JAKARTA
Di susun oleh :
05037
TAHUN 2008
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Diabetes
Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta” ini telah disetujui untuk
Jakarta, 2008
Mengetahui
Direktur
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Diabetes
Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta” ini telah diujikan dan
dinyatakan “Lulus” dalam ujian siding dihadapan Tim Penguji pada tanggal 05 Agustus
2008.
Penguji I,
Penguji II,
Penguji III,
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
atas Asung Kertha Wara Nugraha–Nya, karena akhirnya penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. S Dengan
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
Dalam penyusunan Karya Tul;is Ilmiah ini penulis banyak mengalami hambatan
dan kesulitan namun berkat bantuan, bimbingan, pengarahan serta motivasi dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
1. Bapak Dr. H. Kemas M. Akib Amar SpR. MARS selaku Direktur Utama Rumah
2. Bpak Dr. Ketut Brata Punia selaku Direktur Diploma III Keperawatan Politeknik
3. Ibu R. Yeni Mauliawati, S.Kp selaku Penguji Nasional Ujian Akhir Program.
4. Ibu Ns. Dewi Arga, S.KM, S.Kep, selaku Penguji dari Institusi Diploma III
5. Ibu Ns. Anna Farida, S.Kep selaku penguji Lahan Ujian Akhir Program.
5
6. Seluruh perawat di ruang IRNA B Lantai V Kiri Teratai Merah Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan dalam
praktek diruangan.
7. Ibu Nelwetis, Spd, S.Kep dan Ibu Ety Nurhayati, SKp selaku wali tingkat III
8. Seluruh Staf dan Dosen Diploma III Keperawatan Politeknik Karya Husada
Jakarta yana telah memberikan bantuan Ilmu Pengetahuan dan bimbingan selama
selalu memberikan dukungan Moril maupun Materiil juga Doa Restu selama penulis
10. Bli WAHANA Bagoes Genjing yang kusayangi, terima kasih untuk semuanya:
Canda, Tawa, Tangis, Omelan, Dukungan, Semangat, Cinta, Kasih dan Sayang serta
11. My Plenz in the Lucky kost, Lida, Emy, Eli, Ulan, Erna, Fitri, Rike and My Best
Partner MALA & SISKA I WILL MISSING YOU GUYS, THAKS FOR OUR
FRIENDSHIP.
12. Bocah – bocah Interna (Mala – Malarangeng, Belen – Beklen, Yulik – Culeng,
Mitha – Mithong) Canda, Tawa, Tangis dalam perjuangan besar kita tak akan pernah
terlupakan.
13. Rekan – rekan ANGPUH Angkatan 2005: Ulan, Eli, Lida, Emy, Erna, Ami, Lia,
D’Dewi, Nengah, Nita, Perni, Nani, Mira, Kristia, Ewis, Agung, Ngurah, Mbok
Tinik, Dayu, Cok Sri, Cok Diah, Tri, Yulina, Dwi, N.Linda, Irma, Alim, Dewi
6
Crazy, Linda Jenong, yanti terima kasih atas semangat dan dukungan yang diberikan
14. Kru AZZAM.NET A’a Ipank, kak Ganzil, si mungil Angga, terutama Mas Hari
Ilmiah ini.
15. South of Jakarta yang telah memberikan banyak kenangan yang berharga dan tak
kan terlupakan Like’s Tukang Koran, Siomay, es buah, rujak, mie ayam, gulai, pecel
ayam, ketoprak, warteg, counter pulza, dan my transport like’s D01, S03, 509, 608,
Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dalam bidang
– kekurangan yang ditemui didalamnya untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan mutu penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Akhir kata dari penulis, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melindungi
Penulis
7
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
3. Komplikasi
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................
BAB IV : PEMBAHASAN
C. Perencanaan Keperawatan.....................................................
D. Pelaksanaan Keperawatan......................................................
E. Evaluasi Keperawatan............................................................
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peningkatan mutu kesehatan terutama dalam hal mendeteksi secara dini tentang
Jantung, Hipertensi, Gagal Ginjal dan Diabetes Melitus. Yang merupakan faktor
pencetus penyakit diabetes melitus, antara lain : pola makan yang saat ini menjadi
trend seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman ringan dengan kadar
glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selain itu karena kesibukan kerja, kebiasaan di
depan TV dan komputer dalam waktu yang lama sambil mengkonsumsi makanan
ringan menyebabkan orang dewasa malas untuk bergerak sehingga orang dewasa
Selama ini dikenal ada dua tipe diabetes melitus yaitu tipe I (IDDM)
diabetes tergantung dengan insulin dan tipe II (NIDDM) diabetes yang tidak
tergantung dengan insulin. Tipe II mencakup 80 – 90% dari seluruh kasus diabetes
dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Pada tahun 2000, terdapat
sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun, pada tahun
menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan diantara
mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur. Jumlah yang tergolong
banyak dan dapat terus bertambah jika tidak dilakukan upaya dalam mengatasi
Umum Pusat Fatmawati, Jakarta untuk tiga bulan terakhir (Mei, Juni, Juli) tahun
2008 adalah 72 orang dari 549 yang masuk dilantai V Kiri IRNA B Teratai Merah
RSUP Fatmawati yang mengalami diabetes melitus, Pada bulan Mei klien dengan
komplikasi sebanyak 1 orang (0,18%), pada bulan Juni klien dengan diabetes
sebanyak 2 orang (0,36%),dan pada bulan Juli klien dengan diabetes melitus murni
prosentase diabetes melitus yang mengalami komplikasi masih rendah tetapi peran
perawat sangatlah penting terutama ditekankan pada upaya promotif dan preventif
perawatan luka.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
solusinya.
