Anda di halaman 1dari 5

Konflik Nagorno-Karabakh

Konflik Nagorno-Karabakh adalah suatu persengketaan wilayah dan konflik


etnis antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh, yang secara de
facto dikuasai oleh Republik Nagorno-Karabakh yang diproklamasikan sendiri, tapi secara
internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan. Konflik ini dimulai dari awal abad ke-20,
meskipun konflik yang sekarang dimulai pada tahun 1988 dan meningkat menjadi perang
berskala penuh pada awal 1990-an. Ketegangan sporadis dan pertempuran di perbatasan terus
berlanjut di wilayah itu meskipun suatu perjanjian gencatan senjata telah ditandatangani pada
tahun 1994.

Daftar isi
1. Latar belakang
2. Garis waktu
2.1Perang Nagorno-Karabakh (1988-1994)
2.2Pertempuran kecil Mardakert 2008
2.3Kekerasan 2010
2.4Pertempuran lanjutan 2011-2013
2.5Bentrokan dan penembakan helikopter 2014
2.6Perlawanan sporadis 2015
2.7Bentrokan 2016
3. Korban jiwa
4. Referensi

Latar belakang
Berlatarbelakang Perestroika dan disusul dengan pembubaran Uni Soviet, ketegangan etnis
meningkat antara orang Armenia dengan orang Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh.

Garis waktu
Perang Nagorno-Karabakh (1988-1994)
Perang Nagorno-Karabakh, dikenal juga sebagai Perang Pembebasan Artsakh di Armenia
dan Nagorno-Karabakh, adalah suatu konflik bersenjata yang terjadi pada akhir 1980-an
hingga Mei 1994, di daerah kantong Nagorno-Karabakh barat daya Azerbaijan, antara etnis
mayoritas Armenia dari Nagorno-Karabakh didukung oleh Republik Armenia dengan
Republik Azerbaijan. Armenia dan Azerbaijan, keduanya bekas Republik Soviet,
mendeklarasikan perang di pegunungan Karabakh karena Azerbaijan berusaha untuk
mengekang gerakan separatis di Nagorno-Karabakh. Parlemen daerah kantong telah
memberikan suara mendukung penyatuan wilayahnya dengan Armenia dan dilakukan
referendum yang diboikot oleh penduduk Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, yang hasil
referendum itu suara terbesar mendukung kemerdekaan. Permintaan untuk menyatukan
dengan Armenia, yang dimulai lagi pada tahun 1988, mulai dilakukan dengan cara-cara
relatif damai. Tetapi, pada bulan-bulan berikutnya, saat pembubaran Uni Soviet semakin
dekat, secara bertahap tumbuh menjadi konflik kekerasan yang semakin meningkat antara
etnis Armenia dan etnis Azerbaijan, yang memunculkan klaim pembersihan etnis dari kedua
belah pihak.[16][17]
Bentrokan antaretnis antara keduanya pecah tak lama setelah parlemen Nagorno-Karabakh
Autonomous Oblast (NKAO, "Daerah Otonom Nagorno-Karabakh") di Azerbaijan pada
tanggal 20 Februari 1988 memilih untuk menyatukan wilayah itu dengan Armenia. Situasi
sekitar pembubaran Uni Soviet membantu gerakan separatis Armenia di Azerbaijan Soviet.
Deklarasi pemisahan diri dari Azerbaijan adalah hasil akhir dari konflik teritorial mengenai
wilayah.[18] Saat Azerbaijan menyatakan kemerdekaannya dari Uni Soviet dan menghapus
kekuasaan yang dipegang oleh pemerintah daerah kantong, mayoritas etnis Armenia memilih
untuk memisahkan diri dari Azerbaijan dan dalam prosesnya memproklamasikan Republik
Nagorno-Karabakh yang masih diakui secara terbatas.[19]
Pertempuran skala penuh meletus pada akhir musim dingin tahun 1992. Mediasi internasional
oleh beberapa kelompok, termasuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di
Eropa (OSCE), gagal memberikan resolusi akhir agar kedua belah pihak bisa bekerja sama.
Pada musim semi tahun 1993, pasukan Armenia merebut daerah-daerah di luar daerah
kantong itu sendiri, yang mengancam keterlibatan negara-negara lain di wilayah tersebut.
[20]
 Pada akhir perang tahun 1994, etnis Armenia menguasai sepenuhnya sebagian besar
daerah kantong dan juga menahan dan saat ini mengendalikan sekitar 9% dari wilayah
Azerbaijan di luar daerah kantong.[21] Sebanyak 230.000 orang Armenia dari Azerbaijan dan
800.000 orang Azeri dari Armenia dan Karabakh telah mengungsi akibat konflik.
[22]
 Sebuah perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia ditandatangani pada Mei
1994 dan sejak itu pembicaraan damai, yang dimediasi oleh Kelompok Minsk OSCE, telah
dilakukan oleh Armenia dan Azerbaijan.
Beberapa bentrokan terjadi pada tahun-tahun berikutnya setelah gencatan senjata tahun 1994.
[23]

