Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT. SOCFINDO Pabrik Tanah Gambus Merupakan pabrik kelapa sawit
yang berlokasi di Tanah Gambus, Kecamatan Limah Puluh, Kabupaten Batubara,
Provinsi Sumatra Utara. Pabrik kelapa sawit ini mengelola tandan buah segar dari
hasil kebun sendiri dengan kapasitas olah pabrik yaitu 23 ton/jam. Pengolahan
kelapa sawit merupakan proses untuk memperoleh minyak dan kernel dari buah
kelapa sawit melalui proses perebusan, pemipilan, pelumatan, pengempaan,
pemisahan, pengeringan dan penimbunan. Pengolahan kelapa sawit yang
dilakukan secara mekanis dan fisika dapat berperan dengan baik jika tersedia
bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik yang baik. Prosedur pengolahan kelapa
sawit adalah uraian tentang proses dan mekanisme pengolahan pada setiap unit
alat pengolahan sejak buah diterima di pabrik, sampai dihasilkan minyak sawit
(CPO) dan kernel yang memenuhi mutu dengan efisiensi teknis dan ekonomis
(PT.Socfin 2021).
Proses pengempaan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50%
minyak, 42% air dan 8% zat padat (Pahan, 2006). Untuk memisahkan minyak dari
fase lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian yang disebut dengan
klarifikasi (Naibaho, 1996).
Stasiun pemurnian merupakan tahap terakhir pengolahan minyak yang
bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari bahan pengotor
seperti padatan (solid) dan air, agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik
mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Proses pemisahan
minyak dari kandungan air dan pengotor bertujuan untuk memperoleh minyak
sebanyak-banyaknya dan menghasilkan CPO dengan kadar asam lemak bebas,
kadar air dan kadar pengotor yang sesuai dengan standar. Minyak sawit yang
keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar
karena masih mengandung pengotor berupa partikel-partikel dari tempurung dan
serabut kasar.

1
2

Pengeringan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi


kandungan air pada proses.Prinsip pengeringan melibatkan dua hal yaitu panas
yang diberikan pada bahan dan air yang harus dikeluarkan dari bahan.Proses
pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda
sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang.(Supryono,2003).
Vacuum dryer adalah alat yang berfungsi untuk mengeringkan total
kandungan air dalam suatu bahan hingga didapat kandungan air yang sangat
minim dari bahan tersebut.Tujuan akhir proses vacuum dryer adalah untuk
mengurangi kadar air pada minyak.Alat vacuum dryer menggunakan steam
sebagai bahan pemanas.Alat dikatakan vakum karena bekerja dibawah tekanan
atmosfer.Vacuum dryer ini bekerja pada tekanan vakum dibawah 1 atmosfer,jika
kurang maka akan menyebababkan kadar air yang tinggi.Rata-rata kadar air
sebelum masuk vacuum dryer adalah 1,5%,sedangkan syarat mutu produksi
minyak crude palm oil (CPO) kadar air maksimal atau kadar air setelah vacuum
dryer adalah 0,15%,apabila kandungan air melebihi standar yang telah
ditentukan,maka komposisi produk juga tidak akan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.Air yang terdapat pada alat vacuum dryer adalah air terikat,air
terikat adalah air yang berada dalam suatu ruangan dalam bentuk molekuler yang
tidak bisa dipisahkan pada tekanan atnosfer.Air terikat dapat dihilangkan pada
tekanan dibawah satu atmosfer.Oleh karena itu untuk mengantisipasi hal-hal
diatas perlu diperhitungkan efisiensi alat.
Secara umum Efisiensi adalah kemampuan dari suatu alat untuk
melakukan kerja.Efisiensi merupakan perbandingan antara sumber (input) yang
digunakan dengan hasil yang diperoleh (output).Sedangkan efisiensi alat pada
vacuum dryer adalah kemampuan dari alat tersebut untuk mengurangi kadar
air,sehingga diperlukan perhitungan efisiensi secara continue untuk
mempertahankan kadar air pada produk dan untuk menentukan keaktifan alat
vacuum dryer tersebut.Alat dikatakan tidak efektif karena produk yang dihasilkan
tidak sesuai dengan target yang diinginkan.Efisiensi dari alat penukar panas perlu
diperhitungkan untuk mengetahui keberhasilan dari alat tersebut untuk melakukan
kerja,dan diharapkan produk yang keluar dari alat pengering mengandung kadar
3

air 0,15%.Guna hal diatas perlu selalu diperhitungkan berapakah efisiensi alat
pengeringan yang dihitung berdasarkan perbandingan.
Selain memperhatikan berlangsungnya suatu proses,kinerja alat juga
sangat perlu diperhatikan agar produk yang dihasilkan mecapai target yang telah
ditentukan.Efisiensi alat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan suatu proses.
Atas dasar inilah penulis tertarik untuk membahas dan mengambil judul
karya akhir yang berjudul:
“PENENTUAN EFISIENSI ALAT VACUUM DRYER STASIUN
KLARIFIKASI PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. SOCFIN
INDONESIA,TANAH GAMBUS”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,maka yang menjadi
perumususan masalah dalam penelitian ini adalah: Berapakah efisiensi alat
vacuum dryer untuk mengurangi kadar air CPO dari 1,5% - 0,15%?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,maka yang menjadi
tujuan dalam penelitian ini adalah: Mengetahui efisiensi alat vacuum dryer untuk
mengurangi kadar air CPO dari 1,5% - 0,15%

