Nim : 1901110017
Prodi/Kelas : Pendidikan Agama Islam (B)
Mata kuliah : Tafsir (uts)
Dosen : Drs,Rofi’i, M.Ag
1. Al-Fatihah
a. Mengapa surat Al-Fatihah berada di awal Al-Quran
Jawaban: Karena Al-Fatihah merupakan salah satu surah yang paling agung, karena
mempunyai bermacam macam nama sesuai dengan apa yang terkandung di dalam surah
tersebut, Surat Al-Fatihah artinya pembuka atau pemula, surah ini dinamakan Al-
Fatihah karena memang dengan surah inilah di bukanya Al-Qur’an. Peletakannya di
permulaan Al-Qur’an berdasarkan taufiqi yaitu perintah dari Allah yang disampaikan
kepada Nabi Muhammad.surat Al-Fatiha juga induk, pokok, atau basis bagi Al-Qur‟an
seluruhnya.
b. Apakah Al-Fatihah harus tujuh ayat meskipun tanpa bismillah
Jawab: Al-Fatihah tetap tujuh walaupun bismillahnya tidak diikuti, karena bismillah
merupakan pembuka kitab ilahi. Basmalah bukan hanya terdapat dalam pembukaan Al-
Qur‟an, namun dalam seluruh kitab Samawi. Bismillah adalah kunci pembuka
perbuatan dan pekerjaan para nabi.
c. Apa isi kandungan ayat 5,6,dan 7
Jawaban:
1) Kandungan Surat al-Fatihah Ayat Ke Lima Yaitu; Dengan kalimat ” hanya
kepada-Mu kami menyembah”, Allah membatasi penyembahan atau ibadah hanya
kepada Diri-Nya semata. Dengan ayat tersebut, kita pun harus memutuskan bahwa
ibadah hanyalah satu-satunya kepada Allah. Tidak boleh ibadah tersebut dikait-
kaitkan dengan selain Allah. Ibadah juga merupakan bentuk ketundukan manusia
kepada Allah untuk mengikuti berbagai perintah dan larangan-Nya.Shalat merupakan
bentuk ibadah yang paling dasar. Dalam hal ini, sujud merupakan bentuk ketundukan
yang paling tinggi kepada Allah. Hal ini karena dalam bersujud, orang menundukkan
wajahnya yang notabene merupakan bagian tubuh yang paling dimuliakan. Saat
bersujud, orang menempelkan wajahnya di atas lantai yang notabene merupakan
tempat yang biasa diinjak-injak oleh kaki. Apalagi di dalam shalat, terutama shalat
berjamaah, ketundukan seseorang kepada Allah juga dipertontonkan kepada semua
orang. Ditempatkannya kalimat “permintaan tolong” setelah kalimat
“penyembahan” juga merupakan bentuk pengajaran Allah kepada manusia tentang
sopan santun. Allah memerintahkan kita untuk beribadah kepada-Nya terlebih
dahulu. Setelah kita beribadah kepada-Nya, barulah kita pantas untuk meminta
pertolongan kepada-Nya. Dengan kata lain, sudah selayaknya orang meminta sesuatu
setelah ia terlebih dahulu mengerjakan apa yang diperintahkan. Sangat tidak pantas
jika seseorang meminta segala sesuatu terlebih dahulu padahal ia belum
melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya,
2) Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat Enam Dalam Surat Al-Fatihah yang terus kita
baca pada shalat kita mengandung pelajaran bahwa ada dua macam hidayah yang
terus kita minta pada Allah, yaitu hidayah supaya terus mendapatkan penjelasan
kebenaran dan hidayah supaya dapat menerima kebenaran tersebut. Inilah yang akan
kita kaji dalam faedah surat Al-Fatihah ayat 6 yang Artinya : “Tunjukilah (berilah
hidayah) kami jalan yang lurus” (Q.S. Al Fatihah [1] : 6) Ihdina (menggunakan
dhamir jamak) dalil ini menunjukkan bahwasanya bagi kaum lelaki sholat
berjama‟ah itu wajib di masjid bersama kaum muslimin. Ketika kita membaca ayat
tersebut Allah Subhanahu wata‟ala akan berkata:”Ini adalah untuk hambaku, dan
baginya apa yang ia minta”. (H.R. Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dalam
Shohihnya, At-Tirmidzi dalam Sunannya) Hendaknya ketika membaca ayat tersebut
menghadirkan hati karna Allah Subhanahu wata’ala tidak mengabulkan doa bagi
yang hatinya lalai. As Sirat (jalan yang lurus (jelas)). Dari An-Nu‟man bin Basyir
Radhiyallahu „anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : “Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di
antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui
oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat,
maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang
terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram.
Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah
larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah
larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang
diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no. 2051 dan Muslim no. 1599) Jadi kita meminta
kepada Allah Subhanahu wata‟ala agar ditunjukkan yang jelas dan dihindarkan dari
yang haram termasuk yang subhat karena yang subhat akan mengantarkan kepada
yang haram
3) Kandungan Surat Al-Fatihah Ayat Tujuh
a) Ayat ini berisi dorongan yang membawa kegembiraan agar kita mengikuti jejak
dan melaksanakan ajaran-ajaran agama dan syariat Islam. Kiranya perlu disadari
bahwa orang yang menempuh jalan lurus tidaklah seperti sinar matahari
menembus udara atau seperti angin di angkasa. Karena manusia mempunyai
musuh yang jelas dan menyesatkannya serta memalingkannya dari jalan
kebenaran dengan menawarkan kelezatan dan manfaat yang membawa kepada
kebinasaan. Karena itu Allah menetapkan dua macam perjuangan bagi kita.
Perjuangan pertama adalah pengendalian diri dari perbuatanperbuatan haram ini
hanya mungkin dengan jalan mengendalikan dan menguasai hawa nafsu yang
membawa pada kerusakan dan kefasikan. Barangsiapa yang meninggalkan
perbuatan-perbuatan haram niscaya jiwanya terangkat tinggi dan berser-seri
dengan sifat-sifat terpuji yang membawa kepada kebahagiaan sehingga hidup
dan jiwanya terarah kejalan kebajikan dan menjadi sumber rahmat bagi manusia
dan makhluk lainnya. Allah memberi rahmat kepada orang yang menjadi sebab
kebahagiaan orang lain. Adapun perjuangan kedua adalah melawan orang-orang
yang berkehendak membecanai umat dan yang menghendaki kekuasaan serta
melakukan perbuatan-perbuatan merusak di muka bumi dengan tujuan
memadamkan cahaya kebenaran. Mereka itu berupaya menguasai orang-orang
beriman dan mempersulit mereka melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan
Allah, bahkan menghalangi segala jalan yang ditempuh orang mukmin untuk
menjadikan agama Allah tegak dimuka bumi ini.
b) Dalam ayat juga terdapat isyarat agar umat Islam mempelajari kisah-kisah dan
riwayat umat terdahulu baik yang beriman maupun yang kafir. Tentu saja yang
terutama adalah mempelajari sejarah nabi Muhammad SAW dan sahabatnya.
Hal ini disebabkan karena sulit mengikuti jejak pri kehidupan nabi Muhammad
SAW dan sahabatnya kecuali dengan mengetahui sejarahnya. Pernyataan di atas
tidak bermakna bahwa pengetahuan yang diperlukan bersifat lengkap dan rinci,
tetapi memadai dengan pengetahuan secara garis besar sehingga kita dapat
mengambil pelajaran, demikian juga pengetahuan tentang sebab-sebab
kehancuran suatu kaum sehingga tidak dapat menghindarinya.
c) Dari uraian di atas apat pula diketahui kedudukan pengetahuan yang berkaitan
dengan kisah-kisah dan sejarah perjalanan hidup umat yang lalu dan faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka seperti kemajuan
pengetahuan dan budaya mereka atau kejahilan mereka, kekuatan atau
kelemahan mereka, kemuliaan dan kehinaan mereka serta faktor lainnya yang
menimpa suatu kelompok massyarakat. Telaah dan pengetahuan kesejarahan
akan mempengaruhi jiwa dan mendorong kita untuk meneladani kehidupan
mereka yang terpuji dan menjauhi sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan mereka
yang buruk tercela.
4. Apa konsep tentang manusia dalam Q.S. At-Tin yang berkaitan dengan Aqidah, maupun
jasmani/bantuk manusia
Jawaban: “ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”. Ayat ini merupakan keterangan sumpah di ayat yang sebelumnya (jawabul
qasam) maksudnya Kami telah ciptakan dari jenis manusia dengan sebaik-baik ciptaan dari
jenis manusia dengan sebaik-baik ciptaan dan sempurna. Al-Wahidi berkata: Para penafsir
berpendapat bahwa Allah SWT. menciptakan segala yang mempunyai roh dengan keadaan
kepala dibawah (terbalik) kecuali manusia, Dia menciptakannya dengan keadaan yang
sehat dan tidak cacat, seperti makan dengan tangan. Taqwim artinya sempurna dan lurus
(ta’dil). Seperti dalam contoh kalimat: Aku menjadikannya lurus maka luruslah
ia.“Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah-serendahnya (Neraka),”
maksudnya kami mengembalikannya kepada usia paling rentan yaitu masa-masa lemah
dan masa-masa tua setelah sebelumya adalah masa-masa muda yang penuh kekuatan, masa
itu sama seperti masa kecil dulu atau usia bayi, ingatan manusia dimasa tersebut sering
lupa karena pikun, inilah pendapat mayoritas ulama. Dari hal diataslah merupakan konsep
tentang penciptaan manusia dengan sebaik baiknya dan kemudian manusia itu tadi
kembalikan dia ketempat yang serendah-serendahnya. Dalam peroses itulah Aqidah,
maupun jasmani/bantuk manusia menciptakan segala yang mempunyai roh dengan
keadaan kepala dibawah (terbalik) kecuali manusia, Dia menciptakannya dengan keadaan
yang sehat dan tidak cacat, seperti makan dengan tangan. Taqwim artinya sempurna dan
lurus (ta’dil).
