Askep - DM Komplikasi Ganggren
Askep - DM Komplikasi Ganggren
GANGRENE
JAKARTA
Di susun oleh :
05037
2
TAHUN 2008
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan
IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta” ini telah
Jakarta, 2008
Mengetahui
Direktur
3
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Diabetes
Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta” ini telah diujikan
dan dinyatakan “Lulus” dalam ujian siding dihadapan Tim Penguji pada tanggal 05
Agustus 2008.
Penguji I,
Penguji II,
4
Penguji III,
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa atas Asung Kertha Wara Nugraha–Nya, karena akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Fatmawati, Jakarta”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
hambatan dan kesulitan namun berkat bantuan, bimbingan, pengarahan serta motivasi
dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
1. Bapak Dr. H. Kemas M. Akib Amar SpR. MARS selaku Direktur Utama
2. Bpak Dr. Ketut Brata Punia selaku Direktur Diploma III Keperawatan
3. Ibu R. Yeni Mauliawati, S.Kp selaku Penguji Nasional Ujian Akhir Program.
4. Ibu Ns. Dewi Arga, S.KM, S.Kep, selaku Penguji dari Institusi Diploma III
5. Ibu Ns. Anna Farida, S.Kep selaku penguji Lahan Ujian Akhir Program.
6. Seluruh perawat di ruang IRNA B Lantai V Kiri Teratai Merah Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan dalam
praktek diruangan.
7. Ibu Nelwetis, Spd, S.Kep dan Ibu Ety Nurhayati, SKp selaku wali tingkat III
8. Seluruh Staf dan Dosen Diploma III Keperawatan Politeknik Karya Husada
Jakarta yana telah memberikan bantuan Ilmu Pengetahuan dan bimbingan selama
selalu memberikan dukungan Moril maupun Materiil juga Doa Restu selama
10. Bli WAHANA Bagoes Genjing yang kusayangi, terima kasih untuk
dan Sayang serta Doa yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani
pendidikan.
11. My Plenz in the Lucky kost, Lida, Emy, Eli, Ulan, Erna, Fitri, Rike and My
Best Partner MALA & SISKA I WILL MISSING YOU GUYS, THAKS FOR
OUR FRIENDSHIP.
Culeng, Mitha – Mithong) Canda, Tawa, Tangis dalam perjuangan besar kita tak
13. Rekan – rekan ANGPUH Angkatan 2005: Ulan, Eli, Lida, Emy, Erna, Ami,
Lia, D’Dewi, Nengah, Nita, Perni, Nani, Mira, Kristia, Ewis, Agung, Ngurah,
Mbok Tinik, Dayu, Cok Sri, Cok Diah, Tri, Yulina, Dwi, N.Linda, Irma, Alim,
Dewi Crazy, Linda Jenong, yanti terima kasih atas semangat dan dukungan yang
14. Kru AZZAM.NET A’a Ipank, kak Ganzil, si mungil Angga, terutama Mas
15. South of Jakarta yang telah memberikan banyak kenangan yang berharga dan
tak kan terlupakan Like’s Tukang Koran, Siomay, es buah, rujak, mie ayam,
gulai, pecel ayam, ketoprak, warteg, counter pulza, dan my transport like’s D01,
7
S03, 509, 608, MM611, Bajaj, Deborah, Kopaja, Busway dan semua tempat
wisatanya.
Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dalam bidang
kekurangan – kekurangan yang ditemui didalamnya untuk itu saran dan kritik yang
Akhir kata dari penulis, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofisiologi
3. Komplikasi
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................
BAB IV : PEMBAHASAN
C. Perencanaan Keperawatan.....................................................
D. Pelaksanaan Keperawatan......................................................
E. Evaluasi Keperawatan............................................................
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peningkatan mutu kesehatan terutama dalam hal mendeteksi secara dini tentang
merupakan faktor pencetus penyakit diabetes melitus, antara lain : pola makan
yang saat ini menjadi trend seperti mengkonsumsi makanan siap saji, minuman
ringan dengan kadar glukosa tinggi dan kurang olahraga. Selain itu karena
kesibukan kerja, kebiasaan di depan TV dan komputer dalam waktu yang lama
sehingga hal ini dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus baik pada anak –
Selama ini dikenal ada dua tipe diabetes melitus yaitu tipe I
(IDDM) diabetes tergantung dengan insulin dan tipe II (NIDDM) diabetes yang
1
tidak tergantung dengan insulin. Tipe II mencakup 80 – 90% dari seluruh kasus
2001).
terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Pada tahun 2000,
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun,
tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50% yang sadar mengidapnya dan
diantara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat teratur. Jumlah yang
tergolong banyak dan dapat terus bertambah jika tidak dilakukan upaya dalam
Umum Pusat Fatmawati, Jakarta untuk tiga bulan terakhir (Mei, Juni, Juli)
tahun 2008 adalah 72 orang dari 549 yang masuk dilantai V Kiri IRNA B
Teratai Merah RSUP Fatmawati yang mengalami diabetes melitus, Pada bulan
Mei klien dengan diabetes melitus murni sebanyak 29 orang (5,28%) dan
diabetes melitus komplikasi sebanyak 1 orang (0,18%), pada bulan Juni klien
1
dengan diabetes melitus murni sebanyak 16 orang (2,91%) dan diabetes melitus
komplikasi sebanyak 2 orang (0,36%),dan pada bulan Juli klien dengan diabetes
melitus murni sebanyak 23 orang (4,19%) dan klien dengan diabetes melitus
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam kesehatan.
rendah tetapi peran perawat sangatlah penting terutama ditekankan pada upaya
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1
diharapkan mampu:
mencari solusinya.
narasi.
