Pentingnya Pengkajian Dalam Proses Keperawatan
Pentingnya Pengkajian Dalam Proses Keperawatan
Dialusi Manalu
Dialusi.Manalu@gmail.com
PENDAHULUAN
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional bersifat humanistik,
menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
berorientasi kepada asuhan keperawatan yang benar atau rasional (Nursalam, 2007). Proses
asuhan keperawatan merupakan tugas dan kewajiban seorang perawat dari pasien datang sampai
pasien pulang, dimulai dengan pengkajian secara menyeluruh, kemudian menegakkan diagnosa
keperawatan dari data pengkajian tersebut, serta melaksanakan intervensi, implementasi dan
evaluasi keefektifan diagnosa awal yang sudah ditegakkan (Nursalam, 2007).
Dokumentasi pengkajian keperawatan merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang pasien,
dan membuat catatan tentang respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif atau
menyeluruh, sistematis yang logis akan mengarah dan mendukung pada identifikasi masalah-
masalah pasien. Masalah-masalah ini dengan menggunakan data penkajian sebagai dasar
formulasi yang dinyatakan sebagai diagnosa keperawatan.Pendokumentasian asuhan
keperawatan adalah proses pelaksanaan pencatatan asuhan keperawatan yakni dari pengkajian
saat masuk sampai pasien dinyatakan sehat. Diagnosis yang diangkat berdasarkan masalah yang
ditemukan, perencanaan keperawatan, tindakan yang dilakukan serta evaluasi dari proses asuhan
keperawatan yang diberikan (Nursalam, 2007). Pelaksanaan asuhan keperawatan profesional
diwujudkan dengan menerapkan model praktek keperawatan profesional (MPKP) disetiap
ruangan. Menurut Ratna Sitorus (2006 dikutip Nursalam 2007), MPKP adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat asuhan keperawatan tersebut.
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup pasien dan aspek-
aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan prefentif perawatan kesehatannya. Menurut Shore, untuk
sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifkasi proses pemecahan masalah yang
“menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang
paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah”. Sistem model asuhan
keperawatan professional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, sistem MAKP. Perawat
profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan di masa depan adalah harus dapat
berkomunikasi secara lengkap, adekuat dan cepat (Nursalam, 2012). Pelayanan keperawatan
akan lebih memuaskan tentunya dengan penerapan model asuhan keperawatan professional atau
MAKP karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan pelayanan keperawatan yang
optimal (Fisbach, 1991 dalam jurnal Nur Hidayah, 2014). Untuk menilai kualitas pelayanan
keperawatan diperlukan adanya standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang diwujudkan dalam bentuk proses
keperawatan baik dari pengkajian sampai evaluasi (Nursalam, 2008).
METODE
Metode yang digunakan pada penulisan ini adalah metode literature review dan
pendekatan artikel non penelitian dalam bentuk studi kepustakaan dengan cara menganalisis
kajian lalu mengembangkan dengan bahasa sendiri dan eksplorasi jurnal atau artikel, maupun
ebook yang relevan, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam dan
membahas tentang sasaran keselamatan pasien. Adapun jurnal atau artikel maupun ebook yang
digunakan pada literature review ini adalah sumber yang diterbitkan dari kurun waktu 8 tahun
terakhir atau tahun paling tua 2012, Literatur yang digunakan sejumlah 10 jurnal yang berasal
dari jurnal nasional. Hasil pentingnya pengkajian dalam proses keperawatan .
HASIL
Permasalahan kesehatan dan jenis penyakit yang dihadapi, serta semakin tingginya angka
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit maka WHO merumuskan tujuan program
kesehatan dunia yang disebut Millenium Development Goals (MDG’s) yang menjadi komitment
189 negara termasuk Indonesia. Program MDG’s memiliki delapan sasaran yang harus dicapai
dengan empat sasaran yang sangat terkait erat dengan kesehatan, yaitu; menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan dengan menurunkan angka kurang gizi pada balita; menurunkan
angka kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; dan perlawanan terhadap HIV/AIDS,
malaria, tuberculosis dan penyakit menular lainnya (Depkes, 2009). Pelaksanaan asuhan
keperawatan profesional diwujudkan dengan menerapkan model praktek keperawatan
profesional (MPKP) disetiap ruangan. Menurut Ratna Sitorus (2006 dikutip Nursalam 2007),
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi
perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan tempat
asuhan keperawatan tersebut.
Adanya kesepakatan pasar bebas ASEAN (AFTA) tahun 2003 dan disusul dengan AFEC
tahun 2010 untuk Asia Pasifik dan 2020 untuk sedunia, serta UU No. 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 17 tahun 2013 tentang izin dan
penyelenggaraan Praktik Perawat sebagai mayoritas pemberi layanan di Rumah Sakit semakin
berat, karena harus mampu berkompetisi dalam mutu asuhan keperawatan sesuai dengan standar
global. Seiring dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
836/MENKES/SK/2005, tentang Pedoman Pengembangan Kinerja ini dapat diterapkan diseluruh
sarana pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit dan Puskesmas di Indonesia, sehingga
mempercepat pencapaian indikator standar pelayanan minimal kota dan pencapaian pelayanan
kesehatan yang bermutu yang akhirnya akan terwujud Indonesia sehat 2025.
