DEBAT
“MEMBAWA HP KE SEKOLAH”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 (TIM PRO)
1. FAJAR RESTU
2. RISYA ROLAND
3. FENDI BAHARUDIN
B. Pengertian Pelajar
Pelajar adalah istilah lain dari siswa / murid / peserta didik. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Pengertian murid berarti orang (anak yang sedang berguru (belajar,
bersekolah). Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, pengertian siswa adalah orang
yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.
Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari
mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek
dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan
kebaikan.
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi
sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak
yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.
Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami
proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan
yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu
kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah murid/anak didik,
bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang
lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa
yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik murid.
Itulah sebabnya murid atau anak didik adalah merupakan subjek belajar.
Dengan demikian, tidak tepat kalau dikatakan bahwa murid atau anak didik itu sebagai
objek (dalam proses belajar-mengajar). Memang dalam berbagai statment dikatakan bahwa
murid/anak didik dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa
dalam artian jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, memerlukan pembinaaan, pembimbingan dan
pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang dewasa, agar anak didik dapat mencapai tingkat
kedewasaanya. Hal ini dimaksudkan agar anak didik kelak dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, warga negara, warga masyarakat dan pribadi yang
bertanggung jawab.
Pernyataan mengenai anak didik sebagai kelompok yang belum dewasa itu, bukan berarti
bahwa anak didik itu sebagai makhluk yang lemah, tanpa memiliki potensi dan kemampuan. Anak
didik secara kodrati telah memiliki potensi dan kemampuan-kemampuan atau talent tertentu. Hanya
yang jelas murid itu belum mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan talent atau potensi
dan kemampuannya. Oleh karena itu, lebih tepat kalau siswa dikatakan sebagai subjek dalam proses
belajar-mengajar, sehingga murid/anak didik disebut sebagai subjek belajar.
Banyak sekolah,terutama sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP),melarang
siswanya membawa hp ke sekolah,tetapi banyak juga yg memperbolehkan membawa HP tapi dengan
berbagai syarat.Sebagian orang menganggap ini sangat bagus dan positive (Pro) ada juga yang
menganggapnya negative (Kontra).
Dengan demikian,pelarangan siswa membawa HP ke sekolah menuai perdebatan.
Pro
Kesimpulan
Cara untuk mengatasi masalah ini adalah pihak sekolah bermusyawarah dengab para orang
tua,bagaimana jika siswa di bolehkan membawa hape ke sekolah dengan peraturan yang wajar.Dan
semuanya kembali kepada pemakaian para siswa sendiri.
TUGAS BAHASA INDONESIA
DEBAT
“MEMBAWA HP KE SEKOLAH”
DISUSUN OLEH :
1. DEO ALIF U
2. INDRA ADIT S
3. JODI TRIYANTO
A. Pengetian Handphone
Telepon genggam atau Handphone adalah sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon fixed line sehingga konvesional namun
dapat dibawa kemana-mana ( portable ) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon
menggunakan kabel ( nirkabel, wireless ).
Generasi pertama system selular Analog yaitu AMPS ( Advance Mobile Phone Service ).
Versi dari AMPS dikenal sebagai Narrowband Advance Mobile Phone Service ( NAMPS ) yang
menggabungkan teknologi digital, sehingga system ini dapat digunakan untuk membawa tiga kali
lebih besar kapasitas pada setiap panggilan versinya. Pada tahun 1981 muncul NMT ( Nordic
Mobile Telephone System ). Pada tahun 1982 muncullah GSM ( Global System For Mobile
Communination ).
Pada tahun 1990 jaringan Amerika Utara bergabung membentuk standarisasi IS-54B dimana
standarisasi ini adalah yang pertama kali menggunakan dual mode seluler berdasarkan teknik
penyebaran spectrum untuk meningkatkan kapasitas yang disebut IS-95. Dengan menggunakan
protocol AMPS sebagai defaultnya, akan tetapi mempunyai cara kerja SEC. Normal yang berbeda
dengan analaog selular serta lebih canggih dibanding IS-54.