C. Ruang Lingkup
dengan komplikasi Gangrene selama 3x24 jam yang dimulai dari tanggal 22 Juli
sampai dengan 24 Juli 2008 di lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah
D. Metode Penulisan
diperoleh melalui:
didapat dari status klien dan hal yang berhubungan dengan masalah
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari 5 bab, yang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer Suzzane C
dimana penderita diabetes tidak bias memproduksi insulin dalam jumlah yang
cukup atau tidak mampu menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadilah
adalah diabetes yang terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (yang
adalah diabetes yang ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
diabetes melitus tipe II adalah diabetes yang terjadi akibat penurunan sensitivitas
terhadap insulin yang ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
B. Etiologi
Suzanne, C. Smeltzer (2002) adalah usia, obesitas, genetik dan diet atau pola
1. Usia
1
kelompok usia ini jumlah insulin yang terdapat dalam tubuh berjumlah
2. Faktor Genetik
3. Obesitas
Orang yang gemuk, insulin yang beredar didalam tubuh menjadi tidak efektif,
darah.
Orang yang mengkonsumsi lemak yang lebih tinggi dari kebutuhannya akan
mempunyai resiko yang tinggi terkena penyakit diabetes melitus. Diet atau
pola makan yang salah dengan mengkonsumsi lemak yang tinggi akan
C. Patofisiologi
1. Proses penyakit
1
genetik, obesitas, diet/pola makan yang salah. Pola makan yang salah seperti
insulin, dari faktor usia, keturunan, obesitas dapat menyebabkan kerusakan sel
pankreas yang dapat menimbulkan kerusakan pada sel beta, yang dapat
insulin dan dapat terjadi defisiensi insulin sehingga dapat meningkatkan kadar
gula dalam darah yang disebut hiperglikemia. Dari glukosa yang tidak bisa
masuk dalam sel lemak dan protein diperoleh sehingga terjadi peningkatan
lipolisis.
biasanya terjadi penurunan berat badan dan lemah. Glukosa tidak masuk
2. Manifestasi klinis
Karena kurangnya insulin sehingga nutrisi tidak dapat msuk kedalam sel,
sehingga sel lapar (astenia) sebagai respon klien pun merasa lapar dan
BAK.
Respon ini terjadi karena sering BAK, mengakibatkan klien merasa haus
terus.
d. Kesemutan
e. Kelelahan/kelamahan tubuh
Disebabkan glukosa didalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Hal
cadangan lemak yang ada. Jika cadangan lemak dibakar dalam jumlah
3. Komplikasi
1). Hipoglikemia
Dimana kadar glukosa darah turn dibawah 50-60 mg/dl. Keadaan ini
dan prosuksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Dua faktor ini
Asam lemak bebas diubah menjadi badan keton oleh hati. Bila
metabolik.
1). Mikroangiopati
2). Makroangiopati
c. Neuropati
2
dan spinal.
daya imunitas.
ulserasi.
adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa sakit, jika
diraba terasa dingin, jika ada luka sukar sembuh, karena aliran darah ke
D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi insulin
Indikasi pemberian insulin pada pasien diabetes melitus yang berusia lanjut
sama seperti non usia yanitu adanya kegagalan terapi otoketoasidosis, koma
diberikan 1-2x/hari, dengan dosis tetap serta kalori dalam makanan harus tetap
Obat hipoglikemia oral diberikan jika pengaturan diet dan latihan tidak
3. Pemberian Antibiotik
4. Pemberian Analgetik
E. Pengkajian Keperawatan
1. Pemeriksaan fisik :
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
d. Eliminasi
gula darah / bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosensori
penglihatan.
(sedang/berat).
sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
tidak).
frekuensi pernapasan.
i. Kemanan
j. Seksualitas
diminimalkan.
2) Stadium luka
a) Anatomi kulit
lapisan epidermis.
(b) Stadium II :
Hilangnya lapisan
paling atas.
Rusaknya lapisan
subcutan.
2
(d) Stadium IV :
Rusaknya lapisan
epitalisasi, vaskuterisasi.
slough, apaskularisasi.
Jaringannekrotik, apaskularisasi.
(a) Stadium 0 :
(b) Stadium I :
Hilang lapisan
tampak menonjol.
2
(3) Gangrene
3) Status Vaskuler
edema, temperatur.
4) Status neurologik
Klien diabetic sangat beresiko terhadap kejadian luka kaki oleh karena
autonom.
