Anda di halaman 1dari 54

USULAN MASALAH KHUSUS

PENGARUH PAPARAN RADIASI SINAR MATAHARI


TERHADAP KADAR BISFENOL-A DALAM KEMASAN
BOTOL PLASTIK JENIS POLIKARBONAT

MUHAMMAD IQBAL FADILLAH


B. 1510511

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI


FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2021
FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI
UNIVERSITAS DJUANDA

PENGARUH PAPARAN RADIASI SINAR MATAHARI


TERHADAP KADAR BISFENOL-A DALAM KEMASAN
BOTOL PLASTIK JENIS POLIKARBONAT

Oleh :
MUHAMMAD IQBAL FADILLAH
B.1610574

Usulan masalah khusus


Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian

Menyetujui :
Bogor, Juni 2021

Sri Rejeki Retna Pertiwi, Ir., M.Si Muhammad Rifqi, M.Tp


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Mengetahui
Ketua Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi

Tiana Fitria, S.Pd., M.Si


NPP.213 870 707

i
I. JUDUL : Pengaruh Paparan Radiasi Sinar Matahari Terhadap
Kadar Bisfenol-A Dalam Kemasan Botol Plastik
Jenis Polikarbonat
II. PERSONALIA
A. PELAKSANA : Muhammad Iqbal Fadillah
Mahasiswa semester akhir Program Studi
Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Ilmu Pangan
Halal, Universitas Djuanda Bogor.
B. PEMBIMBING : Sri Rejeki Retna Pertiwi, Ir., M.Si
UTAMA
Staf Pengajar pada jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Ilmu Pangan Halal, Univertas
Djuanda Bogor
C. PEMBIMBING : Muhammad Rifqi, M.Tp
PENDAMPING
Staf Pengajar pada jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi, Fakultas Ilmu Pangan Halal, Univertas
Djuanda Bogor.

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjakatkan kehadiran Allah SWT berkat rahmat,
petunjuk dan hidayahnnya dapat menyelesaikan usulan penelitian ini. Shalawat
serta salam penulis juga panjatkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir jaman. Sehingga, usulan
penelitian yang berjudul “PENGARUH PAPARAN RADIASI SINAR
MATAHARI TERHADAP KADAR BISFENOL-A DALAM KEMASAN
BOTOL PLASTIK JENIS POLIKARBONAT” dapat diselesaikan. Usulan
penelitian ini dimaksudkan sebagai syarat untuk melakukan penelitian dan
pendoman bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam
penyusunan usulan penelitian ini, yaitu Ibu Sri Rejeki Retna Pertiwi, Ir., M.Si,
selaku Dosen Pembimbing Utama dan Bapak Muhammad Rifqi, M.Tp selaku
Dosen Pembimbing Pendamping. Penulis mengucapkan terimakasih atas
dukungan semua pihak yang telah membantu, memberikan motivasi, serta doa.
Usulan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat diperlukan untuk perbaikan dalam proses penelitian ini dapat
tersampaikan dengan baik, penelitian yang akan dilakukan diberikan kelancaran
dan hasil dari penelitian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat.

Bogor, Juni 2021

Muhammad Iqbal Fadillah


B.1510511

DAFTAR ISI

i
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................v
I.PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................3
II.TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................4
A. Pengemasan...................................................................................................4
B. Fungsi Kemasan............................................................................................4
C. Jenis Kemasan Plastik.................................................................................10
D. Migrasi........................................................................................................29
E. Simulan Pangan...........................................................................................30
F. Sinar Matahari.............................................................................................32
G. BPA.............................................................................................................33
H. Peruraian BPA dan Pemejanannya pada manusia.......................................35
I. Metabolisme BPA.......................................................................................37
J. Dampak BPA..............................................................................................38
K. Penelitian Terdahulu...................................................................................39
III.METODE PENELITIAN..................................................................................40
A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................40
B. Variabel Penelitian......................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42

DAFTAR TABEL

1. Tipe Pangan........................................................................................................30

ii
2. Prosedur pengujian dan simulan pangan............................................................30
3. Sifat fisika-kimia BPA (Staples, Dorn, Klecka, O’block and Harris,1998)......33

DAFTAR GAMBAR

1. Kode 1 dan contoh Produk.................................................................................24


2. Kode 2 dan contoh produk.................................................................................24

iii
3. Kode 3 dan contoh produk.................................................................................25
4. Kode 4 dan contoh produk.................................................................................26
5. Kode 4 dan contoh produk.................................................................................27
6. Kode 6 dan contoh produk.................................................................................27
7. Kode 7 dan contoh produk.................................................................................28
8. Struktur BPA......................................................................................................33
9. Proses pembuatan polikarbonat (Rykowska and Wasiak, 2006).......................34
10. Proses biotransformasi BPA pada manusia dan hewan uji menjadi BPA-
glukoronid dan BPA-sulfat (Aschberger, Castello, Hoekstra, Karakitsios,
Munn, Pakalin, et al. 2010).............................................................................37
11. Diagram alir penelitian.....................................................................................41

DAFTAR LAMPIRAN

iv
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan
dipakai (Sucipta, Suriasih and Kenacana, 2017). Adanya wadah atau pembungkus
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang
ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik
(gesekan, benturan, getaran). Disamping itu pengemasan berfungsi untuk
menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai
bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan
distribusi.
Jenis kemasan saat ini sangat bervariasi misalnya kertas, plastik, gelas, logam
dan fiber. Plastik merupakan salahsatu bahan yang banyak digunakan sebagai
kemasan karena daya tahannya yang kuat dan lentur. Kategori kemasan plastik
dibagi menjadi 7 (tujuh) yang salah satunya adalah polikarbonat (PC).
Polikarbonat merupakan salah satu jenis plastic yang banyak digunakan sebagai
botol air minuman dan wadah makanan karena sifat plastiknya yang kuat serta
jenis serta tidak mudah hancur, Polikarbonat ditandai dengan kode “other”, “PC”
atau kode nomor “7” pada kemasannya. Polikarbonat tersusun dari monomer
bisfenol A dan difenil karbonat. (Nito, 2013)
Polycarbonate (PC) memiliki tempat penting di antara plastik karena berbagai
karakteristiknya yang menguntungkan seperti transparansi yang sangat baik,
impermeabilitas, stabilitas termal yang tinggi, dan kekuatan mekanik, sehingga
memiliki area penggunaan yang agak luas. PC banyak digunakan dalam produksi
bahan-bahan yang berhubungan dengan makanan, terutama galon air minum dan
peralatan makan. Blok penyusun utama PC adalah bisphenol A (BPA; 2,2′-bis (4-
hydroxyphenyl) propane [1] dan BPA dapat ditemukan sebagai residu dalam
material. Studi terbaru menunjukkan bahwa BPA mengancam kesehatan
masyarakat oleh bermigrasi dari bahan polikarbonat ke produk makanan.
Diketahui bahwa migrasi BPA terjadi dari bahan PC dan konsumen dapat terpapar
BPA secara signifikan dalam makanan sehari-hari mereka. Adanya kemungkinan
efek negatif dari BPA pada kesehatan, penggunaan monomer ini dalam produksi

1
bahan PC yang digunakan untuk bayi dan penggunaannya sebagai aditif pada
bahan plastik yang bersentuhan dengan bahan makanan dilarang sesuai dengan
Peraturan Komisi No. 10 Tahun 2011.
Jumlah BPA yang bermigrasi dari bahan PC dapat meningkat karena
degradasi PC terutama pada suhu tinggi dan kontak dengan air atau karena
dampak kondisi lingkungan atau proses berulang seperti pencucian dan sterilisasi.
Bahan PC yang digunakan kembali untuk waktu yang lama dapat mengakibatkan
jumlah migrasi BPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah awal sisa
BPA dalam keamasan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap
perubahan migrasi BPA dalam galon air minum, karena air minum gallon
umumnya disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dan pada suhu tinggi
tergantung pada kondisi musim dan posisi penyimpanan di distributor. Juga,
karena botol air PC galon adalah bahan yang dapat digunakan kembali, mereka
sering kali terkena proses pencucian. Jumlah studi terkait migrasi BPA dari bahan
kemasan makanan bekas sangat terbatas dan sejauh ini belum ditemukan studi
yang berfokus pada jumlah sisa BPA dalam botol air PC ukuran 5 galon (Esmer,
2020).
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh lama kontak paparan sinar matahari terhadap
migrasi bisfenol A pada kemasan gallon air minum.
2. Mengetahui pengaruh simulan terhadap migrasi bisfenol A pada kemasan
gallon air minum.

2
I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengemasan
Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap
makanan atau bahan pangan. Pemakaian kemasan plastik hampir tidak dapat
dihindari di kehidupan sehari-hari manusia, termasuk penggunaan untuk kemasan
makanan dan minuman. Kemasan plastik terbuat dari senyawa kimia
dikhawatirkan jika penggunaannya kurang tepat akan terjadi migrasi zat-zat yang
terdapat pada plastik dan berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk menghindari
dampak negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan plastik, maka pemerintah
telah menetapkan standar khusus berupa pengawasan atau batasan tertentu untuk
kemasan produk pangan, yang menjadi acuan untuk menyediakan pengemas
produk pangan yang aman dan sehat dikonsumsi.
Ada berbagai jenis bahan kemasan pangan dikenal seperti plastik yang
menempati porsi penggunaan terbesar. Plastik digunakan dalam kemasan
makanan untuk menawarkan berbagai tampilan dan tentunya tidak mendukung
pertumbuhan mikroorganisme. Berbagai bahan ditambahkan ke dalam bahan
dasar plastik guna memperbaiki sifat fisik dan bentuk kemasan diantaranya
plasticizer. Ftalat dan turunannya seperti di-2-ethylhexyl phthalate (DEHP),
dibutyl phthalate (DBP), butyl benzyl phthalate (BBP) dan diisononyl phthalate
(DINP) digunakan sebagai plasticizer yang banyak ditambahkan ke dalam bahan
dasar plastik untuk meningkatkan fleksibilitas sebagai bahan pengemas agar lebih
mudah dibentuk sesuai penggunaan. Plasticizer DEHP paling banyak diproduksi
sekitar 50% dari semua plasticizer (Matematika, Ilmu and Alam, 2017).
B. Fungsi Kemasan
Kemasan pangan memiliki berbagai macam fungsi terhadap bahan pangan
dan makanan. Fungsi tersebut berkembang seiring dengan semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat terhadap kemasan, sehingga kemasan tidak sekedar
mewadahi suatu bahan pangan atau makanan, namun lebih dari itu memiliki
fungsi secara ekonomi, distribusi, komunikasi, ergonomic, estetika dan identitas.
Di mana hal itu bermanfaat bagi pihak produsen ataupun kosnumen pangan.