1.3.2. Manfaat Penelitian


a. Mengetahui besarnya kadar air yang harus dihilangkan pada alat vacuum
dryer
b. Mengetahui kemampuan alat vacuum dryer untuk dapat melakukan kerja
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1. Vacuum dryer
Vacuum merupakan salah satu cara terbaik dalam pengeringan produk
karena pengeringan beku vacuum dapat mengeringkan bahan tanpa terjadi
perubahan sifat fisik dan kimia bahan. Pengeringan beku vacuum dilakukan pada
kondisi dibawah titik triple air yakni dibawah temperature 0 oC dan tekanan
dibawah temperature 610,5 Pa sehingga dalam proses pengeringan beku vacuum
tidak terjadi perubahan tekstur dari suatu bahan. hal ini disebabkan karena dalam
proses pengeringan baku vacuum kandungan yang ada pada bahan tidak hilang,
melainkan hanya kadar airnya yang hilang (Brama, 2014).
Vacuum dryer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengurangi kadar
air didalam minyak dengan cara menyemprotkan minyak sehingga airnya dihisap
dalam kondisi vacuum. Vacuum dryer terdiri dari tabung hampa udara yang
didalamnya ada sejumlah nozzele injector. Tekanan didalam vacuum dryer sangat
rendah dibawah tekanan atmosfer. Pada tekanan yang rendah fluida akan cepat
menguap, meskipun belum bisah mencapai titik didihnya. Minyak dan air
memiliki titk didih yang berbeda. Minyak memiliki titk didih yang jauh lebih
besar dari pada tititk didih air. Pada saat umpan minyak terhisap ketabung minyak
akan dikabutkan melalui nozzle, sehingga air didalam minyak mudah menguap
dan terhisap oleh unit injector yang dioperasikan menggunakan steam kemudian
dikondensasikan oleh air, sedangkan minyak tidak meguap dan jatuh kebawah
dan dihisap oil transfer pump, yang kemudian mengalir ke storage tank. Yang
perlu diperhatikan adalah suhu pemisahan yaitu 90-95oC dan kevakuman didalam
bejana sebesar 0,8 bar. Kadar air didalam minyak pada vacuum dryer diharapkan
0,15%.(Darma,2013).
Mesin vacuum dryer tersebut menggunakan sistem pemanasan dengan
menggunakan metode vakum sehingga memakai suhu yang lebih rendah untuk
menguapkan sejumlah air, suhu yang digunakan untuk menguapkan air tersebut
adalah suhu di bawah titik didih air yaitu antara 90-95oC. jadi vacuum dryer

4
5

dioperasikan vakum agar suhu yang digunakan untuk memanaskan minyak yang
akan dikurangi kadar airnya tidak terlalu tinggi dan tidak merusak struktur dari
suatu minyak dan suhu tersebut merupakan suhu yang ideal untuk pemisahan
minyak. Beberapa peralatan pada vacuum dryer :
a. Nozzle, didalam tabung vacuum dipasang nozzle sebanyak 6 buah yang
berfungsi untuk memercikkan minyak sehingga terjadi lapisan film minyak,
yang berarti memperluas permukaan, dengan sendirinya proses penguapan air
terjadi dengan cepat. Dengan sistem penguapan ini diharapkan minyak
mempunyai kadar air 0,10-0,20%.
b. Pompa minyak, pompa minyak berfungsi untuk memompakan minyak
produksi vacuum dryer ke storage tank.
c. Pompa air dengan tekanan 7-8 Kg/cm2.
d. Steam enjector.
Prinsip kerja dari vacuum dryer ialah proses menghilangkan air dari
suatiu bahan, bersama dengan penggunaan panas makan vacuum dapat menjadi
suatu metode pengeringan yang efektif. Pengeringan dapat dicapai dalam suhu
yang lebih rendah sehingga lebih hemat energi. Metode ini cocok untuk
mengeringkan bahan yang sensitiv terhadap panas atau bersifat volatile karena
waktu pengeringannya yang singkat. Proses pengeringan vakum sering melibatkan
beberapa langkah penerapan panas dan vakum. Mengurangi tekanan pada
permukaan cairan akan membuat tersebut menguap tanpa perlu diikuti kenaikan
suhu (Darma,2013).Cara kerja dari vacuum dryer adalah sebagai berikut :
a. Ruang hampa atau drum yang terbuat dari logam (stainless steel) dihembuskan
udara panas dari dalam.
b. Pada saat bersamaan bahan yang akan dikeringkan dimasukkan kepermukaan
drum yanh berputar.
c. Panas yang ada dipermukaan drum akan menurunkan kadar air dalam bahan.
d. Air dibuang melaui pompa vacuum, sehingga bahan atau sediaan tersebut dapat
mengering.
2.1.2 Pengeringan
Pengeringan mempunyai pengertian yaitu aplikasi pemanasan melalui
kondisi yang teratur,sehingga dapat menghilangkan sebagian besar air dalam
6