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada satu kasus Asuhan
komplikasi Gangrene selama 3x24 jam yang dimulai dari tanggal 22 Juli sampai
dengan 24 Juli 2008 di lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Pusat
Fatmawati, Jakarta.
D. Metode Penulisan
kasus melalui pendekatan proses asuhan keperawatan pada klien Tn. S dengan
didapat dari status klien dan hal yang berhubungan dengan masalah
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yang
tersusun secara sistematis dengan urutan: BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar
penulisan. BAB II : Tinjauan teoritis yang meliputi konsep dasar penyakit yaitu
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer Suzzane C &
dimana penderita diabetes tidak bias memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup
atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah kelebihan
adalah diabetes yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang
disebut resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (Smeltzer
adalah diabetes yang ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
diabetes melitus tipe II adalah diabetes yang terjadi akibat penurunan sensitivitas
terhadap insulin yang ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin.
1
B. Etiologi
C. Smeltzer (2002) adalah usia, obesitas, genetik dan diet atau pola makan yang
1. Usia
kelompok usia ini jumlah insulin yang terdapat dalam tubuh berjumlah banyak,
2. Faktor Genetik
Orang tua yang memiliki riwayat diabetes melitus cenderung akan menurunkan
insulin.
3. Obesitas
Orang yang gemuk, insulin yang beredar didalam tubuh menjadi tidak efektif,
darah.
Orang yang mengkonsumsi lemak yang lebih tinggi dari kebutuhannya akan
mempunyai resiko yang tinggi terkena penyakit diabetes melitus. Diet atau pola
makan yang salah dengan mengkonsumsi lemak yang tinggi akan menurunkan
C. Patofisiologi
1. Proses penyakit
genetik, obesitas, diet/pola makan yang salah. Pola makan yang salah seperti
usia, keturunan, obesitas dapat menyebabkan kerusakan sel pankreas yang dapat
insulin menurun dan terjadi gangguan sekresi insulin dan dapat terjadi defisiensi
insulin sehingga dapat meningkatkan kadar gula dalam darah yang disebut
hiperglikemia. Dari glukosa yang tidak bisa masuk dalam sel lemak dan protein
(asthenia) sehingga timbul rasa lapar yang terus-menerus (poliphagi). Selain itu
badan dan lemah. Glukosa tidak masuk dalam sel dapat juga mengakibatkan
berlebih.
1
2. Manifestasi klinis
Karena kurangnya insulin sehingga nutrisi tidak dapat msuk kedalam sel,
sehingga sel lapar (astenia) sebagai respon klien pun merasa lapar dan ingin
makan terus.
Respon ini terjadi karena sering BAK, mengakibatkan klien merasa haus
terus.
d. Kesemutan
e. Kelelahan/kelamahan tubuh
Disebabkan glukosa didalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal ini
yang ada. Jika cadangan lemak dibakar dalam jumlah yang berlebihan
3. Komplikasi
1). Hipoglikemia
kadar glukosa darah turn dibawah 50-60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi
makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang kuat.
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
glukosa yang memasuki sel juga akan berkurang dan prosuksi glukosa
oleh hati menjadi tidak terkendali. Dua faktor ini akan menimbulkan
dalam tubuh bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium)
insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam lemak
bebas dan gliserol. Asam lemak bebas diubah menjadi badan keton oleh
asidosis metabolik. Jadi, tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes
1). Mikroangiopati
2). Makroangiopati
c. Neuropati
menyerang sistem saraf termasuk saraf perifer (sensori motor), otonom dan
spinal.
secara normal dan karena aliran darah ke kulit berkurang dan hilangnya rasa
imunitas.
2
ulserasi.
adanya gangguan pembuluh darah, gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada
gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika diraba terasa dingin,
jika ada luka sukar sembuh, karena aliran darah ke bagian tersebut sudah
berkurang. Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat atau
Hal ini akan membahayakan pasien karena infeksi bisa menjalar ke seluruh
tubuh (sepsis).
D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi insulin
Indikasi pemberian insulin pada pasien diabetes melitus yang berusia lanjut sama
acting yang dicampur dengan insulin short-acting dan dapat diberikan 1-2x/hari,
dengan dosis tetap serta kalori dalam makanan harus tetap dengan waktu tertentu
(sebelum/sesudah makan).
2
Obat hipoglikemia oral diberikan jika pengaturan diet dan latihan tidak berhasil.
3. Pemberian Antibiotik
4. Pemberian Analgetik
E. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik :
b. Sirkulasi
lama.
c. Integritas Ego
2
d. Eliminasi
f. Neurosensori
sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
frekuensi pernapasan.
i. Kemanan
j. Seksualitas
diminimalkan.
2) Stadium luka
a) Anatomi kulit
epidermis.
(b) Stadium II :
Hilangnya lapisan
atas.
Rusaknya lapisan
(d) Stadium IV :
Rusaknya lapisan
slough, apaskularisasi.
Jaringannekrotik, apaskularisasi.
tampak menonjol.
infeksi tendon.
(3) Gangrene
kering.
3) Status Vaskuler
4) Status neurologik
Klien diabetic sangat beresiko terhadap kejadian luka kaki oleh karena
5) Infeksi
Infeksi merupakan masalah yang paling serius pada klien dengan luka
perawatan luka, penilaian terhadap ada tidaknya infeksi pada luka kronik
adalah jenis luka yang terkontaminasi oleh adanya kolonisasi bakteri tapi
2. Pemeriksaan Diagnostik
mOsm/l
(asidosis metabolik).
melitus tipe I) atau normal (tipe II) yang mengindikasikan glukosa darah dan
mungkin meningkat.