3
a. Faktor pengaman
Fungsi kemasan sebagai pengaman memiliki prinsip bahwa kemasan
yang dipilih dan diaplikasikan pada bahan pangan dan makanan memiliki
kemmapuan untuk melindungi bahan yang dikemas dari kerusakan, baik
kerusakan fisik (seperti pengaruh mekanik, dan cahaya), kimiawi (permiasi
gas, kelembaban udara/uap air), dan mikrobiologis (bakteri, kapang).
Jenis kemasan, misalkan logam, gelas dan plastik merupakan penghalang
masuknya mikroorganisme ke dalam bahan yang dikemas, tetapi penutup
kemasan merupakan sumber utama dari kontaminasi. Penyebab kontaminasi
mikroorganisme pada bahan pangan adalah: kontaminasi dari udara atau air
melalui lubang pada kemasan yang ditutup secara hermetic, penutupan
(proses sealer) yang tidak sempurna, panas yang digunakan dalam proses
sealer pada film plastik tidak cukup karena sealer yang terkontaminasi oleh
produk atau pengaturan suhu yang tidak baik, kerusakan seperti sobek atau
terlipat pada bahan kemasan.
Kemasan bahan pangan sangat mempengaruhi sterilitas atau keawetan
dari bahan pangan yang sudah disterilisasi, diiradiasi atau dipanaskan.
Permeabilitas kemasan terhadap gas akan mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, terutama terhadap mikroorganisme yang anaerob patogen.
Untuk melindungi bahan pangan yang dikemas terhadap kontaminasi
mikroorganisme, maka perlu dipilih jenis kemasan yang dapat melindungi
bahan dari serangan mikroorganisme. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih jenis kemasan yang baik untuk mencegah
kontaminasi mikroba adalah: sifat perlindungannya terhadap produk dari
masuknya mikroorganisme dari luar kemasan ke dalam produk, kemungkinan
berkembang biaknya mikroorganisme di ruangan antara produk dengan tutup
(head space) dan serangan mikroorganisme terhadap bahan pengemas.
Faktor mekanis yang dapat merusak hasil pertanian segar dan bahan
pangan olahan adalah tekanan fisik, yaitu kerusakan yang diakibatkan karena

4
jatuh atau oleh adanya gesekan. Getaran, yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada bahan atau kemasan selama dalam perjalanan atau distribusi.
Untuk menanggulanginya dapat digunakan bahan anti getaran.
Jenis perlindungan yang dapat diberikan untuk bahan pangan atau
kemasan bahan pangan untuk mencegah kerusakan mekanis tergantung dari
model dan jumlah tumpukan barang atau kemasan, jenis transportasi (darat,
laut atau udara) dan jenis barang. Kemampuan kemasan untuk melindungi
bahan yan dikemasnya dari kerusakan mekanis tergantung pada
kemampuannya terhadap kerusakan akibat tumpukan di gudang atau pada alat
transportasi, gesekan dengan alat selama penanganan, pecah atau patah akibat
tubrukan selama penanganan atau getaran selama transportasi.
Buah-buahan yang segar, telur dan biskuit termasuk produk yang sangat
mudah rusak dan memerlukan tingkat perlindungan yang lebih tinggi untuk
mencegah gesekan antara bahan, seperti penggunaan kertas tissue, lembaran
plastik, kertas yang dibentuk sebagai kemasan individu (misalnya karton
untuk telur, wadah buah dan lain-lain). Bahan-bahan pangan lain, dilindungi
dengan cara mengemasnya dengan kemasan yang kaku dan pergerakannya
dibatasi dengan dengan kemasan plastik atau stretch/shrink film yang dapat
mengemas produk dengan ketat.
Drum logam atau Peti kayu merupakan kemasan dengan perlindungan
mekanis yang baik. Kemasan ini sekarang sudah digantikan dengan bahan
komposit yang lebih murah yang terbuat dari kotak serat (fiberboard) dan
polipropilen.
Transmisi cahaya ke dalam kemasan diperlukan sehingga kita dapat
melihat isi dari kemasan tersebut. Tetapi untuk produk yang sensistif terhadap
cahaya, maka adanya cahaya menyebabkan lemak akan mengalami oksidasi,
kerusakan ribofl avin dan pigmen alami. Oleh karena itu harus digunakan
kemasan yang opaq (berwarna gelap) sehingga tidak dapat dilalui oleh
cahaya.
Jumlah cahaya yang dapat diserap atau ditransmisikan tergantung pada
bahan kemasan, panjang gelombang dan lamanya terpapar oleh cahaya.
Beberapa bahan kemasan seperti polietilen densitas rendah (LDPE)

5
mentransmisikan cahaya tampak (visible) dan ultraviolet, sedangkan kemasan
polivinil klorida (PVC) mentransmisikan cahaya tampak tapi cahaya
ultraviolet akan diabsorbsi.
Perubahan yang terjadi akibat cahaya antara lain adalah: pemudaran
warna, seperti pada daging dan saus tomat, ketengikan pada mentega
(terutama jika terdapat katalis Cu), pencoklatan pada anggur dan jus
buahbuahan, perubahan bau dan menurunnya kandungan vitamin A,D,E,K
dan C, serta penyimpangan aroma bir.
b. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi dalam penggunaan kemasan dilakukan dengan
mempertimbangkan biaya produksi yang seefektif mungkin, sehingga biaya
yang dikeluarkan untuk kemasan tidak melebihi proporsi manfaatnya. Jangan
sampai kemasan justru melambungkan harga produk yang tidak sebanding
dengan manfaat produk yang dikemasnya. Hal ini bisa berdampak pada
ketidaktertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut, karena dianggap
mahal
c. Faktor Pendistribusian
Kemasan harus memiliki fungsi untuk memudahkan pendistribusian dari
produsen ke saluran pemasaran yang dibawahnya, misalkan di tingkat
distributor/pengecer. Selain itu juga memberikan kemudahan dalam
penyimpanan dan pemajangan produk di outlet/toko. Memudahkan
perhitungan(satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya),
memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia
perdagangan.
d. Faktor komunikasi
Kemasan harus memiliki fungsi untuk memudahkan pendistribusian dari
produsen ke saluran pemasaran yang dibawahnya, misalkan di tingkat
distributor/pengecer. Selain itu juga memberikan kemudahan dalam
penyimpanan dan pemajangan produk di outlet/toko. Memudahkan
perhitungan(satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya),
memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia
perdagangan. Kemasan harus memiliki kemampuan untuk mengkomunikasi-

6
kan produk yang ada didalamnya dengan konsumen. Kemasan harus
mencerminkan produk, citra merk, dan menjadi bagian dari promosi (mudah
untuk dilihat, dipahami dan diingat) oleh konsumen. Desain kemasan adalah
bisnis kreatif yang membuat bentuk, struktur, material, warna, citra,
tipografi ,dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk
dapat dipasarkan.
Faktor komunikasi memegang peranan yang penting dalam pemasaran.
Suatu produk yang baik, dengan harga yang pantas, dengan tempat penjualan
yang mudah dicapai, tidak cukup membuat sebuah pemasaran berhasil.
Produk harus dikomunikasikan kepada konsumen, agar konsumen tahu
tentang produk tersebut dan akhirnya akan melakukan pembelian.
Desain kemasan berlaku untuk membungkus, melindungi, mengirim,
mengeluarkan, menyimpan, mengidentifi kasi, dan membedakan sebuah
produk dipasar. Pada akhirnya desain kemasan berlaku sebagai pemasaran
produk yang mengkomunikasikan kepribadian atau fungsi produk konsumsi
secara unik.
Kemasan secara tidak langsung dapat dipakai sebagai alat komunikasi
dengan konsumen, dimana kemasan tersebut menunjukkan merek, gambar
dan pesan yang bersifat memberikan keterangan yang menyebabkan rasa
ingin tahu, memberi petunjuk tentang penggunaan produk, komposisi bahan
dari produk tersebut serta keterangan lain yang ada pada kemasan. Jadi secara
keseluruhan kemasan dapat memberikan keterangan kepada konsumen.
e. Faktor ergonomik
Kemasan yang digunakan memiliki harus memiliki kemudahan untuk
dibawa, dipegang, dibuka dan ditutup kembali, memberikan kemudahan
untuk diambil atau dihabiskan isinya. Sebagai contoh, kemasan besar yang
dilengkapi penjinjing mempermudah saat membawa atau memindahkannya.
Lalu berbagai produk botol dibuat dengan bentuk menyesuaikan genggaman
tangan. Kemasaan atau ukuran produk juga perlu diperhatikan agar
mempermudah saat tata letak di pusat perbelanjaan dan tidak boros tempat.
Pertimbangan ergonomic selain mempengaruhi bentuk dari kemasan itu
sendiri juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen.

7
Contohnya, Botol minyak goreng Bimoli yang diberi cekungan pada
pegangan tengahnya agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan
pemakainya terkena minyak.
f. Faktor Estetika
Pemilihan warna,merk, bentuk, komposisi huruf dan tata letak harus
proporsional untuk mendapatkan mutu daya tarik visual secara optimal.
Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.
g. Faktor identitas
Kemasan yang digunakan harus mampu menjadi identitas bagi produk
yang dikemas. Identifi kasi suatu produk sangat penting karena pada
umumnya produk perusahaan dijual bersama dengan produk lain yang
sejenis. Oleh karena itu kemasan suatu produk dapat dipakai untuk
membedakan dengan produk lain yang sejenis yang dihasilkan oleh produsen
lain.
h. Faktor promosi
Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal
ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan dapat
efektif untuk menarik perhatian konsumen-konsumen baru. Sebuah kemasan
produk juga berperan penting dalam memberikan informasi produk seperti,
manfaat, kegunaan, tagline, maupun cara pembuatan. Semuanya bisa
dicantumkan pada desain kemasan agar konsumen tahu tentang manfaat dari
produk tersebut, yang terpenting janganlah menyampaikan semuanya hingga
desain menjadi penuh dan malah membuat konsumen menjadi jenuh
melihanya.
i. Faktor lingkungan
Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran
mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah. Hal ini berkaitan
dengan kebutuhan waktu untuk mengurai sampah ketika dibuang ditanah.
Oleh karena itu saat ini banyak perusahaan yang menggunakan
kemasankemasan yang ramah lingkungan (environmentally friendly), dapat
didaur ulang (recyclable) atau dapat dipakai ulang (reusable).
(Nugraheni, 2018)