5) Infeksi
Infeksi merupakan masalah yang paling serius pada klien dengan luka
saat perawatan luka, penilaian terhadap ada tidaknya infeksi pada luka
2. Pemeriksaan Diagnostik
330 mOsm/l
melitus tipe I) atau normal (tipe II) yang mengindikasikan glukosa darah
mungkin meningkat.
E. Diagnosa Keperawatan
hiperglikemia).
tinggi.
F. Perencanaan Keperawatan
menetapkan tujuan, kriteria hasil dan menentukan rencana tindakan yang akan
dilakukan :
hiperglikemia).
c. Intervensi :
urine.
volume sirkulasi.
2500 ml/hari
volume sirkulasi.
3
kalium)
c. Intervensi :
adekuat.
5) Kolaborasi
tinggi.
c. Intervensi :
segera
pasien sendiri.
(nasokomial)
kulit
5) Kolaborasi :
sesuai indikasi
tidak terjadi.
c. Intervensi :
c. Intervensi :
aktivitas sehari-hari
ketidakberdayaannya.
mandiri.
c. Intervensi :
umum.
masa lalu
penanganan
mengakibatkan frustasi
terhadap situasi
c. Intervensi :
proses belajar
kerjasama pasien
4
pencegahannya
penyakitnya
penyuluhan kesehatan
G. Pelaksanaan Keperawatan
keperawatan yang ada dalam teori disesuaikan dengan prioritas keadaan klien.
b. Tindakan Keperawatan
pertolongan tersebut.
4
c. Pendokumentasian Implementasi
tersebut
H. Evaluasi
masalahnya:
aktivitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. S dengan diabetes melitus tipe II
(NIDDM) dengan komplikasi gangrene yang dirawat di lantai V kiri IRNA B Teratai
Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta yang dimulai pada tanggal 22
Juli sampai 24 Juli 2008, melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi
A. Pengkajian
keperawatan yang tepat sesuai kebutuhan dan masalah klien dengan diabetes
1. Identitas klien
Islam, suku Jawa, bangsa Indonesia dan pendidikan terakhir SLTA serta
Resume
Tn. S masuk ke UGD Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta pada
tanggal 19 Juli 2008, dengan keluhan nyeri pada luka di kaki kiri sejak dua
19 Juli 2008, Hb = 9,9 g/dl, Ht = 28%, leukosit = 18,6 rb/ul, trombosit = 313
rb/ul, eritrosit = 3,61 juta/ul, GDS = 449 mg/dl, Na = 132 mmol/l, K = 4,00
pada tanggal 20 Juli 2008 pada buku status didapatkan data TTV = TD =
napas positif, BAK sedikit warna kuning jernih. Masalah keperawatan yang
muncul, resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko kurang
volume cairan tubuh, pola napas tidak efektif, gangguan integritas kulit,
intoleransi aktifitas.
2. Riwayat Keperawatan
Klien mengeluh nyeri pada luka di kaki kiri sejak dua minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya karena klien sering olahraga dengan
kaki telanjang di jalan yang pernah terkena banjir, karena merasa gatal-
gatal pada telapak kakinya, kemudian digaruk dan menjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh, satu bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pada
Klien menderita diabetes melitus sejak lima tahun yang lalu pada tahun
43
Keterangan :
: Perempuan meninggal
: Klien
Klien mempunyai tiga orang kakak laki-laki dan satu orang kakak
perempuan, satu orang adik perempuan dan dua orang adik laki-laki.
Kakak laki-laki ketiga mengalami penyakit yang sama, tetapi klien dan
Klien dekat dengan istri dan kakak ketiganya. Pola komunikasi dalam
Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah kesembuhannya, klien berharap
bisa cepat pulang dan bekerja kembali seperti semula setelah menjalani
kesehatan. Aktivitas agama yang biasa dilakukan klien adalah sholat lima
waktu.
Klien dan keluarga mengatakan rumahnya jauh dari jalan raya. Ventilasi
dan penerangan cukup dan selalu dibersihkan setiap hari, sehingga tidak
1) Pola Nutrisi
Sebelum sakit klien biasa makan 3 kali sehari dalam sehari, nafsu
makan baik, porsi makanan yang dihabiskan adalah satu porsi. Tidak
ada makanan yang tidak disukai dan makanan yang membuat alergi
adalah ikan laut dan makanan pantangan klien adalah makanan yang
Saat dirawat di rumah sakit frekuensi makan 3 kali dalam sehari, nafsu
makan baik, porsi makanan yang dihabiskan adalah satu porsi. Tidak
ada makanan yang tidak disukai dan makanan yang membuat alergi.
diberikan pada klien adalah diet diabetes melitus 2100 kalori, klien
4
diberikan terapi insulin (50 unit + NaCl 0,9% 50 cc) dalam syringe
menggunakan NGT.
2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit klien buang air kecil 8-10 kali dalam sehari, warna
kuning jernih, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan alat bantu
seperti kateter pada saat buang air kecil. Frekuensi klien buang air
besar adalah 1 kali dalam sehari, pada pagi hari berwarna coklat, bau
khas, konsistensi lembek, tidak ada keluhan saat buang air besar dan
Di rumah sakit klien buang air kecil 5-6 kali dalam sehari berwarna
kuning jernih, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan alat kateter.