E. Diagnosa Keperawatan
2
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien diabetes melitus menurut
hiperglikemia).
F. Perencanaan Keperawatan
menetapkan tujuan, kriteria hasil dan menentukan rencana tindakan yang akan
dilakukan :
hiperglikemia).
batas normal.
c. Intervensi :
membrane mukosa.
volume sirkulasi.
ml/hari
volume sirkulasi.
darah).
c. Intervensi :
mual, muntah.
rasa nyaman.
3
5) Kolaborasi
c. Intervensi :
pus, luka)
segera
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien
sendiri.
(nasokomial)
kulit
5) Kolaborasi :
indikasi
terjadi.
c. Intervensi :
pada lingkungannya.
c. Intervensi :
sehari-hari
ketidakberdayaannya.
c. Intervensi :
umum.
masa lalu
penanganan
mengakibatkan frustasi
3
terhadap situasi
faktor penyebab.
c. Intervensi :
proses belajar
yang diharapkan
kerjasama pasien
3
pencegahannya
penyuluhan kesehatan
G. Pelaksanaan Keperawatan
keperawatan yang ada dalam teori disesuaikan dengan prioritas keadaan klien.
terhadap budaya klien, serta gaya hidup. Perawat akan mempunyai skill
3
b. Tindakan Keperawatan
c. Pendokumentasian Implementasi
H. Evaluasi
masalahnya:
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan dikemukakan tentang hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada Tn. S dengan diabetes melitus tipe II (NIDDM) dengan
komplikasi gangrene yang dirawat di lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit
3
Umum Pusat Fatmawati Jakarta yang dimulai pada tanggal 22 Juli sampai 24 Juli 2008,
A. Pengkajian
keperawatan yang tepat sesuai kebutuhan dan masalah klien dengan diabetes melitus
1. Identitas klien
Islam, suku Jawa, bangsa Indonesia dan pendidikan terakhir SLTA serta bahasa
yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Klien beralamat di Jl. Syaridin No. 35
Jakarta Pusat, sumber biaya ASKES, sumber informasi berasal dari klien dan
keluarga.
Resume
Tn. S masuk ke UGD Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta pada tanggal
19 Juli 2008, dengan keluhan nyeri pada luka di kaki kiri sejak dua minggu
2008, Hb = 9,9 g/dl, Ht = 28%, leukosit = 18,6 rb/ul, trombosit = 313 rb/ul,
eritrosit = 3,61 juta/ul, GDS = 449 mg/dl, Na = 132 mmol/l, K = 4,00 mmol/l, Cl
4
Juli 2008 pada buku status didapatkan data TTV = TD = 110/70 mmHg, N =
sedikit warna kuning jernih. Masalah keperawatan yang muncul, resiko tinggi
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko kurang volume cairan tubuh, pola
2. Riwayat Keperawatan
Klien mengeluh nyeri pada luka di kaki kiri sejak dua minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya karena klien sering olahraga dengan
kaki telanjang di jalan yang pernah terkena banjir, karena merasa gatal-gatal
pada telapak kakinya, kemudian digaruk dan menjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh, satu bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pada
Klien menderita diabetes melitus sejak lima tahun yang lalu pada tahun 2003.
laut. Klien mengkonsumsi obat glibenklamid 1x2 tablet sejak lima tahun
yang lalu.
43
4
Keterangan :
Klien mempunyai tiga orang kakak laki-laki dan satu orang kakak
perempuan, satu orang adik perempuan dan dua orang adik laki-laki. Kakak
laki-laki ketiga mengalami penyakit yang sama, tetapi klien dan keluarga
mengatakan orang tua mereka tidak ada yang mengalami penyakit yang sama
dengan klien.
Klien dekat dengan istri dan kakak ketiganya. Pola komunikasi dalam
Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga merasa sedih dan
pemecahan masalah.
Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah kesembuhannya, klien berharap
bisa cepat pulang dan bekerja kembali seperti semula setelah menjalani
4
perawatan, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah klien menjadi
bergantung dengan istri dan keluarga jika ingin melakukan aktivitas. Tidak
Klien dan keluarga mengatakan rumahnya jauh dari jalan raya. Ventilasi dan
1) Pola Nutrisi
Sebelum sakit klien biasa makan 3 kali sehari dalam sehari, nafsu makan
baik, porsi makanan yang dihabiskan adalah satu porsi. Tidak ada
makanan yang tidak disukai dan makanan yang membuat alergi adalah
ikan laut dan makanan pantangan klien adalah makanan yang manis-
Saat dirawat di rumah sakit frekuensi makan 3 kali dalam sehari, nafsu
makan baik, porsi makanan yang dihabiskan adalah satu porsi. Tidak ada
diberikan pada klien adalah diet diabetes melitus 2100 kalori, klien
diberikan terapi insulin (50 unit + NaCl 0,9% 50 cc) dalam syringe pump
dan 5 unit 3 kali sehari sebelum makan. Klien tidak menggunakan NGT.
4
2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit klien buang air kecil 8-10 kali dalam sehari, warna kuning
jernih, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan alat bantu seperti
kateter pada saat buang air kecil. Frekuensi klien buang air besar adalah 1
kali dalam sehari, pada pagi hari berwarna coklat, bau khas, konsistensi
lembek, tidak ada keluhan saat buang air besar dan tidak pernah
menggunakan laxative.
Di rumah sakit klien buang air kecil 5-6 kali dalam sehari berwarna
kuning jernih, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan alat kateter.
Klien buang air besar 1 kali sehari, waktu tidak tentu, warna coklat, bau
khas, konsistensi lembek, tidak ada keluhan saat buang air besar dan tidak
menggunakan laxative.