8
C. Jenis Kemasan Plastik
Saat ini kemasan plastik mendominasi industri makanan di Indonesia,
sehingga menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan
karena kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fl eksibel, multiguna, kuat,
tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi
warna dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat
monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan
pangan yang dikemas.
Plastik sering dibedakan dengan resin, karena antara plastik dan resin tidak
jelas perbedaannya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman seperti balsam,
damar, terpentin. Oleoresin dan lain-lain. Tetapi kini resin sintesis sudah dapat
diproduksi misalnya selofan, akrilik seluloid, formika, nilon, fenol formaldehida
resin dan sebagainya.
Bahan pembuat plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber
alami, tetapi di dalam perkembangannya bahan-bahan ini digantikan dengan
bahan sintesis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan
cara kopolimerisasi, laminasi dan ekstruksi.
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer yang
merupakan bagian atau rantai paling pendek. Misalnya plastik polivinil klorida
mempunyai monomer vinil klorida. Di samping bahan dasar berupa monomer
plastik, maka terdapat bahan-bahan tinambah non plastik atau bahan aditif yang
diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik. Bahan-bahan aditif dalam
pembuatan plastik ini merupakan bahan dengan berat molekul rendah, yaitu
berupa pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas, penyerap sinar
ultraviolet, bahan pengisi dan penguat.
Beberapa jenis kemasan plastik yang dikenal adalah polietilen, polipropilen,
poliester , nilon dan vinil film. Jenis plastik yang banyak digunakan untuk
berbagai tujuan (60% dari penjualan plastik yang ada di dunia) kemasan adalah
polistiren, polietilen dan polivinil klorida.
1) Polietilen

9
Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses
polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri
minyak dan batubara. Proses polimerisasi dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu polimerisasi dalam bejana bertekanan tinggi (1000-300 atm)
menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran
dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dengan bejana
bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus
dan tersusun paralel.
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel,
mempunyai kekuatan benturan dan kekuatan sobek yang baik. Pemanasan
polietilen akan menyebabkan plastik ini menjadi lunak dan cair pada suhu
110 0C. Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik,
maka polietilen dengan ketebalan 0.001 – 0.01 inchi banyak digunakan unttuk
mengemas bahan pangan. Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik
sehingga dapat dibentuk menjadi kantung dengan derajat kerapatan yang
baik. Sifat-sifat polietilen adalah:
a) Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak sampai keruh
(translusid) tergantung proses pembuatan dan jenis resin.
b) Fleksible sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya rentang yang
tinggi.
c) Heat seal (dapat dikelim dengan panas), sehingga dapat digunakan untuk
laminasi dengan bahan lain. Titik leleh 120 0C.
d) Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia.
e) Kedap terhadap air, uap air dan gas.
f) Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50 0C.
g) Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang
beraroma.
h) Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemak
i) Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan bahan
antiblok sifat ini dapat diperbaiki.
j) Dapat dicetak

10
Kemasan polietilen banyak digunakan untuk mengemas buah-buahan, sayur-
sayuran segar, roti, produk pangan beku dan tekstil.

2) Poliester atau Polietilen Treptalat (PET)


PET adalah hasil kondensasi polimer etilen glikol dan asam treptalat,dan
dikenal dengan nama dagang mylar. Jenis plastik ini banyak digunakan dalam
laminasi terutama untuk meningkatkan daya tahan kemasan terhadap kikisan
dan sobekan. Sifat-sifat plastik PET adalah:
a) tembus pandang (transparan), bersih dan jernih
b) tahan terhadap suhu tinggi ( 3000C)
c) permeabilitasnya terhaddap uap air dan gas rendah
d) tahan terhadap pelarut organic seperti asam-asam organic dari nua
buahan, sehingga dapat digunakan untuk mengemas minuman sari
buah
e) tidak tahan terhadap asam kuat, fenol dan benzil alkohol.
f) kuat dan tidak mudah sobek
g) tidak mudah dikelim dengan pelarut
3) Polipropilen (PP)
Polipropilen adalah polimer dari propilen dan termasuk jenis plastik
olefin Polipropilen mempunyai nama dagang Bexophane, Dynafilm, Luparen,
Escon, Olefane dan Profax. Sifat-sifat dan penggunaannya sangat mirip
dengan polietilen, yaitu:
a) ringan (densitas 0.9 g/cm3)
b) mudah dibentuk
c) tembus pandang dan jernih dalam bentuk film, tapi tidak transparan
dalam bentuk kemasan kaku
d) lebih kuat dari PE. Pada suhu rendah akan rapuh, dalam bentuk
0
murninya mudah pecah pada suhu -30 C sehingga perlu
ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan
terhadap benturan. Tidak dapat digunakan untuk kemasan beku.
e) lebih kaku dari PE dan tidak mudah sobek sehingga mudah dalam
penanganan dan distribusi

11
f) daya tembus (permeabilitasnya) terhadap uap air rendah,
permeabilitas terhadap gas sedang, dan tidak baik untuk bahan
pangan yang mudah rusak oleh oksigen.
g) tahan terhadap suhu tinggi sampai dengan 150 0C, sehingga dapat
dipakai untuk mensterilkan bahan pangan.
h) mempunyai titik lebur yang tinggi, sehingga sulit untuk dibentuk
menjadi kantung dengan sifat kelim panas yang baik.
i) polipropilen juga tahan lemak, asam kuat dan basa, sehingga baik
untuk kemasan minyak dan sari buah. Pada suhu kamar tidak
terpengaruh oleh pelarut kecuali oleh HCl.
j) pada suhu tinggi PP akan bereaksi dengan benzen, siklen, toluen,
terpentin dan asam nitrat kuat.
Sifat-sifat polipropilen dapat diperbaiki dengan memodifi kasi menjadi
OPP (oriented polyprophylene), yaitu pembuatannya dilakukan dengan
menarik ke satu arah, atau menjadi BOPP (Biaxial Oriented Polypropylene),
jika ditarik dari dua arah.
4) Polistiren
Polistiren ditemukan pada tahun 1839 oleh E.Simon, tapi secara
komersial baru diproduksi di Jerman tahun 1935 dengan nama dagang
Bextrene, Carinex, Dylene, Fostarene, Kardel, Vestyran, Lustrex, Restirolo,
Luran dan Lorkalene. Sifat-sifat umum polistiren adalah:
a) kekuatan tariknya tinggi dan tidak mudah sobek
b) titik leburnya rendah (88 0C), lunak pada suhu 90-95 0C
c) tahan terhadap asam dan basa kecuali asam pengoksidasi
d) terurai dengan alkohol pada konsnetrasi tinggi, ester, keton,
hidrokarbon aromatik dan klorin
e) permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi, baik untuk kemasan
bahan segar
f) permukaan licin, jernih dan mengkilap serta mudah dicetak
g) bila kontak dengan pelarut akan keruh
h) mudah menyerap pemlastis, jika ditempatkan bersama-sama dengan
plastik lain menyebabkan penyimpangan warna

12
i) mempunyai afinitas yang tinggi terhadap debu dan kotoran
j) baik untuk bahan dasar laminasi dengan logam (aluminium)

Oriented Polistiren (OPS) banyak digunakan untuk kemasan buah-


buahan dan sayuran yang memerlukan permeabilitas uap air dan gas yang
tinggi. Bentuk lain adalah kopolimer stiren dengan karet butadien (SB),
kopolimer stiren dengan akrilonitril (SAN) dan kopolimer akrilonitril
butadien stiren (ABS). Nama dagang ABS: Abson, Cycolac, Royalite dan
Sulvac. ABS adalah termoplastik yang bersifat tidak transparan (translucent),
tidak berwarna putih tapi kekuningan, dan dalam kemasan berperan sebagai
thermoforming.
5) Polyvinyl Chloride (PVC)
Reaksi polimerisasi vinil klorida ditemukan pada tahun 1835 oleh
Regnault, dan fabrikasinya dimulai tahun 1931. Nama-nama dagang PVC
adalah Elvax, Geon, Postalit, Irvinil, Kenron, Marvinol, Opalon, Rucoblend,
Vinofl ex. Kemasan PVC dapat berupa kemasan kaku atau kemasan bentuk.
Beberapa jenis PVC adalah:
a) Plasticized Vinyl Chloride
Bahan pemlastis yang digunakan adalah resin (poliester, epoksi) dan non
resin (ptalat dan posfat). Digunakan untuk kemasan daging segar, ikan,
buah-buahan dan sayuran.
b) Vinyl Copolymer
Vinyl copolimer mirip dengan plastized vinil klorida, hanya resinnya
berupa polimer, sehingga dapat d0gunakan untuk kemasan blister pack,
kosmetika dan sari buah.
c) Oriented Film
PVC jenis oriented film mempunyai sifat yang luwes (lunak) dan tidak
mudah berkerut. Sifat-sifat umum kemasan PVC adalah sebagai berikut:
a) tembus pandang, ada juga yang keruh
b) permeabilitas terhadap uap air dan gas rendah
c) tahan minyak, alkohol dan pelarut petrolium, sehingga dapat
digunakan untuk kemasan, mentega, margarin dan minyak goring

13
d) kekuatan tarik tinggi dan tidak mudah sobek
e) dipengaruhi oleh hidrokarbon aromatik, keton, aldehida, ester, eter
aromatik, anhidrat dan molekul-molekul yang mengandung
belerang, nitrogen dan fosfor. Tidak terpengaruh oleh asam dan
basa, kecuali asam pengoksidasi, akan tetapi pemlastis akan
terhidrolisa oleh asam dan basa pekat.
f) densitas 1.35-1.4 g/cm3
Bahan penstabil yang diizinkan untuk pembuatan kemasan PVC adalah
dioktil-tin mercaptoasetat dan maleat.
6) Polyvinyliden Chloride (PVDC)
PVDC merupakan kopolimer dari vinil klorida dan viniliden klorida (-
(CH2- CCl2)n -) , yang dibuat dengan cara menarik dari dua arah secara
simultan, sehingga molekul PVDC berorientasi paralel dengan
permukaannya. Selain Saran jenis PVDC yang lain adalah Cryovac (nama
dagang). Sifat-sifat umum dari saran adalah:
a) transparan dan luwes dengan kejernihan yang bervariasi
b) tahan terhadap bahan kimia, asma, basa dan minyak
c) barrier yang baik untuk sinar ultraviolet, sehingga baik digunakan
untuk bahan-bahan yang peka terhadap sinar ultraviolet seperti
daging segar dan keju
d) d. permeabilitas uap air dan gas sangat rendah, sehingga baik
digunakan untuk produk-produk yang peka terhadap oksigen seperti
daging, keju dan produk kering (buah-buahan, candy)
e) dapat menahan aroma
f) tahan terhadap pemanasan yang kering atau basah (perebusan)
g) tidak baik untuk kemasan beku
h) permeabilitasnya terhadap uap air dan gas rendah
i) mudah mengkerut jika kena panas, sesuai untuk kemasan bahan yang
bentuknya tidak beraturan seperti ayam dan ikan
j) tahan suhu rendah (-40 0C) sehingga baik untuk kemasan beku
k) tahan terhadap tekanan tinggi, dapat digunakan untuk kemasan
vakum

14
l) mudah dicetak karena permukaannya licin, transparan dan
mengkilap
m) tidak mudah terbakar
n) mudah dikelim panas
7) Selopan
Selopan berasal dari kata cello dan phane yaitu cellulose dan diaphane
(Perancis) dimana cello artinya selulosa dan phane artinya transparan.
Selopan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a) transparan dan sangat terang
b) tidak bersifat termoplastik, tidak bisa direkat dengan panas
c) tidak larut air atau minyak
d) mudah retak pada kelembaban dan suhu rendah
e) mudah dilaminasi sehingga merupakan pelapis yang baik
f) mudah robek sehingga perlu dihindarkan dari resiko tertusuk
g) mengkerut pada suhu dingin
Untuk dapat memberikan sifat kedap air dan dapat direkatkan dengan
panas, maka kedua permukaan selopan dilapisi dengan nitroselulosa atau
poliviniliden klorida (saran) dengan tebal 0.00125 mm.
Selopan banyak digunakan untuk kemasan berbagai produk, seperti
daging, keju, pickle, tekstil dan sebagainya seperti terlihat pada Tabel 7.1.
Pada udara kering kemasan selopan akan mengkerut, oleh karena itu dalam
pembungkusan perlu dilonggarkan sekitar 1,5-6,25 mm. Selopan disimpan
pada suhu 21-24oC dan RH 35-50%.
8) Cellulose Acetate (CA)
CA adalah bahan kristal termoplastik yang keras dan mudah diproses,
memiliki sifat sangat jernih dan kaku. Meskipun terbuat dari selulosa, tapi
sifatnya sangat berbeda dengan selopan, karena CA merupakan
thermoplastik. Cara pembuatan CA adalah menambahkan selulosa dengan
asam asetat dan asetat anhidrid melalui katalisa dan pelarut sehingga
diperoleh selulosa triasetat yang jernih. Kemudian dihidrolisa dengan air dan
bahan penghidrolisa, dikeringkan dan dihasilkan serpihan selulosa asetat.

