( Pertanyaan tentang Perkawinan Zaman Jahiliyah dan Peminangan )
1. Sebutkan dan jelaskan jenis jenis perkawinan masa jahiliyah?
Jawab: Al Istibdha’ ( Perkawinan untuk mencari bibit unggul sebagai keturunan ), Al Mukhadanah ( Praktik perkawinan poliandri ), Asy Syighar ( Praktik perkawinan dengan menukarkan calon mempelai atau tanpa mahar ), Mut’ah ( Kawin Kontrak ). 2. Apakah bentuk bentuk perkawinan yang terjadi pada masa jahiliyah? Jawab: Ada 4 bentuk pernikahan pada masa jahiliyah yaitu pernikahan Al Wiladah, Al Istibdha’, Al Rayah, Al Rath. 3. Mengapa pernikahan dengan menggunakan praktik masa jahiliyah tidak diperbolehkan? Jawab: Karena pernikahan dengan menggunakan jenis pada masa jahiliyah tersebut lebih banyak mengandung kemadharatan, contohnya adalah nikah mut’ah atau kawin kontrak, pernikahan semacam ini akan merugikan pada mempelai wanita karena bisa saja ketika kontraknya habis ia tidak akan tanggung jawab lagi.
( Pertanyaan Hukum, tujuan, rukun dan syarat perkawinan )
1. Terdapat beberapa hukum mengenai perkawinan, jelaskan mengapa perkawinan
tersebut menjadi wajib? Jawab: Menjadi wajib ketika hasratnya sudah muncul dan sulit baginya menghindari zina. 2. Bagaimana hukumnya jika rukun dalam suatu perkawinan tidak terpenuhi? Jawab: Apabla rukun dalam suatu perkawinan tidak dapat terpenuhi maka pernikahanya tersebut tidak sah. 3. Apakah suatu perkawinan bisa dinyatakan sah bila syarat pernikahnya tidak terpenuhi? Jawab: Perkawinan itu sah bila dilakukan menurut hukum agama dan hukum negara, jika tidak memenuhi syarat perkawinan maka perkawinan itu hanya sah menurut hukum agama.
( Mahar dan Perwalian dalam Islam )
1. Apakah mahar dalam perkawinan harus di ucapkan?
Jawab: Disunahkan menyebut maskawin atau mahar, jika tidak disebutkan akan tetap sah. 2. Apakah terdapat dasar hukum tentang mahar dalam perkawinan? Jawab: Ada, dasar hukum tentang mahar terdapat dalam Q.S. An Nisa’ ayat 4 dan ayat 24. 3. Jika seseorang tidak mengetahui ayah kandungnya, apakah boleh ayah angkatnya menjadi wali dalam pernikahanya? Jawab: Ayah angkat tidak bisa menjadi wali nikah, karena ayah angkat tidak memiliki hubungan kekerabatan kandung, sehingga solusinya adalah dengan menggunakan wali hakim.
( Larangan dan Perjanjian Perkawinan )
1. Apakah tujuan perjajian perkawinan?
Jawab: a. Membatasi atau meniadakan kebersamaan harta kekayaan menurut Undang Undang. b. Adanya pemisahan antara harta suami dan istri. c. Mengatur pemberian hadiah dari suami kepada istri ataupun sebaliknya. d. Membatasi kekuasaan suami terhadap barang barang kebersamaan. 2. Apakah suatu perjanjian perkawinan boleh hanya diucapkan? Jawab: Tidak boleh, perjanjian perkawinan itu harus dibuat secara tertulis atas persetujuan kedua belah pihak yang disahkan pencatat perkawinan. 3. Bagaimana pengelompokan harta kekayaan jika diadakan perjanjian perkawinan? Jawa: Terdapat tiga jenis harta kekayaan yaitu harta persatuan, harta suami pribadi, harta isteri pribadi.
( Polygami dan Hak dan Kewajiban Suami Isteri )
1. Apa saja kewajiban suami terhadap isteri?
Jawab: Menafkahi Isteri, Memperlakukan Isteri dengan baik, Membimbing Isteri. 2. Apakah hukum polygami dalam Islam? \Jawab: Hukum Islam tidak tidak melarang polygami secara mutlak haram dan juga tidak menganjurkan secara mutlak wajib. Poligami hanya dibatasi sampai maksimal 4 orang isteri. 3. Bagaimana jika hak hak isteri tidak dipenuhi oleh suami? Jawab: Jika hak hak isteri tersebut tidak dipenuhi selama tiga bulan berturut turut baik itu hak nafkah secara lahir maupun batin, maka isteri dapat mengajukan gugatan cerai kepada pengadilan agama.
( Perkawinan beda agama )
1. Bagaimana pandangan Islam mengenai perkawinan beda agama?
Jawab: Hukum menikah dengan agama lain menurut fatwa MUI adalah haram dan akad nikahnya otomatis tidak sah, Jumhur ulama juga memutuskan tentang nikah beda agama adalah haram dan tidak sah, dalil Al-Qur’an yang menjelaskanya adalah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 221. 2. Bagaimana sikap kita jika ada seorang laki laki yang beagam Islam kemudian menikah dengan perempuan yang beragama lain, kemudian laki laki tersebut memilih berpindah mengikuti agama isterinya? Jawab: Sikap kita adalah tetap menghargai perbuatan laki laki tersebut, tetapi seharusnya perempuan lah yang berpindah agama mengikuti laki laki tersbut bukan malah sebaliknya, laki laki tersebut malah melakukan dosa besar karena murtad. 3. Mengapa pernikahan beda agama diharamkan dalam agama Islam? Jawab: Sesai dengan yang sudah dijelaskan pada Q.S. Al Maidah ayat 5, yaitu demi menjaga kehormatan diantara orang orang yang beriman, karena itu mengatakan bahwa nikah beda agama dilarang dalam Islam secara mutlak tanpa pengecualian.