Pada saat sebelum sakit klien mandi dua kali dalam sehari , pagi dan sore
hari, dengan menggunakan sabun mandi serta menggosok gigi dua kali
dalam sehari. Klien mencuci rambut sebanyak tiga kali dalam seminggu
Sebelum sakit lama tidur siang klien kurang lebih 1 jam, lama tidur
malam klien 7-8 jam perharinya, sebelum tidur klien biasanya berdoa.
Saat dirawat di rumah sakit klien tidur siang 2-3 jam, lama tidur malam
Sebelum sakit klien bekerja, waktu bekerja tergantung jadwal shift. Klien
berolahraga jogging dua kali dalam seminggu, tidak ada keluhan dalam
beraktifitas.
dibantu istri dan keluarga, dan klien tidak pernah melakukan olahraga.
Sebelum dan sesudah sakit klien tidak pernah merokok dan meminum
minuman keras.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang. Berat badan sekarang tidak dapat dikaji,
berat badan sebelum sakit 76 kg dengan tinggi badan 160 cm. Tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 88x/mnt, frekuensi napas 24x/mnt, suhu 370C, tidak
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata klien simetri, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
normal, konjungtiva anemis, kornea normal, sklera ikterik, pupil isokor, otot
mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda
radang, klien tidak memakai kaca mata ataupun lensa kontak dan reaksi
c. Sistem Pendengaran
4
Daun telinga normal, tidak ada cairan dari telinga, kondisi telinga normal,
tidak ada perasaan penuh di telinga, tinitus tidak ada, fungsi pendengaran
d. Sistem Wicara
e. Sistem Pernapasan
Jalan napas klien bersih, pernapasan tidak sesak, dalam bernapas klien tidak
jenis pernapasan spontan, kedalaman napas dangkal, tidak ada batuk, tidak
ada sputum, pada palpasi dada tampak simetris, perkusi dada klien resonan,
suara napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas dan tidak menggunakan
f. Sistem Kardiovaskuler
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit
pucat, pengisian kapiler lebih dari 3 detik dan tidak ada edema.
tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada sakit dada.
g. Sistem Hematologi
Tingkat kesadaran klien kompos mentis, tidak ada keluhan sakit kepala, GCS
i. Sistem Pencernaaan
Keadaan mulut klien, gigi tidak karies, klien tidak menggunakan gigi palsu,
stomatitis tidak ada, lidah tidak kotor, salifa normal, muntah tidak ada, nyeri
daerah perut tidak ada, bising usus 6x/menit, tidak ada diare, tidak ada
j. Sistem Endokrin
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, poliuri
dan polidipsi tidak ada, poliphagi ada pada klien. Terdapat luka gangrene
pada pedis sinistra yaitu telapak kaki dengan diameter luka 0,5 cm, keadaan
luka : tampak adanya pus berwarna putih susu dan coklat serta mengeluarkan
darah.
k. Sistem Urogenital
Tidak ada perubahan pola berkemih pada klien, tidak ada distensi kandung
kemih dan sakit pinggang, intake ; minum 600 ml/24 jam, parenteral : 1500
ml/24 jam. Output : BAK : 900 ml/24 jam, IWL : 900 ml/24 jam sehingga
l. Sistem integument
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit
baik, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah penusukan syringe pump
bengkak dan klien merasa nyeri, syringe pump dipasang pada tanggal 20 juli
m. Sistem Muskuloskeletal
Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada
tulang, sendi, kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang, sendi
dan5kelainan
5 5struktur
5 tulang
5 belakang,
5 5 keadaan
5 tonus otot baik.
5 5 5 5 5 5 5 2
Klien dan keluarga mengerti tentang penyebab dan makanan yang harus
dihindari.
4. Data penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Trombosit: 313000/ul (N: 150-440 rb/ul), Eritrosit: 3,61 juta/ul (N: 4,40-
5,90 juta/ul).
mg/dl).
mg/dl).
4
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto pedis AP, hasil = pelvis : kontur dan struktur tulang normal tak tampak
lesi titik dan sklerotik, sela sendi normal soft tissue swelling, kesan : tak
a. Pemeriksaan laboratorium
2,50 g/dl (N = 3,40 – 4,80 g/dl), globulin = 4,19 g/dl (N = 2,50 – 3,00
g/dl).
mg/dl).
a. Pemeriksaan laboratorium
5. Penatalaksanaan
Tanggal 21 Juli 2008, klien mendapat terapi obat yaitu : ceftriaxone 1 x 2 gram,
Terapi cairan IVFD NaCl 0,9 % 20 tts/menit. Diet diabetes melitus 2100 kalori.
Terapi insulin, drip insulin 50 unit (Actrapid) +NaCl 0,9 % 50 cc dalam syringe
Pemeriksaan sleeding scale per 6 jam dalam sehari dan pemeriksaan GDN/2 PP 1
minggu 2 kali.
6. Data Fokus
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S (43 tahun) pada tanggal 22 Juli 2008,
Data subjektif = klien mengatakan nyeri pada luka apabila luka dibersihkan,
skala nyeri 6. Klien mengatakan infus NaCl 0,9 % dipasang pada tanggal 19 Juli
2008 dan syringe pump dipasang sejak tanggal 20 Juli 2008, merasa nyeri pada
Minum ± 600 ml/hari. Berat badan klien sebelum sakit (1 bulan yang lalu) 76 kg,
keluarga klien mengatakan berat badan klien menurun sejak sakit (1 bulan yang
Data objektif :
Tampak rembesan pus pada balutan luka, terdapat akses pada pedis sinistra, klien
tampak meringis saat luka dibersihkan, diameter luka 0,5 cm, keadaan luka :
tampak adanya pus berwarna putih susu dan coklat, serta mengeluarkan darah.