15
Persentase dari kombinasi asam asetat dan panjang rantai molekul
menentukan sifat fi sik dari CA. Beberapa sifat CA adalah:
a) Tidak mudah mengkerut bila dekat dengan api
b) Sangat jernih, mengkilap, agak kaku dan mudah sobek
c) CA lebih tahan terhadap benturan dibandingkan HDPE. Tapi lebih
lemah daripada selulosa propionate
d) Tahan abrasi
e) Peka terhadap cahaya matahari, oksigen dan uap air, sehingga perlu
dicegah dengan penambahan bahan penstabil asam tartarat 0.01%.
f) Tahan panas dan rapuh pada suhu rendah, tidak cocok untuk
makanan beku
g) Tahan minyak
h) Terurai oleh asam kuat, basa, alkohol, ester dan HCl
i) Mengembang pada RH tinggi
j) Barrier yang buruk terhadap uap air dan gas
Plastik CA sesuai untuk kemasan kembang gula karena penampakannya
yang jernih. Untuk menambah kekuatan CA maka ditambahkan dietil ptalat.
Dalam perdagangan, CA dikenal dengan nama Bexoid, Lumarith, Plastacele,
Sicaloid, Tenite I dan Vuepak.
9) Cellulosa Propionate (CP)
CP dibuat dengan cara mereaksikan selulosa dengan asam propionat dan
anhidrat, atau pencampuran antara asetat, asam propionat dan anhidrat dengan
katalisator asam sulfat sehingga menghasilkan produk dengan sifat yang
diinginkan. Sifat-sifat CP adalah:
a) daya tahan terhadap benturan lebih besar daripada CA
b) transparan dan mudah dibentuk
c) mengembang pada RH tinggi
d) terurai oleh asam kuat, basa, alkohol, keton dan ester
10) Etil Selulosa
Etil selulosa bersifat stabil pada suhu tinggi dan sering digunakan untuk
laminasi hot-dip, lapisan (lacquer) panas dan pembungkus yang mudah

16
dikelupas. Etil selulosa merupakan termoplastik dan mengandung beberapa
pemlastis. Sifat-sifat utama etil selulosa adalah:
a) tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
b) tidak dapat menahan uap air dan gas
c) larut pada sebagian besar pelarut kecuali pada hidrokarbon alifatik,
glikol dan air
d) tidak tahan terhadap pelarut organik
e) tahan minyak, sehingga cocok untuk kemasan bahan pangan berlemak
seperti margarine, mentega dan minyak
f) tahan terhadap asam dan basa lemah, tapi terurai oleh asam kuat
g) mempunyai kekerasan dan kekuatan yang baik, daya rentang menurun
dan ekstensibilitas meningkat dengan meningkatnya suhu. Kelenturan
meningkat dengan menurunnya suhu, tidak terjadi degradasi hingga
suhu 200 0C.
h) tidak banyak terpengaruh oleh cahaya matahari

11) Metil Selulosa


Metil selulosa dengan nama dagang Methocel banyak digunakan untuk
kemasan dari produk yang akan dicampur bersama kemasannya. Sifat-sifat
metil selulosa adalah:
a) larut dalam air jika kontak langsung, makin tinggi suhu maka
semakin banyak metil selulosa yang larut
b) tahan terhadap udara lembab dan tidak menjadi rapuh
c) tahan terhadap minyak nabati dan hewani, sehingga banyak
digunakan untuk kapsul
12) Nilon atau Poliamida (PA)
Poliamida diperoleh dengan cara kondensasi polimer (polikondensasi)
dari asam amino atau diamina dengan asam dua karboksilat (di-acid). Asam
amino dan asam karboksilat mempunyai banyak jenis, sehingga nilon yang
dihasilkan juga berbagai macam, misalnya:
a) Nilon 6 yang tahan terhadap abrasi

17
b) Nilon 11 dan nilon 12, tahan terhadap oksigen, air dan dapat direkat
pada suhu rendah
Dahulu digunakan untuk industri tekstil, tapi saat ini sudah digunakan
sebagai fi lm kemasan, dengan nama dagang Nypel, Ultramid, X-tal, Zytel,
Capran dan Rilsan. Poliamida tergolong termoplastik non etilen dengan sifat-
sifat sebagai berikut:
a) a. bersifat inert, tahan panas dan mempunyai sifa-sifat mekanis yang
istimewa (elongation, tensile strength, tear strength, folding
endurance)
b) tahan terhadap asam encer dan basa, tidak tahan asam kuat dan
pengoksidasi
c) tidak berasa, tidak berbau dan tidak beracun
d) larut dalam asam formal dan penol
e) cukup kedap gas, tetapi tidak kedap air
f) dapat mengkerut karena perubahan kelembaban, atau dapat
mengembang dan menyerap air hingga 8%
g) tahan terhadap suhu tinggi, dan baik digunakan untuk kemasan
bahan yang dimasak di dalam kemasannya, seperti nasi instan, serta
untuk produk-produk yang disterilisasi, dan untuk kemas hampa.
Nilon dilapiskan secara kombinasi dengan bahan lain sehingga diperoleh
sifat kemasan yan inert dan permeabilitasnya rendah. Nilon dapat digunakan
untuk semua jenis makanan kecuali susu dan produk-produk susu. Nilon juga
banyak digunakan sebagai jala dan pembungkus amunisi.
13) Polycarbonate (PC)
PC dengan nama dagang Lexan dan Merlon termasuk termoplastis non
etilen dengan sifat-sifat antara logam ringan, gelas dan bahan plastik, dan
biasanya digunakan untuk kemasan jus buah-buahan, bir, wadah pembagi
yang otomatis dan untuk botol susu bayi. Sifat-sifat PC adalah:
a) tidak berbau dan tidak berwarna (transparan)
b) kuat dan tahan panas, sehingga cocok untuk bahan pangan yang
disterilisasi

18
c) tahan terhadap asam lemah, zat pereduksi atau pengoksidasi, garam,
lemak serta hidrokarbon alifatik.
d) terurai oleh alkali, amin, keton, eser hidrokarbon aromatik, dan
beberapa jenis alcohol
e) larut dalam metilen klorida, etilen diklorida dan dioktana dari kresol
14) Pliofilm (Karet Hidroklorida)
Pliofilm dibuat dari lembaran karet yang dilarutkan dan diklorinasi,
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a) berkilau dan transparan, tapi lama kelamaan dapat menjadi coklat
dan berbau yang berasal dari antioksidan yang digunakan
b) bila diregangkan, warnanya berubah menjadi putih
c) tahan asam, alkali dan lemak, sesuai untuk produk daging , tetapi
beberapa jenis minyak dapat menyerang pemplastisnya sehingga
film menjadi rapuh
d) tidak dapat menahan gas sehingga tidak cocok untuk kemasan boil in
bag.
e) Transmisi gas CO2 tidak cukup tinggi untuk sayuran segar
15) Poliuretan
Bahan kemasan poliuretan terdapat dalam dua bentuk, yaitu bentuk padat
(fi lm) dan busa. Sifat-sifat utama poliuretan adalah:
a) tidak berbau
b) tahan oksidasi, tahan minyak dan kapang
c) dipengaruhi oleh asam dan basa kuat, halogen, hidrokarbon
aromatik, pelarut-pelarut klorin, eser, keton dan alcohol
d) dalam bentuk busa, mudah melekat pada permukaan yang bebas
minyak atau lilin.
Nama-nama dagang poliuretan adalah arohane, chem-o-thane, chempol,
expandofoam, isofoam, lux-foam, nopofoam, safoam, sanfoam, thermohane,
unifoam dan uralane.
16) Plastik Urea
Plastik urea tergolong dalam termoset, dan merupakan bahan yang
translusid dan keras. Banyak digunakan sebagai sumbat atau penutup wadah

19
dan kemasan kosmetika. Dalam perdagangan dikenal dengan nama Arodure,
Beetle, Kaurit, Resfurin, Scrab, Siritle, Sylplas dan Synvarol.
Urea merupakan istilah untuk urea-formaldehida yaitu dua jenis bahan
utama pembuatan plasik urea. Plastik ini tersedia dalam berbagai warna
seperti merah jambu, kuning dan oranye. Sifat-sifat umum plastik urea
adalah:
a) umumnya keras, kaku
b) tidak berbau dan tidak berasa dan berwarna keruh atau translusid
c) tidak dipengaruhi oleh pelarut-pelarut organik tapi dapat dipengaruhi
oleh basa dan asam kuat
d) tahan minyak
e) stabil pada suhu tinggi

17) Akrilik
Akrilik adalah nama kristal termoplastik yang jernih dengan nama
dagang Lucie, Barex dan Plexiglas. Beberapa sifat akrilik adalah:
a) kaku dan transparan
b) penahan yang baik terhadap oksigen dan cahaya
c) titik leburnya rendah (65.5 0C)
d) pada suhu rendah cenderung cair, mudah rusak tergantung formula
yang menyusunnya
e) tahan terhadap petroleum, tapi terurai oleh alkohol rendah, HCl,
asam pengoksidasi, keton, ester dan pelarut aromatic
f) tidak dapat ditumbuhi kapang
g) peka terhadap asam kuat dan basa
Akrilik banyak digunakan sebagai bahan pelapis untuk bahan keras lain,
dan dahulu digunakan untuk gigi palsu dan kacamata. Kemasan pangan yang
menggunakan akrilik adalah botol-botol minuman.
18) Asetal
Asetal adalah dieter dari alkalidena glikol, dan mengandung dua atom
eter oksigen yang terikat pada atom karbon yang sama. Asetal biasanya