5. Apa yang dimaksud dengan Umatan Wahidatan Q.S. Al-BaQarah 213 dan Al- Maidah ayat
48, apa ada hubungan yang berkaitan dengan Nashab dan Aqidah
Jawab:Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka
Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah
didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-
keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi
petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka
perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Umat Islam yang Satu Banyak diantara umat
Islam saat ini memperjuangkan agamanya dengan cara yang berbeda-beda, ada yang
melalui jalur politik, penegakan khilafah, dan bahkan yang paling ekstrim adalah melalui
pengeboman, dan lain sebagainya. Lalu mengapa umat Islam masih berjuang dengan
caranya masing-masing, padahal tujuan dari perjuangan ini sama yaitu untuk menegakkan
agama Islam di dunia ini. Sebuah hadits menyebutkan:
Akan datang kepada umatku seperti apa yang pernah datang kepada Bani Israil setapak
demi setapak, sehingga jika ada diantara mereka anak yang memperkosa ibunya dengan
terang-terangan, maka di kalangan umatku ada pula yang melakukannya. Dan
sesungguhnya Bani Israil pecah menjadi 72 millah, dan umatku pecah menjadi 73 millah,
semuanya di neraka, kecuali satu millah. Mereka bertanya: Siapa dia wahai Rasulullah?
Beliau menjawab: Orang yang berpegang teguh kepada apa yang aku dan sahabatku
(pegang teguh). (H.R. at-Tirmidzi)Kata ummatii (umatku) dalam hadits di atas
menunjukkan bahwa umat Nabi Muhammad SAW bukanlah yang beragama Islam saja
melainkan seluruh manusia yang ada di dunia ini.
Dan Al-Maidah ayat 48, apa ada hubungan yang berkaitan dengan Nashab dan aqidah
Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Surat Al Maidah ayat 48 ini turun berkenaan dengan
orang-orang ahli kitab yang meminta keputusan kepada Rasulullah. Awalnya, Rasulullah
diberi pilihan untuk memutuskan perkara mereka atau mengembalikan perkara itu kepada
kitab mereka masing-masing. Namun kemudian Allah menurunkan ayat ini. “Dengan
turunnya ayat ini,” kata Ibnu Katsir, “Rasulullah diperintahkan untuk memutuskan perkara
di antara mereka (ahli kitab) dengan apa yang ada pada Al Quran.” Rasulullah tidak boleh
memutuskan dengan mengikuti hawa nafsu mereka. Termasuk dengan kitab mereka yang
sudah terdistorsi dan sudah diubah sesuai hawa nafsu mereka.
Surat Al Maidah termasuk madaniyah. Menurut riwayat Imam Ahmad, surat ini turun
ketika Rasulullah sedang naik unta. Hampir saja paha unta itu patah karena begitu beratnya
wahyu yang diterima Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikian pula ayat 48 ini
juga tergolong madaniyah. Surat ini dinamakan Al Maidah ( )المائدةyang artinya hidangan
karena di antara kandungan surat ini adalah kisah tentang turunnya al maidah (hidangan)
dari langit setelah para pengikut Nabi Isa (hawariyyun) memintanya. Al maidah diminta
hawariyyun sebagai bukti kerasulan Nabi Isa dan sekaligus menjadi hari raya bagi mereka.
Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Surat Al Maidah ayat 48 ini turun berkenaan dengan
orang-orang ahli kitab yang meminta keputusan kepada Rasulullah. Awalnya, Rasulullah
diberi pilihan untuk memutuskan perkara mereka atau mengembalikan perkara itu kepada
kitab mereka masing-masing. Namun kemudian Allah menurunkan ayat ini.
“Dengan turunnya ayat ini,” kata Ibnu Katsir, “Rasulullah diperintahkan untuk
memutuskan perkara di antara mereka (ahli kitab) dengan apa yang ada pada Al Quran.”
Rasulullah tidak boleh memutuskan dengan mengikuti hawa nafsu mereka. Termasuk
dengan kitab mereka yang sudah terdistorsi dan sudah diubah sesuai hawa nafsu mereka.
Ayat ini juga berlaku umum, bahwa segala keputusan orang beriman hendaklah
berdasarkan Al Quran dan tidak boleh ada yang bertentangan dengannya.
“Agama ini telah sempurna, nikmat Allah yang diberikan kepada kaum muslimin sudah
cukup dan Allah telah meridhai agama Islam ini menjadi manhaj kehidupan semua
manusia. Sudah tidak ada jalan lagi di sana untuk merevisi atau mengganti agama ini. Tidak
ada jalan lagi untuk meninggalkan sebagian hukumnya dengan beralih kepada hukum lain
atau meninggalkan sebagaian syariatnya dan berpindah kepada syariat lain,” tegas Sayyid
Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran.sehingga hubungan Nashab dan akidah itu
berhubungan.