Tanggal 22 Juli 2008 = 217 mg/dl, balutan infus NaCl tampak bersih, daerah
penusukan syringe pump tampak bengkak, agak merah. Klien terpasang infus
NaCl 0,9 % 500 ml/8 jam = 20 tts/menit. Insulin drip 50 unit (Actrapid) + NaCl
pernapasan : 24x/menit, suhu : 370C. Pengisian kapiler lebih dari 3 detik, intake ;
minum = 600 ml/24 jam, parenteral = 1500 ml/24 jam. Output ; BAK = 900
ml/24 jam, IWL = 900 ml/24 jam. Balance cairan : 2100 ml – 1800 ml = +300
5
tanggal 21 Juli 2008, albumin 2,50 gr/dl. Klien tampak lemas, konjungtiva klien
anemis, warna kulit klien pucat, LILA klien 28 cm, bising usus klien 6x/menit,
berat badan sekarang belum dapat dikaji, hasil pemeriksaan laboratorium tanggal
19 Juli 2008 Hb = 9,9 gram/dl, tanggal 22 Juli 2008 GDN/2 PP belum ada, klien
mendapatkan actrapid 3x5 iu sebelum makan (pagi, siang, sore), keadaan umum
7. Analisa Data
- Klien mengatakan nyeri pada luka perluasan infeksi glukosa dalam darah
- Skala
nyeri 6
Data objektif :
- Tampak
- Terdapat
- Diameter
darah
- Hasil
hari
5
Data objektif :
Data objektif:
- LILA klien 28 cm
dikaji
4, M : 6, V : 5
18,4 ribu/ul,
- TTV Klien
TD = 110/80 mmHg
N = 88x/menit
5
S = 370 C
5. Data subjektif : Resiko terhadap Tempat masuknya
Juli 2008
Data objektif :
bersih
TTV :
TD = 110/80 mmHg
N = 88x/menit
5
S = 370 C
B. Diagnosa Keperawatan
pump.
5
1. Diagnosa I
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tanda-tanda infeksi dan peradangan (rubor, kalor, dolor, tumor, pus, bau) tidak
ada tanda-tanda vital dalam batas normal terutama suhu (36 0 C – 37.50C), hasil
Data subjektif :
skala nyeri 6.
Data objektif :
pedis sinistra, diameter luka 0,5 cm, keadaan luka: tampak adanya pus
berwarna putih susu dan coklat, serta mengeluarkan darah, hasil pemeriksaan
5
gula darah sewaktu tanggal 22 Juli 2008 GDS : 217 mg/dl (N : 70 – 140
mg/dl).
Rencana tindakan
(nasokomial).
Pelaksanaan :
Pukul 10.00 WIB memberikan obat antibiotik (metronidazole 500 mg/100 ml),
kalor, dolor, tumor, pus, bau). Terdapat tanda-tanda infeksi pada kaki kiri klien
seperti : panas, nyeri, kemerahan dan bengkak, pus berwarna putih susu dan
mencuci tangan.
Pukul 11.20 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik,
luka klien terdapat pus berwarna putih susu dan coklat serta terdapat darah,
mengambil sampel pus untuk pemeriksaan kultur pus, hasil pemeriksaan kultur
Pukul 16.00 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
(oleh perawat ruangan), luka terdapat pus berwarna putih susu dan coklat serta
terdapat darah.
Pukul 17.30 WIB memberikan terapi insulin (oleh perawat ruangan), klien
Pukul 18.00 WIB memberikan obat antibiotik (metronidazole 500 mg/100 ml)
Pukul 02.00 WIB memberikan obat antibiotik Metronidazole 500 mg/100 ml,
Pukul 06.30 WIB memberikan terapi insulin actrapid (oleh perawat ruangan),
Evaluasi
laboratorium : leukosit =untuk tanggal 23 Juli 2008 tidak ada, hasil : GDS
P : Intervensi
Pelaksanaan
Pukul 08.00 WIB mengobservasi nilai laboratorium leukosit, tidak ada hasil
(N : 36 – 37.50 C).
Pukul 10.00 WIB memberikan obat antibiotik (metronidazole 500 mg/100 ml),
Pukul 11.00 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
(bersama perawat ruangan), luka klien terdapat pus berwarna putih susu dan
Pukul 16.00 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
(oleh perawat ruangan), luka klien terdapat pus berwarna putih susu dan coklat
Pukul 17.30 WIB memberikan terapi insulin, klien mendapatkan actrapid 5 iu.
Pukul 18.00 WIB memberikan obat antibiotik metronidazole 500 mg/100 ml,
Pukul 21.00 WIB memberikan terapi insulin insulaktad (oleh perawat ruangan),
Pukul 06.30 WIB memberikan terapi insulin actrapid (oleh perawat ruangan)
Evaluasi
P : Intervensi
Pelaksanaan
36 – 37.50 C).
Pukul 10.00 WIB memberikan obat antibiotik metronidazole 500 mg/100 ml,
Evaluasi
2. Diagnosa II
Data subjektif :
Data objektif:
- Intake ; minum : ± 600 ml/24 jam, parenteral = 1500 ml/24 jam, output ; BAK
= 900 ml/24 jam, IWL = 900 ml/24 jam. Balance cairan 2100 – 1800 = ± 300
Tujuan
Kriteria hasil :
Intake dan output seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal (TD = 120/80
tidak ada edema, hasil laboratorium : hematokrit dalam batas normal (33-45%).