suatu bahan dengan cara di uapkan.Penghilangan air dalam suatu bahan dengan
cara pengeringan mempunyai satuan operasi yang berbeda dengan
dehidrasi.Dehidrasi akan menurunkan aktivitas air yang terkandung dalam bahan
dengan cara mengeluarkan atau menghilangkan air dalam jumlah lebih
banyak,sehingga umur simpan pangan menjadi lebih panjang atau lebih
lama(Muarif,2013)
1. Jenis-jenis alat pengering:
a) Pengering putar
Pengering putar terdiri dari sebuah selongsong berbentuk silinder yang
berputar,horizontal atau agak miring kebawah kearah keluar.Umpan masuk dari
satu ujung silinder,bahan kering keluar dari ujung yang satu lagi.
b) Pengering konveyor (screen conveyor dryer)
Lapisan bahan yang akan dikeringkan diangkut perlahan-lahan diatas logam
melalui kamar atau terowongan pengering yang mempunyai kipas dan pemanas
udara.
c) Pengering Menara (Tower dryer)
Pengering menara terdiri dari sederetan tahan bundar yang dipasang bersusun
keatas pada suatu poros tengah yang berputar.Zat padat itu menempuh jalan
seperti melalui pengering,sampai keluar sebagai hasil yang kering dari dasar
menara.

d) Pengering semprot (spray dryer)


Pada spray dryer,bahan cair berpartikel kasar(slurry) dimasukkan lewat pipa
saluran yang berputar dan disemprotkan kedalam jalur yang berudara
bersih,kering,dan panas dalam suatu tempat yang besar,kemudian produk yang
tealah kering dikumpulkan dalam filter kotak,dan siap untuk dikemas.
e) Pengeringan film tipis (Thin film dryer)
Pengering film tipis yang dapat menangani zat padat maupun bubur dan
menghasilkan hasil padat yang kering dan bebas mengalir.Efisiensi termal
pengering tipis biasanya tinggi dan kehilangan zat padatnya pun kecil.Alat ini
relative lebih mahal dan luas permukaan pepindahan kalornya terbatas(Unair
Thaib,dkk,2016).
7

2. Faktor yang dapat mempengaruhi pengeringan suatu bahan pangan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan suatu bahan adalah sebagai
brikut:
1. Sifat fisik dan kimia dari bahan pangan.
2. Pengaturan susunan bahan pangan.
3. Sifat fisik dari lingkungan sekitar alat pengering.
4. Proses pemindahan dari media pemanas ke bahan yang dikeringkan melalui
dua tahapan proses selama pengeringan yaitu:
a. Proses perpindahan panas terjadinya penguapan air dari bahan yang
dikeringkan,
b.Proses perubahan air yang terkandung dalam media yang dikeringkan
menguapkan air menjadi gas.
Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian, yaitu panas harus
diberikan pada bahan yang akan dikeringkan, dan air harus dikeluarkan dari
dalam bahan. Dua fenomena ini menyangkut perpindahan panas ke dalam dan
perpindahan massa keluar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kecepatan
pengeringan adalah:
a. Luas permukaan
b. Perbedaan suhu sekitar
c. Kecepatan aliran udara
d. Tekanan Udara
2.1.3. Kandungan Air
Kandungan air yang terdapat dalam bahan terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
air yang terdapat dalam keadaan bebas (free water) dan air yang terdapat dalam
keadaan terikat (bound water). Air bebas adalah selisih antara kadar air suatu
bahan pada suhu dan kelembaban tertentu dengan kadar air kesetimbangan pada
suhu dan kelembaban yang sama. Air bebas umumnya terdapat pada bagian
permukaan bahan. Air terikat adalah air yang dikandung oleh suatu bahan yang
berada salam kesetimbangan tekanan uap kurang dari cairan murni pada suhu
yang sama. Air terikat terdapat pada bahan dalam keadaan terikat secara fisis dan
kimia (Hartini,1985).
8

Gambar 2.1 : Diagram air produk secara umum


Sumber : https://repository.unsri.ac.id
Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena
proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan selama di pabrik serta
penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara
penguapan dalam alat pengering.
Analisa kadar air terhadap minyak kelapa bertujuan untuk mengetahui
persen (%) kandungan air yang terdapat pada minyak kelapa. Apabila minyak
tersebut banyak terkandung air menyebabkan minyak tersebut tengik atau berbau
(Irianto, 2012).Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air sangat kecil
(<0,15%) akan memberikan kerugian mutu minyak , dimana pada tingkat kadar
air yang demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi
minyak itu sendiri .Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya
oksigen/udara , baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu
tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau tidak enak
(ketengikan).Akibatnya mutu minyak menjadi turun .Dan jika kadar air dalam
minyak sawit sangat tinggi (>0.15%) maka akan mengakibatkan terjadinya
hidrolisa lemak,dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan
gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan ketengikan hidrolisa dan
menghasilkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut .Untuk mendapatkan
kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan,maka harus dilakukan pengawasan
yang intensif pada penimbunan dan pada proses pengolahan.Hal ini bertujuan
utnuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak(Aziz,
2009).
9