20
digunakan untuk kemasan aerosol, karena kemampuannya menahan tekanan,
dengan nama dagang Ceclon dan Delrin. Sifat-sifat asetal antara lain:
a) tidak berwarna dalam keadaan netral, tapi bila didinginkan dapat
berwarna
b) kaku kuat
c) tahan terhadap oksigen dan cahaya
d) tahan benturan
e) tahan asam dan basa lemah, serta pelarut organic
f) terurai oleh asam dan basa kuat serta pengoksidasi
19) Plastik Penol (Bakelite)
Bakelit adalah nama dagang dari penol-formaldehida yang ditemukan
oleh Dr.Leo Hendrix Baekeland pada tahun 1907. Nama dagang lainnya
adalah Durez, Fiberie, Mesa dan Plenco. Sifat-sifat penol tergantung dari
bahan pengisinya, misalnya tepung kayu akan mempertinggi daya tahan
terhadap benturan dan mengurangi kemungkinan plastik mengkerut, bahan
pengisi dari asbes dan lempung akan memperbaiki daya tahan terhadap bahan
kimia. Sifat-sifat umum plastik penolik adalah:
a) tahan terhadap asam lemah dan basa
b) terurai oleh asam pengoksidasi dan basa kuat
c) keras, kuat dan tahan panas
d) berwarna, umumnya warna gelap (hitam, coklat)
20) Politetra Fluoroetilen (PTFE)
PTFE termasuk dalam golongan poliolefi n yang banyak digunakan
sebagai pelapis pada penggorengan dan alat-alat dapur lainnya, dengan nama
dagang Algoflon, Ertafluor, Fluon, Gaflon, Halon, Hosaflon, Polyflon,
Soreflon dan Teflon. Sifat-sifat PTFE adalah:
a) licin dan berlilin
b) umumnya berwarna abu-abu
c) mempunyai koefisien gesek yang sangat rendah (0.05)
d) panas jenisnya 0.25 kal.g.0C dan konstanta dielektrik 2.1
e) mempunyai toleransi terhadap kisaran suhu yang luas
21) Film Plastik lain

21
Banyak jenis film plastik lain yang digunakan baik untuk bahan pangan
maupun produk-produk non pangan, misalnya:
a) Edible film dari amilosa pati jagung untuk kemasan permen dan
sosis yang dapat dimakan
b) Selulosa aseat butirat, yang mempunyai sifat seperti selulosa asetat
dan selulosa propionat, tapi lebih kuat, dan sering menimbulkan bau
yang tidak enak, sehingga penggunaannya sebagai bahan kemasan
terbatas.
c) Selulosa nitrat
d) Selulosa Triasetat
e) Klorotrifl oroetilen
f) Etilen buten
g) Fluorokarbon (teflon)
h) Fluorohalokarbon (nama dagangnya Aclar)
i) Silikon
j) Polisulfon
k) Polivinil alkohol, yang merupakan salah satu contoh film yang larut
air, biasanya digunakan untuk produk yang akan dilarutkan dalam air
l) Polietilen Oksida, mirip dengan polivinil alkohol, digunakan untuk
kemasan tepung yang akan dilarutkan dalam air tanpa membuka dulu
kemasannya.
m) Ionomer, yang dapat digunakan untuk kemasan vakum pada bahan
pangan
Arti kode label kemasan plastik sudah seharusnya kita kenal. Dengan
mengenal kode dan label pada kemasan plastik kita dapat menggunakan kemasan
plastik dengan tepat dan meminimalisir dampak negatif plastik pada kesehatan
maupun dampak pada lingkungan. Setiap kemasan plastik, seharusnya memiliki
kode atau label yang tertera dengan jelas. Biasanya terletak di bagian bawah
kemasan plastik. Kode atau label pada kemasan plastik berbentuk gambar segitiga
daur ulang ( 3 R) dengan angka di tengahnya.
PETE atau PET (polyethylene terephthalate); Kemasan ini berlabel angka
“1”. Plastik jenis ini berwarna jernih atau transparan, dan banyak dipakai untuk

22
botol air mineral, jus, dan hampir semua botol minuman ringan lain. Botol dengan
bahan ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Dengan kata lain tidak disarankan
dipakai berulang-ulang. Hal itu disebabkan beberapa hal, Pertama, desain leher
yang sempit pada botol membuatnya sulit dibersihkan. Sehingga bakteri dari
tangan dan mulut dapat tumbuh di dalam botol. Kedua, bila terlalu sering dipakai,
apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan
lapisan polimer pada botol tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik
(yang dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.

Gambar 1. Kode 1 dan contoh Produk

HDPE (high density polyethylene); Kemasan ini berlabel angka “2”


merupakan salah satu bahan plastik yang aman digunakan karena kandungan
plastiknya mampu mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik dengan
makanan atau minuman yang dikemasnya. Jenis plastik ini memiliki sifat bahan
yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Biasa
digunakan untuk botol kemasan susu berwarna putih, gallon air minum, kursi
lipat, dan lain-lain.
Meskipun aman, namun HDPE juga direkomendasikan hanya untuk sekali
pemakaian saja. Pasalnya, untuk membuat PET dan HDPE digunakan senyawa
antimoni trioksida. Senyawa kimia itu mudah masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan. Dan kontaminasi senyawa dalam periode lama akan menyebabkan
iritasi kulit dan saluran pernapasan. Bagi perempuan, senyawa ini bisa
meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran.

23
Gambar 2. Kode 2 dan contoh produk
PVC (polyvinyl chloride) menandakan bahan kemasan terbuat dari jenis
plastik yang sulit didaur ulang. Pada kemasan yang mengandung plastik jenis ini
biasanya tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di
tengahnya serta tulisan V yang berarti PVC (polyvinyl chloride). Plastik ini bisa
ditemukan pada pembungkus (wrap) dan beberapa botol minuman kemasan. Jenis
ini berbahaya untuk kesehatan karena mengandung DEHA (Di-2-etil-heksiladipat)
yang dapat bereaksi dengan makanan saat bersentuhan langsung. DEHA bisa
lumer pada suhu 15 derajat celsius.
Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas plastik ini
berbahaya untuk ginjal, hati dan penurunan berat badan. Jadi sebisa mungkin
hindari pemakaian jenis plastik ini. Cari alternatif pembungkus lain saja seperti
plastik dari polyethylene atau bahan alami, misalnya daun pisang atau daun jati.

24
Gambar 3. Kode 3 dan contoh produk

LDPE (low density polyethylene); Plastik jenis ini mempunyai kode angka
“4” memiliki karakter kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dengan permukaan
agak berlemak. Terbuat dari minyak bumi dan biasa dipakai untuk tempat
makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek. Pada suhu di bawah 60
derajat celsius, plastik ini sangat resisten terhadap senyawa kimia. Daya
proteksinya terhadap uap air tergolong baik. Namun, kurang baik bagi gas-gas
yang lain seperti oksigen. Plastik ini sulit dihancurkan tapi dapat didaur ulang.
Bahan ini baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan
makanan yang dikemasnya.

25
Gambar 4. Kode 4 dan contoh produk

PP (polypropylene); Kemasan ini berlabel angka “5” dalam segitiga. memiliki


kakteristik lebih kuat, transparan yang tidak jernih atau berawan, ringan dengan
daya tembus uap yang rendah, memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak,
stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengilap. PP adalah jenis bahan plastik
terbaik dan aman, terutama sebagai tempat makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol susu untuk bayi, serta
wadah plastik yang bisa dipanaskan dalam microwave. Carilah wadah dengan
kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan
berbagai makanan dan minuman.

26
Gambar 5. Kode 4 dan contoh produk

PS (polystyrene); Kemasan ini berlabel angka “6” dalam segitiga dan biasa
dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan
lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan
bahan styrene ketika makanan itu bersentuhan dengan wadah. Selain bisa
ditemukan di tempat makanan, bahan ini juga bisa ditemukan pada asap rokok,
asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Itu sebabnya, bahan ini harus
dihindari. Karena berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen
pada perempuan yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan
sistem saraf. Selain itu, bahan plastik ini sulit didaur ulang karena memerlukan
proses yang sangat panjang dan lama.

Gambar 6. Kode 6 dan contoh produk

Other; Kemamsan ini berlabel angka “7” dalam segitiga. Kemasan plastik ini
biasanya terbuat dari SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene
styrene), PC (polycarbonate), dan Nylon. Dapat ditemukan pada tempat makanan
dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah
tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. SAN dan ABS
memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan,

27
kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada
mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan
sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan
pipa. PC (Polycarbonate) dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita
(sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan
minuman, termasuk kaleng susu formula.

Gambar 7. Kode 7 dan contoh produk

Sebenarnya PC tidak dianjurkan sebagai wadah karena dapat mengeluarkan


bahan utamanya, Bisphenol A ke dalam makanan dan minuman. Efeknya, bisa
merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma,
dan mengubah fungsi imunitas. Sedangkan SAN dan ABS baik digunakan sebagai
kemasan karena memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu.
Biasanya SAN terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat
makan, penyaring kopi, dan sikat gigi. Sementara ABS digunakan sebagai bahan
mainan lego dan pipa.
Beberapa hal yang bisa disimpulkan dalam penggunaan plastic adalah simpan
makanan dan minuman dalam gelas atau stainlees steel kapanpun (jika
memungkinkan); kurangi atau hilangkan paparan (hindari penggunaan) plastik
dengan kode 1, 3, 6 dan 7; jangan gunakan produk (terutama untuk botol bayi)
teridentifi kasi nomor 7 dan paling aman menggunakan no 5, kemudian baru no 2
dan 4.
(Nugraheni, 2018)

28
D. Migrasi
Migrasi merupakan perpindahan yang terdapat dalam kemasan ke dalam
bahan makanan. Migrasi adalah proses pemindahan dua arah yang akan terus
berlangsung hingga potensi kimia dari pangan sama dengan potensi kimia yang
terdapat pada kemasan. Migrasi merupakan salah satu mekanisme yang digunakan
untuk menjelaskan interaksi antara kemasan dengan produk terkemas. Walaupun
migrasi dapat berasal pula dari bahan pangan ke dalam kemasan, yang lebih
dikhawatirkan adalah migrasi dari bahan kemasan ke dalam pangan. (Rozana,
2013)
Faktor-Faktor Apa Yang Mempengaruhi Migrasi Bahan Kimia Dari Kemasan
Pangan Ke Dalam Makanan Jumlah bahan kimia yang bermigrasi dari pengemas
ke dalam pangan tergantung pada:
 Struktur polimer
 Kerapatan plastik
 Konsentrasi bahan tambahan dalam proses pembuatan plastik
 Waktu kontak plastik dengan pangan di dalamnya
 Struktur pangan
 Suhu
 Karakteristik fisiko-kimia lainnya. (Sucipta, Suriasih and Kenacana, 2017)
Potensi migrasi meningkat seiring dengan meningkatnya lama kontak, suhu
kontak, dan luas permukaan kontak, semakin tinggi konsentrasi komponen aditif
dalam bahan kemasan, dan adanya bahan pangan yang agresif. Potensi migrasi
menurun bila bahan kemasan berbobot molekul tinggi, kontak antara pangan dan
kemasan tidak langsung atau kering, daya difusi bahan kemasan rendah (inert),
dan adanya lapisan pembatas yang inert.