Rencana tindakan
6
nutrisi)
Pelaksaan
Pukul 11.00 WIB mengukur intake dan output klien, intake ; minum : ± 200 ml/8
jam., parenteral : 500 ml/8 jam. Output ; urine : 300 ml/8 jam, IWL = 300/8 jam.
Pukul 11.05 WIB mengobservasi derajat edema, tidak terdapat edema pada
Pukul 13.00 WIB memantau albumin serum dan elektrolit, tidak ada hasil
Pukul 19.30 WIB mengukur intake dan output klien (oleh perawat ruangan),
intake ; minum = ± 200 ml/8 jam. Parenteral 500ml/8 jam, output; urine = 300
Pukul 07.30 WIB mengukur intake dan output klien (oleh perawat ruangan),
intake ; minum ± 200 ml/8 jam, parenteral : 500 ml/8 jam, output ; urine : 300
Evaluasi
ml/hari
parenteral = 1500 ml/24 jam, output ; urine = 700 ml/24 jam, IWL = 900
ml/24 jam. Balance cairan = 2100 – 1800 = +300 ml/24 jam. Tanda-tanda
Hasil laboratorium albumin dan hematokrit tidak ada untuk tanggal 23 Juli
2008
P : Intervensi
Pelaksanaan
Pukul 13.00 WIB mengukur intake dan output klien : intake ; minum = 300 ml/8
jam, parenteral 500 ml/8 jam, output ; urine : 450 ml/8 jam, IWL : 300 ml/8 jam,
Pukul 19.30 WIB mengukur intake dan output klien intake ; minum ± 400
ml/8jam, parenteral 300 ml/8 jam, transfusi darah 250 ml. output ; urine : 500
Pukul 07.30 WIB mengukur intake dan output klien, intake ; minum : 300 ml/8
jam, parenteral 300 ml/8 jam, transfusi darah 250 ml. output ; urine : 500 ml/8
jam.
Evaluasi
parenteral : 1100 ml/24 jam, transfuse : 500 ml/24 jam, output ; urine :
1550 ml/24 jam, IWL : 900 ml/24 jam. Balance cairan = 2600 – 2350 =
P : Intervensi
Pelaksanaan
Pukul 11.00 mengukur intake dan output klien. Intake ; minum : klien puasa
sejak pukul 04.00 pagi, parenteral : 300 ml/8 jam. Output ; urine : 300 ml/8 jam.
Pukul 11.40 memantau albumin serum dan elektrolit dan albumin untuk tanggal
Evaluasi :
300 ml/8 jam. Output ; urine : 300 ml/8 jam, IWL : 300 ml/8 jam. Balance
P : Intervensi
3. Diagnosa III
Data subjektif :
6
lalu) 76 kg, keluarga klien mengatakan berat banda klien menurun sejak sakit
Data objektif :
- Klien tampak lemas, konjungtiva klien anemis, warna kulit klien pucat, LILA
klien 28 cm, bising usus klien 6x/menit, berat badan sekarang belum dapat
13,2 – 17,3 g/dl), tgl 21 Juli 2008 albumin = 2,50 gr/dl (N : 3,40 -4,80 gr/dl),
tgl 22 Juli 2008 GDN/2 PP belum ada, GDS : 217 mg/dl (N : 70 – 140
Tujuan
Kriteria hasil :
Berat badan klien stabil, menghabiskan diet sesuai porsi, nilai hasil laboratorium
Rencana tindakan :
Pelaksanaan
Pukul 12.10 WIB mengobservasi status nutrisi klien, klien menghabiskan 1 porsi
makanannya.
Pukul 10.30 WIB mengauskultasi bising usus, mencatat adanya nyeri abdomen /
perut kembung, mual, muntah, bising usus klien 6x/menit, nyeri abdomen tidak
ada, mual dan muntah tidak ada, memantau pemeriksaan laboratorium seperti
glukosa darah aseton, pH dan HCO 3, glukosa darah sewaktu tanggal 22 Juli 2008
= 217 mg/dl (70 – 140mg/dl), tgl 21 Juli 2008 HCO 3 = 23,3 mmol/l (N : 21,0 –
28,0 mmol/l).
7
dengan ahli diet, klien mendapatkan diet diabetes melitus 2100 kalori.
Pukul 17.30 WIB memberikan terapi insulin, klien mendapatkan actrapid 5 iu.
Pukul 21.00 WIB memberikan terapi insulin insulaktad (oleh perawat ruangan),
Evaluasi
2008 Hb = 9,9 g/dl (N : 13,2 – 17,3 g/dl), tanggal 21 Juli 2008 : Albumin :
2,50 g/dl (N : 3,40 – 4,80 g/dl), tanggal 23 Juli 2008 GDS : 105 mg/dl (70 –
140 mg/dl).
dalam sel.
P : Intervensi
Pelaksanaan
abdomen tidak ada, perut klien agak kembung, mual muntah tidak ada, berat
Pukul 12.00 WIB mengambil darah untuk pemeriksaan KGDH, darah klien
diambil 1 cc.
Pukul 18.00 WIB mengambil darah untuk pemeriksaan KGDH (oleh perawat
Pukul 21.00 WIB memberikan terapi insulin insulaktad (oleh perawat ruangan),
Pukul 06.30 WIB memberikan terapi insulin actrapid (oleh perawat ruangan),
Evaluasi
O : Berat badan klien tidak dapat dikaji, klien puasa karena akan
Darah Harian) tanggal 23 Juli 2008, hasil GDS Pukul 06.00 : 105 mg/dl (N
= 80-145 mg/dl), GDS Pukul 11.00 : 167 mg/dl (N = 70-140 mg/dl), GDS
dalam sel.
