Anda di halaman 1dari 2

Nama: Riza Tyas Ardiansyah

NIM: 192141055
Prodi: Mazawa 3B

1. Komentar atas Membumikan Langit.


Setelah mendengarkan membumikan langit kita harus memahami Al-qur’an dari sisi
historisnya karena semua itu ada proses-prosesnya. Seperti halnya orang yang
menganggap khamr itu haram, pasti orang tersebut melihat dari satu ayat saja padahal
di dalam Al-Qur’an terdapat 4 ayat yang berbicara mengenai khamr. Dan kedalam 4 ayat
tersebut terdapat berbeda-beda dalam pengharaman khamr. Kalau dilihat dari ayat
pertama Al-Baqarah ayat 219 khamr itu diharamkan bagi mereka yang mengetahui
proses pengharamannya.Karena tahapannya sampai ayat yang keempat. Untuk ayat
yang ketiga membicarakan jangan kamu mendekati khamr saat kamu mendekati sholat,
dalam artian apabila waktu mabuk 2 jam. Kita mabuk pukul 10 maka pukul 12 kita
diperbolehkan untuk sholat. Hal itu digunakkan bagi orang yang tidak bisa tidak mampu
menahan mabuk. Jadi dalam ayat ini apakah Islam membolehkan kita mabuk
jawabannya boleh namun apakah kita boleh mabuk jawabannya salah, bisa salah dalam
penafsiran karena itu adalah proses yang harus kita pahami tahap-tahapnya dan saya
percaya Al-qur’an kalau dipahami secara rasional, historis, kontekstual tidak ada ayat-
ayat yang bertentangan.
QS. Ali-Imran: 130 yang turun di Madinah pada tahun 625 M. Inti dari ayat ini adalah
jangan mengambil riba yang berlebihan, karena pada tahun 625 M terjadi perang uhud
dan banyak orang yang meninggal. QS. Al-Baqarah: 275, pada ayat ini ketika kita sedang
bertransaksi dengan orang lain terdapat prinsip tidak mendzolimi dan tidak didzolimi.
Islam mengajarkan kita pinjaman yang baik. Jadi, prinsip tidak mendzolimi dan tidak
didzolimi itu benar-benar yang meminjami yang merasakannya. Dengan demikian, riba
itu bukan semata-mata transaksi yang menguntungkan. Artinya islam itu mengajarkan
kita untuk melihat sisi substansinya dan sifat-sifatnya.
Terdapat 3 jenis ayat dari qital. Pertama, QS. Al-Hajj: 39-40 yang turun di Madinah
pada tahun 2 H. Kedua, QS. Al-Baqarah: 190-192, ayat ini turun ketika umat islam ingin
mengqada umrah yang kedua, umrah yang pertama tidak terjadi lalu umrah yang kedua
ingin dilaksanakan. Ketiga, QS. At-Taubah: 29 yang turun pada tahun 9 H dalam keadaan
respon Romawi yang waktu ayat ini turun saat terjadi perang Tabuk. Uniknya pada ayat-
ayat qital ini tidak disebutkan suatu kelompok tertentu missal Yahudi atau Nasrani, yang
ada hanya ciri-ciri yakni mereka yang syirik kepada Allah swt, mereka yang kufur pada
Allah swt. Jadi, pada ayat-ayat ini yang dibahas itu sifat buruknya bukan siapanya.

2. Statemen orisinil, bidang Tafsir.


Setelah saya mendengarkan membumikan kalam langit ini ternyata
pengetahuan saya masih sangat mendasar dan di membumikan kalam langit ini saya
belajar banyak diantaranya menganai cara menyikapi tentang riba, minuman khamr
yang berdasarkan pandangan dari Al-Qur’an. Dalam hal ini membumikan kalam
langit ini mempelajari lebih dalam lagi dan memberi perspektif tersendiri. Dan saya
mengambil inti yang sangat penting seperti halnya disekitar menit 35, dapat saya
simpulkan bahwa agama (Islam) itu fleksibel. Yang artinya tidak ada batasan-batasan
khusus.
Materi yang disampaikan sangat membuat saya menjadi lebih mempelajari
suatu ayat yang berkaitan dengan ayat yang lain agar tidak terjadi kesalahan dalam
menyimpulkannya. Selain itu saya sedikit tertipu dengan ayat yang menyatakan
bahwa khamr itu diperbolehkan, tetapi ternya itu hanya proses pertama dari
pengharaman khamr. Secara spiritual saya menganggap apa yang saya pelajari
selama ini hanyalah mengacu pada satu ayat yang ternyata masih ada proses-
prosesnya yang tidak langsung menyimpulkan bahwa khamr itu haram, riba itu
dilarang. Saya merasa bahwa saya ini terlalu cukup puas sebelum mendengarkan
audio ini karena anggapan saya tetang apa yang dilarang dan apa yang dibolehkan.
Dan selain itu saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga bagi saya,
seperti halnya yang disampaikan bapak Ahmadi yaitu “jangan sampai menilai
seseorang karena kita lebih tinggi” dan disini saya mengambil kesimpulan bahwa
setinggi-tingginya pengetahuan seseorang disisi lain ada orang yang lebih tinggi di
hal yang mungkin dia belum menguasainya. Dan menurut saya kepintaran itu
subyektif sih, jadi tidak bisa semua orang kamu pukul rata. Sebagai contoh jika si A
tidak menguasai hal ini berarti bodoh, si B bisa menguasai hal ini berarti dia pintar,
akan tetapi dibalik itu ada hal yang mungkin bisa dikuasai si A yang belum tentu si B
menguasainya. Terimakasih Bapak Ahmadi.

Anda mungkin juga menyukai