Klien buang air besar 1 kali sehari, waktu tidak tentu, warna coklat,
bau khas, konsistensi lembek, tidak ada keluhan saat buang air besar
Pada saat sebelum sakit klien mandi dua kali dalam sehari , pagi dan
dua kali dalam sehari. Klien mencuci rambut sebanyak tiga kali dalam
Sebelum sakit lama tidur siang klien kurang lebih 1 jam, lama tidur
malam klien 7-8 jam perharinya, sebelum tidur klien biasanya berdoa.
Saat dirawat di rumah sakit klien tidur siang 2-3 jam, lama tidur
malam 7-8 jam perharinya. Dan sebelum tidur klien selalu berdoa.
Klien berolahraga jogging dua kali dalam seminggu, tidak ada keluhan
dalam beraktifitas.
hygiene) dibantu istri dan keluarga, dan klien tidak pernah melakukan
olahraga.
Sebelum dan sesudah sakit klien tidak pernah merokok dan meminum
minuman keras.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien sakit sedang. Berat badan sekarang tidak dapat
dikaji, berat badan sebelum sakit 76 kg dengan tinggi badan 160 cm.
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata klien simetri, kelopak mata normal, pergerakan bola mata
otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-
tanda radang, klien tidak memakai kaca mata ataupun lensa kontak dan
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, tidak ada cairan dari telinga, kondisi telinga normal,
tidak ada perasaan penuh di telinga, tinitus tidak ada, fungsi pendengaran
d. Sistem Wicara
e. Sistem Pernapasan
Jalan napas klien bersih, pernapasan tidak sesak, dalam bernapas klien
batuk, tidak ada sputum, pada palpasi dada tampak simetris, perkusi dada
klien resonan, suara napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas dan
f. Sistem Kardiovaskuler
5
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur kulit hangat, warna
kulit pucat, pengisian kapiler lebih dari 3 detik dan tidak ada edema.
tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada sakit dada.
g. Sistem Hematologi
Tingkat kesadaran klien kompos mentis, tidak ada keluhan sakit kepala,
persyarafan.
i. Sistem Pencernaaan
Keadaan mulut klien, gigi tidak karies, klien tidak menggunakan gigi
palsu, stomatitis tidak ada, lidah tidak kotor, salifa normal, muntah tidak
ada, nyeri daerah perut tidak ada, bising usus 6x/menit, tidak ada diare,
j. Sistem Endokrin
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, poliuri
dan polidipsi tidak ada, poliphagi ada pada klien. Terdapat luka gangrene
pada pedis sinistra yaitu telapak kaki dengan diameter luka 0,5 cm,
5
keadaan luka : tampak adanya pus berwarna putih susu dan coklat serta
mengeluarkan darah.
k. Sistem Urogenital
Tidak ada perubahan pola berkemih pada klien, tidak ada distensi kandung
kemih dan sakit pinggang, intake ; minum 600 ml/24 jam, parenteral :
1500 ml/24 jam. Output : BAK : 900 ml/24 jam, IWL : 900 ml/24 jam
l. Sistem integument
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit
baik, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah penusukan syringe
pump bengkak dan klien merasa nyeri, syringe pump dipasang pada
tanggal 20 juli 2008. Keadaan rambut tekstur baik dan kebersihan baik.
m. Sistem Muskuloskeletal
Klien tidak mengalami kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada
tulang, sendi, kulit, tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang,
sendi
5 dan
5 kelainan
5 5 struktur5 tulang
5 belakang,
5 5 keadaan tonus otot baik.
5 5 5 5 5 5 5 2
Klien dan keluarga mengerti tentang penyebab dan makanan yang harus
dihindari.
4. Data penunjang
5
a. Pemeriksaan Laboratorium
1,5 mg/dl).
mg/dl).
b. Pemeriksaan Radiologi
Foto pedis AP, hasil = pelvis : kontur dan struktur tulang normal tak
tampak lesi titik dan sklerotik, sela sendi normal soft tissue swelling,
a. Pemeriksaan laboratorium
5
2,50 g/dl (N = 3,40 – 4,80 g/dl), globulin = 4,19 g/dl (N = 2,50 – 3,00
g/dl).
mg/dl).