P : Intervensi
Pelaksanaan
Pukul 11.00 mengobservasi status nutrisi klien : klien mengatakan masih puasa.
tanggal 24 Juli 2008 = 202 mg/dl (N : 70 – 140 mg/dl), Hb = 9,0 g/dl (N : 13,2 –
Evaluasi
Pukul 12.10
O : Berat badan klien tidak dapat dikaji, klien puasa karena akan
ruangan
4. Diagnosa IV
Data subjektif:
Data objektif :
klien tampak pucat, hasil pemeriksaan laboratorium tgl 19 Juli 2008 Hb : 9,9
Tujuan
Kriteria hasil :
7
Rencana tindakan
b. Batasi aktivitas klien, misal mandi/lap di tempat tidur / mandi dengan duduk.
Pelaksanaan
hari, hasil : klien mengkonsumsi snack (bubur kacang hijau dari rumah sakit)
dengan dibantu keluarga (karena kedua tangannya dipasang infus NaCl 0,9 &
Pukul 13.00 WIB mengubah posisi klien sesuai kemampuan, hasil : klien
Pukul 16.30 WIB membantu perawatan dan kebersihan diri (mandi dan sikat
Pukul 06.00 WIB mengukur TTV klien (oleh perawat ruangan) = TD : 110/70
Evaluasi
7
untuk tanggal 23 Juli 2008 Hb dan leukosit tidak ada. TTV klien, TD :
teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan :
hari.
Pelaksanaan
hari, klien mampu makan sendiri (karena syringe pump sudah dilepas).
Pukul 12.40 WIB mengubah posisi klien sesuai kemampuan, klien sudah mampu
miring kiri dan miring kanan sendiri tanpa dibantu perawat dan keluarga.
Evaluasi
lemas.
g/dl (13,2 – 13,7g/dl), leukosit = 4,8 ribu/ul (5000 – 10000/ul), TTV klien,
teratasi.
P : Intervensi dihentikan.
5. Diagnosa V
Data subjektif :
19 Juli 2008 dan syringe pump dipasang sejak tanggal 20 Juli 2008, merasa
Data objektif :
7
syringe pump tampak bengkak, agak merah, klien terpasang infus NaCl 0,9
% 500 ml/8 jam = 20 tts/mnt, insulin drip 50 unit (actrapid) + NaCl 0,9 % 50
Tujuan
tidak terjadi.
Kriteria hasil
Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesa), leukosit
Rencana tindakan
fungsiolesa)
Pelaksanaan
Pukul 10.00 WIB melepas balutan syringe pump dan mengganti daerah tempat
penusukan syringe pump, hasil : tempat penusukan syringe pump diganti, aliran
melalui intravena.
Evaluasi
ada.
P : Intervensi dilanjutkan
infus.
Pelaksanaan
bekas penusukan syringe pump tampak oedema, merah tidak ada, tetesan infuse
Pukul 12.30 WIB melepas tusukan syringe pump, memasang infuse NaCl 0,9 %,
Pukul 18.00 WIB memberikan antibiotik (metronidazole 500 mg/100 ml) oleh
Pukul 06.00 WIB mengukur TTV (oleh perawat ruangan) : TD = 120/80 mmHg
Evaluasi
oedema dan merah lagi. Nilai laboratorium tanggal 24 Juni 2008 leukosit :
masih ada.
8
ruangan.
invasife.
BAB IV
PEMBAHASAN
8
Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus
evaluasi. Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diabetes melitus
tipe II (NIDDM) dengan komplikasi gangrene di lantai V kiri IRNA B Teratai Merah
Rumah Sakit Umum Fatmawati, Jakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 22 Juli sampai
24 Juli 2008, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2008, yang
Dalam teori dikatakan etiologi terjadinya diabetes melitus adalah faktor usia,
faktor genetik, obesitas dan diet atau pola makan yang salah, sama seperti etiologi
yang terjadi pada klien. Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien sama seperti
pada teori diantaranya banyak makan, kelemahan atau kelelahan dan berat badan
menurun. Pemeriksaan penunjang yang ada pada kasus tetapi tidak ada dalam teori
albumin, globulin).