29
E. Simulan Pangan
Menurut McCort-Tipton and Pesselman (1999), simulan pangan adalah
larutan yang dapat menyerupai aksi pelepasan komponen dari pangan yang berair,
asam, beralkohol, dan berlemak. Simulan pangan digunakan sebagai pengganti
pangan pada uji migrasi kemasan. Uji dengan pangan langsung terkadang sulit
dilakukan karena produk pangan merupakan matriks yang sangat kompleks.
Makanan terdiri dari beberapa komposisi yang sangat kompleks, sehingga
sulit untuk memperoleh jumlah migrasi kemasan ke produk tersebut (makanan).
Oleh karena itu digunakan simulan pangan yang merupakan single komponen
untuk mewakilkan komposisi pangan yang bertujuan untuk memudahkan melihat
dan menghitung jumlah migrasi dari bahan kemasan. Dalam buku Pedoman Uji
migrasi yang dikeluarkan oleh BPOM menyebutkan bahwa menurut aturan Uni
Eropa (EU) batas migrasi menjadi dua yaitu batas migrasi total dan batas migrasi
spesifik. Batas migrasi total adalah perpindahan seluruh zat yang berpindah dari
kemasan ke dalam pangan dalam simulant tertentu sesuai jenis atau tipe pangan
dengan batas maksimal sebesar 60mg/kg pangan. Sementara batas migrasi
spesifik adalah jumlah maksimum suatu zat spesifik yang diperbolehkan
berpindah dari suatu FCS (food contact substances) dari kemasan ke dalam
pangan dan dipresentasikan sebagai perpindahan senyawa spesifik (FCS) tersebut
ke dalam simulant pangan.
Simulan pangan yang direkomendasikan Food and Drug Administration
(FDA) dan European Union (EU) diklasifikasikan berdasarkan tipe pangannya,
yakni pangan berair, asam, berlemak, dan beralkohol. Secara umum, FDA
merekomendasikan simulan etanol 10% untuk pangan berair dan asam; etanol
10% atau 50% untuk pangan beralkohol; dan minyak makan, HB307 (campuran
trigliserida sintetis), atau Miglyol 812 (minyak kelapa yang difraksinasi) untuk
makanan berlemak. FDA juga mengatur tentang beberapa simulan pengganti
untuk pangan berlemak, bila penggunaan minyak makan tidak praktis. Simulan
tersebut terdiri dari etanol 95% dan 50%, tergantung polimer yang diuji. Alternatif
simulan pangan yang disarankan oleh FDA, antara lain: air destilasi dan asam
asetat 3% untuk pangan berair dan asam; dan etanol 50% atau 95% atau heptana
untuk pangan berlemak.

30
Pelapis dari resin atau polimer.

Tabel 1. Tipe Pangan

TIPE BAHAN PANGAN DAN PANGAN OLAHAN


I Tidak bersifat asam (pH ≥ 5,0), produk – produk mengandung air,
dapat mengandung garam atau gula atau keduanya, termasuk emulsi
mengandung minyak dalam air dengan kandungan lemak rendah atau
tinggi
II Bersifat asam (pH ≤ 5,0), produk – produk mengandung air, dapat
mengandung garam atau gula atau keduanya, termasuk mengandung
emulsi minyak dalam air dengan kandungan lemak rendah atau tinggi.
III Produk mengandung air, asam atau tidak asam, mengandung minyak
atau lemak bebas, dapat mengandung garam, termasuk mengandung
emulsi air dalam minyak dengan kandungan lemak rendah atau tinggi.
IV Produk susu dan turunannya :
A. Emulsi air dalam minyak, kandungan lemak rendah atau tinggi
B. Emulsi minyak dalam air, kandungan lemak rendah atau tinggi
V Lemak dan minyak mengandung sedikit air
VI Minuman:
A. Mengandung alkohol
B. Non – alcohol
VII Produk roti
VIII Padat dan kering (tidak memerlukan uji akhir)

Tabel 2. Prosedur pengujian dan simulan pangan

Kondisi Tipe Pengekstrak


Penggunaan Pangan Air, (suhu Heptana, Alkohol
(lihat dan waktu) (suhu dan 8%, (suhu
Tabel 1.) waktu) dan waktu)
A Sterilisasi panas I, IV-B 121°C, 2 -- --
suhu tinggi, > jam
100°C III, IV-A, 121°C, 2 66°C, 2 --
VII jam jam
B Sterilisasi pada titik II 100°C, 30 -- --

31
didih air menit
III, VII 100°C, 30 49°C, 30 --
menit menit
C Pengisian panas II, IV-B Diisi pada -- --
atau pasteurisasi suhu didih,
diatas 66°C didinginka
n hingga
38°C
III, IV-A Diisi pada 49°C, 15 --
suhu didih, menit
didinginka
n hingga
38°C
V -- 49°C, 15 --
menit
D Pengisian panas II, IV-B, 66°C, 2 jam -- --
atau pasteurisasi VI-B
diatas 66°C III, IV-A 66°C, 2 jam 38°C, 30 66°C, 2
menit. jam
V -- 38°C, 30 --
menit.
VI-A -- -- --
E Pengisian suhu I, II, IV-B, 49°C, 24 -- --
ruangan dan VI-B jam
disimpan (tanpa III, IV-A 49°C, 24 21°C, 30 49°C, 24
perlakuan suhu jam menit jam
dalam wadah) V -- 21°C, 30 --
menit
VI-A -- -- --
F Penyimpanan I, II, III, 21°C, 48 -- 21°C, 48
dingin, (tanpa IVA, IV- jam jam
perlakuan suhu B,VI-B,
dalam wadah) VII
VI-A -- -- --
G Penyimpanan beku, I, II, III, 21°C, 24 -- --
(tanpa perlakuan IVB, VII jam
suhu dalam wadah)
H Penyimpanan beku, I, II, IV-B 100°C, 30 -- --
siap disajikan untuk menit
dipanaskan kembali
dalam wadah pada
waktu digunakan:
1. Mengandung air,
atau emulsi minyak
dalam air dari kadar
lemak tinggi atau
2. Mengandung air, III, IV-A, 100°C, 30 49 °C, 30

32
mengandung kadar VII menit menit --
minyak atau lemak
bebas tinggi atau
rendah

(Badan, Obat and Makanan, 2019)

F. Sinar Matahari
Sinar matahari merupakan sumber dari radiasi elekromagnetik. Ketika
memancarkan radiasi, sebagian dari radiasi matahari masuk ke bumi melewati
atmosfer hingga kemudiaan sampai ke permukaan bumi. Jumlah dari total radiasi
matahari yang sampai ke bumi disebut insolasi (Kill and Houmoller, 2013).
Radiasi sinar matahari merupakan jumlah total frekuensi spectrum elekromagnetik
yang dipancarkan oleh matahari. Spektrum ini terdiri dari sinar tampak dan radiasi
sinar tampak-dekat seperti sinar X. ultraviolet, infamerah, dan gelombang radio
(Solarradiation, 2013). Sinar matahari ketika sampai di atmosfer akan di
pantulkan oleh lapisan ozon, sedangkan sisanya diserap dan diubah menjadi
panas.
Sinar ultraviolet (UV) merupakan bagian dari spectrum elekromagnetik yang
mempuyai panjang gelombang antara 40 sampai 400mm (30 hingga 3 eV).
Spectrum UV dibagi menjadi UV vakum (40-190mm), UV jauh (190-220mm),
UV C (220-290mm), UV B ( 290-320mm), UV A (320-400mm). sinar ultraviolet
mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek dari sinar tampak. Sinar ini
tidak tampak mata oleh manusia, namun Nampak bagi sebagian serangga seperti
lebah (National Aeronautics and Space Administration, 2007). Matahari adalah
sumber radiasi UV utama di bumi (Zenman, 2011). Sebagian besar sinar UV B
dan UV C dapat siabsorbsi oleh lapisan ozon bumi, tetapi residu dari sinar UV B
masih bias mencapai tanah. Residu sinar UV B tersebut bisa di absorbsi oleh
protein dan DNA yang bisa berakibat fatal, seperti terjadinya kanker.
Energi yang didapat dari matahari cenderung konstan, namun dapat pula
bervariasi tergantung letak dari tempat tersebut pada matahari.(Nito, 2013).

33
G. BPA

Gambar 8. Struktur BPA

Bisfenol A (CAS 80-05-7) merupakan nama yang umum digunakan untuk


senyawa 2,2-(4,4’-dihidroksifenil) propane, 4,4’-isoproplidendifenol, atau 2,2’-
bis(4-hidroksifenil) propane. BPA mempunyai berat molekul sebesar 228,29
g/mol dan rumus kimia C15H16O2. BPA dihasilkan memalui kondensasi fenol oleh
aseton dengan katalis resin penukar ion yang kuat (Rykowska and Wasiak, 2006)
ataupun dengan kondensasi fenol dan aseton dengan katalis asam (NTP-CERHR,
2008). Bisfenol A (BPA) berwujud padatan putih, dan berbau fenolik lembut atau
bau seperti “rumah sakit” (NTP-CERHR, 2008). Produk yang berbahan dasar atau
menggunakan BPA (bisfenol A) sudah secara luas digunakan lebih dari 50 tahun
yang lalu.