2.1.4. Bahan baku minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil)


Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal
dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai
minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan minyak yang
kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal dengan minyak inti
sawit atau Kernel Palm Oil (KPO). CPO berupa minyak yang agak kental
berwarna kuning jingga kemerah-merahan karena kandungan karotenoida.
Kandungan karotene dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, Karoten dapat
dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan payudara, dan juga berfungsi
sebagai pembentuk vitamin A didalam tubuh. Betakaroten merupakan bahan
pembentuk vitamin A (provitamin A) dalam proses metabolisme dalam tubuh
(Yuniva, 2010).
Senyawa karotenoid yang terdapat pada minyak kelapa sawit merupakan
senyawa penting bagi tubuh yang berperan sebagai antioksidan. Karotenoid
bersifat non polar dan struktur molekulnya memiliki ikatan ganda terkonjugasi
yang menyebabkan kurang stabil. Di dalam tubuh, bentuk hidrofobiknya
memiliki fungsi sebagai antioksidan yang berperan penting dalam pertahanan
jaringan tubuh terhadap kerusakan akibat radikal bebas. Senyawa antioksidan
yang terkandung pada minyak dapat digunakan untuk mencegah kerusakan yang
disebabkan oleh degradasi.
Secara garis besar minyak kelapa sawit terdiri dari serabut but buah dan inti.
Serabut buah kelapa sawit terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar atau kulit
buah yang disebut pericarp, lapisan sebelah dalam disebut mesocarp dan lapisan
yang paling dalam disebut endocarp. Inti kelapa sawit terdiri dari lapisan kulit
biji (testa), endosperm dan embrio. Mesocarp mengandung kadar minyak rata-
rata sebanyak 56%,inti (kernel) mengandung minyak sebesar 44%.(
Pasaribu,2004).
Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah berupa minyak kelapa
sawit mentah yaitu crude palm oil (CPO) yang berwarna kuning dan inti sawit
atau palm kernel oil (PKO). Banyak digunakan sebagai bahan industri pangan
(minyak goreng dan margarin), industri sabun, industri baja, industri testil,
kosmetik dan sebagai bahan alternativ. Mutu minyak kelapa sawit yang baik
10

mempunyai kadar air kurang dari 0,1%, dan kadar kotoran lebih kecil dari 0,1%,
kandungan asam lemak bebas serendah mungkin 2% (Mulono, 2012).
Minyak sawit dan minyak inti sawit adalah dua stok yang dipertimbangkan
untuk produksi biodiesel. Minyak sawit merupakan salah satu tanaman dengan
yield tertinggi. Produktivitas minyak yang lebih tinggi Minyak inti sebagai bahan
baku alternatif untuk produksi biodiesel kelapa sawit akan lebih sangat baik bagi
Nigeria sebagai kelapa sawit. Pohon yang tumbuh sangat baik di mengarah ke
bahan bakar. Dibandingkan dengan bahan bakar alteranatif lainnya, ada beberapa
sifat dan sifat unik CPO itu. Beberapa sifat ini meliputi titik nyala, titik tuang,
yodium nilai, jumlah setana, densitas, viskositas dan nilai kalor (ayoola
dkk,2016).
Minyak sawit yang dihasilkan dari oleh PKS masih berupa minyak mentah
yang disebut Crude Palm Oil (CPO) dimana belum dapat digunakan sebagai
bahan makanan karena kandungan-kandungan logam, mineral maupun lender dan
kadar asam lemak bebas yang masih tinggi, sehingga sulit dicerna apabila
digunakan langsung sebagai bahan makanan manusia. Minyak sawit mentah
adalah hasil pengepresan atau ekstraksi buah kelapa sawit sehingga diperoleh
minyak mentah mempunyai warna kuning-kekuningan karena kandungan karoten
tinggi (kataren,1986).
2.1.5. Proses Pengolahan Minyak Buah Kelapa Sawit
Tahapan pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit kasar dijelaskan
sebagai berikut :
1.Stasiun Penerimaan Buah (fruit reception station)
Tandan buah segar yang diangkut ke pabrik terlebih dahulu harus ditimbang
sehingga diketahui berat brutonya. Setelah ditimbang tandan buahsegar
dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat penimbunan sementara dan sortasi
untuk mengetahui tingkat kematangan buah (Sibuea, 2014).Sortasi ini bertujuan
untuk mendapatkan bahan olah yang memenuhi syarat. Semakin tinggi tingkat
kematangan buah kelapa sawit semakin tinggi kadar asam lemak bebasnya.
2. Stasiun Perebusan (sterilizing station)
Proses perebusan atau sterilisasi dilakukan dalam bejana bertekanan
(sterilizer) denga menggunakan uap air jenuh (Pahan, 2006). Penggunaan uap air
11

jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguaan terhadap air didalam


buah, jika menguakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit buah hangus
sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan juga mempersulit
proses pengempaan (Sitepu, 2011).
Sistem perebusan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan boiler
memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai.Sistem
perebusan yang lazim dikenal di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah single peak,
double peak dan triple peak. Sistem perebusan triple peak banyak digunakan,
selain berfungsi sebagai tindakan fisika juga dapat terjadi proses mekanik yaitu
adanya goncangan yang disebabkan oleh perubahan tekanan yang cepat (Sitepu,
2011).
Tujuan dari proses perebusan tandan buah segar yaitu untuk menghentikan
aktifitas enzim, melepaskan buah dari tandannya, menurunkan kadar air,
melepaskan serat dari biji, membantu proses pelepasan inti dari cangkang dan
melunakkan buah sawit. Waktu perebusan berkisar antara 90-105 menit per
siklus, tergantung pada tingkat kematangan buah dan tekanan yang dicapai
semakin tinggitekanan yang dicapai dan semakin matang buah yang diolah akan
mengakibatkan siklus perebusan yang semakin pendek. Suhu perebusan dijaga
antar 135-140 °C (Sibuea, 2014).
3. Stasiun Penebahan (Threshing Station)
Thresher adalah tempat pemisahan brondolan dari tandannya. Kecepatan
putaran pada thereser 24 rpm. Thereser memiliki bagian-bagian yaitu jari-jari
yang terdiri dari 4 segmen dan 15 buah platpembawa, dengan 2,1 m dan panjang
4,2 m. (PT. Socfin,2017).
Sudut bantingan thresher adalah 45o. Jika sudut bantingan drum terlalu
kecil akan menyebabkan janjangan kosong terlalu lama dalam threser sehingga
bila tandan baru masuk akan mengabsorbsi minyak.Namun jika sudut bantingan
drum terlalu besar, maka tandan buah terlalu singkat berada dalam threser. Hal
ini menyebabkan bantingan tidak sempurna sehingga banyak buah yang terikut
dalam janjangan kosong (Yuniva, 2010). Buah lepas akan masuk melalui kisi-
kisi dan di tampung oleh fruit elevator untuk didistribusikan ke setiap unit
digester oleh distribusing conveyor. Sedangkan tandan kosong melalui empty
12

bunch conveyor dibawa ke incinerator untuk dibakar atau ke empty bunch


hopper.(Parhusip, 2008).
4. Stasiun Pengempaan (Pressing Station)
a.) Digester
Digester merupakan sebuah alat yang terbuat dari besi pelat yang
berbentuk silinder dimana sekeliling dindingnya dipasang pelat mantel untuk
memanaskan adukan. Didalam silinder tersebut terdapat as yang dipasang pisau
aduk dan dibagian bawah dipasang satu pisau buang, untuk mengeluarkan
masa adukan dari digester ke screw press. Digester berfungsi sebagai pencincang
brondolan yang telah terebus, sehingga menjadi campuran yang homogen antar
nut dengan daging buah yang telah terpisah. Pada digester, dilakukan proses
ekstraksi pertama untuk mengusahakan keluarnya minyak dari brondolan buah.
Mesin press adalah alat untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari daging
buah (pericarp) (Suandi,dkk, 2016).
Pada PKS Socfin Indonesia Kebun Tanah Gambus terdapat 3 unit
digester. Saat proses pengolahan yang beroperasi hanya 2 unit, sedangkan unit
lainnya standby, tujuannya adalah untuk mengantisipasi apabila terjadi kerusakan
pada 2 unit digester yang sedang beroperasi.Digester tersebut masing-masing
memiliki volume sebesar 3200 liter, memiliki tinggi tabung 300 cm, diameter
tabung 120 cm, dan memiliki pisau sebanyak 5 tingkat. Pada proses pelumatan
temperatur dijaga 90-95oC.(PT. Socfin,2021).
b.) Screw Press
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian
bawah digester sudah berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke
alat pengepresan yang berada persis di bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit,
umumnya digunakan screw press sebagai alat pengepresan untuk memisahkan
minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw
mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh
sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di bawah selubung baja yang
disebut press cage, di mana dindingnya berlubang-lubang di seluruh
permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan
13

keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui


celah antara sliding cone dan press cage.
Selama proses pengempaan berlangsung, air panas ditambahkan ke dalam
screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran (dillution) sehingga massa
bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jika massa bubur buah terlalu
rapat maka akan dihasilkan cairan dengan viskositas tinggi yang akan
menyulitkan proses pemisahan sehingga mempertinggi kehilangan minyak.
Jumlah penambahan air berkisar 10-15 % dari berat TBS yang diolah dengan
temperatur air sekitar 90oC. proses pengempaan akan menghasilkan minyak
kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air, dan 8% zat padat (Sa’diah, 2009).
Pada PKS Socfin Indonesia Kebun Tanah Gambus terdapat 3 unit screw
press pada saat proses pengolahan screw press yang beroperasi hanya 2 unit,
sedangkan 1 unitnya lagi sebagai standby.
5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)
Stasiun pemurnian adalah stasiun terakhir dalam pengolahan kelapa sawit
menjadi CPO. Pada stasiun ini diperoleh minyak kasar yang dihasilkan dari
stasiun pengempaan, kemudian dibersihkan dan dimurnikan dari segala bentuk
kotoran baik berupa padatan seperti lumpur (sludge) maupun air sehinggga
diperoleh minyak kelapa sawit murni dengan kualitas yang baik. Proses
pemisahan minyak, air, dan kotoran dilakukan dengan sistem pengendapan,
sentrifuge, dan penguapan.
a) Vibrating Oil Screen
Merupakan suatu alat yang berfungsi sebagai tempat penyaringan minyak
hasil dari mesin proses. Kondisi fisik vibrating screen adalah 1 unit peralatan
yang dilengkapi saringan. Getaran pada ayakan atau saringan pada vibrating
screen ini adalah untuk memisahkan minyak dari ampas-ampas bahan,
getaran pada ayakan berasal dari elektromotor. Vibrating sceen pada bagian atas
ukuran mesh 20 dan bagian bawah ukuran mesh 40 (PT. Socfin, 2021).
b) Crude Oil Tank (COT)
Minyak dari Vibrating Screen akan ditampung di Crude Oil Tank.
Fungsi tangki ini adalah untuk mengendapkan zat-zat yang tidak larut dalam
minyak yang lolos dari Vibrating Screen. Agar minyak tidak membeku dan tidak
14