a. Pemeriksaan laboratorium
5. Penatalaksanaan
500 mg. Terapi cairan IVFD NaCl 0,9 % 20 tts/menit. Diet diabetes melitus
2100 kalori. Terapi insulin, drip insulin 50 unit (Actrapid) +NaCl 0,9 % 50 cc
makan (pagi, siang, sore). Terapi perawatan luka : kompres NaCl 0,9 % 2 x
dalam sehari. Pemeriksaan sleeding scale per 6 jam dalam sehari dan
6. Data Fokus
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S (43 tahun) pada tanggal 22 Juli
Data subjektif = klien mengatakan nyeri pada luka apabila luka dibersihkan,
skala nyeri 6. Klien mengatakan infus NaCl 0,9 % dipasang pada tanggal 19
5
Juli 2008 dan syringe pump dipasang sejak tanggal 20 Juli 2008, merasa nyeri
sehari. Minum ± 600 ml/hari. Berat badan klien sebelum sakit (1 bulan yang
lalu) 76 kg, keluarga klien mengatakan berat badan klien menurun sejak sakit
Data objektif :
Tampak rembesan pus pada balutan luka, terdapat akses pada pedis sinistra,
klien tampak meringis saat luka dibersihkan, diameter luka 0,5 cm, keadaan
luka : tampak adanya pus berwarna putih susu dan coklat, serta mengeluarkan
ribu/ul. Tanggal 22 Juli 2008 = 217 mg/dl, balutan infus NaCl tampak bersih,
terpasang infus NaCl 0,9 % 500 ml/8 jam = 20 tts/menit. Insulin drip 50 unit
3 detik, intake ; minum = 600 ml/24 jam, parenteral = 1500 ml/24 jam. Output
; BAK = 900 ml/24 jam, IWL = 900 ml/24 jam. Balance cairan : 2100 ml –
lemas, konjungtiva klien anemis, warna kulit klien pucat, LILA klien 28 cm,
bising usus klien 6x/menit, berat badan sekarang belum dapat dikaji, hasil
Juli 2008 GDN/2 PP belum ada, klien mendapatkan actrapid 3x5 iu sebelum
makan (pagi, siang, sore), keadaan umum sedang, klien tampak lemas,
7. Analisa Data
5
- Skala
nyeri 6
Data objektif :
- Tampak
- Terdapat
- Diameter
darah
- Hasil
hari
Data objektif :
Data objektif:
- LILA klien 28 cm
dikaji
4, M : 6, V : 5
18,4 ribu/ul,
- TTV Klien
TD = 110/80 mmHg
N = 88x/menit
P = 24x/menit
S = 370 C
Juli 2008
Data objektif :
bersih
TTV :
TD = 110/80 mmHg
N = 88x/menit
P = 24x/menit
S = 370 C
B. Diagnosa Keperawatan
syringe pump.
1. Diagnosa I
Tujuan :
Kriteria hasil :
Tanda-tanda infeksi dan peradangan (rubor, kalor, dolor, tumor, pus, bau)
tidak ada tanda-tanda vital dalam batas normal terutama suhu (36 0 C –
10.000/ul). Hasil gula darah sewaktu dalam batas normal (70-140 mg/dl).
Data subjektif :
Data objektif :
pedis sinistra, diameter luka 0,5 cm, keadaan luka: tampak adanya pus
pemeriksaan gula darah sewaktu tanggal 22 Juli 2008 GDS : 217 mg/dl
(N : 70 – 140 mg/dl).
6
Rencana tindakan
(nasokomial).
Pelaksanaan :
kalor, dolor, tumor, pus, bau). Terdapat tanda-tanda infeksi pada kaki kiri
klien seperti : panas, nyeri, kemerahan dan bengkak, pus berwarna putih susu
mencuci tangan.
Pukul 11.20 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan
aseptik, luka klien terdapat pus berwarna putih susu dan coklat serta terdapat
Pukul 16.00 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
(oleh perawat ruangan), luka terdapat pus berwarna putih susu dan coklat serta
terdapat darah.
Pukul 17.30 WIB memberikan terapi insulin (oleh perawat ruangan), klien
Pukul 18.00 WIB memberikan obat antibiotik (metronidazole 500 mg/100 ml)
Pukul 02.00 WIB memberikan obat antibiotik Metronidazole 500 mg/100 ml,
Pukul 06.30 WIB memberikan terapi insulin actrapid (oleh perawat ruangan),
Evaluasi
C). Hasil laboratorium : leukosit =untuk tanggal 23 Juli 2008 tidak ada,
P : Intervensi
Pelaksanaan
Pukul 08.00 WIB mengobservasi nilai laboratorium leukosit, tidak ada hasil
(N : 36 – 37.50 C).
Pukul 11.00 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
(bersama perawat ruangan), luka klien terdapat pus berwarna putih susu dan
Pukul 16.00 WIB melakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
(oleh perawat ruangan), luka klien terdapat pus berwarna putih susu dan
Pukul 17.30 WIB memberikan terapi insulin, klien mendapatkan actrapid 5 iu.
Pukul 18.00 WIB memberikan obat antibiotik metronidazole 500 mg/100 ml,
Pukul 06.30 WIB memberikan terapi insulin actrapid (oleh perawat ruangan)
Evaluasi
P : Intervensi
Pelaksanaan
: 36 – 37.50 C).