Pertempuran kecil Mardakert 2008


Pertempuran kecil Mardakert dimulai pada 4 Maret 2008 setelah protes pemilihan umum
Armenia tahun 2008. Pertempuran itu termasuk paling sengit antara etnis Armenia[24] dengan
pasukan Azerbaijan[25] terkait sengketa wilayah Nagorno-Karabakh[25][26] sejak gencatan
senjata 1994 setelah Perang Nagorno-Karabakh.
Sumber-sumber Armenia menuduh Azerbaijan mencoba untuk mengambil keuntungan dari
kerusuhan yang sedang berlangsung di Armenia. Sumber-sumber Azerbaijan menyalahkan
Armenia, mengklaim bahwa pemerintah Armenia berusaha untuk mengalihkan perhatian dari
ketegangan internal di Armenia.
Menyusul insiden itu, pada tanggal 14 Maret 2008 Majelis Umum PBB, dengan suara 39
mendukung dan 7 menolak, memberlakukan Resolusi 62/243, yang menuntut penarikan
dengan segera semua pasukan Armenia dari wilayah-wilayah Azerbaijan yang mereka
duduki.[27]
Kekerasan 2010
Pada tanggal 18 Februari 2010 terjadi baku tembak antara Angkatan Bersenjata
Azerbaijan dan pasukan militer Armenia Karabakh. Azerbaijan menuduh pasukan Armenia
menembaki pos-pos Azerbaijan dekat Desa Tekan Garagoyunlu, Qızıloba, Qapanlı,
Yusifcanlı, dan Cavahirli, serta di dataran tinggi Agdam Rayon dengan senapan-senapan
kecil, termasuk penembak jitu.[28][29] Akibatnya, tiga orang tentara Azerbaijan tewas dan satu
terluka.[30]
Selain itu, pada tahun yang sama, terjadi juga serangkaian pelanggaran gencatan senjata.
Kedua belah pihak saling menuduh. Pelanggaran ini adalah yang terburuk dalam dua tahun
dan pasukan Armenia mengalami kehilangan terbesar sejak pertempuran Mardakert Maret
2008.[31]
Antara 2008 dan 2010, 74 tentara tewas di kedua belah pihak.
Pertempuran lanjutan 2011-2013
Pada 10 Maret 2011, seorang anak laki-laki Azerbaijan tewas akibat tembakan penembak
jitu Armenia.[32]
Pada akhir April 2011, bentrokan perbatasan menewaskan tiga orang tentara Nagorno-
Karabakh,[33] sementara pada 5 Oktober, dua tentara Azeri dan satu tentara Armenia tewas.
[34]
 Secara keseluruhan selama tahun 2011, 10 tentara Armenia tewas.[35]
Tahun berikutnya, bentrokan perbatasan antara kekuatan
bersenjata Armenia dan Azerbaijan terjadi sejak akhir April hingga awal Juni. Bentrokan itu
mengambil korban jiwa lima tentara Azeri dan empat tentara Armenia. Seluruhnya selama
2012, 19 tentara Azeri dan 14 tentara Armenia tewas. [36] Laporan lain menyebutkan jumlah
tentara Azeri yang tewas pada angka 20.[23]
Sepanjang 2013, 12 tentara Azeri dan 7 tentara Armenia tewas dalam bentrokan perbatasan.
[36]

Bentrokan dan penembakan helikopter 2014


Tahun 2014 beberapa bentrokan perbatasan meletus yang mengakibatkan 16 korban jiwa di
kedua belah pihak hingga 20 Juni.[37]
Tanggal 2 Agustus, otoritas Azeri mengumumkan bahwa delapan tentara mereka tewas dalam
bentrokan selama tiga hari dengan pasukan NKO.[38] NKO membantah ada korban di pihak
mereka, dengan mengatakan Azeri menderita 14 orang tewas dan banyak yang terluka.
[38]
 Pejabat setempat di Nagorno-Karabakh melaporkan setidaknya dua tentara Armenia tewas
dalam insiden terbesar di wilayah itu sejak tahun 2008.[39] Lima orang Azeri tewas pada
malam berikutnya, menjadikan jumlah korban tewas sejak Agustus setidaknya 15 orang.
Kekerasan itu mendorong Rusia untuk mengeluarkan pernyataan yang kuat, mengingatkan
kedua belah pihak untuk tidak meningkatkan situasi lebih lanjut.[40]
Pada 5 Agustus 2014, pertempuran yang dimulai sejak 27 Juli mengambil korban 14 tentara
Azeri dan 5 tentara Armenia tewas. Secara keseluruhan, 27 tentara Azeri telah tewas sejak
awal tahun dalam bentrokan perbatasan.[41]
Dalam insiden terpisah pada Juli 2014, Tentara Pertahanan NKR mengumumkan bahwa
pasukannya telah menewaskan satu dan menangkap dua anggota kelompok subversif
Azerbaijan yang telah menembus garis kontak.[42] Selain memata-matai gerakan pasukan dan
instalasi militer Armenia dan pemukiman sipil di Karvachar (Kelbajar), kelompok itu dituduh
terlibat dalam pembunuhan Smbat Tsakanyan, seorang remaja laki-laki Armenia berusia
tujuh belas tahun. Kedua anggota kelompok yang masih hidup dijatuhi hukuman penjara
seumur hidup oleh pengadilan Armenia. Pada Juli 2015, video hasil rekaman kelompok itu
dirilis untuk umum dan disiarkan di televisi pemerintah Armenia.[43]
Tanggal 12 November 2014, angkatan bersenjata Azerbaijan menembak jatuh sebuah
helikopter Mil Mi-24 milik Tentara Pertahanan Nagorno-Karabakh di atas Distrik Agdam,
Karabakh. Tiga prajurit tewas dalam insiden itu. Kementerian Pertahanan Armenia
menyatakan helikopter itu tidak bersenjata dan menyebut peristiwa itu "provokasi yang
belum pernah terjadi sebelumnya." Pemerintah Azeri mengklaim helikopter itu "mencoba
menyerang" posisi tentara Azeri.[44] Otoritas Armenia menyatakan bahwa Azerbaijan akan
menghadapi "konsekuensi serius".[45] Dengan insiden itu, 2014 menjadi tahun paling
mematikan bagi Armenia sejak perjanjian gencatan senjata tahun 1994, dengan 27 tentara
tewas selain 34 korban jiwa di pihak Azeri. [46] Enam orang sipil Armenia juga meninggal
tahun 2014, sementara di pihak Azeri, hingga akhir tahun jumlah tewas naik menjadi 39
orang (37 tentara dan 2 warga sipil).[23]

