Anda di halaman 1dari 2

Nama : Indra Muhammad Yusuf

NIM : 192111027

Kelas : HES 3A

Perang Armenia dan Azerbaijan

Kata Kunci: Kemanusiaan, Perselisihan, Keserakahan, Covid19

 Perang antara Armenia dan Azerbaijan kini kembali Meletus. Peperangan terjadi di
wilayah Nagorno-Karabakh. Perang terjadi sejak Minggu 27 September 2020. Peperangan yang
hingga kini terjadi telah memakan ratusan korban jiwa. Dewan Keamanan PBB meminta
pasukan Armenia dan Azerbaijan untuk segera menghentikan pertempuran. Para anggota dewan
mengatakan mereka mengutuk keras penggunaan kekerasan dan menyesali hilangnya nyawa dan
korban sipil. "Mendesak semua pihak untuk bekerja sama dengan para ketua bersama, untuk
dimulainya kembali dialog yang mendesak tanpa prasyarat," tulis Dewan Keamanan PBB
sebagaimana dikutip AFP, Rabu 30 September 2020.

Berawal dari dorongan memisahkan diri terjadi di mana Nagorno-Karabakh, Armenia,


ingin membuat negara sendiri. Secara teritorial Nagorno-Karabakh masuk ke dalam teritori
Azerbaijan tetapi ia dijalankan oleh etnis Armenia. Saat Uni Soviet runtuh, Nagorno-Karabakh
adalah wilayah mayoritas etnis Armenia namun Kremlin yang memegang kendali memberikan
wilayah itu pada otoritas Azerbaijan. Perbedaan mayoritas Nagorno-Karabakh yang Kristen dan
Azerbaijan yang Muslim semakin memperkeruh persoalan. Armenia pun mendukung kelompok
yang bersitegang dengan Azerbaijan sehingga menimbulkan konflik.

Di sisi lain, Azerbaijan berusaha untuk menekan gerakan separatis. Kedua negara
tersebut perang berdarah di wilayah yang sama pada akhir 1980-an dan awal 1990-an. Konflik
tersebut semakin diperumit dengan masuknya Turki. Negara itu merupakan sekutu dekat
Azerbaijan, yang mengakui kemerdekaan pada tahun 1991. Apalagi Turki tidak memiliki
hubungan resmi dengan Armenia. Sementara Armenia memiliki hubungan baik dengan Rusia.
Ada pangkalan militer Rusia di Armenia, dan keduanya adalah anggota aliansi militer Organisasi
Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO). Puluhan ribu orang tewas dan hingga satu juta orang
mengungsi di tengah laporan pembersihan etnis dan pembantaian yang dilakukan oleh kedua
belah pihak.

Konflik pun terus berlanjut selama tiga dekade terakhir, dengan gejolak serius terakhir
pada tahun 2016, ketika puluhan tentara di kedua negara tewas. Pada 2018, Armenia mengalami
revolusi damai, menyapu rezim Serzh Sargysan dari kekuasaan. Kepemimpinan kini dijalankan
oleh Perdana Menteri Nikol Pashinyan setelah pemilu bebas tahun itu. Pashinyan setuju dengan
Presiden Azerbaijan Ilham Aliev untuk mengurangi ketegangan dan mendirikan hotline militer
pertama antara kedua negara. Pada 2019, kedua negara mengeluarkan pernyataan yang
menyatakan perlunya mengambil tindakan konkret untuk mempersiapkan penduduk untuk
perdamaian. Namun, sayangnya pada Minggu 27 September 2020 perang kembali meletus.
Azerbaijan melancarkan serangan udara dan artileri sedangkan Armenia mengumumkan darurat
militer dan memobilisasi penduduk laki-laki. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan
Armenia dan otoritas di Nagorno-Karabakh menyerang terlebih dahulu. Azerbaijan meminta
mereka untuk meletakkan senjata dan menyerah.

Anda mungkin juga menyukai