Pada awalnya disebutkan bahwa yang menggunakan teknologi sistem Code Division
Multiple Access ( CDMA ) secara digital akan meningkatkan kapasitas hingga 10 sampai 20 kali
pada sistem selularnya. Meskipun konsep tersebut mengedankan hal inilah yang menjadikan sistem
berdasarkan CDMA menjadi metode transmisi pilihan pada pemasangan-pemasangan baru di atas
sistem CDMA. Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel yaitu GSM dan CDMA tetapi
sekarang ada era generasi baru Handphone yaitu era generasi ke-3 ( 3G ). Dimana generasi ini telah
merambah ke layanan internet secara wireless.
B. Pengertian Pelajar
Pelajar adalah istilah lain dari siswa / murid / peserta didik. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Pengertian murid berarti orang (anak yang sedang berguru (belajar,
bersekolah). Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, pengertian siswa adalah orang
yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.
Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari
mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek
dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan
kebaikan.
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi
sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak
yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.
Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami
proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan
yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu
kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah murid/anak didik,
bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang
lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa
yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik murid.
Itulah sebabnya murid atau anak didik adalah merupakan subjek belajar.
Dengan demikian, tidak tepat kalau dikatakan bahwa murid atau anak didik itu sebagai
objek (dalam proses belajar-mengajar). Memang dalam berbagai statment dikatakan bahwa
murid/anak didik dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa
dalam artian jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, memerlukan pembinaaan, pembimbingan dan
pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang dewasa, agar anak didik dapat mencapai tingkat
kedewasaanya. Hal ini dimaksudkan agar anak didik kelak dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, warga negara, warga masyarakat dan pribadi yang
bertanggung jawab.
Pernyataan mengenai anak didik sebagai kelompok yang belum dewasa itu, bukan berarti
bahwa anak didik itu sebagai makhluk yang lemah, tanpa memiliki potensi dan kemampuan. Anak
didik secara kodrati telah memiliki potensi dan kemampuan-kemampuan atau talent tertentu. Hanya
yang jelas murid itu belum mencapai tingkat optimal dalam mengembangkan talent atau potensi
dan kemampuannya. Oleh karena itu, lebih tepat kalau siswa dikatakan sebagai subjek dalam proses
belajar-mengajar, sehingga murid/anak didik disebut sebagai subjek belajar.
PERMASALAHAN
Banyak sekolah,terutama sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP),melarang
siswanya membawa hp ke sekolah,tetapi banyak juga yg memperbolehkan membawa HP tapi dengan
berbagai syarat.Sebagian orang menganggap ini sangat bagus dan positive (Pro) ada juga yang
menganggapnya negative (Kontra).
Dengan demikian,pelarangan siswa membawa HP ke sekolah menuai perdebatan.
Kontra
Sementara itu,tak banyak juga masyarakat yg tidal setuju dengan membawa hp ke sekolah,sama
seperti yang Pro,mereka mempunyai alasan yg berbagai.Ane disini cman bakal ngasih 3 alasan terbaik
tentang kontra isu tadi
1. Aplikasi yg tersedia di telepon dapat menganggu konsentrasi siswa dalam pembelajaran di
sekolah.Aplikasi di smartphone kini mulai banyak dan beragam,saat siswa belajar,pasti pikirannya
tertuju kepada aplikasi yg ada di smartphone nya.Kadang juga ada yg diam-diam bermain hp saat
jam pelajaran dimulai.
2. Siswa dapat menemukan hal negatif di internet.Saat browsing di internet,ada iklan porno,karna
penasaran,si siswa membuka situs tersebut dan menontonnya
3. Aplikasi internet di hp memberikan kesempatan untuk berbuat curang.Saat ulangan,banyak siswa
yg tidak bisa menjawab pertanyaan dan mengambil jalan pintas dengan mencari di internet.
Kesimpulan
Cara untuk mengatasi masalah ini adalah pihak sekolah bermusyawarah dengab para orang
tua,bagaimana jika siswa di bolehkan membawa hape ke sekolah dengan peraturan yang wajar.Dan
semuanya kembali kepada pemakaian para siswa sendiri.