Pukul 10.00 WIB memberikan obat antibiotik metronidazole 500 mg/100 ml,
Evaluasi
2. Diagnosa II
Data subjektif :
Data objektif:
7
- Intake ; minum : ± 600 ml/24 jam, parenteral = 1500 ml/24 jam, output ;
BAK = 900 ml/24 jam, IWL = 900 ml/24 jam. Balance cairan 2100 – 1800
33 – 45%), tanggal 21 Juli 2008 albumin = 2,50 gr/dl (N : 3,40 – 4,80 g/dl)
Tujuan
Kriteria hasil :
Intake dan output seimbang, tanda-tanda vital dalam batas normal (TD =
37.50 C), tidak ada edema, hasil laboratorium : hematokrit dalam batas normal
Rencana tindakan
nutrisi)
Pelaksaan
Pukul 11.00 WIB mengukur intake dan output klien, intake ; minum : ± 200
ml/8 jam., parenteral : 500 ml/8 jam. Output ; urine : 300 ml/8 jam, IWL =
300/8 jam.
Pukul 11.05 WIB mengobservasi derajat edema, tidak terdapat edema pada
Pukul 13.00 WIB memantau albumin serum dan elektrolit, tidak ada hasil
Pukul 19.30 WIB mengukur intake dan output klien (oleh perawat ruangan),
intake ; minum = ± 200 ml/8 jam. Parenteral 500ml/8 jam, output; urine = 300
Pukul 07.30 WIB mengukur intake dan output klien (oleh perawat ruangan),
intake ; minum ± 200 ml/8 jam, parenteral : 500 ml/8 jam, output ; urine : 300
Evaluasi
ml/hari
parenteral = 1500 ml/24 jam, output ; urine = 700 ml/24 jam, IWL = 900
ml/24 jam. Balance cairan = 2100 – 1800 = +300 ml/24 jam. Tanda-
P : Intervensi
Pelaksanaan
Pukul 13.00 WIB mengukur intake dan output klien : intake ; minum = 300
ml/8 jam, parenteral 500 ml/8 jam, output ; urine : 450 ml/8 jam, IWL : 300
edema, tampak edema lokal pada daerah bekas penusukan syringe pump
(tangan kanan).
Pukul 19.30 WIB mengukur intake dan output klien intake ; minum ± 400
ml/8jam, parenteral 300 ml/8 jam, transfusi darah 250 ml. output ; urine : 500
Pukul 07.30 WIB mengukur intake dan output klien, intake ; minum : 300
ml/8 jam, parenteral 300 ml/8 jam, transfusi darah 250 ml. output ; urine : 500
ml/8 jam.
Evaluasi
parenteral : 1100 ml/24 jam, transfuse : 500 ml/24 jam, output ; urine :
7
1550 ml/24 jam, IWL : 900 ml/24 jam. Balance cairan = 2600 – 2350 =
P : Intervensi
Pelaksanaan
Pukul 11.00 mengukur intake dan output klien. Intake ; minum : klien puasa
sejak pukul 04.00 pagi, parenteral : 300 ml/8 jam. Output ; urine : 300 ml/8
jam.
Pukul 11.40 memantau albumin serum dan elektrolit dan albumin untuk
tanggal 24 Juli 2008 tidak ada dan hematokrit : 27% (33 – 45%).
7
Evaluasi :
: 300 ml/8 jam. Output ; urine : 300 ml/8 jam, IWL : 300 ml/8 jam.
Balance cairan : 300 – 600 = -300 ml/8 jam. Edema sudah berkurang..
P : Intervensi
3. Diagnosa III
7
Data subjektif :
yang lalu) 76 kg, keluarga klien mengatakan berat banda klien menurun
Data objektif :
- Klien tampak lemas, konjungtiva klien anemis, warna kulit klien pucat,
LILA klien 28 cm, bising usus klien 6x/menit, berat badan sekarang
9,9 gr/dl (N : 13,2 – 17,3 g/dl), tgl 21 Juli 2008 albumin = 2,50 gr/dl (N :
3,40 -4,80 gr/dl), tgl 22 Juli 2008 GDN/2 PP belum ada, GDS : 217 mg/dl
Tujuan
Kriteria hasil :
7
Berat badan klien stabil, menghabiskan diet sesuai porsi, nilai hasil
Rencana tindakan :
Pelaksanaan
8
porsi makanannya.
abdomen / perut kembung, mual, muntah, bising usus klien 6x/menit, nyeri
abdomen tidak ada, mual dan muntah tidak ada, memantau pemeriksaan
sewaktu tanggal 22 Juli 2008 = 217 mg/dl (70 – 140mg/dl), tgl 21 Juli 2008
Kolaborasi dengan ahli diet, klien mendapatkan diet diabetes melitus 2100
kalori.
Pukul 17.30 WIB memberikan terapi insulin, klien mendapatkan actrapid 5 iu.
Evaluasi
Juli 2008 Hb = 9,9 g/dl (N : 13,2 – 17,3 g/dl), tanggal 21 Juli 2008 :
8
Albumin : 2,50 g/dl (N : 3,40 – 4,80 g/dl), tanggal 23 Juli 2008 GDS :
dalam sel.
P : Intervensi
Pelaksanaan
abdomen tidak ada, perut klien agak kembung, mual muntah tidak ada, berat
Pukul 12.00 WIB mengambil darah untuk pemeriksaan KGDH, darah klien
diambil 1 cc.
