin sudah rutin dikerjakan untuk menentukan diagnosis defisiensi besi, karena terbukti bahwa kadar serum feritin sebagai indikator paling dini menurun pada keadaan bila cadangan besi menurun. Dalam keadaan infeksi kadarnya dipengaruhi, sehingga dapat mengganggu interpretasi keadaan sesungguhnya. Feritin merupakan protein yang terdiri dari 22 molekul apoferitin sementara, bagian intinya terdiri atas komplek fosfat/besi sejumlah 4000–5000 molekul besi tiap intinya. Feritin bersifat larut dalam air dan sejumlah kecil larut dalam pasma. Makin besar jumlah feritin makin besar yang terlarut dalam plasma. Kadar feritin untuk laki-laki: 40–300 μg/L dan 20–150 μg/L untuk perempuan. Proses terjadinya radang merupakan respon fisiologis tubuh terhadap berbagai rangsangan termasuk infeksi dan trauma. Pada fase awal proses infamasi terjadi induksi fase akut oleh makrofag yang teraktivasi berupa penglepasan sitokin radang seperti Tumor Necrotizing Factor (TNF)- α, Interleukin (IL)-1, IL- 6 dan IL-8. Interleukin-1 menyebabkan absorbs besi berkurang akibat pengelepasan besi ke dalam sirkulasi terhambat, produksi protein fase akut (PFA), lekositosis dan demam. Hal itu dikaitkan dengan IL- 1 karena episode tersebut kadarnya meningkat dan berdampak menekan eritropoesis. Bila eritropoesis tertekan, maka kebutuhan besi akan berkurang, sehingga absorbsi besi di usus menjadi menurun. IL-1 bersifat mengaktifasi sel monosit dan makrofag menyebabkan ambilan besi serum meningkat. TNF-α juga berasal dari makrofag berefek sama yaitu menekan eritropoesis melalui penghambatan eritropoetin. IL-6 menyebabkan hipoferemia dengan menghambat pembebasan cadangan besi jaringan ke dalam darah. Selain itu, Salah satu efek negative defisiensi mikronutient Zn, Cu dan Fe adalah Anemia. Penyebab prevalensi anemia yang tinggi pada wanita dikarenakan berbagai faktor antara lain konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang rendah. Selain itu bisa juga pendarahan, penyakit malaria, infeksi cacing, namun lebih dari 50% kasus anemia yang terbesar di seluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya asupan (intake) zat besi serta kekurangan salah satu atau lebih mikronutrien yang berperan dalam metabolisme zat besi, eritropoesis, maupun pembentukan hemoglobin antara lain besi (Fe), seng (Zn), vitamin A, dan vitamin C. Kasus defisiensi mikronutrien tersebut bisa menjadi faktor yang berpengaruh terhadap prevalensi anemia yang masih tinggi karena keberadaan mikronutrien dalam tubuh saling memengaruhi dalam sintesis heme. Seperti halnya zinc merupakan mikronutrien yang memiliki peranan penting dalam banyak fungsi tubuh, salah satunya sebagai kofaktor enzim Amino Levulinic Acid (ALA) – dehidratase yang berperan dalam sintesis heme saat berada pada sitosol sel sumsum tulang. 2. Fenomena epigenetik dapat dipengaruhi langsung oleh micronutrient misalnya pada proses penghambatan enzim yang mengkatalisis methylasi DNA atau modifikasi histon atau dengan merubah availibilitas substrat yang diperlukan pada reaksi enzimatis. Epigenetik menjadi isu yang utama menyangkut proses degeneratif seperti Diabetes tipe 2, obesitas, inflamasi, kelainan neurocognitive. Methylasi DNA mudah dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan lingkungan, perubahan pada proses methylasi DNA dapat berkembang menjadi perubahan ekspresi gen, mengakibatkan perubahan fenotif dengan peningkatan potensial risiko penyakit. Donor methyl utama pada proses methylasi DNA adalah S-adenosylmethionine (SAM), yang dihasilkan pada proses seluler yang dikenal dengan metabolisme 1-carbon, yang dikatalisis oleh beberapa enzim dengan adanya mikronutrien : folat, choline, betaine dan vitamin B yang lain. Status nutrisi khususnya intake mikronutrien merupakan point yang penting dalam mekanisme epigenetik Vitamin dan mineral merupakan nutrient esensial untuk kesehatan tumbuh kembang, kekurangan mikronutrien selama kehamilan berhubungan dengan kualitas anak yang dilahirkan walaupun efek jangka panjangnya masih belum banyak diketahui. Sejumlah alasan disampaikan untuk mendukung hipotesis tentang kekurangan vitamin dan mineral selama fase kritis dalam tumbuh kembang mempunyai konsekuensi jangka panjang adalah adanya hubungan antara berat lahir yang kecil dengan risiko penyakit pada usia dewasa, berat badan lahir berhubungan terbalik dengan tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. peningkatan intake calsium dapat menurunkan tekanan darah pada dewasa dan anakanak, dapat mencegah preeklampsia/eklamsia, magnesium dan zinc merupakan nutrien yang penting untuk sensitivitas, penyimpanan dan sekresi insulin dan perubahan metabolisme zinc akan mempengaruhi perkembangan diabetes tipe 2 dan komplikasinya vitamin A dalam bentuk retinoic acid juga penting untuk fungsi kardiovaskuler dan pengaturan tekanan darah. Jaringan dan organ dalam tubuh dipengaruhi oleh program genetik dan epigenetik melalui siklus proliferasi, differensiasi dan apoptosis. Ketidakseimbangan antara intake makanan baik kualitas maupun kuantitas, metabolit, dan ketepatan kebutuhan pada proses tersebut, dapat menyebabkan gangguan perkembangan struktur dan fungsional atau tidak terbentuknya jenis sel spesifik, berkembang menjadi tidak kembalinya proses homeostatis yang dihubungkan dengan labilnya dan potensial reversible modifikasi epigenetik akumulasi dari kesalahan methylasi DNA berhubungan dengan penuaan, perkembangan DM tipe 2 dengan menurunnya responsibilitas dari gen, ditandai dengan cepatnya perubahan kadar glukosa.