terikat dengan padatan yang masih ada maka di alirkan suhu panas melalui
pipa steam dengan suhu antara 90-95 °C (Heryani,dkk,2017).
Crude oil tank adalah tangki yang terbuat dari plat stainless steel yang
ketebalan 3 mm dilengkapi dengan pipa pemanas didalamnya. Memiliki ukuran
panjang = 2.500 mm, lebar = 1.750 mm, dan tinggi = 1.350 mm sehingga
memiliki volume ± 6 m3 dan kapasitas 5 ton/jam (PT. Socfin,2021).
Crude oil tank berfungsi untuk mengendapkan partikel –partikel yang
tidak lolos dari ayakan getar dan meningkatkan temperatur sebelum minyak kasar
dipompakan ke Continuos Settling Tank. Pemanas pada Crude oil tank
menggunakan steam coil untuk membantu pengendapan kotoran dalam
minyak kasar, pengendapan minyak lebih sempurna jika panas dipertahankan
95oC. Minyak hasil dari Crude oil tank akan diproses kembali ke Continuos
Settling Tank (Siagian,dkk,2012).

c) Continuos Settling Tank (CST)


Continuos settling tank (CST) merupakan tangki yang dapat memisahkan
lumpur dengan minyak dimana prinsip pemisahan tersebut berdasarkan
perbedaan berat jenis dari masing-masing komponen minyak mentah, dimana
untuk berat jenis yang berat mengalir kedasar tangki yang kemudian akan
dikirimkan ke sludge tank, sedangkan untuk berat jenis yang ringan akan
dikirimkan ke oil tank. Temperatur minyak pada Continuos settling tank (CST) di
harapkan antara 95-98oC, adapun pemanasan awal pada Continuos settling tank
ini menggunakan steam injeksi dan kemudian dilanjutkan dengan steam coil
(Siagian,dkk,2012).
Continous Settling Tank (CST) ini berfungsi untuk memisahkan minyak
dari kotoran dengan cara pengendapan. Fraksi berat akan bergerak ke bawah,
sedangkan fraksi ringan akan bergerak menuju ke atas. Suhu berpengaruh
terhadap viskositas minyak.Semakin tinggi suhunya semakin kecil
viskositasnya.Untuk mempermudah pemisahan minyak dari kotoran dan air maka
viskositas minyak diperkecil, salah satu caranya dengan pemanasan. Berdasarkan
viskositas maka suhu yang paling tepat apabila suhu tersebut lebih besar dari
90oC (Hutahean,2008).
15

Kapasitas Continious settling tank (CST) pada PKS PT. Socfin Indonesia
Kebun Tanah Gambus ini adalah 90 ton. Sludge yang terdapat pada Continious
settling tank (CST) selanjutnya akan di alirkan ke sludge tank sedangkan
minyaknya akan dialirkan ke oil tank (PT.Socfin, 2021).
d) Sludge Tank
Berfungsi sebagai tempat penampungan lumpur dari Continuous settling
tank. Lumpur tersebut masih mengandung minyak sekitar 6%. Kapasitas sludge
tank di PKS PT. Socfin Indonesia kebun tanah gambus ini sebesar 30 Ton. Suhu
pada sludge tank sekitar 95-100oC.
e) Decanter
Decanter merupakan suatu tempat yang berfungsi sebagai pemisahan
lumpur, air dan minyak yang berasal dari sludge tank. Kapasitas dari decanter
ini adalah 6 Ton/Jam. Hasil pemisahan dari decanter yang berupa oil phase
selanjutnya akan di alirkan ke crude oil tank, water phase akan dialirkan ke
decanting tank dan berupa solid akan masuk ke decanting tank.
f) Decanting Tank
Merupakan suatu tempat penampungan water phase decanter yang
masih mengandung minyak, minyak yang ada dipermukaan decanting akan
masuk kedalam oil tank sedangkan sisanya akan masuk kedalam fat-fit. Pada
decanting tank, water phase decanter yang masih mengandung minyak
dipanaskan dengan temperatur 90-100oC, pemanasan ini bertujuan untuk
mempermudah pemisahan air dan minyak.
g) Oil Tank
Oil tank berfungsi untuk memisahkan air dan kotoran yang berasal dari
oil tank dengan cara sentrifugal dengan kecepatan putaran 6000 – 7000 rpm.
Akibat putaran tersebut maka akan terjadi gaya sentrifugal dengan perbedaan
berat jenis, berat jenis yang berat akan terlempar dan akan ditampung dalam
pipa, sedangkan berat jenis yang ringan akan terlempar mendekati pusat pusaran,
dan minyak akan mengumpul ditengah yang kemudian akan dipompakan
langsung ke vacum dryer (Siagian, 2012).
Fungsi dari oil tank adalah untuk memisahkan sludge yang melayang /
emulsi dalam minyak dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam
16