Pukul 18.00 WIB mengambil darah untuk pemeriksaan KGDH (oleh perawat
Pukul 06.30 WIB memberikan terapi insulin actrapid (oleh perawat ruangan),
Evaluasi
O : Berat badan klien tidak dapat dikaji, klien puasa karena akan
Darah Harian) tanggal 23 Juli 2008, hasil GDS Pukul 06.00 : 105 mg/dl
dihentikan.
dalam sel.
P : Intervensi
Pelaksanaan
Evaluasi
Pukul 12.10
O : Berat badan klien tidak dapat dikaji, klien puasa karena akan
ruangan
4. Diagnosa IV
Data subjektif:
Data objektif :
wajah klien tampak pucat, hasil pemeriksaan laboratorium tgl 19 Juli 2008
C (N : 36 – 37,50C)
Tujuan
Kriteria hasil :
8
Rencana tindakan
duduk.
Pelaksanaan
sehari-hari, hasil : klien mengkonsumsi snack (bubur kacang hijau dari rumah
sakit) dengan dibantu keluarga (karena kedua tangannya dipasang infus NaCl
Pukul 13.00 WIB mengubah posisi klien sesuai kemampuan, hasil : klien
Pukul 16.30 WIB membantu perawatan dan kebersihan diri (mandi dan sikat
Pukul 06.00 WIB mengukur TTV klien (oleh perawat ruangan) = TD : 110/70
Evaluasi
laboratorium untuk tanggal 23 Juli 2008 Hb dan leukosit tidak ada. TTV
(36 – 37,50C).
teratasi sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan :
hari.
Pelaksanaan
sehari-hari, klien mampu makan sendiri (karena syringe pump sudah dilepas).
Pukul 12.40 WIB mengubah posisi klien sesuai kemampuan, klien sudah
mampu miring kiri dan miring kanan sendiri tanpa dibantu perawat dan
keluarga.
Evaluasi
lemas.
teratasi.
8
P : Intervensi dihentikan.
5. Diagnosa V
dengan :
Data subjektif :
tanggal 19 Juli 2008 dan syringe pump dipasang sejak tanggal 20 Juli
Data objektif :
syringe pump tampak bengkak, agak merah, klien terpasang infus NaCl
0,9 % 500 ml/8 jam = 20 tts/mnt, insulin drip 50 unit (actrapid) + NaCl 0,9
Tujuan
tidak terjadi.
Kriteria hasil
9
37.50C.
Rencana tindakan
tumor, fungsiolesa)
Pelaksanaan
Pukul 10.00 WIB melepas balutan syringe pump dan mengganti daerah
Evaluasi
masih ada.
P : Intervensi dilanjutkan
infus.
Pelaksanaan
bekas penusukan syringe pump tampak oedema, merah tidak ada, tetesan
Pukul 12.30 WIB melepas tusukan syringe pump, memasang infuse NaCl 0,9
Pukul 18.00 WIB memberikan antibiotik (metronidazole 500 mg/100 ml) oleh
Evaluasi
ruangan.
invasife.
BAB IV
PEMBAHASAN
9
Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus
evaluasi. Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diabetes
Teratai Merah Rumah Sakit Umum Fatmawati, Jakarta, yang dilaksanakan pada
tanggal 22 Juli sampai 24 Juli 2008, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara
A. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 22 Juli 2008, yang
usia, faktor genetik, obesitas dan diet atau pola makan yang salah, sama seperti
etiologi yang terjadi pada klien. Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien
sama seperti pada teori diantaranya banyak makan, kelemahan atau kelelahan dan
berat badan menurun. Pemeriksaan penunjang yang ada pada kasus tetapi tidak
ada dalam teori adalah pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan fungsi hati
adanya tanda-tanda infeksi seperti tampak ada rembesan pus pada balutan luka.
dan data yang diperoleh tidak terlalu menyimpang dari teori yang ada, kerja sama
dengan perawat ruangan baik, dokumen yang ada cukup lengkap, standar yang
dipakai di ruangan sesuai dengan standar yang ada dalam teori. Faktor
B. Diagnosa Keperawatan
menurut Marlyn E. Doengoes, at all, 2000, ada tujuh diagnosa yaitu : kekurangan
atau progresif yang tidak dapat diobati dan kurang pengetahuan mengenai
informasi. Sedangkan pada kasus yang muncul adalah resiko tinggi perluasan
ditandai dengan keadaan balutan luka dengan pus yang merembes dan luka klien
sudah terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume cairan tubuh berhubungan
BAK ± 5-6 kali perhari, balance cairan klien 2100 ml – 1800 ml = +300 ml/24
jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
keluarga klien mengatakan berat badan klien menurun sejak sakit (1 bulan yang
adekuat (Hb menurun) ditandai dengan klien tampak lemas, hasil laboratorium :
pump, ditandai dengan klien mengatakan merasa nyeri pada daerah penusukan
syringe pump, daerah penusukan syringe pump tampak bengkak, agak merah.
Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus terdapat lima
progresif yang tidak dapat diobati dan kurang pengetahuan mengenai penyakit,
9
dikarenakan tidak ada data informasi yang menunjang untuk diagnosa tersebut.