tanda-tanda infeksi seperti tampak ada rembesan pus pada balutan luka. Faktor
pendukung dalam melakukan pengkajian, klien dan keluarga kooperatif dan data
yang diperoleh tidak terlalu menyimpang dari teori yang ada, kerja sama dengan
perawat ruangan baik, dokumen yang ada cukup lengkap, standar yang dipakai di
8
ruangan sesuai dengan standar yang ada dalam teori. Faktor penghambat selama
B. Diagnosa Keperawatan
menurut Marlyn E. Doengoes, at all, 2000, ada tujuh diagnosa yaitu : kekurangan
penurunan masukan oral, resiko tinggi infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar
berhubungan dengan penyakit jangka panjang atau progresif yang tidak dapat diobati
glukosa dalam darah yang ditandai dengan keadaan balutan luka dengan pus yang
merembes dan luka klien sudah terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume
dengan klien mengatakan BAK ± 5-6 kali perhari, balance cairan klien 2100 ml –
1800 ml = +300 ml/24 jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
ditandai dengan keluarga klien mengatakan berat badan klien menurun sejak sakit (1
jaringan tidak adekuat (Hb menurun) ditandai dengan klien tampak lemas, hasil
pada daerah penusukan syringe pump, daerah penusukan syringe pump tampak
Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus terdapat lima
tidak dapat diobati dan kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
Faktor pendukung untuk kelima diagnosa yang diangkat pada kasus, data
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi klien saat itu. Pada waktu
C. Perencanaan
tanda-tanda infeksi dan peradangan, ganti balutan dengan teknik septik dan aseptik,
8
ukur intake dan output tiap hari, observasi status nutrisi klien, observasi kemampuan
klien melakukan aktivitas sehari-hari, pertahankan teknik septik dan aseptik pada
keperawatan yang diangkat tidak sesuai dengan prioritas dalam teori. Pada kasus
prioritas yang diangkat yaitu resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah, diagnosa ini diangkat sebagai prioritas
karena sesuai dengan kondisi klien saat itu dengan keadaan balutan luka dengan pus
yang merembes dan luka klien sudah terdapat pus dan darah. Pada teori tidak
terdapat kriteria waktu sedangkan pada kasus kriteria waktu selama 3x24 jam, dari
masing-masing diagnosa. Begitu pun dengan kriteria hasil disusun sesuai dengan
keadaan klien sehingga dapat dicapai dan diukur. Faktor pendukung dalam membuat
D. Implementasi
tindakan yang telah penulis susun berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan
3x24 jam antara lain mengobservasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, mengganti
balutan luka dengan teknik septik dan aseptik, mengukur intake dan output tiap hari,
yang penulis tidak dapat lakukan seperti memberikan obat pada malam hari,
dikarenakan penulis hanya bertugas pada pagi hari. Alternatif pemecahan masalah
8
klien dan keluarga cukup kooperatif serta perawat ruangan dapat bekerja sama
terpasang infus di tangan kanan dan terpasang syringe pump di tangan kiri dan kaki
kiri klien tidak mampu untuk menapak dengan baik sehingga berat badan klien tidak
dapat diukur, solusinya menunggu keadaan luka di kaki kiri klien sedikit membaik
sehingga klien dapat menapak di atas timbangan untuk mengukur berat badan klien.
E. Evaluasi
menilai perkembangan kesehatan klien mengacu kepada kriteria evaluasi dan tujuan.
Dari lima diagnosa yang terdapat pada kasus, yang sudah teratasi adalah intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik: perfusi jaringan tidak adekuat (Hb
menurun) ditunjukkan dengan klien tidak merasa lemah lagi, dan klien mampu
mengubah posisi (miring kiri dan miring kanan) secara mandiri sedangkan empat
diagnosa lainnya belum teratasi yaitu resiko tinggi perluasan infeksi berhubungan
dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dimana keadaan luka klien masih
terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan dengan
penurunan tekanan osmotik koloid dimana balance cairan klien 300 ml-600 ml =
-300 ml/8 jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin untuk transport glukosa ke dalam sel dimana hasil
GDS tanggal 24 Juli 2008 : 202mg/dl (N : 70 – 140 mg/dl). Resiko terhadap infeksi
pemasangan infus/syringe pump, dimana klien masih terpasang infus NaCl 0,9% 20
tts/menit pada tangan kanannya, namun penulis tetap melanjutkan rencana tindakan
tersebut yang belum teratasi, dengan mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk
BAB V
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada klien
lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta,
penyebabnya adalah obesitas dan pola makan yang salah. Dengan gejala seperti
banyak makan, kelemahan tubuh, atau kelelahan dan berat badan menurun, serta
berdasarkan prioritas masalah yang ada pada klien. Rencana yang sudah dilakukan
tanda infeksi dan peradangan, mengganti balutan luka dengan teknik septik dan
aseptik, mengukur intake dan output tiap hari, mengobservasi status nutrisi klien,
mempertahankan teknik septic dan aseptik pada prosedur invasife. Untuk tindakan
Pada tahap evaluasi terdapat satu diagnosa yang sudah teratasi yaitu
adekuat (Hb menurun) sedangkan empat diagnosa yang belum teratasi yaitu resiko
tekanan osmotic koloid, resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
B. Saran
keperawatan dan interaksi dengan klien, tim keperawatan dan tim kesehatan di lantai
V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jakarta, penulis
2. Klien diharapkan untuk menciptakan pola hidup yang baik dengan menghindari
konsumsi makanan dan minuman yang berkadar gula tinggi serta melakukan
perawatan luka yang septik dan aseptik untuk menghindari infeksi lebih lanjut.
9
mengajar serta penyusunan karya tulis ilmiah, menyediakan tenaga kerja dan
DAFTAR PUSTAKA
Noer, Sjaifoellah Prof. dr. H. M.(2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I.Edisi
3.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong.(2006). Buku Ajar Ilmu Badah. Edisi 2.Jakarta : EGC
http://id.wikipedia.org/wiki/diabetes-melitus
www.blogdokter.net/2007/06/13/diabetes-melitus
www.medicastore.com/diabetes
ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
9
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa
hipofise, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, pineal, kelenjar reproduksi
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan pajang 12.5 cm dan
- Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling lebar terletak di sebelah kanan
- Badan pankreas, merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan
vertebra lumbalis I.
- Asini
- Pulau Langerhans
Fisiologi
acetate)
Prosedur kerja
2. cuci tangan
3. ambil spuit sesuai kebutuhan sampel yang akan diambil (5>10 cc).
6. lakukan pengikatan dengan karet pembendung bagian atas vena yang akan
7. lakukan penusukan pada vena dengan jarum spuit menghadap ke atas dengan
sudut 30-450 terhadap kulit. Lanjutkan pengambilan darah dan saat pengambilan
penusukan selama 2-5 menit dan masukkan darah ke dalam tabung yang telah
laboratorium.
11. Catat tanggal prosedur, jumlah dan jenis sampel, serta respons pasien.
9
Umur : 21 Tahun
Agama : Hindu
Kewarganegaraan : Indonesia
PENDIDIKAN FORMAL
4. DIPLOMA III Keperawatan Politeknik Karya Husada Jakarta : Tahun 2005 – 2008
1
1