minyak sehingga kadar kotoran minyak menjadi < 0,02%. Alat ini bekerja dengan
cara pemusingan (centrifuge). Suhu minyak dalam oil tank 90-95oC. Akhirnya
minyak dari oil tank dimasukkan ke dalam vacuum dryer (Parhusip, 2008).
h) Vacuum Dryer
Minyak yang keluar dari oil tank masih mengandung air ± 0,3% maka
untuk mengurangi kadar airnya, minyak dipompakan ke vacuum dryer melalui
floating tank. Di dalam vacuum dryer air diuapkan dengan mengabutkan minyak.
Ujung pipa yang masuk ke dalam vacuum dryer dibuat sempit berbentuk nozzle-
nozzle sehingga minyak tersedot dan mengabut di dalam vacuum
dryer.Temperatur minyak dibuat sekitar 90-950C agar kadar air cepat menguap
dan uap air akan terhisap oleh steam injection dan vacuum pump (Yuniva,
2010).Vacuum dryer merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengurangi
kadar air pada minyak produksi. Pada PKS PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah
Gambus ini terdapat 1 buah Vacuum dryer dengan kapasitas 6 ton/jam dan
memiliki tekanan dibawah 1 atmosfer.Pada vacuum dryer ini juga terdapat
temperatur 80-90oC (PT.Socfin,2017).
Alat ini terdiri dari tabungan yang berdiri tegak dan hubungan dengan
stream injector atau vacum pump, untuk menurun tekanan. Pengisian minyak
melalui float thank (tangki apung) didasarkan pada kevakuman alat, pemisahan
air dari minyak dan Vacum drayer dipengaruhi oleh:
1. Suhu minyak, pemisah air atau bahan mudah menguap semakin efektif bila
suhunya yang tinggi. Pemanasan dalam Vacum dryer tidak terjadi sehingga
menentukan minyak adalah suhu perlakuan oil tank atau decenter.
2. Kehampaan udara, bahan lebih mudah menguap apabila dalam keadaan hampa
udara.
3. Intreksi minyak dan kehampaan, Vacum dryer dianggap bekerja dengan baik
pada suhu 70oC dengan tekanan di bawah 50 TOR (Sri Herliza, 2012).
17

Gambar 2.2. Flowsheet Proses pada alat Vacuum Oil Dryer


Sumber : pdfcoffe.com_vacuum-oil-dryer
Cara kerja dari alat vacuum dryer yaitu:
1. Minyak yang yang keluar dari oil tank diinjeksikan menuju float tank.
2. Pada float tank terdapat taper spindle yang bekerja seperti valve otomatis untuk
menjaga tekanan vakum dalam vacuum chambersecara terus menerus
3. Minyak pada float tank dihisap ke vacuum dryer melalui enam nozzle.
4. Enam nozzle pada vacuum chamber menginjeksikan minyak ke
permukaan deflector dalam bentuk spray.
5. Minyak diinjeksikan dalam bentuk spray dan mengkabut (cloudy) akan jatuh
ke permukaan plate deflector dan terjadi proses pengkabutan (cloudy) yang
kedua
6. Sementara minyak dalam keadaan mengkabut, air akan mudah diuapkan dan
dihisap oleh pompa vakum sehingga keluar dari vacuum chamber, kemudian
dipompakan menuju hot water tank.
7. Minyak kering akan jatuh ke bagian bawah vacuum chamber dan dipompakan
menggunakan dried oil pump menuju storage tank
i) Daily Tank
Daily Tank atau disebut tangki harian yaitu tempat menyimpan sementara
CPO dari vacuum dryer sebelum disimpan di storage tank.Terdapat 2 unit
daily tank dengan kapasitas 50 ton.
18

j) Tangki Timbun (Storage tank)


Adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan produk minyak
sebelum didistribusikan,Storage tank berjumlah 2 unit tangki,Kapasitas pada 1
tangki storage ini adalah 2000 ton.Tangki ini menggunakan alat bantu pompa
untuk mengisi dan mendistribusikannya.
2.6 Efisiensi
Secara umum Efisiensi adalah kemampuan dari suatu alat untuk
melakukan kerja.Efisiensi merupakan perbandingan antara sumber (input) yang
digunakan dengan hasil yang diperoleh (output).Sedangkan efisiensi alat pada
vacuum dryer adalah kemampuan dari alat tersebut untuk mengurangi kadar
air,sehingga diperlukan perhitungan efisiensi secara continue untuk
mempertahankan kadar air pada produk dan untuk menentukan keaktifan alat
vacuum dryer tersebut.Alat dikatakan tidak efektif karena produk yang dihasilkan
tidak sesuai dengan target yang diinginkan.Efisiensi dari alat penukar panas perlu
diperhitungkan untuk mengetahui keberhasilan dari alat tersebut untuk melakukan
kerja.Besarnya efisiensi dinyatakan dengan rumus :

Qserap
Efisiensi Dryer= x 100 %
Qlepas
19

2.2 Kerangka Konseptual

Observasi Lapangan

Pengamatan Vacuum dryer

Pengambilan sampel dari


Vakuum dryer

Analisa laboratorium

Kadar Air Kadar Minyak Kadar NOS

Data Pengamatan Dan Analisa


Data.