Perlawanan sporadis 2015


Tahun 2015, 42 tentara Armenia dan 5 warga sipil tewas dalam kelanjutan bentrokan
perbatasan. Di pihak Azerbaijan, setidaknya 64 tentara juga meninggal. Pertempuran sporadis
terutama terjadi pada Januari, Juni, Agustus, September, November, dan sepanjang
Desember.

Bentrokan 2016
Sepanjang Januari dan Februari 2016, empat tentara Armenia dan empat tentara Azerbaijan
tewas dalam pertempuran di perbatasan Nagorno-Karabakh.[57] Korban pertama tahun 2016
adalah prajurit Nagorno-Karabakh, Aramayis Voskanian, yang dibunuh oleh penembak jitu
Azeri saat bertugas di arah timur dari Garis Kontak. [58][59] Pada pertengahan Februari, Hakob
Hambartsumyan, seorang gembala Armenia dari Vazgenashen, dibunuh juga oleh penembak
jitu Azeri.[60] Pada Maret, dua tentara Azerbaijan dan satu tentara Armenia tewas dalam
bentrokan di sepanjang perbatasan antara Azerbaijan dan Armenia.[61][62]
Antara 1 dan 5 April 2016, pertempuran sengit di sepanjang garis depan Nagorno-Karabakh
menewaskan 88 tentara Armenia dan 31-92 tentara Azerbaijan. Satu tentara Armenia dan tiga
tentara Azeri juga hilang. Selain itu, 10 warga sipil (enam Azeri dan empat Armenia) juga
tewas.[63][64] Dalam bentrokan itu, satu helikopter militer Azeri dan 13 pesawat tanpa
awak (drone) ditembak jatuh[65] dan satu tank Azeri hancur.[66]
Antara 8 dan 17 Mei 2016, pertempuran sporadis menewaskan 14 tentara Armenia dan 3
tentara Azeri, serta 1 warga sipil Azeri.[67][68] Pada 5 November 2016, artileri Armenia
menembaki posisi Azeri pada garis kontak yang menewaskan seorang prajurit. [69] Satu tentara
Armenia tewas pada 11 November 2016 dalam sebuah pertempuran di garis kontak.[70]

Korban jiwa
Tidak ada data korban jiwa yang tepat. Pada tahun 2008, pemimpin Kelompok Minsk
menyesali jatuhnya korban jiwa 30 orang dan lebih dari 50 orang terluka akibat pelanggaran
gencatan senjata. Tahun 2014 menjadi yang paling berdarah dengan tercatat 72 kematian
sepanjang tahun .[23] Menurut Union of Relatives of the Artsakh War Missing in Action
Soldiers (Persatuan Kerabat Tentara yang Hilang dalam Perang Artsakh), per tahun 2014, 239
orang tentara Karabakh masih secara resmi dinyatakan belum ditemukan.[71]
Tahun Armenia Azerbaijan Total
2008 Tidak ada data Tidak ada data 30 tentara
2009 Tidak ada data Tidak ada data 19 tentara
[72]
2010 7 tentara 18 tentara 25 tentara
2011 10 tentara[35] 4+ tentara,[34] 1 sipil[32] 14+ tentara, 1 sipil
2012 14 tentara 20 tentara 34 tentara[23]
2013 7 tentara 12 tentara 19 tentara[36]
37 tentara dan 2 warga
2014 27 tentara, 6 warga sipil 64 tentara, 8 warga sipil[23]
sipil
2015 42 tentara, 5 warga sipil[47] 64 tentara[48][49] 77 tentara, 5 warga sipil
2016 107 tentara, 5 warga sipil +101 tentara, 7 warga sipil +147-208 tentara, 12 warga sipil

Anda mungkin juga menyukai