PEMBAHASAN
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam kelangsungan hidup pasien dan aspek-
aspek pemeliharaan, rehabilitatif dan prefentif perawatan kesehatannya. Menurut Shore, untuk
sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifkasi proses pemecahan masalah yang
“menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang
paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah”. Proses keperawatan ini
diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang terdiri atas tiga tahap : Pengkajian,
perencanaan dan evaluasi yang didasarkan pada metode ilmiah pengamatan, pengukuran,
pengumpulan data dan penganalisaan temuan.
Perawat sebagai suatu profesi dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu asuhan
keperawatan maka jawabannya adalah dengan adanya standar. Standar merupakan level kinerja
yang diinginkan dan yang dapat dicapai dimana kerja aktual dapat dibandingkan (Nursalam,
2011). Standar merupakan level kinerja yang diinginkan dan yang dapat dicapai dimana kerja
aktual dapat dibandingkan. la memberikan petunjuk kinerja mana yang tidak cocok atau tidak
dapat diterima. Standar praktek keperawatan adalah pernyataan tentang apa yang dibutuhkan
oleh registered nurse untuk dijalankan sebagai professional keperawatan. Secara umum, standar
ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan memperjelas apa yang diharapkan profesi
keperawatan dari pada anggotanya.
Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan yang
dilakukan dengan cara yang sistematik. Selama melaksanakan proses keperawatan, perawat
menggunakan dasar pengetahuan yang komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien,
membuat penilaian yang bijaksana dan mendiagnosa, mengidentifikasi hasil akhir kesehatan
klien dan merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang tepat guna
mencapai hasil akhir tersebut (Dermawan, 2012). Proses keperawatan adalah salah satu metoda
efektif pemecahan masalah yang dilakukan perawat terhadap klien dengan pendekatan
metodologi ilmiah. Asuhan keperawatan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan substansi
ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan terstruktur (Muhlisin, 2011). Proses keperawatan
adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan terorganisir dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien yang berfokus pada respon individu terhadap gangguan kesehatan yang
dialami (Manurung, 2011).
3) Kepuasan yang dirasakan pasien akan meningkatkan citra perawat dimata masyarakat.
1) Banyak pasien sehingga pembiayaan meningkat, yang akan berdampak pada peningkatan
mutu pelayanan dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
d. Manfaat untuk masyarakat. Masyarakat akan memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
dan berkualitas
a. Pengkajian
1) Pengertian pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al (1996, dalam Setiadi, 2012).
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
(Manurung, 2011). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012).
2) Tujuan pengkajian
3) Tipe data
a) Data subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya. Data
subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide
tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh dari keluarga, konsultan
dan tenaga kesehatan lainnya.
b) Data objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan pasien.
4) Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
a) Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-sosial dan spiritual.
b) Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah pasien dan
menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data
(Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensia. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilhan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat menurut North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) (1990, dalam Allen, 1998). Diagnosa keperawatan
adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang
respon individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik
aktual maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ). Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat
dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah
melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982, dalam Dermawan, 2012). Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, tegas, dan jelas tentang respon klien terhadap
masalah kesehatan/penyakit tertentu yang aktual dan potensial karena ketidaktahuan,
ketidakmauan, atau ketidakmampuan pasien/klien mengatasinya sendiri yang membutuhkan
tindakan keperawatan untuk mengatasinya ( Ali, 2009 ). 2) Kriteria diagnosa keperawatan
Kriteria antara lain sebagai berikut ( Nursalam, 2015 ) : a) Status kesehatan dibandingkan dengan
standar untuk menentukan kesenjangan.
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi menurut Wahid & Suprapto (2012) sebagai
berikut:
a) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
Problem adalah gambaran keadaan pasien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan.
Masalah atau problem adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
seharusnya tidak terjadi
b. Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah
status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.
Data subyektif dan obyektif yang ditemukan sebagai komponen pendukung terhadap
diagnosa keperawatan. Sign and symptom (tanda dan gejala) adalah ciri, tanda atau gejala yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
PENUTUP
Manfaat kegunaan proses keperawatan menurut Dermawan (2013) adalah sebagai berikut:
3) Kepuasan yang dirasakan pasien akan meningkatkan citra perawat dimata masyarakat.
1) Banyak pasien sehingga pembiayaan meningkat, yang akan berdampak pada peningkatan
mutu pelayanan dan kesejahteraan tenaga kesehatan.
d. Manfaat untuk masyarakat. Masyarakat akan memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
dan berkualitas
REFERENSI
INC2019 12th International Nursing Conference. 2019.10 455 - 455 (1 pages) UCI(KEPA) :
I410-ECN-0101-2019-512-001224337
Simamora. R. H. (2008) The correlation of ward chief’s giving direction and command and the
performance of on-duty nurses at Jember dr. Subandi general hospital inpatient wards. jurnal
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, (https://fkm.unair.ac.id/jurnal-administr)