Kesimpulan
20

2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan


1.Judul : Analisis Pindah Panas Alat pengering Vakum Dengan Sumber
Energi Air Panas
Tahun : 2019
Penulis : Silvia Lina
Hasil :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari analisis
pindah panas,distribusi suhu dan kebutuhan energy pada alat
pengering vakum dengan sumber energi air panas. Sumber panas
yang digunakan pada penelitian ini adalah air panas yang disebar
antara dinding dalam dengan dinding luar pengering (ruang
pemanas),Hal ini bertujuan agar panas dalam ruang pengering
tersebar secara merata.Hasil Penelitian yang diperoleh yaitu
kualitas serbuk albumin ikan gabus terbaik diperoleh pada suhu
pengering vakum 49oC, dengan kadar albumin sebesar
4,71%,kadar protein sebesar 15,92%,rendemen 37,21%,kadar air
4,23%,kadar lemak 2,07% dan kadar abu 1,30% serta terdapat
asam amino yang tersusun didalamnya.
21

2.Judul : Efisiensi Proses pengeringan Tapioka Di PT. Umas Jaya Agrotama


Terbanggi Besar,Lampung Tengah
Tahun : 2019
Penulis : Deni Prasojo
Hasil :
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji sifat psikometri udara
pengering dan efisiensi energi proses pengeringan tapioka di PT.
Umas Jaya Agrotama.Berdasarkan hasil pengamatan
pendahuluan,dapat diperkirakan kadar air pati kering yang
diperoleh apabila kecepatan pemasukan diketahui dan suhu
udara basah diketahui.Pada perancangan optimasi ini digunakan
dua asumsi dasar,yaitu dengan menggunakan nilai rata-rata
pengamatan pendahuluan dan dengan memisahkan kondisi
ekstrim siang.Dari hasil perhitungan,berdasarkan kapasitas
pengeringan dan keceepatan pemasukan pati basah,diperkirakan
kondisi optimum pengeringan berada pada kecepatan
pemasukan 750 dan 800 rpm pada FD 1 dan 700 rpm pada FD 2
dengan asumsi 1 dan 2.b dan 640 rpm dan 700 rpm pada asumsi
2.a.Kecepatan pemasukan udara diamati untuk mengetahui
kapsitas pengeringan dari udara pengering.Dari hasil pengamatan
diketahui kecepatan pemasukan udara adalah 23.063,04 m3/jam
untuk FD 1 dan 26.649,00 m3/jam untuk FD 2.Kapasitas
pengeringan hasil perhitungan berdasarkan kapasitas
penangkapan air udara dan kecepatan pemasukan udara adalah
1479.10 kg u.k/jam untuk FD 1 dan 1554.55 kg u.k./jam
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Tempat Penelitian dilaksanakan di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah
Gambus, Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara.PT. Socfin
Indonesia Kebun Tanah Gambus didirikan pada tahun 1982 dengan kapasitas
pengolahan 23 ton/jam.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian di PT. Socfin Indonesia Kebun Tanah Gambus,Lima
Puluh,Kabupaten Batu Bara,Sumatra Utara,dan Penelitian ini dilakukan pada
26 Januari sampai dengan 26 Februari 2021.
3.2 Pengumpulan Data
3.2.1 Alat Dan Bahan
1. Alat
Vacuum Dryer
Merek : Gea Westfalia
Kapasitas : 6 Ton/jam
Tekanan : Bekerja pada tekanan vakum dibawah 1 atmosfer
Temperatur : 90-95oC
Tegangan : 220/380 Volt
Frekuensi : 50 Hz
Putaran : 1440 rpm
Fungsi : Mengurangi kadar air dari minyak dengan cara
penguapan hampa udara.
2. Bahan
- Crude palm Oil
- Air
- Steam

22
23

3.2.2 Metode Kerja


1. Melakukan pengamatan langsung ke lapangan bersama pembimbing
dengan memperoleh informasi dan data-data yang dibutuhkan
sehubungan dengan permasalahan.
2. Mempelajari proses yang terjadi pada alat vacuum dryer dari awal
mulanya CPO masuk dengan kadar air tertentu hingga CPO keluar
dengan kadar air sesuai dengan standar.
3. Melakukan diskusi dengan pembimbing lapangan dan pihak operator
untuk pengambilan data-data yang dibutuhkan baik dari proses maupun
dari laboratorium.
4. Mencatat variabel-variabel proses yang terkait pada proses pengolahan
untuk mengetahui kondisi yang sedang berlangsung.
5. Pengambilan data yang hendak diambil sesuai dengan judul karya
akhir,yaitu kadar air sebelum dan setelah masuk dryer
6. Melakukan pembahasan terhadap rumusan masalah dengan
menggunakan data-data yang diperoleh.
7. Penyusunan Karya Akhir
3.3 Rumus Yang Digunakan
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi dryer untuk
mengurangi kadar air pada Crude Palm Oil adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan kadar air yang masuk :
Jumlah air yang masuk = % Kadar air masuk x laju masuk produk
b. Perhitungan kadar air yang keluar :
Jumlah air yang keluar = % Kadar air masuk x laju keluar produk
c. Perhitungan kadar air yang diuapkan
Kadar air yang diuapkan = kadar air masuk - kadar air keluar
d. Perhitungan panas yang masuk kealat vacuum dryer
Qin = Qserap bahan baku
Qserap bahan baku = Qserap minyak + Qserap air + Qserap NOS
e. Perhitungan panas yang keluar dari alat dryer
Qout = Qlepas steam
= M.steam x Cp steam x ∆ T steam
24

f. Perhitungan efisiensi alat vacuum dryer


Qserap
Efisiensi Dryer= x 100 %
Qlepas

Anda mungkin juga menyukai