Faktor pendukung untuk kelima diagnosa yang diangkat pada kasus, data
informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi klien saat itu. Pada waktu
C. Perencanaan
observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan, ganti balutan dengan teknik septik
dan aseptik, ukur intake dan output tiap hari, observasi status nutrisi klien,
septik dan aseptik pada prosedur invasif. Dalam membuat perencanaan penulis
prioritas dalam teori. Pada kasus prioritas yang diangkat yaitu resiko tinggi
diagnosa ini diangkat sebagai prioritas karena sesuai dengan kondisi klien saat itu
dengan keadaan balutan luka dengan pus yang merembes dan luka klien sudah
terdapat pus dan darah. Pada teori tidak terdapat kriteria waktu sedangkan pada
kasus kriteria waktu selama 3x24 jam, dari masing-masing diagnosa. Begitu pun
dengan kriteria hasil disusun sesuai dengan keadaan klien sehingga dapat dicapai
temukan.
D. Implementasi
tindakan yang telah penulis susun berdasarkan prioritas masalah yang dilakukan
mengganti balutan luka dengan teknik septik dan aseptik, mengukur intake dan
rencana tindakan yang penulis tidak dapat lakukan seperti memberikan obat pada
malam hari, dikarenakan penulis hanya bertugas pada pagi hari. Alternatif
Faktor pendukung klien dan keluarga cukup kooperatif serta perawat ruangan
penghambat yaitu klien terpasang infus di tangan kanan dan terpasang syringe
pump di tangan kiri dan kaki kiri klien tidak mampu untuk menapak dengan baik
sehingga berat badan klien tidak dapat diukur, solusinya menunggu keadaan luka
di kaki kiri klien sedikit membaik sehingga klien dapat menapak di atas
E. Evaluasi
tujuan. Dari lima diagnosa yang terdapat pada kasus, yang sudah teratasi adalah
adekuat (Hb menurun) ditunjukkan dengan klien tidak merasa lemah lagi, dan
klien mampu mengubah posisi (miring kiri dan miring kanan) secara mandiri
sedangkan empat diagnosa lainnya belum teratasi yaitu resiko tinggi perluasan
keadaan luka klien masih terdapat pus dan darah. Resiko kelebihan volume cairan
cairan klien 300 ml-600 ml = -300 ml/8 jam. Resiko perubahan nutrisi kurang dari
glukosa ke dalam sel dimana hasil GDS tanggal 24 Juli 2008 : 202mg/dl (N : 70 –
klien masih terpasang infus NaCl 0,9% 20 tts/menit pada tangan kanannya,
namun penulis tetap melanjutkan rencana tindakan tersebut yang belum teratasi,
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada klien
lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati,
penyebabnya adalah obesitas dan pola makan yang salah. Dengan gejala seperti
banyak makan, kelemahan tubuh, atau kelelahan dan berat badan menurun, serta
berdasarkan prioritas masalah yang ada pada klien. Rencana yang sudah
1
dengan teknik septik dan aseptik, mengukur intake dan output tiap hari,
aktivitas sehari-hari dan mempertahankan teknik septic dan aseptik pada prosedur
Pada tahap evaluasi terdapat satu diagnosa yang sudah teratasi yaitu
adekuat (Hb menurun) sedangkan empat diagnosa yang belum teratasi yaitu
glukosa ke dalam sel dan resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat
B. Saran
keperawatan dan interaksi dengan klien, tim keperawatan dan tim kesehatan di
lantai V kiri IRNA B Teratai Merah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati,
menghindari konsumsi makanan dan minuman yang berkadar gula tinggi serta
melakukan perawatan luka yang septik dan aseptik untuk menghindari infeksi
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Noer, Sjaifoellah Prof. dr. H. M.(2004). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I.Edisi
3.Jakarta : Balai Penerbit FKUI
http://id.wikipedia.org/wiki/diabetes-melitus
www.blogdokter.net/2007/06/13/diabetes-melitus
www.medicastore.com/diabetes
ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresinya langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan pajang 12.5 cm dan
- Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling lebar terletak di sebelah kanan
- Badan pankreas, merupakan bagian utama dan letaknya di belakang lambung dan
vertebra lumbalis I.
- Asini
- Pulau Langerhans
Fisiologi
diaminetetra acetate)
Prosedur kerja
2. cuci tangan
3. ambil spuit sesuai kebutuhan sampel yang akan diambil (5>10 cc).
6. lakukan pengikatan dengan karet pembendung bagian atas vena yang akan
7. lakukan penusukan pada vena dengan jarum spuit menghadap ke atas dengan
penusukan selama 2-5 menit dan masukkan darah ke dalam tabung yang telah
ke laboratorium.
11. Catat tanggal prosedur, jumlah dan jenis sampel, serta respons pasien.
1
Umur : 21 Tahun
Agama : Hindu
Kewarganegaraan : Indonesia
Bali
1
PENDIDIKAN FORMAL
1999
2002
2005
2008
1
1