Tabel 3. Sifat fisika-kimia BPA (Staples, Dorn, Klecka, O’block and Harris,1998)

Sifat Fisika-kimia BPA Nilai


Titik didih 2000C pada 4 mmHg. 3990C pada
760 mmHg
Titik lebur 150-1570C
Grafitasi 1.060-1.195 g/mL pada 20-250C
Kelarutan di air 120-300 mg/L pada 20-250C
Tekanan uap 8.7 x 10-10 -3.96 x 10-7 mmHg pada
20-250C

34
Stabilitas/reaktivitas -
Log Kow 2.20-3.82
Konstanta Henry 1.0 x 10-10atm m3/mol

BPA biasanya digunakan sebagai intermediet dalam pembuatan plastik


polikarbonat dan resin epoksi Bisfenol A juga biasanya digunaka sebagai bahan
penstabil atau antioksidan pada banyak jenis plastik seperti polivil klorida
BPA merupakan suatu bahan kimia yang diproduksi oleh pabrik dalam
jumlah massal. Pada tahun 1991, volume produksi BPA mencapai 7,26 milyar g
( atau setara 16 juta pon) (HSDB, 2003). Pada pertengahan 2004, produksi BPA di
amerika serikat tercatat sebanyak 1,024 juta kubik ton (atau setara 2,3 miliyar
pon) (NTP-CERHR, 2008). Pada tahun 2006 , produksi BPA diseluruh dunia
menvapai 3,8 juta kubik ton (Plastik Europe, 2007), sedangkan konsumsinya pada
tahun 2003 di Amerika Serikat sendiri sebesar 856.000 kubik ton (1,9 milyar
pon); dimana 619.000 kubik ton (1,4 milyar pon) sebagai resin epoksi dan 53.000
kubik ton (117 juta pon) digunakan untuk lain-lain.
Polikarbonat merupakan polimer dari BPA yang mana akan menghasilkan
suatu struktur plastik kuat, jernih, dan tidak mudah hancur. Polikarbonat dibuat
dengan mencampur BPA dengan difenil karbonat pada suhu 573 K seperti pada
gambar 9.

Gambar 9. Proses pembuatan polikarbonat (Rykowska and Wasiak, 2006)

Polikarbonat banyak digunakan dalam pemmbuatan media optic seperti CD


dan DVD, pada bidang kelistrikan dsan perlengkapan elektronik serta bahan

35
bangunan, polyester unsaturated, resin polisulfon (Olea, Pulgar, Perez, Olea-
Serrano, Rivas, Novillo-Tertrell et al., 1996) serta pada peralatan yang tahan
banting (NTP-CERHR, 2008). BPA juga secara luas digunakan pada bidang
medis, perlengkapan kesehatan serta kemasan botol dan wadah (Beronius and
Hanberg, 2011). Selain digunakan murni, plastik polikarbonat dapat pula
dicampur dengan material lain untuk membuat material seperti yang digunakan di
industry telepon genggam, peralatan rumah tangga dan industry otomotif. Plastik
polikarbonat di tandai dengan kode nomor daur ulang “7” atau huruf “PC” didekat
symbol daur ulang.
Resin epoksi juga luas penggunaannya dan biasanya digunaka dalam
pembuatan pelindung dan sifat pada serbuk. Penggunaan lainnya pada bidang
elektrik dan elektronik, teknik sipil, dan pelindung dalam industry otomotif. Resin
epoksi juga umum digunakan sebagai bahan pelapis logam seperti pada kaleng
minuman, tutup botol serta pipa air (NTP-CERHR, 2008).

H. Peruraian BPA dan Pemejanannya pada manusia


Pemejanan BPA dari suatu polikarbonat atau resin epoksi terjadi apabila
monomer BPA lepas dari bentuk polimernya (dari suatu polikarbonat atau resin
epoksin). Lepasnya suatu monomer BPA dapat terjadi akibat dari suatu proses
polimerisasi yang tidak sempurna atau hidrolisis yang disebabkan peningkatan
suhu atau PH yang ekstrim (Europe Chemicals Bureau, 2008) serta Pemakaian
berkali-kali (Nam, Seo, and Kim, 2010).
Pemejanan BPA pada manusia terjadi terutama akibat dari makana yang
tercemar BPA sebagai akibat penggunaan wadah polikarbonat (atau yang
mengandung monomer BPA lainnya seperti botol bayi, peralatan makan, dan
wadah makanan serta kaleng makanan dan minuman yang dilapisi resin epoksi)
(Beronius and Hanberg, 2011). Selain dari wadah makanan secara langsung, BPA
juga dapat terpejan dari sumber berupa debu, udara dan air (terutama akibat
berenang dan mandi dimana BPA mengkontaminasi lewat kulit). BPA dalam
serbuk juga dapat terpejan melalui permukaan beberapa thermal printing papers,
misalnya nota kasir dimana serbuk BPA tersebut terpejan ke kulit ketika
bersentuhan dengan kulit (Biedermann, Tschudin, and Grob, 2010). Menurut
Toxic Release Inventory, total BPA yang terbebas kelingkungan pada tahun 2004

36
adalah sebesar 181.768 pon: dimana 132.256 pon ke udara, 3.533 pon ke air, 172
pon injeksi, dan 45.805 ke tanah (NTP-CERHR). Menurut Staples et al. (1998),
degradasi BPA tersebut terjadi akibat BPA yang mampu menyerap sinar
ultraviolet terutama sinar yang masuk dan diserap oleh laruan bawaannya serta
diketahui bahwa fotolisis dari permukaan air dapat terjadi terutama akibat
pengaruh pH, turbiditas, turbulensi, dan sinar matahari. Waktu paruh akibat foto-
oksidasi dari BPA berkisar antara 66 jam sampai 160 hari.
BPA yang meluruh dari botol dapat mengkontaminasi manusia dan dapat
berakibat fatal. BPA mempunyai struktur mirip dengan esterogen sehingga dapat
berikatan dengan reseptor esterogen dan meningkatkan aktivitas esterogen dalam
tubuh (Temes and Joss, 2006). BPA juga diklasifikasikan sebagai endocrine
discrupting chemical (EDC), yang mana BPA berperan sebagai agen eksogen
yang menggangu produksi, pelepasan, transportasi, metabolism, pengikat, aksi,
maupun eliminasi dari hormon alami (US-FDA, 2008). Sejumlah efek dari BPA
pada hewan uji telah banyak dilakukan dengan target organ yang meliputi usus,
hati dan ginjal. Lebih jauh, BPA juga dapat mengacaukan efek pada sistem-sistem
endoktrin yang lain seperti efek yang dimediasi androgen, hormone tiroid,
prolaktin, insulin, dan lainnya (Wetherill, Akingbemi, Kanno, McLaachian,
Nadal, et al. 2007).
Penggunaan BPA sebagai polimer untuk produk tambahan makanan baik
langsung maupun tidak serta alat-alat kedokteran gigi masih diperbolehkan oleh
FDA menurut Peraturan Relugasi Federal (Code of Federal Regulation/CFR).
Dalam PEraturan Regulasi Federal, BPA (4,4’-isopropilidnedifenol) disetujui
penggunaannya sebagai anoksomer, dan pelingdung pada permukaan wadah
makanan dan bahan resin gigi (FDA, 2006).
Dosis perhari yang di perbolehkan (Tolerable daily intake/TDI) dari BPA
telah ditetapkan oleh European food safety authority (EFSA, 2006) adalah sebesar
50 µg/KgBB hari. Walau bagaimanapun, hasil dosis perhari/TDI yang
diperbolehkan ini diragukan oleh banyak orang ilmuwan karena hasil EFSA
ditetapkan berdasarkan petunjuk yang disetujui dan dikategorikan sebagai
petunjuk yang terpercaya dan berkualifikasi sangat baik. Pada kenyataanya,
banyak penelitian yang dilakukan tidak berdasarkan petunjuk EFSA menujukan

37
hasil yang kontroversi bahwa TDI yang ditemukan dibawah 50 µg/KgBB/ hari
bahkan beberapa µg/KgBB/ hari (Richter, Birnbaum, Farabollini, Newbold, Rubin
and Talsness, 2007).
Beberapa lembaga didunia menetapkan dosis harian yang diperbolehkan atau
TDI, seperti di Eropa 0,01 mg/KgBB/ hari (SCF, 2012), 0,05 mg/KgBB/ hari
(EFSA, 2013); Amerika Serikat, Kanada sebesar 0,025 mg/KgBB/ hari (Health
Canada, 2008); dan Jepang 0,05 mg/KgBB/ hari (AIST, 2007).

I. Metabolisme BPA
Pada manusia dan primate lainnya, BPA yang dikonsumsi secara oral akan
dengan cepat terabsorbsi pada dinding usus, terikat dengan asam glukoronat dan
diubah menjadi BPA-glukoronid pada metabolism fase satu (first pass
metabolism) oleh suatu enzim di hati (NTP-CERHR, 2008) dan sejumlah kecil
BPA diubah menjadi konjugat sulfat (gambar 3). Reaksi ini digolongkan sebagai
reaksi deaktivasi. Proses flukoronidasi, membuat BPA menjadi lebih larut di fase
air (polar) sehingga akan lebih mudah untuk dieluminasi memalui urin dan
meminimalisir kemungkinan untuk berinteraksi dengan proses-proses biologis
lainnya. Lebih dari 80% BPA yang dikonsumsi secara oral akan dibuang dari
tubuh dalam waktu 5 jam. Bentuk konjugat sulfat inilah yang berperan sebagai
pengganggu endokrin (INFOSAN, 2009).

Gambar 10. Proses biotransformasi BPA pada manusia dan hewan uji menjadi
BPA-glukoronid dan BPA-sulfat (Aschberger, Castello, Hoekstra, Karakitsios,
Munn, Pakalin, et al. 2010)

38
Penelitian oral yang dilakukan pada tikus ditemukan bahwa BPA pada
jaringan tubuh ditemukan terkonsentrasi pada jaringan hati, ginjal, jaringan mati
serta pada otak dan testis konsentrasinya rendah (Aschberger et al., 2010).
Pada kasus yang melibatkan janin, jumlah BPA pada jaringan fetus sama
dengan jumlah BPA yang ada pada darah ibu sehingga ini menunjukan bahwa
BPA dapat terdistribusi melalui plasenta. BPA juga dapat berpindah melalui air
susu dengan konsentrasi 1-3µg/L atau sedikit lebih tinggi dari BPA yang terdapat
dalam darah ibu. Data toksikologi menunjukan bahwa fase embrionik/neonatal
tidak mempunyai kemampuan untuk mengkonjugasi BPA seperti pada dewasa,
namun pada fase embrionik/neonatal dapat tetap memetabolisme BPA lewat
sulfatasi (enzim sulfotransferase). Fetus merupakan individu yang paling rentan
dimana pemaparan BPA tidak hanya terjadi akibat penularan dari induknya
melewati plasenta atau air susu namun juga terjadi akibat pemakaian wadah
berbahan PC (terutama botol susu bayi) (INFOSAN, 2009). Menurut penelitian
dari Domoradzki, Thornton, Pottenger, Hansen, Card, Markham et al., (2004),
kemampuan hewan uji tikus sangat muda untuk metabolisme BPA kurang baik
dibandingkan dewasa terkait dengan kurang berkembangnya proses glukoronidasi
saat tikus berada dalam fase awal kehidupan. Menurut penelitian Ikezuki,
Tsutsumi, Takai, Kamei, dan Taketani (2002) serta Welshons, Nagel dan Von
Saal (2006), peningkatan dosis pada induk juga akan memicu peningkatan
akumulasi sirkulasi BPA pada fetus.
Penelitian lain menunjukan bahwa terjadi pula peristiwa dekonjugasi BPA
yang menyebabkan BPA yang sudah dideaktivasi (BPA yang telah
terglukoronidasi dan tersulfatasi) menjadi aktif k embali/reaktivasi oleh enzim β-
glukoronidase dan arisulfatase C menjadi BPA bebas (Ginsberg and Rice, 2009).
Enzim β-glukoronidase merupakan enzim yang tidak hanya terdapat pada saluran
pencernaan usus halus, namunn juga terdapat pada suruh bagian tubuh, termasuk
plasenta dan hati fetus (yang diduga turut berperan dalam akumulasi pada fetus).
Arilsulfatase C berkembang pada masa awal kehidupan dan dapat
mendekonjugasi BPA sulfat menjafi bentuk bebasnya (Aschberger et al., 2010).
Padda manusia, BPA yang di ekskresikan lewat urin mempunyai waktu paruh
sekitar 5 jam setelah pemejanan secara oral. Waktu paruh pada manusia ini sangat

