Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER

SEMESTER 2

Disusun oleh :

Arrizki Azka Pratama

MBK.20.15.01.0169

PROGRAM STUDI MAGISTER BIOMEDIK (S2)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020
JAWABAN:

1. Ketidakseimbangan jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan endogen yang


diproduksi tubuh seperti Superoksida dismutase (SOD), Glutation peroksidase (GPx)
dan Catalase (CAT) disebut stres oksidatif. Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan sel yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker,
jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya. Radikal bebas
dapat berada di dalam tubuh karena adanya hasil samping dari proses oksidasi dan
pembakaran sel yang berlangsung pada waktu bernafas, metabolisme sel, olahraga
atau aktivitas fisik yang berlebihan atau maksimal, peradangan, dan terpapar polusi
dari luar tubuh seperti asap kendaraan, asap rokok, makanan, logam berat, industri
dan radiasi matahari.
Konsumsi suplemen vitamin atau mineral tertentu dalam dosis tinggi dapat
menghambat penyerapan dan penggunaan nutrisi lainnya. Sebagai contoh, konsumsi
suplemen zat besi menyebabkan tubuh tidak bisa menyerap mineral zinc dengan
maksimal. Jika kebutuhan zinc tidak terpenuhi, fungsi dan kerja sistem imun bisa
terganggu. Sama halnya dengan suplemen zinc yang akan menghambat penyerapan
tembaga. Ada hubungan yang erat antara malnutrisi dengan keberlangsungan
penderita TB yang diakibatkan menurunnya jumlah sel T – lymphosit. Beberapa
penelitian juga menunjukan hubungan antara defisiensi mikronutrient seperti zink,
vitamin A, vitamin D yang menurunkan jumlah T – lymposit dan kapasitas produksi
dari cytokine. Untuk menanggulangi status gizi buruk tersebut, asupan makanan dan
diet yang tepat perlu diperhatikan, salah satunya adalah asupan makanan yang
mengandung mikronutrient. Mikronutrient adalah zat gizi (nutrien) yang dibutuhkan
dalam jumlah sedikit tapi sangat diperlukan tubuh, vitamin dan mineral merupakan
golongan mikronutrie.
a. Zink memegang peranan esensial dalam fungsi tubuh. Sebagai bagian dari enzim
atau kofak-tor pada kegiatan lebih dari 200 enzim. Zink berperan dalam berbagai
aspek metabolisme seperti reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan degradasi
karbohidrat, protein, lipid dan asam nuklead. Zink juga dihubungkan dengan
hormon insulin yang dibentuk dalam pankreas. Walaupun tidak berperan langsung
dalam kegiatan insulin, peranan penting lain adalah sebagai bagian integral enzim
DNA polymerase dan RNA polymerase yang diperlukan dalam sintesa DNA dan
RNA. Rata - rata zink diabsorbsi sekitar 20 – 40% dari asupan makanan dan akan
meningkat bila kadar makanan rendah. Defisiensi zink akan berdampak pada
sintesa protein dan IGF-1, serta menyebabkan gangguan dan kerusakan
pada sistem tersebut. Dalam keadaan defisiensi, zink akan terjadi penurunan
jumlah T sel, sel kiler natural dan beberapa komponen dari sistem respon
yang mengakibatkan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi dan waktu
penyembuhan.
b. Feritin adalah cadangan besi dalam tubuh. Zat besi menjadi sangat penting dalam
kualitas manusia karena setiap pertumbuhan sel manusia membutuhkan
keberadaan zat besi ini. Serum feritin merupakan petunjuk kadar cadangan besi
dalam tubuh. Pemeriksaan kadar serum feritin sudah rutin dikerjakan untuk
menentukan diagnosis defisiensi besi, karena terbukti bahwa kadar serum feritin
sebagai indikator paling dini menurun pada keadaan bila cadangan besi menurun.
Dalam keadaan infeksi kadarnya dipengaruhi, sehingga dapat mengganggu
interpretasi keadaan sesungguhnya. Feritin merupakan protein yang terdiri dari 22
molekul apoferitin sementara, bagian intinya terdiri atas komplek fosfat/besi
sejumlah 4000–5000 molekul besi tiap intinya. Feritin bersifat larut dalam air dan
sejumlah kecil larut dalam pasma. Makin besar jumlah feritin makin besar yang
terlarut dalam plasma. Kadar feritin untuk laki-laki: 40–300 μg/L dan 20–150
μg/L untuk perempuan. Proses terjadinya radang merupakan respon fisiologis
tubuh terhadap berbagai rangsangan termasuk infeksi dan trauma. Pada fase awal
proses infamasi terjadi induksi fase akut oleh makrofag yang teraktivasi berupa
penglepasan sitokin radang seperti Tumor Necrotizing Factor (TNF)- α,
Interleukin (IL)-1, IL- 6 dan IL-8. Interleukin-1 menyebabkan absorbs besi
berkurang akibat pengelepasan besi ke dalam sirkulasi terhambat, produksi protein