( Perkawinan Wanita Hamil )
1. Bagaimana hukum menikahi wanita hamil yang dicerikan oleh suaminya?
Jawab: Berdasarkan Q.S. At Thalaq ayat 4 dijelaskan bahwa wanita yang sedang hamil tidak boleh dinikahi sebelum janin yang dikandungnya lahir. 2. Bagaimana hukum menikahi wanita yang hamil karena zina dan yang menikahinya adalah laki laki yang menzinainya? Jawab: Ada beberapa ketentuan tentang hal ini, tetapi para ulama menetapkan bahwa perkawinan diantara keduanya tetap sah, tetapi Ibn Hazim menyatakan bahwa kedua nya boleh dinikahkan dan boleh bersenggama bila keduanya telah bertaubat dan telah di dera. 3. Bagaimana cara menentukan ayah atau mempelai laki laki jika itu pada kasus perkosaan yang dilakukan oleh orang banyak? Jawab: Caranya adalah dengan melakukan tes DNA pada setiap orang yang terlibat dalam kasus tersebut untuk menentukan siapa yang harus menikahi wanita tersebut.
( Putusnya Perkawinan ( Cerai ), thalaq dan Khulu’)
1. Apakah boleh seorang istri menceraikan suami?
Jawab: Boleh, seorang istri bisa menggugat cerai suami bila hak haknya tidak terpenuhi selama tiga bulan berturut turut, caranya dengan mengajukan gugatan tersebut ke pengadilan. 2. Apakah boleh memaksa suami untuk khulu’ Jawab: Jika wanita sudah tidak sanggup lagi untuk tinggal bersama suaminya maka dia diperbolehkan untuk meminta atau memrintahkan suaminya untuk menceraikanya atau mengkhulu’. 3. Apakah seorang wanita yang telah mengajukan khulu’ kepada suami kemudian sang suami mengkabulkanya, tetapi ternyata setelah di khulu’ wanita tersebut hamil apaka khulu’nya sah? Jawab: Khulu’ yang terjadi saat wanita hamil adalah sah, tetapi suaminya wajib memberi nafkah kepada wanita tersebut karena dia adalah bapak dari anak yang dikandung.
( Fasakh )
1. Apa perbedaan fasakh dan talaq?
Jawab: Fasakh adalah pembatalan pernikahan yang sudah terjadi sedangkan talaq mengakhiri hubungan. 2. Apa sebab membolehkannya fasakh? Jawab: Apabila terdapat hal hal yang dapat mempengaruhi atau merugikan salah satu pasangan contohnya adalah salah satu pasangan menderita penyakit menular yang dapat mengancam jiwa. 3. Siapakah yang berhak memutuskan terjadinya fasakh? Jawab: Diputuskan oleh hakim pengadilan berdasarkan pengajuan suami atau istri atau wakilnya.
( Syiqaq dan Nusyuz )
1. Apa pengertian Syiqaq?
Jawab: Syiqaq adalah perselisihan, perselisihan berkepanjangan antara suami istri. 2. Apa pengertian Nusyuz? Jawab:Adalah keluarnya suami istri aau salah satunya dari tugas dan kewajibanya karena enggan dan tidak patuh. 3. Apa penyebab Nusyuz? Jawab: Bisa terjadi karena faktor ekonomi, kecemburuan yang berlebih, dan juga karena adanya pihak ketiga.
( Zhihar dan Ila’ )
1. Apa itu Zhihar?
Jawab: Menurut ulama madzhab syafi’i yaitu menyerupakan istrinya dengan wanita mahram dalam segi haramnya dinikah. 2. Apakah ada dalil Al Qur’an tentang zhihar? Jawab: Ada, yaitu pada Q.S. Al Mujadalah ayat 2 dan 3. 3. Bagaimana cara kembali dari sumpah ila’? Jawab: Denan cara mencampuri istrinya lagi jika tidak ada halangan, tetapi jika ada halangan cukup dengan lisan atau niat saja.
( Li’an )
1. Apa itu li’an?
Jawab: Yaitu menuduh istrinya melakukan zina tapi tidak mempunyai saksi. 2. Pada Surat apa dalil tentang Li’an? Jawab: Pada Q.S. An Nur ayat 6-9 3. Kapan terjadinya Li’an? Jawab: Sejak suami selesai mengucapan li’an maka sejak itu juga suami istri harus dipisahkan.
( Iddah dan Hadhanah )
1. Apa itu Iddah?
Jawab: Yaitu waktu bagi perempuan yang berpisah dengan suaminya untuk menunggu dan menahan diri dari dinikahi laki laki lain. 2. Apasaja hak istri pada masa iddah? Jawab: Seorang istri pada masa iddah berhak mendapat nafkah, kecuali jika suaminya meninggal walaupun dalam keadaan hamil. 3. Apa itu Hadhanah? Jawab: Yaitu mendidik dan memelihara anak hingga mumayyiz.