39
berbeda dengan hewan pengerat akibat proses resirkulasi enterhepatik yang
menyebabkan waktu paruh yang lebih lambat yaitu sekitar 15 sampai 22 jam
(Aschberger et al., 2010). Ditemukan pula fakta lain bahwa konsentrasi BPA tidak
akan berkurang dengan cepat dengan puasa (Stahlhut, Welshons, and Swan,
2009).
J. Dampak BPA
Sejumlah efek dari BPA pada hewan uji telah banyak diteliti terutama dengan
target organ yang meliputi usus, hati dan ginjal. Efek yang lebih terlihat pada
pemejanan BPA berupa efek secara fisik, saraf dan perubahan pada
perkembangan sifat atau tingkah laku. BPA bersifat sebagai oesterogen lemah
dimana mempunyai afinitas yang lebih lemah terhadap reseptor oesterogen (ERα
dan ERβ) dari pada oesterogen endogen dan serta secara cepat dimetabolisme oleh
tubuh menjadi BPA- glukoronid dimana secara hormone tidak aktif. Namun BPA
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor esterogen – terhubung (EER-γ),
dimana afinitas yang tinggi inilah yang dilaporkan mengganggu kinerja dari
endokrin (Endocrine Discrupting Chemical) (INFOSAN, 2009).
Sebagai Endocrine Discrupting Chemical, BPA berperan sebagai agen
eksogen yang menggaggu produksi, pelepasan, transportasi, metabolisme,
pengikatan, aksi, maupun eliminasi dari hormone alami (US FDA, 2008). BPA
digolongkan sebagai oesterogen lingkungan yang lemah (weak environmental
oesterogen) dikarenakan BPA berikatan dengan reseptor oesterogen alfa dan beta
dengan kekuatan 10.000-100.000 kali lipat lebih lemah dari pada 17β-oestradiol
(hormone alami) (Aschberger et al., 2010). Beberapa penelitian dilakukan
sehubungan dengan pemejanan dosis kecil BPA dan efek merusaknya pada
jaringan yang berhubungan dengan androgen atau oesterogen misalnya sistem
imun, tiroid dan sistem saraf. Penelitian tersebut melaporkan bahwa BPA dapat
menstimulasi aforemention cellular response pada dosis kecil baik lewat
mekanisme genomic (reseptor inti oesterogen) ataupun non-genomik
(berhubungan dengan membran atau transduksi intraseluler) (Wetherill et al.,
2007). Dilaporkan pula efek dari BPA mungkin dimediasi lewat reseptor
permukaan sel oesterogen (GPR30). BPA diketahui pula ekuipoten dengan 17β-
oestradiol dan dietilstilbestrol (Alonso-Magdalena, Labiri, Ropero, Fuentes,

40
Ripoll, Soria et al., 2005) dan menunjukan sifat merusak sifat normal reseptor inti
hormone oesterogen di pancreas (Adachi et al., 2005).

K. Penelitian Terdahulu

41
II. METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Bahan Penelitian
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu baku BPA
97% (E. Merck), etanol pro analysis (E. Merck), Asetonitril pro analysis
(E. Merck), dan aquabides. Sampel yang digunakan dalam penelitan ini
adalah botol minum.
2. Alat Penelitian
Seperangkat alat KCKT fase terbalik merek shimadzu LC-2010C (pompa
merek shimadzu, detektor UV-Vis merek shimadzu), kolom oktadesilsilan
(C18) merek KNAUER C18 N0. 25EE181KSJ (B115Y620) dengan
dimensi 250 x 4,6 mm, packing KROMASIL 100-5 C18, seperangkat
komputer merek dell B6RDZ1S Connexant Sistem RD01-D850 A03-0382
JP France S.A.S., printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730,
ultrasonikator merek Retsch tipe T460 No. V935922013 EY, syringe,
neraca analitik Ohaus Carat Series PAJ 1003 (max 60/120 g, min 0,001 g,
d = 0,01/0,1 mg/s), penyaring milipore, mikropipet Socorex, organik dan
anorganik solven membran filter whatman polypropylene backed ukuran
pori 0,5 µm dan diameter 47 mm, membran filter whatman ukuran pori
0,45 µm dan diameter 47 mm, pompa vakum, seperangkat alat gelas
(Pyrex).

B. Waktu dan Tempat


Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober
2021 di Laboratorium Djuanda Bogor.

C. Metode Penelitian
D. Variabel Yang Digunakan
Jenis penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris. Penelitian ini dilakukan
dalam skala laboratorium. Beberapa variabel yang dapat mempengaruhi proses
dalam penelitian ini yaitu intensitas paparan radiasi sinar matahari, lama kontak

42
paparan radiasi sinar matahari,dan simulan. Variabel yang digunakan pada
penelitian ini yaitu :

1. Variabel terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah kadar BPA yang pada galon air
minum
2. Variabel bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain lama
kontak paparan radiasi sinar matahari, dan simulan. Lama kontak dalam
proses paparan sinar matahari terjadi ketika disinari cahaya matahari, variasi
lama waktu paparan sinar matahari dalam penelitian ini adalah 0 ; 7 ; 14 ; 21;
28. Simulan dalam peneltian ini adalah alkhol 10%, alkhol 20%, alkhol 50%
dan asam asetat . Pada tabel 3 menunjukkan hasil lama kontak paparan sinar
matahari (hari) dan simulan uang berbeda.
Tabel 4. Hasil lama kontak paparan radiasi sinar matahari

Lama kontak paparan radiasi sinar matahari ( Hari ) Simulan


0 A, B, C, D
7 A, B, C, D
14 A, B, C, D
21 A, B, C, D
28 A, B, C, D

Keterangan :
A : Alkhol 10%
B : alkohol 20%
C : alkohol 50%
D : Asam asetat
E. Rancangan Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) model tetap
yang disusun secara faktorial 5 x 4 dengan masing-masing perlakuan dilakukan
pengulangan sebanyak 2 kali
a. Faktor A : Lama Kontak Paparan Sinar Matahari
b. Faktor B : Simulan

Yij = μ +τ i + β j + ε ij
Keterangan : Yijk = Variabel yang diukur
Yij : pengamatan pada perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j

43
μ : rataan umum
τi : pengaruh perlakuan ke-i
βj : pengaruh perlakuan ke-j
εij : pengaruh model tetap pada perlakuan ke-i kelompok ke-j
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini disajikan menggunakan metode deskriptif
dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi dengan bantuan software Microsoft Excel
untuk mengetahui lama kontak paparan sinar matahari dan simulan terhadap
migrasi Bisphenol A terhadap kemasan galon. Dari hasil analisis akan dapat
diketahui berapa besar pengaruh dari lama kontak dan simulan terhadap migrasi
Bisphenol A .
G. Rumus Migrasi
m x α 2 x 1000
M=
α1 x q
Keterangan :
M adalah migrasi (mg/kg)
m adalah kadar Bisphenol A yang dilepaskan oleh sampel saat uji migrasi
(mg)
α1 adalah luas permukaan sample yang kontak dengan simulan (cm2)
α2 adalah luas permukaan bahan yang kontak dengan pangan pada kondisi
nyata saat digunakan (cm2)
q adalah banyaknya pangan yang kontak dengan bahan yang di gunakan
pada kondisi nyata saat digunakan (g)
H. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah (ha) lama kontak dan simulan yang
berpengaruh terhadap migrasi bisphenol A terhadap kemasan.

44
Gambar 11. Diagram alir penelitian

45
DAFTAR PUSTAKA

[BPOM] Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 2019. Peraturan Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Nomor 20 Tahun 2019 Tentang Kemasan Pangan.
Jakarta.
Afriya, N., et al. 2013. Laporan Praktikum Kemasan Lanjut Pengujian Migrasi
Berbagai Kemasan Plastik. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor.
Apridinata. 2017. Analisis Migrasi Ftalat Dari Kemasan Plastik Makanan Pada
Simulan Makanan Dengan Kromatografi Gas-Detektor Nyala Ionisasi
(GC-Fid) [Skripsi]. Universitas Sriwijaya. Inderlaya.
Biles., et al. 1997. Determination of Bisphenol-A in Reusable Polycarbonate
Food-Contact Plastics and Migration to Food-Simulating Liquids.
Journal of Agricultural and Food Chemistry, Vol. 45(9):3541-3544. U.S.
Food and Drug Administration. Washington, D.C.
Endang dan Sulchan. 2007. Food Safety of Plastic and Styrofoam Packaging. Maj
Kedokt Indon, Vol. 57(2): 54-59. Universitas Diponegoro. Semarang.
Esmer., et al. 2020. Safety of Polycarbonate Water Carboys for Residual and
Migration Levels of Bisphenol-A. Akademik Gida, Vol. 18(4):411-420.
Ege University. Turkey.
Kristiyanto. 2013. Pengaruh Paparan Radiasi Sinar Matahari Terhadap Kadar
Bisfenol-A Dalam Botol Plastik Jenis Polikarbonat Yang Ditetapkan
Menggunakan Kromatrografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik
[Skripsi]. Universitas Sanatha Dharma. Yogyakarta.
Nemati., et al. 2017. Quality Control of the Migration of Bisphenol a from Plastic
Packaging into Iranian Brands of Food Grade Oils. Pharmaceutical
Science, Vol. 24:141-147. University of Medical Sciences. Tabriz. Iran.
Nugraheni. 2018. Buku Keamanan Pangan. Plantaxia. Yogyakarta.
Nugroho., et al. 2018. The Content Analysis of Bisphenol A (BPA) on Water in
Plastic Glass with Varying Temperatures and Contact Times using UV-
VIS Spectrophotometer. Indonesian Review of Physics, Vol. 1(2):27-32.
Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta.
Rudel., et al. 2011. Food Packaging and Bisphenol A and Bis(2-Ethyhexyl)
Phthalate Exposure: Findings from a Dietary Intervention. Article in
Environmental Health Perspectives, Vol. 119:915-920. Silent Spring
Institute. United States American (USA).
Sucipta., et al. 2017. Pengemasan Pangan. Udayana University Press . Denpasar.
Bali.

46
47

Anda mungkin juga menyukai