fase akut (PFA), lekositosis dan demam. Hal itu dikaitkan dengan IL- 1 karena
episode tersebut kadarnya meningkat dan berdampak menekan eritropoesis. Bila
eritropoesis tertekan, maka kebutuhan besi akan berkurang, sehingga absorbsi besi
di usus menjadi menurun. IL-1 bersifat mengaktifasi sel monosit dan makrofag
menyebabkan ambilan besi serum meningkat. TNF-α juga berasal dari makrofag
berefek sama yaitu menekan eritropoesis melalui penghambatan eritropoetin. IL-6
menyebabkan hipoferemia dengan menghambat pembebasan cadangan besi
jaringan ke dalam darah.
Selain itu, Salah satu efek negative defisiensi mikronutient Zn, Cu dan Fe adalah
Anemia. Penyebab prevalensi anemia yang tinggi pada wanita dikarenakan berbagai
faktor antara lain konsumsi zat besi yang tidak cukup dan absorbsi zat besi yang
rendah. Selain itu bisa juga pendarahan, penyakit malaria, infeksi cacing, namun lebih
dari 50% kasus anemia yang terbesar di seluruh dunia secara langsung disebabkan
oleh kurangnya asupan (intake) zat besi serta kekurangan salah satu atau lebih
mikronutrien yang berperan dalam metabolisme zat besi, eritropoesis, maupun
pembentukan hemoglobin antara lain besi (Fe), seng (Zn), vitamin A, dan vitamin C.
Kasus defisiensi mikronutrien tersebut bisa menjadi faktor yang berpengaruh terhadap
prevalensi anemia yang masih tinggi karena keberadaan mikronutrien dalam tubuh
saling memengaruhi dalam sintesis heme. Seperti halnya zinc merupakan
mikronutrien yang memiliki peranan penting dalam banyak fungsi tubuh, salah
satunya sebagai kofaktor enzim Amino Levulinic Acid (ALA) – dehidratase yang
berperan dalam sintesis heme saat berada pada sitosol sel sumsum tulang.
2. Fenomena epigenetik dapat dipengaruhi langsung oleh micronutrient misalnya pada
proses penghambatan enzim yang mengkatalisis methylasi DNA atau modifikasi
histon atau dengan merubah availibilitas substrat yang diperlukan pada reaksi
enzimatis. Epigenetik menjadi isu yang utama menyangkut proses degeneratif seperti
Diabetes tipe 2, obesitas, inflamasi, kelainan neurocognitive. Methylasi DNA mudah
dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan lingkungan, perubahan pada proses methylasi
DNA dapat berkembang menjadi perubahan ekspresi gen, mengakibatkan perubahan
fenotif dengan peningkatan potensial risiko penyakit. Donor methyl utama pada
proses methylasi DNA adalah S-adenosylmethionine (SAM), yang dihasilkan pada
proses seluler yang dikenal dengan metabolisme 1-carbon, yang dikatalisis oleh
beberapa enzim dengan adanya mikronutrien : folat, choline, betaine dan vitamin B
yang lain. Status nutrisi khususnya intake mikronutrien merupakan point yang penting
dalam mekanisme epigenetik
Vitamin dan mineral merupakan nutrient esensial untuk kesehatan tumbuh
kembang, kekurangan mikronutrien selama kehamilan berhubungan dengan kualitas
anak yang dilahirkan walaupun efek jangka panjangnya masih belum banyak
diketahui. Sejumlah alasan disampaikan untuk mendukung hipotesis tentang
kekurangan vitamin dan mineral selama fase kritis dalam tumbuh kembang
mempunyai konsekuensi jangka panjang adalah adanya hubungan antara berat lahir
yang kecil dengan risiko penyakit pada usia dewasa, berat badan lahir berhubungan
terbalik dengan tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. peningkatan intake calsium
dapat menurunkan tekanan darah pada dewasa dan anakanak, dapat mencegah
preeklampsia/eklamsia, magnesium dan zinc merupakan nutrien yang penting untuk
sensitivitas, penyimpanan dan sekresi insulin dan perubahan metabolisme zinc akan
mempengaruhi perkembangan diabetes tipe 2 dan komplikasinya vitamin A dalam
bentuk retinoic acid juga penting untuk fungsi kardiovaskuler dan pengaturan tekanan
darah.
Jaringan dan organ dalam tubuh dipengaruhi oleh program genetik dan
epigenetik melalui siklus proliferasi, differensiasi dan apoptosis. Ketidakseimbangan
antara intake makanan baik kualitas maupun kuantitas, metabolit, dan ketepatan
kebutuhan pada proses tersebut, dapat menyebabkan gangguan perkembangan
struktur dan fungsional atau tidak terbentuknya jenis sel spesifik, berkembang
menjadi tidak kembalinya proses homeostatis yang dihubungkan dengan labilnya dan
potensial reversible modifikasi epigenetik akumulasi dari kesalahan methylasi DNA
berhubungan dengan penuaan, perkembangan DM tipe 2 dengan menurunnya
responsibilitas dari gen, ditandai dengan cepatnya perubahan kadar glukosa.

Anda mungkin juga menyukai